Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-
Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga paper ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga paper ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga paper ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari
itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

Kata pengantar................................................................................................................................i

Daftar isi........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang..............................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Hukum Lingkungan.........................................................................................3


2.2 Lingkungan Hidup........................................................................................................4
2.3 Sejarah Perkembangan Hukum Lingkungan di Indonesia............................................6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................14

Daftar pustaka................................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1. Hukum lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu bidang ilmu hukum
yang paling strategis karena hukum lingkungan mempunyai banyak segi yaitu segi hukum
administrasi, segi hukum pidana, dan segi hukum perdata. Dengan demikian, tentu saja
hukum lingkungan memiliki aspek yang lebih kompleks. Sehingga untuk mendalami
hukum lingkungan itu sangat mustahil apabila dilakukan seorang diri, karena kaitannya
yang sangat erat dengan segi hukum yang lain yang mencakup pula hukum lingkungan di
dalamnya.
2. Dalam pengertian sederhana, hukum lingkungan diartikan sebagai hukum yang mengatur
tatanan lingkungan (lingkungan hidup), di mana lingkungan mencakup semua benda dan
kondisi, termasuk di dalamnyamanusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam
ruang di mana manusia berada dan memengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan
manusia serta jasad-jasad hidup lainnya. Dalam pengertian secara modern, hukum
lingkungan lebih berorientasi pada lingkungan atau Environment-Oriented Law, sedang
hukum lingkungan yang secara klasik lebih menekankan pada orientasi penggunaan
lingkungan atau Use-Oriented Law.
3. Hukum Lingkungan Klasik menetapkan ketentuan dan norma-norma dengan tujuan
terutama sekali untuk menjamin penggunaan dan eksploitasi sumber-sumber daya
lingkungan dengan berbagai akal dan kepandaian manusia guna mencapai hasil
semaksimal mungkin, dan dalam jangka waktu yang sesingkat-singkatnya. Hukum
Lingkungan Klasik bersifat sektoral, serta kaku dan sukar berubah.
4. Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan, bahwa sistem pendekatan terpadu atau utuh
harus diterapkan oleh hukum untuk mampu mengatur lingkungan hidup manusia secara
tepat dan baik, sistem pendekatan ini telah melandasi perkembangan Hukum lingkungan
di Indonesia. Drupsteen mengemukakan, bahwa Hukum Lingkungan (Millieu recht) adalah
hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam (Naturalijk milleu) dalam arti seluas-
luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan ditentukan oleh ruang lingkup
pengelolaan lingkungan. Mengingat pengelolaan lingkungan dilakukan terutama oleh
Pemerintah, maka Hukum Lingkungan sebagian besar terdiri atas Hukum Pemerintahan
(bestuursrecht).
5. Dalam hukum lingkungan modern, ditetapkan ketentuan dan norma-norma guna mengatur
tindak perbuatan manusia dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan dan
kemerosotan mutunya demi untuk menjamin kelestariannya agar dapat secara langsung
terus-menerus digunakan oleh generasi sekarang maupun generasi-generasi mendatang.
Hukum Lingkungan modern berorientasi pada lingkungan, sehingga sifat dan waktunya
juga mengikuti sifat dan watak dari lingkungan itu sendiri dan dengan demikian lebih
banyak berguru kepada ekologi. Dengan orientasi kepada lingkungan ini, maka Hukum
Lingkungan Modern memiliki sifat utuh menyeluruh atau komprehensif integral, selalu
berada dalam dinamika dengan sifat dan wataknya yang luwes.
6. Hukum Lingkungan merupakan instrumentarium yuridis bagi pengelolaan lingkungan
hidup, dengan demikian hukum lingkungan pada hakekatnya merupakan suatu bidang
hukum yang terutama sekali dikuasai oleh kaidah-kaidah hukum tata usaha negara atau
hukum pemerintahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Sejarah Hukum Lingkungan
2. Lingkungan Hidup
3. Sejarah Perkembangan Hukum Lingkungan di Indonesia

1.3 Tujuan
Dapat mengetahui lebih dalam hukum lingkungan yang ada di indonesia, agar lebuh
mencerdaskan mahasiswa dan si pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Hukum Lingkungan


Hukum Lingkungan adalah merupakan satu bidang ilmu yang relatif baru
berkembang,di Universitas Narotama Mata Kuliah Hukum Lingkungan ini baru diberikan
pada Tahun l995 / l996.

Hukum Lingkungan merupakan bidang Study yang terus berkembang,yang


mengkuti perkembangan masyarakat dan obyek yang dipelajaripun mengalami perubahan
dari waktu ke waktu, baik dalam scope Nasional,Regional maupun Global, dan semua itu
menuntut pembaharuan di dalam berbagai peraturannya yang tentunya semakin rumit.
Disamping itu materi Hukum Lingkungan merupakan disiplin ilmu yang
menarik,meskipun baru, dan sangat penting sekali, mengingat perananya dalam
mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan yang
semakin parah.

Hukum Lingkungan adalah merupakan disiplin ilmu hukum yang mempunyai


ruang lingkup yang sangat komplek,artinya pengkajian hukum Lingkungan pendekatannya
tidak cukup dilakukan melalui satu aspek hukum saja,melainkan dengan multi
diplinner.Hukum Lingkungan dapat dimasukkan kedalam berbagai aspek hukum yang
ada,sehingga Hukum Lingkungan tidak dapat dimasukkan kedalam salah satu bidang
hukum berdasarkan pada pembagian hukum klasik yang ada.

Sebagai Hukum yang multidisipliner, maka ada 3 aspek di dalam Hukum Lingkungan,
yaitu : Aspek Perdata, Aspek Pidana dan aspek Administrasi.

Pembahasan Hukum Lingkungan dimulai dengan sejarah perkembangannya yang


dimulai dari Revolusi Industri 1899 dengan berbagai peraturan yang ada setelah lahirnya
revolusi tersebut,yang dalam sejarahnya mempunyai andil yang sangat besar bagi
perkembangan Hukum Lingkungan itu sendiri, yang kemudian dilanjutkan dengan sejarah
perkembangan Hukum Lingkungan Regional yang berkembang cukup berarti, kemudian
dilanjutkan dengan tonggak yang bersejarah di abad XX,yaitu dengan tercetusnya gagasan
cemerlang dari masyarakat Internasional yang diprakasai oleh United Nations atas usul dari
wakil swedia,yang duduk di dewan ECOSOC,yang kemudian diselenggarakan conferensi
tentang Lingkungan Hidup yang kemudian dikenal dengan United nations Conference on
The Human Environment 1972,yang kemudian dikenal DEKLARASI STOCKHOLM
1972.

Dalam hubungaannya dengan sejarah perkembangan hukum lingkungan maka


secara khusus juga dibahas mengenai sejarah perkembangan Hukum Lingkungan Nasional
yang dimulai dari ikut sertanya Indonsia di dalam Konferensi yang diselenggarakan oleh
PBB,kemudian meraitifikasikannya kedalam peraturan perundang-undangan yang ada di
negara tercinta,selain itu kita juga melihat peraturan yang ada sebelumnya, yaitu peraturan
yang ada pada Zaman Hindia Belanda dan peraturan perundang-undangan yang ada pada
masa pendudukan Jepang.

Hukum Lingkungan merupakan bidang ilmu yang masih muda, yang


perkembangannya baru terjadi pada dua dasawarsaa akhir-akhir ini.Apabila dikaitkan
dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur berbagai aspek lingkungan,maka
panjang atau pendeknya sejarah tentang peraturan tersebut tergantung dari apa yang
dipandang sebagai environmental concern.

Didalamnya juga akan dibhas juga adanya kaitan erat atau adanya hubungan yang
erat antara Hukum Lingkungan dengan Hukum Adminsitrasi Negara, terutama di dalam
masalah Perizinan .Perizinan ini adalah merupakan bagian yang sangat penting.

2.2 Lingkungan Hidup


Ada 2 macam Lingkungan Hidup, yaitu Lingkungan Hidup Biosfer dan
Lingkungan Hidup Buatan.Lingkungan Biosfer adalah Lingkungan yang diciptakan oleh
Tuhan Yang Maha Esa, yang terdiri dari Lingkungan Manusia, Hewan dan
Tumbuhan.Sedangkan Lingkungan Manusia itu terdiri dari Lingkungan Fisik,Lingkungan
Biologis dan Lingkungan Sosial.Sedangkan Lingkungan Hidup Buatan adalah Suatu
keadaan / Lingkungan yang dibuat berdasarkan hobby atau kesenangan atau profesi .
Adapun yang dimaksud dengan Lingkungan Hidup Fisik adalah Segala sesuatu disekitar
kita yang berbentuk benda mati., sedangkan Lingkungan Hidup Biologis adalah segala
Sesuatu yang berada disekitar manusia, yang berupa organisme hidup lainnya,selain dari
manusia itu sendiri, sedang yang dimaksud dengan Lingkungan Hidup Sosial adalah
manusia –manusia lain yang berada disekitar kita .

 PENYEBAB LINGKUNGAN HIDUP

1..Population - Kependudukan

2. Poverty - Kemiskinan

3. Pollotion - Kerusakan

4. Policy / Politic - Kebijakan

 DEFINISI LINGKUNGAN HIDUP

Prof.Emil Salim :

Sebagai suatu benda,kondisi,keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang
kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia .

Prof.Munajat Danusaputro,SH :

Segala benda dan daya serta kondisi,termasuk di dalamnya manusia dan tingkah
perbuatannya,yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi
kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan Jasad-jasad hidup lainnya .

Prof.Otto Soemarwoto

Jumlah semua benda,kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang
mempengaruhi kehidupan kita .

Rumusan UU No.4 Tahun l982 { Pasal 1( 1 )

Kesatuan dengan Semua benda,daya keadaan dan Mahluk hidup termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungaan peri kehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya .
Rumusan UU No.23 Tahun l997 { Pasal l ( l )

Kesatuan ruang dengan semua benda,daya keadaan dan Mahluk hidup ,termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruh kelangsungaan perikehidupaan
dan kesejahteraan manusia serta Mahluk hidup lainnya .

2.3 Sejarah Perkembangan Hukum Lingkungan di Indonesia


Peraturan-peraturan yang orientasinya menyangkut lingkungan, baik disadari atau
tidak sebenarnya telah hadir di masa abad sebelum Masehi, misalnya di dalam Code of
Hammurabi yang ada di dalamnya terdapat salah satu klausul yang menyebutkan bahwa
“sanksi pidana dikenakan kepada seseorang apabila ia membangun rumah dengan
gegabahnya sehingga runtuh dan menyebabkan lingkungan sekitar terganggu”. Demikian
pula di abad ke 1 pada masa kejayaan Romawi telah dikemukakan adanya aturan tentang
jembatan air (aqueducts) yang merupakan bukti adanya ketentuan teknik sanitasi dan
perlindungan terhadap lingkungan.
Di Indonesia sendiri, organisasi yang berhubungan dengan lingkungan hidup sudah dikenal
lebih dari sepuluh abad yang lalu. Dari prasasti Juruna tahun 876 Masehi diketahui ada
jabatan ”Tuhalas” yakni pejabat yang mengawasi hutan atau alas, yang kira-kira identik
dengan jabatan petugas Perlindungan Hutan Pelestarian Alam (PHPA). Kemudian prasasti
Haliwangbang pada tahun 877 Masehi menyebutkan adanya jabatan ”Tuhaburu” yakni
pejabat yang mengawasi masalah perburuan hewan di hutan. Contoh lain adalah
pengendalian pencemaran yang ditimbulkan oleh pertukangan logam; kegiatan membuat
logam, yang sudah tentu menimbulkan pencemaran dikenai pajak oleh petugas yang
disebut ”Tuhagusali”.
Pertumbuhan kesadaran hukum lingkungan klasik menghebat, bermula pada abad ke-18 di
Inggris dengan kemunculan kerajaan mesin, dimana pekerjaan tangan dicaplok oleh
mekanisasi yang ditandai dengan penemuan mesin uap oleh James Watt. Dengan demikian
terbukalah jaman tersebarnya perusahaan-perusahaan besar dan meluapnya industrialisasi
yang dinamakan ”revolusi industri”. Dengan kepentingan untuk menopang laju
pertumbuhan industri di negara-negara dunia pertama atau negara-negara yang telah maju
indstrinya, sementara persediaan sumber daya alam di negara-negara dunia pertama
semakin terbatas maka diadakanlah penaklukan danpengerukan sumberdaya alam di
negara-negara dunia ketiga (Asia-Afrika).
Pada masa itu negara-negara yang telah mengalami proses industrialisasi telah banyak
diadakan peraturan yang ditujukan kepada antisipasi terhadap dikeluarkannya asap yang
berlebihan baik dalam perundang-undangan maupun berdasarkan keputusan-keputusan
hakim. Selain itu dengan adanya penemuan-penemuan baru dalam bidang medis, telah
dikeluarkan pula peraturan-peraturan tentang bagaimana memperkuat pengawasan
terhadap epidemi untuk mencegah menjalarnya penyakit di kota-kota yang mulai
berkembang dengan pesat. Namun demikian, sebagian besar dari hukum lingkungan
klasik, baik berdasarkan perundang-undangan maupun berdasarkan keputusan-keputusan
hakim yang berkembang sebelum abad ke-20, tidaklah ditujukan untuk melindungi
lingkungan hidup secara menyeluruh, akan tetapi hanyalah untuk berbagai aspek yang
menjangkau ruang lingkup yang sempit.

1. Zaman Hindia Belanda.


Dalam sejarah peraturan perundang-undangan lingkungan terdapat peraturan-peraturan
sejak zaman Hindia belanda, sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dr. Koesnadi
Hardjasoemantri, SH. ML. “Apabila diperhatikan peraturan perundang-undangan pada
waktu zaman Hindia Belanda sebagaimana tercantum dalam Himpunan peraturan-
Peraturan perundangan di Bidang Lingkungan Hidup yang disusun oleh Panitia Perumus
dan rencana kerja bagi pemerintah di bidang Pengembangan Lingkungan hidup diterbitkan
pada tanggal 15 Juni 1978, maka dapatlah dikemukakan, bahwa pertama kali diatur adalah
mengenai Perikanan, mutiara, dan perikanan bunga karang, yaitu Parelvisscherij,
Sponserviss cherijordonantie (Stb. 1916 No. 157) dikeluarkan di Bogor oleh Gubernur
Jenderal Indenburg pada tanggal 29 Januari 1916, dimana ordonansi tersebut memuat
peraturan umum dalam rangka melakukan perikanan siput mutiara, kulit mutiara, teripang
dan bunga karang dalam jarak tidak lebih dari tiga mil-laut Inggris dari pantai-pantai
Hindia Belanda (Indonesia).
Yang dimaksud dengan melakukan perikanan terhadap hasil laut ialah tiap usaha
dengan alat apapun juga untuk mengambil hasil laut dari laut tersebut
Ordonansi yang sangat penting bagi lingkungan hidup adalah Hinder-ordonnantie (Stbl.
1926 No. 226, yang diubah/ditambah, terakhir dengan Stbl. 1940 No. 450), yaitu Ordonansi
Gangguan. Dalam hubungan dengan terjemahan Hinder Ordonantie menjadi undang-
undang Gangguan yang sering terdapat dalam berbagai dokumen dan peraturan perlu
dikemukakan bahwa ordonantie tidak dapat diterjemahkan menjadi Undang-undang,
karena ordonantie merupakan produk perundang-undangan zaman penjajahan Hindia
Belanda, sedangkan Undang-undang merupakan produk negara yang merdeka. Meskipun
sebuah ordonantie hanya dapat dicabut dengan sebuah undang-undang, ini tidaklah berarti
ordonantie dapat diterjemahkan dengan undang-undang. Istilah yang tepat adalah
mentransformasikan ordonantie ke dalam bahasa Indonesia menjadi ordonansi.
Di dalam Pasal 1 Ordonansi Gangguan ditetapkan larangan mendirikan tanpa izin
tempat-tempat usaha yang perincian jenisnya dicantumkan dalam ayat (1) pasal tersebut,
meliputi 20 jenis perusahaan. Di dalam ordonansi ini ditetapkan pula berbagai
pengecualian atas larangan ini. Di bidang perusahaan telah dikeluarkan
Bedrijfsreglemenigsordonnantie 1934 (Stbl. 1938 No. 86 jo. Stbl. 1948 No. 224).
Ordonansi yang penting di bidang perlindungan satwa adalah
Dierenbeschermingsordonnantie (Stbl. 1931 No. 134), yang mulai berlaku pada tanggal 1
Juli 1931 untuk seluruh wilayah Hindia Belanda (Indonesia).
Berdekatan dengan ordonansi ini adalah peraturan tentang uruan, yaitu
Jachtordonnantie 1931 (Stb1.1931 No.133) dan Jachtordonnantie Java en Madoera 1940
(Stb1.1940 No.733) yang berlaku untuk Jawa dan Madura sejak tanggal 1 Juli 1940.
Ordonansi yang mengatur perlindungan alam adalah Natuurhermings Ordonnantie 1941
(Stbl. 1941 No. 167). Ordonansi ini mencabut ordonansi yang mengatur cagar-cagar alam
dan suaka-suaka margasatwa, yaitu Natuurmonumenten en reservatenordonnantie 1932
(Stbl. 1932 No. 17) dan menggantikanya dengan Natuurbeschermingsordonnantie 1941
tersebut. Ordonansi tersebut dikeluarkan untuk melindungi kekayaan alam di Hindia
Belanda (Indonesia). Peraturan-peraturan yang tercantum di dalamnya berlaku terhadap
suaka-suaka alam atau Natuur monumenten, dengan pembedaan atas suaka-suaka
margasatwa dan cagar-cagar alam. Keempat ordonansi di bidang perlindungan alam dan
satwa tersebut di atas telah dicabut berlakunya dengan diundangkannya UU No. 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pada tanggal 10
Agustus 1990.
Dalam hubungan dengan pembentukan kota telah dikeluarkan Stads Vormings
Ordonnantie (Stbl. 1948 No. 168), disingkat SVO, yang mulai berlaku pada tanggal 23 Juli
1948. Yang menarik di sini adalah bahwa Stadsvormings Ordonnantie diterbitkan pada
tahun 1948, padahal Republik Indonesia diproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal
17 Agustus 1945. Penjelasannya adalah bahwa SVO tersebut ditetapkan di wilayah yang
secara de facto diduduki Belanda.
Berbagai ordonansi tersebut di atas telah dijabarkan lebih lanjut dalam verordeningen,
seperti misalnya: Dierenbeschermingsverordening (Stbl. 1931 No. 266); berbagai
Bedrijfsreglementeringsverordeningen yang meliputi bidang-bidang tertentu seperti pabrik
sigaret, pengecoran logam, pabrik es, pengolahan kembali karet, pengasapan karet,
perusahaan tekstil; Jachtveiordening Java en Madura 1940 (Stbl. 1940 No. 247 jo. Stbl.
1941 No. 51); dan Stadsvormingsverordening, disingkat SW (Stbl. 1949 No. 40). Begitu
pula terdapat peraturan tentang air, yaitu Algemeen Waterreglement (Stbl. 1936 No. 489
jo. Stbl. 1949 No. 98).

2. Zaman Jepang.
Pada waktu zaman pendudukan Jepang, hampir tidak ada peraturan perundang-
undangan di bidang lingkungan hidup yang dikeluarkan, kecuali Osamu S Kanrei No. 6,
yaitu mengenai larangan menebang pohon aghata, alba dan balsem tanpa izin Gunseikan.
Peraturan perundang-undangan di waktu itu terutama ditujukan untuk memperkuat
kedudukan penguasa Jepang di Hindia Belanda, dimana larangan diadakan untuk menjaga
bahan pokok untuk membuat pesawat peluncur (gliders) yang berbahan pokok kayu aghata,
alba, balsem dimana dalam rangka menjaga logistik tentara, karena kayu pohon tersebut
ringan, tetapi sangat kuat.

3. Periode Setelah Kemerdekaan


Pada periode ini secara bertahap muncul beberapa peraturan-peraturan antara lain : a)
UU No. 4 prp Tahun 1960 tentang perairan Indonesia; b) UU No. 5 Tahun 1967 tentang
Kehutanan; c) UU No. 11 Tahun 1967 tentang Pokok Pertambangan. d) UU No. 1 Tahun
1973 tentang landas Kontinen Indonesia; e) UU No. 11 Tahun 1974 tentang pengairan; f)
UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup; g) UU No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia; h) UU No. 9
Tahun 1985 tentang Perikanan; i) UU No. 17 Tahun 1985 tentang I Pengesahan Konvensi
Hukum Laut 1982; j) UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan
Ekosistemnya; k) UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang; l) PP No. 17 Tahun
1974 tentang Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi
di Daerah Lepas Pantai (LN No. 20 Tahun 1974 TLN No. 3031); m) PP No. 15 Tahun 1984
tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia; n)
PP No. 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Instansi Vertikal di Daerah; o) Keputusn menteri
pertanian No. 67 tahun 1976 tentang Empat Daerah Operasi Bagi Kapal-kapal Perikanan;
p) Keputusan presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; setelah
dilakukan penggantian terhadap UU No. 4 Tahun 1982 dengan UU No. 23 Tahun 1997
tentang Undang-Undang Pokok Lingkungan Hidup, juga mulai memperhatikan bagaimana
untuk menjaga agar lingkungan tidak tercemar, yaitu mengeluarkan Undang-Undang yang
menjaga agar bagaimana lingkungan secara dini akan terjaga dari pencemaran atas adanya
proses pembangunan yaitu AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan dan Peraturan pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
B3, Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Peraturan Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah. q) Keputusan presiden No. 55 tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Dalam rangka membentuk aparatur dalam bidang lingkungan hidup, maka berdasarkan
Keppres No 28 Tahun 1978 yang kemudian disempurnakan dengan Keppres No 35 Tahun
1978, terbentuklah Kementrian Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup
(PPLH) dan sebagai Mentri Negara PPLH telah diangkat Emil Salim. Kemajuan lebih
lanjut dari kinerja Kementrian Negara PPLH ditandai dengan diterbitkannya peraturan
perundangan bidang lingkungan hidup yang pertama di Indonesia, yaitu UU No. 4 Tahun
1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Selanjutnya peraturan perundang-undangan No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah B3, Peraturan pemerintah No. 19 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
dan/atau Perusakan Laut, Peraturan pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor : Kep-13/MENLH/3/94 tentang pedoman susunan keanggotaan dan tata
kerja komisi amdal, Keputusan menteri negara lingkungan hidup republik indonesia
Nomor : KEP 14/MENLH/3/1994 tanggal 19 Maret 1994 tentang pedoman umum
penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan, Keputusan kepala badan pengendalian
dampak lingkungan republik indonesia nomor : Kep-056 Tahun 1994 tentang pedoman
mengenai ukuran dampak penting, Keputusan menteri negara lingkungan hidup republik
indonesia nomor : KEP-15/MENLH/3/1994 tanggal 19 Maret 1994 tentang pembentukan
komisi analisis mengenai dampak lingkungan terpadu, Keputusan presiden republik
indonesia nomor : 77 tahun 1994 tentang badan pengendalian dampak lingkungan, Surat
keputusan menteri perindustrian nomor : 250/M/SK/10/1994 tentang pedoman teknis
penyusunan pengendalian dampak terhadap lingkungan hidup pada sektor industri.,
Keputusan bersama menteri kesehatan republik indonesia dan menteri negara
kependudukan dan lingkungan hidup republik indonesia/kepala badan pengendalian
dampak lingkunga nomor : 181/MENKES/SKB.II/1993, KEP.09/BAPEDAL/02/1993
Tanggal 26 Februari 1993 tentang Pelaksanaan Pemantauan Dampak Lingkungan,
Keputusan menteri dalam negeri nomor : 29 tahun 1992 tentang pedoman tata cara
pelaksanaan analisis mengenai dampak lingkungan bagi proyek-proyek PMA dan PMDN
di Daerah., Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 523 K/201/MPE/1992
tentang Pedoman Teknis Penyusunan Penyajian Informasi Lingkungan, Rencana
Pengelolaan Lingkungan, dan Rencana Pemantauan Lingkungan Untuk Usaha
Pertambangan Bahan Galian Golongan C, Keputusan Menteri Negara Lingkungan hidup
republik indonesia nomor : Kep-11/MENLH/3/1994 tanggal 19 Maret 1994 tentang jenis
usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan,
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor : 12 tahun 1995 tentang perubahan
peraturan pemerintah nomor 19 tahun 1994 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun, Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 19 tahun 1994 tentang
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, Undang-undang republik indonesia
nomor 24 tahun 1992 tentang penataan ruang, Keputusan presiden republik indonesia
nomor 75 tahun 1993 tentang koordinasi pengelolaan tata ruang nasional, Keputusan
presiden republik indonesia nomor 32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung,
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 35 tahun 1991 tentang sungai, Peraturan
pemerintah republik indonesia nomor 27 tahun 1991 tentang rawa, Peraturan pemerintah
republik indonesia nomor 18 tahun 1994 tentang pengusahaan pariwisata alam di zona
pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam, Undang-undang
republik indonesia nomor 5 tahun 1992 tentang benda cagar budaya, Peraturan pemerintah
No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Peraturan pemerintah No.
20 tahun 19990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, Undang-undang No. 41 tahun 1999
tentang Kehutanan. Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 10 tahun 1993 tanggal
19 pebruari 1993 tentang pelaksanaan undang-undang nomor 5 tahun 1992 tentang benda
cagar budaya, Keputusan menteri negara lingkungan hidup republik indonesia nomor:
Kep-42/MENLH/11/1994 tentang pedoman umum pelaksanaan audit lingkungan,
Keputusan menteri negara lingkungan hidup republik indonesia nomor : Kep-
10/MENLH/3/1994 tentang pencabutan keputusan menteri negara kependudukan dan
lingkungan hidup nomor : a. KEP-49/MENKLH/6/1987 tentang Pedoman penentuan
dampak penting dan lampirannya; b. KEP-50/MENKLH/6/1987 tentang pedoman umum
penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan dan lampirannya; c. Kep-51/
MENKLH/6/1987 tentang pedoman umum penyusunan studi evaluasi mengenai dampak
lingkungan dan lampirannya; d. Kep-52/MENKLH/6/1987 tentang batas waktu
penyusunan studi evaluasi mengenai dampak lingkugnan; e. Kep-53/MENKLH/6/1987
tentang pedoman susunan keanggotaan dan tata kerja komisi.

4. Konferensi Internasional Berkaitan Dengan Hukum Lingkungan Hidup.


Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia untuk
memberikan perhatian lebih besar kepada lingkungan hidup. Pada tahun 1962, terdapat
peringatan yang menggemparkan dunia yakni peringatan ”Rachel Carson” tentang bahaya
penggunaan insektisida. Peringatan inilah yang merupakan pemikiran pertama kali yang
menyadarkan manusia mengenai lingkungan. Seiring dengan pembaharuan, perkembangan
hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan dunia international untuk
memberikan perhatian lebih besar terhadap lingkungan hidup.
Hal ini mengingat kenyataan bahwa lingkungan hidup telah menjadi masalah yang perlu
ditanggulangi bersama demi kelangsungan hidup di dunia. Gerakan sedunia ini dapat
disimpulkan sebagai suatu peristiwa yang menimpa diri seorang sehingga menimbulkan
resultante atau berbagai pengaruh di sekitarnya. Begitu banyak pengaruh yang mendorong
manusia kedalam suatu kondisi tertentu, sehingga adalah wajar jika manusia tersebut
kemudian juga berusaha untuk mengerti apakah sebenarnya yang mempengaruhi dirinya
dan sampai berapa besarkah pengaruh-pengaruh tersebut. Inilah dinamakan ekologi.
Di kalangan PBB perhatian terhadap masalah lingkungan hidup ini dimulai di
kalangan Dewan Ekonomi dan Sosial atau lebih dikenal dengan nama ECOSOC PBB pada
waktu diadakan peninjauan terhadap hasil-hasil gerakan dasawarsa pembanguna dunia ke-
1 tahun 1960-1970. pembicaraan tentang masalah lingkungan hidup ini diajukan delegasi
Swedia pada tanggal 28 Mei 1968, disertai saran untuk dijajakinya kemungkinan
penyelenggaraan suatu konferensi international. Kemudian pada garakan konferensi PBB
tentang ”Lingkungan Hidup Manusia” di Stockholm.
Dalam rangka persiapan menghadapi Konferensi Lingkungan Hidup PBB tersebut,
Indonesia harus menyiapkan laporan nasional sebagai langkah awal. Untuk itu diadakan
seminar lingkungan pertama yang bertema ”Pengelolaan Lingkungan Hidup Manusia dan
Pembanguna Nasional” di Universitas Padjadjaran Bandung. Dalam seminar tersebut
disampaikan makalah tentang ”Pengaturan Hukum Masalah Lingkungan Hidup Manusia:
Beberapa Pikiran dan Saran” oleh Moctar Kusumaatmadja, makalah tersebut merupakan
pengarahan pengarahan pertama mengenai perkembangan hukum lingkungan di Indonesia.
Mengutip pernyataan Moenadjat, tidak berlebihan apabila mengatakan bahwa Moctar
Kusumaatmadja sebagai peletak batu pertama Hukum Lingkungan Indonesia.
Konferensi PBB tentang lingkungan hidup manusia akhirnya diadakan di Stockholm
tanggal 5-16 juni 1972 sebagai awal kebangkitan modern yang ditandai perkembangan
berarti bersifat menyeluruh dan menjalar ke berbagai pelosok dunia dalam bidang
lingkungan hidup. Konferensi itu dihadiri oleh 113 negara dan beberapa puluh peninjau
serta telah menghasilkan telah menghasilkan Deklarasi Stockholm yang berisi 24 prinsip
lingkungan hidup dan 109 rekomendasi rencana aksi lingkungan hidup manusia hingga
dalam suatu resolusi khusus, konferensi menetapkan tangga 5 juni sebagai hari lingkungan
hidup sedunia.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Hukum Lingkungan di Indonesia merupakan Hukum Lingkungan Modern yang memiliki


sifat utuh menyeluruh atau komprehensif integral, selalu berada dalam dinamika dengan
sifat dan wataknya yang luwes, memperhatikan hak asasi manusia dan peran serta
mayarakat termasuk lingkungan hidup itu sendiri, yang seiring dengan perkembangan
hukum lingkungan hidup Internasional.
2. Hukum lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu bidang ilmu hukum
yang paling strategis karena hukum lingkungan mempunyai banyak segi yaitu segi hukum
administrasi, segi hukum pidana, dan segi hukum perdata, yang sebagian besar terdiri atas
Hukum Pemerintahan (bestuursrecht).
3. Hukum Lingkungan di Indonesia pada prakteknya belum dapat diterapkan secara optimal,
hal ini disebabkan Lingkungan Hidup di Indonesia sangat dipengaruhi banyak
kepentingan, khususnya kepentingan ekonomi (sektor: pertambangan, pertanian,
perkebunan, industri dan permukiman) baik berskala lokal, nasional maupun internasional
4. Dengan telah diberikan dasar hukum yang kuat atas peran serta masyarakat dan hak asasi
manusia, sebagai warga negara Indonesia diharapkan masyarakat mampu memanfaatkan
secara maksimal kekuatan tersebut, sehingga pengaruh yang menjadi faktor penyebab
kurang optimal praktek penegakan hukum lingkungan di Indonesia dapat diatasi, dan
keberadaan lingkungan hidup bagi kesejahteraan dan keamanan kehidupan manusia dan
pelestarian lingkungan itu sendiri dapat lebih terwujud.
DAFTAR PUSTAKA

 J.B. Daliyo, S.H, Pengantar Hukum Indonesia – Buku Panduan Mahasiswa, PT. Prenhallindo,
Jakarta, Tahun 2001.
 Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Penerbit Citra Umbara – Bandung, Cetakan: Nopember 2009,
 http://blognyayuwwdi.blogspot.com/2011/12/perkembangan-hukum-lingkungan-di.html
 http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Lingkunganhttp://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bida
ng-hukum-kemitraan/subid-penataan-hukum-lingkungan/125-hukum

Anda mungkin juga menyukai