Disusun Oleh :
Kelompok 1
Marisa (I1011131034)
Muhammad Deni Kurniawan (I1011141010)
Syafitri Khadijah Kesuma (I1011141049)
Zehrotus Sholihah (I1011171005)
Sonia Elshaddayana Sitompul (I1011171006)
Velvia Ramona (I1011171012)
Shafira Rahmani (I1011171014)
Chally Liadylova Putri (I1011171018)
Fikri Yuda Pratama (I1011171029)
Leonardo Dwiko Yurianto (I1011171045)
Milenia Fara Endira (I1011171062)
Popy PuspidawatI (I1011171066)
Martinez Dean Armando (I1011171070)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pemicu
Seorang anak perempuan berusia 7 tahun datang kedokter diantar ibunya, dengan keluhan
kedua payudara sudah tumbuh sejak 3 bulan yang lalu. Riwayat kelahiran dan dalam kehamilan
tidak bermakna. Tidak ada sakit kepala, penglihatan ganda, maupun muntah. Tidak terdapat
riwayat pejanan terhadap radioterapi, tarauma, atau operasi didaerah kepala. Ibu menarche pada
usia 12 tahun. Tinggi badan ibu 157 cm, tinggi badan ayah 160 cm. Pada pemeriksaan fisik
tampak pasien stabil, cukup aktif, tinggi badan 123 cm, barat badan 29 kg. Tidak terdapat cafe au
lait, maupun kelainan fisis lainnya. Status pubertas A1M2P1.
Riwayat Keluarga :
Anamnesis : Pemeriksaan Fisik :
a. TB Ibu = 157 cm
a. Kedua payudara tumbuh a. TB = 123 cm
b. TB Ayah = 160 cm
3 bulan yang lalu b. BB = 29 kg
c. Menarche ibu usia 12
b. Status pubertas A1M2P1
tahun
Central Perifer
Hormon
Tinggi Akhir Anak
1.6 Hipotesis
Anak perempuan usia 7 tahun mengalami gangguan hormone GnRH ( Gonadotropin
Releasing Hormone) dan obesitas sehingga anak tersebut mengalami pubertas dini
(prekoks)
3. Pubertas
a. Definisi
c. Tahap pubertas
d. Ciri-ciri pubertas
e. Status pubertas
4. Prekoks
a. Definisi
b. Klasifikasi
c. Etiologi
d. Epidemiologi
e. Manifestasi klinis
f. Diagnosis
g. Tata Laksana
5. Pubertas Terlambat
a. Definisi
b. Etiologi
c. Tata Laksana
9. Hubungan antara riwayat pubertas orangtua dan pubertas pada anak tersebut
PEMBAHASAN
Pada masa remaja, tumbuh kembang berlangsung sangat pesat baik fisik maupun
psikologis. Selama masa remaja terjadi kenaikan tinggi badan sekitar 20% tinggi dewasa
dan 50% berat dewasa. Pertumbuhan pada masa remaja ini berlangsung sekitar 5-7 tahun
dengan presentasi tertinggi terjadi selama 18-24 bulan yaitu pada masa pacu tubuh.
Pertumbuhan melambat setelah maturasi seksual tercapai, dan akhirnya berhenti pada
anak perempuan sekitar umur 18 tahun dan pada anak laki-laki 20 tahun. Sebagian besar
pertumbuhan anak perempuan setelah menarche tidak lebih dari 2-3 inci. Komposisi
tubuh juga mengalami perubahan selama masa pertumbuhan remaja. Pada masa pra-
remaja, komposisi lemak tubuh pada anak laki-laki dan perempuan relatif sama, masing-
masing 15% dan 19%. Tetapi pada masa remaja pertumbuhan lemak anak perempuan
lebih pesat, sehingga pada waktu dewasa menjadi 22% pada perempuan dan 15% pada
laki-laki. Sejalan dengan pertumbuhan fisik yang pesat tersebut, emosional dan
intelektual juga berkembang pesat. Terjadi peningkatan kemampuan berpikir abstrak dan
imajinasi.1
2.2 Hormon yang berperan dalam tumbuh kembang
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berumur 4
bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon yang berpengaruh terutama
adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary. Selain
itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisme
serta maturasi tulang, gigi, dan otak.
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain.
Somatotrofin (growth Hormon) yang berperan alam mempengaruhi pertumbuhan tinggi
badan, dengan menstimulasi terjadinya poliferasi sel kartigo dan sistem skeletal. Hormon
tiroid menstimulasi metabolisme tubuh, glukokartikoid menstimulasi pertumbuhan sel
interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi
esterogen selanjutnya hormon tersebut menstimulasi perkembangan seks baik pada anak
laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya.2
Produksi berulang dari estrogen dan progesteron oleh ovarium mempunyai kaitan dengan siklus
endometrium pada lapisan uterus yang bekerja melalui tahapan berikut ini: (1) proliferasi
endomentrium uterus; (2) perubahan sekretoris pada endometrium, dan (3) deskuamasi
endometrium, yang dikenal sebagai menstruasi.
