Anda di halaman 1dari 5

،‫ريم‬ِ ‫ي ال َك‬ ّ ِ‫ َوأ َ ْف َه َمنَا بِش َِر ْيعَ ِة النَّب‬،‫سالَ ِم‬

ّ ‫سبُ َل ال‬ ُ ‫ال َح ْمدُ هللِ اْل َح ْمدُ هللِ الّذي َهدَانَا‬
َ ‫ َوأ َ ْش َهدُ أ َ ّن‬،‫ ذُو اْل َجال ِل َواإل ْكرام‬،‫أ َ ْش َهدُ أ َ ْن ََل اِلَهَ إِ ََّل هللا َو ْحدَهُ َل ش َِريك لَه‬
‫سيِّدَنَا‬
‫س ِيّدِنا ُم َح ّم ٍد َو َعلَى ا ِله‬ َ ‫بار ْك َعلَى‬ ِ ‫س ِلّ ْم َو‬ َ ‫ص ِّل و‬ َ ‫ اللّ ُه َّم‬،‫َونَ ِبيَّنَا ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َرسولُه‬
‫ص ْي ُك ْم َو نَ ْف ِس ْي‬ ُ ‫ ْأو‬،‫اإل ْخ َوان‬ ِ ‫ فَ َياأيُّ َها‬:ُ‫ أ َ َّما َب ْعد‬،‫سان إلَى َي ْو ِم الدِّين‬ ِ ‫إح‬ ْ ‫صحا ِب ِه َوالتَّا ِبعينَ ِب‬ ْ ‫َوأ‬
َ‫ع ْوذ ُ ِباهللِ ِمن‬ ُ َ ‫ أ‬:‫ان اْل َك ِري ْم‬ ِ ‫الى ِفي اْلقُ ْر‬ َ َ‫ قَا َل هللاُ تَع‬،‫طا َع ِت ِه لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْو ْن‬َ ‫ِبت َ ْق َوى هللاِ َو‬
‫ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا اتَّقُوا هللا َوقُولُوا قَ ْو ًَل‬:‫الر ِح ْي ْم‬ َّ ‫ان‬ ِ ‫الر ْح َم‬
َّ ِ‫ بِ ْس ِم هللا‬،‫الر ِجيْم‬ َّ ‫ان‬ ِ ‫ط‬َ ‫الَّش ْي‬
َ‫سولَهُ فَقَ ْد فَاز‬ ُ ‫ص ِل ْح لَ ُك ْم أ َ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِطعِ هللا َو َر‬ ْ ُ‫ ي‬،‫سدِيدًا‬ َ
‫فَ ْو ًزا َع ِظي ًما وقال تعالى يَا اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح َّق تُقَاتِ ِه َوَلَ ت َ ُم ْوت ُ َّن إَِلَّ َوأ َ ْنت ُ ْم‬
َ‫ ُم ْس ِل ُم ْون‬.
‫صدَقَ هللاُ ال َع ِظي ْم‬ َ
Jamaah Jumat hafidhakumullah,

Ibadah haji secara syar’i hukumnya wajib. Tetapi hukum wajibnya tidak bersifat mutlak karena
hanya ditujukan kepada mereka yang telah mampu. Dilihat dari ilmu ekonomi, ibadah haji
adalah kebutuhan bagi mereka yang telah mampu dan karenanya harus dipenuhi. Bagi mereka,
pemenuhan kebutuhan melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci tidak mengganggu pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan lainnya karena mereka memang memiliki rezeki yang lebih dari cukup
untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.

Oleh karena itu sangat jelas dinyatakan bahwa ibadah haji adalah wajib bagi orang-orang yang
telah mampu sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran, surat Ali Imran, ayat 97, sebagai
berikut:

ً َ‫سب‬
‫يل‬ َ ‫ع إَلَ ْي َه‬ َ ‫اس َح ُّج ْالبَ ْي‬
َ َ ‫ت َم َن ا ْست‬
َ ‫طا‬ َ ‫َو َ هّلِلَ َعلَى النه‬
Artinya: “Mengerjakan ibadah haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang
yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah.”

Namun demikian kewajiban menunaikan ibadah haji hanyalah sekali dalam seumur hidup
sebagaiamana hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai berikut:

ُ ‫ أ َ ُك هل َع ٍام يَا َر‬:‫ فَقَا َل َر ُج ٌل‬.‫ض هللاُ َعلَ ْي ُك ُم ْال َح هج فَ ُح ُّجوا‬


َ َ‫س ْو َل هللاَ؟ ف‬
َ ‫س َك‬
‫ت‬ ُ ‫أَيُّ َها النه‬
َ ‫اس قَ ْد فَ َر‬
‫ َولَ َما‬،‫ت‬ْ ‫ لَ ْو قُ ْلتُ نَعَ ْم لَ َو َج َب‬:‫سله َم‬ َ ُ‫صلهى هللا‬
َ ‫علَ ْي َه َو‬ َ َ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫ فَقَا َل َر‬،‫َحتهى قَالَ َها ثَلَثًا‬
َ َ ‫ا ْست‬
.‫ط ْعت ُ ْم‬
Artinya: “Wahai sekalian manusia, sungguh Allah telah mewajibkan bagi kalian ibadah haji
maka tunaikanlah haji kalian!” Seseorang berkata: “Apakah setiap tahun, ya Rasulullah?” Beliau
terdiam sehingga orang tersebut mengulangi ucapannya tiga kali. Lalu Rasulullah SAW
bersabda: “Kalau aku katakan ya, niscaya akan wajib bagi kalian dan kalian tidak akan sanggup.”
(HR. Ahmad, Muslim dan Nasa’i)

Sedangkan bagi mereka yang belum mampu, ibadah hajihanyalah keinginan sehingga tidak wajib
dipenuhi. Artinya dari pada mereka direpotkan oleh keinginan beribadah hajidengan bersusah
payahmemaksakan diri menabung hingga mengabaikankewajiban yang sudahada di depan mata,
yakni memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar berupasandang, pangan, papan, pendidikan dan
kesehatan bagi diri sendiri dan segenap anggota keluarganya, mereka lebih baik dan wajib
hukumnya menyibukkan diri pada upayapemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut sebagai
kewajiban syarí dan sosial.

Jika kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut telah terpenuhi, mereka bisa meningkatkan status
keinginan beribadah haji menjadi azam atau keinginan kuat. Mereka yang telah memiliki
keinginan kuat untuk beribadah haji, tentu akan terdorong untuk menabung sebagian
penghasilannya agar bisa menunaikan ibadah haji. Ketika tabungan telah mencapai sejumlah
tertentu yang setara dengan ongkos naik haji (ONH) dan biaya-biaya lainnya, maka keinginan
kuat tersebut meningkat menjadi kebutuhan.Pada tingkat ini mereka wajib menunaikan ibadah
haji dan karenanya harus dipenuhi.

Jamaah Jumat hafidhakumullah,

Pengetahuan tentang perbedaan antara kebutuhan dan keinginan menurut ilmu ekonomi
sebagaimana diuraikan di atas adalah penting sebab dengan pemahaman yang benar kita bisa
bersikap bijak dalam memahami rukun Islam kelima tersebut. Jangan sampai terjadi kita
memaksakan diri mengejar ibadah hajipadahal sebetulnya belum wajib hukumnyakarena belum
mampu. Ibarat shalat, waktunya belum masuk tetapi sudah melakukannya. Shalat serperti ini
sudah pasti tidak sah. Sedangkan haji seperti ini bermasalah setidaknya secara akhlak karena
mengabaikan kewajiban memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar keluarga. Bukankah sangat
ironis apabila orang tua berangkat ibadah haji, sementara anak-anaknya dibiarkan tidak
bersekolah dan kesehatannya memburuk tidak ditangani secara serius karena alasan biaya.

Ibadah hajiseperti itu secara hukum agama sulit dibenarkan. Di dalam ilmu agama juga dikenal
konsep fiqh al-aulawiyyat atau fiqh prioritas sebagaimana digagas oleh SyekhDr. Yusuf Al-
Qardhawi dari Mesir. Dijelaskan oleh beliau dalam pengantar kitabnya berjudul “Fi Fiqhil
Aulawiyyat”, halaman 9, tentang maksud fiqh prioritas sebagai berikut:

‫ ث ُ َم يُقَ َد ُم‬،‫ َم َن اْالَ ْح َك َام َواْلقَيَ َم َواْالَ ْع َما َل‬،‫ش ْيءٍ فَي َم ْرتَبَ ٍة بَاْل َع ْد َل‬َ ‫ض ُع ُك َل‬ْ ‫ َو‬:‫أ َ ْعنَي‬
،َ‫ يَ ْهدَى َإلَ ْي َها نُ ْو ُر اْ َلو ْحي‬،ٍ‫ص َح ْي َحة‬ َ ‫لى َم َعا َيي َْر ش َْر َعيَ ٍة‬ َ ‫ع‬ َ ‫ بَنَا ًء‬،‫األ َ ْولَى فَاْأل َ ْولَى‬
.‫َونُ ْو ُراْل َع ْق َل‬
Artinya:“Yang dimaksud dengan fiqh prioritas adalah meletakkan segala sesuatu pada
peringkatnya dengan dalil, dari segi hukum, nilai, dan pelaksanaannya. Pekerjaan yang mula-
mula dikerjakan harus didahulukan berdasarkan penilaian syari’ah yang shahih, yang diberi
petunjuk oleh cahaya wahyu dan diterangi oleh akal.”
Jadi, fiqih prioritas pada intinya adalah menekankan urutan pelaksanaan kewajiban atau beban
sesuai dengan tingkatan hukumnya. Berdasarkan pada prinsip ini sesuatu yang hukumnya fardhu
ain harus diutamakan dari pada sesuatu yang hukumnya fardhu kifayah. Sesuatu yang hukumnya
wajib harus didahulukan dari pada sesuatu yang hukumnya sunnah. Sesuatu yang manfaatnya
besar dan luas harus didahulukan dari pada sesuatu yang manfaatnya kecil dan terbatas, dan
seterusnya. Atau dalam bahasa ekonomi, pemenuhan atas kebutuhan harus didahulukan dari pada
pemenuhan atas keinginan. Inilah yang disebut skala prioritas dalam ilmu manajemen.

Syekh Dr. Yusuf Al-Qardhawi memberikan contoh dalam masalah inibahwa ibadah haji bagi
orang-orang yang telah melaksanakannya tidak wajib melaksanakan kembali pada tahun-tahun
berikutnya.Bagi mereka ibadah haji berikutnya sudah turun tingkatan hukumnya, yakni tidak
wajib. Bagi orang-orang seperti itu juga berlaku fiqh prioritas dimana mereka harus lebih
mengutamakan ibadah lain yang hukumnya wajib dari pada melakukan ibadah hajiatau umroh
kesekian kali yang hukumnya hanya sunnah.

Dalam kaitan itu,Syekh Dr. Yusuf Al-Qardhawi mengkritik orang-orang kaya yang sering
melakukan ibadah hajidan umroh ke Tanah Suci, tetapi pada saat yang sama mereka abai
terhadap fakta bahwa di masyarakat masihbanyak orang miskin Muslim. Tidak sedikit dari
mereka berpindah agama karena tidak mendapatkan pertolongan dari saudara-saudara Muslim
yang kaya. Orang-orang kaya itu sebetulnya wajib hukumnya berjihad di jalan Allah dengan
menggunakan hartanya untuk mencegah pemurtadan di antara orang-orang miskin Muslim
tersebut, misalnya dengan memberikan beasiswa untuk bersekolah, mengikuti kursus
ketrampilan atau menyediakan modal yang cukup untuk bekerja.

Jamaah Jumat hafidhakumullah,

Di sisi lain, kita melihat baberapa orang dari kalangan ekonomi lemah melaksanakan ibadah haji
dengan sebelumnya menabung selama bertahun-tahun. Hal ini tentu tidak menjadi masalah dan
bahkan baik selama dalam menabung itu mereka tidak mengabaikankawajibannya membiayai
pendidikan anak-anak, mengobati di antara anggota keluarga yang sakit dan sebagainya,
termasuk kewajiban sosial yakni iuran-iurandi masyarakat yang telah menjadi kesepakatan
bersama. Atau mereka memang sudah tidak memiliki tanggungan apa-apa terkait kewajibannya
sebagai orang tua sekaligus kepala keluarga.

Namun, jika kegiatan menabung untuk ibadah haji ternyata menjadikan anak-anak tidak
mendapatkan haknya untuk memperolah pendidikan yang cukup dan kesehatan yang memadai,
hal ini tentu tidak sesuai dengan prinsip fiqh prioritas. Bagaimanapun mencari ilmu hukmunya
wajib, dan orang tua wajib hukumnya mengusahakan biaya sekolah bagi anak-anaknya,
disamping kewajiban lain yakni menafkahi dan mengobatkan mereka yang sakit.

Dalam kondisi seperti ituibadah haji tidak wajib bagi mereka dari kalangan ekonomi lemah.
Mereka harus memprioritaskan terlaksananya kewajiban-kewajiban yang nyata-nyata ada di
depan mata dan hukumnya wajib, yakni kewajiban memberikan nafkah, membiayai pendidikan
dan kesehatan mereka sebagaiamana disebutkan di atas. Setelah semua kewajiban itu terpenuhi,
mereka dapat meningkatkan upayanya untuk dapat melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci
dengan semua potensi yang mereka miliki.

Jika ternyata tidak mampu, tentu tidak menjadi masalah karenaibadah haji memang hanya
diwajibkan bagi yang telah mampu. Mereka tetap mendapat pahala dari keinginan atau niatnya
menunaikan ibadah haji tersebut. Hal ini berdasarkan hadits Rasululullah shallahu alaihi wa
sallam yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi sebagai berikut:

َ ‫نَيةُ ال ُمؤْ َم َن َخي ٌْر َم ْن‬


‫ع َم َل َه‬
Artinya: “Niat seorang mukmin lebih utama dari pada amalnya.”

Hadits lain yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim berbunyi sebagaimana penggalan berikut:

ً‫املَة‬
َ ‫سنَةً َك‬ ‫سنَ ٍة فَلَ ْم يَ ْع َم ْل َها َكتَبَ َها ه‬
َ ‫َّللاُ لَهُ َع ْندَهُ َح‬ َ ‫فَ َم ْن َه هم بَ َح‬
Artinya: “Maka barang siapa memiliki keinginan atau berniat melakukan sesuatu kebaikan lalu
tidak jadi melaksanakannya, Allah akan mencatat pahalanya di sisi-Nya satu kebaikan
sempurna.”

Jamaah Jumat hafidhakumullah,

Sekali lagi, ibadah haji wajib hukumnya. Namun demikian Allah tidak bermaksud membebani
hamba-hamba-Nya dengan mewajibkan rukun Islam kelima itu kecuali sebatas kemampuan
masing-masing. Allah subhanu watala berfirman-Nya di dalam Al-Qurán, Surat Al-Baqarah,
Ayat 286 sebagai berikut:

‫سا إَاله ُو ْس َع َها‬


ً ‫ف هللاُ نَ ْف‬
ُ ‫الَ يُ َك َل‬
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya.”

Hal senada juga ditegaskan dalam Surah Al Maidah, ayat 6:

ٍ‫َما يُ َر ْيدُ هللاُ َليَ ْجعَ َل َعلَ ْي ُك ْم َم ْن َح َرج‬


Artinya: “Allah tidak menginginkan bagi kalian sesuatu yang memberatkan kalian.”

Kedua ayat tersebut hendaknya menjadi pedoman bagi kaum Muslimin dalam menyikapi
kewajiban-kewajiban agama sebagaimana dirumuskan dalam Rukun Islam, khususnya kewajiban
beribadah haji ke Tanah Suci di Makkah al-Mukarramah, Saudi Arabia, yang memang
membutuhkan biaya yang sangat banyak dan kemampaun fisik yang tidak bisa dianggap enteng.
ibadah haji memang tidak terlepas dari kedua hal ini.

