Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Peristiwa tanah longsor atau dikenal dengan gerakan massa tanah,
batuan atau kombinasinya, sering terjadi pada lereng alami atau lereng non
alami. Tanah longsor sebenarnya merupakan fenomena alam, yaitu alam
mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang
menyebabkan terjadinya pengurangan kuat geser serta peningkatan tegangan
geser tanah (Suryolelono, 2002 dalam Kuswaji, 2008).
Bencana alam tanah longsor sering melanda beberapa wilayah di tanah
air. Beberapa faktor alami yang menyebabkan seringnya terjadi bencana
tersebut antara lain banyak dijumpainya gunung api baik yang masih aktif
maupun yang non aktif terutama Pulau Sumatera bagian barat dan Pulau Jawa
bagian selatan. Kedua wilayah tersebut merupakan bagian dari cincin api
yang melingkari cekung Samudera Pasifik dari Benua Asia sampai Benua
Amerika. Selain itu, wilayah Indonesia merupakan pertemuan 3 lempeng
Australia, Eurasia dan Pasifik sehingga sering dilanda gempa bumi
tektonik.Guncangan gempa tersebut dapat mengakibatkan terjadinya tanah
longsor pada daerah perbukitan dengan lereng yang curam.
Tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan
yang menyebabkan bergeraknya masa tanah dan batuan dari tempat yang
lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Pergerakan tersebut terjadi karena
adanya faktor gaya yang terletak pada bidang tanah yang tidak rata atau
disebut dengan lereng. Selanjutnya, gaya yang menahan massa tanah di
sepanjang lereng tersebut dipengaruhi oleh kedudukan muka air tanah, sifat
fisik tanah, dan sudut dalam tahanan geser tanah yang bekerja di sepanjang
bidang luncuran (Sutikno, 1996).
Menurut Goenadi et al. (2003) dalam Alhasanah (2006), faktor
penyebab tanah longsor secara alamiah meliputi morfologi permukaan bumi,
penggunaan lahan, litologi, struktur geologi, dan kegempaan.Selain faktor

1
2

alamiah, juga disebabkan oleh faktor aktivitas manusia yang mempengaruhi


suatu bentang alam, seperti kegiatan pertanian, pembebanan lereng,
pemotongan lereng, dan penambangan.
Kabupaten Pati merupakan daerah yang mempunyai tingkat kerawanan
cukup tinggi terhadap kejadian bencana tanah longsor, walaupun selama ini
korban jiwa akibat bencana alam tersebut tidak begitu banyak.Dari 27
wilayah Kecamatan yang ada, 14 Kecamatan di antaranya adalah wilayah-
wilayah yang mempunyai tingkat kerawanan yang cukup tinggi terhadap
kejadian bencana tanah longsor.Kecamatan Gunungwungkal merupakan salah
satu Kecamatan di Kabupaten Pati yang mempunyai tingkat kerawanan yang
tinggi terhadap kejadian bencana tanah longsor.Wilayah ini dapat dipastikan
setiap tahunnya selalu terjadi bencana tanah longsor baik yang berskala besar
maupun kecil.
Karena alasan diatas, maka perlu dirancang alat pendeteksi banjir
yangdapat mendeteksi banjir dari jarak jauh secara real time sehingga tanda-
tanda akan terjadinya banjir dapat diketahui sedini mungkin agar dapat
mengurangi dan meminimalisir kerugian-kerugian yang terjadi serta dapat
menghindarkan masyarakat dari bahaya banjir yang dapat meregang nyawa.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat memberikan banyak manfaat
diantaranya adalah penyampaian informasi yang cepat sehingga setiap
informasi dapat dipantau secara real time atau pada saat itu juga, hal tersebut
dilakukan untuk mendapatkan suatu informasi yang akurat. Wireless adalah
salah satu teknik komunikasi untuk menyampaikan informasi dengan
menggunakan gelombang radio untuk menggantikan kabel yang
menghubungkan komputer dengan jaringan, sehingga komputer dapat
berkomunikasi dengan jaringan lebih efektif dan efisien serta dengan
kecepatan yang memadai. Kelebihan-kelebihan inilah yang sangat
mendukung pemanfaatan wireless sebagai media yang digunakan untuk
mengakses informasi secara real time.
Berdasarkan uraian singkat latar belakang di atas memberikan ide
kepada penulis untuk memilih judulKerja Praktik “Perancangan Sistem
3

