Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

PASIEN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA HEBEFRENIK)

UPT KESMAS GIANYAR I

I. PROFIL PASIEN
1. 1 IDENTITAS PASIEN
Nama : I Gusti Nyoman Rai
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 72 tahun
Tanggal Lahir : 31 Desember 1946
Status : Menikah
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : Belum Tamat Sekolah Dasar
Suku / Bangsa : Bali / Indonesia
Agama : Hindu
Alamat : Banjar Menak, Tulikup, Gianyar

1.2 ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH DENGAN


PENDERITA :
Jenis Umur Pendidikan
No. Nama Status
Kelamin (Tahun) terakhir
1. I Gusti Nyoman Rai Laki-laki 72 KK Belum tamat SD
2. I Gusti Ayu Rai Perempuan 70 Istri KK Belum tamat SD

II. KEGIATAN DALAM RUMAH


2.1 KUNJUNGAN RUMAH PERTAMA (Kamis, 27 Juli 2017)
Pasien jiwa yang tercatat di UPT Kesmas Gianyar I, sebagian besar tidak
melakukan kunjungan rutin ke puskesmas, sehingga pemantauan kesehatan
pasien jiwa dilakukan melalui kunjungan rumah. Beberapa pasien dengan
gangguan jiwa memang melakukan kunjungan rutin, namun hanya diwakilkan

1
oleh keluarga saja untuk mengambil obat, sementara pasien sendiri tidak ikut
dengan alasan ketidaknyamanan. Kunjungan rumah dilakukan secara rutin
oleh pemegang program puskesmas dibantu tenaga medis lainnya.

Kunjungan rumah dilakukan pada hari Kamis, 27 Juli 2017 pada pukul
09.00 WITA. Kunjungan rumah ini dilaksanakan bersamaan jadwal
kunjungan rumah yang dilaksanakan oleh puskesmas. Sebelumnya, pemeriksa
sebagai dokter muda meminta izin kepada pemegang program untuk
mengikuti kunjungan rumah yang diadakan oleh puskesmas. Desa yang
dikunjungi adalah desa tulikup dengan kasus gangguan jiwa terbanyak adalah
skizofrenia. Selain pemegang program, kegiatan ini dibantu oleh bidan yang
bertugas di puskesmas pembantu tulikup, dokter spesialis psikiatri dan kepala
desa di wilayah tulikup.

Pemeriksa tiba di rumah pasien pukul 09.30 WITA, diterima pertama kali
oleh anak pasien, kemudian pemeriksa berbicara dengan pasien. Sebelum
melakukan wawancara, pemeriksa memperkenalkan diri kepada keluarga
pasien dan menjelaskan tujuan dari kunjungan rumah. Setelah pasien
menyetujui, pasien terlebih dahulu diperiksa oleh dokter, didata oleh bidan
dan pemegang program kemudian dilanjutkan dengan pemeriksa memulai
wawancara dengan pasien serta anak pasien. Di akhir kunjungan ini,
pemeriksa mengambil beberapa foto sebagai bahan dokumentasi.

2.1.1. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Autoanamnesis : “Tidak bisa tidur”
Heteroanamnesis : “Inguh”

Autoanamnesis

Pasien diwawancara dalam posisi duduk bersila di lantai teras rumah berhadapan
dengan pemeriksa. Pasien menggunakan baju kaos berwarna biru dan celana
pendek berwarna jingga. Roman wajah sesuai usia, kuku terpotong pendek dan
bersih, rambut terpotong pendek dan rapi. Tidak tercium bau feses, urine,

2
alkohol, namun tercium bau rokok saat pasien di wawancara. Pasien
diwawancara menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Bali. Selama
wawancara pasien menatap mata pemeriksa dan menjawab pertanyaan pemeriksa
dengan baik. Pasien tampak tenang saat wawancara, dengan kesan awal baik dan
ramah.

Ketika ditanya nama lengkap pasien dapat menjawab namanya dengan benar
serta dapat menyebutkan dirinya berada di rumahnya yang berada di banjar
menak, tulikup sedang bersama anaknya. Saat ditanya jam berapa sekarang,
pasien dapat menyebutkan bahwa saat itu sekitar jam 09.30 WITA. Pasien juga
dapat mengingat rumah keluarga besarnya terletak dimana serta pasien dapat
menyebutkan saat ini tinggal di rumah bersama istri, anak, cucu dan menantunya
serta siapa orang-orang yang sedang berada di rumahnya saat itu.

Pasien mengingat dulu bekerja sebagai seorang tukang banten di salah satu
parisada di bengkulu. Pendidikan terakhir pasien adalah tidak tamat sekolah
dasar. Ketika ditanyakan Gubernur Bali saat ini, pasien dapat menjawab dengan
benar yaitu Jro Mangku Pastika. Pasien juga dapat menyebutkan tanggal
kemerdekaan RI yaitu 17 Agustus 1945. Pasien dapat menjawab ketika
ditanyakan ibu kota Bali dengan benar yaitu Denpasar. Saat diminta menghitung
100 dikurangi 6, pasien dapat menjawabnya dengan benar 5 kali berturut-turut
yaitu 94, 88, 82, 76, dan 70 sesuai dengan tingkat pendidikannya. Ketika diminta
membayangkan buah apel dan bola tenis, pasien dapat menyebutkan perbedaan
dan persamaan keduanya, perbedaannya apel bisa dimakan sedangkan bola tenis
tidak sementara persamaannya yaitu bola tenis dan buah apel sama-sama
berbentuk bulat. Saat diminta melanjutkan peribahasa “Berakit-rakit kehulu”
pasien menjawab “Berenang-renang ketepian” dan menjawab artinya dengan
benar.

Saat ditanya perasaan bapak saat ini, pasien menjawab akhir-akhir sering
“tidak bisa tidur”, saat diminta untuk menjelaskan kenapa tidak bisa tidur, pasien
menjawab : “Sangat sulit bahkan tidak bisa memulai tidur, bahkan sampai 5 hari

3
tidak bisa tidur”. Setelah ditanyakan lebih jelas, pasien menyatakan bahwa sering
memikirkan penghasilan setiap hari apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Pasien bekerja sebagai petani, sejak tahun 1985. Sebelumnya pasien
tinggal di Bengkulu sebagai tukang banten di parisada. Pada tahun tersebut,
pasien memutuskan untuk kembali ke Bali, memenuhi kewajiban melayani
keluarga. Dan sejak saat itu, pasien merasa “kehilangan pekerjaan”, karena pada
saat di parisada, pasien aktif melakukan berbagai kegiatan.

Ketika ditanya apakah sekarang ada mendengar suara-suara yag tidak bisa di
dengar oleh orang lain, pasien menjawab tidak. Pasien mengatakan dulu saat
kumat pernah melihat seorang anak berbaju putih terbang melayang dan
mengatakan “pemilik dunia adalah saya, kenapa harus ada kamu”. Pasien
menyatakan hanya memandangi anak tersebut, kemudian segera pasien
membakar tumpukan bekas sesajen yang ada di dekat halaman rumah. Setelah
dibakar, anak tersebut dikatakan hilang, namun saat ini penglihatan tersebut
sudah tidak ada. Ketika kumat, pasien mengatakan lebih sering ribut di jalan
berupa pidato dharma wacana. Pasien mengingat setiap perkataan yang
dikeluarkan, namun tidak dapat mengontrolnya. Hal tersebut terjadi, ketika
pasien tidak mengkonsumsi obatnya. Dalam 6 bulan terakhir, pasien mencoba
untuk tidak tergantung terhadap obat-obatan dengan cara tidak minum obat
selama 5 hari, namun dampaknya pasien menjadi tidak dapat mengendalikan
perkataannya.

Pasien menyangkal pernah mengamuk, mencium aroma-aroma yang aneh,


atau merasa ada sesuatu yang menyentuh atau bergerak-gerak pada tubuhnya saat
tidak ada yang menyentuh tubuhnya. Pasien juga menyangkal pernah
dikendalikan oleh sesuatu. Sehari pasien makan 3x sehari dan mandi hanya
sekali sehari pada sore hari.

Pasien menyadari dirinya sakit sudah sejak kembali dari Bengkulu pada tahun
1985. Saat itu pasien mengatakan bahwa diberikan patung oleh temannya dan

4
mulai merasa gelisah sampai mulai ribut di jalan. Pasien cukup patuh dan teratur
untuk minum obat serta kontrol setiap bulan di rumah sakit jiwa Bangli.

Heteroanamnesis (Istri Pasien)

Istri pasien mengatakan, pasien mulai “inguh” atau gelisah seperti orang yang
banyak pikiran diikuti ribut di jalan. Istri pasien khawatir jika keadaan suaminya
mengganggu warga sekitar sehingga ia memutuskan untuk membawa suaminya
ke rumah sakit jiwa Bangli. Istri pasien mengatakan suaminya baru pertama kali
mengalami keadaan seperti ini. Pasien dikatakan mulai ribut di jalan dan tidak
bisa mengontrol perkataannya ketika mendapatkan patung dari temannya.
Keadaan tersebut mulai muncul tepat saat pasien kembali ke Bali dari Bengkulu
pada tahun 1985.