Fase Profilerasi (Fase Estrogen) Siklus Endometrium, Yang Terjadi Sebelum Ovulasi. Pada
permulaan setiap siklus seksual bulanan, sebagian besar endometrium telah berdeskuamasi
akibat menstruasi. Sesudah menstruasi, hanya selapis tipis stroma endometrium yang tertinggal,
dan sel-sel epitel yang tertinggal adalah yang terletak di bagian lebih dalam dari kelenjar yang
tersisa serta pada kripta endometrium. Di bawah pengaruh estrogen, yang disekresi dalam
jumlah lebih banyak oleh ovarium selama bagian pertama siklus ovarium, sel-sel stroma dan sel
epitel berproliferasi dengan cepat. Permukaan endometrium akan mengalami epitelasi kembali
dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya menstruasi.
Kemudian, selama satu setengah minggu berikutnya – yaitu, sebelum terjadi ovulasi – ketebalan
endometrium sangat meningkat karena jumlah sel stroma bertambah banyak dan karena
pertumbuhan kelenjar endometrium serta pembuluh darah baru yang progresif ke dalam
endometrium. Pada saat ovulasi, endometrium mempunyai ketebalan 3 sampai 5 milimeter.
Kelenjar endometrium, khususnya dari daerah serviks, akan menyekresi mukus yang encer mirip
benang. Benang mukus akan tersusun di sepanjang kanalis servikalis, membentuk saluran yang
membantu mengarahkan sperma ke arah yang tepat dari vagina menuju uterus.
Fase Sekretorik (Fasi Progestasional) Siklus Endometrium, Yang Terjadi Setelah Ovulasi.
Selama sebagian besar separuh akhir siklus bulanan, setelah ovulasi terjadi, progesteron dan
estrogen bersama-sama disekresi dalam jumlah yang besar oleh korpus luteum. Estrogen
menyebabkan sedikit proliferasi sel tambahan pada endometrium selama fase siklus ini,
sedangkan progesteron menyebabkan pembengkakan yang nyata dan perkembangan sekretorik
dari endometrium. Kelenjar makin berkelok-kelok; kelebihan substansi sekresinya bertumpuk di
dalam sel epitel kelenjar. Selain itu, sitoplasma dari sel stroma bertambah banyak, simpanan
lipid dan glikogen sangat meningkat dalam sel stroma, dan suplai darah ke dalam endometrium
lebih lanjut akan meningkat sebanding dengan perkembangan aktivitas sekresi, dengan
pembuluh darah yang menjadi sangat berkelok-kelok. Pada puncak fase sekretorik, sekitar 1
minggu setelah ovulasi, ketebalan endometrium sudah menjadi 5 sampai 6 milimeter.
Maksud keseluruhan dari semua perubahan endometrium ini adalah untuk menghasilkan
endometrium yang sangat sekretorik, yang mengandung sejumlah besar cadangan nutrien yang
membentuk kondisi yang cocok untuk implantasi ovum yang sudah dibuahi selama separuh
akhir siklus bulanan. Dari saat sebuah ovum yang sudah dibuahi memasuki kavum uteri dari
tuba fallopii (yang terjadi 3 sampai 4 hari setelah ovulasi) sampai waktu ovum berimplantasi (7
sampai 9 hari setelah ovulasi), sekret uterus, yang disebut “susu uterus”, menyediakan makanan
bagi pembelahan awal ovum. Kemudian, sekali ovum berimplantasi di dalam endometrium, sel-
sel trofoblas pada permukaan blastokis yang berimplantasi mulai mencerna endometrium dan
mengabsorbsi substansi yang disimpan endometrium, jadi menyediakan jumlah persediaan
nutrisi yang semakin besar untuk embrio yang berimplantasi.
Menstruasi. Jika ovum tidak dibuahi, kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus bulanan, korpus
luteum di ovarium tiba-tiba berinvolusi, dan hormon-hormon ovarium (estrogen dan
progesteron) menurun dengan tajam sampai kadasr sekresi yang rendah, seperti yang ditunjukkan
pada gambar 81-3. Terjadilah menstruasi.
Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesteron, terutama progesteron, pada
akhir siklus ovarum bulanan. Efek pertama adalah penurunan rangsangant terhadap sel-sel
endometrium oleh kedua hormon ini, yang diikuti dengan cepat oleh involusi endometrium
sendiri menjadi kira-kira 65 persen dari ketebalan semula. Kemudian, selama 24 jam sebelum
terjadinya menstruasi, pembuluh darah yang berkelok-kelok, yang mengarah ke lapisan mukosa
endometrium, akan menjadi vasospastik, mungkin disebabkan oleh efek involusi, seperti
pelepasan bahan vasokonstriktor – mungkin salah satu tipe vasokonstriktor prostaglandin yang
terdapat dalam jumlah sangat banyak pada saat ini.
Vasospasme, penurunan zat nutrisi endometrium, dan hilangnya rangsangan hormonal
menyebabkan dimulainya proses nekrosis pada endometrium, khususnya dari pembuluh darah.
Sebagai akibatnya, darah akan merembes ke lapisan vaskular endometrium, dan daerah
perdarahan akan bertambah besar dengan cepat dalam waktu 24 sampai 36 jam. Perlahan-lahan,
lapisan nekrotik bagian luar dari endometrium terlepas dari uterus pada daerah perdarahan
tersebut, sampai kira-kira 48 jam setelah terjadinya menstruasi, semua lapisan superfisial
endometrium sudah berdeskuamasi. Massa jaringan deskuamasi dan darah di dalam kavum
uteri, ditambah efek kontraksi dari prostaglandin atau zat-zat lain di dalam lapisan yang
terdeskuamasi, seluruhya bersama-sama akan merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan
dikeluarkannya isi uterus.
