New Skripsi Bab I SD Bab V PDF
New Skripsi Bab I SD Bab V PDF
PENDAHULUAN
1
gangguan. Menurut Marsudi (1990 : 14) jumlah gangguan dalam system distribusi
relatif banyak di bandingkan dengan jumlah gangguan pada jaringan system yang
lain seperti pada unit pembangkit, saluran transmisi dan transformator.
System distribusi tenaga listrik merupakan suatu system penyalur energy
listrik dari pusat pembangkit tenaga listrik (power station) pada tingkatan
tegangan yang diperlukan, pada umumnya terdiri dari beberapa bagian yaitu :
Gardu Induk : Jaringan Distribusi Primer, Gardu Distribusi, Jaringan Distribusi
Sekunder.
Berdasarkan tegangannya system distribusi tenaga listrik di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi dua macam tegangan yaitu, distribusi tegangan menengah
(distribusi primer yang bertegangan 20 kV dan distribusi tegangan rendah
(distribusi sekunder) yang bertegangan 220/380 Volt.
Permasalahan yang mendasar pada jaringan distribusi daya listrik adalah
pada mutu, kontinuitas dan ketersediaan pelayanan daya liatrik pada pelanggan.
Penggunaan evaluasi keandalan system pada jaringan distribusi primer 20 kV
merupakan salah satu faktor yang penting untuk menentukan segala langkah yang
menjamin penanganan secara benar permasalahn yang mendasar tersebut,
sehingga dapat diantisipasi terjadinya gangguan distribusi yang disebabkan karena
menurunnya tingkat keandalan melampaui batas yang memadai atau karena
kurangnya pemeliharaan, yang akan berakibat pada memendeknya umur dari
peralatan yang bersangkutan.
Dilihat dari kondisi kelistrikan kota Manokwari, tuntutan kebutuhan
masyarakat akan listrik semakin meningkat akhir – akhir ini. Pelayanan dalam
penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat (khusunya Kota Manokwari)
merupakan hal yang sangat penting, maka hal – hal yang dapat mempengaruhi
keandalan saluran distribusi perlu diperhitungkan.
Gangguan - gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi Kota
Manokwari berupa gangguan permanen, gangguan temporer, gangguan fasa RST
sesaat, gangguan GROUNFAULT, gangguan OVERCARRENT dan Black Out
(BO), yang menyebabkan kontinuitas pelayanan saluran tergangguan sampai
gangguan tersebut dipulihkan.
2
Untuk mengantisipasi hal ini maka diperlukan suatu perhitungan untuk
mengetahui seberapa baik indeks keandalan system jaringan distribusi dan
berbagai macam indeks yang berhubungan dengan pelanggan pengguna jasa PT.
PLN. Untuk mengetahui keandalan suatu penyulang maka di tetapkan suatu
indeks keandalan yaitu besaran untuk membandingkan penampilann suatu system
distribusi. Indeks – indeks keandalan yang sering dipakai dalam suatu system
distribusi adalah SAIFI (Sistem Average Interruption Frequency Index), CAIFI
(Costumer Average Interruption Frequency Index), SAIDI (customer Average
Interruption Frequency Index), CAIDI (Customer Average Interruption Frequency
Index), ASAI/ASUI (Average Service Avaibility (Unavaibility) Index. Indeks
keandalan pada dasarnya adalah suatu angka atau parameter yang menunjukkan
tingkat pelayanan atau tingkat keandalan dari pada suplai tenaga listrik
kekonsumen.
3
a. Bagi PT.PLN Persero Cabang Manokwari, dapat mengetahui indeks
keandalan system distribusi untuk PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel) PT.PLN Persero Cabang Manokwari.
b. Bagi penulis, dapat mengetahui bagaimana menentukan dan
menganalisa keandalan system serta menerapkan ilmu yang didapat
sewaktu perkuliahan dengan system yang ada.
c. Bagi Mahasiswa, dapat dijadikan sebagai refrensi untuk mengetahui
lebih banyak tentang keandalan system.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Hal ini juga dilakukan pada suatu GI dengan mempergunakan transformator
penurun (step-down transformer). Saluran 20 KVini menelusuri jalan-jalan di
seluruh kota, merupakan sistem distribusi primer.
Di tepi-tepi jalan, biasanya berdekatan dengan persimpangan terdapat
gardu-gardu distribusi (GD) yang mengubah tegangan menengah menjadi
tegangan rendah melalui transformator distribusi. Melalui tiang-tiang listrik yang
terlihat ditepi jalan, tenaga listrik tegangan rendah disalurkan kepada konsumen.
Di Indonesia, tegangan rendah adalah 220/380 volt, dan merupakan sistem
distribusi sekunder.
6
a. Gardu Induk (GI)
b. Saluran Tegangan Menengah (TM)/Distribusi Primer
c. Gardu Distribusi (GD)
d. Saluran Tegangan Rendah (TR)
7
b. Sisi Tengah Menengah
1. Pemutus Tegangan trafo (incoming circuit Breaker)
2. Pemutus Tenaga Kabel (outgoing Circuit Breaker)
3. Trafo Arus (CT)
4. Tafo Tegangan (PT)
c. Peralatan control
1. Panel Kontrol
2. Panel Relay
3. Meter-meter pengukuran
8
4. Fleksibelitas terhadap penambahan baban. Untuk penyaluran
tegangan listrik dari sumber daya listrik baik berupa pusat
pembangkitan maupun gardu induk sampai ke pusat-pusat beban
digunakan jaringan menengah.
Pada system jaringan distribusi primer saluran yang digunakan pada
masing-masing beban disebut penyulang (Feeder). Pada umumnya setiap
penyulang diberi nama sesuai dengan daerah beban yang dilayani, hal ini
bertujuan untuk memudahkan mengingat jalur-jalur yang dilayani oleh penyulang
tersebut. System penyaluran tenaga listrik pada jaringan distribusi primer dapat
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel tanpa isolasi seperti
kawat AAAC (All Aluminium Alloy Conductor), ACSR (Alluminium
Conductor Cteel Reinforce) dan lain-lain.
2. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)
Jenis penghantar yang dipakai adalah berisolasi seperti MVTIC
(Medium Volttage Twested Insulate Cable).
3. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)
Jenis penghantar yang di pakai adalah kabel tanam berisolasi PVC
(Poly Venyl Clorida), EXLP (Crosslink Polythelene).
9
2. Saluaran Kawat Udara Tegangan Rendah
Jenis penghantar yang dipakai adalah kawat berisolasi seperti kabel
LVTC (Low Voltage Twested Cable)
10
kepadatan pemakaian energi listrik. Sekalipun operasi dan pemeliharaan lebih
mudah, tetapi bilamana terjadi gangguan pada kabel tanah,perbaikannya
merupakan pekerjaan yang sukar, lebih-lebih bilamana kabel ini ditanamkan
dijlan yang lalu-lintasnya padat.
11
Kerugian pada saluaran udara adalah :
a. Mudah mendapat gangguan seperti angina,pohon,cuaca buruk dan
sebagainya.
b. Menggangu keindahan lingkungan.
Penggunaan konduktor saluran udaradapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Saluran Udara Tegangan Menengah merupakan kawat tanpa isolasi yang
dipasang diatas tiang yang tingkat keandalannya realtif rendah dibandingkan
dengan hantaran jenis lain, yang disebakan oleh adanya banyak pengaruh
gangguan secara langsung baik karena kegagalan alat maupun gangguan dari
manusi. Saluran udara ini umumnya masih banyak digunakan didaerah pedesaan.
Jenis bahan konduktor hantaran udara tegangan menengah adalah :
a. Kawat tembaga atau Bare Copper Conductor
b. Kawat alumunium atau All Allloy Aluminium Conductor (AAAC)
c. Kawat aluminium berinti kawat baja atau Aluminium Conductor
Steal Reinforced (ACSR)
2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)
Saluran kabel udara tegangan menengah adalah hantaran yang
menggunakan konduktor berisolasi yang tingkat keandalannya lebih baik di
bandingkan kawat telanjang. Penghantar jenis ini diperginakan untuk mengganti
hantaran udara tegangan menengah pada daerah dengan frekuensi gangguan yang
tingggi sehingga keadalan jaringan distribusi primer dapat ditingkatkan secara
selektif mungkin mengingat harganya yang relative mahal.
Jenis kabel udara tegangan menengah antara lain:
a. MVTIC atau Medium Voltage Twessted Insulated Cable
12
Keuntungan yang dimiliki oleh sistem jaringan bawah tanah adalah :
1. Keandalan tingggi.
2. Biaya pemeliharaan murah
3. Kabel tanah tidak mudah di ganggu oleh pengaruh-pengaruh hujan,
petir dan gangguan alam lainnya.
4. System jaringan bawah tanah tidak mengganggu keindahan
pemandangan atau lingkungan.
Kerugian system jaringan bawah tanah adalah :
1. Biaya investasi tinggi
2. Bila terjadi gangguan sulit melacak.
Penghantar yang digunakan adalah saluran kabel tanam tegangan menengah
(SKTM). Pengahantar ini mempunyai keandalan tinggi, sehingga banyak
digunakan untuk daerah perkotaan dan industri. Ada dua macam kabel yaitu kabel
tanam dengan isolasi minyak dan kabel tanam dengan isolasi plastik (PVC),
sedangkan bahan konduktornya adalah tembaga dan aluminium.
Kabel adalah suatu penghantar atau susunan dari beberapa penghantar yang
dianyam menjadi satu yang kemudian dilapisi dengan siolasi sehingga
meniadakan kontak listrik antara satu konduktor dengan konduktor yang lain, jika
kabel tersebut diberikan tegangan tertentu. Komponen pokok kabel adalah bahan
konduktornya dan isolasinya.
Kabel terdiri diri tiga bagian utama yaitu :
1. Bahan konduktor
2. Bahan isoalsi
3. Bahan perlindungan kabel
Bahan konduktor adalah bahan yang dapat mengalirkan arus listrik terus
menerus jika antar ujung-ujungnya diberikan beda potensial dalam rangkaian
tertutup. Bahan konduktor yang lazim dipakai adalah tembaga dan aluminium atau
campurannya.
Adapun konduktor memiliki keuntungannya yaitu :
1. Lebih mudah pekerjaan.
13
2. Pada umumnya titik cairnya tidak terlalu tinggi, sehingga lebih
mudah dikerjakan baik dalam keadaan panas maupun dingin.
Bahan isolasi adalah bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Bahan isolasi berpengaruh terhadap terhadap sifat-sifat elektris, mekanis maupun
kimia pada kabel.
Bahan pelindung kabel berfungsi senagai :
1. Melindungi terhadap korosi.
2. Penahan gaya mekanis.
3. Pelindung atau pengaman terhadap gaya listrik.
4. Mencegah keluarannya minyak pada kabel kartas yang diresapi
minyak dan mencegah masuknya uap air kedalaman kabel.
14
2.4.1. Sistem Radial
Sistem jaringan distribusi primer tipe radial memiliki jumlah sumber dan
penyulang hanya satu buah. Bila terjadi gangguan pada salah satunya (baik
sumber maupun penyulangnya), maka semua beban yang dilayani oleh jaringan
ini akan padam. Oleh karena itu nilai keandalan dari sistem jaringan distribusi
primer tipe radial ini adalah rendah. Sistem ini masih banyak dipergunakan di
daerah pedesaan dan perkotaan yang tidak membutuhkan keandalan tinggi.
Keterangan :
: Trafo
: Circuit Breaker
: Beban (konsumen)
Adapun keunggulan dan kelemahan dari sistem saluran radial antara lain
adalah :
1. Keunggulan :
a. Bentuknya sederhana
b. Biaya investasi relatif murah
15
2. Kelemahan :
a. Kualitas pelayanannya kurang baik karena rugi tegangan dan rugi
daya pada daya relatif besar.
b. Kontinyuitas pelayanan daya tidak terjamin sebab antara titik sumber
dan titik beban hanya ada satu alternatif saluran.
c. Bila saluran tersebut mengalami gangguan, maka seluruh rangkaian
setelah gangguan akan mengalami pemadaman total.
16
Gambar.3 Sistem Jaringan Distribusi Tipe Melingkar ( loop/ring)
Keterangan:
: Trafo Ditribusi
: BEban (Konsumen)
17
ini tidak berbeban dan hanya berfungsi sebagai penyulang cadangan untuk
mensuplai penyulang tertentu yang mengalami gangguan melalui gardu hubung.
Bagan sistem jaringan distribusi primer tipe spindel terlihat pada gambar 4.
: Circuit Breaker
: Beban (konsumen)
18
halnya penyulang kerja. Sistem ini mempunyai tingkat keandalan dan kontinyuitas
yang lebih baik di bandingkan dengan sistem lingkar (loop/ring) ataupun radial.
Sistem ini jarang dipergunakan pada sistem distribusi primer tegangan
menengah. Pada umumnya sistem ini diterapkan pada sistem transmisi tegangan
tinggi yang sering disebut sebagai sistem interkoneksi.
: Beban (konsumen)
Keunggulan dan kelemahan dari sistem saluran ini adalah :
1. Keunggulan :
a. Mempunyai keandalan sistem yang lebih tinggi
b. Dapat mengikuti pertumbuhan dan perkembangan beban.
c. Kualitas tegangan baik dan rugi daya kecil
2. Kelemahan :
a. Cara pengoperasian sulit.
b. Biaya sangat mahal
19
pada awal terjadinya gangguan. Keberhasilan berfungsinya proteksi memerlukan
adanya suatu koordinasi antara berbagai alat proteksi yang dipakai. Adapun fungsi
sistem pengaman adalah :
Melokalisir gangguan untuk membebaskan perlatan dari gangguan.
a. Membebaskan bagian yang tidak bekerja normal, untuk mencegah
kerusakan.
b. Memberi petunjuk atau indikasi atas lokasi serta macam dari
kegagalan
c. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang
tinggi kepada konsumen.
d. Untuk mengamankan keselamatan manusia terutama terhadap
bahaya yang ditimbulkan listrik.
Dalam usaha menjaga kontinuitas pelayanan tenaga listrik dan menjaga agar
peralatan pada jaringan primer 20 kV tidak mengalami kerusakan total akibat
gangguan, maka mutlak diperlukan peralatan pengaman. Adapun peralatan
pengaman yang digunakan pada jaringan tegangan menengah 20 kV terbagi
menjadi :
a. Peralatan pemisah atau penghubung
b. Peralatan pengaman arus lebih
c. Peralatan pengaman tegangan lebih.
20
b. Vacum Switch (AVS)
21
dioperasikan secara manual, karena waktu pemutusan terjadi sangat subyektif,
tergantung pada subyek operatornya. Hal ini merupakan alasan utama, mengapa
Disconnecting Switch tidak boleh dioperasikan pada saat rangkaian dalam
keadaan dilalui arus beban. Tugas utama alat ini umumnya digunakan untuk
memutus rangkaian dalam rangka perbaikan atau pemeliharaan. Terdiri dari buah
terminal terisolir dari tanah dan terpisah diantaranya oleh jarak isolasi (isolating
distance).
Saklar pemisah merupakan suatu peralatan yang merupakan pasangan
circuit breaker. Fungsi saklar pemisah yaitu memisahkan suatu bagian beban dari
sumbernya pada keadaan tidak berarus, sehingga dapat dilihat atau dipisahkan
dengan pasti bagian yang hidup dengan bagian yang tidak. Hubungan rangkaian
pemutus daya dan saklar pemisah adalah menempatkan pemutus daya diantara
dua buah saklar pemisah.
Pada umumnya hubungan pemutus daya dan saklar pemisah dilaksanakan
dengan sistem interlock. Yang dimaksud dengan interlock adalah agar tidak salah
pengoperasian dari dua buah peralatan. Dengan demikian saklar pemisah tidak
digunakan untuk memutuskan arus beban dan bekerjanya dengan urutan tertentu
yaitu pembukaan saklar pemisah selalu didahului oleh pembukaan pemutus
daya dan menutupnya pemutus daya sesudah saklar pemisah ditutup. Beberapa
fungsi saklar pemisah dalam gardu induk adalah :
a. Untuk mengisolir pemutus daya pada saat dilakukan
pemeliharaan pemutus daya.
b. Sebagai komponen simpangan (bypassing) dari pemutus data guna
menjamin kontinuitas penyaluran daya pada saat dilakukan
pemeliharaan pemutus daya.
c. Untuk memutuskan dan menghubungkan rel daya dan transformator
daya dalam keadaan tanpa beban.
Sukar atau mudahnya pemeliharaan ditentukan oleh metode penempatannya.
Sebaiknya saklar pemisah diletakkan pada tempat yang aman dan mudah dicapai
guna pemeliharaan. Untuk mengamankan operator sewaktu dilakukan
pemeliharaan peralatan, maka saklar pemisah dilengkapi dengan saklar
22
pentanahan (earthing switch). Saklar pentanahan dipasang antara bagian yang
bertegangan dari saklar pemisah dengan konduktor yang ditanahkan. Saklar
pentanahan dapat ditutup hanya jika saklar pemisah telah dibuka. Untuk menjamin
hal tersebut maka saklar pemisah dengan saklar pentanahan dipasang saling
mengunci (interlock).
Meskipun Disconnecting Switch tidak dimaksudkan untuk memutuskan arus
beban nominal maupun arus hubung singkat akan tetapi memenuhi persyaratan
tertentu.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi :
a. Mempunyai kapasitas arus nominal 15% diatas arus beban penuh.
b. Harus sanggup menahan tegangan nominal hingga tegangan 10%
diatas gangguan nominal.
c. Dalam keadaan tertutup harus mampu menahan momentary current
pada waktu terjadi hubung singkat.
23
ruang kontrol PLN secara umum terdiri dari dua jenis, yaitu GPRS dan radio.
Load Break Switch (LBS) berfungsi sebagai peralatan hubung yang
bekerja membuka dan menutup rangkaian arus listrik , mempunyai kemampuan
memutus arus beban dan tidak mampu memutus arus gangguan. Load Break
Switch (LBS) juga berfungsi sebagai pemutusan lokal atau penghubung instalasi
listrik 20 kV pada saat dilakukan perawatan jaringan distribusi pada daerah
tertentu sehingga tidak mengganggu daerah lain yang masih beroperasi.
24
1. Secara Manual
25
dibangun oleh PLN, dengan ini proses pemutusan maupun penghubungan beban
menjadi lebih mudah.
26
memanuverkan daya ke penyulang lain saat terjadi gangguan sehingga dapat
memperkecil daerah pemadaman.
27
a. Fuse Cut Out
Adlah perlatan proteksi yang bekerja apabila terjadi gangguan arus lebih.
Alat ini akan memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang lain apabila
dilewati arus yang melewati kapasitas kerjanya.
Fungsi peralatan pelindung arus lebih pada suatu system jaringan adalah
mendeteksi gangguan dalam rangkaian, dan memutus arus lebih pada harga
rantingnya pemutusnya, serta dapat membantu bila mana peralatan pelindung
yang lain berdekatan tidak dapat bekerja dengan baik. Peralatan FCO digunakan
sebagai pengaman dan pemisah daerah yang terkena gangguan, agar daerah
pemadaman tidak terlalu luas. Pada system jaringan distribusi, FCO juga dipasang
untuk mengamankan instrument lainnya, seperti : peralatan transfomator,
capasitor pengatur tegangan dan jaringan percabang satu phasa. Namun ada
kelemahan pengan jenis ini, yaitu penggunaanya terbatas pada penyaluran daya
kecil, serta tidak dilengkapi dengan alat peredam busur api yang timbul pada saat
terjadi gangguan hubung singkat.
28
bagian system yang terganggu sedemikian rupa sehingga
penyimpangan atau kesalahan akibat gangguan tersebut tidak
memberikan akibat negative yang lebih luas terhadap keseluruhan
sistem yang ada.
Peralatan proteksi harus dirancang sedemikian rupa sehingga gangguan
dapat dengan segera diputuskan atau dihilangkan. Suatu gangguan yang serius
dapat menyebabkan pemutusan yang cepat dan dapat kerusakan pada peralatan.
Gangguan yang terjadi secara tidak langsung harus diketahui oleh operator
sehingga peralatan dapat dioperasikan di luar daerah kritis. Kejadian-kejadian
yang sangat berbahaya bagi operasi generator ataupun transformator adalah
hubung singkat, gangguan ke tanah, penguatan kurang, arus lebih dan panas
berlebihan.
Relay pengaman merupakan bentuk dasar dari peralatan listrik otomatik dan
sangat perlu untuk kerja dari sistem distribusi daya yang modern bahkan
tergantung padanya. Bila terjadi gangguan baik arus, tegangan, frekuensi dan
daya, relay pengaman akan mendeteksi dan memutus bagian yang mengalami
gangguan dari sistem. Selanjutnya akan mengembalikan ke keadaan normal atau
membangkitkan sinyal peringatan kepada operator.
Relay jenis ini adalah besar-nya arus yang masuk ke dalam relay, atau relay
arus lebih (over current relay). Relay ini memberikan reaksi terhadap besarnya
arus masukan, dan bekerja untuk memutuskan (trip) bilamana besarnya arus
melebihi nilai tertentu yang dapat diatur. Relay arus lebih akan menutup kontak –
kontaknya untuk menggerakkan rangkaian yang menyebabkan saklar daya
membuka atau menutup bilamana arus mencapai suatu nilai yang telah
ditentukan terdahulu. Dengan demikian, maka pada relay arus lebih terdapat
kepekaan terhadap besar arus yang mengalir.
Relay arus lebih dikategorikan menjadi 2 yaitu :
1. Relay arus lebih seketika (instantaneous over current relay)
2. Relay arus lebih dengan karakteristik tunda waktu (definite time over
current relay).
3. Relay arus lebih waktu terbalik (Inverse Relay)
29
a. Relay arus lebih seketika adalah relay yang bekerjanya tanpa penundaan
waktu atau jangka waktu relay mulai saat relay arusnya pickup sampai
selesai, sangat singkat (sekitar 20 sampai 100 ms).
b. Relay arus lebih dengan karakteristik tunda waktu tertentu, yaitu suatu
relay dengan jangka waktu mulai relay arus pick up sampai selesainya
kerja relay diperpanjang dengan nilai atau waktu tertentu. Sehingga
apabila arus yang mengalir telah melebihi arus setting maka relay akan
bekerja sesuai dengan waktu penundaan yang telah ditetapkan.
c. Relay arus lebih waktu terbalik (Inverse Relay) ini akan bekerja dengan
waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara terbalik (inverse
time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini
bermacam-macam dan setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang
berbeda – beda, karakteristik waktu tunda dibedakan dalam tiga
kelompok :
a. Standar inverse
b. Very inverse
c. Extremeemely inverse
30
Pada gangguan yang bersifat sementara, recloser akan membuka dan
menutup kembali bila gangguan telah hilang. Jika gangguannya bersifat tetap/
permanent, maka recloser akan membuka kontak - kontaknya secara tetap dan
terkunci/lock out. Apabila gangguan telah dihilangkan, maka recloser dapat
ditutup kembali.
31
Bila gangguan ini dibiarkan maka dapat merusak peralatan listrik. Oleh
karena itu peralatan listrik itu harus dilindungi dari gangguan tegangan lebih
dengan memasang peralatan pengaman tegangan lebih, seperti :
a. Kawat tanah (Overhead Groundwire)
b. Lightning Arrester (LA)
32
Alat pelindung terhadap tegangan surja berfungsi melindungi peralatan
sistem tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan
mengalirkannya ke tanah. Berhubung dengan fungsinya itu, ia harus dapat
menahan tegangan sistem 50 Hz untuk waktu yang tak terbatas dan harus dapat
melakukan surja arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan. Kecuali itu, sebuah
alat pelindung yang baik mempunyai perbandingan perlindungan atau protective
ratio yang tinggi, yaitu perbandingan antara tegangan surja maksimum yang
diperbolehkan pada waktu pelepasan (discharge) dan tegangan sistem 50 Hz
maksimum yang dapat ditahan sesudah pelepasan terjadi.
Ada tiga macam alat pelindung terhadap surja yang dikenal yaitu: sela
batang (rod gap), arrester jenis ekspulsi (expulsion type lightning arrester) atau
sering juga disebut tabung pelindung (protectore tube) dan arrester jenis katub
(valve type ligthning arrester).
Arrester atau sering disebut penangkap petir, adalah alat pelindung bagi
peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir. Ia berlaku sebagai jalan
pintas (by-pass) sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah dilalui
oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada
peralatan. Jalan pintas itu harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
aliran arus daya sistem 50 Hz. Jadi pada kerja normal arrester itu berlaku sebagai
isolator dan bila timbul surja dia berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan
aliran arus yang tinggi. Setelah surja hilang, arrester harus dengan cepat kembali
menjadi isolator, sehingga pemutus daya tidak sempat membuka.
Berlainan dengan sela batang arrester dapat memutuskan arus susulan
tanpa menimbulkan gangguan. Inilah salah satu fungsi terpenting dari arrester.
33
2.6. Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induks-
elektromagnetik. Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga
listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam system tenaga
memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai, dan ekonomis untuk tiap-tiap
keperluan, misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya
listrik jarak jauh.
Untuk kepentingan yang sama didalam penggunaanaya transformator
dibedakan menjadi Transfomator Daya. Transformator distribusi, dan
Tranformator Ukur/Instrument. Pada dasarnya ketiga peralatan transformator
tersebut adalah sama, namun pada transfomator ukur yang diutamakan adalah
tegangan dan arusnya sedangkan transformator tenaga adalah dayanya. Dengan
demikian pada peralatan transformator ukur umumnya mempunyai kapasitas yang
relatif rendah.
34
Selama beroperasi, transformator daya akan mengeluarkan panas yang
timbul dari inti besi dan lilitan tembaga. Agar tidak menimbulkan kerusakan pada
transformator daya, maka diperlukan pendinginan. Berdasarkan pendinginannya,
transformator daya digolongkan dalam dua jenis yaitu transformator daya
yang tercelup dalam minyak (oil imersed transformer) dan transformator daya
jenis kering (dry type transformer).
35
gangguan phasa, atau beban lebih. Peralatan pengaman diberikan sebagai bagian
perlengkapan dari transformator. Completely Self Protecting Transformer (CSP)
merupakan transformator distribusi yang sudah yang dilengkapi/terintegral dengan
peralatan-peralatan pengaman terhadap petir atau surja, beban lebih, dan hubung
singkat. Lightning Arrester menempel langsung pada badan transformator, yang
melindungi kumparan primer terhadap petir. Pengaman beban lebih dilengkapi
dengan circuit breaker yang berada didalam tangki transformator. Transformator
CSP I fasa (pendingin minyak - 65° C, 60 Hz, 10-500 kVA) tersedia untuk rating
tegangan primer dari 2,4 kV sampai 34,4 kV. Tegangan sekunder 120/240 atau
240/480//277 V. Transformator distribusi CPSB mempunyai bentuk yang mirip
dengan transformator CSP, tetapi CPSB dilengkapi dengan dua buah circuit
breaker, yang digunakan untuk memisahkan bagian sekunder bila diperlukan.
Transformator distribusi yang sering digunakan pada saluran bawah tanah
sistem distribusi dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Subway Transformer
2. Low Cost Residential Transformer
3. Network Transformer
Subway Transformer digunakan dalam ruang bawah tanah. Dengan tipe
konvensional dan tipe pengaman arus. Low Cost Residential Transformer pada
dasarnya sama dengan transformator konvensional saluran udara. Network
Transformer digunakan pada jaringan sekunder. Network transformers
mempunyai pemutus primer dan switch grounding.
36
untuk menurunkan besar tegangan dari sisi primer ke sisi sekunder dan juga untuk
mengisolasi bagian yang bertegangan tinggi sehingga besaran-besaran yang
diukur berada pada sisi sekunder (tegangan rendah) dan sebagai standarisasi untuk
masukan pada alat-alat ukur Volt meter MW MVAR KWH maupun sistem
proteksi distance rele. Sisi primer transformator tegangan dipasang paralel pada
jaringan dan sisi sekunder dipasang paralel tegangan instrument pengukur dan
relai pengaman. Rating tegangan primer transformator tegangan tiga fasa atau
transformator tegangan satu fasa yang digunakan untuk sistem satu fasa atau
antara fasa-fasa pada sistem tiga fasa harus sama dengan tegangan nominal
sistem.
b. Transformator Arus (Current Transformer)
Current transformator atau transformator arus ialah peralatan yang
berfungsi sebagai peralatan untuk menurunkan besaran arus dari sisi primer ke sisi
sekunder dari nilai yang besar ke nilai yang rendah dan juga untuk mengisolasi
bagian yang bertegangan tinggi sehingga besaran-besaran yang diukur berada
pada sisi sekunder (tegangan rendah) dan sebagai standarisasi untuk masukan
pada alat-alat ukur amperemeter MW MVAR KWH.
Belitan primer hanya terdiri dari beberapa lilitan saja, bahkan kadang-
kadang hanya terdiri dari satu lilitan, yaitu konduktor saluran. Sedangkan belitan
sekunder terdiri dari benyak lilitan. Rangkaian sekunder dari transformator arus
ini tidak boleh terbuka selama dirangkaian primer mengalir arus. Seandainya
rangkaian sekunder sampai terbuka, maka akan menyebabkan terjadinya beda
potensial yang tinggi sehingga dapat membahayakan operator. Beda potensial
tegangan yang tinggi ini disebabkan oleh amperturn primer memproduksi fluksi
pada intinya tanpa dibatasi oleh sekunder. Untuk menghindari bahaya yang
timbul, maka rangkaian sekunder transformator arus harus ditanahkan. Arus
nominal dari arus sekunder transformator dirancang untuk standar 5 ampere.
Ada 4 tempat yang biasa dipakai untuk penempatan transformator arus
yaitu:
a. Pada bushing saklar pemisah dengan isolasi bushing.
b. Pada dinding atau atap gardu induk
37
c. Pada bushing transformator daya
d. Pada isolator sendiri
38
h) Kerusakan sambungan
Jenis gangguan (fault) pada sistem distribusi saluran udara dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu (SPLN 52-3, 1983) :
1. Gangguan yang bersifat temporer
Gangguan yang bersifat sementara (temporer) karena dapat hilang
dengan sendirinya dengan cara memutuskan bagian yang terganggu sesaat,
kemudian menutup balik kembali, baik secara otomatis (autorecloser) maupun
secara manual oleh operator. Bila gangguan tidak dapat dihilangkan dengan
sendirinya atau dengan bekerjanya alat pengaman (recloser) dapat menjadi
gangguan tetap dan dapat menyebabkan pemutusan tetap. Bila gangguan
sementara terjadi terjadi berulang - ulang dapat menyebabkan gangguan
permanen, dapat menyebabkan kerusakan peralatan.
39
jaringan trasmisi tegangan tinggi. Pada umumnya gangguan ini akan
menyebabkan pemadaman yang mencakup daerah yang luas.
b. Gangguan Jaringan
Gangguan sistem jaringan distribusi primer tegangan tegangan menengah 20
kV mengakibatkan putusnya pasokan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit
tenaga listrik ke daerah – daerah tertentu.
Pada umumnya penyebab gangguan jaringan adalah :
1. Gangguan peralatan
Gangguan ini dapat diakibatkan oleh kerusakan kabel instalasi
pada gardu hubung atau penuaan alat.
2. Gangguan akibat penyulang lain
Pada keadaan jumlah penyulang yang tidak bekerja atau trip lebih
dari satu, maka untuk menentukan penyulang yang terganggu
didasarkan pada indikasi relay proteksi yang bekerja. Bila
indikasi relay yang bekerja menunjukkan gangguan over current
dan ground fault maka dapat dipastikan penyulang tersebut yang
terganggu. Bila indikasi gangguan yang muncul hanya ground fault
saja maka dapat dikatakan bahwa terjadi gangguan akibat penyulang
lain.
3. Gangguan mahluk hidup
Pada umumnya gangguan ini bersifat sementara/temporer dan
penyebab langsung dapat dihilangkan, misalnya kelalaian manusia
dalam mengoperasikan peralatan, dahan pohon dan binatang yang
menempel pada kabel instalasi. Gangguan jaringan ditribusi yang
disebabkan baik dari luar maupun dari dalam dapat mengakibatkan
terjadinya tegangan lebih atau hubung singkat. Hubung singkat
yang mungkin terjadi adalah :
a. Gangguan hubung singkat 3 phasa.
b. Gangguan hubung singkat 2 phasa.
c. Gangguan hubung singkat 1 phasa
40
2.8. Keandalan (Reliability) Pada Sistem Distribusi
2.8.1. Konsep Dasar Keandalan Pada Sistem Distribusi
Setiap benda dapat mengalami kegagalan dalam mengoperasikan peralatan
ada beberapa penyebab kegagalan pengoperasian ini adalah :
1. Kelalaian manusia.
2. Perawatan yang buruk.
3. Kesalahan dalam penggunaan.
4. Kurangnya perlindungan terhadap tekanan lingkungan yang
berlebihan.
Akibat yang ditimbulkan dari kegagalan dalam proses dan sistem ini
bervariasi dari ketidaknyamanan pengguna hingga kerugian biaya ekonomis yang
cukup tinggi bahkan timbulnya korban jiwa manusia.
Teknik keandalan bertujuan untuk mempelajari konsep, karakteristik,
pengukuran, analisis kegagalan dan perbaikan sistem sehingga menambah waktu
ketersediaan operasi sistem dengan cara mengurangi kemungkinan kegagalan.
41
tinggi dari kegagalan peralatan, perbaikan peralatan dan program
jaminan.
Sistem yang mempunyai keandalan tinggi akan mampu memberikan
tenaga listrik setiap saat dibutuhkan, sedangkan sistem yang mempunyai
keandalan rendah bila tingkat ketersediaanya rendah, yaitu seringnya padam.
Adapun macam-macam tingkatan keandalan dalam pelayanan dapat
dibedakan menjadi 3 hal antara lain (Tim Kajian Perencanaan Sistem Distribusi
Tenaga Listrik, 2005) :
a. Sistem dengan keandalan tinggi (High Reliability Sistem).
Pada kondisi normal, sistem akan memberikan kapasitas yang cukup untuk
menyediakan daya pada beban puncak dengan variasi tegangan yang baik. Dalam
keadaan darurat bila terjadi gangguan pada jaringan, maka sistem ini tentu saja
diperlukan beberapa peralatan dan pengamanan yang cukup banyak untuk
menghindarkan adanya berbagai macam gangguan pada sistem.
b. Sistem dengan keandalan menenganh (Medium Reliability Sistem)
Pada kondisi normal sistem akan memberikan kapasitas yang cukup untuk
menyediakan daya pada beban puncak dengan variasi tegangan yang baik. Dalam
keadaan darurat bila terjadi gangguan pada jaringan, maka sistem tersebut masih
bisa melayani sebagian dari beban meskipun dalam kondisi beban puncak. Dalam
system ini diperlukan peralatan yang cukup banyak untuk mengatasi serta
menaggulangi gangguan-gangguan tersebut.
c. Sistem dengan keandalan rendah (Low Reliability Sistem)
Pada kondisi normal sistem akan memberikan kapasitas yang cukup untuk
menyediakan daya pada beban puncak dengan variasi tegangan yang baik. Jika
terjadi gangguan pada jaringan, sistem sama sekali tidak bisa melayani beban
tersebut. Jadi perlu diperbaiki terlebih dahulu, tentu saja pada sistem ini peralatan-
peralatan pengamanannya relatif sedikit.
Kontinyuitas pelayanan, penyaluran jaringan distribusi tergantung pada
jenis dan macam sarana penyalur dan peralatan pengaman, di mana sarana
penyaluran (jaringan distribusi) mempunyai tingkat kontinyuitas yang tergantung
pada susunan saluran dan cara pengaturan sistem operasiannya, yang pada
42
hakekatnya direncanakan dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan dan sifat beban.
Tingkat kontinyuitas pelayanan dari sarana penyaluran di susun berdasarkan
lamanya upaya menghidupkan kembali suplai setelah pemutusan karena
gangguan. Tingkatan kontinyuitas pelayanan dapat dibedakan menjadi 4 yaitu
: (SPLN 52-3, 1983) :
1. Tingkat 1
Dimungkinkan padam berjam-jam, yaitu waktu yang diperlukan
untuk mencari dan memperbaiki bagian yang rusak karena
gangguan.
2. Tingkat 2
Padam beberapa jam, yaitu yang diperlukan untuk mengirim
petugas ke lapangan, melokalisasi kerusakan dan melakukan
manipulasi untuk menyalakan sementara kembali dari arah atau
saluran yang lain.
3. Tingkat 3
Pada beberapa menit, yaitu manipulasi oleh petugas yang siap sedia
di gardu atau dilakukan deteksi/pengukuran dan pelaksanaan
manipulasi jarak jauh dengan bantuan Distribution Control Centre
(DDC).
4. Tingkat 4
Padam beberapa detik, yaitu pengamanan dan manipulasi secara
otomatis dari DCC (Distribution Control Centre). Tanpa padam
yaitu jaringan yang dilengkapi instalasi cadangan terpisah dan
otomatis secara penuh dari DCC (Distribution Control Centre).
43
b. Bila terjadi gangguan, daerah yang mengalami pemadaman
sedikit mungkin.
c. Tegangan sumber cukup baik
d. Losses tidak terlalu besar.
Tetapi untuk mencapai semuannya itu tergantung dari system dan tipe
peralatan pengaman yang diterapkan. System pengaman bertujuan untuk
mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya yang
disebabkan karena adanya gangguan serta meningkatkan kontinyuitas pelayanan
pada konsumen dan menjaga keselamatan umum.
Keandalan merupakan probabilitas suatu alat (device) untuk dapat berfungsi
sesuai dengan fungsi yang diinginkan selama jangka waktu yang ditetapkan.
Analisa bentuk kegagalan merupakan suatu analisa bagian dari system atau
peralatan yang dapat gagal, bentuk kegagalan yang mungkin, efek masing –
masing, bentuk kegagalan dari system yang komplek. Keandalan menyatakan
kemungkinan bekerjanya suatu peralatan atau system sesuai dengan fungsinya
untuk suatu selang waktu tertentu dan kondisi tertentu. Dengan demikian
keandalan dapat digunakan untuk membandingkan suatu peralatan atau system
dengan peralatn atau system yang lain. Evaluasi keandalan ada dua macam, yaitu
penilaian secara kualitatif dan kuantitatif.
System merupakan sekumpulan komponen – komponen system yang
disusun pola tertentu. Keandalan dari suatu system distribusi ditentukan oleh
keandalan dari komponen – komponen yang membentuk suatu system tersebut
dan komponen itu sendiri.
Keandalan merupakan probabilitas suatu alat (device) untuk dapat berfungsi
sesuai dengan fungsi yang diinginkan selama selang waktu yang di tetapkan.
Definisi keandalan mengandung empat istilah penting yaitu.
a. Fungsi
b. Lingkunagn (kondisi operasi)
c. Waktu
d. Probabilitas
44
a. Fungsi
Keandalan suatu komponen perlu dilihat apakah suatu komponen dapat
melakukan fungsinya secara baik pada jangka waktu tertentu. Kegagalan fungsi
dari komponen dapat disebabkan oleh perawatan yang tak terencana (unplanned
maintenance). Fungsi atau kinerja dari suatu komponen terhadap suatu system
mempunyai tingkatan yang berbeda – beda.
b. Lingkungan
Keandalan setiap peralatan sangat bergantung pada kondisi operasi
lingkungan. Secara umum lingkungan tersebut menyangkut pemakaian,
transportasi, penyimpanan, instalasi, pemakai, ketersediaan, alat – alat perawatan,
debu, kimia, dan polutan lain.
c. Waktu
Keandalan menurun sesuai dengan pertambahan pada waktu. Waktu operasi
meningkat sehingga probabilitas gagal lebih tinggi. Waktu operasi ini diukur tidak
hanya dalam unit waktu tetapi bisa dalam jarak operasi.
d. Probabilitas
Keandalan diukur sebagai probabilitas. Sehingga probabilitas yang berubah
terhadap waktu dan masuk dalam bidang statistik dan analisa satatistik.
45
c. Mode Kegagalan
Akibat yang diamati untuk mengetahui kegagalan, misalnya suatu
keadaan rangkaian terbuka atau hubung singkat.
d. Mekanisme Kegagalan
Proses fisik, kimia atau proses lain yang menghasilkan kegagalan.
Kata kegagalan adalah istilah dasar yang menunjukkan berakhirnya untuk
kerja yang diperlukan. Hal ini berlaku untuk peralatan bagian – bagiannya dalam
segala keadaan lingkungan.
Gangguan listrik pada jaringan system distribusi dinyatakan sebagai
kerusakan dari peralatan yang mengakibatkan sebagaian atau seluruhnya
pelayanan listrik terganggu. Besaran yang dapat digunakan untuk menentukan
nilai keandalan suatu peralatan listrik adalah besarnya suatu laju
kegagalan/kecepatan kegagalan (failure rate) yang dinyatakan dengan symbol λ.
Atau
f ........................................................................(2)
T
46
Dimana :
λ : Failure Rate (angka/laji kegagalan konstan)
N atau f : Total number of failure (jumlah kegagalan selama selang
waktu)
Us
t .......................................................................(3)
T
47
Priode dimana kegagalan terjadi pada angka kecepatan yang hampir
sama. Pada daerah kegagalan normal ini, laji kegagalan dapat dianggap
konstan. Hal ini dapat disebabkan oleh karena system suatu peralatan
listrik sudah beroprasi dengan stabil sehingga kemungkinan terjadinya
kegagalan setiap waktu adalah sama. Pada pembahasan selanjutnya, laju
kegagalan yang akan digunakan adalah laju kegagalan normal ini saja.
Kerena system atau peralatan listrik bekerja pada daerah ini.
c. Selang Waktu Kegagalan Akhir (Wearr-Out)
Priode dimana kegagalan terjadi pada angka kegagalan bertambah secara
cepat dibandingkan dengan priode sebelumnya. Pada daerah kegagalan
akhir ini, laju kegagalan semakin besar dengan bertambahnya waktu.
Hal ini disebabkan oleh karena dengan semakin tuanya peralatan listrik,
maka kegaglan yang terjadi akan semakin banyak.
i Ni .......................................................................(6)
N
48
Dimana :
λi = adalah laju kegagalan unit dan
Ni = adalah banyak pelanggan pada suatu titik
i Ni
..........................................................................(7)
Ui Ni
U i Ni
.....................................................................(8)
N
Dimana :
Ui = adalah annual outage time dan
Ni = adalah jumlah pelanggan pada satu titik
49
lingkup yang lebih kecil (feeder).
jumlah durasi gangguan pelanggan
CAIDI
jumlah pelanggan terganggu
Ui Ni .....................................................................(9)
i N
Dimana :
λi = adalah laju kegagalan
Ui = adalah annual outage time dan
Ni = adalah jumlah pelanggan pada satu titik
Ni 8760 Ui Ni ........................................(10)
Ni 8760
ASUI 1 ASAI
Ui Ni .............................................................(11)
Ni 8760
Dimana 8760 adalah jumlah jam dalam 1 tahun
50
BAB III
METODE PENELITIAN
51
dengan cara melalui penelitian lapangan meliputi banyak
padam/gangguan pada tahun 2015 dan lamanya gangguan pada tahun
2015.
b. Data dan Pembahasan.
2. Refrensi buku pustaka yaitu :
Metode literature yaitu dengan mengumpulkan data – data yang
berasal dari buku pedeoman dan sumber – sumber refrensi lainnya
yang berkaitan dengan topik diatas.
Dimana :
f = jumlah kegagalan selama selang waktu
T = jumlah lamanya selang waktu pengamatan
Dimana :
t : lama gangguan (jam)
52
Sehingga rumus diatas menjadi :
lama gangguan
U 60 jam / th
12
1 jam = 60 menit
∑
∑
Dimana :
λi = adalah laju kegagalan unit
Ni = adalah banyak pelanggan pada suatu titk
∑
∑
Diamana :
Ui = adalah annual outage time dan
Ni = adalah jumlah pelanggan pada suatu titk
∑
∑
Dimana :
λi = adalah laju kegagalan
Ui = adalah annual outage time
53
Ni = adalah jumlah pelanggan
54
BAB IV
55
Sehingga rumus diatas menjadi :
Dimana angka 12 diambil dari banyaknya data yang dipakai yaitu selama
bulan (Januari 2015 sampai Desember 2015).
a. Feeder Mambruk :
b. Feeder Kasuari :
c. Feeder Rajawali :
d. Fedeer Maleo :
e. Feeder Nuri :
f. Feeder Merpati :
56
Tabel 2. Lamanya gangguan pada fedeer PT. PLN Persero
Cabang Manokwari tahun 2015
lama gangguan
U 60 jam / th
12
1 Jam = 60 menit
Dimana angka 12 diambil dari banyaknya data yang dipakai yaitu selama 12
buan (Januari 2015 sampai Desember 2015).
a. Feeder Mambruk :
263 414 199 142 385 329 381 1014 753 404 629 657
U 60 7.73 jam / th
12
b. Feeder Kasuari :
122 150 413 390 1187 357 534 516 186 270 514 556
U 60 7.21 jam / th
12
57
c. Feeder Rajawali :
77 195 87 68 622 60 232 150 152 73 52 268
U 60 2.68 jam / th
12
d. Feeder Maleo :
650 553 658 573 1457 1627 1301 1062 732 503 662 1139
U 15.16 jam / th
60
12
e. Feeder Nuri :
96 188 139 134 504 336 267 222 314 209 106 426
U 60 4.08 jam / th
12
f. Feeder Merpati :
62 173 75 113 226 214 426 298 673 366 297 268
U 4.43 jam / th
60
12
Berikut ini kana dihitung nilai pelanggan jasa PT. PLN Persero Cabang
Manokwari untuk masing – masing Feeder :
N = N1 + N2 + N3 + N4 + N5 + N6
= 18518 pelanggan.
1. Feeder Mambruk :
Berdasarkan table 1 dan table 2 didapatkan data sebagai berikut :
Ni = Banyaknya pelanggan pada feeder Mambruk
= 1674 pelanggan
λ i = 25.16 kali/th
Ui= 7.73 jam/th
Sehingga didapatkan nilai indeksnya sebagai berikut :
58
1.1.System Average Interruption Frequency Index (SAIFI)
Dengan menggunakan rumus (6) diperoleh :
i Ni
SAIFI =
N
25.16x1674
= 2.27 gangguan / pelanggan
18518
U i Ni
CAIDI
i N
7.73 1674
= 0.1 jam / pelanggan
25.16 18518
59
=
1674 8760 7.73 18518
1674 8760
= 0.99023
2. Feeder Kasuari
Berdasarkan table 1 dan 2 didapatkan data sebagai berikut :
Ni = Banyak pelanggan pada feeder Kasuari
= 3153
i = 14.5 kali/th
Ui = 7.21 jam/th
Sehingga didapatkan nilai indeksnya sebagai berikut :
2.1. System Average Interruption Frequency Index (SAIFI)
Dengan menggunkan rumus (6) peroleh :
14.5 3153
SAIFI 2.46 gangguan / pelanggan
18518
60
2.4.Costumer Average Interruption Index (CAIDI)
Dengan menggunkan rumus (9) diperoleh :
7.21 3153
CAIDI 0.08 jam / pelanggan
14.5 18518
ASAI
3153 8760 7.21 18518
3153 8760
= 0.99516
Dengan menggunkan rumus (11) diperoleh :
ASUI 1 ASAI
= 1 – 0.99516
= 0.004834
3. Feeder Rajawali
Berdasarkan table 1 dan 2 didapatkan data sebagai berikut :
Ni = Banyak pelanggan pada feeder Rajawali
= 2189 pelanggan
i = 5.25 kali/th
Ui = 2.68 jam/th
61
5.25 2189
CAIFI 0.23 gangguan / pelanggan
2.68 18518
ASAI
2189 8760 2.68 18518
2189 8760
= 0.99841
Dengan menggunkan rumus (11) diperoleh :
ASUI 1 ASAI
= 1 – 0.99841
= 0.00159
4. Feeder Maleo
Berdasarkan table 1 dan 2 didapatkan data sebagai berikut :
Ni = 5915
i = 29.16
Ui = 15.16 jam/th
Sehingga didapatkan nilai indeksnya sebagai berikut :
4.1.System Average Interruption Frequency Index (SAIFI)
Dengan menggunakan rumus (6) diperoleh :
62
29.16 5915
SAIFI 9.31 gangguan / pelanggan
18518
ASAI
5915 8760 15.16 18518
5915 8760
= 0.99458
Dengan menggunakan rumus (11) diperoleh :
ASUI = 1 – ASAI
= 1 – 0.99458
= 0.00542
5. Feeder Nuri
Berdasarkan table 1 dan 2 didapatkan data sebagai berikut :
Ni = Banyaknya pelanggan pada feeder Nuri
= 3531 pelanggan
63
i = 8.16 kali/th
Ui = 4.08 jam/th
8.16 3531
SAIFI 1.55 gangguan / pelanggan
18518
ASAI
3531 8760 4.08 18518
3531 8760
= 0.99653
Dengan menggunakan rumus (11) diperoleh :
64
ASUI = 1- ASAI
= 1 – 0.99653
= 0.00347
6. Feeder Merpati :
Berdasarkan tabel 2 dan tabel 3 didapatkan data sebagai :
Ni = Banyaknya pelanggan pada feeder Merpati
= 2083 pelanggan
i = 11.5 kali/th
Ui = 4.43 jam/th
4.43 2083
CAIDI 0.043 jam / pelanggan
11.5 18518
65
6.5.Average Service Availability (Unavaibility) Index (ASAI/ASUI)
Dengan menggunakan rumus (10) diperoleh :
ASAI
2083 8760 4.43 18518
2083 8760
= 0.99551
Dengan menggunakan rumus (11) diperoleh :
ASUI = 1 – ASAI
= 1 – 0.99551
= 0.00449
4.3. Pembahasan
Dari hasil perhitungan diatas maka dapat dilihat nilai indeks yang
didapatkan untuk masing – masing Feeder PT. PLN (Persero) Cabang Manokwari
pada tabel. 3 berikut :
66
1.1. Mambruk : 2.27 gangguan/pelanggan
1.2. Kasuari : 2.46 gangguan/pelanggan
1.3. Rajawali : 0.62 gangguan/pelanggan
1.4. Maleo : 9.31 gangguan/pelanggan
1.5. Nuri : 1.55 gangguan/pelanggan
1.6. Merpati : 1.29 gangguan/pelanggan
Berdasarkan dari nilai dapat dianalisa bahwa nilai SAIFI untuk masing –
masing feeder masih berada pada batas nilai yang telah ditargetkan oleh PT. PLN
(Persero) Cabang Manokwari.
35
30
25
20
15 Pehitungan
10 Target PLN
5
0
Dari grafik diatas terlihat pada feeder Rajawali memiliki nilai SAIFI yang
paling kecil yaitu 0.62, ini menandakan feeder tersebut sedikit mengalami
terjadinya gangguan (pemadaman). Ini mengakibatkan feeder Rajawali memiliki
nilai SAIFI yang paling baik dari kelima feeder lainnya pada PLTD Sanggeng
Manokwari, dikuti oleh feeder Merpati, feeder Merpati, feeder Kasuari, feeder
Mambruk dan feeder Maleo. Artinya feeder Rajawali memiliki system yang lebih
handal (sedikit mengalami gangguan) dibandingkan kelima feeder lainnya yang
mengalami gangguan lebih banyak. Untuk feeder Maleo memiliki nilai SAIFI
yang lebih tinggi dari feeder-feeder yang lainnya, tetapimasih dalam batas target
67
PT. PLN (Persero) Cabang Manokwari ini menandakan feeder tersebut banyak
mengalami gangguan (pemadaman) dalam satu tahun.
3
Perhitungan
2
Target PLN
68
Dari grafik diatas terlihat pada feeder Rajawali memiliki nilai SAIDI yang
paling kecil yaitu 0.31, ini memnandakan pada feeder Rajawali sedikit terjadinya
gangguan (pemadaman). Ini mengakibatkan feeder Rajawali memiliki nilai SAIDI
yang paling baik dan sesuai target PT. PLN (Persero) Cabang Manokwari dari
kelimaa feeder lainnya pada PLTD Sanggeng Manokwari, diikuti oleh feeder
Merpati, feeder Mambruk, feeder Nuri, feeder Kasuari, feeder Maleo. Artinya
feeder Rajawali memiliki kinerja system yang lebih baik dibandingkan kelima
feeder lainnya, sehingga hanya mengalami pemadaman dalam jangka waktu
singkat.
Berdasarkan tabel diats dapat dilihat bahwa nilai CAIFI dan SAIDI pada
feeder Rajawali paling kecil dibandingkan dengan feeder yang lainnya (feeder
Merpati, feeder Kasuari, feeder Nuri, feeder Mambruk, feeder Maleo) ini
menandakan pelayanan pada pelanggan/konsumen pada feeder ini paling baik atau
bagus dibandingkan dengan feder lainnya.
69
0.7
0.6
0.5
0.4 CAIFI
0.3 CAIDI
0.2
0.1
0
Mabruk Kasuari Rajawali Maleo Nuri Merpati
Pada tabel diatas terlihat nilai ASAI yaitu indeks yang menyatakan
ketersediaan pelayanan rata-rata lebih besar dibandingkan dengan ASUI yang
menyatakan indeks ketidaktersediaan pelayanan rata-rata dalam satu tahun. Ini
memperlihatkan kinerja PT. PLN (Persero) Cabang Manokwari sangat baik.
Khususnya feeder Rajawali dimana nilai ketersediannya mencapai 0.998 atau
9.98%.
70
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5 ASAI
0.4 ASUI
0.3
0.2
0.1
0
Mambruk Kasuari Rajawai Maleo Nuri Merpati
71
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Dari perhitungan dan analisa indeks keandalan system distribusi pada
Pembangkit Listrik Diesel (PLTD) Sanggeng Manokwari PT. PLN (Persero)
Cabang Manokwari dilakukan dengan mengitung indeks pelanggan pengguna jasa
PLN maka dapat disimpulkan beberapa hasl sebagai berikut :
1. Nilai SAIFI yang ditargetkan oleh PT. PLN (Persero) Cabang
Manokwari sebesar 33.10, dari hasil yang telah dianalisa bahwa pada
system distriubusi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel memenuhi syarat.
2. Nilai SAIDI yang ditargetkan PT. PLN (Persero) Cabang Manokwari
sebesar 0.76 menunjukkan bahwa dari ke enam feeder ada dua feeder
yang kurang memenuhi syarat yaitu feeder Maleo dan feeder Kasuari.
3. Untuk indeks berorientasi pelanggan lainnya yaitu CAIFI, CAIDI,
ASAI, dan ASUI feeder Rajawali memiliki nilai yang paling baik
dibandingkan dengan feeder yang lainnya.
4. Dari segi pelayanan pada pelanggan, pada feeder Mambruk, feeder
Kasuari, feeder Merpati, feeder Rajawali, feeder Nuri, feeder Maleo
menunjukkan bahawa :
a. Untuk indeks CAIFI, memberikan konstribusi banyaknya gangguan
dalam ruanglingkup lebih kecil terdapat pada feeder Rajawali
sebesar 0.23 dan yang terbesar terdapat pada feeder Maleo 0.61.
b. Untuk Indeks CAIDI, memberikan konstribusi lamanya gangguan
dalam ruanglingkup lebih kecil terdapat pada feeder Merpati sebesar
0.43 dan yang paling besar pada feeder 0.166.
c. Untuk indeks ASAI memberikan konstribusi kemampuan suatu
system untuk mensuplai dalam jangka waktu satu tahun, yang paling
besar terdapat pada feeder Rajawali sebesar 0.99841, dan yang
paling kecil terdapat pada feeder Mambruk 0.99023.
72
d. Untuk indeks ASUI, memberikan konstribusi ketidakmampuan /
ketidak tersediaan suatu system untuk mensuplai dalam jangka
waktu satu tahun, yang paling besar terdapat pada feeder Maleo
0.00543 dan yang paling kecil terdapat pada feeder Rajawali
0.00159.
5. 2 Saran
Untuk mengantisipasi hal yang demikian disarankan :
Berdasarkan data gangguan yang didapat dari PT. PLN (Persero) Cabang
Manokwari maka untuk mengurangi gagguan dapat dilakukan dengan melakukan
perwatan yang lebih baik lagi pada jaringan distribusi maupun pada peralatan-
peralatn listrik.
Penelitian dan perhitungan ini hanya berdasarkan faktor gangguan yang
terjadi sehingga nantinya dapat dicari faktor lain yang mempengaruhi indeks
keandalan dari suatu system distribusi.
73