Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

“SIFAT-SIFAT KOLOID’’

NAMA KELOMPOK :
1. AURA GISTA I.P (06)
2. BRILIAN M.W (08)
3. FEBRI ZALFA P. (15)
4. IQBAL S.M (20)
5. KALINGGA P.V (21)
6. KHAIRUNNISA Z. (22)

XI IPA 2/ SMAN 01 MEJAYAN


2018/2019
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
“SIFAT-SIFAT KOLOID’’
I. Judul
Laporan praktikum kimia “Sifat-sifat Koloid”

II. Tujuan
Mengamati beberapa sifat koloid

III. Dasar Teori


a. Pengertian koloid
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
larutan dan campuran kasar. Meskipun secara makrokopis koloid tampak
homogen, tetapi koloid digolongkan ke dalam campuran heterogen. Campuran
koloid pada umumnya bersifat stabl dan tidak dapat disaring. Ukuran partikel
koloid terletak antara 1 nm – 100 nm. Sistem koloid terdiri atas terdispersi dengan
ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase
terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut
medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan
medium dispersi bersifat kontinu. (Keenan, 1984)
Dalam campuran homogen dan stabil yang disebut larutan, molekul, atom,
ataupun ion disebarkan dalam suatu zat kedua. Dengan cara yang agak mirip,
materi koloid dapat dihamburkan atau disebarkan dalam suatu medium
sinambung, sehingga dihasilkan suatu disperse ( sebaran ) koloid atau sistem
koloid. Selai, mayones, tinta cina, susu dan kabut merupakan contoh yang
dikenal. Dalam sistem-sistem semacam itu, partikel koloid dirujuk sebagai zat
terdispersi( tersebar ) dan materi kontinu dalam mana partikel itu tersebar disebut
zat pendispersi atau medium pendispersi. (Arsyad, 2001)
Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam
medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan
medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Sol
adalah system koloid yang fase tedispersinya berupa zat padat dan medium
pendispersinya berupa zat cair atau zat padat. Bila medium pendispersinya berupa
zat padat disebut sol padat. Sedangkan emulsi adalah system koloid yang fase
terdispersinya berupa zat cair dan medium pendispersinya berupa zat cair atau zat
padat. Bila medium pendispersinya berupa zat padat dikenal dengan emulsi padat.
Beberapa emulsi (fase terdispersi cair dan medium pendispersi cair) membentuk
campuran yang kurang stabil. Misalnya minyak dengan air, setelah dikocok akan
diperoleh campuran yang segera memisah jika didiamkan. Emulsi yang semacam
itu memerlukan suatu zat pengemulsi (emulgator) untuk membentuk suatu
campuran yang stabil.

