Anda di halaman 1dari 27

KEDOKTERAN KELUARGA: IMPELEMENTASI,

INTERVENSI, DAN EVALUASI PADA PASIEN


POST-STROKE DI KELURAHAN CISALAK
TAHUN 2017.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 13
TUTORIAL B-3

Sani Rizky Fernandi 1410211019


Shahnaz Medina 1410211023
Unggul Guligah 1410211069
Azmeirina N. 1410211076
Rizkia Ima Ardanti 1410211101

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah kegiatan field study kedokteran keluarga ini dan tak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada koordinator field study dan dosen pembimbing kami dr. Fajriati
Zulfa serta pihak puskesmas yang telah membantu sehingga terselesaikannya laporan ini.
Laporan ini kami buat sebagai hasil dari kunjungan ke rumah pasien dan keluarganya di
wilayah Puskesmas Cisalak Pasar dalam rangka menjalani program field study Fakultas
Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Makalah ini berisi profil dan
latar belakang pasien dan keluarganya serta tempat tinggal dan lingkungannya. Selain itu kami
mengidentifikasi masalah kesehatan, fakor resiko dan penyebab timbulnya masalah kesehatan,
serta kami memberikan laporan hasil intervensi untuk mengatasi masalah kesehatan pasien dan
keluarganya.
Demikian makalah field study ini kami buat, mohon maaf jika terdapat kekurangan
dalam penyusunan laporan dan pengolahan data. Semoga dapat memenuhi syarat penilaian dari
program community health oriented program Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jakarta.

Jakarta, 1 Desember 2017

Penulis
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah ini diajukan oleh : Kelompok 13


Program Studi : Sarjana Kedokteran
Judul Makalah :
“KEDOKTERAN KELUARGA:
IMPELEMENTASI, INTERVENSI, DAN EVALUASI PADA PASIEN
POST-STROKE DI KELURAHAN CISALAK TAHUN 2017.”

Makalah ini dibuat sebagai hasil kegiatan field study kedokteran keluarga dan
pengumpulan tugas community health oriented program pada Program Studi
Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jakarta.

dr. Fajriati Zulfa


Pembimbing

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal :
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan
I.4 Manfaat

BAB II IDENTIFIKASI MASALAH


II. 1 Tinjauan Pustaka
II. 2 Identitas Keluarga
II. 3 Keadaan Rumah
II. 4 Keadaan Keluarga
II. 5 Pemenuhan Kebutuhan Keluarga
II. 5 Gaya Hidup
II. 7 Lingkungan Hidup Keluarga
II. 8 Masalah Kesehatan Keluarga
II. 9 Rencana Intervensi

BAB III PEMBAHASAN

BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
IV.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dalam rangka usaha peningkatan kesehatan masyarakat di Indonesia lebih
mengutamakan upaya kesehatan promotif dan preventif dibandingkan dengan
upaya kuratif dan rehabilitatif. Peningkatan kesehatan saat ini mengusahakan
perubahan terhadap paradigma sakit menjadi paradigma sehat pada masyarakat
dengan upaya promotif dan preventif tersebut. Salah satu bentuk upaya kesehatan
promotif tersebut dalam pelayanan masyarakat adalah pelayanan kedokteran
keluarga (Allan, 1995).
Kedokteran keluarga adalah cabang ilmu kedokteran yang khusus
memberikan perawatan kesehatan secara kontiyu, berkesinambungan untuk
individu dan keluarga yang terintegrasi secara biologis, klinis, dan perilaku dengan
cakupan kedokteran keluarga berdasarkan umur, jenis kelamin, dan sistem organ
(Azwar dan Trihono, 2000).
Menurut Murtagh (1998), kedokteran keluarga memberikan pelayanan
kepada individu dengan pendekatan yang menyeluruh (holistic), paripurna
(komprehensif), terpadu (integrated) dan berkesinambungan (kontinyu) dengan
berbasis keluarga dan berorientasi komunitas serta menekankan pada upaya
pencegahan. Melalui pelayanan kedokteran keluarga, diharapkan masalah
kesehatan yang ada di masyarakat diharapkan dapat diselesaikan dengan lebih
optimal karena denga pendekatan kedokteran keluarga dapat dianalisis penyebab
timbulnya masalah kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh dan
berkesinambungan. Penyebab masalah kesehatan yang terkait dengan individu,
keluarga, komunitas, lingkungan tempat tinggal pasien.
Pada kegiatan field study yang dilakukan mahasiswa dan dokter
pembimbing dengan mengunjungi rumah keluarga pasien di wilayah Puskesmas
Cisalak Pasar. Kegiatan ini menjadi sarana untuk dapat menerapkan ilmu
kedokteran keluarga yang telah didapatkan selama masa pembelajaran. Hasil
kunjungan ke rumah pasien dan keluarga dapat mengidentifikasi masalah kesehatan
yang dialami pasien dan keluarga, latar belakang keluarga, faktor resiko dan
penyebab timbulnya masalah kesehatan, serta menganalisis dan menentukan
intervensi yang sebaiknya dilakukan untuk mengurangi masalah kesehetan keluarga
tersebut.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas perlu diketahui melalui kegiatan field
study mengunjungi rumah keluarga pasien guna mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dialami, faktor resiko dan penyebab timbulnya masalah kesehatan,
serta menentukan intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
kesehatan dalam keluarga tersebut.