Selama menstruasi normal, kira-kira 40 mililiter darah dan tambahan 35 ml cairan serosa
dikeluarkan. Cairan menstruasi ini normalnya tidak membentuk bekuan, karena fibrinolisin
dilepaskan bersama dengan bahan nekrotik endometrium. Bila terjadi perdarahan yang
berlebihan dari permukaan uterus, jumlah fibrinolisin mungkin tidak cukup untuk mencegah
pembekuaan. Adanya bekuan darah selama menstruasi sering merupakan bukti klinis adanya
kelainan patologi dari uterus. Dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah dimulainya menstruasi,
pengeluaran darah akan berhenti, karena pada saat ini endometrium sudah mengalami epitelisasi
kembali.4
2.3 Pubertas.
2.3.1 Definisi
Pubertas merupakan suatu proses yang alamiah dan pasti dialami oleh
semua manusia dimana terjadi perubahan fisik dari tubuh anak-anak menjadi bertubuh
layaknya orang dewasa dan telah memiliki kemampuan bereproduksi. Keadaan ini
diinisiasi oleh sistem hormon dari otak yang menuju ke gonad (ovarium dan testes) dan
meresponnya dengan menghasilkan berbagai hormon yang menstimulasi pertumbuhan
dan perkembangan, fungsi atau transformasi dari otak, tulang, otot, kulit, payudara,
menstruasi dan organ-organ reproduksi lainnya, seperti organ genitalia (penis dan vagina)
dan organ seksual sekunder lainnya (rambut pubis). Proses ini juga menandai
peningkatan kematangan psikologis manusia secara sosial yang disebut telah menjadi
seseorang remaja.7
2. Lingkungan
Diantara faktor-faktor yang berhubungan dengan standar kehidupan yang menyebabkan
penurunan saat pencapaian pubertas, nutrisi nampaknya memegang peran kunci. Status nutrisi
dinilai secara tidak langsung melalui pengukuran antropometri. Kondisi nutrisi dipengaruhi
kondisi nutrisi intra uteri dan post natal. Faktor lingkungan non nutrisi meliputi.6
a. Nutrisi
1) Nutrisi intra uteri
Gangguan yang terjadi intra uteri dan pertumbuhan postnatal selam periode kritis
pertumbuhan mempunyai akibat jangka panjang terhadap kesehatan remaja. Hal ini sesuai
dengan hipotesis bahwa janin atau bayi baru lahir yang malnutrisi akan mengalami gangguan
metabplisme,hormonal dan cardiac output yang terjadi pada obesitas, diabetes, dan penyakit
jantung bawaan.
Penelitian jangka panjang terhadap bayi berat lahir sangat rendah (1500 gr) menunjukkan
terjadinya tumbuh kejar saat masa kanak-kanak yang kemudian yang dilanjutkan dengan
pertumbuhan yang terlambat bila di bandingkan dengan bayi berat lahir normal.7
2) Nutrisi postnatal
a) Kualitas dan kuantitas makanan
Kecukupan pangan yang esensial baik kualitas dan kuantitas sangat penting untuk
pertumbuhan normal. Suatu pengamatan yang dilakukan setelah perang di Jerman saat terjdi
kelaparan , anak-anak mengalami keterlambatan pertumbuhan 10-20 bulan dibandingkan dengan
anak-anak tumbuh normal. Pada malnutrisi energi protein yang berat (kwasiorkor atau marasmus
kwasiorkor) terjadi keterlambatan pertumbuhan tulang, keterlambatan pubertas dan
keterlambatan penyatuan epifise sekitar 1 tahun dibandingkan dengan anak gizi baik.
Frisch dkk (1970) mengemukakan bahwa diperlukan lemak tubuh pada kadar tertentu
untuk terjadinya pubertas. Lemak diperlukan untuk terjadinya awitan pubertas pada perempuan
minimal 22% dari komposisi tubuh.8
b) Status gizi
Darvion dkk (2002) melaporkan bahwa penelitian longitudinal terhadap anak perempuan
usia 5 sampai 9 tahun menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara awitan pubertas yang
terjadi pada umur 9 tahun dengan status gizi ( prosentase lemak tubuh, indeks masa tubuh dan
lingkar panggul) pada usia 5,7 dan 9 tahun.
Qing dan Karlberg (2001) melaporkan bahwa peningkatan 1 unit IMT pas usia antara
2sampai 8 tahun berhubungan dengan peningkatan usia percepatan pertumbuhan saat pubertas
yaitu + 0,6 tahun lebih cepat pada anak laki-laki dan + 0,7 tahun lebih cepat pada anak
perampuan. Peningkatan IMT 1 unit yang terjadi pada umur 2 samapi 8 tahun berhubungan
dengan peningkatan panjang badan 0,23 cm pada anak laki-laki dan 0,29 cm pada anak
perempuan pada periode waktu yang sama. Pada anak overwaight terjdi pematangan seksual tiga
kali lebih cepat.4
c) Jenis makanan
Jenis makanan yang dikonsumsi juga berpengaruh terhadap umur awitan pubertas. Anak
perempuan yang lebih banyak mengkonsumsi protein hewani dibandingkan protein nabati
mengalami minarke 2-5 tahun lebih awal, sedangkan anak perempuan yang mengkonsumsi diit
tinggi lemak akan mengalami minarke 1-2 tahun lebih awal.
Fitoestrogen dalam diet mungkin berperan dalam regulasi pubertas secara langsung
maupun tidak langsung. Fitoestrogen juga mempengaruhi metabolisme hormonal. Fitoestrogen
nampaknya menghambat aromatase dan dehidrogenase enzim 17β-hidroksisteroid tipe 1 dan 5.
Jadi efek fitoestrogen adalah sebagai antriestrogenik. Diet kaya fitoestrogen mungkin
memperlambat pubertas seperti dikemukakan oleh Berkey (2000).4
b. Non nutrisi
1) Sosial ekonomi
Perbaikan status ekonomi tampaknya mempengaruhi proses pubertas. Di Belanda pada
abad ke 16-18 menarke dilaporkan terjadi pada usia 14-15 tahun dan jarang sekali terjadi
dibawah usia 13 tahun. Pada tahun 1982 terjadi perubahan menarke pada umur 13,4 tahun dan
pada survei tahun1980 menerke juga maju menjadi 13,3 tahun dan pada tahun 1997 pada usia
13,1 tahun. Awal pertumbuhan payudara terjadi pada usia 10,5 tahun 1980 menjadi 10,7 tahun
pada tahun 1997.9
Perubahan ini diperkirakan karena meningkatnya indeks msa tubuh, seperti pada anak
overwaight yang mengalami minarke lebih cepat karena estrogen yang disimpan pada jaringan
lemak menyebabkan peningkatan bioaktivitasnya. Di Amerika Serikat terjadi rata-rata pada usia
12,7 tahun dan ini tidak berubah dari periode sebelumnya, hal ini menunjukkan melambatnya
proses pubertas yang terjadi karena kondisi optimal yang memungkinkan terjadinya pubertas
pada usia yang sesuai dengan potensi genetik telah tercapai.
2) Polutan pengganggu sistem enokrin
Bahan kimia yang mengganggu lingkungan dan sistem endokrin dan dimana-mana adalah
polutan kimia organik jenis hologen persisten: diklorofenil trikloroetan (DDT) dan poliklorinat
bifenil (PCBs) serta bahan kimia yang serupa dengannya. Paparan 10ng/g bahan DDt dapat
memepercepat terjadinya miarke 0,2 tahun. Bahan tersebut mempunyai efek toksik, beberapa
diantaranya mengganggu sistem endokrin, yang dipengaruhi oleh lamanya laktasi, pertumbuhan
terutama pada umur pubertas dan fungsi teroid.3
3) Letak geografis
Perbedaan jenis makanan didaerah perkotaan dan pedesaan masih dijumpai dibeberapa
negara Eropa, penduduk di kota lebih banyak mengkonsumsi jenis makanan sayuran dan buah,
daging dan produk berbahan dasar susu.4
Di negara sedang berkembang perbedaan status sosial ekonomi dan lingkungan hidup
antara desa dengan kota masih menonjol dan berperan dalam perbedaan awitan pubertas. Di
beberapa negara Asia Afrika, dan Amerika Selatan, terdapat perbedaan usia pubertas anak yang
tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan.4
Pada penelitian di Amerika Latin dan Afrika didapatkan usia pubertas anak yang tinggal
di daerah pedesaan lebih lambat dibanding dengan anak yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini
mungkin disebabkan karena anak didaerah pedesaan mempunyai status sosial ekonomi dan status
gizi yang lebih rendah akibat masih tingginya angka buta huruf.4
4) Media komunikasi
Dension dkk (2002) mengemukakan hubungan antara waktu yang dihabiskan untuk
menonton televisi/video dan adanya televisi dalam kamar tidur dengan prevalensi overwaight
(IMT > P 85) menunjukkan bahwa anak yang meletakkan televisi dikamar tidurnya menonton
televisi lebih lama tidur dengan prevalensi overwaight (IMT > P 85) menunjukkan bahwa anak
yang meletakkan televisi dikamar tidurnya menonton televisi lebih lama (>4,6 jam/minggu) dan
akan mengalami overwaight lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak meletakkan televisi
dikamar tidurnya tanpa pengaruh umur, jenis kelamin, indeks masa tubuh ibu, pendidikan ibu
dan etnik.
Pada penelitian yang dilakukan Brown dkk (2006) menyebutkan bahwa paparan seksual
melalui media televisi mempengaruhi perilaku seksual remaja. Media komunikasi ini bukan
hanya televisi, tetapi juga musik, film, dan majalah. Efek yang terjadi adalah berubahnya
perilaku seksual pada anak kulit hitam dan anak berkulit putih, berupa precoital behavior dan
sexual intercourse.2
5) Iklim
Beberapa penelitian memperkirakan bahwa menarke pada anak perempuan normal lebih
sering dimulai pada musim dingin dibandingkan musim panas, dimana hal ini menggambarkan
suatu efek inhibitor dari fotostimulasi. Tetapi didaerah Arctic, pada musim dingin yang gelap dan
dapat dihubungkan dengan penurunan fungsi hipofisis-gonadal dan penurunan kecepatan
konsepsi. Jadi pengaruh suhu dan cahaya pada aksis reproduksi manusia belum pasti dan kecil
peranannya.1
6) Infeksi
Infeksi mempengaruhi asupan nutrisi dan kebutuhan gizi melalui berbagai mekanisme.
Dalam suatu periode infeksi akut, respon pertama tubuh berupa respon fagositik dan pelepasan
mediator endogen, yaitu interleukin in-1 dan interleukin in-2. Interleukin-1 merupakan perantara
berbagai aspek reaksi fase akut selama infeksi yang menstimulasi terjadinya proteolisis,
neutrofilia, berkurangnya kadar besi dalam darah. Interleukin-2 bekerja pada hipotalamus,
menyebabkan terjadinya demam yang meningkatkan basl metabolic rate, serta menstimulasi
peningkatan produksi hormon endrenokortikotropin (ACTH) oleh hipofisis anterior.
ACTH meningkatkan produksi kartisol oleh kortex adrenal. Interaksi antara kartisol,
hormon pertumbuhan, insulin dan katekolamin menyebabkan pelepasan asam amino
glukoneogenik, terutama dari otot skelet. Adanya infeksi menyebabkan anoreksia. Jika infeksi
menjadi kronik, respon metabolik menjadi lebih nyata dengan keseimbangan negatif nitrogen,
serta kehilangan masa otot dan berat badan. Penyakit kronik yang disertai berat badan rendah
sering disertai keterlambatan pubertas. Selain itu infeksi pada susunan syaraf pusat akan
mengakibatkan terganggunya aksis HPG, sehingga menyebabkan keterlambatan pubertas.1
7) Stressor
Stressor seperti penyakit kronis dan akut dan stres fisik atau psikis yang berlebihan, dapat
menekan aksis hipotalamus-hipofisis-gonad. Pada saat perang, dimana terdapat kekurangan
makanan dan pelecehan psikis maupun emosional seperti yang terjadi di Bosnia dan Croatia,
diteliti adanya suatu trend penundaan atau percepatan usia menarke. Beberapa keadaan stres lain
separti kelaparan akan menimbulkan supresi sekresi LH, pada keadaan ini stres metabolik
nampaknya memainkan peran lebih penting dibanding dengan stres psikologis. Pada kondisi
kronis seperti ini sulit untuk memisahkan peranan dari setiap faktor stres.1
2.3.3 Tahapan Pubertas
1. Pubertas Pada Perempuan
Pubertas pada perempuan meliputi mulainya perkembangan (thelarche) dan maturasi
payudara dan mulainya menstruasi (menarche) dan pembentukan dari periode menstruasi regular.
Munculnya rambut pubis (pubarche) berasal dari sekresi pubertal adrenal
androgen(adrenarche), meskipun produksi ovarian androgen juga terjadi.
Meskipun rata-rata pertumbuhan yang cepat adalah satu bukti dari pubertas di
perempuan, thelarche adalah yang biasanya pertama kali terlihat. Rata-rata umur untuk
perkembangan payudara (Tahap-tahap Tanner terhadap payudara 2) pada perempuan, tidak
berpatokan pada ras, adalah sekitar umur 9.5 dan 10 tahun, dengan persentase 5% perempuan
mengalami perkembangan payudara pada ulangtahunnya yang ke-8, dengan maturitas penuh
(Tahap-tahap Tanner 5) pada umur 14 tahun. Jika pola dunia tentang karakteristik dari pubertas
lebih awal dalam beberapa tahun terkahir tetap digunakan, pola ini merupakan rata-rata yang
berkurang. Ada variasi yang dapat dipertimbangkan pada tempo pubertas, secara umum dengan
tempo yang lebih lambat dengan awal yang lebih cepat, dengan awal dari perkembangan
pubertas yang berhubungan dengan jumlah dari steroid seks.
Karena mereka berbeda, relevan untuk mempertimbangkan umur dari kelompok ras
untuk data yang tersedia yaitu, perempuan kulit putih, perempuan Amerika Afrika, dan
perempuan America Meksiko (Tabel 1.1). Perkembangan dari payudara dan rambut pubis terjadi,
rata-rata, terlebih dahulu terjadi pada perempuan Amerika Afrika daripada perempuan Amerika
Meksiko, dengan keduanya lebih cepat dibandingkan perempuan kulit putih. Rata-rata umur dari
perkembangan payudara adalah 9.5 tahun, 9.8 tahun, dan 10.4 tahun secara beraturan. Data yang
similar menunjukkan rata-rata umur untuk perkembangan dari rambut pubis adalah umur 9.4
tahun untuk perempuan Amerika Afrika, 10.4 untuk perempuan Amerika Meksiko, dan 10.6
untuk perempuan kulit putih.
Data-data diatas menunjukan bahwa patokan dari mulainya perubahan fisik disaat
pubertas pada perempuan kulit putih adalah umur 8 tahun masih dikatakan relevan, sementara itu
umur berdasarkan ras dapat digunakan sebagai pedoman pada penilaian dari perempuan Amerika
Afrika dan Amerika Meksiko. Secara umum, tidak bisa menyebutkan mulainya pubertas pada
umur sekitar 6 dan 8 tahun sebagai kelompok normal karena ini dapat menyebabkan kesalah
pada idetifikasi kondisi yang mempunyai morbiditas dan terapi yang harus digunakan.10
Tabel 1. Mulainya perkembangan dari payudara dan rambut pubis (Tahap-tahap Tanner 2) pada
perempuan di Amerika sekitar tahun 1988 dan 199411
Perempuan Perempuan Perempuan
Kulit Putih Amerika Afrika Amerika Meksiko
Umur
rata-rata
(tahun)
Payudara 10.4 9.5 9.8
Rambut
10.6 9.4 10.4
Pubis
-2.5
persentil
umur
(tahun)
Payudara 8.0 6.6 6.8
Rambut
8.0 6.7 7.4
Pubis
b. Pacu tumbuh
Pacu tumbuh tinggi badan (growth spurt) rata-rata mulai sekitar 13 tahun (antara 10 – 16
tahun) dan rata-rata berakhir sekitar umur 16 tahun, walaupun sesudah itu masih tumbuh, tapi
tidak secepat sebelumnya. Pertumbuhan tinggi badan pada pria pada umumnya sudah berakhir
pada usia 19 – 20 tahun. Untuk memastikan apakah seseorang masih dapat bertambah tinggi
dapat dilihat dari usia tulang dan sela epifisisnya.
a. Pertumbuhan penis, rambut pubik, rambut ketiak, dan janggut
Hampir bersamaan dengan pacu tumbuh, penis dan rambut pubik juga mulai tumbuh.
Bentuk penis berubah dari bentuk infantil ke bentuk dewasa dalam waktu lebih-kurang 2 tahun.
Rambut pubik tumbuh bertahap yang dinyatakan dalam 5 tahap:
1. P1 belum ada rambut sama sekali
2. P2 mulai tampak rambut halus
3. P3 rambut makin kasar dan lebar
4. 4 sudah hampir penuh
5. P5 bentuk dewasa sampai pusar (diamond shape), biasanya pada umur 15-16 tahun.15
b. Perubahan suara
Perubahan suara pada remaja pria terjadi sebagai akibat bertambah panjangnya pita suara
yang mengikuti pacu tumbuh laring.
Proses pubertas terjadi secara berurutan dengan sekuens yang hampir sama.
Secara umum tahapan menurut Tanner.
Gambar 1. Tahapan pubertas pada anak laki-laki menurut Tanner
2.4 Prekoks.
2.4.1 Definisi
Pubertas Prekoks adalah suatu keadaan dimana masa pubertas anak terjadi lebih awal
pada umumnya, yaitu sekitar umur 9-14 tahun pada anak perempuan dan usia 10-17 tahun pada
anak laki-laki. Kondisi ini terjadi dipicu oleh otak secara spontan atau dikarenakan pengaruh
bahan kimia dari luar tubuh dan biasanya proses ini dimulai diakhir-akhir masa kanak-kanak
(kurang dari umur 9 tahun) dengan ditandai munculnya tanda-tanda kematangan organ
reproduksi lebih awal dan telah berakhirnya masa pertumbuhan. Pubertas yang lebih awal ini
bisa merupakan bagian dari variasi perkembangan normal seseorang, namun bisa pula
merupakan penyakit atau paparan hormon pertumbuhan yang tidak normal.18
2.4.2 Klasifikasi
Ada dua jenis pubertas prekoks :
a. Pubertas prekoks tergantung gonadotropin (sentral)
Pubertas prekoks tergantung gonadotropin disebut juga pubertas prekoks yang sebenarnya,
atau pubertas prekoks sentral, yang merupakan pubetas prekoks yang paling umum. Prekoks
sentral terjadi karena kelenjar hipotalamus-pituitari matang lebih awal. Prekoks sentral akan
merespon terhadap terapi GnRHa( Gonadotropin Releasing Hormone Analogue).
b. Pubertas prekoks tidak tergantung gonadotropin (perifer)
Prekoks periferal terjadi karena sekresi prematur dari steroid seks dari gonad atau tempat
lain, serta paparan eksogen. Tatalaksana dari prekoks periferal tergantung pada penyebabnya.18
2.4.6 Diagnosis
a) Langkah pertama menilai anak dengan pubertas prekoks meliputi anamnesis dan
riwayat keluarga: berat badan lahir, awitan usia saat munculnya pubertas dan saat
kecepatan perubahan fisik, perkembangan karakteristik seks sekunder, keterpaparan
seks steroid dan bahan-bahan yang mengganggu fungsi endokrin (Endocrine Disrupting
Chemicals EDCs), dan bukti adanya kemungkinan disfungsi sistem saraf pusat (SSP)
sakit kepala, lingkaran kepala yang membesar, gangguan penglihatan atau kejang,
trauma, dan infeksi. Anamnesis yang juga sangat penting adalah tinggi badan anak
dibandingkan teman-teman sebayanya: apakah termasuk paling tinggi dibandingkan
teman sebayanya, atau apakah terkesan ada peningkatan tinggi badan yang lebih cepat.21
b) Laju pertumbuhan. Nilai apakah ada percepatan pertumbuhan linier dengan
menggunakan kurva pertumbuhan.21
c) Profil hormon. Baku emas diagnosis biokimia berdasarkan penilaian gonadotropin,
terutama LH, setelah stimulasi dengan GnRH; namun karena ketersediaan yang terbatas
dapat dipergunakan agonis GnRH sebagai pengganti, yang memanfaatkan efek stimulasi
awal pada poros hipotalamus-hipofisis-gonad setelah dosis tunggal agonis GnRH.
Pemeriksaan spesimen darah meliputi: LH, FSH, Estradiol (menggunakan metode
Chemiluminescence assay) atau Testosteron (menggunakan metode
Electrochemiluminescence immunoassay (ECLIA).22
Interpretasi pemeriksaan laboratorium:
Kriteria aktifasi jaras hipotalamus-hipofisis-gonad adalah sebagai berikut:
1) Perempuan: LH basal > 0,83 mIU/mL (bila menggunakan metode sensitive
chemiluminescence assay); dan/atau LH 3 jam post stimulasi agonis GnRH >
5mIU/mL.
2) Lelaki: LH basal > 0,6 mIU/mL; dan/atau LH 3 jam post stimulasi agonis GnRH >
5mIU/L.
Titik potong kadar steroid seks:
1) Perempuan: pubertas bila Estradiol > 13,6 pg/mL dan prepubertas bila Estradiol ≤
13,6 pg/mL.
2) Lelaki: pubertas bila Testosteron > 19 ng/dL; prepubertas bila Testosteron ≤ 19
ng/dL.22
d) Pencitraan:
1) Usia tulang/bone age biasanya ≥ 2 tahun atau ≥ 2,5 SD dari usia kronologis.
2) USG Pelvis: untuk melihat kista atau tumor ovarium, rasio fundus uteri/servik uteri,
perubahan volume uterus.
2.5.2 Etiologi
Penyebab pubertas terlambat pada anak laki-laki dan perempuan secaragaris besar dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Constitutional delay of growth and puberty(CDGP).
Anak dengan CDGP memiliki perawakan pendek, pubertas terlambat, usia tulang
terlambat, namun tidak terdapat kelainan organik yang mendasarinya. Pasien CDGP dtemukan
riwayat keluarga dengan pubertas terlambat (orang tua atau saudara kandung).Hal ini
menunjukkan bahwa factor genetic berperan dalama witan pubertas.
Anak dengan CDGP lebih banyak mengeluhkan masalah perawakan pendek di
bandingkan pubertasnya yang terlambat. CDGP sebenarnya tidak memerlukan terapi karena
masih merupakan keadaan yang fisiologis. Namun karena perawakan pendek yang dialami,
menyebabkan terjadinya masalah psikososial, maka anak CDGP akan merasa rendah diri dan
merupakan alasan untuk berkonsultasi dengan dokteren dokrinologi anak.
2. Hipogonadotropik hipogonadisme.
Kondisi hipogonadotropik hipogona dini disebabkan oleh tidak ada atau menurunnya
kemampuan hipotalamus untuk mensekresi GnRH atau kegagalan hipofisis untuk mensekresi
LH dan FSH.
3. Hipergonadotropik hipogonadisme.
Pubertas terlambat tipe hipogona dhipergona dotropik terjadi akibat kegagalan primer di
gonad. Kegagalan untuk mensekresikan hormon steroid seks merangsang hipotalamus dan
hipofisis untuk bekerja lebih keras lagi menghasilkan GnRH dan gonadotropik sehingga timbul
kondisi hipergonadotropik.17
a. Usia : 7 tahun
c. Berat badan : 29 kg
Penelitian membuktikan bahwa anak-anak dengan status gizi lebih baik cenderung
mengalami pubertas lebih cepat daripada anak-anak yanglain. Hal ini menunjukkan bahwa
gizi mempunyai pengaruh terhadap proses pubertas.Pada dasarnya, hal ini disebabkan pada
fakta diperlukannya cadangan kalori minimal untuk memulai proses pubertas. Sebaliknya,
anak-anak dengan gizi kurang cenderung akan mengalami proses pubertas yang terlambat.
Hal inilah yang mendasari fakta bahwa di negara maju, anak-anak lebih cepat memasuki
masa pubertas, mengingat semakin banyaknya anak-anak dengan status gizi Overweight.25
Lemak adalah nutrisi paling penting dalam proses pubertas. Hormon-hormon yang
menginduksi terjadinya proses pubertas adalah hormon-hormon steroid yang merupakan
turunan dari lemak. Lemak juga merupakan nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan
leptin, hormon yang juga penting dalam inisiasi pubertas. Leptin mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap perilaku makan, termogenesis, dan proses neuroendokrin. Selain itu,
leptin berperan sebagai pemberi informasi kepada hipotalamus mengenai status kalori dan
cadangan lemak tubuh untuk memulai pubertas. Leptin dapat mempengaruhi pubertas
dengan merangsang sekresi Insulin-like growth factor I (IGF-I) selain juga meningkatkan
ketersediaan glukosa. IGF-I, selain adalah regulator pertumbuhan manusia, juga memicu
proliferasi dan diferensiasi lemak. IGF-I akan mengeksitasi neuron GnRH dan gonadotrop.
Peningkatan kadar leptin juga berakibat pada supresi neuropeptida Y oleh hipotalamus
sehingga terjadi peningkatan sekresi Gonadotrophic Releasing Hormone (GnRH).25
Sumber protein pada masa awal kehidupan juga mempengaruhi permulaan pubertas.
Konsumsi protein hewani dan protein nabati dengan perbandingan cukup besar pada usia
5-6 tahun akan mempercepat mulainya proses pubertas. Sedangkan, konsumsi protein
nabati yang jauh lebih besar daripada protein hewani pada usia 3-6 tahun meningkatkan
risiko delayed puberty. Percepatan mulainya pubertas akibat konsumsi protein hewani juga
akan mempersingkat masa pubertas seseorang. Ada hipotesis yang menjelaskan bahwa
protein hewani akan memicu sekresi insulin dan IGF-I. Karena insulin mensupresi IGF
binding protein I, jumlah dari IGF-I yang bebas akan semakin banyak.26
Hormon steroid seks meningkatkan sekresi Growth Hormone (GH) pada anak laki-laki
dan perempuan. Pada anak perempuan terjadi peningkatan GH pada awal pubertas
sedangkan pada anak laki-laki peningkatan ini terjadi pada akhir pubertas. Perbedaan waktu
peningkatan GH pada anak laki-laki dan perempuan serta permulaanpubertas dapat menjelaskan
perbedaan tinggi akhir anak laki-laki dan perempuan. Lonjakan pertumbuhan yang terjadi
pada masa pubertas juga menentukan nutrisi apa yang dibutuhkan oleh seorang anak.
Nutrisi tersebut berguna untuk mendukung lonjakan pertumbuhan yang terjadi.26
2.7 Bagaimana hubungan prekoks dengan tumbuh kembang anak?
Walaupun lebih dari separuh kasus pubertas prekoks isoseksual secara sederhana
menggambarkan lebih awalnya spektrum perkembangan normal, semua anak dengan prekoks
seksual harus dievaluasi. Ada beberapa alasan untuk anjuran ini. Pertama, beberapa anak
mungkin menderita kelainan yang serius yang berhubungan dengan pubertas prekoks. Kedua,
tanpa memperhatikan etiologinya, perkembangan seksual yang terjadi sebelum usia 6-7 tahun
dapat berhubungan dengan perawakan pendek pada masa dewasa jika tidak diobati. Yang
terakhir, prekositas seksual tidak disertai oleh pematangan psikoseksual. Untuk hal ini, anak
perempuan dengan pubertas prekoks tampaknya memiliki risiko tinggi untuk mengalami
pelecehan seksual. Ini mungkin dapat menimbulkan ovulasi dan konsepsi, dan kehamilan pada
anak perempuan saat usia 5 tahun terjadi akibat pelecehan ini. Terapi yang sesuai serta dukungan
sangat diperlukan untuk mencegah akibat jangka panjang dari prekositas seksual.27
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Anak perempuan usia 7 tahun mengalami pubertas dini (prekoks) dan overweight dikarenakan
kadar leptin yang tinggi sehingga memengaruhi GnRH yang mengakibatkan percepatan pada
pematangan organ reproduksi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Moersintowati B.N. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: CV.
Sagung Seto; 2012.
2. Soetjiningsih, IGN., Gde Ranuh. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2013.
3. Batubara JR, Tridjaja B, Pulungan A. Buku Ajar Endokrinologi Anak. Jakarta: Balai
Penerbit IDAI; 2010.
4. Guyton, Hall AC. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC; 2008.
5. Dattani M, Hindmars P. Clinical Pediatric Endocrinology. 5th ed. Massachuset:
Blackwell Publishing; 2005.
6. Marks, D. B., Marks, A. D., & Smith, C. M. Biokimia kedokteran dasar: sebuah
pendekatan klinis. Jakarta: EGC. 2000.
7. Klapowitz PB. Medscape Team Of Emedicine. Precocious Puberty. 2012 [cited 2018 Okt
5]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/987886-overview.
8. Parent AN, Teilmann G. The timing of normal puberty and the age limits of sexual
precocity ; variation around the world, secular trend, and changes after migration.
Endocrine Reviews. 2003;24: 668-687
9. Book CG, Hindmarsh PC. Clinical Pediatric Endocrinology. 4th ed. London: Blackwell
Science; 2000.
10. Pescovitz OH, Eugster EA. Pediatric Endocrinology: Mechanisms, Manifestations, and
Management. Philadelphia Lippincott Williams & Wilkins; 2004.
11. Sun SS, Schubert CM, Chumlea WC, et al. National estimates of the timing of sexual
maturation and racial differences among US children. Pediatrics. 2002;110:911-919.
12. Kliegman RM, Stanton BF, Geme JS, Schor NF, Behrman RE. Nelson Textbook of
Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011.
13. Mayo Clinic Staff. Mayo Foundation. Precocious Puberty. 2009. [cited 2018 Okt 5].
Available from: http://mayoclinic.com/article/precociouspuberty-definition.
14. Schrama K, D Mul. Tren in pubertal development in Europe. Human Reproduction
Update. 2001;7(3):287-291.
15. Widyastuti Y, dkk. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya; 2009.
16. Malina RM. Secular trend in growth, maturation and physical performance : A review.
Anthropological Review. 2004;67: 3-31.
17. Bini V, Celi F, Berioli ML, Stella P, Giglio P, Body mass index in children and
adolecents according to age and pubertal stage. European Journal of Clinical Nutrition.
2000;54: 21-28.
18. Pacarada M, Lulaj S, Kongjeli G, Obertinca B. Impact of socio-economic factors on the
onset of menarche in Kosovar girls. Journal of Chinese Clinical Medicine. 2008;3: 541-
549.
19. Brown JD, Ladin K, Pardun CJ, Guo G, Kenneavy. K. Media Matter : Exposure to sexual
content in music, movies, television and magazines predicts black and white ado
lescents’ sexual behavior. Pediatrics. 2006;117: 1018-1027.
20. Azwar, Syamsul. Keterlambatan pubertas. Sari pediatri. Volume 4, no.4, maret
2003:176-179. Batubara JR, Tridjaja B, Pulungan A. Buku Ajar Endokrinologi
Anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2010.