Aplikasi Wireless Sensor Network Pendeteksi Rawan Bencana Tanah


Longsordi Kantor Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pati.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkanlatar belakang masalah diatas maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut, “Bagaimanakah Perancangan Sistem Aplikasi
Wireless Sensor Network Pendeteksi Rawan Bencana Tanah Longsordi
Kantor Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pati?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan Rancangan Sistem Aplikasi Wireless Sensor Network
terhadap Rawan Bencana Tanah Longsor.
2. Memberikan Model Pemetaan Daerah Rawan Bencana Tanah Longsor Di
Gunungwungkal.

1.4 ManfaatPenelitian
Adapun manfaatdalam penelitian ini antara lain:
a. Bagi Objek Penelitian
1) Memberikan informasi dini bencana tanah longsor.
b. BagiAkademik
Menjadi Model Pemetaan Untuk Dasar Dinas-Dinas Terkait.
Laporankerja praktek ini nantinya dapat dijadikan sebagai salah satu
hasil penelitian yang bermanfaat bagi segenap civitas akademika STMIK
AKI Pati dan dapat dijadikan referensi jika diperlukan.
c. BagiPenyusun
Laporan kerja praktik ini nantinya dapat digunakan sebagai salah satu
bahan evaluasi untuk mengetahui wawasan mahasiswa melalui
penerapan sistem Wirelles Sensor Networkdilapangan.
4

1.5 Metode/Metodologi Penelitian


1) Survei Awal
1. Mempersiapkan peta administrasi GunungWungkal.Tujuan dari peta
administrasi adalah untuk jumlah di GunungWungkal yang tersebar
di seluruh GunungWungkal. Setelah mengetahui jumlah di
GunungWungkal melaksanakan kegiatan survei pada ganbar 2
berikut:.

Diagram Alir Penelitian

Peta Administrasi

GunungWungkal

Survei Awal Jumlah di


GunungWungkal

Wawancara dengan
masyarakat

Menumpang Informasi

Gmbar 2: Diagram Alir Penelitian

2. bencana tanah longsor dapat mengakibatkan jatuhnya korban jiwa,


korban terluka, harta benda,keruskan lingkungan hidup, sarana
prasana, fasilitas umum serta mengganggu tata kehidupan
masyarakat.
5

2) Pengumpulan Data
1. Interview
Wawancara dilakukan dengan tokoh masyarakat setempat
2. Observasi lapangan
Observasi adalah sistem pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengamati dan mencatat sistemati gejala-gejala yang akan diteliti
pengamatan ini berfungsi menambah data yang belum diperoleh
melalui wawancara dari para informan. Dari pemangatan
diharapkan dapat adanya informasi semu yang muncul dari
penelitian.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu metode yang dilakukan dengan
mengumpulkan data-data melalui penelitian terutama tentang teori.
Atau data substantif yang berasal dari berbagai sumber
Dokumentasi juga biasa dengan pengumpulan foto-foto.
3). Metode Analisa Data Pieces
adalah metode analisis sebagai dasar untuk memperoleh pokok-pokok
permasalahan yang lebih spesifik. Dalam menganalisis sebuah sistem,
biasanya akan dilakukan terhadap beberapa aspek antara lain adalah
kinerja, informasi, keamanan aplikasi, efisiensi dan Analisis ini disebut
dengan PIECES Analysis (Performance, Information, Economy, Control,
Eficiency and Service).
Berikut ini kriteria yang wajib ada pada analisis pieces menurut James
Wetherbe (2012),
1. Performance
kerja selama periode waktu tertentu. Pada bagian ini
dideskripsikan situasi saat ini tentang jumlah kerja yang dibutuhkan
untuk melakukan serangkaian kerja tertentu dalam satuan orang jam,
orang hari, atau orang bulan. Misalnya : untuk memperioses berkas
yang masuk kepada oraganisasi dibutuhkan berapa orang jam?
6

Kemudian hal ini dianalisis apakah hasil kerja yang demikian ini
sudah bagus atau perlu ada peningkatan kerja.
Waktu respons – penundaan rata-rata antara transaksi atau
permintaan dengan respons ketransaksi atau permintaan tersebut.
Pada bagian ini dideskripsikan situai saat ini tentang waktu respons
yang terjadi ketika ada suatu transaksi yang masuk hingga transaksi
tersebut direspons untuk diproses. Penundaan ini bisa jadi karena
antrian dalam pemrosesan transaksi-transaksi sebelumnya.
2. Information (Anialisis Informasi)
Sistem baru
Dengan sistem baru mahasiswa dapat dengan cepat dan mudah
mengakses informasi. Dapat dilakukan dengan memanfaatkan
komputer, laptop, dan android, kapan saja asalkan masih di dalam
lingkup Amikom karena web berbasis local, selain itu juga
penyebaran informasinya lebih cepat.
Sistem lama
Terkadang informasi tentang kehilangan barang masih simpang siur.
Sehingga mahasiswa, dosen dan karyawan harus selalu datang untuk
mengecek ada atau tidak nya barang yang hilang tersebut di pos
satpam. Dan itu membutuhkan waktu lebih lama daripada sistem
yang sudah dibuat lebih otomatis.
3. Control
Pada bagian ini dideskripsikan situasi saat ini tentang kendali
terhadap aliran data dan informasi ketika keaamanan atau kendali
terlihat lemah sehingga data dan informasi rentan terhadap
pemanfaatan kepada pihak-pihak yang tidak berwewenang. Juga
ketika keamanan atau kendali terhadap aliran data dan informasi
terlalu ketat sehingga sistem jadi terbebani oleh prosedur keamanan
atau kendali tersebut dan juga mengganggu keamanan dan
kenyamanan para pengguna dan pengambil manfaat data dan
informasi yang dihasilkan oleh sistem tersebut.
7

4. Effisiency
Dimana data yang berlebihan diinputkan dan diproses juga informasi
yang dihasilkan secara berlebihan akan membuat sistem tidak akan
efisien dalam penggunaan sumber daya. Sumber daya dapat berupa
sumber daya prosesor, memory, ruang penyimpanan, listrik, personil,
dll.
5. Service
Pada bagian ini dideskripsikan situasi saat ini tentang layanan yang
disediakan oleh sistem yang berjalan saat ini. Sederatan kelemahan
layanan data sistem telah teridentifikasi dibawah ini, berikut ini
kelemahan layanan sistem yang teridentifikasi :
 Sistem menghasilkan yang tidak konsisten
 Sistem menghasilkan yang tidak dapat dipercaya
 Ssistem tidak mudah dipelajari
6. Metode Testing Dan Implentasi Sistem
Merupakan tahapan dalam melakukan pengujian pada sistem
informasi reporting yang dibangun. Pengujian dengan white box
testing fokus pada source code perangkat lunak yang dibuat.
Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi bugs atau
kesalahan yang mungkin didalam fungsi, struktur data, atau tampilan
antarmuka ketika program dijalankan oleh pengguna sistem.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan data uji untuk menguji
semua elemen program perangkat lunak seperti data internal,
pengulangan, logika keputusan dan jalur-jalur logika program pada
perangkat lunak yang di uji. Pengujian dilakukan menggunakan 2
teknik white box testing yaitu statement coverage testing dan branch
coverage testing.
8

1.6 Sistematika Penulisan


Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh masalah yang akan
dibahas, maka sistematika penulisan dibagi dalam lima bab sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisitentang kajian teori sebagai landasan atau dasar
penguatpermasalahan.
BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
Berisimengenaigambaranumum Kantor Badan penanggulangan
bencana daerah Pati, Sejarah berdirinya.
BAB IVPEMBAHASAN MASALAH
Bab ini menguraikan tentang deskripsi gambaranumum Kantor
Badan penanggulangan bencana daerah Pati.
BAB V PENUTUP
Penutup meliputi kesimpulan dari hasil pembahasan, dan saran
untuk Kantor BPBD Kabupaten Pati, agar dapat memperbaiki
sistem yang lama dengan sistem baru, sehingga pelaksanaanya bisa
lebih baik lagi kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai