Hidup kita sebagai manusia memang tak pernah lepas dari penderitaan. Bagaimanapun
beratnya penderitaan itu, manusia diharuskan bisa mengurangi kadar penderitaan yang terjadi
padanya. Manusia menggunakan akal dan budaya mereka untuk mengatasi penderitaan.
Dengan begitu, manusia menjadi kreatif. Manusia menciptakan hal-hal baru dan berinovasi
agar penderitaan yang mereka dapat menjadi lebih ringan. Adanya penderitaan secara tidak
langsung membuat kita terus berjuang dalam hal apapun, serta memercayai bahwa tidak ada
hal yang sia-sia di duniaa ini.
a. Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata dasar “derita”. Kata derita berasal dari bahasa
sansekerta, yaitu dhra, berarti menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak
menyenangkan. Penderitaan itu dapat bersifat lahir (fisik), batin (mental atau
psikologis), atau lahir batin (fisik dan psikologis). Untuk penderitaan bersifat fisik,
maka dapat dihadapi dengan melakukan tindakan medis untuk mengurangi atau
menyembuhkan, sednagkan untuk penderitaan bersifat psikis dapat disembuhkan
dengan melatih kemampuan penderita dalam menyelesaikan tugas-tugas psikis.
Manusia memiliki tingkat penderitaan yang berbeda-beda, tergantung peranan
manusia yang bersangkutan. Suatu peristiwa tertentu bisa jadi merupakaan
penderitaan bagi seseorang, tapi belum tentu orang lain sepemikiran. Bagi
seseorang, penderitaan juga dapat dijadikan sebagai energi untuk bangkit, atau
sebagai langkah awal untuk mencapai suatu target, dan lainnya.
Penderitaan manusia dapat bersumber dari karsa, cipta, dan rasa, yang ada
pada tiap individu. Karsa adalah sumber yang jadi penggerak bagi segala aktivitas
manusia. Cipta merupakan realitas dari adanya karsa dan rasa. Karsa dan rasa
selalu ingin dipuaskan. Seseorang akan merasa senang jika keduanya terpenuhi,
dan akan menderita jika tidak.
Penderitaan merupakan sebuah fenomena yang universal, tak mengenal ruang
dan waktu, serta tak mengenal perbedaan manusia. Penderitaan dapat berwujud
rasa takut dan rasa kurang. Agar terhindar dari hal ini, sudah sepatutnya kita
menjaga kesehatan batin kita.
b. Siksaan
Siksaan (torture) biasa digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit
untuk menghancurkan korban, baik fisiknya maupun batinnya. Segala tindakan
yang menyebabkan penderitaan dan dilakukan dengan sengaja dengan tujuan
mengintimidasi, membalas dendam, menghukum, memaksakan informasi, atau
sebagainya disebut penyiksaan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode atau
alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi
pemerintah.
Siksaan dapat dibedakan menjadi siksaan batin dan siksaan jasmani.
Penderitaan merupakan akibat yang ditimbulkan dari siksaan. Adapun siksaan
batin atau siksaan rohani diantaranya:
- Kebimbangan adalah keadaan yang dialami seseorang ketika tidak dapat
menentukan pilihan yang akan diambil, sehingga keadaan orang tersebut
tak menentu.
- Kesepian, dialami seseorang yang merasa kesepian walaupun berada di
lingkungan ramai. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan teman untuk
berkomunikasi serta mrngisi waktu dengan kesibukan.
- Ketakutan merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami siksaan batin. Bila rasa takut terdebut dibesar-besarkan disebut
phobia. Sebab Seseorang Merasa Ketakutan :
a. Claustrophobia : takut terhadap ruangan tertutup;
b. Agorophobia : takut terhadap ruangan terbuka;
c. Gamang : takut berada di tempat ketinggian;
d. Kegelapan : takut bila berada di tempat gelap;
e. Kesakitan : takut yang disebabkan rasa sakit;
f. Kegagalan : takut akan mengalami kegagalan.
c. Kekalutan Mental
Dalam ilmu psikologis, kekalutan mental dikenal juga sebagai penderitaan
batin. Kekalutan mental terjadi ketika seseorang berada pada keadaan jiwa yang
kacau dan bingung. Mereka tak tahu apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang
tidak seharusnya dilakukan. Seseorang yang sedang dalam keadaan kalut
seharusnya mendapatkan dukungan dari keluarga dan kerabatnya agar ia kembali
bersemangat.
Gejala-gejala permulaan seseorang mengalami kekalutan mental dilihat dari
keadaan jasmaninya diantaranya adalah merasakan pusing, sesak napas, demam,
dan nyeri pada lambung. Sedangkan gejala yang namoak pada kejiwaannya adalah
rasa cemas, ketakutan patah hati, apatis, cemburu, serta mudah marah .
Tahapan-tahapan gangguan kejiwaan adalah:
1. Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala jasmani maupun rohani
penderita
2. Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif. Seseorang dengan gangguan
jiwa cenderung memilih mundur dari suatu permasalahan daripada menghadapi
atau mnegatasi permasalannya.
3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown).
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental diantaranya:
Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang
sempurna, membuat pendeitanya merasa rendah diri yang secara perlahan akan
menyudutkannya dan menghancurkan mentalnya.
Terjadinya konflik sosial-budaya akibat norma yang berbeda antara yang
bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat sehingga tidak dapat
menyesuaikan diri
Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan
terhadap kehidupan sosial.
