522 2715 1 PB PDF
522 2715 1 PB PDF
Dalam mengatasi autokorelasi dapat dilakukan dengan v. Melakukan transformasi variabel (X* dan Y*) sesuai
menggunakan Generalized Least Square (GLS) dan Feasible persamaan (11).
Generalized Least Square (FGLS). GLS digunakan apabila vi. Melakukan regresi ridge pada data yang sudah
koefisien autokorelasi diketahui, namun apabila koefisien ditransformasi pada langkah (v).
korelasi tidak diketahui maka digunakan FGLS, dimana vii. Melakukan pendeteksian multikolinearitas dan auto-
koefisien autokorelasi dapat diduga berdasarkan nilai Durbin korelasi pada model
Watson, nilai residual, dan cochrane orcutt iterative procedure. viii. Memilih metode yang dapat mengatasi adanya
Metode yang digunakan untuk mengatasi multiko-linearitas autokorelasi sekaligus multikolinearitas, dengan kriteria
sekaligus autokorelasi dalam suatu data adalah kombinasi antara nilai Durbin Watson yang mendekati atau berada dalam
GLS atau FGLS dan regresi ridge. Salah satunya yaitu selang du<dw<4-du dan nilai VIF kurang dari 10.
kombinasi Durbin Watson dua tahap dan regresi ridge [5].
Metode lainnya yang juga dapat digunakan yaitu kombinasi
III. HASIL DAN DISKUSI
antara Cochrane-Orcutt iterative procedure dan regresi ridge.
Penelitian ini membahas pengkombinasian antara Durbin A. Deskripsi Produksi dan Mutu Tembakau Temanggung dan
Watson dan regresi ridge, AR(1) residual dan regresi ridge, serta Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
Cochrane-Orcutt iterative procedure dan regresi ridge untuk Dalam kurun waktu bulan Mei hingga Agustus 2010, rata-
mengatasi adanya autokorelasi sekaligus multi-kolinearitas pada rata produksi tembakau Temanggung adalah 688,77 kg/hektar,
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan mutu tembakau dimana produksi paling sedikit yaitu sebesar 426 kg/hektar dan
Temanggung. produksi paling banyak yaitu sebesar 875 kg/hektar. Rata-rata
mutu tembakau Temanggung yang dihasilkan adalah sebesar
14,54 dimana mutu paling rendah yaitu sebesar 9,56 dan mutu
II. METODOLOGI tertinggi yaitu 21,56 (Tabel 1).
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
sekunder yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Tabel 1.
Nilai Mean, Varians, Minimum, dan Maksimum Produksi dan Mutu Tembakau
BALITTAS-Karangploso Malang. Penelitian dilakukan pada Temanggung
bulan Mei hingga Agustus 2010. Variabel respon yang
digunakan adalah produksi dan mutu tembakau Temanggung. Variabel Mean Varian Minimum Maximum
Variabel prediktor yang digunakan adalah elevasi (m dpl), water Produksi 688,77 8831,41 426,00 875,00
Mutu 14,54 8,83 9,56 21,56
holding capacity (mm/m), persentase kerikil dalam tanah,
persentase Karbon Organik dalam tanah, persentase Nitrogen
dalam tanah, kandungan Fosfor dalam tanah (mg/kg), Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata elevasi atau ketinggian
kandungan Kalium dalam tanah (me/100 g), persentase pasir tempat yang digunakan sebagai lahan tanam untuk tembakau
dalam tanah, persentase debu dalam tanah, persentase liat dalam Temanggung adalah 1.097,03 m dpl, dengan elevasi terendah
tanah, dan bobot isi tanah (g/cm3). Analisis dalam penelitian ini adalah 557 m dpl dan elevasi yang paling tinggi 1.615 m dpl.
tidak dilakukan secara multivariat melainkan secara univariat Hal ini menunjukkan bahwa seluruh wilayah Kabupaten
karena antara produksi dan mutu tidak saling berhubungan Temanggung baik di kawasan yang rendah maupun tinggi
(bersifat independen). Analisis data pada penelitian ini dengan digunakan sebagai lahan tanam tembakau. Rata-rata persentase
menggunakan bantuan software Minitab dan Statistical Analysis pasir pada tanah di Kabupaten Temanggung lebih besar
System (SAS). Tahapan analisis data yaitu: dibandingkan rata-rata persentase kerikil, debu, dan liat yang ada
1. Untuk mengetahui karakteristik produksi dan mutu tembakau dalam tanah. Keragaman persentase karbon organik dan nitrogen
Temanggung dan faktor-faktor yang diduga dalam tanah yaitu 0,53; 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa
mempengaruhinya digunakan statistika deskriptif. persebaran persentase karbon organik dan nitrogen dalam tanah
2. Untuk menyusun model faktor-faktor yang berpengaruh di Kabupaten Temanggung beragam di setiap lokasi.
terhadap produksi dan mutu tembakau Temanggung, dengan Tabel 2.
tahapan sebagai berikut: Nilai Mean, Varians, Minimum, dan Maksimum Faktor-Faktor yang
i. Menyusun model regresi antara faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Mutu Tembakau Temanggung
mempengaruhi produksi dan mutu tembakau temang- Variabel Mean Varian Minimum Maximum
gung dengan metode OLS. X1 1097,03 93647,40 557,00 1615,00
ii. Mendeteksi kasus multikolinearitas yaitu dengan cara X2 329,96 21942,09 65,30 531,10
melihat nilai korelasi antara variabel prediktor dan nilai X3 15,46 94,40 0,77 31,14
X4 1,76 0,53 0,61 3,39
VIF. X5 0,24 0,01 0,10 0,42
iii. Mendeteksi kasus autokorelasi dengan uji Durbin X6 17,43 312,84 0,58 83,06
Watson. X7 0,95 0,29 0,23 2,37
iv. Melakukan pendugaan nilai koefisien autokorelasi (ρ) X8 48,70 397,81 9,00 89,00
X9 39,02 228,18 10,00 71,00
berdasarkan nilai Durbin Watson, AR(1) residual, dan X10 12,28 53,87 1,00 29,00
Cochrane-Orcutt iterative procedure. X11 1,15 0,07 0,68 1,72
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X D-3
X1 X2 X3 X4
Untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel
800
prediktor menggunakan matrik korelasi yang disajikan pada
600
400
Tabel 4. Terdapat beberapa variabel prediktor yang saling
500 1000
X5
1500 0 200
X6
400 0 15
X7
30 1 2
X8
3
berkorelasi, ini ditunjukkan oleh tingginya nilai korelasi antar
800
variabel prediktor dan nilai p-value yang lebih kecil dari taraf
Y1
600
400
20 40 60 0 15 30
0,6 1,2 1,8
(a) C. Pendugaan Model Regresi dengan Metode OLS
Model regresi untuk produksi dan mutu tembakau
X1 X2 X3 X4
Temanggung dengan metode OLS disajikan pada Tabel 5.
20
Model untuk produksi memiliki nilai koefisisen determinasi (R2)
sebesar 24,5%, dimana nilai tersebut tidak terlalu tinggi. Nilai R2
15
10
500 1000
X5
1500 0 200
X6
400 0 15
X7
30 1 2
X8
3
20
sebesar 24,5% berarti bahwa model regresi dapat menjelaskan
keragaman variabel respon sebesar 24,5%, sedangkan 75,5%
Y2
15
Tabel 4.
Korelasi Antar Variabel Prediktor
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
-0,438a
X2
(0,000)b
0,657 -0,899
X3
(0,000) (0,000)
0,545 -0,287 0,468
X4
(0,000) (0,025) (0,000)
0,549 -0,250 0,462 0,955
X5
(0,000) (0,052) (0,000) (0,000)
-0,126 -0,356 0,213 0,055 0,033
X6
(0,332) (0,005) (0,099) (0,677) (0,803)
0,325 0,175 0,086 0,033 0,086 -0,249
X7
(0,010) (0,177) (0,509) (0,803) (0,512) (0,053)
0,591 -0,625 0,645 0,533 0,485 0,269 0,131
X8
(0,000) (0,000) (0,000) (0,000) (0,000) (0,036) (0,316)
-0,436 0,603 -0,552 -0,367 -0,307 -0,320 -0,093 -0,950
X9
(0,000) (0,000) (0,000) (0,004) (0,016) (0,012) (0,475) (0,000)
-0,711 0,459 -0,619 -0,696 -0,686 -0,073 -0,163 -0,763 0,523
X10
(0,000) (0,000) (0,000) (0,000) (0,000) (0,577) (0,210) (0,000) (0,000)
0,343 -0,920 0,766 0,261 0,185 0,473 -0,251 0,700 -0,702 -0,458
X11
(0,007) (0,000) (0,000) (0,043) (0,153) (0,000) (0,051) (0,000) (0,000) (0,000)
Keterangan: a nilai korelasi, b adalah p-value
ketiga metode tersebut kemudian dikombinasikan dengan
Tabel 5. regresi ridge dan dipilih satu metode yang memberikan hasil
Model dengan Metode OLS untuk Produksi dan Mutu paling baik, dimana metode yang dipilih adalah yang
Pemodelan Model dengan Metode OLS R2 menghasilkan nilai Durbin Watson yang mendekati atau
Produksi Ŷ = 293 + 0,0772 X1 – 0,433 X2 – 7,11 X3 24,5% berada dalam selang du<dw<4-du.
+ 134 X4 - 1319 X5 + 1,40 X6 + 21,3 X7
+ 6,6 X8 + 6,7 X9 + 5,3 X10 - 45 X11
Mutu Ŷ = 578,437 + 0,01058 X1 – 0,00907 X2 63,8%
D. Pendugaan Model Regresi Produksi dengan Kombinasi
– 0,87715 X3 + 2,22996 X4 – 176,930 X5 GLS dan Regresi Ridge
+ 0,61092 X6 + 2,62636 X7 + 0,20952 X8 Nilai koefisien autokorelasi (ρ) yang diperoleh
– 0,22707 X9 – 0,59618 X10 + 21,7945 X11 berdasarkan pendekatan Durbin Watson yaitu sebesar 0,16922,
AR(1) residual sebesar 0,087, dan cochrane orcutt iterative
Tabel 6.
Ringkasan Hasil Uji Serentak dan Uji Parsial untuk Pemodelan Produksi dan procedure sebesar 0,014.
Mutu Ridge Trace pemodelan produksi dengan menggunakan
Uji Produksi Mutu kombinasi antara Durbin Watson dan regresi ridge
Serentak Tidak ada parameter yang Minimal terdapat satu menunjukkan bahwa pada θ sebesar 0,60 dihasilkan penduga
memiliki pengaruh yang parameter yang yang stabil (Gambar 3).
signifikan terhadap variabel berpengaruh signifikan
respon produksi (p-value = terhadap variabel respon
0,184) mutu (p-value= 0,000)
Parsial Terdapat dua parameter Terdapat satu parameter
yang berpengaruh signifikan yang berpengaruh
terhadap model, yaitu β4 dan signifikan terhadap model
β5 yaitu β1 θ= 0,60
Tabel 7.
Ringkasan Hasil Pengujian Asumsi Residual Pemodelan Produksi dan Mutu
Asumsi Residual Produksi Mutu
Kenormalan Residual Terpenuhi Terpenuhi
Homoskedastisitas Terpenuhi Terpenuhi
Tidak dapat Tidak dapat
Autokorelasi diputuskan diputuskan
(DWhitung=1,66156) (DWhitung=1,30354)
Nilai dU= 2,0256 dan dL=1,1936
Gambar 3. Ridge Trace Pemodelan Produksi dengan Kombinasi Durbin
Tabel 7 menunjukkan bahwa pada pemodelan OLS untuk Watson dan Regresi Ridge.
produksi dan mutu tembakau Temanggung diduga terjadi dua
pelanggaran asumsi yaitu adanya multikolinearitas dan Model regresi produksi tembakau dengan kombinasi antara
autokorelasi. Oleh karena untuk menangani adanya kedua GLS dan regresi ridge ditunjukkan pada Tabel 8.
kasus tersebut akan digunakan kombinasi GLS dan regresi Kombinasi Durbin Watson dan regresi ridge meng-
hasilkan model yang sudah tidak mengandung multi-
ridge. Untuk menduga nilai koefisien autokorelasi (ρ) pada
kolinearitas. Hal ini disebabkan nilai VIF seluruh variabel
GLS digunakan 3 pendekatan, yaitu: Durbin Watson, AR(1)
prediktor bernilai kurang dari 10.
Residual, dan Cochrane-Orcutt iterative procedure. Dari
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X D-5
DAFTAR PUSTAKA
[1] Isdijoso, S. H. dan Mukani. 2000. Usaha Tani, Kelambagaan, dan
Pemasaran Tembakau Temanggung. Monograf Tanaman Tembakau
Temanggung. Malang: Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat.
[2] Wiroatmodjo, J. dan Najib, M. 1995. Pengaruh Dosis Nitrogen dan
Kalium Terhadap Produksi dan Mutu Tembakau Temanggung Pada
Tumpang Sisip Kubis-Tembakau Di Pujon Malang. Jurnal Agronomi
Indonesia Volume 23 Nomor 2.
[3] Nurnasari, E. dan Djumali. 2010. Pengaruh Kondisi Ketinggian Tempat
Terhadap Produksi dan Mutu Tembakau Temanggung. Buletin Tanaman
Tembakau, Serat dan Minyak Industri Volume 2 Nomor 2.
[4] Gujarati, D. N. 2004. Bacic Econometrics, Fourth Edition. USA: The
McGraw−Hill Companies.
[5] Jen, J. dan Hsu, C. 1980. Multicollinearity, Autocorrelation, and Ridge
Regression.Canada: The University of British Columbia.
https://circle.ubc.ca/bitstream/handle/2429/21865/UBC_1980_A4_6%20
H88.pdf?sequence=1 [Diakses pada 10 April 2012 Pukul 19.00 WIB].