Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, bertaqwa merupakan

tanggung jawab seluruh komponen masyarakat, baik dalam kalangan tinggkat

atas sampai pada rakyat jelata bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita

yaitu ibu. Ibu mempunyai peran dan tanggung jawab untuk melahirkan

generasi yang cerdas dan berkualitas sehingga mampu menghadapi tantangan

globalisasi. Anak yang sehat harus dipersiapkan sejak dalam kandungan dan

saat persalinan hingga masa tumbuh kembangnya.

Inisiasi Menusui Dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi dengan

narulina sendiri dapat menyusu segera dalam 1 jam pertama setelah lahir,

bersama kontak kulit antara kulit bayi dengan kulit ibu. Bayi dibiarkan

setidaknya selama 1 jam di dada ibunya. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) akan

membantu keberhasilan pemberian ASI eksklusif dan memenuhi kebutuhan

bayi sampai berusia 2 tahun (Dinkes Prop Jatim, 2009: 5).

Inisiasi menyusui dini akan menimbulkan dampak psikologis pada ibu

dan juga bai lebih erat, setelah ada sentuhan fisik (skin to skin) antara ibu dan

bayi segera setelah melahirkan. Selain itu juga menumbuhkan rasa percaya

diri dan tanggung jawab kepada ibu untuk merawat bayinya serta menyusui

dengan air susunya sendiri (Depkes RI, 2009: 36).

1
Data SKDI tahun 2009 menunjukkan bahwa pengeluaran ASI pada ibu post

partum segera setelah melahirkan hanya 54%. Persentase ini kemudian

menurun cukup tajam menjadi 36% pada ibu nifas 1-4 hari dan 14% pada ibu

nifas hari 5-7. Keaddan lain yang memprihatikan adalah 13% dari bayi

berusia dibawah 2 hari telah diberi susu formula. Untuk jawa timur,

pengeluaran ASI pada ibu nifas setelah melahirkan hanya sebesar 35% pada

usia 1-4 hari. (Dinas Kesehatan Jatim, 2010).

Menurut Roesli (2007), menerangkan bahwa IMD yang dilakukan oleh

ibu, pada kesempatan satu jam pertama pasca bayi lahir, akan melatih bayi

secara naluriah menemukan sendiri puting susu ibunya. Satu jam pertama

setelah bayi lahir, adalah kesempatan emas yang akan menentukan

keberhasilan ibu untuk menyusui bayinya secara optimal. Hasil penelitian lain

mengungkapkan, bila bayi bisa menyusui 20-30 menit pertama setelah lahir

akan membangun reflex menghisap pada bayi dan akan meningkatkan

produksi ASI selanjutnya (Verayanti, 2008), sehingga penolong persalinan

merupakan tenaga kesehatan yang paling berperan dalam melaksanakan

kegiatan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) tanpa bantuan dan fasilitas dari bidan.

Penelitian kualitatif ASI terhadap kelompok ibu yang mengeluarkan ASI

lancer dan ASI yang tidak lancer menunjukkan sebagian besar informen ASI

yang lancar difasilitasi Inisiasi Menyusui Dini sedangkan sebagian besar

informen ASI yang tidak lancar tidak difasilitasi Inisiasi Menyusui Dini

(Fikawati, 2010).

2
Untuk meningkatkan pelaksanaan IMD agar memperlancar keluarnya

ASI maka harus dibutuhkan perlekatan antara bayi dan ibunya. Ibu menyusui

perlu memperhatikan dan memahami pentingnya pengeluaran dan pemberian

ASI pada bayinya, karena dengan pemberian ASI sangat membantu untuk

kondisi bayi baru lahir (Maryunani, 2012: 58).

Sejalan dengan penelitian UNICEF yang menyebutkan bahwa inisiasi

menyusui dini setelah satu jam pertama kelahiran dini dapat menyelamatkan

30.000 bayi di Indonesia yang biasa meninggal pada bulan pertama

kelahirannya.

Berdasarkan data survey awal yang dilakukan di RSU. Pancaran Kasih

GMIM, jumlah ibu yang melahirkan selang waktu 6 bulan yaitu bulan

November 2015 – April 2016 sebanyak 59 ibu, dari data tersebut terdapat 20

ibu setelah melahirkan segera di beri Inisiasi Menyusui Dini pada bayinya

sedangkan 37 ibu lainnya memberikan ASI pada bayinya setelah bayi

menggunakan pakaian atau setelah dirawat gabung dengan bayinya. Hasil

wawancara awal terhadap 3 ibu yang dirawat ditemukan informasi dari 2 ibu

bahwa produksi ASI belum lancar sedangkan 1 ibu mengatakan produksi ASI

lancar. Berdasarkan data diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul ”Hubungan Inisiasi Menyusui Dini Dengan

Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Di RSU. Pancaran Kasih

GMIM Manado”.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, peneliti

merumuskan masalah “Apakah ada hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan

kelancaran produksi ASI pada ibu Post Partum di RSU. Pancaran Kasih

GMIM Manado?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan kelancaran

produksi ASI pada ibu Post Partum di RSU. Pancaran Kasih GMIM Manado.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi IMD pada ibu post partum di RSU. Pancaran

Kasih GMIM Manado.

b. Untuk mengintifikasi kelancaran produksi ASI pada ibu post partum di

RSU.Pancaran Kasih GMIM Manado.

c. Untuk menganalisa hubungan IMD dengan kelancaran produksi ASI

pada ibu post partum di RSU. Pancaran Kasih GMIM Manado.

4
D. Manfaat Penelitian

1. Segi Praktis

Hasil penetian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi pihak

institusi tempat diadakannya penelitian yaitu RSU.Pancaran Kasih GMIM

Manado. Dan mampu mengajak kaum ibu untuk mengubah perilaku dan

pola pikir ibu tentang ASI. Bahwa ASI saja cukup untuk tumbuh kembang

bayi dan dukungan keluarga dalam proses pemberian ASI sehingga ibu

memiliki motivasi yang kuat untuk memberi ASI kepada bayinya.

2. Segi teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat guna menambah pembendaharaan

ilmu pengetahuan khususnya di bidang Keperawatan Maternitas dan

sebagai perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI DAN KONSEP TERKAIT

1. Inisiasi Menyusui Dini

a. Defenisi Inisiasi Menyusui Dini

Inisiasi Menyusui Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini

adalah mulai menyusui sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan

kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera

setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan

the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008, hal.3).

inisiasi menyusui dini (early initation) atau permulaan menyusui dini

adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Cara bayi

melakukan inisiasi menyusui dini dinamakan the best crawl atau

merangkak mencari payudara (Ambrawati dan Eny, 2009, hal.36). inisiasi

menyusui dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya

sendiri dapat menyusu dengan segera dalam satu jam pertama setelah

lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan ibunya, bayi

dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai dia menyusui

sendiri (Unicef,2007;Depkes RI, 2008).

6
Tidak semua ibu dapat melakukan inisiasi menyusui dini. Bayi dan ibu

yang dapat melakukan inisiasi menyusui dini harus memenuhi

syarat/criteria sebagai berikut :

1. Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong.

2. Bila lahir dengan tindakan, maka inisiasi menyusui dini dilakukan

setelah bayi cukup sehat, reflex menghisap baik.

3. Bayi yang lahir engan section cesarean dengan anastesia umum,

inisiasi menyusui dini dilakukan segera setelah kondisi ibu dan bayi

stabil.

4. Bayi tidak asfiksia setalah lima menit pertama (lahir apgar minimal 7)

5. Umur 37 minggu atau lebih.

6. Berat lahir 2000 – 2500gram atau lebih.

7. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.

8. Bayi dan ibu sehat.

Jika tidak memenuhi criteria diatas, maka Inisiasi Menyusui Dini tidak

bisa dilakukan misalnya pada :

1. Bayi yang sangat premature.

2. Bayi yang bertanya kurang dari 2000-2500gram.

3. Bayi dengan sepsis.

4. Bayi dengan gangguan nafas.

5. Bayi dengan cacat bawaan berat, misalnya : hidrosefalus, meningokel,

anensefali, atresiia ani, labio, amfolokel.

7
6. Ibu dengan infeksi berat, misalnya KP terbuka, sepsis.

b. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini

Adapun manfaat dari Inisiasi Menyusui Dini secara umum menurut

dr.Utami Roesly adalah sebagai berikut :

1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak

mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian bayi karena

kedinginan (Hypetermia).

2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi

lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi

pemakaian energy.

3. Saat merangkak mencari payudar a, bayi memindahkan bakteri dari

kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibunya, menelan bakteri

baik dikulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk

koloni dikulit dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat dari lingkungan.

4. Bonding (ikatan kasih saying) antara ibu-bayi akan lebih baik karena

pada 1-2jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya

bayi tidur dalam keadaan lama.

5. Makna awal non-ASI mnegandung zat putih telur yang bukan berasal

dari susu manusia, misalnya dari hewan. Hal ini dapat mengganggu

pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih awal.

6. Bayi yang diberi kesempatan menyusui dini lebih berhasil menyusui

eksklusif dan akan lebih lama disusui.

8
7. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu

dan sekitarnya, emutan dan jilatan bayi pada putting ibu merangsang

pengeluaran hormone oksitosin.

8. Bayi mendapatkan ASI kolostrum - ASI yang pertama kali keluar.

Cairan emas ini kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang

diberi kesempatan Inisiasi Menyusui Dini lebih dulu mendapatkan

kolostrum dari pada yang tidak diberi kesempatan.

c. Keuntungan Inisiasi Menyusui Dini Bagi Ibu dan Bayi

1. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi

Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi. Kontak memastikan

perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan :

menstabilkan pernapasan, mengendalikan temperature tubuh bayi,

memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik, mendorong

keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif,

meningkatkan kenaikan berat baik (naik ke berat lahirnya dengan lebih

cepat), meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi, tidak terlalu

banyak menangis dalam satu jam pertama, menjaga kolonisasi kuman

yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan

perlindungan terhadap infeksi, bilirubin akan lebih cepat normal dan

mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian

9
ikterus bayi baru lahir, kadar gula dan parameter biokimia lain yang

lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya.

2. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi

Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi. Kontak memastikan

perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan :

menstabilkan pernapasan, mengendalikan temperature tubuh bayi,

memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik, menorong

keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif,

meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat lahirnya dengan

lebih cepat), meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi, tidak terlalu

banyak menangis dalam satu jam pertama, menjaga kolonisasi kuman

yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan

perlindungan terhadap infeksi, billirubin akan lebih cepat normal dan

mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian

ikterus bai baru lahir, kadar gula dan parameter biokimia lain yang

lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya.

3. Keuntungan menyusu dini untuk bayi :

Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera

keluar dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Memberikan kesehatan

bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum

adalah imunisasi pertama bagi bayi. Meningkatkan kecerdasan.

Membantu bayi mengkoordinaskan hisap , telan dan napas.

10
Meningkatkan jalinan kasih saying ibu-bayi. Mencegah kehilangan

panas. Merangsang kolostrum segera keluar.

4. Keuntungan menyusu dini untuk ibu

Merangkan produksi oksitosin dan prolaktin. Meningkatkan

keberhasilan produksi ASI. Meningkatkan jalinan kasih saying ibu-

bayi. Memulai menyusui dini akan mengurangi 22% kematian bayi

berusui 28 hari ke bawah. Meningkatkan keberhasilan menyusu secara

eksklusif dan meningkan lamanya bayi disusui. Merangsang produksi

susu. Memperkuat lefleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal

bayi pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir.

d. Langkah Inisiasi Menyusui Dini dalam Asuhan Bai Baru Lahir

Berikut ini 5 tahapan dalam proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD) :

1. Dalam 30 menit pertama; istirahat keadaan siaga, sesekali melihat ibunya

dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

2. 30-40 menit; mengeluarkan suara, memasukan tangan ke mulut gerakan

menghisap.

3. Mengeluarkan air liur.

4. Bergerak ke arah payudara; kaki menekan perut ibu, areola menjadi

sasaran, menjilati kulit ibu sampai ujung sternum, kepala dihentak-

hentakkan ke dada ibu, menoleh kekanan kekiri, menyentuh putting susu

dengan tangan bayi.

11
5. Menemukan putting; menjilati, mengulum putting, membuka mulut

dengan lebar dan melekat dengan baik dan menghisap putting susu.

Sedangkan berikut ini adalah 11 tatalaksana Inisiasi Menyusui Dini :

1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.

2. Dalam menolong ibu saat melahirkan, disarankan untuk tidak atau

mengurangi penggunaan obat kimiawi.

3. Dibersihkan dan dikeringkan, kecuali tangannya, tanpa menghilangkan

vernik caseosanya.

4. Bayi ditengkurapkan di perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.

Keduanya diselimuti, bayi dapat diberi topi.

5. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi mendekati putting

susu.

6. Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu sendiri.

7. Biarkan kulit bayi bersentuhan engan kulit ibu selama paling tidak satu

jam walaupun proses menyusu awal sudah terjadi atau sampai selesai

menyusu awal.

8. Tunda menimbang, mengukur, suntikan vitamin K, dan memberikan tetes

mata bayi sampai proses menusu awal selesai.

9. Ibu bersalin dengan tindakan operasi, tetap berikan kesempatan kontak

kulit.

12
10. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi

medis. Rawat Gabung; ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, dalam

jangkauan ibu selama 24 jam.

11. Bila inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin; bayi tetap diletakkan di

dada ibu waktu dipindakan ke kamar perawatan dan usaha menyusu dini

dilanjutkan didalam kamar perawatan.

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) antara lain :

1. Kebijakan instansi pelayanan kesehatan tentang IMD dan ASI

Eksklusif.

2. Pengetahuan, motivasi dan sikap tenaga penolong persalinan.

3. Pengetahuan motivasi dan sikap ibu.

4. Gencarnya promosi susu formula.

5. Dukungan anggota keluarga.

B. Postpartum

1. Pengertian Postpartum

Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar

lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihna

kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami

13
perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan

(Suherni, 2009).

Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian yang penting, mulai

dari perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psokologis menghadapi

keluarga baru dengan kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan

perhatian dan kasih saying. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa

kritis bagi kesehatan ibu, kemungkinan timbul masalah atau penyulit, yang

bila tidak ditangani segera dengan efektif akan dapat membahayakan

kesehatan atau mendatangkan kematian bagi ibu, sehingga masa port partum

ini sangat penting dipantau oleh bidan (Syafrudin & Frathidini, 2009).

2. Pembagian masa post partum

Menurut referensi dari Prawirohardjo (2009:238), pembagian nifas dibagi 3

bagian, yaitu :

1. Puerperium Dini

Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan. Dalam

agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Puerperium Intermedial

Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remote Puerperium

Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila

selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk

sehat sempurna bisa berminggu, bulan atau tahunan. Periode pasca partum

14
ialah masa enam minggu setelah bayi lahir sampai organ reproduksi

kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang disebut

puerperium atau trimester keempat kehamilan. Immediate post partum ->

berlangsung selama 24 jam pertama, Early post partum -> berlangsung

sampai minggu pertama, late post partum -> berlangsung sampai masa

post partum berakhir.

3. Perubahan system organ reproduksi pada post partum

a. Payudara

Setelah persalinan berhubung lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi

korpus luteum, maka estrogen dan progesterone berkurang. Prolaktin

akam meningkat dalam darah yang merangsang sel-sel acini untuk

memproduksi ASI. Keadaan payudara pada dua hari pertama post partum

sama dengan keadaan dalam masa kehamilan. Pada hari ketiga dan

keempat buah dada membesar, keras dan nyeri ditandai dengan sekresi air

susu sehingga akan terjadi proses laktasi. Laktasi merupakan suatu masa

dimana terjadi perubahan pada payudara ibu, sehingga mampu

memproduksi ASI dan merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks

antara rangsangan mekanik, saraf dan berbagai macam hormone sehingga

ASI dapat keluar.

b. Endometrium

15
Dalam dua hari post partum desidua yang tertinggal dan berdiferensiasi

menjadi 2 lapisan, lapisan superficial menjadi nekrotik dan terkelupas

bersama lochea. Sedangkan lapisan basah yang bersebelahan dengan

miometrium yang berisi kelenjar tetap utuh dan merupakan sumber

pembentukan endometrium baru. Proses regenerasi endometrium

berlangsung cepat. Seluruhnya endometrium pulih kembali dalam minggu

kedua dan ketiga.

c. Cerviks, Vagina, Vulva, Perineum.

Pada persalinan dengan sectio cesarean tidak terdapat peregangan pada

serviks dan vagina kecuali bila sebelumnya dilakukan partus percobaan,

serviks akan mengalami peregangan dan kembali normal sama seperti post

partum normal. Pada klien dengan sectio secarea keadaan perineum utuh

tanpa luka.

4. Involusi

a. Pengertian involusi uteri

Involusi uteri adalah pengecilan yang normal dari suatu organ setelah organ

tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan.

Involusi uteri adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali

ke bentuk asal. Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses

dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60

16
gram. Proses ini imulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot

polos uterus.

b. Proses involusi uterus

Ischemia pada miometrium disebut juga local iskemia yaitu kekurangan darah

pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan retraksi

yang cukup lama seperti tersebut diatas tetapi disebabkan oleh pengurangan

aliran darah yang pergi ke uterus di dalam masa hamil, karena uterus harus

membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin. Untuk memenuhi

kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus dapat mengadakan hipertropi

dan hiperplasi setelah bai dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka pengaliran

darah berkurang, kembali seperti biasa dan aliran darah dialirkan ke buah

dada sehingga peredaran darah ke buah dada menjadi lebih baik. Demikianlah

dengan adanya hal-hal diatas, uterus akan mengalami kekurangan darah

sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami otropi kembali kepada ukuran

semula.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

a. Autolysis

Adalah penghancuran jaringan otot-otot uterus yag tumbuh karena adanya

hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang 10 kali

dan menjadi 5 kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil, akan susut

kembali mencapai keadaan semula. Enzim roteolitik akan memendekkan

jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga panjangnya dari

17
semula selama kehamilan, sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna

sendiri sehingga tertinggal jaringan fibrio elastic dalam jumlah renik

sebagai bukti kehamilan. Dan telah diketahui adanya penghancuran

protoplasma dan jaringan yang diserap oleh darah kemudian dikeluarkan

oleh ginjal. Inilah sebabnya beberapa hari setelah melahirkan ibu

mengelami beser air kemih atau sering buang air kemih.

b. Atrofi jaringan

Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar,

kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi

estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada

otot uterus lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan

meninggalkan lapisan basal yang akan bergenerasi menjadi endometrium

yang baru.

c. Aktifitas otot-otot

Adalah adanya retratsi dan kontraksi dari otot-otot setelah anak lahir, ang

diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya

retraksi dan kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan terganggunya

peredaran darah di dalam uterus yang menyebabkan jaringan otot-otot

tersebut menjadi lebih kecil.

Mekanisme terjadina kontraksi pada uterus adalah melalui 2 cara, yaitu :

1. Kontraksi oleh ion kalsium

18
Sebagai pengganti troponin, sel-sel otot polos mengandung sejumlah

besar protein pengaturan yang lain disebut kalmodulin. Terjadinya

kontraksi diawali dengan ion kalsium berkaitan dengan kalmodulin.

Kombinasi kalmodulin ion kalsium kemudian bergabung dengan

sekaligus mengaktifkan myosin kinase yaitu enzim yang melakukan

fosforilase sebagai respon terhadap myosin kinase.

Bila rantai ini tidak mengalami fosforilasi, siklus perlekatan-pelepasan

kepala myosin dengan filament aktin tidak akan terjadi. Tetapi jika

rantai pengaturan mengalami fosforilasi, kepala memiliki kemampuan

untuk berikatan secara berulang dengan filament aktin dan bekerja

melalui seluruh proses siklus tarikan berkala sehingga menghasilkan

kontraksi otot uterus.

2. Kontraksi yang disebabkan oleh hormone

Ada beberapa hormone yang mempengaruhi adalah epinefrin,

neropinefrin, angiotensin, endothelin, vasoperin, oksitonin serotonin

dan histamine. Beberapa reseptor hormone pada membrane otot polos

akan membuka kanal ion kalsium dan natrium serta menimbulkan

depolarisasi membrane. Kadang timbul potensial aksi yang telah

terjadi. Pada keadaan lain, terjadi depolarisasi tanpa disertai dengan

potensial aksi dan depolarisasi ini membuat ion kalsium masuk ke

dalam sel sehingga terjadi kontraksi pada otot uterus. (Guyton, 2007).

Oksitosin akan menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot

19
uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan

berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk

mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi

perdarahan.

Dengan faktor-faktor diatas, dimana antar 3 faktor 3 faktor itu saling

mempengaruhi antara satu dengan yang lain, sehingga memberikan

akibat besar terhadap jaringan otot-otot uterus, yaitu hancurnya

jaringan otot yang baru, dan mengecilnya jaringan otot yang

membesar. Dengan demikian, proses involusi terjadi shingga uterus

kembali pada ukuran dan tempat semula.

d. Bekas implantasi uteri

 Placenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke ovum uteri

dengan diameter 7,5cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5cm. pada

minggu ke enam 2,4cm dan akhirnya pulih.

 Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum. Pembuluh-pembuluh

darah yang berada diantara anyaman-anyaman otot uterus akan

terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan settelah plasenta

lahir. Bagian bekas plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan

menonjol ke dalam kavum uteri segera setelah persalinan. Penonjolan

tersebut dengan diameter 7,5 sering disangka sebagai suatu bagian

20
plesenta yang tertinggal, setelah 2 minggu diameterna menjadi 3,5cm

dan pada 6 mnggu 2,4cm dan akhirnya pulih.

Waktu Bobot Uterus Diameter Uterus Palpasi Serviks

Pada akhir persalinan 900gram 12,5cm Lembut/lunak

Akhir minggu ke-1 450gram 7,5cm 2 cm

Akhir minggu ke-2 200gram 5,0cm 1 cm

Akhir minggu ke-6 60gram 2,5cm Menyempit

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi involusi

Proses involusi dapat terjadi secara cepat atau lambat, faktor yang

mempengaruhi involusi uterus antara lain :

a. Mobilisasi Dini

Aktivitas otot-otot adalah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak

lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena

adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus

yang tidak diperlukan, dengan adanya kontraksi dan retraksi yang terus

menerusnya ini menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam uterus

yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat yang diperlukan,

sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut terjadi kecil.

21
b. Status Gizi

Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan

jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu post partum maka

pertahanan pada dasar ligamentrum latum yang terdiri dari kelompok

infiltrasi sel-sel bulat yang disamping mengadakan pertahanan terhadap

penembuhan kuman bermanfaat pula untuk menghilangkan jaringan

nekrotik. Pada ibu post partum dengan status gizi yang baik akan mampu

menghindari serangan kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa

nifas dan mempercepat proses involusi uterus.

c. Menyusui

Pada proses menyusui adal reflex let down dari isapan bayi merangsang

hipofise mengeluarkan hormone oksitosin yang oleh darah hormone ini

diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi sehingga

proses involusi uterus terjadi.

d. Usia

Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan,

dimana proses penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak, penurunan

elastisat otot dan penurunan penyerapan lemak, protein serta karbohidrat.

Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan protein pada proses

penuaan, maka hal ini akan menghambat involusi uterus.

22
e. Parietas

Parietas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering

terenggang memerlukan waktu yang lama.

d. Pengukuran involusi uterus

a. Pengukuran involusi dapat dilakukan dengan mengukur tinggi fundus

uteri, kontraksi uterus dan juga dengan pengeluaran lokia.

b. Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan pananggalan desidua dan

pengelupan kulit pada situs plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan

berat, perubahan lokasi uterus, warna dan jumlah lochea.

2.

23
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Penelitian

Berdasarkan landasan teori, maka kerangka kerja pada penelitian ini adalah :

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Keklancaran Produksi
Inisiasi Menyusui Dini
ASI Pada Ibu Post
Partum

Keterangan:

: Variabel yang di teliti

: Garis Penghubung

B. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri ari dua variable aitu inisiasi menyusui diri dan

kelancaran produksi ASI . inisiasi menyusui dini merupakan variabel

bebas, sedangkan kelancaran produksi ASI merupakan variabel terkait.

24
2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena. (Hidayat A. 2007).

No Variabel Defenisi Parameter Alat Ukur Skala


Operasional
1. Independen: Upaya bayi Bayi baru lahir, Lembar Nominal
Inisiasi menyusui setalah menyusui diatas observasi
menyusui dini melahirkan dan bayi perut ibu
dibiarkan mencari
puting susu ibunya.

2. Dependen: Suatu dimana air - ASI lancar Kuesioner Nominal


Kelancaran susu ibu lancar dan - Bayi
produksi ASI tidak ada hambatan menyusui
pada post pada ibu setelah sesuai
partum melahirkan yang kebutuhan
ditandai dengan bayi (ON
tidak menangis saat DEMAN)
menetek ibunya.
Tabel I

25
Defenisi Operasional Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Kelancaran
Produksi ASI pada ibu post Partum RSU Pancaran Kasih GMIM

C. Hipotesa
Ada hubungan antara inisiasi menyusui dini terhadap kelancaran
produksi ASI pada ibu post partum di Ruang Nifas RSU Pancaran
Kasih GMIM

26
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan Observasi Analitik, yaitu

peneliti mencoba mencari hubungan antar variabel (Setiadi, 2007). Penelitian

ini perlu dilakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan, seberapa besar,

hubungan antar variabel yang ada.

Metode pendekatan yang dilakukan adalah crosssectional, yaitu variabel sebab

atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur dan

dikumpulkan. Sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu (dalam waktu

yang bersamaan).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang Bersalin RSU GMIM Pancaran Kasih Manado.

Penelitian dilaksanakan pada Mei 2016 s/d juni 2016.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu post partum yang ada

di RSU GMIM Pancaran Kasih.

27
2. Sampel

Sampel pada penilitian ini yaitu ibu yang melahirkan di RSU GMIM

Pancaran Kasih saat waktu penelitian, penarikan sample dengan cara

aciental sampling yaitu memilih sampel secara kebetulan. Sampel yang

akan disertakan dalam penelitian adalah yang memengaruhi criteria

sebagai berikut :

Kriteria inklusi dalam penelitian adalah :

a. Pasien post partum yang bersedia diteliti

b. Inisiasi menyusui dini dilakukan segera dalam satu jam pertama

setelah lahir

c. Ibu dan bayi sehat

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Ibu post partum yang mengalami komplikasi

b. Bayi yang tidak memenuhi criteria inisiasi menyusui dini

c. Inisiasi menyusui dini tidak dilakukan segera setelah satu jam pertama

kelahiran (>1jam)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner.

1. Kuesioner untuk menilai inisiasi menyusui dini, dengan menggunakan

kriteria :

28
Skore 1 : Jika IMD langsung dilakukan setelah bayi lahir.

Skore 2 : Jika IMD dilakukan setelah bayi memakai pakaian

2. Kuesioner untuk menilai Peningkatan Produksi ASI yaitu sebanyak nomor

dan penentuan jawaban menurut Guttman, dimana pernyataan dijawab

TIDAK diberi score 1, dan YA diberi score 2.

Untuk penetapan kategori dilakukan berdasarkan median, yaitu :

a. Skore terendah X jumlah pertanyaan : 1 x 10 = 10

b. Score tertinggi X jumlah pertanyaan : 2 x 10 = 20

c. Nilai median diperoleh adalah : (10 + 20) = 15

Dengan kategori penilaian KURANG (Jika score jawaban < dari nilai

median)

Yaitu : skore 0-14 dan BAIK (jika skore jawaban > dari nilai median)

yaitu : skore > 15.

E. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan adalah data primer yang didapat dari sampel

melalui observasi.

2. Cara pengumpulan data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan

sesuai variabel yang diteliti adalah dengan observasioleh peneliti,

Responden yang terpilih diminta mengisi formulir menjadi responden.

29
Setelah didapatkan sampel sesuai dengan criteria inklusi, maka sampel

dilakukan observasi paa hari pertama. Langkah selanjutnya adalah

menganjurkan setiap sampel yang terpilih untuk melakukan inisiasi

menyusi dini selama dirawat di Rumah Sakit dan obervasi dilanjutkan paa

hari ketiga.

3. Instrument pengumpulan data

Pada penelitian ini menggunakan lembar observasi yang dirancang sendiri

oleh peneliti sesuai dengan defenisi operasional dari variabel yang diteliti.

F. Pengolahan Data dan Analisa Data

Kegiatan pengolahan data yang merupakan upaya memprediksi dan

menyiapkan data sedemikian rupa agar dianalisa lebih lanjut dan mendapatkan

data yang siap disajikan.

1. Teknik pengolahan data dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :

a. Editing

Kegiatan pengecekan hasil observasi apakahkuesioner lengkap, jelas,

relavan dan konsisten.

b. Coding

Memberi kode angka pada kata yang diperolehsesuai rencana

c. Processing atau entry data

Suatu upaya untuk memasukkan data kedalam media agar mudah

mencari bila diperlukan. Setelah data diedit akan dikoding, maka data

30
dimasukkan kedalam disket atau program database yang diolah

mempergunakan computer.

d. Cleaning

Membersihkan data atau mencocokkan data dengan melihat variabel,

apakah sudah benar atau belum.

2. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan dua tahap, yaitu :

1. Analisa univariat adalah analisa data dilakukan dengan menggunakan

daftar pertanyaan untuk distribusi frekuensi dari data demografi

responden dan masing-masing variabel independen dan dependen

kemudian di interpretasikan.

2. Analisa bivariat adalah menggunakan uji statistik Chi Square untuk

mengetahui hubungan 2 variabel dengan tingkat kemaknaan (a) : 0,05

jika nilai signifikan (p) lebih kecil dari (a) maka dikatakan hasil

penelitian ditolak.

G. Etika Penelitian

1. Informed Consent

Bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian dengan

memberikan lembaran persetujuan.

31
2. Anomity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakah masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama resonden pada lembaran alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembaran persetujuan pengumpulan data

atau hasil penelitian yang disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Hasil penelitian yang didapatkan harus memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

(Hidayat, A.A.A., 2007.)

32
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati dan Eny, (2008) Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogjakarta

DINKES. (2009) Dinas Kesehatan Provinsi Jatim. Halaman 5

DEPKES. (2009) Departemen Kesehatan. Halaman 36

Fikawati. (2010) kajadian implementasi dan kebijakan Air Susu Ibu.

Depok

Hidayat A.A.A., (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan

Ilmiah, Salemba Medika, Jakarta.

Guyton A.C and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.

Jakarta:

Suherni (2009), Perawatan Masa Nifas. Yogjakarta

Syafrudin dan Fratidhina (2009). Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa

Kebidanan. Jakarta

Prawirohardjo. (2009) Ilmu Kebidanan. Halaman 238. Jakarta

Roesli. (2007) Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta

UNICEF (2007) The State Of The World Children

33

Anda mungkin juga menyukai