BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Uraian Umum
UNS Surakarta.
Bentuk benda uji yang diteliti dalam penelitian beban kejut adalah
piringan dengan ukuran diameter 20 cm dan tinggi 4 cm dan kuat desak adalah
silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm untuk beton normal dan
beton ringan. Alat yang digunakan untuk pengujian beban kejut adalah ITM
(Impact Testing Machine) dan alat yang digunakan untuk pengujian kuat desak
B. Benda Uji
Benda uji yang digunakan dalam penelitian beban kejut berupa beton
buah untuk setiap mutu beton dan untuk penelitian kuat desak berupa beton
buah untuk setiap mutu beton benda uji. Adapun jenis sampel secara detail dapat
Tabel 3.1. Jenis Benda Uji Beban Kejut dan Kuat Desak
Mutu Beton Jenis Benda Uji Mutu Beton Jenis Benda Uji
(MPa) (MPa)
SN15-1 SR15-1
15 SN15-2 15 SR15-2
SN15-3 SR15-3
SN18-1 SR18-1
18 SN18-2 18 SR18-2
SN18-3 SR18-3
SN21-1 SR21-1
21 SN21-2 21 SR21-2
SN21-3 SR21-3
SN24-1 SR24-1
24 SN24-2 24 SR24-2
SN24-3 SR24-3
SN27-1 SR27-1
27 SN27-2 27 SR27-2
SN27-3 SR27-3
Mutu Beton Jenis Benda Uji Mutu Beton Jenis Benda Uji
(MPa) (MPa)
SN15-1 SR15-1
15 SN15-2 15 SR15-2
SN15-3 SR15-3
SN18-1 SR18-1
18 SN18-2 18 SR18-2
SN18-3 SR18-3
SN21-1 SR21-1
21 SN21-2 21 SR21-2
SN21-3 SR21-3
SN24-1 SR24-1
24 SN24-2 24 SR24-2
SN24-3 SR24-3
SN27-1 SR27-1
27 SN27-2 27 SR27-2
SN27-3 SR27-3
25
mulai dari pemilihan material beton (sisa bakar batu bara, ALWA, pasir, kerikil,
semen, air), pengujian material, pembuatan benda uji yaitu beton ringan dan beton
normal, pengujian benda uji, analisis data dan penarikan kesimpulan hasil
penelitian.
sistematika dan urutan yang jelas dan teratur sehingga nantinya diperoleh hasil
1. Tahap I
Disebut tahap persiapan. Pada tahap ini seluruh bahan dan peralatan yang
2. Tahap II
Disebut tahap uji bahan. Pada tahap ini dilakukan penelitian terhadap agregat
kasar dan agregat halus. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sifat dan
karakteristik bahan tersebut. Selain itu untuk mengetahui apakah agregat kasar
3. Tahap III
Disebut tahap pembuatan benda uji. Pada tahap ini dilakukan pekerjaan
sebagai berikut :
4. Tahap IV
Pada tahap ini dilakukan perawatan terhadap benda uji yang telah dibuat pada
tahap III. Perawatan untuk beton dengan cara merendam benda uji pada hari
kedua selama 14 hari, kemudian beton dikeluarkan dari air dan ditutup dengan
karung goni yang setiap hari disiram air. Perawatan ini dilakukan sampai
5. Tahap V
Pada tahap ini dilakukan pengujian kuat desak dan beban kejut pada beton
6. Tahap VI
Disebut tahap analisis data. Pada tahap ini, data yang diperoleh dari hasil
7. Tahap VII
Disebut tahap pengambilan kesimpulan. Pada tahap ini, data yang telah
penelitian.
27
Persiapan Tahap I
Uji Bahan :
Kandungan zat organik
Kadar lumpur
Gradasi
Keausan
Spesific gravity
Absorsi Tahap II
Perawatan (curing)
Tahap IV
Pengujian Benda
Uji Tahap V
Analisa Data
Tahap VI
Kesimpulan
Tahap VII
pembentuk beton sesuai standar yang ada. Dalam penelitian ini dilakukan
pengujian terhadap agregat halus dan kasar. Sedangkan air yang digunakan sesuai
a. ASTM C-23 : Standar penelitian untuk pengujian berat isi agregat halus.
agregat halus.
agregat halus.
dan dibandingkan dengan spesifikasi bahan menurut ASTM dan PBI 1971.
a. ASTM C-29 : Standar penelitian untuk pengujian berat isi agregat kasar.
kasar.
e. ASTM C-566 : Standar penelitian untuk pengujian kadar air agregat kasar.
Bahan dan Struktur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas
Maret.
1. Timbangan.
Ada dua jenis timbangan yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu :
30
sampai 0,1 gram, digunakan untuk mengukur berat material yang berada
dibawah kapasitasnya.
ketelitian sampai 0,1 kg, digunakan untuk mengukur berat sampel dan
mengeringkan material (pasir, kerikil, ALWA dan Sisa Bakar Batu Bara) dan
benda uji.
Ayakan baja dan penggetar yang digunakan adalah merk “Controls”, Italy,
bentuk lubang ayakan adalah bujur sangkar dengan ukuran yang tersedia
adalah 50 mm, 38,1 mm, 25 mm, 19 mm, 12,5 mm, 9,5 mm, 4,75 mm, 2,36
mm, 1,18 mm, 0,85 mm, 0,3 mm, 0,15 mm, 0 mm.
Corong Konik/Conical Mould dengan ukuran diameter atas 3,8 cm, diameter
bawah 8,9 cm, tinggi 7,6 cm, lengkap dengan alat penumbuk. Alat ini
halus pasir.
Mesin Los Angeles merk “Controls” Italy, yang dilengkapi dengan 11 buah
bola baja. Alat ini digunakan untuk menguji ketahanan aus (abrasi) agregat
kasar.
6. Molen
Molen yang digunakan berkapasitas 120 liter dan bertenaga dinamo listrik
7. Corong/Kerucut Abram
Kerucut Abram dari baja dengan ukuran diameter atas 10 cm, diameter bawah
20 cm, tinggi 30 cm, lengkap dengan tongkat baja yang ujungnya ditumpulkan,
panjang 60 cm, diameter 16 mm. Alat ini digunakan untuk mengukur nilai
8. Cetakan beton
Bentuk cetakan ini adalah silinder terbuat dari besi diameter 15 cm dan tinggi
9. Alat bantu
10. Satu set alat uji kuat desak CTM (Compressing Testing Machine).
32
11. Satu set alat uji beban kejut ITM (Impact Testing Machine).
pengujian terhadap agregat halus dan agregat kasar, sedangkan terhadap semen
tidak dilakukan pengujian. Air yang digunakan sesuai dengan spesifikasi standar
Sisa bakar batu bara adalah salah satu bahan dasar yang akan dipakai
pada penelitian beton ringan yaitu sebagai agregat halus. Sisa bakar batu bara
sebagai pengganti pasir yang digunakan dalam pembuatan beton harus memenuhi
beberapa persyaratan, salah satunya adalah harus bersih dan tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat keringnya. Lumpur adalah bagian
dari pasir yang lolos ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 5% maka
pasir harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan adukan beton.
Syarat-syarat agregat halus harus sesuai dengan standar ASTM C-117 dan PBI NI
G0 G1
Kadar Lumpur 100% (3.1)
G1
33
dengan :
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar zat organik dalam pasir
dan sisa bakar batu-bara. Dimana pasir dalam adukan beton tidak boleh
mengandung zat organik terlalu banyak karena akan mengurangi kekuatan beton
yang dihasilkan. Kandungan zat organik ini dapat dilihat dari percobaan warna
Abrams Harder dengan menggunakan larutan NaOH 3%. Pasir yang akan
yang terdapat pada standar ASTM C-40 dan PBI NI 1971 pasal 3.3 ayat 4.
Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal
kekuatan tekan adukan tesebut pada umur 28 hari tidak kurang dari 95 % dari
kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan NaOH 3% yang
kemudian dicuci hingga bersih dengan air pada umur yang sama. Untuk
pengamatan warna air yang ada pada gelas ukur, lalu membandingkan warna hasil
Tabel 3.2. Pengaruh Kadar Zat Organik terhadap Persentase Penurunan Kekuatan
Beton
Warna Penurunan Kekuatan ( %)
Jernih 0
Kuning muda 0 – 10
Kuning tua 10 – 20
Kuning kemerahan 20 – 30
Coklat kemerahan 30 – 50
Coklat tua 50 – 100
Sumber: Prof. Ir. Roosseno, 1954
34
Berat jenis merupakan salah satu variabel yang sangat penting dalam
tersebut dapat dihitung volume agregat halus yang diperlukan oleh sebab itu
dilakukan pengujian specifik grafity untuk mengetahui nilai bulk specific gravity
(perbandingan antara berat pasir dalam kondisi kering dengan volume pasir total),
bulk specific gravity SSD (perbandingan antara berat pasir jenuh dalam kondisi
(perbandingan antara berat pasir kering dengan volume butir pasir) dan
absorption (perbandingan antara berat air yang diserap dengan berat pasir kering)
a
Bulk Specific Grafity : (3.2)
b 500 c
500
Bulk Specific Gravity SSD : (3.3)
b 500 c
a
Apparent Specific Grafity : (3.4)
abc
500 a
Absorption : 100% (3.5)
a
dengan :
daripada agregat kasar karena sangat menentukan sifat pengerjaan dan sifat kohesi
campuran adukan beton, selain itu gradasi agregat halus sangat menentukan
pemakaian semen dalam pembuatan beton. Standar yang dipakai dalam pengujian
(%kom) 100
Modulus Halus : (3.6)
100
Berat jenis merupakan salah satu variabel yang sangat penting dalam
tersebut dapat dihitung volume agregat kasar yang diperlukan oleh sebab itu
dilakukan pengujian specifik grafity untuk mengetahui nilai bulk specific gravity
(perbandingan antara berat kerikil dalam kondisi kering dengan volume kerikil
total), bulk specific gravity SSD (perbandingan antara berat kerikil jenuh dalam
kondisi kering permukaan dengan volume kerikil total), apparent specific gravity
(perbandingan berat butiran kondisi kering dan selisih berat butiran dalam
keadaan kering dengan berat dalam air) dan absorption (perbandingan antara berat
air yang diserap oleh kerikil jenuh dalam kondisi kering permukaan dengan berat
a
Bulk Specific Grafity : (3.7)
bc
b
Bulk Specific Gravity SSD : (3.8)
bc
a
Apparent Specific Grafity : (3.9)
ac
ba
Absorption : 100% (3.10)
a
dengan :
terhadap gesekan. Agregat kasar kerikil (split) merupakan salah satu bahan dasar
37
beton yang harus memenuhi standar tertentu berdasarkan standar ASTM C-131
untuk daya tahan keausan akibat gesekan. Standar ini dapat diketahui dengan
mengadakan pengujian dengan alat yang disebut bejana Los Angelos. Agregat
kasar harus tahan terhadap daya aus gesek. Bagian yang hilang karena gesekan
tidak boleh lebih dari 50% jika melebihi batas berarti kerikil tersebut tidak layak
ab
Persentase berat yang hilang 100% (3.11)
a
dengan :
angka yang menunjukan tinggi rendahnya tingkat kehalusan butir dalam agregat.
dalam pembuatan beton. Standar yang dipakai dalam pengujian ini adalah ASTM
C-136.
(%kom) 100
Modulus Halus : (3.12)
100
berkaitan dengan tingkat keenceran adukan beton, semakin cair maka akan
beton maka dilakukan pengujian slump. Semakin besar nilai slump yang didapat
semen, sisa bakar batu bara, air dan ALWA. Langkah–langkah merancang
campuran beton ringan dengan agregat kasar ALWA menurut metode Dreux–
1. Menentukan rasio semen dengan air dari grafik hubungan antara densitas
beton, massa jenis ALWA untuk berbagai kadar semen dan grafik kadar semen
terlebih dahulu untuk kuat tekan rata-rata dan nilai slump yang diharapkan.
2. Menentukan rasio ALWA dan pasir dari grafik hubungan antara rasio ALWA
dan pasir, berbagai kadar semen serta ukuran maksimum diameter ALWA.
beton untuk berbagai kondisi nilai slump. Langkah ini dilakukan untuk
penyusun beton ringan per 1 m3. Dalam pengerjaannya, susunan campuran ini
39
1. Bila kekuatan tekannya lebih rendah dari yang direncanakan, maka kekuatan
adukan semen perlu ditingkatkan atau rasio kerikil dengan pasir perlu
dikurangi.
2. Bila ternyata densitasnya tinggi, maka dengan menaikkan kadar ALWA akan
3. Bila kekentalan tidak memenuhi syarat, maka kadar pasir dapat dinaikkan
terutama butir halusnya dan menambah kadar air yang mungkin berakibat
1. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (f’c) pada umur tertentu.
11. Tetapkan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan
21. Hitung berat agregat halus yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah (17)
dan (20).
22. Hitung berat agregat kasar yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah (20)
dan (21).
sebagai berikut:
1. Menyiapkan material (air, semen, pasir, kerikil,, sisa bakar batu bara dan
beton. Khusus untuk beton ringan perhitungan mix design berdasarkan metode
cara DPU.
ditimbang ke dalam mixer, dengan urutan alwa terlebih dahulu, kemudian sisa
bakar batu bara, semen, dan air untuk beton ringan. Untuk beton normal cara
cetakan.
8. Mengeluarkan beton dari cetakan dan diberi tanda untuk masing masing
sampel.
9. Merawat balok beton dengan cara merendamnya dalam air selama 14 hari
I. Perawatan (Curing)
segar selalu lembab sejak adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup
keras. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin proses reaksi hidrasi semen
42
setelah berumur 1 hari dan merendam beton dalam air pada hari kedua selama 14
hari. Setelah itu beton dikeluarkan dari dalam air dan perawatan dilanjutkan
dengan cara menyelimuti permukaan beton dengan karung basah selama 7 hari
dan tinggi 30 cm. Langkah-langkah pengujian dengan alat uji kuat desak
jarum pengukurnya.
4. Bila jarum sudah tidak bergerak lagi maka mesin dimatikan, dengan kata lain
5. Membaca dan mencatat angka pada jarum ukur yang merupakan besarnya
P
f' c (3.13)
A
43
dengan :
f’c = kuat desak beton yang didapat dari benda uji (MPa)
diterima oleh benda uji sesudah terjadi tumbukan. Besar energi ini dihitung
uji retak pertama dan jumlah pukulan yang diperlukan untuk membuat benda uji
runtuh total. Retak pertama ditandai dengan adanya retak rambut pada permukaan
benda uji. Sedang runtuh total ditandai dengan terbelahnya benda uji. Pengujian
ini menggunakan alat uji beban kejut (Impact Testing Machine) manual yang ada
beban.
3. Menjatuhkan alat pemukul dan mengamati retak yang terjadi secara visual,
baik saat benda uji mengalami retak pertama maupun pada saat benda uji
4. Mencatat jumlah pukulan yang diperlukan untuk membuat benda uji retak
pertama dan jumlah pukulan untuk membuat benda uji runtuh total.