Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tuntutan akan profesionalisme dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas


mengakibatkan institusi pendidikan yang menghasilkan tenaga kesehatan dihadapkan pada
tantangan untuk menghasilkan sumber daya kesehatan yang mampu melaksanakan tugas
tenaga kesehatan yang berkualitas dan sesuai standar pelayanan kesehatan. Profesionalisme
tenaga kesehatan dapat dimulai saat pembelajaran di institusi pendidikan kesehatan.

Praktik klinik diharapkan bukan hanya sekedar kesempatan untuk menerapkan teori yang
dipelajari disaat proses belajar mengajar di institusi kesehatan ke dalam praktik profesional.
Melalui praktik klinik mahasiswa diharapkan lebih aktif dan siap dalam setiap tindakan.
Sehingga baik secara teori yang didapat pada saat pendidikan dapat sejalan dengan praktik
yang dilakukan secara nyata dan langsung di lahan pelayanan kesehatan.

Pada pebelajaran klinik,mahasiswa dituntut untuk mampu pengambilan keputusan klinis


yang mengintegrasikan teori, hukum, pengetahuan, prnsip dan pemakaian keterampilan
khusus. Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana tenaga kesehatan menerima klien sebagai
mahkluk hidup yang utuh,unik dan mandiri dengan hak-haknya yang tidak dapat dipisahkan.
Selama praktik klinis, mahasiswa dapat bereksperimen dengan menggunakan konsep dan
teori untuk praktik, menyelesaikan msalah dan mengembangkan bentuk perawatan baru
(Relly, 2002)

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bhwa manjemen pengeolaan pembelajaran


klinik mempunyai peranan yang besar dalam menghasilkan lulusan mahasiswa kesehatan
yang profesional. Selain itu peranan clinical instruktur dalam proses pembelajaran klinik juga
emiliki peran penting untuk menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang profesinsional dan
ahli dalam bidangnya.

Berdasarkan hal tersebut, maka sangat diperlukan saran/lahan pratek pembelajaran klinik.
Diharapkan dengan penerapan ilmu pembelajaran kebidanan secara nyata di rumah sakit,
mahasiswa mampu megembangkan kemampuan baik knowledge, skill maupun attitude dalam
memberikan bimbingan.

B. TUJUAN
1) Mahasiswa mampu memahami defesiensi pembimbing klinik
2) Mahasiswa mampu mngetahui sasaran bimbingan
3) Ahasiswa mampu mengetahui prinsip-prinsip bmbingan
4) Mahasiswa mampu mengetahui tujuan kompetensi bimbingan klinik
5) Mahasiswa mampu mengetahui peran dan fungi pembimbing klinik

C. MANFAAT
1) Mahasiswa mengetahui defesiensi pembimbing klinik
2) Mahasiswa mengetahui sasaran bimbingan
3) Mahasiswa mengetahui prnsip-prinsip bimbingan
4) Mahasiswa mengetahui tujuan kompetensi bimbingan klinik
5) Mahasiswa mengetahui eran dan fungsi pembimbing klinik
BAB II

ISI

A. Pengertian Pembelajaran Klinik


Pembelajaran klinik adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
dalam tatanan nyata. Sedangkan pengalaman belajar klinik adalah suatu bentuk
pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik melalui kesempatan melatih diri dalam
melaksanakan praktek kebidanan profesional dalam tatanan nyata (Nursalam,2008).
Pembelajaran klinik adalah bentuk kegiatan pendidikan/pengalaman belajar untuk
menumbuhkan serta membina sikap dan keterampilan kebidanan profesioanl peserta didik
dengan ligkungan belajar pada tatanan nyata. Bentuk program pendidikan untuk
mempersiapkan tenaga kebidanan profeisonal khususnya di lapangan.
Pembelajaran klinik merupakan salah satu metode mendidik peserta didik di klinik
yang memungkinkan pendidikan memilih dan menerapkan cara mendidik yang sesuai
dengan tuuan, dan karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep
pembelajaran (Nursalam,2002)

