Bab 2
Bab 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan kurikulum pendidikan kebidanan yang lebih
berorientasi pada kompetensi (KBK) tentu memberikan implikasi pada
berbagai perubahan termasuk dalam kesiapan tenaga pembimbing klinik
dalam memeberikan bimbingan agar mencapai kompetensi yang diinginkan.
Pada kondisi ini maka peranan seorang Clinical Instructor (CI) sangat
penting dalam setiap tahapan praktikum mahasiswa sejak di tatanan
laboratorium sampai pada tatanan klinik/lapangan nyata.
Peranan adalah pola tingkah laku yang diharapkan dari seseorang
yang menduduki suatu jabatan atau pola tingkah laku yang diharapkan
pantas dari seseorang. Oleh karena itu seharusnya seorang CI diberi
wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan perannya dalam
merancang, mengelola dan mengevaluasi pemebelajaran klinik terhadap
peserta didik di tatanan klinik. Namun seringkali kita melihat dan
merasakan keadaan yang berbeda dimana seorang CI sulit sekali
menunjukkan kemampuannya dalam membimbing peserta didik karena
berbagai sebab antara lain adalah kurangnya kepercayaan diri dan
ketidakjelasan peranan yang di berikan institusi pendidikan pada para CI
tersebut. Hal inilah yang mendorong pentingnya pembahasan peran CI ini
dalam pelatihan Clinical Instructor saat ini, semoga memberi kejelasan akan
peran fungsi dan tanggung jawabnya dalam membimbing para peserta didik
di tatanan klinik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja issue-isue yang terkait dalam pembelajaran praktek klinik?
2. Apa saja tantangan pada pembelajaran klinik?
3. Bagaimana komunikasi dalam bimbingan klinik?
1
4. Apa yang dimaksud dengan perilaku asertif?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui issue-isue yang terkait dalam pembelajaran praktek
klinik.
2. Untuk mengetahui tantangan pada pembelajaran klinik.
3. Untuk mengetahui cara komunikasi dalam bimbingan klinik.
4. Untuk mengetahui maksud dari perilaku asertif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sehingga proses bonding attachment antara ibu dan bayi dapat
dilakukan, hal ini tentunya bermanfaat bagi ibu dan bayi yang baru lahir
.
serta dampak fisiologis yang dapat terjadi karena Lotus Birth merupakan
tanggungjawab dari klien yang telah memilih dan membaut keputusan
tentang tindakan tersebut.
Praktik Modern dari Lotus Birth menunjukkan bahwa mamalia yang
mempunyai 99% bahan genetik hampir sama dengan manusia, yaitu
simpanse pun membiarkan plasenta utuh, tidak merusak atau
memotongnya. Hal tersebut dikenal dengan fakta primatologistsSampai
sekarang belum ada penelitian lebih lanjut mengenai adanya kehilangan
berat badan bayi dan penyakit kuning karena tindakan Lotus Birth.
4
3. Merupakan suatu penghormatan terhadap bayi dan plasenta.
4. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama
postpartum sebagai masa pemulihan sehingga bayi mendapat
perhatian penuh.
5. Mengurangi kematian bayi karena pengunjung yang ingin bertemu
bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk
menunggu hingga plasenta telah lepas.
5
5. Dr Sarah Buckley mengatakan :”bayi akan menerima tambahan 50-
100 ml darah yang dikenal sebagai transfusi placenta. Darah transfusi
ini mengandung zat besi, sel darah merah, keeping darah dan bahan
gizi lain, yang akan bermanfaat bagi bayi sampai tahun
6
Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm) .
Proses ini berlangsung antara 18-24 jam terbagi dalam 2 fase, fase laten
(± 8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif ( ± 7jam) serviks
membuka dari 3 sampai 10 cm dengan kecepatan ± 1 cm per jam.
Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.
Kala II :
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
Kala III :
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Kala IV :
Dimulai pada saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.
7
Nyeri Persalinan dan ILA
Kontraksi ritmik uterus dan dilatasi servik yang progresif pada kala I
menyebabkan sensasi nyeri selama kala I persalinan. Impuls saraf aferen
dari servik dan uterus ditransmisikan ke medula spinalis melalui segmen
Thorakal 10 – Lumbal 1. Hal ini biasanya akan menyebabkan nyeri pada
daerah perut bagian bawah dan daerah pinggang serta sakrum. Berbeda
dengan kala I, pada kala II transmisi melalui segmen Sakral 2 – 4, dan
nyeri disebabkan oleh regangan pada vulva/vagina dan perineum yang
juga bertumpang tindih dengan nyeri akibat kontraksi uterus.
Keuntungan ILA :
Efektif menghilangkan nyeri persalinan selama kala I dan II
persalinan.
Memfasilitasi kooperasi (Kerjasama) pasien selama persalinan dan
kelahiran.
Anestesi untuk tindakan episiotomi atau Persalinan Pervagina
dengan Tindakan Operatif (PPTO).
Dapat untuk anestesi operasi sesar (Time Related).
Tidak menyebabkan depresi napas baik pada janin maupun ibu yang
disebabkan oleh opioid.
Tindakan ILA ini seharusnya hanya dilakukan oleh seorang yang ahli
dan ditempat yang memiliki fasilitas, alat dan obat-obatan untuk
resusitasi. Termasuk didalamnya adalah oksigen, suction dan alat-alat /
obat-obatan resusitasi kardioplulmonar. Dan tindakan ILA dilakukan
setelah dilakukan pemeriksaan terhadap ibu dan janin serta kemajuan
persalinannya. ILA tidak diberikan sebelum diagnosa persalinan sudah
ditegakkan dan sebelum ibu bersalin meminta untuk meredakan nyeri
persalinannya.
8
Kontraindikasi dari ILA
Ada beberapa kontraindikasi dari I L A yaitu :
Persangkaan Disproporsi Kepala Panggul (Resiko Ruptura Uteri).
Penolakan oleh pasien.
Perdarahan Aktif
Maternal Septicemia
Infeksi disekitar lokasi suntikan.
Kelainan Pembekuan darah.
Komplikasi ILA
Komplikasi dari tindakan ILA yang paling sering adalah
hipotensi. Untuk itu diperlukan pemberian cairan elektrolit isotolus
sebelum tindakan. Komplikasi yang lain adalah sakit kepala, retensio
urin, meningitis, kejang, akan tetapi ini adalah komplikasi yang jarang
9
terjadi. Dua komplikasi yang umum terjadi adalah Hipotensi dan sakit
kepala.
Crawford (1985) dari Birmingham Maternity Hospital, Inggris
melaporkan mulai dari 1968-1985 lebih dari 26.000 pasien mendapatkan
ILA dan tidak ditemukan adanya kematian, jadi tindakan ini cukup
aman.
Pemantauan Persalinan
Persalinan harus dipantau baik dari status umum maupun
kemajuan persalinannya. Yang perlu dievaluasi adalah : Denyut Jantung
Janin, His (Kontraksi Uterus), Penurunan bagian terendah janin,
Lingkaran retraksi Bandl. Kemajuan persalinan dievaluasi sesuai dengan
pembukaan servik dengan penurunan bagian terendah janin (kepala)
sesuai partograf atau kurva Friedman.
Penting juga untuk diketahui bahwa karena nyeri persalinan telah
hilang, maka reflek ingin mengejan pada kala II pun akan berkurang
sensasinya, sehingga diperlukan edukasi pada ibu dan diberitahu kapan
harus mengejan.
10
C. Komunikasi dalam Bimbingan Klinik dan Perilaku Asertif
1. Pengertian Komunikasi Efektif
Komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap pada orang
dalam komunikasi. Atau penerimaan pesan oleh komunikan sesuai
dengan pesan yang dikirim oleh komunikator, kemudian komunikan
memberikan respon yang positif sesuai dengan yang diharapkan.
11
Pesan yang disampaikan konsisten dan berkesinambungan dan tidak
menyimpang dari topik dan tujuan komunikasi yang telah ditetapkan.
Channel (saluran)
Saluran yang digunakan dalam komunikasi sesuai yang
memungkinkan penerimaan yang baik oleh komunikan
12
pada saat digerakkan untuk memberikan tanggapan yang
dikehendaki.
Selanjutnya seorang komunikator harus meneliti sedalam dalamnya
tujuan komunikan meliputi hal-hal :
Waktu yang tepat untuk suatu pesan
Bahasa yabg harus dipergunakan agar pesan dapat dimengerti.
Sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif.
Jenis kelompok dimana komunikasi akan dilaksanakan.
Perlu juga diperhatikan bawa komunikan dapat dan akan menerima
sebuah pesan jika terdapat kondisi berikut secara simultan:
komunikan dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi. Pada
saat komunikan mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa
keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya.
13
Menyampaikan pesan dengan jelas
Menggunakan alat bantu yang sesuai.
Menjadi pendengar yang baik.
Memusatkan perhatian.
Menghindari terjadinya gangguan.
Membuat suasana menyenangkan.
Memanfaatkan bahasa tubuh dengan benar.
7. Perilaku Asertif
Hayes (2002) menyatakan bahwa perilaku asertif merupakan suatu cara
untuk mengekspresikan diri dengan cara berkomunikasi secara lugas dan
jelas, menyatakan sudut pandang dengan perilaku yang sopan dan
menghindari penggunaan kalimat yang berkonotasi negatif. Sedangkan
Rakos (2006) menjelaskan bahwa perilaku asertif adalah suatu
keterampilan untuk mencari, mempertahankan dan meningkatkan
pemahaman atau perasaan saat menghadapi situasi yang kurang
menyenangkan. Perilaku asertif dapat mendukung individu dalam
memecahkan permasalahan, mengatasi konflik yang ada dalam
kelompok, dan dapat mencegah terjadinya depresi individu (Johnson &
Johnson, 2009).
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengalaman belajar klinik dan lapangan merupakan proses
pembelajaran yang penting diberikan kepada peserta didik untuk
mempersiapkan mereka menjadi bidan profesional.
Klinik dan lapangan diharapkan dapat membentuk kemampuan
akademik dan professional, mampu mengembangkan keterampilan dalam
memberikan pelayanan atau asuhan kebidanan professional, serta dapat
berorientasi dengan peran profesionalnya.
B. Saran
Bagi mahasiswa disarankan untuk mengikuti pembelajaran praktek
klinik untuk mempersiapkan menjadi bidan yang professional.
15