Dasar Kegiatan
Kegiatan field study kedokteran keluarga ini dilaksanakan berdasarkan :
1. Tri Dharma Perguruan Tinggi
2. Program Community Health Oriented Program, Program Behaviour and
Humanity Program, Clinical Skill Program dan Reseacrh Program

I.3 Tujuan
I.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa Fakultas
Kedoktean UPN-Veteran Jakarta semester 7 khususnya dalam berkomunikasi,
mengumpulkan informasi dan menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di dalam
suatu keluarga dengan pendekatan kedokteran keluarga.

I.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui masalah kesehatan yang dialami pasien dan keluarganya
2. Mengetahui latar belakang pasien dan keluarganya’
3. Mengetahui faktor resiko dan penyebab timbulnya masalah kesehatan
pasien dan keluarganya
4. Menentukan intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
kesehatan pasien dan keluarganya
5. Mengetahui hasil intervensi yang dilakukan terhadap masalah kesehatan
pasien dan keluarganya
I.4 Manfaat
I.4.1 Manfaat Teoritis
1. Menerapkan dan mengaplikasikan ilmu kedokteran keluarga yang telah
didapat selama masa pembelajran di fakultas.
2. Menerapkan dan mengaplikasikan kemampuan anamnesis pasien terkait
masalah kesehatannya
3. Menerapkan ilmu pengetahuan klinis penyakit yang dialami pasien dan
keluarga

I.4.2 Manfaat Praktis


1. Melatih kemampuan komunikasi efektif, berinteraksi, dan bersosialisasi
dengan masyarakat.
2. Melakukan tahapan-tahapan dalam kunjungan keluarga.
3. Melatih kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab dan menyelesaikan
suatu masalah kesehatan yang ada di dalam sebuah keluarga.
4. Melakukan intervensi terhadap masalah kesehatan yang ada di dalam
sebuah keluarga.
5. Mengevaluasi hasil intervensi yang telah dilakukan pada suatu keluarga
terkait masalah kesehatan yang ada.
6. Melatih kerjasama antar teman sehingga dapat meningkatkan rasa
persatuan, kesatuan, kekeluargaan, dan persaudaraan dengan sesame
teman, pembimbing dan masyarakat
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

II.1 Tinjauan pustaka(kedokteran keluarga dan stroke)


