Anda di halaman 1dari 6

KHUTBAH

“Diam yang Bernilai Ibadah”

‫علَ ْينَا‬ َ ‫ َوبَ َع‬،ٍ‫س ََل ّم َخ ْي ُر أ ُ همة‬


ُ ‫ث ّإ َل ْينَا َر‬
َ ‫س ْوالً يَتْلُ ْو‬ ّ َ‫ّي َجعَ َل أ ُ همتَنَا أ ُ همة‬
ْ ‫اإل‬ ْ ‫ا َ ْل َح ْم ُد ّ هَلِلّ الهذ‬
ْ َ ‫ َوأ‬،َ‫الح ْك َمة‬
َ‫ش َه ُد أ َ ْن َال إّلَهَ إّ هال هللاُ َو ْح َدهُ َال ش َّر ْيك‬ ّ ‫اب َو‬ َ َ ‫آيَاتّ ّه َويُ َز ّ ِّك ْينَا َويُعَ ّلِّ ُمنَا ال ّكت‬
ُ‫س ْولُه‬ ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ ْ َ ‫ َوأ‬،َ‫علَ ْينَا النّ ْع َمة‬
َ ً ‫ش َه ُد أ َ هن ُم َح همدا‬ َ ‫لَهُ أ َ ْك َم َل لَنَا ال ّد ْي َن َوأَت َ هم‬
‫ص ْحبّ ّه‬ َ ‫علَى آ ّل ّه َو‬
َ ‫علَ ْي ّه َو‬
َ ‫سله َم‬ َ ‫صلهى هللاُ َو‬ َ ،ً‫ث ّل ْلعَالَ ّم ْي َن ُهدًى َو َر ْح َمة‬ ُ ‫ال َم ْبعُ ْو‬
‫أ َ ْج َم ّع ْي َن‬.
ّ‫أ َ هما بَ ْع ُد أَيُّ َها ال ُم ْؤ ّمنُ ْو ُن ّعبَا َد هللا‬:
َ ‫ َوأ َ ْر‬،ُ‫اّتهقُ ْوا هللاَ تَعَالَى؛ فَ ّإ هن َم ّن اتهقَى هللاَ َوقَاه‬.
ُ‫ش َدهُ إّلَى َخ ْي ٍر أ ُ ُم ْو ٍر ّد ْينّ ّه َو ُد ْنيَاه‬
Ibadallah,
Sesungguhnya di antara kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia adalah kenikmatan
mampu untuk berbicara mengerluarkan kata-kata. Yang mana hal itu membedakan kita
dengan hewan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫شفَت َ ْي ّن‬ َ ُ‫أَلَ ْم نَ ْجعَل له ۥه‬


َ ‫ َو ّل‬.‫ع ْينَ ْي ّن‬
َ ‫سانًا َو‬
“Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir.”
[Quran Al-Balad: 8-9]. Dengan lisan tersebut seseorang bisa memperoleh pahala yang besar.
Bisa mencapai derajat yang sangat tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ت‬ ‫َّللاّ َال يُ ْل ّقي َل َها َب ًاال َي ْرفَعُهُ ه‬


ٍ ‫َّللاُ بّ َها د ََر َجا‬ ‫ان ه‬ّ ‫ض َو‬ْ ‫ّإ هن ا ْل َع ْب َد َليَت َ َكله ُم ّبا ْل َك ّل َم ّة ّم ْن ّر‬
‫َّللاّ َال يُ ْل ّقي لَ َها بَ ًاال يَ ْه ّوي بّ َها فّي َج َهنه َم‬ َ ‫َو ّإ هن ا ْل َع ْب َد لَيَت َ َكله ُم ّبا ْل َك ّل َم ّة ّم ْن‬
‫س َخ ّط ه‬
“Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk
keridhaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu Allah
menaikkannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar
berbicara dengan satu kalimat yang termasuk kemurkaan Allah, dia tidak menganggapnya
penting; dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka Jahannam”. [HR al-

1
Bukhari, no. 6478]. Dengan lisan seseorang bisa berdzikir. Sebagaimana sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ّ‫ان أَ َح ّد ُك ْم َر ْطبا ً ّم ْن ّذ ْك ّر هللا‬


ُ ‫س‬َ ‫َوأَ ْن الَ يَ َزا َل ّل‬
“Dan jangan lepas lisan salah seorang kalian basah dari dzikir kepada Allah.” Dengan lisan,
seseorang bisa membaca Alquran. Bertilawah dengan ayat-ayat Allah di malam dan siang
hari. Dengan lisan seseorang berdakwah. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ْ ‫صا ّل ًحا َوقَا َل ّإنهنّي ّم َن ا ْل ُم‬


َ ‫س ّل ّم‬
‫ين‬ َ ‫َّللاّ َوع َّم َل‬ َ ‫َو َم ْن أ َ ْح‬
‫سنُ قَ ْو ًال ّ ِّم همن َدعَا ّإلَى ه‬
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
menyerah diri?” [Quran Fussilat: 33].

Namun, kalau lisan tidak dijaga ia sangat berbahaya. Bahkan lebih berbahaya dari anggota
tubuh lainnya. Oleh karena itu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ‫ع ْنه‬
َ ُ‫المهاج َر َم ْن َه َج َر َما ن َهى هللا‬
ّ َ ‫س ّل ُم ْو َن ّم ْن ّل‬
‫ و‬, ‫سانّ ّه َويَ ّد ّه‬ َ ‫س ّل ُم َم ْن‬
ْ ‫س ّل َم الم‬ ْ ‫الم‬
“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari
lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang
dilarang oleh Allah .” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan lisan terlebih dulu baru
anggota badan lainnya. Artinya lisan itu bisa lebih berbahaya dari anggota tubuh yang lain.
Meskipun lisan itu kecil, namun aktivitasnya cepat dan jangkauannya jauh dan luas. Adapun
anggota tubuh yang lain kemampuannya terbatas. Ia hanya bisa mengganggu orang yang ada
di hadapannya. Sementara lisan sangat jauh jangkauannya. Bahkan orang yang mati pun bisa
diganggu dengan lisan. Karena itu, banyak dosa-dosa bersar banyak yang bersumber dari
lisan.
Contohnya seperti dusta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ّي ّإلَى‬ْ ‫ َو ّإ هن ا ْلفُ ُج ْو َر َي ْهد‬، ‫ّي ّإ َلى ا ْلفُ ُج ْو ّر‬ َ ‫ فَ ّإ هن ا ْل َكذ‬، ‫ّب‬
ْ ‫ّب َي ْهد‬ َ ‫َو ّإيها ُك ْم َوا ْل َكذ‬
ّ‫ب ّع ْن َد هللا‬ َ َ‫ّب َحتهى يُ ْكت‬ َ ‫ّب َويَتَ َح هرى ا ْل َكذ‬ ‫ َو َما يَ َزا ُل ه‬، ‫النه ّار‬
ُ ‫الر ُج ُل يَ ْكذ‬
‫َكذهابًا‬

2
“Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan,
dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta
dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).”
Demikian juga ghibah, membicarakan aib orang lain. Kemudian juga namimah, mengadu
domba di antara kaum muslimin. Menebar kebencian. Ini semua merupakan dosa besar.
Terlebih lagi kadang lisan berbicara tentang Allah tanpa ilmu. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,

َ ‫َّللاّ َما َال تَ ْعلَ ُم‬


‫ون‬ َ ‫َوأَن تَقُولُوا‬
‫علَى ه‬
“Dan kalian berkata-kata tentang Allah apa yang tidak kalian ketahui.” [Quran Al-A’raf: 33]
Dan banyak orang terjerumus ke dalam Neraka Jahannam gara-gara lisannya.

‫َّللاّ َال يُ ْل ّقي لَ َها بَ ًاال يَ ْه ّوي ّب َها فّي َج َهنه َم‬ َ ‫َو ّإ هن ا ْلعَ ْب َد لَيَتَ َكله ُم ّبا ْل َك ّل َم ّة ّم ْن‬
‫س َخ ّط ه‬
“Dan sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang
termasuk kemurkaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu
dia terjungkal di dalam neraka Jahannam.” [HR al-Bukhari].
Abu Bakar radhiallahu ‘anhu pernah menjulurkan lisannya. Kemudian ia pegang dan berkata,

‫إن هذا أوردني الموارد‬


“Inilah yang telah menjerumuskanku.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada Muadz bin Jabal,

« ‫سانّ ّه‬ َ ‫َّللاّ قَا َل فَأ َ َخذَ ّب ّل‬


‫ قُ ْلتُ بَلَى يَا نَ ّب هى ه‬.« ‫أَالَ أ ُ ْخ ّب ُركَ ّب َمَلَ ّك ذَ ّلكَ ُك ّلِّ ّه‬
‫ون ّب َما َنتَ َكله ُم‬ ‫ فَقُ ْلتُ يَا نَ ّب هى ه‬.« ‫علَ ْيكَ َهذَا‬
َ ُ‫َّللاّ َوإّنها لَ ُمؤَا َخذ‬ َ ‫ُف‬ ‫قَا َل « ك ه‬
‫علَى‬ َ ‫اس ّفى النه ّار‬ َ ‫ُب النه‬ ُّ ‫ّب ّه فَقَا َل « ثَ ّكلَتْكَ أ ُ ُّمكَ َيا ُم َعاذُ َو َه ْل َيك‬
ّ ‫صائّ ُد أَ ْل‬
‫س َنتّ ّه ْم‬ َ ‫« ُو ُجو ّه ّه ْم أَ ْو‬
ّ َ‫علَى َمن‬
َ ‫اخ ّر ّه ْم ّإاله َح‬
“Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku: “Iya, wahai
Rasulullah.” Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini”. Aku bertanya,
“Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka
beliau bersabda: “Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya

3
(atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan lisan
mereka?” (HR. Tirmidzi).

Semoga Allah Ta’ala melindungi dan menjauhkan kita dari kejahatan-kejahatan lisan.

‫ب‬ٍ ‫س ّل ّم ْي َن ّم ْن ُك ّ ِّل ذَ ْن‬ ْ َ‫أَقُ ْو ُل َهذَا القَ ْو َل؛ َوأ‬


َ ‫ستَ ْغفُ ُر هللاَ ّل ْي َولَ ُك ْم َو ّل‬
ْ ‫سائّ ّر ال ُم‬
ْ ‫ فَا‬.
َ ‫ستَ ْغ ّف ُر ْو ُه َي ْغ ّف ْر لَ ُك ْم ّإنههُ ُه َو الغَفُ ْو ُر‬
‫الر ّح ْي ُم‬
Khutbah Kedua:
‫ش َه ُد أَنه‬ ْ َ ‫ َوأ‬،ُ‫ش َه ُد أَ ْن َال ّإلَهَ ّإ هال هللاُ َوحْ َد ُه َال ش َّر ْيكَ لَه‬
ْ َ‫ َوأ‬،‫ب َر ُّبنَا َو َي ْرضَى‬ َ ‫ا َ ْل َح ْم ُد ّ هَلِلّ َح ْمدا ً َك ّثيْرا ً َط ِّّيبا ً ُم َب‬
ُّ ‫اركا ً ّف ْي ّه َك َما يُ ّح‬
َ‫ع َلى آ ّل ّه َوصَحْ بّ ّه أَجْ َم ّع ْين‬
َ ‫علَ ْي ّه َو‬
َ ‫سله َم‬
َ ‫صلهى هللاُ َو‬ َ ‫س ْولُهُ؛‬ َ ً ‫ ُم َح همدا‬.
ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬
‫أَ هما بَ ْع ُد‬:
Hadirin ma’asyiral muslimin,
Ada suatu ibadah yang terlupakan. Ibadah yang tak kalah mulia dibanding dengan
mengucapkan kata-kata yang baik. Ibadah tersebut adalah diam. Memilih diam karena takut
jatuh pada kemungkaran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ص َمتَ نَ َجا‬
َ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa yang diam niscaya ia selamat.” (HR. Tirmidzi).

Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ْ ‫آلخ ّر فَ ْل َيقُ ْل َخ ْي ًرا أ َ ْو ّل َي‬


ْ‫ص ُمت‬ ّ ْ‫َان يُ ْؤ ّمنُ ّباهللّ َوا ْل َي ْو ّم ا‬
َ ‫َم ْن ك‬
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim).

Barangsiapa yang meyakini bahwa setiap perkataan akan dipertanggung-jawabkan di akhirat


kelak, maka berucaplah dengan kata-kata yang memiliki nilai manfaat. Jika tidak, diam lebih
baik baginya. Kalau seandainya berbicara itu senilai dengan perak, maka diam itu senilai
dengan emas. Ingatlah semua yang kita ucapkan dicatat oleh malaikat. Sebagaimana firman
Allah,

‫عتّي ٌد‬ ٌ ّ‫ظ ّمن قَ ْو ٍل ّإ هال لَ َد ْي ّه َرق‬


َ ‫يب‬ ُ ‫هما يَ ْل ّف‬
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir.” [Quran Qaf: 18].

4
Kemudian firman-Nya,

َ ُ‫سلُنَا لَ َد ْي ّه ْم َي ْكتُب‬
‫ون‬ ُ ‫س هر ُه ْم َونَ ْج َوا ُهم ۚ َبلَ ٰى َو ُر‬ ْ َ‫ون أَنها َال ن‬
ّ ‫س َم ُع‬ َ ‫أَ ْم َي ْح‬
َ ُ‫سب‬
“Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka?
Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat
di sisi mereka.” [Quran Az-Zukhruf: 80].

Kaum muslimin,
Di zaman sekarang ini banyak sekali orang yang berkomentar terhadap masalah yang mereka
lihat. Banyak orang menshare di media social urusan-urusan yang tidak mereka pikirkan
dampaknya. Khotib ingin mengingatkan wasiat para ulama kita bahwa tulisan itu sama
hukumnya dengan ucapan. Betapa banyak akad terjadi tanpa pembicaraan. Kita lihat jual-beli
online yang tanpa pembicaraan. Kemudian sah terjadi keberpindahan pemilikan. Betapa
banyak persetujuan hanya dilakukan dengan tanda tangan. Dengan demikian, tulisan itu
memiliki nilai yang sama dengan ucapan. Karena itu, hendaknya setiap orang waspada
terhadap apa yang ia tulis sebagaimana ia juga waspada terhadap apa yang ia ucapkan.
Di zaman sekarang banyak hal yang memicu kita untuk berkomentar. Demikianlah manusia,
memang suka berkomentar. Ketika komentar ini tidak terarah, dia akan memicu permusuhan,
saling tuduh, keributan, bahkan pertumpahan darah. Lihatlah di era social media sekarang,
dusta tersebar. Berhati-hatilah! Karena semua itu dapat mengantarkan kita ke neraka
Jahannam.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat
seseorang tengah diadzab di alam barzakh. Bagaimana adzabnya? Adzabnya adalah ada
seseorang sedang duduk kemudian datang orang lainnya memegang pisau. Kemudian
merobek bibirnya sebelah kanan sampai ke leher. Kemudian orang tersebut memindahkan
pisau ke bibir sebelah kirinya. Lalu merobeknya hingga ke leher. Begitu ia selesai merobek
yang kiri, yang kanan sudah kembali utuh. Lalu ia merobek yang sebelah kanan. Setelah itu
yang kiri sembuh lagi. Ia pun merobek yang sebelah kiri. Terus ia diadzab demikian sampai
datang hari kiamat. lalu Nabi bertanya siapakah orang tersebut?

‫ع ْنهُ َحتهى‬ َ ‫ِّث ّبا ْل َك ْذ َب ّة فَت ُ ْح َم ُل‬


ُ ‫اب يُ َح ّد‬ ٌ ‫ش ْدقُهُ فَ َكذه‬
ّ ‫ق‬ َ ُ‫أَ هما الهذّي َرأَ ْيتَهُ ي‬
ُّ ‫ش‬
ْ ُ‫اق َفي‬
‫صنَ ُع ّب ّه ّإلَى َي ْو ّم ا ْل ّق َيا َم ّة‬ َ َ‫تَ ْبلُ َغ ْاآلف‬،
5
“Adapun orang yang engkau lihat dirobek mulutnya, dia adalah pendusta. Dia berbicara
dengan kedustaan lalu kedustaan itu dinukil darinya sampai tersebar luas. Maka dia disiksa
dengan siksaan tersebut hingga hari kiamat.” (HR. al-Bukhari).
Sekarang menyebarkan kedustaan demikian mudah. Kalau zaman dahulu, untuk
menyebarkan dustanya ia harus menyewa seseorang. Kemudian orang tersebut mengendarai
kuda atau ontanya untuk menyebarkan berita tersebut. Tapi di zaman sekarang ucapan
seseorang begitu mudah tersebar. Terlebih di era sosial media. Seseorang berdusta, ia posting
atau ia buat video di sosial media. Kemudian dilihat oleh orang-orang. Kemudian dibagikan
dan diceritakan. Tersebarlah dusta tersebut begitu cepat. Hingga ia pun menanggung
akibatnya di hari kiamat. karena itu, hati-hatilah. Waktu akan berlalu. Kehidupan akan
berganti dengan kematian. Dan kita akan mempertanggung-jawabkan semua yang telah kita
ucapkan.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga kita dari perkara dusta dan hal-hal lain yang
bisa menjerumuskan diri kita dalam neraka Jahannam. Jagalah lisan, karena lisan apabila
telah mengeluarkan ucapan, tak bisa ditarik lagi, dicatat oleh malaikat, dan akan kita
pertanggung-jawabkan.

‫ َو َخ ْي َر ال ُه َد‬،ّ‫ث ك َََل ُم هللا‬


ّ ‫َق ال َح ّد ْي‬ ْ َ‫َوا ْعلَ ُم ْوا أَ هن أ‬
َ ‫صد‬

Anda mungkin juga menyukai