Pasien juga dikatakan tidak bisa tidur akibat gelisah seperti orang inguh
namun tidak sampai mengamuk dan membahayakan orang disekitarnya. Keluhan
ini muncul terutama saat mau tidur sehingga pasien susah untuk memulai tidur.
Istri pasien mengatakan bahwa suaminya terlihat khawatir akan penghasilan yang
menurun. Saat dibawa ke rumah sakit jiwa Bangli, pasien hanya diberikan obat
dan dijadwalkan untuk kontrol setiap bulan. Pasien saat ini dikatakan sudah tidak
pernah merasa inguh atau ribut di jalan. Pasien saat ini tidak bekerja, hanya
membantu merawat cucunya. Pasien rutin mengkonsumsi obatnya, namun masih
merasakan sulit untuk memulai tidur.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien sebelumnya sempat tidak sadarkan diri akibat jatuh dari pohon saat anak-
anak, namun pasien tidak dirawat di rumah sakit.

RIWAYAT PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF/NAPZA


Pasien mengatakan dulu mengkonsumsi kopi 2 gelas per hari yang diminum pagi
dan siang hari. Pasien mengatakan merokok 1 bungkus per hari, tergantung
penghasilan untuk dapat membeli rokok. Tidak terdapat konsumsi alkohol
maupun narkotika.

5
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Keluhan yang sama di keluarga disangkal oleh pasien.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. PRENATAL DAN PERINATAL


Pasien mengatakan pasien merupakan kehamilan kelima dari ibu kandung
pasien. Pasien mengatakan tidak tau apakah lahir secara normal atau tidak,
atau pernah mengalami kejang-kejang saat kelahiran atau tidak. Pasien lahir
tanpa ada cacat bawaan.

2. MASA KANAK DAN REMAJA


Pasien mengatakan mampu makan dan mandi sendiri kurang lebih saat umur
4 tahun. Pasien mengatakan tinggal bersama keluarga besarnya yaitu bapak
pasien, ibu pasien, dan saudara-saudaranya. Pasien sering bermain dengan
teman sebayanya. Pasien menempuh pendidikan sekolah dasar atau pada saat
itu disebut sebagai sekolah rakyat, namun pasien tidak menamatkan
pendidikannya. Saat berumur 15 tahun pasien berangkat ke Bengkulu untuk
membantu pekerjaan orang tuanya.

3. MASA DEWASA

a. Riwayat Pekerjaan
Sejak berumur 15 tahun pasien bekerja membantu pekerjaan orang tuanya.
Pasien juga mengatakan sempat menjadi petani di Bengkulu, hingga akhirnya
pasien memutuskan untuk bekerja sebagai tukang banten di parisada
Bengkulu. Ketika kembali ke Bali pada tahun 1985, pasien kembali bekerja
sebagai petani. Sekarang pasien tidak bekerja dan hanya membantu istri untuk
mengerjakan pekerjaan rumah tangga serta mengurus cucu.

b. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah satu kali pada tahun 1970 yang berjalan sampai saat ini.
Pasien memiliki 4 orang anak dimana anak pertama, ketiga dan keempat
berjenis kelamin laki-laki dan anak kedua berjenis kelamin perempuan. Anak

6
pertama dan ketiga berada di Bengkulu, sedangkan anak kedua dan keempat
berada di Bali. Saat ini pasien tinggal bersama anak keempat, menantu dan
satu orang cucu, sedangkan anak kedua sudah menikah.

c. Aktivitas Sosial
Aktivitas pasien setelah kembali dari Bengkulu, pasien melakukan aktivitas di
rumah, membantu pekerjaan istrinya dan mengurus cucu. Terkadang pasien
bertani ubi. Pasien jarang ikut terlibat dalam setiap kegiatan di banjar, karena
sudah diwakilkan oleh anaknya. Namun pasien sering berinteraksi dengan
tetangganya.

d. Riwayat Hukum
Pasien tidak memiliki riwayat hukum.

2.1.2 PEMERIKSAAN FISIK


Status Present:
Keaadaran umum : sakit ringan
Kesadaran : compos mentis (E4V5M6)
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/mnt
Respirasi : 18x/mnt
Suhu aksila : 36,5 °C
Berat badan : 48 kg
Tinggi badan : 160 cm

Status General:
Kepala : Normocephali

Mata : Mata cowong (-), anemis -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+, isokor,
injeksi konjungtiva -/-
THT :- Telinga : sekret -/-
- Hidung : rhinorea -/-

7
- Tenggorok : hiperemi (-)
Toraks :- Inspeksi : statis dan dinamis: semetris; retraksi (-)
- Palpasi : simetris, normal
- Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : - cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)
- pulmo : wheezing -/-, rhonki -/-
Abdomen : - Inspeksi : distensi (-)
- Auskultasi : bising usus (+)
- Palpasi : hepar tidak teraba, lien tidak teraba
- Perkusi : timpani di seluruh bagian abdomen
Ekstrimitas : - Akral : hangat (+)
- Edema : (-)

Status Neurologis:
Kesadaran : compos mentis (E4V5M6)

Nervus kranialis : berdasarkan pemeriksaan fisik sederhana dan tidak ditemukan


adanya lesi nervus kranialis
Motorik :

Tenaga Tonus Trofik


544 555 N N N N
: :
555 555 N N N N

Refleks Fisiologis : ++ ++
++ ++

8
2.1.3 DIAGNOSIS
a) DIAGNOSIS BANDING
1. Skizofrenia Hebefrenik (F20.1)
2. Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1)
3. Episode Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik (F32.3)

b) DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis 1 : Skizofrenia Hebefrenik
Aksis 2 : Ciri Kepribadian Skizoid
Aksis 3 : Tidak Ada
Aksis 4 : Masalah Ekonomi
Aksis 5 : GAF saat ini 80-71

2.1.4 TERAPI
Non Farmakologi

- Psikoterapi supportif kepada pasien dengan menjelaskan kepada pasien


untuk tetap menerapkan kepatuhan minum obat dan rutin kontrol setiap
bulannya. Pasien juga dijelaskan tentang penyakitnya, faktor risiko dan
edukasi untuk mencegah kekambuhan. Pasien disarankan untuk aktif
melakukan kegiatan seperti yang sudah dilakukan sehari-hari, bertani,
membantu pekerjaan rumah istrinya dan merawat cucu. Selain itu, pasien
disarankan juga untuk berhenti merokok, tetap menjaga kesehatan dengan
menjaga pola makan sehat dan istirahat serta berolahraga. Faktor pemicu
kekambuhan seperti stress juga harus dihindari dengan cara rekreasi,
melakukan hobi dan sembahyang untuk menenangkan jiwa.
- Psikoedukasi keluarga pasien dengan menjelaskan juga penyakit dan faktor
risiko dari penyakit yang diderita pasien. Keluarga juga diedukasi dalam pola
hidup sehat dan kepatuhan minum obat. Selain itu, keluarga disarankan dapat
menciptakan suasana yang kondusif untuk mendukung proses penyembuhan
jiwa pasien.

9
Farmakologi

- Chlorpromazine 100 mg 1x1/2 intra oral

- Trihexypenidil 2 mg 1x1 intra oral

- Haloperidol 5 mg 1x1 intra oral

2.1.5 PROGNOSIS
Untuk menentukan prognosis penderita ada beberapa kriteria antara lain:
1. Diagnosis : Skizofrenia Hebefrenik : Buruk
2. Onset : Dewasa : Baik
3. Perjalanan Penyakit : Kronis : Buruk
4. Faktor Pencetus : Faktor Ekonomi : Buruk
5. Pendidikan : SD : Buruk
6. Faktor Genetik : Tidak Ada : Baik
7. Ciri Kepribadian : Skizoid : Buruk
8. Dukungan Keluarga : Ada : Baik
9. Status Pernikahan : Menikah : Baik
10. Penyakit Organik : Tidak ada : Baik
11. Lingkungan Sosial Ekonomi : Kurang : Buruk
12. Kepatuhan Minum Obat : Patuh : Baik
13. Tilikan : Derajat 6 : Baik
Berdasarkan beberapa kriteria tersebut di atas, pada kasus ini prognosis
penderita adalah dubius ad bonam (cenderung baik).
2.2 KUNJUNGAN RUMAH KEDUA (7 Agustus 2017)
Kunjungan rumah yang kedua ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah pada
pasien, mengevaluasi keberadaan pasien, mengevaluasi keluhan yang dikeluhkan
pada kunjungan pertama dan mengidentifikasi faktor risiko pada penyakit pasien.
Kami juga menanyakan tentang gambaran singkat ekonomi keluarga pasien dan
silsilah pada keluarga pasien yang akan dijelaskan lebih terperinci sebagai
berikut:

10
2.2.1 GAMBARAN STATUS KESEHATAN
Pada saat dilakukan kunjungan ke rumah pasien, pasien terlihat sedang duduk
beristirahat sambil memegang sebatang rokok. Pasien terlihat dalam keadaan
baik, kompos mentis, tidak ada keluhan gelisah maupun keluhan tidak bisa
memulai tidur dan dapat beraktivitas normal. Namun, pasien menegeluhkan
beberapa kali merasakan sakit kepala.

2.2.2 GAMBARAN KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA


Pasien adalah seorang kepala keluarga yang memiliki 4 orang anak. Saat ini
pasien hanya tinggal bersama istri, anak keempat yang berjenis kelamin laki-
laki, menantu dan 1 orang cucu laki-laki. Anak pertama dan ketiga berjenis
kelamin laki-laki saat ini berada di Bengkulu, sedangkan anak kedua yang
berjenis kelamin perempuan sudah menikah dan tinggal di rumah suaminya.
Pasien mengatakan bahwa kebutuhan sehari-hari terpenuhi dari penghasilan
anaknya sebagai pembuat batu bata. Saat ini pasien dan istrinya tidak lagi
aktif bekerja, terkadang pasien bertani ubi untuk membantu penghasilan
sehari-hari. Biaya kesehatan untuk kontrol dan obat, ditanggung oleh BPJS.
Dari sisi sosial, pasien dikatakan cukup aktif bersosialisasi dan berinteraksi
dengan tetangga disekitar rumah pasien. Dalam kesehariannya, pasien
mengaku terkadang merokok, tergantung penghasilan yang didapat. Pasien
memiliki seekor babi untuk dipelihara dan menggunakan air PDAM dalam
melakukan aktivitas apapun.

11
2.2.3 SILSILAH DAN PROFIL KELUARGA

Gambar 1. Silsilah Keluarga.

Keterangan:

: Laki - laki

: Perempuan

X
: Laki-laki dengan skizofrenia

a) Kondisi Rumah Pasien


Pasien tinggal di rumah yang dihuni oleh 5 orang, yaitu pasien, istrinya,
anak yang keempat, menantu dan 1 orang cucu. Rumah pasien berada
dibelakang, tidak jauh dari LPD, desa menak, tulikup, Gianyar. LPD desa
tulikup sendiri terletak kurang lebih 1 km dari Puskesmas Pembantu Desa
Tulikup dan kurang lebih 2 km dari UPT Kesmas Gianyar 1. Rumah pasien
terdiri dari 2 bangunan khas bali, bangunan 1 terdiri dari teras yang sekalis
menjadi tempat menerima tamu, 2 kamar tidur dan 2 kamar banten,
sedangkan bangunan 2 merupakan kamar tidur pasien dengan teras pada
sisi depan bangunan. Kamar mandi dan dapur berada di tempat terpisah

12
disebelah bangunan ke 1. Antara bangunan 1 dan 2 terdapat merajan dan
tepat di belakang kamar mandi terdapat kandang babi yang cukup bersih
serta tidak menimbulkan bau yang mengganggu kondisi rumah.
Lingkungan disekitar rumah terlihat cukup bersih, namun di bangunan 1
terlihat cukup layak.
Luas rumah pasien sekitar 2.5 are. Untuk sampai ke rumah pasien,
harus melewati gang atau jalanan kecil diantara rumah warga sekitar. Pada
rumah pasien terdapat pintu kecil dan terdapat juga jalan kecil yang
melewati kandang babi, kamar mandi untuk sampai di bangunan rumah 1.
Terdapat satu buah kamar mandi yang berada di belakang bangunan 1 dan
setelah kandang babi. Setelah melewati kamar mandi, di sisi kanan terdapat
dapur dan di sebelah kiri merupakan bangunan 1. Di sisi kiri dari bangunan
1 dan di sisi kanan dari bangunan 2 terdapat pelinggih untuk sarana
persembahyangan pasien. Ventilasi kamar kurang baik, karena penempatan
ventilasi yang kurang dan pasien selalu menutup kamarnya. Rumah
tersebut menggunakan listrik dari PLN dan air dari sumur sendiri. Dari
keadaan rumah dan barang-barang tersebut, keluarga pasien tergolong
dalam ekonomi bawah.

b) Denah Rumah Pasien

c 5 6

Teras

a a 4 b b 7
Teras

1
Gambar 2. Denah Rumah
13
Keterangan:
1. Pintu masuk 6. Merajan
2. Kandang babi 7. Dapur
3. Kamar mandi a Kamar tidur
4. Bangunan 1 b Kamar banten
5. Bangunan 2 c Kamar tidur pasien

2.2.4 FAKTOR RISIKO


Berdasarkan model segitiga epidemiologi, kejadian penyakit skizofrenia
dipengaruhi oleh faktor agent, host, dan environment.

AGENT

ENVIRONMENT HOST

III. ANALISIS MASALAH


3.1 IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO
3.1.1 Host
Tidak terdapat faktor keturunan untuk kondisi skizofrenia. Dari gambaran
silsilah keluarga juga tidak ditemukan terdapat keluhan atau penyakit yang
sama. Dari dulu semasa hidupnya pasien tidak pernah mengganti gaya

14
hidupnya, makan apapun yang ada, memiliki pantangan untuk tidak memakan
daging sapi atas dasar kepercayaan. Namun dari pola makan dikatakan cukup
bergizi dengan rutin konsumsi sayur dan terkadang mengkonsumsi daging
serta buah, tergantung dari penghasilan setiap harinya. Pasien kerap kali
meminum kopi, 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Pasien dan keluarganya
diketahui sama sekali tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai
penyakitnya, pasien juga tidak tahu penyebabnya dan tidak tau bagaimana
mencegahnya. Pasien juga masih memiliki persepsi yang salah mengenai
munculnya keluhan atau penyakit tersebut yaitu sejak diberikan patung.
Pasien mengaku selalu rutin untuk mengkonsumsi obat, namun dalam
kunjungan pertama disana didapatkan pasien tidak ingin ketergantungan
dengan obat, sehingga pasien mencoba untuk tidak minum obat selama 5 hari.
Hal tersebut menyebabkan pasien tidak bisa tidur selama 5 hari disertai sakit
kepala. Dampak yang lebih berat dirasakan oleh pasien adalah mulai ribut
kembali di jalan. Namun ketika pasien kembali rutin mengkonsumsi obatnya,
keluhan tersebut hilang dan pasien dapat tidur dengan tenang. Pasien
mengatakan juga selalu rutin kontrol ke rumah sakit jiwa Bangli setiap
bulannya.
3.1.2 Agent
Pasien pada kasus ini memiliki 2 agent yang berhubungan dengan
penyakitnya yaitu; faktor kepatuhan minum obat dan dukungan lingkungan
keluarga.
3.1.3 Environment
Lingkungan di wilayah pasien adalah lingkungan
dengan kasus gangguan jiwa yang cukup tinggi, dimana kasus terbanyak
adalah skizofrenia. Sebagian besar orang dengan gangguan jiwa di wilayah
tersebut juga kurang diperhatikan lingkungan sekitarnya oleh pihak keluarga.
Hal tersebut disebabkan masih kurangnya pengetahuan akan penyakit yang
diderita oleh anggota keluarganya. Walaupun sudah diterapkan kunjungan
rutin dari pihak puskesmas dan kontrol rutin dari pihak keluarga ke rumah

15
sakit jiwa Bangli, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lingkungan
memberikan pengaruh besar dalam proses penyembuhan.

IV. RENCANA PENANGANAN


4.1 PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN DOKTER
KELUARGA
4.1.1 PERSONAL
Penanganan yang diberikan kepada pasien tidak hanya untuk menangani
penyakit yang diderita saja, melainkan menangani pasien sebagai seorang
manusia seutuhnya secara holistik, baik dari segi fisik, psikis, spiritual,
sosial, dan ekonomisnya. Hal-hal yang dilakukan:

- Memberi penjelasan skizofrenia kepada pasien dan istrinya, meliputi apa


faktor risiko, pentingnya kepatuhan minum obat dalam pengobatan dan efek
sampingnya, kontrol secara rutin dan berkala serta pola makan yang
dianjurkan.
- Menjelaskan untuk tetap menjaga pola hidup mencakup kebersihan, pola
makan yang sehat dan kesehatan jiwa melalui berbagai kegiatan positif,
seperti berolahraga atau melakukan hobi pasien.
- Menyarankan kepada keluarga pasien untuk menciptakan suasana yang
kondusif, baik untuk pasien beristirahat atau untuk ketenangan jiwanya.
Salah satu contohnya, keluarga dapat menemani kegiatan pasien atau
mengajak pasien melakukan kegiatan atau pekerjaan yang aman untuk
dilakukan, sehingga pasien tidak merasa kehilangan pekerjaan. Selain itu,
pasien dapat membangun hubungan dan komunikasi sosial dengan warga
sekitarnya.

4.1.2 KOMPREHENSIF (PARIPURNA)


UPT Kesmas Gianyar 1 selaku puskesmas yang mewadahi daerah tempat
tinggal pasien telah melakukan beberapa upaya pencegahan seperti
melakukan kunjungan rumah bersama tenaga medis seperti dokter spesialis

16
kejiwaan, dengan agenda pemeriksaan fisik, jiwa, pendataan dan
penyuluhan, sehingga kondisi pasien dapat dipantau secara spesifik.
Kunjungan rumah merupakan kegiatan utama yang rutin dilakukan di bidang
kejiwaan, mengingat sebagain besar pasien jiwa yang tercatat di UPT
Kesmas Gianyar 1 tidak melakukan kunjungan rutin ke puskesmas. UPT
Kesmas Gianyar 1 juga memiliki puskesmas pembantu di masing-masing
desa yang siaga membantu masyarakat setempat dalam berbagai kondisi.
Selain itu, puskesmas pembantu juga menjadi wadah bagi masyarakat sekitar
untuk segera melaporkan kasus baru atau hal-hal yang berbau kesehatan. Hal
tersebut membantu pihak puskesmas dalam melakukan pendataan maupun
pendistribusian obat atau bantuan dari dinas terkait. Prinsip komprehensif
mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Dalam praktik KKM
kali ini, adapun beberapa pencegahan yang kami lakukan antara lain:

a) Pencegahan Primer
1. Edukasi dan informasi tentang skizofrenia yang meliputi pengertian,
faktor risiko, pencegahan, kepatuhan minum obat dalam proses
pengobatan serta efek sampingnya kepada pasien dan keluarganya.
2. Edukasi dan informasi tentang proses penyembuhan skizofrenia
memerlukan lingkungan yang kondusif sehingga memerlukan kerjasama
dari warga sekitar atau populasi umum secara holistik.
3. Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa skizofrenia merupakan
penyakit jiwa yang berat, karena mempengaruhi presepsi, pikiran dan
emosi, tetapi dapat dikontrol dengan melakukan tindakan-tindakan
pencegahan.
4. Pencegahan juga disarankan untuk seluruh masyarakat yang secara
personal menunjukkan gejala prodromal agar tidak menjadi skizofrenia
nyata.

17
5. Pencegahan awal yang dapat dilakukan untuk keluarga pasien adalah
dengan menciptakan lingkungan yang nyaman dan harmoni, serta tetap
menjaga kesehatan dan kebersihan pasien.
b) Pencegahan Sekunder
Menyarankan pasien untuk kontrol ke dokter segera jika mengalami
pemburukan kondisinya. Seperti halusinasi atau ribut di jalan akibat sulit
mengontrol perkataan. Selain itu, pasien disarankan rutin kontrol setiap
bulan dan patuh mengkonsumsi obat.
c) Pencegahan Tersier
Adapun yang dilakukan yaitu menganjurkan pasien agar terus kontrol ke
puskesmas atau dokter terdekat dan mengikuti pengobatan yang
disarankan oleh dokter. Tindakan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan komplikasi tergantung pada
jenis komplikasi yang muncul, misalnya istirahat yang cukup dan
melakukan kegiatan ringan atau hobinya yang dapat menenangkan jiwa.
Menyarankan ke rumah sakit terdekat jika terjadi komplikasi yang
memberat dan mengganggu pasien, keluarga serta warga sekitar.

4.1.3 BERKESINAMBUNGAN
Dalam prinsip berkesinambungan pasien diharapkan untuk konsisten dalam
menjaga kesehatannya sampai akhir hayat, walaupun penyakit ini tergolong
berat, namun kesejahteraan, ketenangan jiwa serta taraf hidup pasien masih
dapat dijaga dengan pikiran positif yang datang dari segala arah. Pasien
disarankan untuk melakukan melakukan kegiatan rekreasi dengan keluarga,
dengan tujuan menciptakan suasana yang harmoni sehingga komplikasi dan
faktor risiko dapat dicegah lebih dini. Selain kesehatan jiwa, disarankan
untuk tetap konsisten menjaga kesehatan jasmani, mengingat keadaan
jasmani dapat mempengaruhi keadaan jiwa.

18
4.1.4 KOORDINATIF DAN KOLABORATIF
Hal yang dilakukan dalam prinsip koordinatif dan kolaboratif adalah
melakukan koordinasi dengan bagian pelayanan poli jiwa UPT Kesmas
Gianyar 1 baik dari dokter spesialis kejiwaan dan pemegang program untuk
melakukan pengecekan kondisi dan perjalanan penyakit secara rutin, melalui
kunjungan rumah pasien. Melakukan koordinasi dengan pemegang program
Promkes (Promosi Kesehatan) UPT Kesmas Gianyar 1 dalam rangka
pengadaan penyuluhan yang berhubungan dengan skizofrenia serta faktor
risikonya, dan berkoordinasi dengan kepala desa setempat untuk
memberikan motivasi dan berperan aktif mendukung perubahan gaya hidup
pasien demi kesehatan, seperti memberi saran untuk mengantar pasien ke
puskesmas terdekat, memberikan bantuan baik berupa kebutuhan pokok
maupun obat kepada pasien kurang mampu, dan memberi edukasi preventif
kepada keluarga pasien dan warga sekitar. Selain itu, koordinasi dapat
dilakukan dengan kepala desa dan bidan dari puskesmas pembantu dalam hal
pendataan dan pendistribusian bantuan kepada pasien.

4.1.5 MENGUTAMAKAN PENCEGAHAN


Pencegahan terhadap penyakit dapat dilakukan dalam tiga tahap pencegahan
yakni pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.
Pencegahan yang dilaksanakan untuk keluarga pasien adalah pencegahan
tersier. Hal-hal yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
- Memberikan informasi tentang skizofrenia dan prognosisnya kepada
keluarga pasien.
- Menganjurkan kepada keluarga pasien untuk melakukan pencegahan dini
terhadap komplikasi dan faktor risiko dengan menciptakan lingkungan dan
komunikasi yang harmonis.
- Menganjurkan kepada keluarga pasien untuk tetap bersemangat dan selalu
mendukung pasien dalam proses penyembuhan. Selain itu, selalu

19
mendukung pasien untuk tetap melakukan aktivitas walaupun dengan
kondisi yang tidak sebaik sebelumnya.

4.1.6 BERORIENTASI PADA KEDOKTERAN KOMUNITAS


Edukasi yang diberikan pada keluarga pasien berupaya untuk dapat
membantu proses rehabilitasi pasien adalah sebagai berikut:
- Menganjurkan kepada keluarga pasien untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan fisik pasien mulai dari pola makan dan istirahat. Selain itu,
menjaga kesehatan jiwa pasien dengan menciptakan hubungan harmonis
melalui komunikasi antar keluarga dan warga sekitar.
- Menganjurkan kepada keluarga pasien untuk rutin kontrol dan menjadi
pengawas minum obat bagi pasien serta sigap dalam menanggulangi masalah
serupa jika terjadi lagi untuk langsung memeriksakannya ke dokter atau
puskesmas terdekat.
- Menganjurkan pasien untuk tetap aktif dalam menjalani aktivitas
kesehariannya.

V. KESIMPULAN
Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang tergolong berat karena
mempengaruhi persepsi, pikiran dan emosi, namun dapat dikontrol
perburukannya. Manajemen kondisi ini sangat tergantung dengan kepatuhan
pasien minum obat dan rutin melakukan kontrol ke fasilitas kesehatan serta
dukungan keluarga dan warga sekitar dalam menciptakan lingkungan yang
kondusif. Kedokteran keluarga berhubungan erat dengan rehabilitasi pada pasien
ini. Pemberian informasi dan edukasi pada pasien dan keluarga penting untuk
diberikan sehingga mereka dapat menerima dan mengerti kondisi yang dialami
pasien. Kerjasama antar berbagai pihak, baik pihak pasien, keluarga, warga
sekitar dan penyedia pelayanan kesehatan diperlukan untuk dapat mewujudkan
penanganan yang prima.

20
Berdasarkan ilmu kedokteran keluarga, intervensi tidak hanya dilakukan terhadap
penyakitnya saja, tetapi memandang dan menangani pasien sebagai manusia
seutuhnya. Kunjungan rumah dilakukan secara berkala untuk melihat
perkembangan dari kondisi pasien dan melakukan pendekatan terhadap keluarga
dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga sebagai prioritas.

21
DOKUMENTASI KEGIATAN

Gambar 1 : Kunjungan rumah pertama Gambar 2 : Kunjungan rumah kedua

Gambar 3 : Heteroanamnesis dengan istri pasien Gambar 4 : Autoanamnesis pasien

Gambar 5 : Pemeriksaan tensi oleh dokter muda Gambar 6 : Kondisi rumah pasien

22

Anda mungkin juga menyukai