Anda di halaman 1dari 11

MATERI III

1. Manusia dan Penderitaan

Hidup kita sebagai manusia memang tak pernah lepas dari penderitaan. Bagaimanapun
beratnya penderitaan itu, manusia diharuskan bisa mengurangi kadar penderitaan yang terjadi
padanya. Manusia menggunakan akal dan budaya mereka untuk mengatasi penderitaan.
Dengan begitu, manusia menjadi kreatif. Manusia menciptakan hal-hal baru dan berinovasi
agar penderitaan yang mereka dapat menjadi lebih ringan. Adanya penderitaan secara tidak
langsung membuat kita terus berjuang dalam hal apapun, serta memercayai bahwa tidak ada
hal yang sia-sia di duniaa ini.

a. Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata dasar “derita”. Kata derita berasal dari bahasa
sansekerta, yaitu dhra, berarti menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak
menyenangkan. Penderitaan itu dapat bersifat lahir (fisik), batin (mental atau
psikologis), atau lahir batin (fisik dan psikologis). Untuk penderitaan bersifat fisik,
maka dapat dihadapi dengan melakukan tindakan medis untuk mengurangi atau
menyembuhkan, sednagkan untuk penderitaan bersifat psikis dapat disembuhkan
dengan melatih kemampuan penderita dalam menyelesaikan tugas-tugas psikis.
Manusia memiliki tingkat penderitaan yang berbeda-beda, tergantung peranan
manusia yang bersangkutan. Suatu peristiwa tertentu bisa jadi merupakaan
penderitaan bagi seseorang, tapi belum tentu orang lain sepemikiran. Bagi
seseorang, penderitaan juga dapat dijadikan sebagai energi untuk bangkit, atau
sebagai langkah awal untuk mencapai suatu target, dan lainnya.
Penderitaan manusia dapat bersumber dari karsa, cipta, dan rasa, yang ada
pada tiap individu. Karsa adalah sumber yang jadi penggerak bagi segala aktivitas
manusia. Cipta merupakan realitas dari adanya karsa dan rasa. Karsa dan rasa
selalu ingin dipuaskan. Seseorang akan merasa senang jika keduanya terpenuhi,
dan akan menderita jika tidak.
Penderitaan merupakan sebuah fenomena yang universal, tak mengenal ruang
dan waktu, serta tak mengenal perbedaan manusia. Penderitaan dapat berwujud
rasa takut dan rasa kurang. Agar terhindar dari hal ini, sudah sepatutnya kita
menjaga kesehatan batin kita.
b. Siksaan
Siksaan (torture) biasa digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit
untuk menghancurkan korban, baik fisiknya maupun batinnya. Segala tindakan
yang menyebabkan penderitaan dan dilakukan dengan sengaja dengan tujuan
mengintimidasi, membalas dendam, menghukum, memaksakan informasi, atau
sebagainya disebut penyiksaan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode atau
alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi
pemerintah.
Siksaan dapat dibedakan menjadi siksaan batin dan siksaan jasmani.
Penderitaan merupakan akibat yang ditimbulkan dari siksaan. Adapun siksaan
batin atau siksaan rohani diantaranya:
- Kebimbangan adalah keadaan yang dialami seseorang ketika tidak dapat
menentukan pilihan yang akan diambil, sehingga keadaan orang tersebut
tak menentu.
- Kesepian, dialami seseorang yang merasa kesepian walaupun berada di
lingkungan ramai. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan teman untuk
berkomunikasi serta mrngisi waktu dengan kesibukan.
- Ketakutan merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami siksaan batin. Bila rasa takut terdebut dibesar-besarkan disebut
phobia. Sebab Seseorang Merasa Ketakutan :
a. Claustrophobia : takut terhadap ruangan tertutup;
b. Agorophobia : takut terhadap ruangan terbuka;
c. Gamang : takut berada di tempat ketinggian;
d. Kegelapan : takut bila berada di tempat gelap;
e. Kesakitan : takut yang disebabkan rasa sakit;
f. Kegagalan : takut akan mengalami kegagalan.
c. Kekalutan Mental
Dalam ilmu psikologis, kekalutan mental dikenal juga sebagai penderitaan
batin. Kekalutan mental terjadi ketika seseorang berada pada keadaan jiwa yang
kacau dan bingung. Mereka tak tahu apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang
tidak seharusnya dilakukan. Seseorang yang sedang dalam keadaan kalut
seharusnya mendapatkan dukungan dari keluarga dan kerabatnya agar ia kembali
bersemangat.
Gejala-gejala permulaan seseorang mengalami kekalutan mental dilihat dari
keadaan jasmaninya diantaranya adalah merasakan pusing, sesak napas, demam,
dan nyeri pada lambung. Sedangkan gejala yang namoak pada kejiwaannya adalah
rasa cemas, ketakutan patah hati, apatis, cemburu, serta mudah marah .
Tahapan-tahapan gangguan kejiwaan adalah:
1. Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala jasmani maupun rohani
penderita
2. Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif. Seseorang dengan gangguan
jiwa cenderung memilih mundur dari suatu permasalahan daripada menghadapi
atau mnegatasi permasalannya.
3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown).
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental diantaranya:
 Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang
sempurna, membuat pendeitanya merasa rendah diri yang secara perlahan akan
menyudutkannya dan menghancurkan mentalnya.
 Terjadinya konflik sosial-budaya akibat norma yang berbeda antara yang
bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat sehingga tidak dapat
menyesuaikan diri
 Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan
terhadap kehidupan sosial.
Proses-proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya ke
arah positif dan negatif. Jika kekalutan mental berada di posisi positif, seseorang
akan dapat bertahan hidup. Sedangkat jika mengarah ke arah negatif, seseorang
dapat mengalami frustasi akibat trauma yang dialami tak bisa dihilangkan, yang
terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
 Agresi : kemarahan yang meluap-luap akibat emosi tidak terkendali
 Regresi : kembali pada pola reaksi primitif atau kekanak-kanakan, contohnya
menangis atau menjerit keras dan merusak barang di sekitarnya
 Fiksasi : pembatasan pada satu pola yang sama, seperti membisu,
membenturkan kepala ke benda yang keras
 Proyeksi : memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif
pada orang lain
 Identifikasi : menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam
imajinasinya
 Narsisme : mencintai diri sendiri dengan berlebihan sehingga merasa dirinya
lebih superior daripada orang lain
 Autisme : gejala menutup diri secara total dari dunia nyata, merasa tidak puas
dengan fantasinya sendiri yang dapat mengaraj ke sifat sinting.
Penderita kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
 Kota-kota besar, yang memberikan tantangan hidup yang berat, sehingga
mereka dikejar-kejar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
 Anak-anak usia muda, yang tidak berhasil dalam mencapai apa yang
dikehendaki atau di idamidamkan, karena tidak berimbangnya kemampuan dan
tujuannya
 Wanita , pada umumnya lebih mudah merasakan suatu masalah yang dipendam
ke dalam hati atau perasaannya, tetapi sulit mengeluarkan perasaannya
tersebut. Wanita juga memiliki kondisi tubuh yang lemah
 Orang yang tidak beragama, mereka tidak memiliki keyakinan, bahwa di atas
dirinya ada kekuasaan yang lebih tinggi, sehingga tidak mengenal sifat oasrah
 Orang-orang yang terlalu mengejar materi, seperti pedagang dan pengusaha
memiliki sifat ambisius dalam memperoleh tujuan kegiatannya, mencari
untung sebanyak mungkin, mereka adalah kaum materialistis.

d. Penderitaan dan Perjuangan


Penderitaan bukanlah hal yang baru bagi semua orang. Tiap individu memiliki
penderitaan masing-masing dengan kadar derita yang berbeda. Dengan adanya
derita, manusia dituntut untuk berjuang mengatasi dan melewati derita tersebut.
Penderitaan merupakan kodrat manusia sejak lahir, sebuah konsekuensi
kehidupan. Karena hidup tak hanya selalu diisi dnegan kesenangan. Seseorang
harus merasakan penderitaan agar hidupnya berjalan dengan seimbang. Oleh
karena itu, jika seseorang yang sedang menjalani masa penderitaan, tidak
seharusnya ia berpikir pesimis, bahwa hidupnya dipenuhi dengan masalah yang
membuatnya menderita. Sebagai makhluk yang berakal dan berbudaya, kita harus
bersikap optimis dalam menghadapi setiap permasalan.

e. Penderitaan dan Sebab-sebabnya


Sebab-sebab timbulnya penderitaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Penderitaan yang disebbakan oleh perbuatan buruk manusia
Penderitaan yang disebabkan oleh perilaku buruk manusia dapat terjadi dalam
hubungan manusia dengan alam maupun hubungan manusia dengan manusia lain.
Hubungan tidak baik antara manusia dengan manusia dapat menimbulkan munculnya
rasa iri, cemburu, sakit hati dan lainnya, sehingga yang merasakannya akan menderita.
Sedangkan hubungan tidak baik manusia dengan alam dapat mengakibatkan bencana
alam, misalnya, penggundulan hutan yang tidak direboisasi akan menyebabkan tanah
longsor. Manusia cenderung kurang merawat alam sehingga alam yang kita tempati
tercemar. Hal ini juga dapat disebut sebagai nasib buruk.
2. Penderitaan yang disebabkan karena penyakit, siksaan atau azab Tuhan
Penderitaan ini secara tidak langsung menguji kesetiaan dan kepercayaan kita
sebagai hamba Tuhan kepada-Nya. Meski begitu, Tuhan tak akan memberi cobaan
yang melebihi batas kemampuan hamba-Nya.

f. Pengaruh Penderitaan
Pengaruh penderitaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengaruh positif dan
pengaruh negatif.
 Pengaruh Positif
Pengaruh ini adalah munculnya sikap optimis dan kemauan
untuk berjuang dalam mengatasi permasalahan dalam hidup. Selain itu,
pengaruh ini juga dapat berupa introspeksi diri yang dapat membuatnya
memerbaiki dirinya sendiri jika suatu saat dihadapkan pada
permasalahn yang sama.
 Pengaruh Negatif
Pengaruh ini dapat berupa sikap negatif terhadap diirnya
sendiri, seperti sifat pesimis, penyesalan, kecewa, putus asa, dan
sebagainya.

4. Manusia dan Keadilan


a. Pengertian Keadilan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta,
kata adil berarti tidak berat sebelah atau memihak manapun tidak sewenang-
wenang. Sedangkan menurut istilah keadilan adalah pengakuan dan perlakukan
yang seimbang antara hak dan kewajiban.
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia.
Arti mudahnya, keadilan adalah tidah berat sebelah atau bisa di sebut dengan
sama.
Menurut Plato, keadilan merupakan proyeksi pada diri manusia sehingga
orang yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalika diri dan perasaanya
dikendalikan oleh akal.
Menurut Secorates, keadilan merupakan proyeksi pada pemerintah karena
pemerintah adalah pemimpin pokok yang menentukan dinamika masyarakat.
Keadilan tercipta ketiks warga negara sudah merasakan bahwa pihak
pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Keadilan memberikan
kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai persoalan juga tidak
memihak kepada siapapun.

b. Keadilan Sosial
Ketika membicarakan keadilan, tak bisa terlepas dari Pancasila. Menurut
Darmodiharjo (1979), Pancasila sebagai pandangan hidup digunakan sebagai
penunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan di dalam segala
bidang. Artinya, semua tingkah laku dan perbuatan seluruh rakyat Indonesia harus
dijiwai dan merupakan pancaran dari semua sila Pancasila, karena Pancasila
sebagai pandangan hidup selalu merupakan suatu kesatuan, tidak bisa dilepas-
pisahkan satu dengan yang lain; keseluruhan sila di dalam Pancasila merupakan
satu kesatuan organis (Darmodihardjo, 1979).
Tidak jauh berbeda dengan Pancasila sebagai pandangan hidup, Pancasila
sebagai ideologi, dirumuskan sebagai kompleks pengetahuan dan nilai (value),
yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang (atau masyarakat) untuk
memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk
mengolahnya (Poespawardojo, 1996). Berdasarkan kedua pengertian mengenai
Pancasila sebagai pandangan hidup dan ideologi bangsa tersebut, dapat dikatakan
bahwa Pancasila seharusnya menjadi landasan bersama bagi setiap komponen
yang menjadi bagian dari bangsa Indonesia untuk berperilaku dalam kehidupan
sehari-hari, baik secara individual maupun kelompok.
Menurut Darmodihardjo (1979), ‘Keadilan Sosial’ berarti keadilan yang
berlaku dalam masyarakat di bidang kehidupan, baik materiil maupun spiritual.
Sila Keadilan Sosial ini merupakan tujuan dari empat sila yang mendahuluinya
dan merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang perwujudannya
ialah tata masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
(Darmodihardjo 1979).
Ada tiga prinsip keadilan sosial yang dikemukakan oleh Suryawasita (1989),
yaitu keadilan atas dasar hak, keadilan atas dasar jasa, dan keadilan atas dasar
kebutuhan. Keadilan atas dasar hak adalah keadilan yang diperhitungkan
berdasarkan hak untuk diterima oleh seseorang. Keadilan atas dasar jasa adalah
keadilan yang diperhitungkan berdasarkan seberapa besar jasa yang telah
seseorang berikan. Sedangkan keadilan atas dasar kebutuhan adalah keadilan yang
diperhitungkan berdasarkan yang seseorang butuhkan.
Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, rakyat Indonesia
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk untuk menciptakan keadilan sosial
dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk mewujudkan keadilan sosial itu,
diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yakni :
1. Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2. Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta
menghormati hak-hak orang lain.
3. Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan
4. Sikap suka bekerja keras.
5. Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan
dan kesejahteraan bersama.
Asas yang menuju dan terciptanya keadilan sosial itu akan dituangkan dalam
berbagai langkah dan kegiatan, antara lain melalui delapan jalur pemerataan yaitu :
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang
dan perumahan.
2. Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3. Pemerataan pembagian pendapatan.
4. Pemerataan kesempatan kerja.
5. Pemerataan kesempatan berusaha.
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi
muda dan kaum wanita.
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

c. Berbagai Macam Keadilan


 Keadilan Legal atau Keadilan Moral
Keadilan legal merupakan subtansi rohani umum dari masyarakmat
yang mebuat dan menjadi kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang
adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasamya
paling cocok baginya (The man behind the gun). Pendapat Plato itu
disebut keadilan moral, sedangkan, Sunoto menyebutnya keadilan legal.
Keadilan timbul karena penyatuan dan penyesuaian untuk memberi
tempat yang selaras kepada bagian-hagian yang membentuk suatu
masyarakat. Keadilan terwujud dalam masyarakat bilamana setiap
anggota masyarakat melakukan fungsinya secara baik.
 Keadilan Distributif
Keadilan jenis ini akan terlaksana apabila hal-hal yang sama
dilakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak
sama. (justice is done when equals are treated equally).
 Keadilan Komutatif
Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan
kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles, pengertian keadilan itu merupakan
asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang
bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidak adilan dan akan merusak atau
bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
d. Kejujuran dan Kecurangan
Kejujuran atau jujur artinya perkataan yang sesuai dengan kenyataan yang ada.
Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga
berarti apa yang kita ucapkan sama dengan apa yang kita lakukan. Dan jujur juga
bisa dalam artian menempati janji, mau yang telah terucap atau yang masih dalam
hati nurani.
Pada dasarnya jujur atau kejujuran dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi,
kesadaran pengakuan akan hak dan kewajiban yang sama, dan rasa takut akan
dosa. Menurut M. Alamsyah nurani bila dikembangkan bisa menjadi budi nurani
yang merupakan tempat menyimpan keyakinan, dan dari keyakinan tersebut bisa
diketahui kepribadiannya.
Sedangkan kecurangan atau curang adalah lawan dari kejujuran. Curang atau
kecurangan artinya apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diinginkan dan
berusaha mendapatkannya dengan berbagai cara, walaupun dengan cara yang tidak
baik/tidak sepantasnya. Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah, tamak,
ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai
orang yang paling hebat, paling kaya, dan senang bila masyarakat disekelilingnya
hidup menderita.
Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, ada 4 aspek yang
membuat seseorang berbuat curang, yaitu aspek ekonomi, aspek kebudayaan,
aspek peradaban dan aspek teknik. Apabila keempat asepk tersebut dilaksanakan
secara wajar, maka segalanya akan berjalan sesuai dengan norma-norma moral
atau norma hukum. Akan tetapi, apabila manusia dalam hatinya telah digerogoti
jiwa tamak, iri, dengki, maka manusia akan melakukan perbuatan yang melanggar
norma tersebut dan jadilah kecurangan.
 Aspek Ekonomi
Setiap manusia berhak hidup layak dan membahagiakan
dirinya. Terkadang untuk mewujudkan hal tersebut kita sebagai mahluk
lemah, tempat salah dan dosa, sangat rentan sekali dengan hal-hal
pintas dalam merealisasikan apa yang kita inginkan dan pikirkan.
Menghalalkan segala cara untuk mencapai sebuah tujuan semu tanpa
melihat orang lain disekelilingnya.
 Aspek Peradaban dan Kebudayaan
Faktor peradaban dan kebudayaan sangat mempengaruhi dari
sikap dan mentalitas individu yang terdapat didalamnya “sistem
kebudayaan” meski terkadang hal ini tidak selalu mutlak. Keadilan dan
kecurangan merupakan sikap mental yang membutuhkan keberanian
dan sportifitas. Pergeseran moral saat ini memicu terjadinya pergeseran
nurani hampir pada setiap individu didalamnya sehingga sangat sulit
sekali untuk menentukan dan bahkan menegakan keadilan.
 Aspek Teknik
Terkadang untuk dapat bersikap adil, kita pun
mengedepankan aspek perasaan atau kekeluargaan sehingga
sangat sulit sekali untuk dilakukan. Atau bahkan
mempertahankan keadilan kita sendiri harus bersikap salah dan
berkata bohong agar tidak melukai perasaan orang lain. Dengan
kata lain kita sebagai bangsa timur yang sangat sopan dan
santun.

e. Pemulihan Nama Baik


Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama
yang tidak tercela. Setiap orang harus menjaga dengan hati-hati agar namanya
baik. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan.
Boleh dikatakan nama baik atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau
perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain
cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi
orang, perbuatan-perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

 Darmodihardjo, D. (1979). Orientasi Singkat Pancasila. Dalam Santiaji Pancasila, 9-132.


Surabaya: Usaha Nasional.
 Suryawasita, A. (1989). Asas Keadilan Sosial. Yogyakarta: Kanisius
 Fathihur Rizqi, Ahmad. 2016. Makalah Manusia dan Keadilan.
http://myfatihurrizqi.blogspot.co.id/2016/05/manusia-keadilan-oleh-nama-ahmad.html .
Diakses pada 16 Maret 2018.

Anda mungkin juga menyukai