Proses-proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya ke
arah positif dan negatif. Jika kekalutan mental berada di posisi positif, seseorang
akan dapat bertahan hidup. Sedangkat jika mengarah ke arah negatif, seseorang
dapat mengalami frustasi akibat trauma yang dialami tak bisa dihilangkan, yang
terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
Agresi : kemarahan yang meluap-luap akibat emosi tidak terkendali
Regresi : kembali pada pola reaksi primitif atau kekanak-kanakan, contohnya
menangis atau menjerit keras dan merusak barang di sekitarnya
Fiksasi : pembatasan pada satu pola yang sama, seperti membisu,
membenturkan kepala ke benda yang keras
Proyeksi : memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif
pada orang lain
Identifikasi : menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam
imajinasinya
Narsisme : mencintai diri sendiri dengan berlebihan sehingga merasa dirinya
lebih superior daripada orang lain
Autisme : gejala menutup diri secara total dari dunia nyata, merasa tidak puas
dengan fantasinya sendiri yang dapat mengaraj ke sifat sinting.
Penderita kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
Kota-kota besar, yang memberikan tantangan hidup yang berat, sehingga
mereka dikejar-kejar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Anak-anak usia muda, yang tidak berhasil dalam mencapai apa yang
dikehendaki atau di idamidamkan, karena tidak berimbangnya kemampuan dan
tujuannya
Wanita , pada umumnya lebih mudah merasakan suatu masalah yang dipendam
ke dalam hati atau perasaannya, tetapi sulit mengeluarkan perasaannya
tersebut. Wanita juga memiliki kondisi tubuh yang lemah
Orang yang tidak beragama, mereka tidak memiliki keyakinan, bahwa di atas
dirinya ada kekuasaan yang lebih tinggi, sehingga tidak mengenal sifat oasrah
Orang-orang yang terlalu mengejar materi, seperti pedagang dan pengusaha
memiliki sifat ambisius dalam memperoleh tujuan kegiatannya, mencari
untung sebanyak mungkin, mereka adalah kaum materialistis.
f. Pengaruh Penderitaan
Pengaruh penderitaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengaruh positif dan
pengaruh negatif.
Pengaruh Positif
Pengaruh ini adalah munculnya sikap optimis dan kemauan
untuk berjuang dalam mengatasi permasalahan dalam hidup. Selain itu,
pengaruh ini juga dapat berupa introspeksi diri yang dapat membuatnya
memerbaiki dirinya sendiri jika suatu saat dihadapkan pada
permasalahn yang sama.
Pengaruh Negatif
Pengaruh ini dapat berupa sikap negatif terhadap diirnya
sendiri, seperti sifat pesimis, penyesalan, kecewa, putus asa, dan
sebagainya.
b. Keadilan Sosial
Ketika membicarakan keadilan, tak bisa terlepas dari Pancasila. Menurut
Darmodiharjo (1979), Pancasila sebagai pandangan hidup digunakan sebagai
penunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan di dalam segala
bidang. Artinya, semua tingkah laku dan perbuatan seluruh rakyat Indonesia harus
dijiwai dan merupakan pancaran dari semua sila Pancasila, karena Pancasila
sebagai pandangan hidup selalu merupakan suatu kesatuan, tidak bisa dilepas-
pisahkan satu dengan yang lain; keseluruhan sila di dalam Pancasila merupakan
satu kesatuan organis (Darmodihardjo, 1979).
Tidak jauh berbeda dengan Pancasila sebagai pandangan hidup, Pancasila
sebagai ideologi, dirumuskan sebagai kompleks pengetahuan dan nilai (value),
yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang (atau masyarakat) untuk
memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk
mengolahnya (Poespawardojo, 1996). Berdasarkan kedua pengertian mengenai
Pancasila sebagai pandangan hidup dan ideologi bangsa tersebut, dapat dikatakan
bahwa Pancasila seharusnya menjadi landasan bersama bagi setiap komponen
yang menjadi bagian dari bangsa Indonesia untuk berperilaku dalam kehidupan
sehari-hari, baik secara individual maupun kelompok.
Menurut Darmodihardjo (1979), ‘Keadilan Sosial’ berarti keadilan yang
berlaku dalam masyarakat di bidang kehidupan, baik materiil maupun spiritual.
Sila Keadilan Sosial ini merupakan tujuan dari empat sila yang mendahuluinya
dan merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang perwujudannya
ialah tata masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
(Darmodihardjo 1979).
Ada tiga prinsip keadilan sosial yang dikemukakan oleh Suryawasita (1989),
yaitu keadilan atas dasar hak, keadilan atas dasar jasa, dan keadilan atas dasar
kebutuhan. Keadilan atas dasar hak adalah keadilan yang diperhitungkan
berdasarkan hak untuk diterima oleh seseorang. Keadilan atas dasar jasa adalah
keadilan yang diperhitungkan berdasarkan seberapa besar jasa yang telah
seseorang berikan. Sedangkan keadilan atas dasar kebutuhan adalah keadilan yang
diperhitungkan berdasarkan yang seseorang butuhkan.
Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, rakyat Indonesia
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk untuk menciptakan keadilan sosial
dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk mewujudkan keadilan sosial itu,
diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yakni :
1. Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2. Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta
menghormati hak-hak orang lain.
3. Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan
4. Sikap suka bekerja keras.
5. Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan
dan kesejahteraan bersama.
Asas yang menuju dan terciptanya keadilan sosial itu akan dituangkan dalam
berbagai langkah dan kegiatan, antara lain melalui delapan jalur pemerataan yaitu :
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang
dan perumahan.
2. Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3. Pemerataan pembagian pendapatan.
4. Pemerataan kesempatan kerja.
5. Pemerataan kesempatan berusaha.
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi
muda dan kaum wanita.
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.