Ahmad Ma’ruf
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
E-mail: macrov_jogja@yahoo.com
Abstract: The activities of the development of investment, are strongly associated with
accomplishment of an objective of economic development of the region, such as create jobs,
achieve economic stability of the region, and developing a diverse economic base. The study of
the analysis of the policy of granting incentives and ease the field of investment in the region
is expected to increase investment of the implementation of the formulation strategic based on
analysis need (need assessment) stakeholders. The data used, from primary and secondary
with the technique of a gathering of an interview that is guided by a questionnaire,
documentation, and focus group discussion (FGD) stakeholders. The results of the study is
that in order to attract new investment and encourage increased investment in terms of
strategic policy, then it more emphasized the policy options that provide various facilities
investment than incentives.
Keywords: public policy, incentives, regional economic, investment
44 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 43-52
dapi secara mandiri. ia menyebutkannya dengan daya saing siste-
Pada hakekatnya, penanaman modal mik. Konsep daya saing sistemik berusaha
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh untuk mencakup faktor politik dan faktor
pemerintah pusat maupun daerah, pihak swas- ekonomi dari keberhasilan pembangunan
ta, dan institusi lain baik dari luar maupun industri. Hal ini mengacu pada pola dimana
dalam negeri agar pertumbuhan ekonomi yang negara dan aktor-aktor sosial secara terarah
diinginkan dapat tercapai. Secara sederhana menciptakan kondisi bagi keberhasilan pemba-
kegiatan penanaman modal merupakan penda- ngunan industri sebagai daya saing sistemik.
patan yang dibelanjakan oleh perusahaan atau Konsep ini dibedakan dalam dalam empat
lembaga pemerintah untuk barang-barang tingkat, yaitu: microlevel pada jaringan perusa-
modal yang akan digunakan untuk kegiatan haan dan jaringan antarperusahaan, mesolevel
produktif. Dengan demikian, peran penanaman pada kebijakan dan institusi tertentu, macrolevel
modal menjadi strategis dalam suatu pereko- dari kondisi ekonomi umum dan metalevel pada
nomian.Tanpa penanaman modal yang cukup variabel lambat seperti struktur-struktur sosial
tidak dapat diharapkan pertumbuhan ekonomi budaya, aturan dan orientasi dasar ekonomi,
yang diharapkan serta peningkatan kesejahte- dan kemampuan aktor-aktor sosial merumus-
raan ekonomi masyarakat. Kebijakan penanam- kan strategi. Konsep daya saing sistemik tidak
an modal yang tepat diharapkan dapat menjadi dimaksudkan sebagai sebuah cetak biru tetapi
pemicu perluasan kesempatan kerja di suatu suatu usaha untuk memberikan orientasi baik
daerah. untuk penelitian maupun kerja konsultasi.
Studi perumusan strategi pengembangan Kondisi riil yang sekarang terjadi, pada
penanaman modal dibangun dalam perspektif tiap daerah, bahkan negara mengalami tentang-
pengembangan daya saing daerah. World Econo- an dalam pengembangan penanaman modal.
mic Forum (WEF),mendefinisikan daya saing Tantangan yang bersifat eksternal yang paling
sebagai kemampuan perekonomian nasional nyata ada meningkatnya persaingan antardae-
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang rah maupun negara dalam menarik investor.
tingi dan berkelanjutan. Institute of Management Sementara itu, secara internal ada banyak
and Development (IMD) mendefinisikan daya kelemahan dan tantangan seperti: ketersediaan
saing nasional sebagai kemampuan suatu nega- infrastruktur yang mendukung kegiatan pena-
ra dalam menciptakan nilai tambah dalam naman modal; ketersedian energy; perangkat
rangka menambah kekayan nasional dengan peraturan pusat dan daerah; perijinan
cara mengelola aset dan proses, daya tarik dan penanaman modal baik di pusat dan daerah;
agresivitas, globalitas dan proksimitas, serta penyebaran penanaman modal yang belum
dengan mengintegrasikan hubungan-hubungan merata; dan belum optimalnya pelaksanaan
tersebut ke dalam suatu model ekonomi dan alih teknologi.