ُ‫عوذ‬
ُ ‫ أ‬: َ‫ َوأ ْد َخلَنَا و َإيهاكم فَي ُز ْم َرةَ َعبَا َد َه ال ُمؤْ َمنَيْن‬،‫اآلمنَين‬
َ ‫َج َعلَنا هللاُ َوإيهاكم َمنَ الفَائَ َزين‬
‫الر َحي ْم‪ :‬يَا أَيُّ َها الهذَينَ آ َمنُوا اتهقُوا ه‬
‫َّللاَ َوقُولُوا‬ ‫مان ه‬ ‫الر ْح َ‬ ‫الر َجي ْم‪ ،‬بَ ْس َم هللاَ ه‬ ‫ْطان ه‬ ‫شي َ‬ ‫بَاهللَ َمنَ ال ه‬
‫سدَيدًا‬ ‫قَ ْو ًال َ‬
‫ت و َذ ْك َر ال َح َكي َْم‪ .‬إنهُ تَعاَلَى‬
‫آن ال َع َظي َْم‪َ ،‬ونَفَ َعنَ ْي َو َإيا ُك ْم َباآليا َ‬ ‫با َ َر َك هللاُ َل ْي َولك ْم فَي القُ ْر َ‬
‫ف َر َح ْي ٌم‬‫َجوادٌ َك َر ْي ٌم َم َل ٌك َب ٌّر َرؤ ُْو ٌ‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫لى ت َ ْوفَ ْي َق َه َوا َْمتَنَانَ َه‪َ .‬وأ َ ْش َهدُ أ َ ْن الَ اَلَهَ إَاله هللاُ َوهللاُ‬ ‫ش ْك ُر لَهُ َع َ‬ ‫سانَ َه َوال ُّ‬ ‫ا َ ْل َح ْمدُ هللَ َع َ‬
‫لى إَ ْح َ‬
‫إلى َرض َْوانَ َه‪ .‬الل ُه هم‬ ‫س ْولُهُ الدها َعى َ‬ ‫ع ْبدُهُ َو َر ُ‬ ‫سيَدَنَا ُم َح همدًا َ‬ ‫أن َ‬ ‫َو ْحدَهُ الَ ش ََري َْك لَهُ َوأ َ ْش َهدُ ه‬
‫س َل ْم ت َ ْس َل ْي ًما َكثي ًْرا‬ ‫س َي َدنَا ُم َح هم ٍد َو َعلَى ا َ َل َه َوأ َ ْ‬
‫ص َحا َب َه َو َ‬ ‫ص َل َعلَى َ‬ ‫َ‬
‫اس اَتهقُوهللاَ فَ ْي َما أ َ َم َر َوا ْنت َ ُه ْوا َع هما نَ َهى َوا ْعلَ ُم ْوا أ َ هن هللاَ أ َ َم َر ُك ْم َبأ َ ْم ٍر َبدَأ َ‬ ‫أ َ هما َب ْعدُ فَيا َ اَيُّ َها النه ُ‬
‫لى النه َبى يآ‬ ‫صلُّ ْونَ َع َ‬ ‫َف ْي َه َبنَ ْف َس َه َوثَـنَى َب َمآل ئَ َك َت َه َبقُ ْد َس َه َوقَا َل تَعاَلَى َإ هن هللاَ َو َمآل َئ َكتَهُ يُ َ‬
‫صلهى هللاُ َعلَ ْي َه‬ ‫سيَ َدنَا ُم َح هم ٍد َ‬ ‫ص َل َعلَى َ‬ ‫س َل ُم ْوا ت َ ْس َل ْي ًما‪ .‬الل ُه هم َ‬ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي َه َو َ‬
‫اَيُّ َها اله َذيْنَ آ َمنُ ْوا َ‬
‫ض الل ُه هم َع َن‬ ‫ار َ‬ ‫س َل َك َو َمآلئَ َك َة اْل ُمقَ هربَيْنَ َو ْ‬ ‫سيَدَنا َ ُم َح هم ٍد َو َعلَى ا َ ْنبَيآئَ َك َو ُر ُ‬ ‫س َل ْم َو َعلَى آ َل َ‬ ‫َو َ‬
‫ص َحابَ َة َوالتها َب َعيْنَ َوتَا َب َعي‬ ‫عثْ َمان َو َع َلى َو َع ْن بَ َقيه َة ال ه‬ ‫ع َمر َو ُ‬ ‫الرا َش َديْنَ أ َ َبى بَ ْك ٍر َو ُ‬ ‫اء ه‬ ‫اْل ُخلَفَ َ‬
‫اح َميْنَ‬ ‫الر َ‬‫ض َعنها َم َع ُه ْم َب َر ْح َمتَ َك يَا أ َ ْر َح َم ه‬ ‫ار َ‬ ‫الدي َْن َو ْ‬ ‫ان اَلَىيَ ْو َم َ‬
‫س ٍ‬ ‫التها َب َعيْنَ لَ ُه ْم َبا َْح َ‬
‫ت الل ُه هم‬ ‫ت اَالَ ْحيآ ُء َم ْن ُه ْم َواْالَ ْم َوا َ‬ ‫ت َواْل ُم ْس َل َميْنَ َواْل ُم ْس َل َما َ‬ ‫اَلل ُه هم ا ْغ َف ْر َل ْل ُمؤْ َمنَيْنَ َواْل ُمؤْ َمنَا َ‬
‫ص ْر‬‫ص ْر َع َبادَ َك اْل ُم َو َح َديهةَ َوا ْن ُ‬ ‫أ َ َع هز اْ َإل ْسلَ َم َواْل ُم ْس َل َميْنَ َوأ َ َذ هل الش َْر َك َواْل ُم ْش َر َكيْنَ َوا ْن ُ‬
‫الدي َْن َوا ْع َل َك َل َماتَ َك إَلَى يَ ْو َم‬ ‫اخذُ ْل َم ْن َخذَ َل اْل ُم ْس َل َميْنَ َو دَ َم ْر أ َ ْعدَا َء َ‬ ‫الديْنَ َو ْ‬ ‫ص َر َ‬ ‫َم ْن نَ َ‬
‫ظ َه َر‬ ‫س ْو َء اْل َفتْنَ َة َواْ َلم َحنَ َما َ‬ ‫الزالَ َز َل َواْ َلم َحنَ َو ُ‬ ‫الدي َْن‪ .‬الل ُه هم ا ْدفَ ْع َعنها اْلبَلَ َء َواْ َلوبَا َء َو ه‬ ‫َ‬
‫ان اْل ُم ْس َل َميْنَ عآ همةً يَا َربه‬ ‫سائَ َر اْلبُ ْلدَ َ‬ ‫صةً َو َ‬ ‫طنَ َع ْن بَلَ َدنَا اَ ْندُونَ ْي َسيها خآ ه‬ ‫َم ْن َها َو َما بَ َ‬
‫ظلَ ْمنَا‬ ‫ار‪َ .‬ربهنَا َ‬ ‫اب النه َ‬‫سنَةً َوقَنَا َعذَ َ‬ ‫آلخ َرةَ َح َ‬ ‫سنَةً َوفَى اْ َ‬ ‫اْل َعالَ َميْنَ ‪َ .‬ربهنَا آتَنا َ فَى الدُّ ْن َيا َح َ‬
‫اإن لَ ْم ت َ ْغ َف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا لَنَ ُك ْون هَن َمنَ اْلخَا َس َريْنَ ‪َ .‬ع َبادَهللاَ ! إَ هن هللاَ َيأ ْ ُم ُر َباْل َع ْد َل‬ ‫سنَا َو ْ‬ ‫ا َ ْنفُ َ‬
‫ظ ُك ْم لَ َعله ُك ْم‬
‫شآء َواْل ُم ْن َك َر َواْل َب ْغي يَ َع ُ‬ ‫بى َو َي ْن َهى َع َن اْلفَ ْح َ‬ ‫ْتآء ذَي اْلقُ ْر َ‬ ‫ان َو َإي َ‬ ‫س َ‬ ‫َواْ َإل ْح َ‬
‫لى نَعَ َم َه يَ َز ْد ُك ْم َولَ َذ ْك ُر هللاَ أ َ ْكبَر‬ ‫تَذَ هك ُر ْونَ َوا ْذ ُك ُروا هللاَ اْلعَ َظي َْم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْش ُك ُر ْوهُ َع َ‬

Anda mungkin juga menyukai