b. Sifat – Sifat Koloid


1. Efek Tyndall
Partikel debu, banyak diantaranya terlalu kecil untuk dilihat, akan
nampak sebagai titik-titik terang dalam suatu berkas cahaya. Bila partikel itu
memang berukuran koloid, partikel itu sendiri tidak nampak; yang terlihat
ialah cahaya yang dihamburkan oleh mereka. Hamburan cahaya itu disebut
efek tyndall. Ini disebabkan oleh fakta bahwa partikel kecil menghamburkan
cahaya dalam segala arah.
Efek tyndall dapat digunakan untuk membedakan dispersi koloid dan
suatu larutan biasa, karena atom, molekul, ataupun muaatan yang berbeda
dalam suatu larutan tidak menghamburkan cahaya secara jelas dalam contoh-
contoh yang tebalnya tak seberapa. Penghamburan cahaya tyndall dapat
menjelaskan betapa buramnya dispersi koloid. Misalnya, meskipun baik
minyak zaitun maupun air itu tembus cahaya, dispersi koloid dari kedua zat
ini nampak seperti susu.
2. Gerak Brown
Jika suatu mikroskop optis difokuska pada suatu dispersi koloid pada
arah yang tegak lurus pada berkas cahaya dan dengan latar belakang gelap,
akan nampak partikel-partikel koloid, bukan sebagai partikel dengan batas
yang jelas, melainkan sebagai bintik yang berkilauan. Dengan mengikuti
bintik-bintik cahaya yang dipantulkan ini, orang dapat melihat bahwa partikel
koloid yang terdispersi ini bergerak terus-menerus secara acak menurut jalan
yang berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium
pendispersi ini disebut gerakan brown, menurut nama seorang ahli botani
Inggris, Robert Brown, yang mempelajarinya dalam tahun 1827.
3. Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada
permukaan zat lain, seperti ion H+ dan OH- dari medium pendispersi. Untuk
berlangsungnya adsorpsi, minimum harus ada dua macam zat, yaitu zat yang
tertarik disebut adsorbat, dan zat yang menarik disebut adsorban. Apabila
terjadi penyerapan ion ada permukaan partikel koloid maka partikel koloid
dapat bermuatan listrik yang muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang
mengelilinginya.Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau
muatan listrik pada permukaannya.Oleh karena itu partikel koloid bermuatan
listrik.Penyerapan pada permukaan ini disebut dengan adsorpsi. Contohnya
sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan positif
dan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif.
Pemanfaatan sifat adsorpsi koloid dalam kehidupan antara lain dalam proses
pemutihan gula tebu, dalam pembuatan norit (tablet yang terbuat dari karbon
aktif) dan dalam proses penjernihan air dengan penambahan tawas.
4. Koagulasi
Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid.Koloid
distabilkan oleh muatannya. Jika muatan koloid dilucuti atau dihilangkan,
maka kestabilannya akan berkurang sehingga dapat menyebabkan koagulasi
atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel
elektroforesis atau jika elektrolit ditambahakan ke dalam system koloid.
Apabila arus listrik dialirkan cukup lama kedalam sel elektroforesis, maka
partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai electrode. Koagulasi
koloid karena penambahan elektrolit terjadi karena koloid bermuatan positif
menarik ion negative dan koloid bermuatan negative menarik ion positif. Ion-
ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Jika selubung itu terlalu
dekat, maka selubung itu akan menetralkan koloid sehingga terjadi koagulasi.
System koloid dapat dibuat dengan menggabungkan ukuran partikel-
partikel larutan sejati menjadi berukuran partikel koloid atau dinamakan
kondensasi. Selain itu juga dapat dibuat dengan cara menghaluskan ukuran
partikel suspense kasar menjadi berukuran partikel koloid, cara ini dinamakan
dispersi.
1. Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi, partikel-partikel fase terdispersi dalam
larutan sejati yang berupa molekul atom atau ion diubah menjadi partikel-
partikel berukuran koloid. Pembuatan koloid dengan cara kondensasi
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kimia dan cara fisika.Cara ini
juga dapat dilakukan melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi redoks,
hidrolisis, dan dekomposisi rangkap atau dengan pergantian pelarut.
2. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara
dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan
bunga listrik (cara busur bredig).
a. Cara Mekanik
Menurut cara ini butir – butir kasar digerus dengan lumping atau
penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu,
kemudian diaduk dengan medium dispersi.Contoh: sol belerang dapat
dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu
zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu
dengan air.
b. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau
dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptasi (pemecah).Zat
pemeptasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir
koloid.Contoh: agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton,
karet oleh bensin, dan lain-lain.
c. Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol – sol logam.
5. Koloid Pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi
lateks. Dilain pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid
dapat distabilkan dengan mmenambahkan koloid lain yang disebut koloid
pelindung. Koloid pelindung akan membungkus partikel zat terdispersi
sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
6. Dialisis
Pemisahan muatan dari koloid dengan difusi lewat pori-pori suatu selaput
semipermeabel disebut dialisis. Pori-pori itu biasanya berdiameterkurang dari
10 Å dan membiarkan lewatnya molekul air dan muatan-muatan kecil.
Selaput hewani alamiah, kertas perkamen, selofan dan beberapa plastic
sintetik merupakan bahan selaput yang sesuai. Partikel-partikel yang
melewati membran agaknya berlaku demikian tidak sekedar berdasarkan
difusi acak. Mereka teradsorpsi pada permukaan membran dan bergerak dari
letak ( site ) adsorben yang satu ke yang lain pada waktu mereka bergerak
melewati pori-pori itu. ( Oxtoby, 2001)
IV. AlatdanBahan
1. Gelas aqua
2. Lampu senter
3. Kotak karton 30 cm x 30 cm x 30 cm
4. Botol kaca bening
5. Pengaduk plastic
6. Susucair
7. Sirop (juruh)
8. Larutan garam
9. Campuran air dan kopi
10. Air
11. Bensin
12. Cairan pencuci piring
13. Air perasan jeruk
14. Obat mag cair
15. Santan
16. Saringan
17. Baskom kecil
18. Agar agar
19. Lem kanji
20. Minyak goring
21. Oky jelly

V. Cara kerja/Prosedur
1. EfekTyndal
a. Buatlah lubang pada kotak karton
b. Isilah gelas aqua dengan larutan garam
c. Tempatkan gelas aqua yang berisi larutan garam ke dalam kotak karton. Pastikan
gelas aqua berada di titik pertemuan jika ditarik garis lurus dari lubang senter
dan lubang pengamatan.
d. Arahkan senter kelarutan garam tersebut melalui lubang karton yang nyalakan.
Amati peristiwa yang terjadi pada larutan dalam gelas aqua melalui lubang
pengamatan.
e. Ulangi langkah b,c, dan d dengan mengganti larutan dengan susucair,sirop,
campuran air dan kopi, obat mag cair, santan, agar-agar, lem kanji, danoky jelly
drink.
2. KoloidPelindung
a. Masukkan air ke dalam botol kaca hingga seperempat tinggi botol.
b. Tambahkan 50 Ml bensin, lalu tutup botol dengan rapat. Selanjutnya ,kocok
botol dengan kuat dan diamkan kurang lebih 5 menit. Kemudian ,amati yang
terjadi.
c. Tambahkan cairan pencuci piring ke dalam botol secukupnya, lalu tutup botol
dengan rapat.
d. Tambahkan minyak goring ke dalam botol secukupnya, lalu tutup botol dengan
rapat.
e. Kocok botol dengan kuat dan amati perubahan yang terjadi.
3. Koagulasi
a. Tuangkan 100 ml susu cair ke dalam mangkuk plastik.
b. Tambahkan 15 ml air perasan jeruk ke dalam mangkuk berisi susu lalu aduk
hingga rata. Amati perubahan yang terjadi.
c. Tuangkan 100 ml santan cair ke dalam mangkuk plastik.
d. Tambahkan 15 ml air perasan jeruk ke dalam mangkuk berisi susu lalu aduk
hingga rata. Amati perubahan yang terjadi.

VI. HasilPengamatan
1.Efek Tyndall
No. I s i G e l a s A q u a H a s i l p e n g a m a t a n
1 . l a r u t a n g a r a m M e n e r u s k a n c a h a y a
2 . S u s u c a i r Menghamburkancahaya
3 . S i r o p M e n e r u s k a n c a h a y a
4 . Campuran air kopi hitam M e n g h a m b u r k a n c a h a y a
5 . Campuran air kopi putih Menghamburkancahaya
6 . O b a t m a a g Menghamburkancahaya
7 . S a n t a n Menghamburkancahaya
8 . A g a r - a g a r M e n e r u s k a n c a h a y a
9 . L e m k a n j i M e n e r u s k a n c a h a y a
10. O k y j e l l y d r i n k M e n e r u s k a n c a h a y a

2. Koloidpelindung
No. I s i b o t o l H a s i l p e n g a m a t a n
1. Air + bensin + sunlight Tidakdapatmenyatu. Bensinnyaberada di tengah , busa di atas , larutan sunlight+ air dibawah,
2. Air + minyakgoreng + sunlight Tidakdapatmenyatu, sunlight + air dibawah, minyak goring tengah, busadiatas. Air dibawah
3.Koagulasi
No I s i m a n g k u k H a s i l p e n g a m a t a n
1. Susucair + perasanjeruk S us un yam enggum pa l
2. Santan + perasanjeruk Tidakmenyatu, perasanjerukdibawahdansantanberada di atas.

VII. Analisa data


Dari percobaan pertama dapat diketahui bahwa pada larutan garam,sirup, lem
kanji, agar agar, okky jelly berkas sinar yang berasal dari seneter tidak terlihat dan sinar
tersebut hanya berjalan lurus menembus larutan tanpa penghamburan saat melewati zat
tersebut yang merupakan larutan sejati/ meneruskan cahaya
Sedangkan pada campuran susu,santan,dan lain-lain yang menghamburkan
cahaya karena berkas sinar dari sorot lampu itu bisa dilihat dengan mata dan
menimbulkan berkas cahay,sehingga sorot lampu menghasilkan berkas cahaya dan sangat
mudah dipahami.
Pada percobaan kedua campuran dari air,bensin,sunlight maupun campuran
air,minyak goring,dan sunlight tidak dapat menyatu satu sama lain karena dalam teori
koloid pelindung bekerja dengan cara membentuk lapisan disekeliling partikel koloid
lain. Lapisan ini berfungsi sebagai pelindung muatan koloid tersebut sehingga partikel
koloid tidak enggumpal atau terpisah dari mediumnnya
Pada percobaan ketiga susu dicampur dengan perasaan jeruk yang menghasilkan
rasa asam pada susu yang dapat merusak protein susu. Pengaruh penambahan asam
menyebabkan protei susu terhidrolisis dan terdenaturasi sehingga membentuk gumpalan
dan terjadinya sifat koagulasi ( penggumpalan ).

VIII. Kesimpulan
Dari semua percobaan yang telah dicoba dapat diketahui bahwa percobaan
pertama adalah koloid sedangkan pada percobaan kedua dan ketiga bukam koloid. Koloid
adalah suatu bentuk campurann dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun
memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup nesar. Adapun koloid mempunyai
banyak sifat diantaranyya efek Tyndall, gerak brown, adsorpsi, elektroforesis, koagulasi,
koloid pelindung dan dialysis. Hasil dari percobaan yang telah diuji ada beberapa yang
mengalami perubahaan sifat koloid dan dari sampel percobaan susu merupakan koloid
sedangkan garam grasak bukan koloid

IX. Daftar Pustaka


Tim.Lab Kimia DasarII. 2016. ModulPraktikum Kimia DasarII. Bandung :UIN SGD
Syukri.S. 1999.Kimia dasar 2. Bandung. ITB.
Keenan.C.W. 1984. Kimia UntukUniversitas. Jakarta. Erlangga.
www.academia.edu (akses 28 Februari 2016)
https://sifat-sifat-kimia-koloid.html?m=1 (akses 03 Maret 2016)

X. Lampiran
I. Nama kelompok
1. AURA GISTA I.P (06)
2. BRILIAN M.W (08)
3. FEBRI ZALFA P. (15)
4. IQBAL S.M (20)
5. KALINGGA P.V (21)
6. KHAIRUNNISA Z. (22)
II. Fotokegiata

Anda mungkin juga menyukai