II.1a Kedokteran keluarga
Definisi dokter keluarga atau dokter praktek umum yang dicanangkan oleh
WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan penyediaan
pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran
dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah
seorang generalis yang menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan
kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, jenis kelamin ataupun jenis penyakit.
Dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup
komunitas dari individu tersebut tanpa membedakan ras, budaya dan tingkatan
sosial. Secara klinis dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan
sangat mempertimbangkan dan memperhatikan latar budaya, sosial ekonomi dan
psikologis pasien. Sebagai tambahan, dokter ini bertanggung jawab atas
berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan bagi
pasiennya.
Definisi kedokteran keluarga (IKK FK-UI 1996) adalah disiplin ilmu
kedokteran yang mempelajari dinamika kehidupan keluarga, pengaruh penyakit
terhadap fungsi keluarga, pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan
berkembangnya penyakit, cara pendekatan kesehatan untuk mengembalikan
fungsi tubuh sekaligus fungsi keluarga agar dalam keadaan normal. Setiap dokter
yang mengabdikan dirinya dalam bidang profesi dokter maupun kesehatan yang
memiliki pengetahuan, keterampilan melalui pendidikan khusus di bidang
kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek
dokter keluarga.
Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteran yang
mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk
memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan
menyeluruh kepada kesatuan individu, keluarga, masyarakat dengan
memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama dikenal sebagai primary health care, yang
mencangkup tujuh pelayanan (Muhyidin, 1996) :
1. Promosi kesehatan
2. KIA
3. KB
4. Gizi
5. Kesehatan lingkungan
6. Pengendalian penyakit menular
7. Pengobatan dasar
II.2b Stroke
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda
klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak
fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi
bedah atau membawa kematian), yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain
penyebab vaskuler (Mansjoer, 2000). Menurut Geyer (2009) stroke adalah
sindrom klinis yang ditandai dengan berkembangnya tiba-tiba defisit neurologis
persisten fokus sekunder terhadap peristiwa pembuluh darah. Stroke merupakan
penyebab kecacatan nomor satu di dunia dan penyebab kematian nomor dua di
dunia. Duapertiga stroke terjadi di negara berkembang. Pada masyarakat barat,
80% penderita mengalami stroke iskemik dan 20% mengalami stroke hemoragik.
Insiden stroke meningkat seiring pertambahan usia (Dewanto dkk, 2009).
Stroke pada anak-anak dan orang dewasa muda sering ditemukan jauh lebih
sedikit daripada hasil di usia tua, tetapi sebagian stroke pada kelompok usia yang
lebih muda bisa lebih buruk. Kondisi turun temurun
9 predisposisi untuk stroke termasuk penyakit sel sabit, sifat sel sabit, penyakit
hemoglobin SC (sickle cell), homosistinuria, hiperlipidemia dan trombositosis.
Namun belum ada perawatan yang memadai untuk hemoglobinopati, tetapi
homosistinuria dapat diobati dengan diet dan hiperlipidemia akan merespon untuk
diet atau mengurangi lemak obat jika perlu. Identifikasi dan pengobatan
hiperlipidemia pada usia dini dapat memperlambat proses aterosklerosis dan
mengurangi risiko stroke atau infark miokard pada usia dewasa (Gilroy, 1992).
Secara patologi stroke dibedakan menjadi sebagai berikut:
1) Stroke Iskemik
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat
obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum.
Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri atas: 1.
Transient Ischaemic Attack (TIA): defisit neurologis membaik dalam waktu
kurang dari 30 menit,2.ReversibleIschaemicNeurologicalDeficit (RIND): defisit
neurologis membaik kurangdari 1 minggu, 3.Stroke In Evolution
(SIE)/Progressing Stroke, 4. Completed Stroke. Beberapa penyebab stroke
iskemik meliputi: - Trombosis Aterosklerosis (tersering); Vaskulitis: arteritis
temporalis, poliarteritis nodosa; Robeknya arteri: karotis, vertebralis10 (spontan
atau traumatik); Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel
sabit). - Embolisme Sumber di jantung: fibrilasi atrium (tersering), infark
miokardium, penyakit jantung rematik, penyakit katup jantung, katup prostetik,
kardiomiopati iskemik; Sumber tromboemboli aterosklerotik di arteri: bifurkasio
karotis komunis, arteri vertebralis distal; Keadaan hiperkoagulasi: kontrasepsi
oral, karsinoma. - Vasokonstriksi - Vasospasme serebrum setelah PSA
(Perdarahan Subarakhnoid). Terdapat empat subtipe dasar pada stroke iskemik
berdasarkan penyebab: lakunar, thrombosis pembuluh besar dengan aliran pelan,
embolik dan kriptogenik (Dewanto dkk, 2009).
2) Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua
stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur
sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam
jaringan otak. Beberapa penyebab perdarahan intraserebrum: perdarahan
intraserebrum hipertensif; perdarahan subarakhnoid (PSA) pada ruptura aneurisma
sakular (Berry), ruptura malformasi arteriovena
11 (MAV), trauma; penyalahgunaan kokain, amfetamin; perdarahan akibat tumor
otak; infark hemoragik; penyakit perdarahan sistemik termasuk terapi
antikoagulan (Price,2005).
Faktor Risiko terjadinya Stroke Tidak dapat dimodifikasi, meliputi: usia,
jenis kelamin, herediter, ras/etnik. Dapat dimodifikasi, meliputi: riwayat stroke,
hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, Transient Ischemic Attack (TIA),
hiperkolesterol, obesitas, merokok, alkoholik, hiperurisemia, peninggian
hematocrit(Mansjoer,2000).
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam
arteri-arteri yang membentuk Sirkulus Willisi (Gambar 1): arteria karotis interna
dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila
aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi
infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak
selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.
Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke
daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari mungkin salah satu dari
berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak.
Patologinya dapat berupa (1) keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri, seperti
pada aterosklerosis dan trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau peradangan;
(2) berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran12 darah, misalnya syok
atau hiperviskositas darah; (3) gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus
infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium; atau (4) ruptur
vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid (Price et al, 2006).
Suatu stroke mungkin didahului oleh Transient Ischemic Attack (TIA) yang
serupa dengan angina pada serangan jantung. TIA adalah serangan-serangan
defisit neurologik yang mendadak dan singkat akibat iskemia otak fokal yang
cenderung membaik dengan kecepatan dan tingkat penyembuhan bervariasi tetapi
biasanya dalam 24 jam. TIA mendahului stroke trombotik pada sekitar 50%
sampai 75% pasien (Harsono, 2009).
Penatalaksanaan yang cepat, tepat, dan cermat memegang peranan besar
dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Betapa pentingnya pengobatan stroke
sedini mungkin, karena ‘jendela terapi’ dari stroke hanya 3-6 jam. Hal yang harus
dilakukan adalah: - Stabilitas pasien dengan tindakan ABC (Airway,
breathing,Circulation) - Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau koma
atau gagal napas - Pasang jalur infus intravena dengan larutan salin normal 0,9 %
dengan kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5
% dalam air dan salin 0, 45 %, karena dapat memperhebat edema otak - Berikan
oksigen 2-4 liter/menit melalui kanul hidung - Jangan memberikan makanan atau
minuman lewat mulut - Buat rekaman elektrokardiogram (EKG) dan lakukan foto
rontgen toraks - Ambil sampel untuk pemeriksaan darah: pemeriksaan darah
perifer lengkap dan trombosit, kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan
kreatinin), masa protrombin, dan masa tromboplastin parsial - Jika ada indikasi,
lakukan tes-tes berikut: kadar alkohol, fungsi hati, gas darah arteri, dan skrining
toksikologi - Tegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik -
CT Scan atau resonansi magnetik bila alat tersedia (Mansjoer, 2000).
Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek yakni: death, disease,
disability, discomfort, dissatisfaction, dan destitution. Keenam aspek prognosis
tersebut terjadi pada stroke fase awal atau pasca stroke. Untuk mencegah agar
aspek tersebut tidak menjadi lebih buruk maka semua penderita stroke akut harus
dimonitor dengan hati-hati terhadap keadaan umum, fungsi otak, EKG, saturasi
oksigen, tekanan darah dan suhu tubuh20 secara terus-menerus selama 24 jam
setelah serangan stroke (Asmedi & Lamsudin, 1998). Asmedi & Lamsudin (1998)
mengatakan prognosis fungsional stroke pada infark lakuner cukup baik karena
tingkat ketergantungan dalam activity daily living (ADL) hanya 19 % pada bulan
pertama dan meningkat sedikit (20 %) sampai tahun pertama. Bermawi, et al.,
(2000) mengatakan bahwa sekitar 30-60 % penderita stroke yang bertahan hidup
menjadi tergantung dalam beberapa aspek aktivitas hidup sehari-hari. Dari
berbagai penelitian, perbaikan fungsi neurologik dan fungsi aktivitas hidup sehari-
hari pasca stroke menurut waktu cukup bervariasi. Suatu penelitian mendapatkan
perbaikan fungsi paling cepat pada minggu pertama dan menurun pada minggu
ketiga sampai 6 bulan pasca stroke. Prognosis stroke juga dipengaruhi oleh
berbagai faktor dan keadaan yang terjadi pada penderita stroke. Hasil akhir yang
dipakai sebagai tolok ukur diantaranya outcome fungsional, seperti kelemahan
motorik, disabilitas, quality of life, serta mortalitas. Menurut Hornig et al.,
prognosis jangka panjang setelah TIA dan stroke batang otak/serebelum ringan
secara signifikan dipengaruhi oleh usia, diabetes, hipertensi, stroke sebelumnya,
dan penyakit arteri karotis yang menyertai. Pasien dengan TIA memiliki prognosis
yang lebih baik dibandingkan pasien dengan TIA memiliki prognosis yang lebih
baik dibandingkan pasien dengan stroke minor. Tingkat mortalitas kumulatif
pasien dalam penelitian ini sebesar 4,8 % dalam 1 tahun dan meningkat menjadi
18,6 % dalam 5 tahun.

II. 2 Identitas Keluarga


a. Nama Kepala Keluarga : Bapak Rosad
b. Alamat Rumah : Gg, Seroja, Jl. Gadog Raya, Cisalak,
Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat
c. Daftar Anggota Keluarga :
KEDUDUKAN
NO NAMA DALAM L/P UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN KET
KELUARGA

1 Rosad Ayah (KK) L 46 th Tamat SD Satpam -

Ibu rumah
2 Erna Istri KK P 44 th Tamat SD -
tangga
3 Rizki Anak L 10 th SD Pelajar -

( Genogram digambar dibalik halaman ini )

d. Bentuk Keluarga : Keluarga inti


e. Siklus Kehidupan Keluarga : Keluarga anak usia sekolah
f. Deskripsi Identitas Keluarga :
Keluarga Bapak Rosad adalah keluarga inti yang terdiri dari 3 orang dalam
satu rumah. Pernikahan keduanya, merupakan pernikahan ketiga untuk Bapak
Rosad dan pernikahan kedua untuk Ibu Erna. Dahulu, sebelum stroke menyerang
Ibu Erna 3 tahun yang lalu, Ibu Erna membantu perekonomian keluarga denga
menjadi tukang cuci keliling. Namun setelah mengalami stroke, saat ini hanya 1
orang dewasa yang bekerja dengan penghasilan minim, yakni Bapak Rosad
sebagai satpam Pasar Cisalak yang menjadi salah satu kendala hidup sehat pada
keluarga ini.

g. Genogram :

II.2 Keadaan Rumah


a. Gambar denah :

Tetangga

lemari
Teras, jemuran, parker motor

kasur
tv

Kamar mandi
jendela

Dapur/kompor
Pintu masuk

Rak
lemari Meja makan lemari rak piring
buku

Tetangga

b. Jenis Lantai : Ubin


c. Jenis Atap : Asbes
d. Jenis Dinding : Tembok dilapisi cat

e. 1. Perbandingan Luas Jendela/Lantai di Ruang Tidur : < 20 %


2. Perbandingan Luas Jendela/Lantai di Ruang Keluarga : < 20 %

f. Deskripsi Mengenai Keadaan Rumah :


Rumah keluarga yang berada dilingkungan perumahan padat merupakan
rumah berjenis rumah sewa berbentuk petakan yang sangat sempit, dengan ukuran
kurang lebih 10mm2 yang nampaknya belum pernah dilakukan renovasi.
Walaupun dinding adalah tempok dilapisi cat, namun warna cat sudah pudar, pada
beberapa sudut beberapa cat sudah mulai mengelotok dan dibagian dekat tempat
tidur serta dapur sudah mulai timbul jamur dan keretakan. Rumah tersebut hanya
memiliki 1 ruangan dengan penerangan yang kurang sehingga terasa lebih gelap,
dapur dan kamar mandi hanya bersekat setengah dinding, dengan perbandingan
luas ventilasi kurang dari 20% dari luas lantai, atap tanpa langit-langit
menyebabkan rumah terasa lembab. Pengaturan barang-barang terlihat tidak rapih,
terutama di tempat tidur dan dapur, dengan lantai yang kurang bersih
memperlihatkan keluarga sedikit kurang peduli pada kebersihan rumah. Dengan
keadaan rumah seperti ini, keluarga Bapak Rosad perlu mendapat perhatian
tentang penyakit paru-paru dan kulit akibat lembabnya udara di dalam rumah dan
adanya salah satu anggota keluarga yang merokok.

II.3 Keadaan Keluarga


a. Perencanaan Keluarga :
1. Pasangan orang tua di keluarga, yakni Bapak Rosad dan bu Erna, telah
melakukan perencanaan dalam berkeluarga.
2. Pengambilan keputusan perencanaan keluarga oleh Ibu Erna selaku
istri.
3. Ibu Erna selaku istri tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi KB
dikarenakan memiliki riwayat hipertensi.
b. Hubungan Anggota Keluarga :
1. Gambar hubungan tiap anggota keluarga (family map)

Pak Rosad Bu Erna

Rizky

2. Frekuensi berkumpulnya anggota keluarga : Setiap hari.


3. Keputusan dalam keluarga berdasarkan : Diskusi ayah-ibu.

c. Deskripsi Mengenai Keadaan Keluarga :


Keluarga Bapak Rosad merupakan keluarga yang memiliki perencanaan
dalam berkeluarga, walaupun ibu Erna tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
KB karena alasan hipertensi. Intensitas keluarga ini cukup baik, karena seluruh
anggota keluarga saling bertemu dan berkomunikasi setiap hari dan keputusan
diambil berdasarkan diskusi antara orang tua, yakni Bapak Rosad dan Ibu Erna.

II.4 Pemenuhan Kebutuhan Keluarga


a. Kebutuhan Ekonomi : Hingga sekunder (pendidikan, spiritual, dan
telekomunikasi)
b. Kebutuhan Pendidikan : An. Rizki sedang menjalani pendidikan dasar 9
tahun
c. Kebutuhan Spiritual : Kegiatan ibadah dilakukan terserah masing-masing
anggota keluarga
d. Kebutuhan Kesehatan : Datang ke pelayanan kesehatan / dokter tertentu
untuk kuratif saja.
e. Deskripsi Mengenai Pemenuhan Kebutuhan Keluarga :
Penghasilan Bapak Rosad sebagai satpam Pasar Cisalak dirasa masih sangat
kurang, ditambah penyakit stroke yang menyerang Ibu Erna 3 tahun lalu membuat
Ibu Erna tidak dapat lagi menjadi tukang cuci keliling untuk menambah
penghasilan keluarga. Kebiasaan merokok dan meminum kopi pada Bapak Rosad
sulit untuk dihentikan walaupun beliau menderita hipertensi, karena dianggap
sebagai tuntutan pekerjaan beliau sebagai satpam pasar. Rizki, putra satu-satunya
sedang mengenyam pendidikan di bangku SD. Untuk kebutuhan spiritual, tidak
ada paksaan dalam keluarga sehingga keputusan dalam beribadah diatur oleh
masing-masing anggota keluarga, sertaa untuk kebutuhan kesehatan, anggota
keluarga datang ke pelayanan kesehatan / dokter tertentu hanya jika sedang dalam
keadaan sakit karena keluarga Bapak Rosad memiliki kendala dalam biaya
pengobatan, dalam sekali pergi ke dokter beliau harus mengeluarkan Rp130.000
yang dapat menyebabkan keluarga tersebut harus berhutang pada orang lain untuk
membeli makanan. Namun ketika diberikan ajakan untuk pergi ke Puskemas,
keluarga tersebut tidak ingin pergi ke Puskesmas dengan alasan tidak ingin lama
menunggu giliran di Puskesmas.

