DOSEN
Dr. Drs.Affan Sulaeman,M.A
DISUSUN OLEH
Agung Rahmat Prasetyo
170410150039
Setiap Warga Negara baik Indonesia maupun Asing wajib memiliki kartu
tanda penduduk. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 126
Tahun 2012 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun
2009 Tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk
Kependudukan Secara Nasional KTP Elektronik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 A merupakan Identitas resmi bukti domisili penduduk; Bukti diri
penduduk untuk pengurusan kepentingan yang berkaitan dengan administrasi
pemerintahan; Bukti diri penduduk untuk pengurusan kepentingan pelayanan
publik di Instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Lembaga Perbankan, dan
Swasta yang berkaitan dengan dan tidak terbatas pada Perizinan, Usaha,
Perdagangan, Jasa Perbankan, Asuransi, Perpajakan dan Pertanahan.
birokrasi pada prosedur dalam penerbitan KTP-el yang memakan waktu lama dan
tidak ada kepastian kapan jadinya; sistem server yang bermasalah; sarana dan
prasana yang kurang memadai, kurangnya perhatian dan tanggapan yang baik dari
pegawai, banyaknya antrian dalam proses pembuatan KTP-el, sosialisasi yang
kurang dan sosialisasi yang kurang.
Satu hal yang hingga saat ini seringkali masih menjadi masalah dalam
kaitannya dalam hubungan antar rakyat dan pemerintah di daerah adalah dalam
bidang public service (pelayanan umum), terutama dalam hal kualitas atau mutu
pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat. Pemerintah sebagai service
provider (penyedia jasa) bagi masyarakat dituntut untuk memberikan pelayanan
yang semakin berkualitas. Apalagi dalam menghadapi kompetisi di era globalisasi,
kualitas dan pelayanan aparatur pemerintah akan semakin ditantang untuk semakin
optimal dan mampu menjawab tuntutan yang semakin tinggi dari masyarakat, baik
dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas pelayanan.
RUMUSAN MASALAH
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
1. Untuk mencegah dan menutup peluang adanya KTP ganda dan KTP palsu,
sehingga memberikan rasa aman dan kepastian hukum bagi penduduk
2. Untuk mendukung terwujudnya database kependudukan yang akurat,
sehingga Data Pemilih dalam Pemilu dan Pemilukada yang selama ini
sering bermasalah tidak akan terjadi lagi, dan semua Warga Negara
Indonesia yang berhak memilih terjamin hak pilihnya.
3. Dapat mendukung peningkatan keamanan negara sebagai dampak positif
dari tertutupnya peluang KTP ganda dan KTP palsu, dimana selama ini para
pelaku kriminal termasuk teroris, TKI Ilegal dan perdagangan orang
umumnya menggunakan KTP ganda dan KTP Palsu.
4. Bahwa KTP Elektronik merupakan KTP Nasional yang sudah memenuhi
semua Ketentuan yagn diatur dalam UU No.23 Tahun 2006 dan Perpres
No.26 tahun 2009 dan Perpres No.35 tahun 2010, sehingga berlaku secara
nasional. Dengan demikian mempermudah penduduk untuk mendapatkan
pelayanan dari Lembaga Pemerintah Swasta , karena tidak lagi memerlukan
KTP setempat.
1. Dalam hal sidik jari telunjuk tangan kanan/ kanan kiri tidak dapat direkam
kedalam CHIP KTP Elektronik, dilakukan perekaman sidik jari yang
lainnya dengan urutan jari tengah, jari manis atau ibu jari
2. Penduduk yang cacat fisik sehingga tidak bisa dilakukan perekaman sidik
jari tangan tidak dilakukan perekaman sidik jari tangan tetapi dilakukan
perekaman pas photo wajah dengan kedua tangan penduduk yang
bersangkutan kedalam database kependudukan.
Menurut Edward III implementasi kebijakan publik ditinjau dari empat aspek,
yaitu :
1) Pola komunikasi yang digunakan yaitu top down (dari atas kepada
bawahan) dari Camat kepada Kepala Sub Bagian Pelayanan Umum sebagai
petugas pelaksana yang kemudian langsung dikoordinasikan dengan staf-
staf di ruang PATEN. Kejelasan dalam komunikasi dan konsistensi dari
aktor pelaksana kebijakan telah mendukung keberhasilan implementasi
kebijakan PATEN pada pelayanan e-KTP .
2) Sumber Daya terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya peralatan, dan
sumber daya keuangan. Sumber daya manusia yang ada pada pelayanan e-
KTP yaitu terdiri dari satu petugas yang memiliki wawasan dalam
mengoperasikan alat perekam e-KTP , selain itu sumber daya manusia juga
ditingkatkan kapasitasnya melalui bimbingan teknis dan rapat yang
dilaksanakan secara rutin. Sumber daya peralatan untuk perekaman e- KTP
terdiri dari komputer, kamera beserta tripod, alat perekam sidik jari, alat
perekam tanda tangan elektronik, alat perekam iris mata, alat pembaca e-
KTP , dan jaringan internet. Sumber daya peralatan tersebut untuk saat ini
disediakan oleh Kementerian Dalam Negeri. Sumber daya keuangan untuk
kebutuhan layanan e-KTP juga masih dianggarkan secara nasional oleh
Kementerian Dalam Negeri yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).
3) Disposisi, untuk petugas perekam e- KTP sebagai pelaksana (implementor)
kebijakan yang berhubungan langsung dengan masyarakat telah memiliki
kesungguhan dalam melaksanakan tugasnya. Petugas juga memiliki
kompetensi sesuai dengan bidangnya, karena telah berupaya untuk
meningkatkan kapasitas dengan cara rutin mengikuti kegiatan-kegiatan
seperti bimbingan teknis maupun rapat koordinasi.
4) Struktur birokrasi, diketahui bahwa implementasi kebijakan PATEN pada
produk layanan e-KTP di Kecamatan Krian untuk saat ini hanya diberi
kewenangan dalam merekam dan menginput data penduduk, sedangkan
untuk pencetakan dan penerbitan merupakan kewenangan Kementerian
Dalam Negeri. Dengan demikian struktur birokrasi cenderung hierarkis
yang dapat diketahui dari alur prosedur penerbitan e-KTP tersebut,
sehingga kepastian waktu untuk penerbitan e-KTP tidak dapat diketahui
oleh pihak kecamatan maupun masyarakat.
BAB 4
PEMBAHASAN
Pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah Kota Solok masih kurang
memuaskan. Maraknya pungutan liar (pungli) terhadap pembuatan Kartu Tanda
Penduduk (KTP), yang membuat masyarakat enggan untuk mengurus Administrasi
Kependudukan dan Keluarga Berencana Kabupaten dengan aparat pelaksana di
tingkat kecamatan belum lancar karena terkendala oleh ketersediaan sarana
komunikasi cepat (telepon/faksimili) yang belum tersedia di kecamatan sehingga
informasi/instruksi yang harus disampaikan kecamatan kepada desa/kelurahan
yang selanjutnya kepada masyarakat memakan waktu lama, demikian pula
sebaliknya.
Adapun beberapa kendala di Kota Solok Sumatera Barat antara lain (1)
Banyaknya warga yang belum terdata untuk perekaman E- KTP .(2) Kemampuan
sumber daya pegawai yang menangani E-KTP kurang optimal dan kurang siap
dalam melayani masyarakat. Profesionalisme pegawai sangat ditentukan oleh
tingkat kemampuan pegawai yang tercermin melalui perilakunya sehari-hari dalam
organisasi. Tingkat kemampuan pegawai yang tinggi akan lebih cepat mengarah
kepada pencapaian tujuan organisasi yang telah direncanakan sebelumnya,
sebaliknya apabila tingkat kemampuan pegawai rendah kecenderungan tujuan
organisasi yang akan dicapai akan lambat bahkan menyimpang dari rencana
semula. Dan istilah kemampuan dapat juga dipergunakan untuk menunjukkan apa
yang akan dapat dikerjakan oleh seseorang, bukan apa yang telah dikerjakan oleh
seseorang. Dalam hal ini kemampuan dalam mepergunakan peralatan yang ada
dalam mendukung pekerjaan yaitu proses pembuatan KTP dan kesiapan dalam
pelaksanaan pelayanan pengurusan KTP yaitu disiplin dalam memulai dan
menyelesaikan pekerjaannya, mentaati segala peraturan yang melandasi bidang
pekerjaannya, sikap aparatur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. (3).
Kurangnya pemberian pelayanan yang baik oleh pegawai operator kepada
masyarakat.(4). Kurangnya fasilitas yang dibutuhkan ketika kebijakan tersebut
diterapkan. 5). Sosialisasi yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat masih
kurang sehingga belum terlaksana dengan baik, sehingga kurangnya informasi yang
diterima oleh warga tentang pelaksanaan E-KTP .(6). Adanya ketidakdisiplinan dan
pemahaman yang dilakukan pegawai operator dalam pelaksanaan program E-KTP
. Kemampuan pegawai dalam mempergunakan peralatan yang ada dalam
mendukung pekerjaan, yaitu proses pembuatan Kartu Tanda Penduduk sudah cukup
mahir. Seperti penguasaan teknologi komputer dalam proses percetakan KTP ,
namun sayangnya belum ada teknisi yang mampu memperbaiki mesin pencetak
KTP saat rusak. Hal ini tentu menghambat proses pembuatan KTP .
Jarak yang cukup jauh menjadi salah satu faktor enggannya warga Solok
Selatan untuk pembuatan kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP). Untuk
mencapai ke Disdukcapil, katanya, masyarakat harus menempuh perjalanan
sedikitnya satu jam. Ia mengatakan penduduk Solok Selatan yang telah membuat e-
KTP hingga kini berjumlah 91.938 jiwa dari wajib KTP 125.271 orang. Selain akses
jalan, usia juga kerap dijadikan alasan masyarakat tidak segera membuat e-KTP.
BAB 5
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Bandung. NUANSA.
Dekker. Inc.
Elu, Wilfridus B dan Agus Joko Purwanto. 2010. Inovasi dan Perubahan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 126 Tahun 2012 Tentang Perubahan
Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Penerapan Kartu
Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional.