Anda di halaman 1dari 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM SKRINING HIPOTIROID


KONGENITAL OLEH PUSKESMAS KARANGREJO KOTA METRO,
LAMPUNG

Adelia Anggraini, Chriswardani Suryawati, Eka Yunila Fatmasari


Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: adel.anggraini.aa@gmail.com

Abstract: Congenital Hypothyroidism (CH) has long been recognized as a cause


of mental retardation. Untreated, CH has devastating effects on growth and
development of infants. Simply put, CH is inadequate thyroid hormone production
in newborn infants. One such effort is the earliest possible detection since
newborns or neonatal screening performed in infants aged 48-72 hours. In
Indonesia, neonatal screening are not developed yet. Karangrejo Health Center
is one of the health facilities performing CH screening in Metro City, Lampung.
Nevertheless, the implementation of a neonatal screening program presents
many problems. This study aims to evaluate the execution of the Congenital
Hypothyroidism Screening Program seen from the input, process, and output
variables. This study is a qualitative study using a depth interview method to 13
informants and this study observes on the sub-variables such as facilities and
methods. The result of the study on the input variable shows that there is enough
availability of human resource but not enough facilities and funds to cover the
necessities such as filter papers kit, and there is no SOP. Process variable shows
that activity of socialization and education of SHK is not effectively done because
the lack of participation of audience. Output variable indicates that program
coverage is low, within 141 newborn, 35 newborn are tested in 2017 and 13
newborn until April 2018. To advance the CH screening program, the suggestion
given is DHO expetcted to fix and improve the infrastructure planning, also
monitoring and evaluation function have to be done properly. It is necessary for
the health center to increase the coordination and the communication for all the
organizer cadres, DHO, and cross sectors for the continuity of the execution
Congenital Hypothyroidism Screening Program activities and make standard
operating procedures. People can participate in having the CH Screening
Program since CH can affects the growth and development of children and also
affects the quality of human resources in the future.

Keywords : Evaluation, Health Care, Neonatal Screening, Congenital


Hypothyroidism.

Pendahuluan yang dilakukan untuk mengetahui


adanya gangguan kongenital sedini
Deteksi dini kelainan bawaan mungkin. Di Indonesia, diantara
menggunakan metode skrining pada penyakit-penyakit yang bisa di
bayi baru lahir (BBL) adalah salah deteksi dengan skrining pada bayi
satu upaya untuk rnendapatkan baru lahir, Hipotiroid Kongenital (HK)
generasi yang lebih baik. Uji saring ialah penyakit yang jarang ditemui.
atau Skrining pada bayi baru lahir Hipotiroid Kongenital
(Neonatal Screening) rnerupakan uji merupakan penyebab disabilitas

1
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

intelektual tersering pada anak yang berdasarkan SK Menkes Nomor


dapat dicegah. HK disebabkan oleh 829/Menkes/SK/IX/2009 telah
karena tidak adekuatnya produksi terbentuk Kelompok Kerja Nasional
hormon tiroid pada bayi baru lahir. Skrining Bayi Baru Lahir. Kemudian
Pada awal kehidupan, HK sangat program pendahuluan dimulai tahun
jarang menunjukkan gejala klinis. 2008 di 8 provinsi, yaitu Sumbar,
Dalam kasus keterlambatan DKI Jakarta, Jabar, Jateng, DI
penemuan dan pengobatan dini, Yogyakarta, Jatim, Bali dan Sulsel.
anak dapat mengalami Kebijakan Kementerian Kesehatan
keterbelakangan mental dengan untuk perluasan cakupan program
kemampuan IQ dibawah 70. Hasil SHK dilakukan secara bertahap.
penelitian di Indonesia oleh Sehingga tahun 2013, SHK
Pulungan dkk. memperlihatkan dilaksanakan di 11 provinsi. Dan
keterlambatan pada pemberian sampai tahun 2014 SHK sudah di
terapi awal mempengaruhi IQ, yaitu sosialisasikan di 14 provinsi di
rata-rata 51 pada kasus-kasus yang Indonesia yakni, Sumetera Barat,
mendapatkan terapi awal pada usia DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
1,5 tahun. Tengah, Yogyakarta, Jawa timur,
Prevalensi HK di seluruh dunia Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan
diperkirakan mendekati 1:3000 Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi
kelahiran. Kejadian hipotiroid Utara, Aceh, Kalimantan Timur, dan
kongenital tahun 2000-2014 dari Lampung. Program SHK di Provinsi
213.669 bayi baru lahir yang di Lampung, dimulai pada tahun 2016
skrining hipotiroid kongenital, di Kota Metro. Program SHK di Kota
didapatkan hasil positif sejumlah 85 Metro diselenggarakan berdasarkan
bayi atau 1:2513 ini menunjukkan Keputusan Walikota Metro Nomor
bahwa angka tersebut lebih tinggi 554/KPTS/D-2/2016. Selama tahun
dari rasio global. Hal ini 2016 – 2017, dalam
mengindikasikan bahwa lebih dari keberjalanannya, jumlah BBL yang
70% penderita HK didiagnosis dilaporkan telah diskrining sekitar
setelah umur 1 tahun, sehingga 2000 BBL, atau 42% dari total
telah mengalami gangguan sebanyak 4.748 BBL. Persentase ini
pertumbuhan dan perkembangan masih jauh dari target yang
motorik, gangguan intelektual, serta diharapkan, yaitu 100 persen atau
keterbelakangan mental yang total BBL. Dari dua belas
permanen. Hanya 2,3% yang bisa Puskesmas di Kota Metro yang telah
dikenali sebelum umur 3 bulan dan melaksanakan SHK, ada beberapa
dengan pengobatan dapat puskesmas yang memiliki cakupan
meminimalkan keterbelakangan BBL terskrining terendah, dan yang
pertumbuhan dan perkembangan. dinilai keaktifan nya relatif rendah
Di 11 provinsi di Indonesia, dalam program SHK yaitu
sejak tahun 2000–2013 telah di Puskesmas Karangrejo. diperoleh
skrining 199.708 bayi dengan hasil informasi bahwa dalam
tinggi sebanyak 73 kasus (1:2736). penyampaian informasi/sosialisasi
Jika diasumsikan, rasio angka terkait program SHK di wilayah kerja
kejadian HK adalah 1:3000 dengan Puskesmas Karangrejo masih
proyeksi angka kelahiran adalah 5 terbatas kepada ibu hamil dan belum
juta bayi per tahun, maka dilakukan di masyarakat secara luas,
diperkirakan lebih dari 1600 bayi serta tidak tersedia nya media
dengan HK akan lahir tiap tahun. promosi seperti poster, leaflet dan
Kementerian Kesehatan RI telah sebagainya sebagai penunjang
mengembangkan program skrining kegiatan sosialisasi. Kemudian
pada bayi baru lahir dan jumlah kertas saring dan lancet yang

2
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

terbatas. Selain itu, diperlukan pula yaitu koordinator dan tenaga


dukungan fasilitas laboratorium dan pelaksana yang semuanya
berbagai logistik lainnya, berprofesi bidan. Jumlah SDM
dikarenakan laboratorium rujukan yang terlibat didalam program
yang memiliki kualifikasi memadai SHK di Puskesmas Karangrejo
hanya tersedia di Jakarta, yaitu sudah mencukupi, namun
Laboratorium Endokrinologi RS belum semua tenaga
Ciptomangunkusumo serta pelaksana mendapatkan
diperlukan pula manajemen pelatihan SHK.
pelaksanaan yang melibatkan b. Dana
berbagai unsur terkait di pusat Sumber dana yang
maupun di daerah. digunakan untuk program SHK
di Puskesmas Karangrejo
Metode Penelitian berasal dari APBD (Anggaran
Penelitian ini adalah penelitian Pendapatan, dan Belanja
kualitatif dengan pendekatan Daerah) dan BOK (Biaya
deskriptif analitik. Objek yang akan Operasional Kesehatan).
diteliti adalah evaluasi pelaksanaan Sumber dana yang berasal
program Skrining Hipotiroid dari APBD sebesar 40% dari
Kongenital (SHK) oleh Puskesmas anggaran kesehatan. Sumber
Karangrejo Kota Metro, Lampung dana tersebut kemudian oleh
dari segi input, proses dan output. Puskesmas Karangrejo
Subjek dalam penelitian ini diambil dipergunakan untuk biaya
dengan menggunakan metode operasional kegiatan program
purposive sampling. Informan utama SHK.
adalah kepala puskesmas dan Menurut informan utama,
koordinator program. Informan selama ini dana sudah dapat
triangulasi adalah kepala sie Kesga mencukupi kebutuhan dalam
& Gizi, kader kesehatan dan ibu program SHK yang
hamil. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan di Puskesmas
dilakukan dengan wawancara Karangrejo, namun hal ini tidak
mendalam dan observasi. sesuai dengan pendapat
informan triangulasi, bahwa
Hasil dan Pembahasan dana saat ini belum mencukupi
1. Variabel Input untuk program untuk dapat
a. Sumber Daya Manusia mencapai target, yaitu seluruh
Tenaga pelaksana bayi baru lahir, oleh sebab itu
program SHK idealnya sesuai bayi yang diskrining belum
dengan PMK no 78 Tahun mencakup 50% dari target
tentang Skrining Hipotiroid dikarenakan menyesuaikan
Kongenital , sesuai dengan kemampuan daerah.
ketentuan yang berbunyi c. Sarana & Prasarana
bahwa sumber daya manusia Sarana dan prasarana
yang melaksanakan SHK yang dibutuhkan untuk
adalah bidan/perawat, dokter pelaksanaan skrining hipotiroid
umum, analis kesehatan, kongenital menurut PMK No
dokter spesialis anak, dokter 78 Tahun 2014 diantaranya
spesialis patologi klinik, dokter adalah kertas saring, sarung
spesialis kandungan dan tangan steril, lancet, kotak
kebidanan. limbah tajam/safety box,
Tenaga yang terlibat kapas, alkohol 70% atau
didalam program SHK di alcohol swab, kasa steril, & rak
puskesmas berjumlah 6 orang, pengering. Sarana prasarana

3
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

yang diperlukan oleh membentuk SOP. Sehingga


Puskesmas Karangrejo hal ini menimbulkan
penyelenggaranya berasal pertanyaan, apakah kinerja
DKK. petugas sudah sesuai dengan
Sarana yang diberikan standar yang seharusnya.
berupa paket kertas saring
yang berisi kertas saring dan 2. Variabel Proses
lancet, diberikan juga alcohol a. Perencanaan
swab dan kasa steril serta Penyusunan perencanaan
prasarana berupa jasa bertujuan untuk memberikan
pengiriman untuk mengirim pengarahan yang baik kepada
kertas saring ke Laboratorium manajer maupun karyawan
RS Cipto Mangunkusumo non manajerial, petugas dapat
Jakarta. Menurut informan mengetahui apa yang harus
utama, paket kertas saring dicapai, dengan siapa harus
yang diterima oleh puskesmas bekerja dan apa yang harus
jumlahnya sudah ditetapkan dilakukan untuk mencapai
DKK, sehingga jumlah kertas tujuan organisasi.
saring tidak menentu. Perencanaan yang
Kemudian, terkait kondisi dan dilaksanakan oleh Puskesmas
kelengkapan sarana & berupa perencanaan
prasarana, kondisinya dalam kebutuhan kertas saring
keadaan habis, sedangkan berdasarkan jumlah bayi yang
untuk kelengkapan dapat lahir dalam satu tahun.
dikatakan kurang lengkap. Sedangkan dalam hal
d. Metode perencanaan sarana
Terdapat beberapa prasarana diselenggarakan
metode atau cara kerja dalam oleh DKK. Meski belum
penerapan penyelenggaraan semuanya dapat terpenuhi,
program SHK agar dapat diharapkan program SHK tetap
mencapai tujuan , seperti dilaksanakan dengan fasilitas
ketersediaan buku pedoman yang ada dan diusahakan
dan SOP. Setiap fasilitas dimanfaatkan dengan
kesehatan yang semaksimal mungkin.
menyelanggarakan pelayanan b. Pengorganisasian
SHK diharapkan memahami Di Puskesmas
mekanisme skrining hipotiroid Karangrejo, pengorganisasian
kongenital pada bayi baru lahir dilakukan oleh kepala
sesuai dengan aturan yang puskesmas, dimana dalam tim
berlaku dari Kementerian yang melaksanakan SHK
Kesehatan RI. Di Puskesmas seluruh anggotanya terdiri dari
Karangrejo belum terbentuk bidan KIA. Pembagian tugas &
SOP untuk kegiatan pelayanan wewenang di dalam tim yaitu
SHK pada bayi baru lahir. Hal kepala puskesmas sebagai
ini sesuai dengan pernyataan penanggungjawab, satu orang
informan utama bahwa bidan sebagai koordinator dan
memang puskesmas belum bidan yang lainnya sebagai
membentuk SOP kegiatan anggota, sedangkan untuk
program SHK. Menurut jobdesk bagi tim SHK belum
pendapat informan triangulasi, dijabarkan, namun dalam
dari seluruh puskesmas yang pembagian tugas sudah
ada di Kota Metro hanya menggunakan jadwal piket,
beberapa yang sudah

4
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

sehingga semua anggota efektif dikarenakan


memiliki tugas yang sama. informasi yang disampaikan
Semua bidan KIA yang oleh Puskesmas tidak
melakukan pelayanan SHK tersampaikan ke sasaran.
memiliki jam kerja sesuai Hal ini dibuktikan
dengan jam buka pelayanan dengan pernyataan empat
puskesmas. Mengenai dari lima ibu hamil yang
koordinasi dalam tim SHK, menjadi informan triangulasi
koordinasi terjadi secara yang menyatakan bahwa
langsung antara koordinator belum pernah mendapatkan
dan anggota, sedangkan sosialisasi SHK. Selain itu,
mengenai koordinasi antara minimnya frekuensi
puskesmas dengan pengelola penyuluhan SHK dibuktikan
program SHK yaitu Dinas dengan pernyataan dari
Kesehatan Kota terjadi baik kader kesehatan yang
secara langsung maupun tidak menyatakan bahwa
langsung, atau melalui media penyuluhan SHK baru satu
sosial. Meskipun terjadi kali dilaksanakan di
koordinasi secara langsung, posyandu.
rapat atau pertemuan rutin 2) Proses Skrining
yang membahas pelaksanaan Prosedur persiapan
SHK belum pernah sebelum pengambilan
berlangsung. sampel darah adalah
dilakukannya edukasi
c. Pelaksanaan kepada orangtua / wali,
1) Pra Skrining kemudian prosedur
Komunikasi, informasi permintaan persetujuan
dan edukasi merupakan sudah dilakukan tetapi
suatu proses berkelanjutan formulir informed consent
untuk menyampaikan belum tersedia, mengenai
kabar/berita dari penolakan tindakan
komunikator kepada skrining, informan utama
penerima pesan agar terjadi menyatakan tidak ada
perubahan pengetahuan penolakan. Terkait
dan perilaku sesuai isi persiapan peralatan dan
pesan yang disampaikan. hal-hal yang harus
Menurut informan utama, diperhatikan petugas,
sosialisasi program SHK pemahaman informan
sudah dilaksanakan, cukup.
dengan bentuk kegiatan Untuk ketentuan
sosialisasi berupa waktu skrining, informan
penyuluhan dan edukasi. utama menyatakan skrining
Penyuluhan dilakukan dilakukan ketika bayi
di kelas ibu hamil dan berumur 2 – 6 hari. Metode
posyandu. Menurut yang digunakan dalam
pendapat informan, media pengambilan sampel darah
yang digunakan kurang menggunakan teknik
memadai, hal ini berakibat penusukan pada tumit bayi
pada minimnya kehadiran untuk mendapatkan tetesan
sasaran pada kegiatan darah. Mengenai teknik
sosialisasi. Sosialisasi yang pengeringan kertas saring
dilakukan oleh Puskesmas yaitu di suhu ruangan tanpa
Karangrejo dinilai kurang kipas angin maupun

5
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pendingin ruangan, kegiatan program yang


spesimen dibiarkan hingga dikelola oleh DKK, sehingga
kering. tidak semua program di
Mengenai mekanisme monitoring dan di evaluasi.
pengiriman spesimen, Kemudian adanya monitoring
bahwa pengiriman & evaluasi bidang Kesehatan
dilakukan melalui jasa keluarga & gizi atau disebut
pengiriman yang penyediaan fasilitatif. Menurut
bekerjasama dengan DKK, informan utama, monitoring &
Sedangkan waktu yang evaluasi program SHK belum
dibutuhkan untuk dijalankan di Puskesmas
mengetahui hasil skrining Karangrejo. Tidak pernah ada
adalah 7-14 hari, dikatakan kegiatan rapat evaluasi
oleh informan bahwa mengenai program SHK.
apabila dalam waktu Dapat disimpulkan
tersebut tidak dihubungi bahwa pelaksanaan
oleh laboratorium maka monitoring dan evaluasi
artinya tidak ada hasil program SHK di Puskesmas
positif. Oleh karena itu Karangrejo belum
berkas spesimen tidak dilaksanakan, hal ini
dikirimkan kembali oleh dikarenakan fungsi
laboratorium dalam jangka pengawasan dan penilaian
waktu yang cukup lama yang seharusnya dilakukan
yaitu satu tahun. oleh pengelola program tidak
3) Pasca Skrining berjalan. Hal ini memunculkan
Hasil diagnosis sejak pertanyaan akan komitmen
program SHK dimulai pemegang program dalam
menunjukkan bahwa semua melihat sejauh mana
bayi yang diskrining tidak perkembangan program,
menunjukkan tanda-tanda bagaimana kualitas pelayanan
kelainan hipotiroid yang diberikan dan bagaimana
kongenital. Mengenai tindak dampak yang dirasakan
lanjut yang dilakukan masyarakat akan adanya
setelah mengetahui program.
diagnosis yaitu hasil
tersebut disampaikan 3. Variabel Output
kepada orangtua atau wali Berdasarkan data jumlah
bayi. Kemudian tindak lanjut bayi baru lahir yang di skrining
yang diberikan oleh oleh puskesmas, di tahun 2017
puskesmas untuk diagnosis terdapat 35 bayi sedangkan
positif HK yaitu tahun 2018 sampai dengan bulan
dilakukannya pengobatan April terdapat 13 bayi yang
HK dengan merujuk pasien diskrining. Sedangkan jumlah
ke fasilitas kesehatan yang bayi yang lahir dalam waktu satu
lebih memadai. tahun sejumlah 141. Dapat
d. Penilaian disimpulkan bahwa cakupan SHK
Kegiatan monitoring dan belum mencapai target.
evaluasi program SHK yang
dilakukan oleh DKK yaitu Kesimpulan
monitoring dan evaluasi
terpadu dimana objek 1. Evaluasi Input
pemantauan dan penilaian a. Tenaga yang terlibat didalam
merupakan keseluruhan program SHK di puskesmas

6
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

berjumlah 6 orang, yaitu dan target sudah baik. Strategi


koordinator dan tenaga yang dilakukan yaitu dengan
pelaksana. Jumlah SDM yang melakukan sosialisasi SHK di
terlibat didalam program SHK kelas ibu hamil dan posyandu,
di Puskesmas Karangrejo edukasi SHK yang diberikan
sudah mencukupi, namun pada ibu hamil saat
belum semua tenaga pemeriksaan kehamilan, serta
pelaksana mendapatkan berkoordinasi dengan
pelatihan SHK. penolong persalinan.
b. Seluruh kegiatan program b. Pengorganisasian meliputi
SHK menggunakan dana dari bagaimana pembagian tugas
APBD dan BOK. Sumber dana dan koordinasi internal &
yang diperoleh belum eksternal. Pembagian tugas
mecukupi untuk mendukung dalam bentuk jadwal piket
pelaksanaan kegiatan program kerja, deskripsi jobdesk secara
SHK pada bayi baru lahir. Hal tertulis belum tersedia,
ini dikarenakan paket kertas koordinasi internal berjalan
saring jumlahnya terbatas dan secara langsung sedangkan
sarana pendukung lainnya koordinasi eksternal dengan
belum terpenuhi. DKK dilakukan secara
c. Sarana yang digunakan oleh langsung dan tidak langsung.
puskesmas untuk mendukung c. Pelaksanaan
pelaksanaan kegiatan program 1) Pra skrining mencakup
SHK diantaranya adalah kegiatan KIE (komunikasi,
kertas saring, lancet, sarung informasi, edukasi)
tangan steril, alkohol 70% atau diantaranya telah
alcohol swab, kasa, kapas. dilaksanakan sosialisasi
Secara kuantitas sarana di SHK dalam bentuk
puskesmas kurang memadai, penyuluhan yang
jumlah paket kertas saring diselenggarakan di kelas
jumlahnya terbatas dan sarana ibu hamil dan posyandu
pendukung seperti rak serta edukasi SHK yang
pengering, formulir diberikan pada ibu hamil
persetujuan & formulir saat pemeriksaan
penolakan, plastik ziplock, kehamilan. Kegiatan
poster, leaflet, brosur belum sosialisasi dinilai kurang
tersedia. efektif karena minimnya
d. Kegiatan dari program SHK partisipasi dan kehadiran
belum memiliki SOP untuk ibu hamil sehingga
mendukung pelaksanaan sosialisasi tidak
kegiatan program, Semua tersampaikan. Hambatan
kegiatan dilaksanakan dalam kegiatan KIE yaitu
berdasarkan pelatihan dan tidak ada sarana
buku pedoman SHK. pendukung yaitu media
berupa poster, leaflet &
2. Evaluasi Proses brosur.
a. Perencanaan yang dilakukan 2) Proses skrining meliputi
oleh Puskesmas Karangrejo bagaimana prosedur yang
berupa perencanaan benar dalam persiapan,
kebutuhan sarana pengambilan spesimen,
berdasarkan jumlah bayi yang tata laksana spesimen
lahir dalam satu tahun. serta skrining bayi baru
Pemahaman mengenai tujuan lahir dengan kondisi

7
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

khusus. Pemahaman seluruh bayi lahir atau sejumlah


petugas pelaksana SHK 141 bayi.
mengenai proses skrining
dinilai sudah cukup baik, Saran
meskipun ada beberapa 1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Metro
hal yang kurang dipahami, a. Mengadakan pelatihan SHK
Kemudian, terdapat bagi tenaga kesehatan secara
prosedur yang kurang berkala.
sesuai dengan pedoman b. Membuat kebijakan untuk
SHK setiap fasilitas kesehatan yang
3) Pasca skrining meliputi melaksanakan program SHK
hasil SHK dan tindak agar dapat menunda
lanjut hasil. Selama kepulangan ibu dan bayi pasca
program berjalan, hasil partus
skrining menunjukkan c. Mengevaluasi perencanaan
bahwa semua bayi yang keterbutuhan sarana &
diskrining normal, tidak prasarana
ada indikasi kelainan d. Mengadvokasi pemangku
Hipotiroid Kongenital. kebijakan dalam hal kerjasama
Hasil skrining dengan alternatif Laboratorium
dikomunikasikan kepada rujukan untuk memperoleh
orangtua maupun hasil skrining yang lebih cepat
keluarga bayi. Apabila dan akurat.
terdapat kasus positif, e. Meningkatkan koordinasi dan
akan diberikan terapi komunikasi dengan
dengan merujuk ke Laboratorium rujukan
fasilitas kesehatan yang f. Meningkatkan pengawasan
lebih memadai. dan penilaian terhadap
d. Penilaian meliputi kegiatan pelaksanaan program skrining
monitoring dan evaluasi. hipotiroid kongenital di
Monitoring dan evaluasi SHK puskesmas.
dilakukan oleh Dinas g. Melakukan advokasi terkait
Kesehatan Kota melalui alokasi dana kepada
monitoring dan evaluasi pemangku kebijakan
terpadu yang dilaksanakan 2. Bagi Puskesmas Karangrejo
sekali setahun dan penyediaan a. Membuat SOP kegiatan untuk
fasilitatif sebanyak dua kali menunjang pelaksaanan
setahun. Namun menurut program SHK yang lebih baik
informan utama, monitoring lagi.
dan evaluasi tidak berjalan di b. Memberikan pemahaman
Puskesmas Karangrejo. kepada masyarakat terkait
Skrining Hipotiroid Kongenital
3. Evaluasi Output dengan melakukan KIE
Cakupan deteksi dini kelainan (komunikasi, informasi &
hipotiroid kongenital pada bayi edukasi) dengan intensitas
baru lahir melalui skrining dan frekuensi yang lebih
neonatal di Puskesmas sering sehingga dapat
Karangrejo dalam rentang waktu menjaring sasaran lebih
satu setengah tahun terakhir baik banyak.
pada tahun 2017 (sejumlah 35 c. Mencatat dan melaporkan
bayi) dan sampai dengan April apabila terdapat kasus,
2018 (sejumlah 13 bayi) belum indikasi maupun gejala
dapat melampaui target yaitu Hipotiroid Kongenital pada

8
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

anak di wilayah kerja Selamatkan Generasi Bangsa


puskesmas karangrejo. Sebelum Terlambat Dengan
d. Menambah kemitraan untuk Melakukan Skrining pada Bayi
menyebarluaskan informasi Baru Lahir. 2014.
mengenai program SHK 4. Deliana M, Batubara JRL,
melalui organisasi perempuan Pulungan AB. Hipotiroidisme
(misalnya kelompok ibu PKK, kongenital di Bagian Ilmu
kelompok pengajian). Kesehatan Anak RS
e. Mendorong peran aktif kader Ciptomangunkusumo Jakarta,
kesehatan dalam dalam tahun 1992-2002. 2003;5(2):79–
mensosialisasikan program 84.
SHK di masyarakat. 5. Kementerian Kesehatan RI.
f. Memanfaatkan acara atau Situasi Penyandang Disabilitas.
event kesehatan tertentu untuk Buletin Jendela Data Inf
menginformasikan program Kesehat. 2014 ; Semester
SHK kepada masyarakat. 2(1):1–5.
g. Meningkatkan koordinasi 6. Kementerian kesehatan RI.
dengan Rumah Sakit, Rumah Situasi dan Analisis Penyakit
Bersalin, maupun BPM dalam Tiroid. INFODATIN Pusat Data
penjaringan sasaran yaitu ibu dan Informasi Kementerian
pasca melahirkan serta bayi kesehatan RI ; 2015.
baru lahir 2-6 hari. 7. Kementerian Kesehatan RI.
Permenkes No 78 Tahun 2014:
3. Bagi Masyarakat Skrinning Hipotiroid Kongenital.
Diharapkan masyarakat dapat Kementeri Kesehatan RI. 2014.
mendukung dan berpartisipasi 8. Satyawirawan FS, Timan IS.
dalam pelaksanaan program SHK Newborn Screening Improving
secara bersama-sama demi Children ’ s Health By New Born
tercapainya tujuan program Screening Improving Children ’ s
khususnya deteksi dini kelainan Health. 2017
Hipotiroid Kongenital pada bayi 9. Aji, Firman B SS. Perencanaan
baru lahir di wilayah kerja Dan Evaluasi (PDE) Suatu
Puskesmas Karangrejo karena Sistem Untuk Proyek
sangat penting dalam Pembangunan. Cetakan ke.
menentukan kualitas hidup anak Jakarta: Bumi Aksara; 1990.
dan sumber daya manusia. 10. Lukiastuti, Fitri HM. Manajemen
Strategik Dalam Organisasi.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Yogyakarta: CAPS; 2011.
Diharapkan dapat menggali 11. Counts, D, Varma SK.
tentang faktor-faktor yang Hypothyroidism in Children.
berhubungan dengan Pediatr Rev. 2009
pemanfaatan pelayanan SHK di 12. Unit Kerja Koordinasi
Puskesmas. Endokrinologi. Diagnosis dan
Daftar Pustaka Tata Laksana Hipotiroid
1. Kementerian Kesehatan Kongenital. Ikatan Dokter Anak
Republik Indonesia. Pedoman Indonesia ; 2017.
SHK. 2014 13. Susanto R. Skrining
2. Smith L. Updated AAP hipotiroidisme neonatal,
guidelines on newborn Hipotiroidisme kongenital dan
screening and therapy for Hipotiroidisme didapat.
congenital hypothyroidism. Am Thyroidol Update Semarang
Fam Physician. 2007 ; (3) : 439. [Internet]. 2009;21–2. Available
3. Kementerian Kesehatan. from:

9
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

http://eprints.undip.ac.id/15015/ Analysis. Yogyakarta: Gava


1/KELAINAN_TIROID_MASA_B Media; 2009.
AYI.pdf 16. Azrul Azwar. Pengantar
14. Muninjaya AA. Manajemen Administrasi Kesehatan Edisi
Kesehatan. Jakarta: EGC; 2004. Kedua. Jakarta: Binarupa
15. Subarsono A. Analisis Kebijakan Aksara; 1988.
Publik Berbasis Dynamic Policy

10
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

81

Anda mungkin juga menyukai