II.5 Gaya Hidup


a. Kebiasaan Makanan Dalam Keluarga :
1. Sumber makanan dalam keluarga disiapkan hidangan yang dimasak
oleh Ibu Erna, kadang membeli makanan jadi dari luar rumah.
2. Porsi jenis makanan lebih sering tahu dan tempe setiap harinya.
3. Jumlah asupan makanan masing-masing anggota keluarga sesuai
dengan kebutuhan kalori anggota keluarga.

b. Kebiasaan Berolahraga : Pada keluarga ini tidak ada yang berolahraga


menurut penyampaian Ibu Erna.
c. Kebiasaan Minum Alkohol : Pada keluarga ini, Bapak Rosad sempat
sempat memiliki kebiasaan meminum alkohol
namun sudah berhenti sejak 2 tahun lalu.
d. Kebiasaan Merokok : Bapak Rosad selaku Kepala Keluarga memiliki
kebiasaan merokok setiap hari sejak usia 17 tahun
dengan jenis rokok putih.

e. Deskripsi Gaya Hidup Keluarga


Gaya hidup keluarga Bapak Rosad masih belum mementingkan olahraga,
adanya beliau sebagai perokok aktif pada salah satu anggota keluarga menjadi
faktor risiko banyak penyakit berbahaya. Serta gaya hidup Rizki yang senang
jajan minuman berasa setiap hari satu kali, dan menu hidangan rumah yang
‘berani garam’ mungkin menjadi salah satu sumber masalah kesehatan yang
dikeluhkan Ibu Erna.

II.6 Lingkungan Hidup Keluarga


a. Lingkungan Perumahan Keluarga :
1. Jenis Perumahan :
Keluarga Bapak Rosad tinggal di area tempat tinggal non
permanen.
2. Higiene Lingkungan Rumah :
Lingkungan sekitar rumah bersih namun tidak beraturan ataupun
terstruktur.
3. Keamanan Lingkungan Perumahan :
Termasuk tidak aman karena kondisi rumah petakan tidakmemiliki
pagar dan saat ini sedang marak pencurian tabung gas.
4. Paparan Zat atau Partikel di Lingkungan Rumah :
Bila sedang beraada dirumah, kemungkinan keluarga terpapar oleh
beberapa zat berikut yakni debu, asbes, karbon monoksida, bising,
ataupun getar.

b. Lingkungan Pekerjaan Anggota Keluarga :


1. Jenis Pekerjaan :
Bapak Rosad bekerja sebagai buruh/pekerja fisik di lapangan,
yakni satpam Pasar Cisalak.
2. Resiko Pekerjaan yang Dapat Terjadi :
Kemungkin resiko yang dapat terjadi sesuai dengan pekerjaan
Bapak Rosad yaitu kecelakaan kerja dan stress pengambil keputusan.
3. Paparan Zat yang Mungkin Terjadi di Lingkungan Pekerjaan :
Bila sedang bekerja, kemungkinan Bapak Rosad akan terpapar oleh
debu, karbon monosida, bising, dan getar

c. Lingkungan Sosial Keluarga :


1. Keluarga menjadi anggota perkumpulan sosial di lingkungannya :
Keluarga Bapak Rosad tidak mengikuti perkumpulan sosial di
lingkungannya.
2. Kedudukan keluarga di tengah lingkungan sosialnya :
Keluarga Bapak Rosad dihormati sewajarnya.
3. Paparan sress sosial yang mungkin terjadi di lingkungan sosial :
Stress yang mungkin terjadi yaitu keadaan keluarga tidak seperti
dengan apa yang diharapkan

d. Deskripsi Lingkungan Hidup Keluarga :


Sempat menderita stroke, Ibu Erna, istri KK mengalami penurunan
aktivitas sosial dalam lingkungan rumahnya. Sering kali diajak dalam arisan
namun beliau mengurungkan niatnya karena malu dengan kondisi dirinya dan
keluarganya. Bapak Rosad jarang bersosialisasi dengan tetangga karena
pekerjaannya sebagai satpam Pasar Cisalak mengharuskan beliau untuk selalu
waspada setiap saat menjaga keamanan di Pasar Cisalak. Sementara Rizki, anak
dari pasangan Bapak Rosad dan Ibu Erna dikenal ramah dan senang bermain
dengan teman-teman sebayanya yang tinggal dekat dengan rumahnya. Setiap hari
Rizki selalu menyempatkan diri untuk bermain bersama di lapangan, pasar, atau
warnet.

