Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan

Volume 13, Nomor 1, April 2012, hlm.43-52


 
STRATEGI PENGEMBANGAN INVESTASI DI DAERAH:
PEMBERIAN INSENTIF ATAUKAH KEMUDAHAN?

Ahmad Ma’ruf
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
E-mail: macrov_jogja@yahoo.com

Abstract: The activities of the development of investment, are strongly associated with
accomplishment of an objective of economic development of the region, such as create jobs,
achieve economic stability of the region, and developing a diverse economic base. The study of
the analysis of the policy of granting incentives and ease the field of investment in the region
is expected to increase investment of the implementation of the formulation strategic based on
analysis need (need assessment) stakeholders. The data used, from primary and secondary
with the technique of a gathering of an interview that is guided by a questionnaire,
documentation, and focus group discussion (FGD) stakeholders. The results of the study is
that in order to attract new investment and encourage increased investment in terms of
strategic policy, then it more emphasized the policy options that provide various facilities
investment than incentives.
Keywords: public policy, incentives, regional economic, investment

Abstrak: Kegiatan pengembangan penanaman modal, sangat terkait dengan pencapaian


tujuan pembangunan ekonomi daerah, seperti menciptakan lapangan kerja, mencapai
stabilitas ekonomi daerah, dan mengembangkan basis ekonomi yang beragam. Studi analisis
kebijakan pemberian insentif dan kemudahan bidang penanaman modal di daerah ini
diharapkan mampu meningkatkan penanaman modal dari implementasi rumusan strategik
yang didasarkan pada analisis kebutuhan (need assessment) stakeholders. Data yang
digunakan bersifat primer dan sekunder, dengan teknik pengumpulan wawancara dipandu
kuesioner, dokumentasi, dan Focus Group Discussion (FGD)stakeholders. Kajian ini
dilakukan pada Daerah Istimewa Yogyakarta. Alat analisis meliputi studi kepustakaan,
deskriptif kualitatif untuk kebijakan publik, dan analisis SWOT. Dihasilkan bahwa dalam
rangka menarik investasi baru maupun mendorong peningkatan penanaman modal dari sisi
kebijakan strategis lebih dikedepankan pilihan kebijakan memberikan berbagai kemudahan
penanaman modal daripada pemberian insentif.
Kata kunci: kebijakan publik, pemberian insentif, ekonomi daerah, penanaman modal

PENDAHULUAN penanaman modal di daerah, selain untuk


meningkatkan kapasitas ekonomi daerah yang
secara langsung akan meningkatkan kesejah-
Pengembangan penanaman modal merupakan
teraan masyarakat secara umum, juga akan
kebijakan yang membawa dampak ekonomi
berdampak positif bagi peningkatan kapasitas
cukup luas, yaitu terjadinya peningkatan jum-
fiskal daerah.
lah barang dan jasa, penciptaan nilai tambah,
Pada tingkat nasional, kebijakan pengem-
peggunaan tenaga kerja, dan sumber daya eko-
bangan penanaman modal diarahkan untuk: (1)
nomi lainnya, peningkatan pendapatan masya-
Mendukung pertumbuhan berkelanjutan dan
rakat, serta sebagai sumber pendapatan daerah
meningkatkan iklim penanaman modal; (2)
berupa pajak dan retribusi. Pengembangan
Mendorong FDI untuk memperbaiki daya saing dalam pengembangan ekonomi melalui
ekonomi nasional; meningkatkan kapasitas undang-undang, kebijakan fiskal, dan kebijakan
infrastruktur fisik; membangun penanaman pembangunan, namun keberhasilan atau kega-
modal dalam kerangka pelaksanaan demokrasi galan perkembangan ekonomi daerah sering
ekonomi yang diperuntukkan bagi kesejahtera- tergantung pada apa yang terjadi pada tingkat
an seluruh masyarakat;dan (3) Meningkatkan kawasan. Kemampuan daerah untuk menggu-
realisasi penanaman modal ke seluruh Indone- nakan sumber daya alam dan bakat lokal untuk
sia. mendukung inovasi yang kuat adalah kunci
Konsep dasar pengembangan penanaman penggerak pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh
modal tentu diarahkan pada peningkatan pro- sebab itu, langkah pertama yang harus dilaku-
duktivitas secara agregat. Untuk mencapai itu, kan oleh pemerintah daerah adalah mengenali
diperlukan dukungan iklim penanaman modal kekuatan inovasi yang menciptakan keberhasil-
yang “conducive”, antara lain adalah (1) adanya an usaha, seperti kemampuan untuk mentrans-
kepastian, kestabilan dan keamanan; (2) Stabili- formasi gagasan dan pengetahuan baru dalam
tas makro ekonomi (inflasi, suku bunga dan membuat barang atau pelayanan yang berkua-
kurs, sistem moneter dan fiskal yang sustain- litas. Inovasi yang tak henti-hentinya mencipta-
able); (3) Reformasi birokrasi, perpajakan, kebi- kan produk bernilai tinggi akan memperluas
jakan, aturan; (4) Penyediaan infrastruktur yang perdagangan dan penguasaan pasar, dengan
cukup (listrik, air, pelabuhan, jalan, dan seba- demikian memberi manfaat bagi perusahaan
gainya); (5) Tenaga kerja yang mengacu pada dan pekerja dengan keuntungan yang lebih
produktivitas; (6) SDM, pendidikan, kesehatan, besar, upah lebih tinggi.
disiplin, motivasi; (7) Setiap daerah harus fokus Untuk mencapai tujuan pembangunan
pada sektor industri unggulan; dan (8) Menjalin ekonomi daerah tersebut, maka strategi pemba-
kerjasama sinergis antardaerah. ngunan ekonomi daerah yang perlu dilakukan
Kegiatan pengembangan penanaman mo- adalah: pengembangan fisik/lokalitas, pengem-
dal, sangat terkait dengan pencapaian tujuan bangan dunia usaha, pengembangan SDM, dan
pembangunan ekonomi daerah. Konsepsi pem- pengembangan masyarakat (Lincoln Arsyad:
bangunan ekonomi daerah, menurut Lincoln 1999).
Arsyad (1999:122) memiliki tujuan: (1) mencip- Pengembangan fisik dilakukan antara lain
takan lapangan kerja; (2) mencapai stabilitas dengan menyediakan lahan untuk kegiatan
ekonomi daerah; (3) mengembangkan basis usaha, pengaturan tata ruang untuk berbagai
ekonomi yang beragam. Lapangan kerja diper- kegiatan penduduk, menyediakan prasarana
lukan agar penduduk mempunyai penghasilan dan sarana seperti jalan, pelabuhan, listrik, air
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup- bersih. Pengembangan dunia usaha dilakukan
nya. Agar lapangan kerja dapat tercipta, diper- antara lain dengan menciptakan iklim usaha
lukan persyaratan antara lain tersedianya yang baik melalui penetapan kebijakan dan
lahan, modal, prasarana. Stabilitas ekonomi peraturan yang memudahkan pelaku ekonomi
daerah perlu dipertahankan agar pelaku usaha untuk menjalankan usahanya, menyediakan
dan masyarakat dapat melakukan berbagai informasi mengenai perijinan, kebijakan dan
upaya secara terencana. Stabilitas ekonomi rencana pemerintah daerah, sumber-sumber
mencakup inflasi yang rendah, adanya peratur- pendanaan, dan lain lain; mendirikan media
an usaha yang jelas disertai penegakan hukum konsultasi bagi pengusaha dan masyarakat
yang konsisten, dan tidak adanya gangguan mengenai peluang usaha, masalah-masalah
keamanan. yang dihadapi, dan lain-lain. Sementara itu,
Setiap daerah dalam suatu negara mempu- pengembangan SDM dilakukan antara lain
nyai tujuan yang sama, yaitu menemukan cara dengan pelatihan dan pendidikan. Pengem-
untuk menciptakan lapangan kerja yang luas bangan ekonomi masyarakat dilakukan ter-
untuk memberikan penghasilan dan menaikkan utama dengan memberdayakan masyarakat
kualitas hidup bagi masyarakat. Walaupun agar mampu memanfaatkan peluang yang ada
pemerintah pusat memainkan peran penting dan mengatasi persoalan ekonomi yang diha-

44 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 43-52
dapi secara mandiri. ia menyebutkannya dengan daya saing siste-
Pada hakekatnya, penanaman modal mik. Konsep daya saing sistemik berusaha
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh untuk mencakup faktor politik dan faktor
pemerintah pusat maupun daerah, pihak swas- ekonomi dari keberhasilan pembangunan
ta, dan institusi lain baik dari luar maupun industri. Hal ini mengacu pada pola dimana
dalam negeri agar pertumbuhan ekonomi yang negara dan aktor-aktor sosial secara terarah
diinginkan dapat tercapai. Secara sederhana menciptakan kondisi bagi keberhasilan pemba-
kegiatan penanaman modal merupakan penda- ngunan industri sebagai daya saing sistemik.
patan yang dibelanjakan oleh perusahaan atau Konsep ini dibedakan dalam dalam empat
lembaga pemerintah untuk barang-barang tingkat, yaitu: microlevel pada jaringan perusa-
modal yang akan digunakan untuk kegiatan haan dan jaringan antarperusahaan, mesolevel
produktif. Dengan demikian, peran penanaman pada kebijakan dan institusi tertentu, macrolevel
modal menjadi strategis dalam suatu pereko- dari kondisi ekonomi umum dan metalevel pada
nomian.Tanpa penanaman modal yang cukup variabel lambat seperti struktur-struktur sosial
tidak dapat diharapkan pertumbuhan ekonomi budaya, aturan dan orientasi dasar ekonomi,
yang diharapkan serta peningkatan kesejahte- dan kemampuan aktor-aktor sosial merumus-
raan ekonomi masyarakat. Kebijakan penanam- kan strategi. Konsep daya saing sistemik tidak
an modal yang tepat diharapkan dapat menjadi dimaksudkan sebagai sebuah cetak biru tetapi
pemicu perluasan kesempatan kerja di suatu suatu usaha untuk memberikan orientasi baik
daerah. untuk penelitian maupun kerja konsultasi.
Studi perumusan strategi pengembangan Kondisi riil yang sekarang terjadi, pada
penanaman modal dibangun dalam perspektif tiap daerah, bahkan negara mengalami tentang-
pengembangan daya saing daerah. World Econo- an dalam pengembangan penanaman modal.
mic Forum (WEF),mendefinisikan daya saing Tantangan yang bersifat eksternal yang paling
sebagai kemampuan perekonomian nasional nyata ada meningkatnya persaingan antardae-
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang rah maupun negara dalam menarik investor.
tingi dan berkelanjutan. Institute of Management Sementara itu, secara internal ada banyak
and Development (IMD) mendefinisikan daya kelemahan dan tantangan seperti: ketersediaan
saing nasional sebagai kemampuan suatu nega- infrastruktur yang mendukung kegiatan pena-
ra dalam menciptakan nilai tambah dalam naman modal; ketersedian energy; perangkat
rangka menambah kekayan nasional dengan peraturan pusat dan daerah; perijinan
cara mengelola aset dan proses, daya tarik dan penanaman modal baik di pusat dan daerah;
agresivitas, globalitas dan proksimitas, serta penyebaran penanaman modal yang belum
dengan mengintegrasikan hubungan-hubungan merata; dan belum optimalnya pelaksanaan
tersebut ke dalam suatu model ekonomi dan alih teknologi.
sosial. Departemen Perdagangan dan Industri Kegiatan penanaman modal telah menjadi
Inggris mendefinisikan daya saing daerah seba- bagian dari penyelenggaraan perekonomian
gai kemampuan suatu daerah dalam mengha- nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk
silkan pendapatan dan kesempatan kerja yang meningkatkan perekonomian daerah. Kegiatan
tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaing- penanaman modal di daerah selama ini sangat
an domestik maupun internasional (Abdullah, berperan penting antara lain dalam meningkat-
et.al; 2002:13). Sedangkan Centre for Regional and kan pendapatan masyarakat dan menyerap
Urban Studies (CURDS), Inggris, mendefinisikan tenaga kerja lokal. Oleh karena itu perlu adanya
daya saing daerah sebagai kemampuan sektor kebijakan penanaman modal yang dapat
bisnis atau perusahan pada suatu daerah dalam menstimulasi masuknya pemodal untuk mena-
menghasilkan pendapatan yang tinggi serta namkan modalnya di daerah. Kebijakan itu
tingkat kekayaan yang lebih merata untuk antara lain perbaikan regulasi yang mendu-
penduduknya. kung penanaman modal, penyederhanaan
Meyer dan Stamer (dalam Cho, 2003) prosedur perijinan, pemberian kemudahan dan
memandang daya saing dalam skala lebih luas, insentif dalam bidang penanaman modal.

Strategi Pengembangan Investasi di Daerah (Ahmad Ma’ruf) 45


Upaya daerah untuk meningkatkan pena- berimplikasi pada peningkatan sumber-sumber
naman modal melalui pemberian insentif dan/ APBD sehingga dana publik tersebut dapat
atau pemberian kemudahan bagi penanam dialokasikan untuk pelayanan publik dan
modal tergolong masih rendah. Hal ini beraki- pembangunan daerah. Dengan demikian, seca-
bat pada daya saing daerah semakin menurun. ra langsung diyakini kegiatan ini akan dapat
Padahal untuk menarik penanam modal dibu- meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam
tuhkan daya tarik baik dalam bentuk insentif arti luas.
ataupun kemudahan dalam bidang penanaman Studi ini mengambil sampel di Provinsi
modal. Kebijakan pemberian insentif itu sendiri DIY. Data yang dibutuhkan dalam penelitian
dapat berupa keringanan pajak sedangkan ini, baik data utama maupun data pendukung,
pemberian kemudahan dapat berupa penyeder- baik data yang bersifat primer maupun sekun-
hanaan prosedur perijinan dan penyediaan der, maka teknik pengumpulan data yang digu-
sarana dan prasarana pendukung investasi. nakan adalah wawancara dipandu kuesioner;
Oleh karena itu, studi analisis kebijakan dokumentasi; dan Focus Group Discussion (FGD)
pemberian insentif dan kemudahan bidang bersama stakeholders untuk menggali data yang
penanaman modal di daerah perlu dilaksana- berhubungan dengan pengembangan pena-
kan sebagai bahan acuan dalam merumuskan naman modal di daerah.
kebijakan yang diharapkan mampu meningkat- Analisis yang digunakan untuk merumus-
kan penanaman modal. Kebijakan pemberian kan kebijakan strategik untuk akselerasi pena-
insentif dan pemberian kemudahan di daerah naman modal di daerah menggunakan alat
disusun untuk menjawab permasalahan belum analisis: (1) Studi Kepustakaan. Analisis ini
adanya kebijakan/regulasi daerah yang meng- digunakan untuk mereview berbagai data dan
atur tentang insentif dan kemudahan bidang informasi yang terkumpul dari dokumen-doku-
penanaman modal. Tujuan studi ini adalah men perencanaan, hasil penelitian, buku dan
menyusun analisis kebutuhan (need assessment) peraturan yang relevan. (2) Deskriptif Kualitatif
rumusan kebijakan strategis yang perlu ditem- untuk kebijakan publik. Analisis ini digunakan
puh dalam rangka percepatan peningkatan untuk mengetahui atau menggambarkan kecen-
penanaman modal di daerah. derungan kebutuhan kebijakan publik yang
terkait dengan pemberian insentif dan kemu-
dahan bidang penanaman modal. (3) Analisis
METODE PENELITIAN
SWOT yaitu suatu cara untuk mengidentifikasi
berbagai faktor secara sistematis dalam rangka
Studi ini menggunakan beberapa pendekatan
merumuskan kebijakan berbagai strategi
utama, yaitu pendekatan perencanaan berbasis
pengembangan penanaman modal daerah
stakeholders. Model pendekatan dalam studi
melalui pemberian insentif dan kemudahan
penyusunan kebijakan strategik ini dikembang-
investasi. Analisis ini didasarkan pada logika
kan secara partisipatif (participatory approach).
dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan
Pendekatan ini menjembatani dua kutub kepen-
peluang (opportunities), namun secara bersama-
tingan dan kebutuhan dari masyarakat umum,
an dapat meminimalkan kelemahan (weaknes-
swasta/pelaku usaha, dan dari pemerintah
ses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT
sehingga tumpuan analisis lebih dititik berat-
mempertimbangkan faktor lingkungan internal
kan pada pemenuhan kebutuhan stakeholders.
strengths dan weaknesses serta lingkungan
Studi ini berorientasi berorientasi kepada upaya
eksternal oportunities dan threats yang dihadapi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pe-
institusi/lembaga. Analisis SWOT memban-
ngembangan penanaman modal secara substan-
dingkan antara faktor eksternal peluang (oppor-
tif berorientasi pada upaya peningkatan kese-
tunities) dan ancaman dengan faktor internal
jahteraan masyarakat, khususnya pada aspek
kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis
penyediaan barang dan jasa, kesempatan kerja,
tersebut dapat diambil suatu keputusan strate-
dan penciptaan nilai tambah. Adanya pening-
gik.
katan penanaman modal juga akan mening-
katkan Pedapatan Asli Daerah (PAD) yang

46 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 43-52
HASIL DAN PEMBAHASAN lanjutan; (7) Termasuk alih teknologi; (8)
Melakukan industri pionir; (9) Berada di daerah
terpencil, daerah tertinggal, atau daerah perba-
Review Kebijakan Penanaman Modal
tasan; (10) Melaksanakan kegiatan penelitian,
UU Nomor 25/2007mengatur bahwa penanam- pengembangan, dan inovasi; (12) Bermitra
an modal mempunyai pokok-pokok kebijakan: dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau
Perlakuan yang sama terhadap PMDN maupun koperasi; (13) Industri yang menggunakan
PMA; Tidak ada persyaratan modal minimum; barang modal, mesin, atau peralatan yang
Dapat melakukan transfer dan repatriasi terha- diproduksi di dalam negeri.
dap modal dan keuntungan; Terdapat jaminan Implementasi atas ketentuan pemberian
hokum; dan penyelesaian sengketa. Fasilitas insentif dan kemudahan oleh tiap daerah,
penanaman modal berupa hak atas tanah yang sebagaimana diatur dalam Pasal 7 PP 45/2008
terdiri dari Hak Guna Usaha, Hak Guna bahwa ketentuan pemberian insentif dan/atau
Bangunan dan Hak Pakai; Fasilitas Imigrasi pemberian kemudahan penanaman modal di
bagi investor dan tenaga kerja asing; dan Insen- daerah diatur dengan Perda yang sekurang-
tif Fiskal berupa pengurangan pajak pengha- kurangnya memuat antara lain: (1) Tata cara
silan dan keringanan bea masuk. memperoleh pemberian insentif dan pemberian
Setelah UU Nomor 25 Tahun 2007 dike- kemudahan; (2) Kriteria pemberian insentif dan
luarkan, terdapat serangkaian peraturan dan pemberian kemudahan; (3) Dasar penilaian
ketentuan yang diterbitkan berkaitan dengan pemberian insentif dan pemberian kemudahan;
penanaman modal. Salah satunya adalah (4) Jenis usaha atau kegiatan penanaman modal
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 yang diprioritaskan memperoleh insentif dan
tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pem- kemudahan; (5) Bentuk-bentuk insentif dan
berian Kemudahan Penanaman Modal di kemudahan yang dapat diberikan;dan (6) Peng-
Daerah. PP 45/2008 tersebut berisi antara lain aturan pembinaan dan pengawasan.
pemberian insentif bentuknya berbagai macam, Hasil review beberapa kebijakan terkait
antara lain: Pengurangan, keringanan atau dengan pelayanan penanaman modal di daerah
pembebasan pajak daerah; Pengurangan, keri- setelah kebijakan desentralisasi (otonomi dae-
nganan, atau pembebasan retribusi daerah; rah), maka tampak ada beberapa kebijakan
Pemberian dana stimulan; Pemberian bantuan acuan dalam penyelenggaraan pelayanan admi-
modal. Sementara itu, pemberian kemudahan nistrasi penanaman modal di daerah, antara
terkait dengan penanaman modal di daerah lain meliputi Keppres No. 97/1993 tentang
bentuknya dapat berupa: Penyediaan data dan Tatacara Penanaman Modal sebagaimana telah
informasi peluang penanaman modal; Penye- diubah dengan Keppres No. 115/1998 jo.
diaan sarana dan prasarana; Penyediaan lahan Keppres No. 117/1999, Keputusan Meninves/
atau lokasi;Pemberian bantuan teknis; dan Kepala BKPM No. 38/SK/1999 tentang
Percepatan pemberian perizinan. Pedoman dan Tatacara Permohonan Penanam-
Berdasarkan Pasal 5 dari PP 45/2008 an Modal yang didirikan dalam rangka PMA
ditegaskan bahwa pemberian insentif dan pem- dan PMDN, dan Keppres No. 29/2004 tentang
berian kemudahan diberikan kepada penanam- Penyelenggaraan Penanaman Modal dalam
an modal yang sekurang-kurangnya memenuhi rangka PMA dan PMDN Melalaui Sistem
salah satu criteria sebagai berikut: (1) Membe- Pelayanan Satu Atap. Berdasarkan kajian
rikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan; Asropi (2008) bahwa pelaksanaan pelayanan
(2) Menyerap tenaga kerja lokal; (3) Menggu- administrasi penanaman modal di daerah
nakan sebagian besar sumber daya lokal; (4) melalui sistem satu atap (sebelum tahun 2008),
Memberikan kontribusi bagi peningkatan pela- karakter pelayanan tidak jauh dari gambaran
yanan publik; (5) Memberikan kontribusi dalam pelayanan birokrasi yang tidak efektif dan
peningkatan Produk Domestik Regional Bruto efisien.
(PDRB); (6) Berwawasan lingkungan dan berke-

Strategi Pengembangan Investasi di Daerah (Ahmad Ma’ruf) 47


Analisis Kebutuhan Kebijakan Fasilitasi upaya peningkatan penanaman modal melalui
Penanaman Modal pemberian insentif yang bentuknya berbagai
macam, seperti: (1) Pengurangan, keringanan
Hasil need assessment atas kebutuhan kebijakan
atau pembebasan pajak daerah; (2) Pengurang-
pemberian insentif dan kemudahan penanaman
an, keringanan, atau pembebasan retribusi
modal melalui analisis kebijakan termasuk ana-
daerah; (3) Pemberian dana stimulan; (4) Pem-
lisis resiko atas pilihan jenis kebijakan yang
berian bantuan modal.
didasarkan dari document review, hasil interview
Selain itu, upaya peningkatan penanaman
dan FGD bahwa untuk menarik investor ke
modal di daerah juga dapat dilakukan dengan
daerah pada saat ini bagi pemerintah daerah
kebijakan pemberian kemudahan terkait de-
harus terlebih dahulu mengetahui keinginan-
ngan penanaman modal yang bentuknya dapat
keinginan oleh calon investor. Secara umum
berupa: (1) Penyediaan data dan informasi
keinginan dari investor terhadap situasi di dae-
peluang penanaman modal; (2) Penyediaan
rah antara lain adalah (Fauzan, 2006): iklim
sarana dan prasarana; (3) Penyediaan lahan
investasi yang kondusif berupa Kepastian
atau lokasi; (4) Pemberian bantuan teknis; (5)
hukum/berusaha; Stabilitas ekonomi, sosial,
Percepatan pemberian perizinan.
politik, dan keamanan; Kemudahan pelayanan
Mencermati persyaratan dasar yang diatur
(perizinan, keimigrasian, kepabeanan, perpa-
dalam peraturan tersebut di atas, maka tampak
jakan, pertanahan); Insentif (fiskal & nonfiskal)
dari sisi alasan pemberian insentif maupun
yang kompetitif; Infrastruktur yang memadai;
pemberian kemudahan akan sangat mudah
dan Kondisi ketenagakerjaan
ditetapkan. Dari 12 item persyaratan dasar,
Sementara itu, hasil dari hasil interview
hanya diperlukan salah satu item yang
dengan nara sumber para pelaku ekonomi yang
terpenuhi, maka kebijakan pemberian insentif
diwakili para pengurus Kadin dan Asosiasi,
maupun kemudahan dapat dilakukan. Oleh
serta pejabat dinas/instansi yang terkait
karena itu, sifat persyaratan yang longgar harus
dengan pelayanan penanaman modal, serta
disandingkan dengan analisis resiko atas tiap
dari beberapa akademisi yang memiliki
pilihan bentuk kebijakannya (Tabel 1).
kompetensi dalam bidang ekonomi dan bisnis
Sementara itu, kebijakan yang dapat men-
bahwa sebagaimana diatur dalam dalam Pasal
dorong penanaman modal di daerah selain
3 PP 45/2008 bahwa tiap pemda memiliki
pemberian insentif adalah pemberian kemu-
keleluasaan dalam hal menarik investor dan

Tabel 1. Matriks Analisis Kebijakan Pemberian Insentif


Daya terima
Aspek Resiko Fiskal Resiko Teknis Keterangan
publik/investor
pengurangan, Terjadi pengurangan Butuh dokumen Diterima namun Pada investasi sektor
keringanan, PAD dalam jangka Perda baru /revisi bukan basis/strategis (share &
pembebasan pendek perda kebutuhan penyerapan TK)
pajak daerah pokok
pengurangan, Terjadi pengurangan Butuh dokumen Diterima namun Pada investasi sektor basis
keringanan, PAD dalam jangka Perda baru /revisi bukan (share & penyerapan TK)
pembebasan pendek perda kebutuhan
retribusi daerah pokok
pemberian dana Peningkatan Butuh dokumen Diterima Pada investasi sektor basis
stimulant pengeluaran/ Perda baru /revisi (share & penyerapan TK)
realokasi anggaran perda
belanja
pemberian Peningkatan Butuh dokumen Diterima Realisasi Lembaga
bantuan modal pengeluaran/ Perda baru /revisi Penjaminan Daerah;
realokasi anggaran perda Pada investasi sektor basis
belanja (share & penyerapan TK)
Sumber: hasil olah data primer

48 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 43-52
dahan. Analisis kebijakan pemberian kemudah- keterbatasan kapasitas fiskal; (2) Menyusun
an dapat dicermati dalam Tabel 2. Perda sebagai payung hukum dalam kebijakan
kemudahan maupun insentif investasi; (3)
Perumusan Kebijakan Strategik Pengem- Mengoptimalkan instansi perijinan terpadu
bangan Penanaman Modal untuk pengelolaan kewenangan perijinan
investasi melalui penyediaan data &informasi,
Kebijakan strategis yang akan dilakukan terkait
percepatan perijinan; (4) Mengoptimalkan aset
pengembangan penanaman modal melalui
daerah dalam memberikan kemudahan penye-
pemberian insentif dan kemudahan penanaman
diaan lahan; (5) Mengoptimalkan program rutin
modal di daerah sebagaimana diatur dalam PP
instansi untuk update data, bembingan teknis;
45/2008 dapat dipertajam dalam pilihan kebi-
(6) Meningkatkan daya dukung sarana dan pra-
jakan strategis melalui metode SWOT. Berda-
sarana untuk penanaman modal; (7) Melakukan
sarkan hasil dokumen review dan deep interview
pengembangan sistem informasi penamanan
pada stakeholders, serta hasil masukan dalam
modal berbasis teknologi informasi
FGD, maka rumusan semua aspek dalam
Berdasarkan kondisi riil fiskal daerah, baik
analisis SWOT dapat dimasukan dalam satu
di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota
matriks (Tabel 3).
yang ada, secara umum mengalami kenaikan
Berdasarkan rumusan SWOT tersebut per-
nilai fiskal namun dari sisi belanja lebih besar
lu mengidentifikasi isu-isu strategis yang akan
sehingga cenderung menganut sistem fiskal
menjadi rujukan dalam perumusan kebijakan
defisit. Implikasi terkait dengan kebijakan men-
strategis dalam rangka pengembangan kegiatan
dorong peningkatan investasi di daerah, maka
penanaman modal di daerah yang dilakukan uji
pilihan logis yang cepat dilakukan adalah pola
dengan menggunakan Tes Litmus.
kebijakan berupa memberi kemudahan, baik
Hasil analisis isu-isu strategis tersebut,
dari sisi perijinan maupun memfasilitasi kebu-
maka dapat dikasifikasikan menjadi beberapa
tuhan lain yang diperlukan investor tanpa
rumusan kebijakan strategis pemberian insentif
harus mengeluarkan alokasi anggaran yang
dan kemudahan penanaman modal di daerah,
berlebih.
yaitu: (1) Melakukan pilihan kebijakan kemu-
dahan daripada pemberian insentif karena

Tabel 2. Matriks Analisis Kebijakan Pemberian Kemudahan

Daya terima
Aspek Resiko Fiskal Resiko Teknis Keterangan
publik/investor
Penyediaan data Minim, bagian Kontinu update data, Diterima, Data benar/riel
dan informasi kegiatan unit teknis upgrade teknologi khususnya terkonfirmasi
peluang infomasi, investor baru
penanaman modal
Penyediaan sarana Alokasi anggaran: Assesment riil Diterima
dan prasarana Prioritas pengadaan kebutuhan sarana
sarana yang yang mendorong
mendukung investasi
investasi

Penyediaan lahan Potensi perubahan Valuasi nilai best use Diterima Optimalisasi aset
atau lokasi pendapatan aset; daerah
Pemberian bantuan Alokasi anggaran: Staf khusus fasilitasi Diterima
teknis kegiatan bantuan investasi
teknis
Percepatan Anggaran rutin Support Gerai Diterima
pemberian Investasi;
perizinan Regulasi baru
Sumber: hasil olah data primer

Strategi Pengembangan Investasi di Daerah (Ahmad Ma’ruf) 49


Tabel 3. Matriks SWOT Kebijakan Pemberian Insentif dan Kemudahan
Penanaman Modal di Daerah
STRENGTH (S) WEAKNES (W)
IFAS 1. Memilik instansi perijinan terpadu 1. Fiskal daerah (APBD) yang terbatas.
2. Memiliki berbagai aset daerah yang 2. Belum memiliki Perda insentif dan
dapat dioptimalkan untuk penanaman kemudahan penanaman modal.
modal. 3. Lemahnya sinkronisasi program
3. Memiliki program rutin untuk lintas instansi dalam mendukung
EFAS penyediaan data dan informasi penanaman modal
peluang investasi 4. Implementasi IT yang masih
terbatas dalam pelayanan perijinan
dan promosi investasi.
5. Lahan milik pemda yang potensi
untuk investasi lokasinya terpisah-
pisah
6. Kapasitas & kompetensi SDM yg
terbatas untuk bantuan teknis.

OPPORTUNITY (O) STRATEGI SO STRATEGI WO


1. Kebijakan pemerintah yang 1. Mengoptimalkan instansi perijinan 1. Melakukan pilihan kebijakan
mendelegasikan terpadu untuk pengelolaan kemudahan daripada pemberian
kewenangan lebih pd pemda kewenangan perijinan investasi insentif krn keterbatasan kapasitas
dalam perijinan investasi melalui penyediaan data & informasi, fiskal.
2. Kebijakan pemberian insentif percepatan perijinan.
dan kemudahan penanaman
2. Menyusun Perda sebagai payung
modal (PP 45/2008)
2. Mengoptimalkan aset daerah dalam hukum dalam kebijakan
memberikan kemudahan penyediaan kemudahan maupun insentif
lahan investasi
3. Mengoptimalkan program rutin
instansi untuk update data, bembingan
teknis.

TREAT (T) STRATEGI ST STRATEGI WT


Kebijakan daerah dan negara Meningkatkan daya dukung sarana Melakukan pengembangan sistem
lain yang “agresif” dalam dan prasarana unt penanaman modal informasi berbasis teknologi
promosi investasi informasi
Sumber: data primer, diolah

Setiap kebijakan daerah, akan lebih efektif kantor pelayanan terpadu yang sudah dimiliki
apabila ada payung hukum yang kuat. Terkait pada tingkat provinsi (Gerai P2T) yang mulai
dengan kebijakan memfasilitasi percepatan berbenah secara progresif, perlu disupport
peningkatan nilai investasi juga memerlukan untuk penyediaan sistem informasi yang ber-
payung hukum, dalam hal ini dalam bentuk basis teknologi informasi (IT) yang handal.
Peraturan Daerah. Terkait dengan proses pe- Dengan pelayanan berbasis IT, maka semua
nyusunan perda, dapat dilakukan atas usulan proses penyediaan informasi, data, dan pela-
eksekutif atau dari inisiatif legislatif (DPRD). yanan online akan dapat diwujudkan guna
Proses yang relatif cepat dan akan mendapat- mendukung pelayanan prima.
kan daya dukung kuat dari publik, maka meka- Mengoptimalkan aset daerah dalam mem-
nisme inisiatif dari dewan untuk mengusulkan berikan kemudahan penyediaan lahan. Keber-
perda insentif dan kemudahan penanaman adaan aset pemda, baik yang dikuasai pemda
modal menjadi pilihan yang lebih strategis. provinsi maupun kabupaten/kota menjadi
Sementara dari sisi eksekutif dapat membantu salah satu alternatif memberikan kemudahan
dalam menyiapkan naskah akademis, sehingga dalam mengembangkan investasi di DIY mela-
proses akan sinergis dan efektif. lui optimalisasi aset dengan berbagai pola
Mengoptimalkan instansi perijinan terpadu kerjasama. Meskipun, secara umum yang dibu-
untuk pengelolaan kewenangan perijinan tuhkan oleh investor adalah memberikan fasili-
investasi melalui penyediaan data dan infor- tas dalam penyediaan lahan yang mewadahi.
masi, dan percepatan perijinan. Keberadaan Pemda dapat melakukan kontrol pada aset

50 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 43-52
tanah yang bersifat tanah kas desa dan lain lain, usaha. Dengan sistem pelayanan online akan
namun dari sisi lokasi mayoritas tidak menyatu relatif menjamin transparansi dan menghindari
sehingga luasan yang dibutuhkan para investor proses penambahan biaya tidak resmi yang
tidak terpenuhi. masih dikesankan oleh publik, terlebih pelaku
Mengoptimalkan program rutin instansi usaha bahwa praktik ekonomi biaya tinggi
untuk update data, bimbingan teknis. Terkait tersebut masih kental dalam layanan birokrasi
dengan update data dan bimbingan teknis, meskipun proses reformasi birokrasi sudah
dalam organisasi pemda sudah menjadi tugas yakin dilaksanakan.
rutin yang terdistribusi sesuai dengan tupoksi
masing-masing instansi, seperti BKPM, Dinas
SIMPULAN
Perindagkop, dan lain-lain. Dengan demikian,
sebenarnya kebutuhan atas data bagi para
investor akan mudah didapatkan karena dari Berdasarkan uraian analisis tersebut, dapat
tiap instansi ini memiliki anggaran dan menja- ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
dikan pendataan dan bimbingan teknis sebagai (1) Dalam rangka menarik investasi baru
tugas rutin. Permasalahan yang muncul, data maupun mendorong peningkatan penanaman
tersebut terkadang tidak mudah diakses publik. modal melalui pemberian insentif maupun
Hal tersebut akan optimal apabila update data kemudahan penanaman modal, maka dari sisi
dipublikasikan sebagai salah satu isi (content) kebijakan strategis lebih dikedepankan pilihan
dari sistem informasi penanaman modal yang kebijakan memberikan berbagai kemudahan
dibangun oleh pemda. penanaman modal daripada pemberian insen-
Meningkatkan daya dukung sarana dan tif. (2) Beberapa rumusan kebijakan strategis
prasarana unt penanaman modal. Kebutuhan menarik penanaman modal maupun pengem-
layanan infrastruktur dasar seperti jalan, air bangan penanaman modal di daerah, yaitu:
bersih, listrik, maupun infrastruktur pendu- (a) Melakukan pilihan kebijakan kemudahan
kung menjadi salah satu daya tarik daerah daripada pemberian insentif karena keterbatas-
untuk menarik investor. Ketersediaan infra- an kapasitas fiskal,
struktur dasar yang tidak memadahi berimpli- (b) Menyusun Perda sebagai payung hukum
kasi pada peningkatan biaya operasional yang dalam kebijakan kemudahan maupun insentif
akan ditanggung oleh pelaku usaha. Keterse- investasi,
diaan infrastruktur ini juga sebagai salah satu (c) Mengoptimalkan instansi perijinan terpadu
indikator penilaian daya saing daerah dalam untuk pengelolaan kewenangan perijinan
hal pengembangan usaha yang sering dilaku- investasi melalui penyediaan data & informasi,
kan oleh berbagai lembaga pemeringkat, baik percepatan perijinan,
level nasional maupun internasional. Implikasi (d) Mengoptimalkan aset daerah dalam mem-
dari indeks daya saing yang rendah menjadikan berikan kemudahan penyediaan lahan
pencitraan daerah yang tidak menarik bagi (e) Mengoptimalkan program rutin instansi
investor maupun opini publik. untuk update data, bimbingan teknis
Melakukan pengembangan sistem infor- (f) Meningkatkan daya dukung sarana dan
masi penamanan modal berbasis teknologi prasarana unt penanaman modal
informasi. Kebutuhan pengembangan sistem (g) Melakukan pengembangan sistem infor-
informasi yang terintegrasi dan informatif masi penamanan modal berbasis teknologi
menjadi hal dasar yang sudah menjadi kebu- informasi
tuhan bagi tiap pemda untuk memberikan Implementasi konsep pemberian insentif
layanan publik di era digital sekarang ini. dan kemudahan penanaman modal di daerah
Melalui teknologi informasi yang handal, memerlukan tindak lanjut yang dapat diurai-
pemda akan dengan mudah, cepat, dan kan sebagai rekomendasi sebagai berikut: (1)
informatif menyajikan informasi, komunikasi, Melakukan komunikasi efektif dengan legislatif
maupun proses pelayanan terkait dengan untuk mendorong hak inisiatif dewan (DPRD)
penanaman modal maupun pengembangan untuk menyusun perda pemberian insentif ter-

Strategi Pengembangan Investasi di Daerah (Ahmad Ma’ruf) 51


batas maupun kemudahan dalam penanaman Fauzan, 2006. Meningkatkan Minat Investor.
modal di DIY. (2) Kebijakan pemberian kemu- Resensi Diskusi “Strategi Inovasi Kebi-
dahan dalam penanaman modal yang dalam jakan dalam Meningkatkan Investasi di
jangka pendek langsung bisa dilaksanakan Daerah, pada 30 Nopember 2006, di Aula
adalah: Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatih-
(a) Mengoptimalkan instansi perijinan terpadu
an Aparatur LAN Bandung.
untuk pengelolaan kewenangan perijinan in-
vestasi melalui penyediaan data dan informasi, Howlett, Michael, & M. Ramesh. 1995. Studying
percepatan pemberian perijinan. Public Policy: Policy Cycles and Policy
(b) Mengoptimalkan program rutin instansi Subsystems. Toronto: Oxford University
untuk update data, bembingan teknis Press.
(c) Meningkatkan daya dukung sarana dan Arsyad, Lincoln. 1999. Pengantar Perencanaan
prasarana untuk penanaman modal termasuk dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogya-
melakukan pengembangan sistem informasi
karta: BPFE.
penamanan modal berbasis teknologi informasi
Lynn, Laurence, 1987. Managing Public Policy.
Boston: Little, Brown.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud Thoha (Penyunting). 2002. Globalisasi,
Krisis Ekonomi & Kebangkitan Ekonomi
Abdullah Piter, et.al. 2002. Daya Saing Daerah. Kerakyatan. Pustaka Quantum.
Yogyakarta: BPFE.
Porter, Michael E. 1994. Keunggulan Bersaing,
Cooper, Phillip J., et.al. (co-writers), 1998. Public Menciptakan dan Mempertahankan Ki-
Administration for the Twenty First nerja Unggul, Harvard Business Review.
Century, Orlando: Harcourt Brace College
Ripley, Randall B., & Grace A. Franklin. 1986.
Publishers.
Policy Implementation and Bureaucracy,
Dong-Sung Cho Dan Hwy-Chang Moon, 2003, Chicago: The Dorsey Press.
From Adam Smith to MichaelPorter,
Shafritz, Jay M., dan E.W. Russell. 1997.
Evolusi Teori Daya Saing.
Introducing Public Administration, New
Dye, Thomas R., 1972. Understanding Public York: Longman
Policy, New Jersey: Prentice Hall.

52 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, April 2012: 43-52

Anda mungkin juga menyukai