B. Perencanaan Pembelajaran Klinik


Menurut william H Newman dalam bukunya administrasi action techniques of
organization and management dalam majid (2005) dalam satria (2010) menyatakan bahwa
perencanaan adalah menetukan apa yang akan dilakukan. Dalam konteks
pembelajaran,perencanaan juga dapat dikatakan sebagai proses penyusunan
materi,penggunaan media, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran. Sebelum
membuat rancangan, sebaiknya dilakukan pengkajian terlebih dahulu. Melalui pengkajian
akan didapatkan status kemampuan awal peserta didik sehingga akan membantu
menetapkan tujuan pembelajaran. Tidak semua mahasiswa harus mendapatkan proses
pembelajaran yang sama walaupun tjuan akhir dari pembelajarannya sama. Sedangkan
untuk makna pembelajaran, banyak ahli pendidikan yang menyatakan bahwa pengajaran
merupakan terjemahan dar intruction atau teaching.
Sedikit berbeda dengan correy dalam bukunya Association for Education
Communication and Technologiy dalam Satria (201) mengatakan bahwa intruction
merupakan bagian dari pendidikan yang merupakan suatu proses dimana lingkungan
seseorang dengan sengaja dikelola agar memungkinkan orang tersebut dapat belajar
melakukan hal tertentu atau memberikan respon terhadap situasi tertentu pula. Berasumsi
pada pendapat correy, maka untuk dapat melaksanakan pembelajaran, seorang dosen atau
pengajar di lahan praktik yang sering disebut instruktur klinik berperan sebagai perancang
dan pengembangan model pembelajaran sekaligus sebagai pengelolaan atau pelaksanaan.
Oleh karena itu untuk melaksanakan tugas ini, instruktur klinik perlu memiliki
pengetahuan,sikap,keterampilan khusus pun sebaiknya memahami tentang konsep
perenanaan pembelajaran (Satria,2010)
Menurut hunt dalam satria (2010) ada beberapa model persiapan mengajar
diantaranya model ROPES dan satuan pelajaran. Model Ropes merupakan sebuah tahap
dari Review, Overview, Presentation, Exercise dan Sumarry. Model ini cocok untuk
diadopsi untuk pembelajaran klinik karena dimulai dari review atau pengulangan tentang
kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian tahap presentation dengan kegiatan
mendemonstrasikan tindakan yang akan dilakukan. Keempat adalah exercise atau latihan,
pada tahap ini mahasiswa melakukan tindakan kebidanan di bawah supervisi instruktur
klinik. Model terakhir yaitu summary atau membuat rangkuman dari pembelajaran yang
telah berlangsung. Kekurangan dari model ini adalah tidak mencantumkan aspek evaluasi.
Padahal melalui evaluasi instruktur klinik dapat mengetahui kemampuan mahasiswanya.
Akan tetapi tahap summary bisa dimodifikasi menjadi tahap evaluasi.
Model satuan pembelajaraan (satpel) adalah model yang sering dipilih oleh
kebanyakan pendidik karena polanya yang baku. Tahapan tiga bagian yaitu kegiatan awal
berupa pendahuluan dan apersepsi yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
mahasiswa. Tahap kedua merupakan kegiatan inti yaitu penyampaian materi dan
pemberian bimbingan terhadap mahasiswa. Dan tahap terakhir merupakan kegiatan
penutup yang biasanya ditandai dengan cara membuat rangkuman atau melaksanakan
evaluasi untuk materi yang telah dipelajari.
Pembimbing klinik/clnic instructurea adalah tenaga kesehatan yang terpilih, tenaga
kesehtan yang ahli dalam praktik klinik, bertugas untuk membimbing dan mengarahkan
peserta didik selama proses pembelajaran di lahan prktik sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah dibuat (Widodo, 1999)
Pembimbing knik merupkan tenaga kesehatan yang ditunjuk atau diangkat oleh
instansi yang digunakan sebagai lahan praktik. Membimbing adalah suatu proses
pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang
dibimbing.

C. Faktor Pendukung Pembelajaran Klinik


a. Pembimbing Klinik, tercapai kemandirian diri dalam pemahaman diri, penerimaan
diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan
yang optimal dan pe nyesuaian diri dengan lingkungan (Asyahadi, 2004).
b. Sasaran Bimbingan, proses bimbingan diharapkan mempunyai sasaran yang
maksimal dalam membantu individu (Hidayat, 2002). Sasaran tersebut yaitu:
1. Pengungkapan, pengenalan dan penerimaan diri.
Melalui proses bimbingn diharapkan dapat membantu mahasiswi untuk megenali
dirinya baik dari segi kemampuan maupun keterbatasan.
2. Pengenalan terhadap lingkungan.
Lingkungan dari proses bimbingan seharusnya merupakan lingkungan dengan
iklim yang kondusif sehingga akan memudahkan mahasiswa dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada disekitarnya
3. Pengambilan keputusan.
Proses bimbingan pada intinya membantu mahasiswa menentukan pilihan agar
mahasiswa bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang dipilih.
4. Pengarahan diri.
Individu atau mahasiswa yang dibimbing akan berani melaksanakan keputusan
yang ditetapkannya, dan berusaha mengarahkan dirinya pada kegiatan yang
menguntungkan
5. Perwujudan diri
Perwujudan diri merupakan kemampuan merealisasikan diri (mewujudkan diri)
yang merupakan tujuan akhir dari usaha bimbingan, individu mampu
mengembangkan kemampuannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
D. prinsip pembelajaran kilinik

a. upaya untuk mendapatkan bimbingan di lapangan yang lebih optimal waktu di dalam
pelaksanaan bimbingan praktek lapangan hendaknya memperhatikan hal-hal (hidayat, 2000) :
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang telah di pelajari di kelas dari berbagai disiplin ilmu secara terintegrasi
dalam situasi nyata.
b. Mengembangkan potensi peserta didik untuk mengumpulkan perilaku atau keterampilan yang
bermutu dalam situasi nyata di tempat pelayanan kesehatan.
c. Memberi kesempatan pengalaman belajar kepada peserta didik bekerja secara tim kesehatan
dan membantu proses penyuluhan pasien.
d. Memberikan pengalaman awal dan memperkenalkan kepadaa peserta didik dunia kerja
professional.
E. Peran dan fungsi pembimbing klinik

a. peran fungsi pembimbing klinik sebagai berikut:

1) Sebagai agen pembaharuan (changeagent)


Seorang pembimbing klinik di harapkan akan mampu mengadakan perubahan-perubahan
yang mengarah kepada pembaharuan dan peningkatan mutu bimbingan terhadap peserta
didik, yang pada akhirnya akan memberi dampak pada mutu pelayanan dan asuhan kebidanan
serta perkembangan profesi kebidanan.
2) Sebagai narasumber
Pembimbing klinik senantiasa menjadi tempat bertanya dan tempat menemukan jawaban
bagi peserta didik saat mengalami kesulitan selama proses pembelajaran dilahan praktik.
3) Sebagai manajer (pengelola)
Dalam perannya sebagai manager, pembimbing klinik hendaknya mampu mengelola
lingkungan dan fasilitas dilahan praktik yang dapat memfasilitasi peserta didik melaksanakan
praktik klinik sehingga dapat mencapai pengalaman belajar klinik secara optimal sesuai
tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu pembimbing klinik juga harus mampu membimbing
dan memberi pengarahan kepada peserta didik sehingga secara bertahap mengurangi
ketergantungan peserta didik pada pembimbing serta dapat belajar lebih efektif dan efisien
4) Sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediato, pembimbing klinik diharapkan dapat menjadi perantara dalam
hubungan antar manusia. Untuk itu pembimbing klinik harus terampil mempergunakan
pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi.
Sebagai fasilitator, pembimbing klinik hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar
yang bermanfaat serta dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dilahar praktik.
5) Sebagai demonstrator
Pembimbing klinik hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi, prosedur atau
prasat yang akan diajarkan kepada peserta didik, selain itu secara terus menerus mengikuti
perkembangan iptek terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan kebidanan
6) Sebaga evaluator
a. Pembimbing klinik di harapkan mampu memberikan penilaian terhadap peserta didik baik
selama proses pembelajaran klinik maupun pada akhir praktik.
b. Tanggung jawab pembimbing klinik
Dalam rangka melaksanakan peran-peran tersebut,pembimbing klinik memiliki
bebrapa tugas atau tanggung jawab sebagai berikut.
1. Membina hubungan baik dengan kepala staf dan kebidanan lahan npraktik serta
profesi lain
2. Berperan serta dalam pertemuan tim kesehatan yang ada di lahan praktik
3. Merangcang mitra atau bidan untuk magang peserta didik
4. Memberikan penugasan tertulis atau tidak tertulis yang berkaitan dengan masalah
klinik
5. Melaksanakan komunikasi yang terapeutik baik terhadap peserta didik, pasien
maupun dengan staf dan profesi lain
6. Memberikan kesempatan sukses bagi peserta didik
7. Mengidentifikasi populasi pasien untuk pembelajaran
8. Menentukan tempat untuk komperensi klinik
9. Mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik
10. Mengorientyasi peserta didik
11. Menyeleksi pengalaman belajar klinik
12. Mendemonstrasikan kemampuan profesional
13. Berkomunikasi dengan staf klinik
14. Mendampingi peserta didik selama praktik klinik,memeberikan motofasi
15. Memfasilitasi proses pembelajaran
16. Menilai pengalaman pembelajaran klinik peserta didik sesuai dengan lembar evaluasi
yang tersedia
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pembelajaran Klinik adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan dalam tatanan nyata. Sedangkan pengalaman belajar klinik
adalah suatu bentuk pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik melalui
keempatan melatih diri dalam melaksanakan prkaktik kebidanan profesional
dalam tatanan nyata.
Bentuk kegiatan pendidika/pengalaman belajar untuk menumbuhkan serta
membina sikap dan keterampilan kebidanan dengan lingkungan belajar pada
tatanan nyata. Bentuk program pendidikan untuk mempersiapkan tenaga
kebidanan profesional khususnya dilapangan.

B. SARAN
Dengan adanya pembimbing klinik, diharapkan dapat membimbing
mahasiswa dengan bereksperimen menggunakan konsep dan teori dilahan
praktek dan menyelesaikan masalah.
Daftar Pustaka

Ifanascout.blogspot.com
Aula.unair.ac.id
Pkko.fik.ui.ac.id

Anda mungkin juga menyukai