II.7 Masalah Kesehatan yang Ada dalam Keluarga


Disusun berdasarkan prioritas masalah yang akan dibahas, masalah
kesehatan keluarga Ibu Erna yaitu :
1. Stroke
2. Hipertensi
3. Kesemutaan/baal dan Kram
II.8 Rencana Pemeliharaan Kesehatan dalam Keluarga

Tujuan Kegiatan Materi Kegiatan Cara Pembinaan Sasaran Individu


Mencegah terjadinya Penjelasan mengenai Edukasi dengan Ibu Erna.
stroke kembali pada Ibu stroke dan hipertensi menggunakan leaflet
Erna. dan dampaknya serta pengukuran
tekanan darah secara
berkala setiap
kunjungan

Berdasarkan urutan masalah yang ada, maka kelompok mendiskusikan


rencana pemeliharaan kesehatan pada keluarga. Rencana ini akan dijalankan oleh
mahasiswa pada kunjungan yang kedua.
Menjelaskan bahaya Pencegahan terhadap Edukasi makanan Ibu Erna dan Bapak
hipertensi dan apa saja hipertensi dan yang harus dihindari Rosad.
faktor risikonya pada dampaknya. untuk mencegah
Bapak Rosad. semakin buruknya
gejala hipertensi serta
anjuran untuk
berhenti merokok.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hasil Kunjungan

3.1.1 Anggota Keluarga

Dalam keluarga ini, mempunyai kepala keluarga pak Rosat (47 tahun) , dimana ia
memiliki istri bernama Ibu Ernawati (44 tahun), dan ia memiliki 1 orang anak,
sebelumnya ia telah menikah sebanyak 2 kali, pada pernikahan pertama dikaruniai
3 orang anak dan pada pernikahan kedua dikaruniai 1 anak.

3.1.2 Keadaan Rumah Keluarga


Ruangan pada rumah ini hanya terdapat kamar tidur, kamar mandi/tempat cuci
pakaian/alat dapur, dapur, ruang tamu/ruang keluarga, dan teras/ tempat jemur pakaian.
Jenis lantai adalah ubin, dengan menggunakan atap berjenis genteng, dibagian dapur
didapatkan genteng yang dilepas dan diganti plastik untuk sumber pencahayaan. Tembok
rumah ini dilapisi cat, dan perbandingan luas jendela/lantai di ruang tidur <20% serta
perbandingan luas jendela/lantai di ruang keluarga <20%.
3.1.3 Keadaan Keluarga
a. Perencanaan Keluarga
1. Ibu Ernawati terkena stroke pada tahun 2015 dan tidak melakukan
pengobatan profesional yang dibutuhkan secara rutin dan hanya
mengandalkan obat-obatan herbal racikan suaminya. Hal ini didasari
kurangnya biaya untuk berobat dan ketidaktahuan tentang informasi seputar
BPJS dan pengobatan dengan biaya terjangkau pada fasilitas kesehatan
seperti puskesmas. Keluarga ini tidak memiliki BPJS.
2. Pengambilan keputusan dilakukan oleh suami.

b. Hubungan Anggota Keluarga

1. Hubungan keluarga ini kurang baik, dengan frekuensi bertemu dan


waktu berkualitas antar keluarga dapat dikatakan jarang. Hal ini
disebabkan karena pekerjaan suami sebagai satpam yang memiliki
waktu jaga 24 jam dengan hari libur tidak tentu dan juga anak dari
keluarga ini, yaitu rizki (10 tahun) lebih suka menghabiskan waktu di
luar rumah untuk bermain bersama teman – temannya.

2. Keputusan dalam keluarga diambil oleh suami.

3.1.4. Pemenuhan Kebutuhan Keluarga

Kebutuhan secara ekonomi belum terpenuhi secara primer dan secara pendidikan
dalam keluarga ini kurang, pendidikan ibu Erna dan pak Rosat hanya sampai
Sekolah dasar dan kini anak dari keluarga ini sedang menempuh pendidikan di
sekolah dasar kelas 5 dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pendidikan
hingga perguruan tinggi sehingga dapat mewujudkan kehidupan yang lebih baik
bagi keluarganya. Dalam kebutuhan spiritual keluarga ini tidak ada keterpaksaan
dalam menjalankannya, dan diatur oleh masing masing anggota keluarga, untuk
kebutuhan kesehatan keluarga ini hanya datang ke klinik/puskesmas jika dalam
keadaan sakit, Namun lebih sering menangani penyakitnya sendiri dengan obat –
obatan herbal racikan sendiri.

3.1.5 Gaya Hidup

Sumber makanan keluarga kadang di siapkan oleh Ibu Erna sendiri, Namun lebih
sering membeli makanan dari luar. Untuk makanan sehari – hari keluarga ini tidak
menentu, tergantung akan pendapatan atau simpanan uang yang dimiliki pada hari
itu. Dalam sehari – hari anak dari keluarga in kerap jajan diluar rumah. Kebiasaan
olah raga dalam keluarga ini tidak ada. Kebiasaan untuk meminum alkohol tidak
ada,namun diketahui dari ibu Erna bahwa dahulu suaminya mengkonsumsi
alkohol. Untuk kebiasaan merokok, pak Rosat memiliki kebiasaan merokok sehari
8 batang dan kebiasaan ini dimulai dari usia 17 tahun sehingga menurut indeks
brinkman, pak Rosat dikategorikan sebagai perokok sedang. Selain merokok, pak
Rosat juga sering meminum kopi dan begadang

3.1.6 Lingkungan Hidup Keluarga


a. Perumahan
Keluarga ini tinggal dilingkungan non permanen, dengan lingkungan
yang cukup bersih namun tak terstruktur. Tidak memiliki pagar, dan
bisa saja terpapar oleh zat –zat berbahaya seperti asbes dan lain lain.
b. Pekerjaan
Ibu Erna merupakan seorang buruh cuci yang kerjanya tidak
menentu,sesuai kondisi kesehatannya. Pak Rosat merupakan seorang
satpam di Pasar. Keduanya memiliki faktor risiko terpapar zat yang ada
di lingkungan kerja mereka.
c. Sosial
Keluarga ini dengan lingkungan sekitarnya tidak saling mengenal satu
sama lain.
d. Lingkungan Hidup Keluarga
Tidak ada pembagian tugas dalam pekerjaan rumah tangga, seluruh
urusan rumah diserahkan pada ibu Erna.

3.1.7 Masalah Kesehatan yang Ada di Keluarga


A. Pasca stroke
B. Hipertensi

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dari hasil kunjungan pertama didapatkan bahwa pasien mengalami


keluhan sulit berjalan karena memilki riwayat stroke. Pasien sebelumnya
berobat untuk mengurangi keluhan tersebut dan membaik setelah berobat
sehingga pasien dapat berjalan dengan dibantu tongkat. Tetapi sekarang pasien
tidak melanjutkan pengobatannya kembali karena biaya yang mahal dan
enggan berobat ke puskesmas karena tidak sabar menunggu antrian.
Dikunjungan ke-2 kami melakukan penyuluhan tentang motivasi
pentingnya berobat, jenis makanan yang sehat, bahaya merokok, info tentang
stroke dan melakukan pemeriksaan tekanan darah. Kami juga mengecek
anaknya untuk melihat adanya indikasi gizi buruk dan memberi penyuluhan
kepada anaknya tentang makanan berbahaya, makanan bergizi dan
menyarankan untuk selalu di rumah untuk menjaga ibunya.

Kunjungan ke-3 kita melihat hasil dari intervensi di kunjungan ke-2 bahwa
pasien mengikuti apa yang disarankan dan beliau terlihat membaik dan
bersemangat. Pasien juga mengatakan .bahwa kondisinya membaik karena
senang dikunjungi oleh mahasiswa FK UPN jakarta.

4.2 SARAN

1. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka pembina kesehatan


membutuhkan kerja sama yang baik antara petugas kesehatan dengan
masyarakat sekitar.
2. Melakukan pembinaan terhadap suatu keluarga diperlukan pendekatan-
pendekatan tertentu yang sangat membutuhkan empati dan pemahaman
yang baik dalam pembinaan.
3. Menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarga membutuhkan kerja
sama yang baik antara anggota keluarga dan pembina kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Abrori, 2010. Perbedaan antara Dokter dan Dokter Keluarga.


http://blog.unila.ac.id/hadinata/2010/06/12/perbedaan-antara- dokter-dan
dokter- keluarga
Allan H., Lawren A. May, Alber G Muller JR. 1995. Primary Care Medicine. JB.
Lipincott Company.
Andry Hatono, 2009, Churchill Livingston’s Mini Encyclopaedia of Nursing –
Jakarta:EGC
Arnold Dorothee,1998 , Spiritual Care and Palliative Care: Opportunities and
Challeges for Pastoral Care,
WWW.Who.int/cancer/Palliative/definition/en/
Azwar, A. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta :Yayasan Penerbit
Ikatan Dokter Indonesia.
Doyle, Hanks and Macdonald, 2003. Oxford Textbook of Palliative
Medicine. Oxford Medical Publications (OUP) 3 rd edn 2003
Ferrell, B.R. & Coyle, N. (Eds.) (2007). Textbook of palliative nursing, 2nd ed.
New York, NY: Oxford University Press
Kanwil Depkes Jateng. 2000. Pedoman Upaya Kesehatan melalui Pendekatan
Keluarga.
Murtagh, J. 1998. General Practice. Mc Graw Hill Company.
Robert B. Taylor (ed). 1993. Family Medicine Principles and Practice. Springer
Verlag.
Wonodirekso, Sugito. 2008. Karir Dokter di Ranah Pelayanan Kesehatan Primer.
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai