Iskemik
Iskemik
permasalahan pada pembuluh darah. Tanpa pasokan darah yang cukup, jaringan
atau organ juga tidak mendapat cukup oksigen. Akibatnya, kondisi yang membahayakan
dapat terjadi, seperti serangan jantung dan stroke.
Gejala Iskemia
Gejala yang muncul pada penderita iskemia, tergantung dari lokasi terjadinya kondisi ini.
Iskemia jantung terjadi pada pembuluh darah arteri jantung yang terhambat separuh atau
seluruhnya, dan dapat mengakibatkan gangguan irama jantung atau bahkan serangan
jantung. Gejala yang muncul adalah:
Iskemia pada usus terjadi saat arteri pada usus tidak mendapat pasokan oksigen yang
cukup untuk proses pencernaan. Kondisi ini dapat terjadi secara tiba-tiba (akut) atau
berjalan lambat (kronis). Gejala iskemia usus kronis ditandai dengan perut
kembung, konstipasi, muntah, dan nyeri perut selama sekitar 15-60 menit setelah makan,
lalu menghilang. Sementara iskemia usus akut ditunjukkan dengan nyeri perut secara tiba-
tiba, mual, serta muntah.
Iskemia pada otak merupakan salah satu jenis stroke, di mana pasokan darah pada arteri
otak terhambat, sehingga mengakibatkan sel otak kekurangan oksigen dan dapat
berkembang menjadi kerusakan atau kematian sel otak. Gejala pada iskemia otak, antara
lain:
Iskemia pada tungkai terjadi akibat penyakit arteri perifer, di mana terdapat timbunan plak
pada arteri tungkai. Gejalanya meliputi:
Penyebab Iskemia
Penyebab iskemia yang sering terjadi adalah aterosklerosis, di mana plak yang sebagian
besar mengandung lemak ini menghambat aliran darah. Seiring waktu, arteri yang
terharmbat dapat mengeras dan menyempit (aterosklerosis). Selain itu, kondisi yang juga
dapat menimbulkan iskemia adalah bekuan darah yang terbentuk dari pecahan plak dan
berpindah ke pembuluh darah yang lebih kecil, sehingga dapat menghentikan aliran darah
secara tiba-tiba.
Sejumlah faktor berikut ini dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami
iskemia:
Memiliki kondisi medis tertentu, seperti penyakit diabetes, hipertensi, hipotensi, kolesterol
tinggi, obesitas, gangguan pembekuan darah, anemia sel sabit, penyakit celiac, dan gagal
jantung.
Kebiasaan merokok.
Kecanduan alkohol.
Penyalahgunaan NAPZA.
Jarang berolahraga.
Diagnosis Iskemia
Dokter akan mencurigai seorang pasien menderita iskemia berdasakan gejala yang ada,
serta pemeriksaan yang dilakukan. Pemeriksaan tersebut dapat berupa:
Tes darah, untuk memeriksa kadar kolesterol dalam darah dan profil pembekuan darah.
Elektrokardiografi (EKG), untuk merekam aktivitas listrik jantung,
Ekokardiografi, untuk melihat struktur bentuk dan gerakan jantung.
Angiografi, untuk melihat tingkat keparahan hambatan pada pembuluh darah,
Iskemia pada jantung, meliputi CT scan untuk melihat kemungkinan penyakit jantung
koroner, serta tes tekanan (stress test) misalnya dengan dengan EKG, treadmill saat pasien
melakukan aktivitas fisik.
Iskemia pada usus, yaitu dengan USG Doppler untuk memeriksa aliran pembuluh darah.
Iskemia pada otak, yaitu dengan CT scan untuk memastikan apakah iskemia menyebabkan
kematian jaringan otak.
Iskemia pada tungkai, meliputi tes tekanan darah pada pergelangan kaki untuk
membandingkan tekanan darah pada lengan dan kaki (ankle-brachial index), serta USG
Doppler untuk mengetahui kondisi hambatan pada arteri di tungkai.
Pengobatan Iskemia
Pengobatan iskemia pada intinya bertujuan untuk meningkatkan aliran darah kembali
menuju organ yang dituju. Pengobatan tersebut dilakukan berdasarkan area lokasi iskemia.
Pemasangan ring (stent), untuk menyangga pembuluh darah yang menyempit agar tetap
terbuka.
Operasi bypass jantung, untuk membuat jalur lain atau pembuluh darah baru untuk
memenuhi pasokan oksigen dari otot jantung.
Di samping itu, upaya mencegah pembentukan gumpalan darah kembali dalam jangka
panjang dapat dilakukan dengan pemberian obat aspirin atau antikoagulan. Setelah
penanganan, pasien akan memerlukan fisioterapi untuk mengembalikan kemampuan
motorik, koordinasi tubuh, dan kemampuan bicaranya yang terganggu.
Pengobatan perlu dilakukan dengan segera agar tidak terjadi kerusakan usus secara
permanen. Kondisi ini dapat ditangani melalui prosedur untuk melebarkan pembuluh
darah (angioplasti) dan pemasangan stent, operasi bypass, atau endarterektomi trans-aorta
untuk menghilangkan plak pada dinding arteri.
Guna meredakan gejala pada iskemia pada tungkai, dokter dapat memberi obat yang
meningkatkan aliran darah ke tungkai dengan cara melebarkan pembuluh darah. Contoh
obat tesebut adalah cilostazol. Efek samping dari konsumsi obat ini adalah pusing dan
diare. Selain itu, pemberian obat-obatan tambahan untuk mencegah komplikasi juga
diperlukan, di antaranya: obat penurun kolesterol (statin), obat hipertensi, obat untuk
mengendalikan kadar gula dalam darah, serta obat untuk mencegah terjadinya bekuan
darah.
Jika pemberian obat tidak menunjukkan perbaikan kondisi penderita, maka doker dapat
melakukan tindakan lain. Tindakan tersebut berupa angioplasti untuk melebarkan
pembuluh darah arteri yang menyempit, serta dengan mencangkok pembuluh darah dari
tubuh lain atau bahan sintetis untuk menggantikan arteri yang terhambat dan menyempit
(bypass). Sedangkan untuk iskemia tungkai di mana terdapat bekuan darah, maka dokter
dapat melakukan terapi trombolitik dengan menyuntikkan obat untuk menghilangkan
bekuan darah tersebut.
Di samping pengobatan, perubahan pola hidup, seperti berhenti merokok, pola makan yang
sehat, berolahraga, juga sangat dianjurkan bagi penderita agar gejala tidak bertambah
buruk dan sebagai upaya pencegahan terjadinya komplikasi iskemia tungkai,
seperti amputasi, stroke, atau serangan jantung.