Anda di halaman 1dari 24

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI – BOGOR

Nama : Roni AJ Simanjuntak Tanda Tangan


NIM : 11 2017 003 ........................................
Dr Pembimbing / Penguji : dr. Kantika Prinandita, Sp.M

.........................................

I. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 63 th
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Lepas
Alamat : Gadog, Pandan Sari
Tanggal pemeriksaan : 7 Agustus 2019
Pemeriksa : Roni AJ Simanjuntak

II. ANAMNESIS
Auto anamnesis pada tanggal 7 Agustus 2019.

Keluhan utama:
Mata sebelah kanan terasa perih, seperti mengganjal dan terasa nyeri.

1
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Ciawi Bogor dengan keluhan mata sebelah kanan
terasa kelilipan, seperti ada benda asing dan nyeri sejak 1 bulan yang lalu. Mata kanan terasa
seperti ada pasir yang mengganjal. Pasien sempat memberi obat pada mata kanan berupa
obat (Jenana) herbal tetes mata untuk mengatasi kelilipannya, namun 2 hari setelah
pemberian obat herbal tersebut mata pasien mulai terasa nyeri dan pandangan pasien mulai
terganggu dan tidak nyaman. Kemudian pasien memutuskan untuk pergi ke dokter mata.

Riwayat Penyakit Dahulu


2 tahun yang lalu mata kiri pasien pernah terkena percikan gerinda. Pasien tidak memiliki
penyakit hipertensi, diabetes melitus, asma.

Riwayat Penyakit Keluarga


Di dalam keluarga pasien tidak ada yang pernah atau sedang mengalami hal serupa.
.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD 130/80 mmHg, HR 84x/menit, Suhu 36,6 C, RR 18x/menit
Kepala/Leher : Normocephali, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Mulut : Tidak dilakukan pemeriksaan
Thorax, Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Dalam batas normal

2
Status Ophtalmologi

KETERANGAN OD OS
1. VISUS
- Visus 2/60 20/20 F2
- Koreksi - -
- Addisi - -
- Distansia pupil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
- Ukuran Normal Normal
- Eksoftalmus - -
- Endoftalmus - -
- Deviasi - -
- Gerakan Bola Mata Baik segala arah Baik ke segala arah
3. SUPERSILIA
- Warna Hitam Hitam
- Simetris Normal Normal
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Edema - -
- Nyeri tekan - -
- Ekteropion - -
- Entropion - -
- Blefarospasme - -
- Trikiasis - -
- Sikatriks - -
- Punctum lakrimal Normal Normal
- Fissure palpebral - -
- Tes anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Hiperemis + -
- Folikel - -
- Papil - -

3
- Sikatriks - -
- Hordeolum - -
- Kalazion - -
6. KONJUNGTIVA BULBI
- Sekret + -
- Injeksi Konjungtiva - -
- Injeksi Siliar + -
- Perdarahan - -
Subkonjungtiva/kemosis
- Pterigium - -
- Pinguekula - -
- Flikten - -
- Nevus Pigmentosus - -
- Kista Dermoid - -
7. SKLERA
- Warna Putih kemerahan Putih
- Ikterik - -
- Nyeri Tekan + -
8. KORNEA
- Kejernihan Keruh Jernih
- Permukaan Kasar Licin
- Ukuran Normal Normal
- Sensibilitas Baik Baik
- Infiltrat + -
- Keratik Presipitat - -
- Sikatriks - -
- Ulkus + 4mm, sentral -
- Perforasi - -
- Arcus senilis + +
- Edema - -
- Test Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
9. BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman Sulit dinilai Dalam
- Kejernihan Sulit dinilai Jernih
- Hifema - -
- Hipopion + 1mm -
- Efek Tyndall Tidak di lakukan Tidak di lakukan
10. IRIS
- Warna Coklat Coklat

4
- Kripta - -
- Sinekia - -
- Kolobama - -
11. PUPIL
- Letak Tengah Tengah
- Bentuk Bulat Bulat
- Ukuran 3 mm 3 mm
- Refleks Cahaya Langsung + +
- Refleks Cahaya Tidak Langsung + +
12. LENSA
- Kejernihan Sulit di nilai Jernih
- Letak Tengah Tengah
- Test Shadow Sulit di nilai -
13. BADAN KACA
- Kejernihan Sulit di nilai Jernih
14. FUNDUS OCCULI
- Batas Sulit di evluasi Tegas
- Warna Sulit di evluasi Jingga
- Ekskavasio Sulit di evluasi Tidak ada
- Rasio arteri : vena Sulit di evluasi 2:3
- C/D rasio Sulit di evluasi 0,3
- Eksudat Sulit di evluasi Tidak ada
- Perdarahan Sulit di evluasi Tidak ada
- Sikatriks Sulit di evluasi Tidak ada
- Ablasio Sulit di evluasi Tidak ada
15. PALPASI
- Nyeri tekan + -
- Masa tumor - -
- Tensi Occuli - -
- Tonometry Schiotz Tidak di lakukan Tidak di lakukan
16. KAMPUS VISI
- Tes Konfrontasi Baik Baik

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Gula darah sewaktu, Hb, Ht, Leukosit, Trombosit,Slit lamp, tes fluoresensi, pemeriksaan
gram/KOH/giemsa

5
V. RESUME
Seorang pria berusia 63 tahun datang ke poliklinik mata RSUD Ciawi Bogor dengan
keluhan mata kanan pasien terasa kelilipan, seperti ada benda asing dan nyeri sejak 1 bulan
yang lalu. Pasien sempat mengobati matanya menggunakan tetes mata herbal dan dirasakan
mata pasien semakin terasa nyeri dan perih serta pandangan pasien mulai terganggu dan tidak
nyaman. Riwayat trauma pada kepala disangkal. Pasien memiliki riwayat trauma pada mata
kiri 2 tahun yang lau. Riwayat Diabetes Melitus, Hipertensi, Asma dan alergi disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapati status generalis: Keadaan umum Baik, kesadaran
compos mentis, TD 130/80 mmHg, HR 84x/menit, Suhu 36,6 C, RR 18x/menit dan lainnya
dalam batas normal.

Pada pemeriksaan status ophtalmologi:


OD OS

Visus 2/60 20/20 F2

TIO Sulit dinilai Normal Perpalpasi

Cts Hiperemis Tenang

Cti Hiperemis Tenang

Cb Injeksi siliar Normal

C Ulkus 4mm, sentral Jernih, licin

CoA Hipopion 1mm Dalam

P Bulat, Refleks cahaya + Bulat, Refleks cahaya +

I Coklat, sinekia - Coklat, sinekia -

L Keruh, shadow test - Jernih, shadow test -

F Sulit di evaluasi Normal

VI. DIAGNOSIS KERJA


Ulkus kornea OD ec susp bakteri komplikasi hypopion
6
VII. DIAGNOSIS BANDING
- Ulkus kornea OD ec susp Jamur
- Ulkus kornea OD ec susp Virus

VIII. PENATALAKSANAAN
- Ofloksasin 3mg/ml ED 2 tetes/ 2jam
- Natamycin 5% ED 1 tts/ 2jam
- Sodium Hyaluronat 0,1% ED 1tts 6x/hari
- Ciprofloksasin 500mg tab 3x1
- As. Mefenamat 500mg tab 3x1
- Ranitidin 300 mg tab 1x1

IX. PROGNOSIS
OD OS
Ad Vitam bonam bonam
Ad Fungsionam Dubia Ad malam Dubia Ad bonam
Ad Sanationam Dubia Ad Malam Dubia Ad bonam

7
ULKUS KORNEA

PENDAHULUAN

Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea sampai lapisan stroma
akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan
oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal dua bentuk
ulkus pada kornea yaitu ulkus kornea sentral dan ulkus kornea marginal atau perifer. 1,2

Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan gangguan
penglihatan di seluruh dunia dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.
Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya
ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Penyebab ulkus kornea adalah bakteri, jamur,
akantamuba dan herpes simpleks. 1,2

Ulkus kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma yang merusak epitel kornea.
riwayat trauma bisa saja hanya berupa trauma kecil seperti abrasi oleh karena benda asing, atau
akibat insufisiensi air mata, malnutrisi, ataupun oleh karena penggunaan lensa kontak. Peningkatan
penggunaan lensa kontak beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang dramatis
terhadap angka kejadian ulkus kornea, terutama oleh Pseudomonas Aeroginosa. Sebagai
tambahan, penggunaan obat kortikosteroid topikal yang mula diperkenalkan dalam pengobatan
penyakit mata penyebabkan kasus ulkus kornea lebih sering ditemukan. .Perjalanan penyakit ulkus
kornea dapat progresif, regresi atau membentuk jaringan parut. 1,2

Ulkus kornea akan memberikan gejala mata merah, sakit mata ringan hingga berat,
fotofobia, penglihatan menurun dan kadang kotor. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan klinis yang baik dibantu slit lamp. Pemeriksaan laboratorium seperti mikroskopik
dan kultur sangat berguna untuk membantu membuat diagnosis kausa. Pemeriksaan jamur
dilakukan dengan sediaan hapus yang memakai larutan KOH. 1,

8
EPIDEMIOLOGI

Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia,
sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa
kontak terutama yang dipakai hingga keesokan harinya, dan kadang-kadang tidak diketahui
penyebabnya. 4

Penelitian di United Kingdom melaporkan beberapa faktor yang berkaitan dengan


meningkatnya resiko terjadinya invasi pada kornea; penggunaan lensa kontak yang lama, laki-laki,
merokok dan akhir musim sejuk (Maret-Juli). Dari penelitian juga didapatkan insidens terjadinya
ulkus kornea meningkat sehingga 8 kali ganda pada mereka yang tidur sambil memakai lensa
kontak berbanding dengan mereka yang memakai lensa kontak ketika jaga. 4,5,6,7

Ulkus kornea dapat mengenai semua umur. Kelompok dengan prevalensi penyakit yang
lebih tinggi adalah mereka dengan faktor resiko. Kelompok pertama yang berusia di bawah 30
tahun adalah mereka yang memakai lensa ontak dan/atau dengan trauma okuler, manakala
kelompok kedua yang berusia di atas 50 tahun adalah mereka yang mungkin menjalani operasi
mata. 4,5

ANATOMI DAN FISIOLOGI 1,5-7

Gambar 3. Anatomi mata

Secara garis besar mata di bagi tiga bagian:

9
 Tunika fibrosa
Tunika fibrosa terdiri dari sklera dan kornea. Sklera berwarna putih merupakan lapisan luar
yang sangat kuat dengan ketebalan 0,3-0,6 mm. Sklera juga merupakan tempat insersi otot-otot
akstraocular. Sementara itu, kornea adalah lapisan yang berwarna bening dan berfungsi untuk
menerima cahaya masuk dan sebagai media refrakta. Pada bagian tengah, ketebalan kornea 0,52
mm dan pada bagian perifer 0,65 mm. Diameter horizontal kornea berukuran 11,75 mm dan
diameter vertikalnya 10,6 mm. Dari anterior ke posterior tersusun atas lapisan epitel, membrana
Bowman’s, stroma, membrana Descement’s, dan endothel. Untuk melindungi kornea ini, maka
disekresikan air mata sehingga keadaannya selalu basah dan dapat membersihkan dari debu.4

 Tunika Vaskulosa
Tunika vaskulosa merupakan bagian tengah bola mata, urutan dari tengah kebelakang
terdiri dari iris, corpus siliaris, dan koroid. Koroid merupakan lapisan tengah yang kaya akan
pembuluh darah, lapisan ini juga kaya akan pigmen warna. Daerah ini disebut iris. Bagian depan
dari iris ini disebut pupil yang terletak di belakang kornea tengah. Pengaruh kerja dari otot iris
adalah untuk melebarkan atau menyempitkan bagian pupil. Ini diibaratkan diafragma yang dapat
mengatur jumlah cahaya yang masuk pada sebuah kamera. Disebelah dalam pupil terdapat lensa
yang berbentuk cakram dan terdapat otot siliaris. Otot ini sangat kuat dalam mendukung fungsi
lensa mata, yang selalu berkerja untuk memfokuskan penglihatan. Seseorang yang melihat benda
dengan jarak yang jauh tidak mengakibatkan otot lensa mata berkerja, tetapi apabila seseorang
melihat benda dengan jarak yang dekat maka akan memaksa otot lensa bekerja lebih berat karena
otot lensa harus menegang untuk membuat lensa mata lebih tebal sehingga dapat memfokuskan
penglihatan pada benda-benda tersebut. Pada bagian belakang dan depan lensa ini terdapat rongga
yang terisi cairan bening yang masing-masing disebut Aqueous Humor dan Vitreous Humor.
Adanya cairan ini dapat memperkokoh kedudukan bola mata.4

 Tunika Nervosa
Tunika nervosa (retina) merupakan bagian dari mata yang terletak pada bagian depan
koroid. Bagian ini merupakan bagian terdalam dari mata. Lapisan ini lunak namun tipis.
Merupakan suatu struktur sangat kompleks yang terbagi menjadi 10 lapisan terpisah, tediri dari
fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) dan neuron, diantaranya adalah sel ganglion yang bersatu
membentuk serabut saraf optik. Retina tersusun dari 103 juta sel-sel yang berfungsi untuk

10
menerima cahaya, dan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik. Sel kerucut bertanggung jawab
untuk penglihatan siang hari. Sel kerucut responsive terhadap panjang gelombang pendek,
menengah, dan panjang (biru, hijau, merah). Sel-sel ini terkonsentrasi di fovea yang bertanggung
jawab untuk penglihatan detail seperti membaca huruf kecil. Sedangkan sel batang berfungsi untuk
penglihatan malam. Sel-sel ini sensitif terhadap cahaya redup dan tidak memberikan sinyal
informasi panjang gelombang (warna). Sel batang menyusun sebagian besar fotoreseptor di retina
daerah perifer.4

Kornea (latin cornum=seperti tanduk) adalah sela put bening mata, bagian selaput mata
yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan. Kornea
ini disisipkan ke sklera dilimbus, lekuk melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skleralis.
Kornea memiliki diameter horizontal 11-12 mm dan berkurang menjadi 9-11 mm secara vertikal
oleh adanya limbus. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65
mm di tepi. Kornea memiliki tiga fungsi utama: 1,6

 Sebagai media refraksi cahaya terutama antara udara dengan lapisan air mata prekornea.
 Transmisi cahaya dengan minimal distorsi, penghamburan dan absorbsi.
 Sebagai struktur penyokong dan proteksi bola mata tanpa mengganggu penampilan optikal.
Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang terdiri atas: 1

1. Epitel

- Tebalnya 50 um, terdiri atas lima lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat
mitosis sel, dan sel muda mi terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju
ke depan menjadi sel gepeng. Sel basal berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan
sel polygonal di depannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.

- Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.

- Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membrana Bowman

11
- Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun
tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

- Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Stroma

- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada
permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini
bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang
sampai 15 bulan. keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast
terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat
kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membrana Descemet

- Membrane aselular; merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan
merupakan membran basalnya.

- Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, tebal 40 um.

5. Endotel

- Berasal dari mesotehum, berlapis satu, bentuk heksagonal, tebal 20-40 um. Endotel
melekat pada membran descemet melalui hemidesmosom dan zonula okluden.

12
Gambar 4. Anatomi kornea

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea,
menembus membrana Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi
sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin
ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan.

Kornea bersifat avaskuler, mendapat nutrisi secara difus dari humor aqous dan dari tepi
kapiler. Bagian sentral dari kornea menerima oksigen secara tidak langsung dari udara, melalui
oksigen yang larut dalam lapisan air mata, sedangkan bagian perifer menerima oksigen secara
difus dari pembuluh darah siliaris anterior. 1,5

Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel
terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunyai
daya regenerasi.

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah
depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, di mana 40 dioptri dari 50 dioptri
pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. Transparansi kornea disebabkan oleh
strukturnya yang seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.4-6 Secara klinis, kornea dibagi
dalam beberapa zona yang mengelilingi dan menyatu satu dengan yang lain, seperti pada gambar
di bawah ini: 7

13
Gambar 5. Topografi dari komea7

ETIOPATOGENESIS

Ulkus kornea terjadi akibat organisme yang memproduksi toksin yang menyebabkan
nekrosis dan pembentukan pus di jaringan kornea. Ulkus kornea biasanya terbentuk akibat Infeksi
oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas atau pneumokokus), jamur, virus (misalnya
herpes) atau protozoa akantamuba. Penyebab lain adalah aberasi atau benda asing, penutupan
kelopak mata yang tidak cukup, mata yang sangat kering, defisiensi vitamin A, penyakit alergi
mata yang berat atau pelbagai kelainan inflamasi yang lain.1,2,6,8

Pengguna lensa kontak, terutamanya mereka yang memakainya waktu tidur, bisa
menyebabkan ulkus kornea. Infeksi oleh Protozoa, infeksi dengan Achanthamoeba berkaitan
dengan kebiasaan kebersihan lensa kontak yang buruk (menggunakan air yang tidak steril),
berenang atau berendam di air panas dengan menggunakan lensa kontak. Organisme ini
menyebabkan peradangan yang serius dan seringkali di salah diagnosis dengan virus herpes
simpleks. Keratitis herpes simpleks merupakan infeksi viral yang serius. Ia bisa menyebabkan
serangan berulang yang dipicu oleh stress, paparan kepada sinar matahari, atau keadaan yang
4,7.
menurunkan sistem imun. Pengguna lensa kontak dapat memiliki komplikasi baik secara
langsung atau akibat dari permasalahan yang ada yang diperburuk dengan pemakaian lensa kontak.
Lensa kontak secara langsung bersentuhan dengan mata dan memicu komplikasi melalui: trauma,
mengganggu kelembaban kornea dan konjungtiva, penurunan oksigenasi kornea, stimulasi respon
alergi dan inflamasi, dan infeksi.4,6,7

Ulkus Kornea Tipe Sentral

Ulkus kornea tipe sentral biasanya merupakan ulkus infeksi akibat kerusakan pada epitel.
Lesi terletak di sentral, jauh dari limbus vaskuler. Etiologi ulkus kornea sentral biasanya bakteri
(pseudomonas, pneumokok, moraxela liquefaciens, streptokok beta hemolitik, klebsiela pneumoni,
e.coli, proteous), virus (herpes simpleks, herpes zoster), jamur (Candida albican, fusarium solani,
spesies nokardia, sefalosporium dan aspergilus). 1,2

14
Mikroorganisme ini tidak mudah masuk ke dalam kornea dengan epitel yang sehat.
Terdapat faktor predisposisi untuk terjadinya ulkus kornea seperti erosi pada kornea, keratitis
neurotrofik, pemakaian kortikosteroid atau imunosupresif, pemakaian obat anestetika lokal,
pemakaian Idoxyuridine (IDU), pasien diabetes melitus dan ketuaan.1

Hipopion biasanya (tidak selalu menyertai ulkus). Hipopion adalah penggumpalan sel-sel
radang yang tampak sebagai lapisan pucat di bagian bawah kamera anterior dan khas untuk ulkus
kornea bakteri dan jamur. Meskipun hipopion itu steril pada ulkus kornea bakteri, kecuali terjadi
robekan pada membrane Descemet, pada ulkus fungi lesi ini mungkin mengandung unsur fungus.2

Gambar 6. Ulkus kornea sentral pneumococcal dengan hipopion (pus di bilik mata depan) 9

Ulkus Kornea Tipe Perifer (marginal)

Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit. Ulkus ini timbul
akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun, khususnya blefarokonjungtivitis stafilokok dan
lebih jarang konjungtivitis Koch-Weeks. Ulkus ini timbul akibat sensitisasi terhadap produk
bakteri; antibodi dari pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel
kornea. 2

Ulkus kornea marginal merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas yang
biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat kelainannya. Sumbu
memanjang daerah peradangan biasanya sejajar dengan limbus kornea. Diduga dasar kelainannya
ialah suatu reaksi hipersensitivitas terhadap eksotoksin Stqfilokokus. Ulkus yang terdapat terutama

15
di bagian perifer kornea, yang biasanya terjadi akibat alergi, toksik, infeksi dan penyakit kolagen
vaskuler. Infiltrat dan ulkus marginal mulai berupa infiltrat linear atau lonjong, terpisah dari limbus
oleh interval bening, dan hanya pada akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi.
Biasanya bersifat rekuren, dengan kemungkinan terdapatnya Streptococcus pneumonic,
Hemophilus aegepty, Moraxella lacunata dan Esrichia. l,2

Gambar 7. Ulkus kornea perifer

Penyebab dari ulkus kornea adalah: 7

 Ulkus kornea akibat jamur, yang pernah banyak dijumpai pada para pekerja petanian, kini
makin banyak dijumpai di antara penduduk perkotaan, dengan dipakainya obat kortikosteroid
dalam pengobatan mata. Kebanyakan ulkus jamur disebabkan organisme oportunis seperti
Candida, Fusarium, Aspergillus, Penicillium, Cephalosporium dan lain-lain. Tidak ada ciri
khas yang membedakan macam-macam ulkus jamur ini. Ulkus fungi ini indolen, dengan
infiltrate kelabu, sering dengan hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superficial
dan lesi-lesi satelit (umumnya infiltrate di tempat-tempat yang lebih jauh dari daerah utama
ulserasi). Lesi utama, dan sering juga lesi satelit, merupakan plak endotel dengan tepian tidak
teratur di bawah lesi komea utama, disertai reaksi kamera anterior yang hebat dan abses kornea.

16
Terdapat juga kongesti siliaris dan konjungtiva yang nyata, tetapi gejala nyeri, mata berair dan
fotofobia biasanya lebih ringan dibandingkan dengan ulkus kornea akibat bakteri. Kerokan
dari ulkus kornea jamur, kecuali yang disebabkan Candida, mengandung unsur-unsur hifa;
kerokan dari ulkus Candida umumnya mengandung pseudohifa atau bentuk ragi, yang
menampakkan kuncup-kuncup khas. 2,6,7
 Bakteri merupakan penyebab paling banyak ulkus kornea. Organisme yang biasanya terlibat
yaitu Pseudomonas aeroginosa, staphylococcus aureus, S. epidermidis. Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenza dan Moraxella catarrhalis. Neiseria species,
Corynebacterium dhiptheriae, K. aegyptus dan Listeria merupakan agen berbahaya oleh
karena dapat berpenetrasi ke dalam epitel kornea yang intak. Karakteritik klinik ulkus kornea
oleh karena bakteri sulit untuk menentukan jenis bakteri sebagai penyebabnya, walaupun
demikian sekret yang berwarna kehijauan dan bersifat mukopurulen khas untuk infeksi oleh
karena P aerogenosa. Kebanyakan ulkus kornea terletak di sentral, namun beberapa terjadi di
perifer. Meskipun awalmnya superficial, ulkus ini dapat mengenai seluruh kornea terutama
jenis Pseudomonas aeroginosa. Batas yang maju menampakkan ulserasi aktif dan infiltrasi,
sementara batas yang ditinggalkan mulai sembuh. Biasanya kokus gram positif,
Staphylococcus aureus, S. epidermidis. Streptococcus pneumonia akan memberikan gambaran
tukak yang terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu-abu pada anak tukak
yang supuratif, daerah kornea yang terkena yang tidak terkena akan tetap berwarna jernih dan
tidak terlihat infiltrasi sel radang. Bila tukak disebabkan oleh Pseudomonas aeroginosa maka
tukak akan terlihat melebar secara cepat, bahan purulen berwarna kuning hijau terlihat melekat
pada permukaan tukak. 1,2,7,9,10

(a) (b)

17
Gambar 8. Ulkus kornea bakteri 6,10

KET: (a) Ulkus Kornea Pneumococcus

(b) Ulkus kornea Pseudomonas aeroginosa

(c) Ulkus kornea yang kecil yang disebabkan oleh infeksi Staphylococcus, akibat
penggunaan kontak lensa.

(d) Ulkus kornea berat yang disebabkan oleh infeksi Pseudomonas Pyocyaneus

 Oleh virus, ulkus lebih sering disebabkan oleh virus Herpes simpleks, Herpes Zoster,
Adenovirus. Herpes virus menyebabkan ulkus dendritik, yang bersifat rekuren pada tiap
individu, akibat reaktivasi virus laten di ganglion Gasserian, serta unilateral. Pada virus Hepes
simpleks, biasanya gejala dini dimulai dengan injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu
dataran sel di permukaan epitel kornea, kemudian keadaan ini disusul dengan bentuk dendritik
serta terjadi penurunan sensitivitas dari kornea. Biasanya juga disertai dengan pembesaran
kelenjar preaurikuler.1'2'9'10

Gambar 9. Tukak kornea disebabkan oleh infeksi herpes simplex (ulkus dendritik) 9,10

 Infeksi oleh Protozoa, infeksi dengan Achanthamoeba berkaitan dengan kebiasaan kebersihan
lensa kontak yang buruk (menggunakan air yang tidak steril), berenang atau berendam di air
panas dengan menggunakan lensa kontak. Organisme ini menyebabkan peradangan yang
serius dan seringkali di salah diagnosis dengan virus herpes simpleks. Pasien umumnya

18
mengeluh nyeri. Mulanya berupa keratopati pungtata atau pseudodendrit. Tanda klasik berupa
infiltrat cincin dan perineural timbul kemudian.

Gambar 10. Infiltrat berbentuk ring pada ulkus kornea oleh infeksi Achanthamoeba 9,10

Kornea perifer memilki karakteristik morfologi dan imunologi yang berbeda yang
memungkinkan terjadinya suatu reaksi inflamasi. Tidak seperti bagian sentral kornea yang
avaskuler, kornea perifer sangat dekat dengan konjungtiva limbal sebagai sumber nutrisi melalui
kapilernya, sumber sel imunokompeten seperti makrofag, sel Langerhans, limfosit dan sel plasma.
Beberapa stimulus inflamasi pada kornea perifer yang disebabkan oleh invasi organisme mikroba
(bakteri, virus, jamur, parasit), deposit imun kompleks (penyakit imun sistemik), trauma,
keganasan, atau kondisi dermatologi yang menghasilkan respon imun lokal maupun sistemik,
mengakibatkan pengerahan neutropil dan aktivasi komplemen (baik klasik maupun jalur alternatif)
pada jaringan maupun pembuluh darah. Aktivasi komponen komplemen dapat meningkatkan
permeabilitas vaskuler dan menggerakan faktor kemotaktik untuk neutrofil (C3a, C5a). Neutrofil,
menginfiltrasi kornea perifer dan melepaskan enzim proteolitik dan kolagenolitik, metabolit
oksigen reaktif, dan substansi proinflamasi (platelet-activating-faktor, leukotrin, prostaglandin),
menyebabkan disolusi dan degradasi stroma kornea. Di samping itu, konjungtiva limbal yang
mengalami inflamasi memproduksi kolagenase yang memperberat terjadinya degradasi stroma.
Penyakit sistemik dapat menyebabkan deposit kompleks imun terjadi oleh karena enzim degradatif
yang dilepaskan terutama oleh neutrofil.

19
GEJALA KLINIS 1,2,6,7

Gejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea sangat bervariasi, tergantung dari penyebab
dari ulkus itu sendiri. Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri yang ekstrirn oleh karena paparan
terhadap nervus, oleh karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea
menimbulkan rasa sakit dan fotopobia. Rasa sakit mi diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama
palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Karena kornea berfungsi sebagai
jendela bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan
penglihatan terutama jika letaknya di pusat. Fotopobia pada penyakit kornea adalah akibat
kontraksi iris beradang yang sakit. Dilatasi pembuluh darah Ms adalah fenomena refleks yang
disebabkan iritasi pada ujung saraf kornea. Fotopobia yang berat pada kebanyakan penyakit
kornea, minimal pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi pada penyakit ini, yang juga
merupakan tanda diagnostik berharga. Meskipun berairmata dan fotopobia umunnya menyertai
penyakit kornea, umumnya tidak ada tahi mata kecuali pada ulkus bakteri purulen. 2

Tanda penting ulkus kornea yaitu penipisan kornea dengan defek pada epitel yang nampak
pada pewarnaan fluoresen. Biasanya juga terdapat tanda-tanda uveitis anterior seperti miosis,
aqueus flare (protein pada humor aqueus) dan kemerahan pada mata. Refleks axon berperan
terhadap pembentukan uveitis, stimulasi reseptor nyeri pada kornea menyebabkan pelepasan
mediator inflamasi seperti prostaglandin, histamine dan asetilkolin. Pemeriksaan terhadap bola
mata biasanya eritema, dan tanda-tanda inflamasi pada kelopak mata dan konjungtiva, injeksi
siliaris biasanya juga ada. Eksudat purulen dapat terlihat pada sakus konjungtiva dan pada
permukaan ulkus, dan infiltrasi stroma dapat menunjukkan opasitas kornea berwarna krem. Ulkus
biasanya berbentuk bulat atau oval, dengan batas yang tegas. Pemeriksaan dengan slit lamp dapat
ditemukan tanda-tanda iritis dan hipopion. 1,2,6,10

DIAGNOSIS

Diagnosis ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan


pemeriksaan penunjang. Keberhasilan penanganan ulkus kornea tergantung pada ketepatan
diagnosis, penyebab infeksi, dan besarnya kerusakan yang terjadi. Adapun jenis pemeriksaan yang
dapat dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis adalah:

20
 Anamnesis
Dari riwayat anamnesis, didapatkan adanya gejala subjektif yang dikeluhkan oleh pasien, dapat
berupa mata nyeri, kemerahan, penglihatan kabur, silau jika melihat cahaya, kelopak terasa
berat. Yang juga harus digali ialah adanya riwayat trauma, kemasukan benda asing, pemakaian
lensa kontak, adanya penyakit vaskulitis atau autoimun, dan penggunaan kortikosteroid jangka
panjang.

 Pemeriksaan fisis
- Visus

• Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi oleh karena
adanya defek pada kornea sehingga menghalangi refleksi cahaya yang masuk ke dalam
media refrakta.

- Slit lamp

• Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya kekeruhan pada kornea.

• Hiperemis didapatkan oleh karena adanya injeksi konjungtiva ataupun perikornea.

 Pemeriksaan penunjang
- Tes fluoresein

Pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan kornea. Untuk melihat
adanya daerah yang defek pada kornea. (warna hijau menunjukkan daerah yang defek pada
kornea, sedangkan warna biru menunjukkan daerah yang intak).

- Pewarnaan gram dan KOH

Untuk menentukan mikroorganisme penyebab ulkus, oleh jamur.

- Kultur

Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif pada beberapa kasus.

21
PENATALAKSANAAN

Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan menghalangi hidupnya bakteri dengan antibiotika,
dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. Sampai saat ini pengobatan dengan steroid masih
kontroversi.6 Secara umum ulkus diobati sebagai berikut :

 Bila terdapat ulkus yang disertai dengan pembentukan secret yang banyak, jangan dibalut
karena dapat menghalangi pengaliran secret infeksi dan memberikan media yang baik untuk
perkembangbiakan kuman penyebabnya.
 Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari
 Antisipasi kemungkinan terjadinya glaucoma sekunder
 Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya cukup diberi lokal kecuali pada kasus
yang berat.
Terapi kortikosteroid pada peradangan kornea masih kontroversi. Telah diketahui bahwa
pada keratitis telah terjadi kerusakan jaringan baik oleh karena efek langsung enzim litik dan toksin
yang dihasilkan oleh organisme pathogen serta kerusakan yang disebabkan oleh reaksi inflamasi
oleh karena mikroorganisme. Reaksi inflamasi supuratif terutama banyak sel polimorfonuklear
leukosit. Neutrofil mampu menyebabkan destruksi jaringan oleh metabolit radikal bebasnya
maupun enzim proteolitiknya. Alasan yang masuk akal penggunaan kortikosteroid yaitu untuk
mencegah destruksi jaringan yang disebabkan oleh neutrofil tersebut. Berikut adalah kriteria
pemberian kortikosteroid yang direkomendasikan : 3,7,8

 Kortikosteroid tidak boleh diberikan pada fase awal pengobatan hingga organisme penyebab
diketahui dan organisme tersebut secara in vitro sensitif terhadap antibiotik yang telah
digunakan.
 Pasien harus sanggup datang kembali untuk kontrol untuk melihat respon pengobatan.
 Tidak ada kesulitan untuk eradikasi kuman dan tidak berkaitan dengan virulensi lain.
Di samping itu, adanya respon yang memuaskan terhadap pemberian antibiotik sangat
dianjurkan sebelum memulai pemberian kortikosteroid. Kortikosteroid tetes dapat dimulai dengan
dosis sedang (prednisolon asetat atau fosfat 1% setiap 4-6 jam), dan pasien harus dimonitor selama
24-48 jam setelah terapi awal. Jika pasien tidak menunjukkan efek samping, frekuensi pemberian
dapat ditingkatkan dengan periode waktu yang pendek kemudian dapat di tapering sesuai dengan
gejala klinik. 3,8

22
Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tenang, kecuali bila
penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan tambahan 1-2 minggu. Pada tukak
kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila dengan pengobatan tidak sembuh atau
terjadinya jaringan parut yang mengganggu penglihatan. l

KOMPLIKASI

Ulkus kornea dapat berkomplikasi dengan terjadinya perforasi kornea walaupun jarang.
Hal ini dikarenakan lapisan kornea semakin tipis dibanding dengan normal sehingga dapat
mencetuskan terjadinya peningkatan tekanan intraokuler. Jaringan parut kornea dapat berkembang
yang pada akhirnya menyebabkan penurunan parsial maupun kompleks juga dapat terjadi,
glaukoma dan katarak. Terjadinya neovaskularisasi dan endoftalmitis11, penipisan kornea yang
akan menjadi perforasi, uveitis, sinekia anterior, sinekia posterior, glaucoma dan katarak juga bisa
menjadi salah satu komplikasi dari penyakit ini.2,3,6

PROGNOSIS

Prognosis dari ulkus kornea tergantung dari cepat lambannya pasien mendapat pengobatan,
jenis mikroorganisme penyebab, dan adanya penyulit maupun komplikasi. Ulkus kornea biasanya
mengalami perbaikan tiap hari dan sembuh dengan terapi yang sesuai. Jika penyembuhan tidak
terjadi atau ulkus bertambah berat, disgnosis dan terapi alternatif harus dipertimbangkan. 3,4

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Mills TJ, Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis in Emergency Medicine.

Citied on August 9, 2011. Avaible from: http://www.emedicine.com/emerg/topic 115.htm.

Netter Atlas of Human Anatomy.

2. Ilyas S. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam : Ilyas S. Ilmu Penyakit mata Edisi ketiga.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI ; 2008. H.l-13.
3. Riordan P. Anatomy & Embriology of the Eye. In: Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eve P.
General Ophtalmology. 17th ed. USA: Appleton & Lange; 2008. P.8-10
4. Lange Gerhard K.Ophtalmology. 2000. New York: Thieme. P. 117-44
5. Basic and Clinical Science Course. External Disease and Cornea, part 1, Section 8, American
Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009 P.38-9
6. Basic and Clinical Science Course. External Disease and Cornea, part 1, Section 8, American
Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009 P.179-92
7. Basic and Clinical Science Course. Fundamental and principles of ophthalmology, section 2,
American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009. P. 45-9
8. Ilyas S. Mata Merah dengan penglihatan Turun Mendadak. In: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata.
3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2004. P.147-67
9. Farouqui SZ, Central Sterile Co rnea Ulceration. Citied on August 9 th, 2011. Available
from: www.emedicine.com.
10. Boles, SF, MD. Lens Complication & Management QEI Winter 2009 Newsletter. Citied on
August 9 th, 2011.

24

Anda mungkin juga menyukai