sosial. Departemen Perdagangan dan Industri Kegiatan penanaman modal telah menjadi
Inggris mendefinisikan daya saing daerah seba- bagian dari penyelenggaraan perekonomian
gai kemampuan suatu daerah dalam mengha- nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk
silkan pendapatan dan kesempatan kerja yang meningkatkan perekonomian daerah. Kegiatan
tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaing- penanaman modal di daerah selama ini sangat
an domestik maupun internasional (Abdullah, berperan penting antara lain dalam meningkat-
et.al; 2002:13). Sedangkan Centre for Regional and kan pendapatan masyarakat dan menyerap
Urban Studies (CURDS), Inggris, mendefinisikan tenaga kerja lokal. Oleh karena itu perlu adanya
daya saing daerah sebagai kemampuan sektor kebijakan penanaman modal yang dapat
bisnis atau perusahan pada suatu daerah dalam menstimulasi masuknya pemodal untuk mena-
menghasilkan pendapatan yang tinggi serta namkan modalnya di daerah. Kebijakan itu
tingkat kekayaan yang lebih merata untuk antara lain perbaikan regulasi yang mendu-
penduduknya. kung penanaman modal, penyederhanaan
Meyer dan Stamer (dalam Cho, 2003) prosedur perijinan, pemberian kemudahan dan
memandang daya saing dalam skala lebih luas, insentif dalam bidang penanaman modal.
46 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 43-52
HASIL DAN PEMBAHASAN lanjutan; (7) Termasuk alih teknologi; (8)
Melakukan industri pionir; (9) Berada di daerah
terpencil, daerah tertinggal, atau daerah perba-
Review Kebijakan Penanaman Modal
tasan; (10) Melaksanakan kegiatan penelitian,
UU Nomor 25/2007mengatur bahwa penanam- pengembangan, dan inovasi; (12) Bermitra
an modal mempunyai pokok-pokok kebijakan: dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau
Perlakuan yang sama terhadap PMDN maupun koperasi; (13) Industri yang menggunakan
PMA; Tidak ada persyaratan modal minimum; barang modal, mesin, atau peralatan yang
Dapat melakukan transfer dan repatriasi terha- diproduksi di dalam negeri.
dap modal dan keuntungan; Terdapat jaminan Implementasi atas ketentuan pemberian
hokum; dan penyelesaian sengketa. Fasilitas insentif dan kemudahan oleh tiap daerah,
penanaman modal berupa hak atas tanah yang sebagaimana diatur dalam Pasal 7 PP 45/2008
terdiri dari Hak Guna Usaha, Hak Guna bahwa ketentuan pemberian insentif dan/atau
Bangunan dan Hak Pakai; Fasilitas Imigrasi pemberian kemudahan penanaman modal di
bagi investor dan tenaga kerja asing; dan Insen- daerah diatur dengan Perda yang sekurang-
tif Fiskal berupa pengurangan pajak pengha- kurangnya memuat antara lain: (1) Tata cara
silan dan keringanan bea masuk. memperoleh pemberian insentif dan pemberian
Setelah UU Nomor 25 Tahun 2007 dike- kemudahan; (2) Kriteria pemberian insentif dan
luarkan, terdapat serangkaian peraturan dan pemberian kemudahan; (3) Dasar penilaian
ketentuan yang diterbitkan berkaitan dengan pemberian insentif dan pemberian kemudahan;
penanaman modal. Salah satunya adalah (4) Jenis usaha atau kegiatan penanaman modal
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 yang diprioritaskan memperoleh insentif dan
tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pem- kemudahan; (5) Bentuk-bentuk insentif dan
berian Kemudahan Penanaman Modal di kemudahan yang dapat diberikan;dan (6) Peng-
Daerah. PP 45/2008 tersebut berisi antara lain aturan pembinaan dan pengawasan.
pemberian insentif bentuknya berbagai macam, Hasil review beberapa kebijakan terkait
antara lain: Pengurangan, keringanan atau dengan pelayanan penanaman modal di daerah
pembebasan pajak daerah; Pengurangan, keri- setelah kebijakan desentralisasi (otonomi dae-
nganan, atau pembebasan retribusi daerah; rah), maka tampak ada beberapa kebijakan
Pemberian dana stimulan; Pemberian bantuan acuan dalam penyelenggaraan pelayanan admi-
modal. Sementara itu, pemberian kemudahan nistrasi penanaman modal di daerah, antara
terkait dengan penanaman modal di daerah lain meliputi Keppres No. 97/1993 tentang
bentuknya dapat berupa: Penyediaan data dan Tatacara Penanaman Modal sebagaimana telah
informasi peluang penanaman modal; Penye- diubah dengan Keppres No. 115/1998 jo.
diaan sarana dan prasarana; Penyediaan lahan Keppres No. 117/1999, Keputusan Meninves/
atau lokasi;Pemberian bantuan teknis; dan Kepala BKPM No. 38/SK/1999 tentang
Percepatan pemberian perizinan. Pedoman dan Tatacara Permohonan Penanam-
Berdasarkan Pasal 5 dari PP 45/2008 an Modal yang didirikan dalam rangka PMA
ditegaskan bahwa pemberian insentif dan pem- dan PMDN, dan Keppres No. 29/2004 tentang
berian kemudahan diberikan kepada penanam- Penyelenggaraan Penanaman Modal dalam
an modal yang sekurang-kurangnya memenuhi rangka PMA dan PMDN Melalaui Sistem
salah satu criteria sebagai berikut: (1) Membe- Pelayanan Satu Atap. Berdasarkan kajian
rikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan; Asropi (2008) bahwa pelaksanaan pelayanan
(2) Menyerap tenaga kerja lokal; (3) Menggu- administrasi penanaman modal di daerah
nakan sebagian besar sumber daya lokal; (4) melalui sistem satu atap (sebelum tahun 2008),
Memberikan kontribusi bagi peningkatan pela- karakter pelayanan tidak jauh dari gambaran
yanan publik; (5) Memberikan kontribusi dalam pelayanan birokrasi yang tidak efektif dan
peningkatan Produk Domestik Regional Bruto efisien.
(PDRB); (6) Berwawasan lingkungan dan berke-
48 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 43-52
dahan. Analisis kebijakan pemberian kemudah- keterbatasan kapasitas fiskal; (2) Menyusun
an dapat dicermati dalam Tabel 2. Perda sebagai payung hukum dalam kebijakan
kemudahan maupun insentif investasi; (3)
Perumusan Kebijakan Strategik Pengem- Mengoptimalkan instansi perijinan terpadu
bangan Penanaman Modal untuk pengelolaan kewenangan perijinan
investasi melalui penyediaan data &informasi,
Kebijakan strategis yang akan dilakukan terkait
percepatan perijinan; (4) Mengoptimalkan aset
pengembangan penanaman modal melalui
daerah dalam memberikan kemudahan penye-
pemberian insentif dan kemudahan penanaman
diaan lahan; (5) Mengoptimalkan program rutin
modal di daerah sebagaimana diatur dalam PP
instansi untuk update data, bembingan teknis;
45/2008 dapat dipertajam dalam pilihan kebi-
(6) Meningkatkan daya dukung sarana dan pra-
jakan strategis melalui metode SWOT. Berda-
sarana untuk penanaman modal; (7) Melakukan
sarkan hasil dokumen review dan deep interview
pengembangan sistem informasi penamanan
pada stakeholders, serta hasil masukan dalam
modal berbasis teknologi informasi
FGD, maka rumusan semua aspek dalam
Berdasarkan kondisi riil fiskal daerah, baik
analisis SWOT dapat dimasukan dalam satu
di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota
matriks (Tabel 3).
yang ada, secara umum mengalami kenaikan
Berdasarkan rumusan SWOT tersebut per-
nilai fiskal namun dari sisi belanja lebih besar
lu mengidentifikasi isu-isu strategis yang akan
sehingga cenderung menganut sistem fiskal
menjadi rujukan dalam perumusan kebijakan
defisit. Implikasi terkait dengan kebijakan men-
strategis dalam rangka pengembangan kegiatan
dorong peningkatan investasi di daerah, maka
penanaman modal di daerah yang dilakukan uji
pilihan logis yang cepat dilakukan adalah pola
dengan menggunakan Tes Litmus.
kebijakan berupa memberi kemudahan, baik
Hasil analisis isu-isu strategis tersebut,
dari sisi perijinan maupun memfasilitasi kebu-
maka dapat dikasifikasikan menjadi beberapa
tuhan lain yang diperlukan investor tanpa
rumusan kebijakan strategis pemberian insentif
harus mengeluarkan alokasi anggaran yang
dan kemudahan penanaman modal di daerah,
berlebih.
yaitu: (1) Melakukan pilihan kebijakan kemu-
dahan daripada pemberian insentif karena
Daya terima
Aspek Resiko Fiskal Resiko Teknis Keterangan
publik/investor
Penyediaan data Minim, bagian Kontinu update data, Diterima, Data benar/riel
dan informasi kegiatan unit teknis upgrade teknologi khususnya terkonfirmasi
peluang infomasi, investor baru
penanaman modal
Penyediaan sarana Alokasi anggaran: Assesment riil Diterima
dan prasarana Prioritas pengadaan kebutuhan sarana
sarana yang yang mendorong
mendukung investasi
investasi
Penyediaan lahan Potensi perubahan Valuasi nilai best use Diterima Optimalisasi aset
atau lokasi pendapatan aset; daerah
Pemberian bantuan Alokasi anggaran: Staf khusus fasilitasi Diterima
teknis kegiatan bantuan investasi
teknis
Percepatan Anggaran rutin Support Gerai Diterima
pemberian Investasi;
perizinan Regulasi baru
Sumber: hasil olah data primer
Setiap kebijakan daerah, akan lebih efektif kantor pelayanan terpadu yang sudah dimiliki
apabila ada payung hukum yang kuat. Terkait pada tingkat provinsi (Gerai P2T) yang mulai
dengan kebijakan memfasilitasi percepatan berbenah secara progresif, perlu disupport
peningkatan nilai investasi juga memerlukan untuk penyediaan sistem informasi yang ber-
payung hukum, dalam hal ini dalam bentuk basis teknologi informasi (IT) yang handal.
Peraturan Daerah. Terkait dengan proses pe- Dengan pelayanan berbasis IT, maka semua
nyusunan perda, dapat dilakukan atas usulan proses penyediaan informasi, data, dan pela-
eksekutif atau dari inisiatif legislatif (DPRD). yanan online akan dapat diwujudkan guna
Proses yang relatif cepat dan akan mendapat- mendukung pelayanan prima.
kan daya dukung kuat dari publik, maka meka- Mengoptimalkan aset daerah dalam mem-
nisme inisiatif dari dewan untuk mengusulkan berikan kemudahan penyediaan lahan. Keber-
perda insentif dan kemudahan penanaman adaan aset pemda, baik yang dikuasai pemda
modal menjadi pilihan yang lebih strategis. provinsi maupun kabupaten/kota menjadi
Sementara dari sisi eksekutif dapat membantu salah satu alternatif memberikan kemudahan
dalam menyiapkan naskah akademis, sehingga dalam mengembangkan investasi di DIY mela-
proses akan sinergis dan efektif. lui optimalisasi aset dengan berbagai pola
Mengoptimalkan instansi perijinan terpadu kerjasama. Meskipun, secara umum yang dibu-
untuk pengelolaan kewenangan perijinan tuhkan oleh investor adalah memberikan fasili-
investasi melalui penyediaan data dan infor- tas dalam penyediaan lahan yang mewadahi.
masi, dan percepatan perijinan. Keberadaan Pemda dapat melakukan kontrol pada aset
50 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 43-52
tanah yang bersifat tanah kas desa dan lain lain, usaha. Dengan sistem pelayanan online akan
namun dari sisi lokasi mayoritas tidak menyatu relatif menjamin transparansi dan menghindari
sehingga luasan yang dibutuhkan para investor proses penambahan biaya tidak resmi yang
tidak terpenuhi. masih dikesankan oleh publik, terlebih pelaku
Mengoptimalkan program rutin instansi usaha bahwa praktik ekonomi biaya tinggi
untuk update data, bimbingan teknis. Terkait tersebut masih kental dalam layanan birokrasi
dengan update data dan bimbingan teknis, meskipun proses reformasi birokrasi sudah
dalam organisasi pemda sudah menjadi tugas yakin dilaksanakan.
rutin yang terdistribusi sesuai dengan tupoksi
masing-masing instansi, seperti BKPM, Dinas
SIMPULAN
Perindagkop, dan lain-lain. Dengan demikian,
sebenarnya kebutuhan atas data bagi para
investor akan mudah didapatkan karena dari Berdasarkan uraian analisis tersebut, dapat
tiap instansi ini memiliki anggaran dan menja- ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
dikan pendataan dan bimbingan teknis sebagai (1) Dalam rangka menarik investasi baru
tugas rutin. Permasalahan yang muncul, data maupun mendorong peningkatan penanaman
tersebut terkadang tidak mudah diakses publik. modal melalui pemberian insentif maupun
Hal tersebut akan optimal apabila update data kemudahan penanaman modal, maka dari sisi
dipublikasikan sebagai salah satu isi (content) kebijakan strategis lebih dikedepankan pilihan
dari sistem informasi penanaman modal yang kebijakan memberikan berbagai kemudahan
dibangun oleh pemda. penanaman modal daripada pemberian insen-
Meningkatkan daya dukung sarana dan tif. (2) Beberapa rumusan kebijakan strategis
prasarana unt penanaman modal. Kebutuhan menarik penanaman modal maupun pengem-
layanan infrastruktur dasar seperti jalan, air bangan penanaman modal di daerah, yaitu:
bersih, listrik, maupun infrastruktur pendu- (a) Melakukan pilihan kebijakan kemudahan
kung menjadi salah satu daya tarik daerah daripada pemberian insentif karena keterbatas-
untuk menarik investor. Ketersediaan infra- an kapasitas fiskal,
struktur dasar yang tidak memadahi berimpli- (b) Menyusun Perda sebagai payung hukum
kasi pada peningkatan biaya operasional yang dalam kebijakan kemudahan maupun insentif
akan ditanggung oleh pelaku usaha. Keterse- investasi,
diaan infrastruktur ini juga sebagai salah satu (c) Mengoptimalkan instansi perijinan terpadu
indikator penilaian daya saing daerah dalam untuk pengelolaan kewenangan perijinan
hal pengembangan usaha yang sering dilaku- investasi melalui penyediaan data & informasi,
kan oleh berbagai lembaga pemeringkat, baik percepatan perijinan,
level nasional maupun internasional. Implikasi (d) Mengoptimalkan aset daerah dalam mem-
dari indeks daya saing yang rendah menjadikan berikan kemudahan penyediaan lahan
pencitraan daerah yang tidak menarik bagi (e) Mengoptimalkan program rutin instansi
investor maupun opini publik. untuk update data, bimbingan teknis
Melakukan pengembangan sistem infor- (f) Meningkatkan daya dukung sarana dan
masi penamanan modal berbasis teknologi prasarana unt penanaman modal
informasi. Kebutuhan pengembangan sistem (g) Melakukan pengembangan sistem infor-
informasi yang terintegrasi dan informatif masi penamanan modal berbasis teknologi
menjadi hal dasar yang sudah menjadi kebu- informasi
tuhan bagi tiap pemda untuk memberikan Implementasi konsep pemberian insentif
layanan publik di era digital sekarang ini. dan kemudahan penanaman modal di daerah
Melalui teknologi informasi yang handal, memerlukan tindak lanjut yang dapat diurai-
pemda akan dengan mudah, cepat, dan kan sebagai rekomendasi sebagai berikut: (1)
informatif menyajikan informasi, komunikasi, Melakukan komunikasi efektif dengan legislatif
maupun proses pelayanan terkait dengan untuk mendorong hak inisiatif dewan (DPRD)
penanaman modal maupun pengembangan untuk menyusun perda pemberian insentif ter-
52 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 43-52