PENDAHULUAN
1
gangguan. Menurut Marsudi (1990 : 14) jumlah gangguan dalam system distribusi
relatif banyak di bandingkan dengan jumlah gangguan pada jaringan system yang
lain seperti pada unit pembangkit, saluran transmisi dan transformator.
System distribusi tenaga listrik merupakan suatu system penyalur energy
listrik dari pusat pembangkit tenaga listrik (power station) pada tingkatan
tegangan yang diperlukan, pada umumnya terdiri dari beberapa bagian yaitu :
Gardu Induk : Jaringan Distribusi Primer, Gardu Distribusi, Jaringan Distribusi
Sekunder.
Berdasarkan tegangannya system distribusi tenaga listrik di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi dua macam tegangan yaitu, distribusi tegangan menengah
(distribusi primer yang bertegangan 20 kV dan distribusi tegangan rendah
(distribusi sekunder) yang bertegangan 220/380 Volt.
Permasalahan yang mendasar pada jaringan distribusi daya listrik adalah
pada mutu, kontinuitas dan ketersediaan pelayanan daya liatrik pada pelanggan.
Penggunaan evaluasi keandalan system pada jaringan distribusi primer 20 kV
merupakan salah satu faktor yang penting untuk menentukan segala langkah yang
menjamin penanganan secara benar permasalahn yang mendasar tersebut,
sehingga dapat diantisipasi terjadinya gangguan distribusi yang disebabkan karena
menurunnya tingkat keandalan melampaui batas yang memadai atau karena
kurangnya pemeliharaan, yang akan berakibat pada memendeknya umur dari
peralatan yang bersangkutan.
Dilihat dari kondisi kelistrikan kota Manokwari, tuntutan kebutuhan
masyarakat akan listrik semakin meningkat akhir – akhir ini. Pelayanan dalam
penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat (khusunya Kota Manokwari)
merupakan hal yang sangat penting, maka hal – hal yang dapat mempengaruhi
keandalan saluran distribusi perlu diperhitungkan.
Gangguan - gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi Kota
Manokwari berupa gangguan permanen, gangguan temporer, gangguan fasa RST
sesaat, gangguan GROUNFAULT, gangguan OVERCARRENT dan Black Out
(BO), yang menyebabkan kontinuitas pelayanan saluran tergangguan sampai
gangguan tersebut dipulihkan.
2
Untuk mengantisipasi hal ini maka diperlukan suatu perhitungan untuk
mengetahui seberapa baik indeks keandalan system jaringan distribusi dan
berbagai macam indeks yang berhubungan dengan pelanggan pengguna jasa PT.
PLN. Untuk mengetahui keandalan suatu penyulang maka di tetapkan suatu
indeks keandalan yaitu besaran untuk membandingkan penampilann suatu system
distribusi. Indeks – indeks keandalan yang sering dipakai dalam suatu system
distribusi adalah SAIFI (Sistem Average Interruption Frequency Index), CAIFI
(Costumer Average Interruption Frequency Index), SAIDI (customer Average
Interruption Frequency Index), CAIDI (Customer Average Interruption Frequency
Index), ASAI/ASUI (Average Service Avaibility (Unavaibility) Index. Indeks
keandalan pada dasarnya adalah suatu angka atau parameter yang menunjukkan
tingkat pelayanan atau tingkat keandalan dari pada suplai tenaga listrik
kekonsumen.
3
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat kita ambil dari penelitian ini adalah :
a. Bagi PT.PLN Persero Cabang Manokwari, dapat mengetahui indeks
keandalan system distribusi untuk PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel) PT.PLN Persero Cabang Manokwari.
b. Bagi penulis, dapat mengetahui bagaimana menentukan dan
menganalisa keandalan system serta menerapkan ilmu yang didapat
sewaktu perkuliahan dengan system yang ada.
c. Bagi Mahasiswa, dapat dijadikan sebagai refrensi untuk mengetahui
lebih banyak tentang keandalan system.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Hal ini juga dilakukan pada suatu GI dengan mempergunakan transformator
penurun (step-down transformer). Saluran 20 KVini menelusuri jalan-jalan di
seluruh kota, merupakan sistem distribusi primer.
Di tepi-tepi jalan, biasanya berdekatan dengan persimpangan terdapat
gardu-gardu distribusi (GD) yang mengubah tegangan menengah menjadi
tegangan rendah melalui transformator distribusi. Melalui tiang-tiang listrik yang
terlihat ditepi jalan, tenaga listrik tegangan rendah disalurkan kepada konsumen.
Di Indonesia, tegangan rendah adalah 220/380 volt, dan merupakan sistem
distribusi sekunder.
6
a. Gardu Induk (GI)
b. Saluran Tegangan Menengah (TM)/Distribusi Primer
c. Gardu Distribusi (GD)
d. Saluran Tegangan Rendah (TR)
7
b. Sisi Tengah Menengah
1. Pemutus Tegangan trafo (incoming circuit Breaker)
2. Pemutus Tenaga Kabel (outgoing Circuit Breaker)
3. Trafo Arus (CT)
4. Tafo Tegangan (PT)
c. Peralatan control
1. Panel Kontrol
2. Panel Relay
3. Meter-meter pengukuran
8
4. Fleksibelitas terhadap penambahan baban. Untuk penyaluran
tegangan listrik dari sumber daya listrik baik berupa pusat
pembangkitan maupun gardu induk sampai ke pusat-pusat beban
digunakan jaringan menengah.
Pada system jaringan distribusi primer saluran yang digunakan pada
masing-masing beban disebut penyulang (Feeder). Pada umumnya setiap
penyulang diberi nama sesuai dengan daerah beban yang dilayani, hal ini
bertujuan untuk memudahkan mengingat jalur-jalur yang dilayani oleh penyulang
tersebut. System penyaluran tenaga listrik pada jaringan distribusi primer dapat
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel tanpa isolasi seperti
kawat AAAC (All Aluminium Alloy Conductor), ACSR
(alluminium conductor steel reinforce) dan lain-lain.
2. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)
Jenis penghantar yang dipakai adalah berisolasi seperti MVTIC
(Medium Volttage Twested Insulate Cable).
3. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)
Jenis penghantar yang di pakai adalah kabel tanam berisolasi PVC
(Poly Venyl Clorida), EXLP (Crosslink Polythelene).
9
2. Saluaran Kawat Udara Tegangan Rendah
Jenis penghantar yang dipakai adalah kawat berisolasi seperti kabel
LVTC (Low Voltage Twested Cable)
10
kepadatan pemakaian energi listrik. Sekalipun operasi dan pemeliharaan lebih
mudah, tetapi bilamana terjadi gangguan pada kabel tanah,perbaikannya
merupakan pekerjaan yang sukar, lebih-lebih bilamana kabel ini ditanamkan
dijlan yang lalu-lintasnya padat.
11
Kerugian pada saluaran udara adalah :
a. Mudah mendapat gangguan seperti angina,pohon,cuaca buruk dan
sebagainya.
b. Menggangu keindahan lingkungan.
Penggunaan konduktor saluran udaradapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Saluran Udara Tegangan Menengah merupakan kawat tanpa isolasi yang
dipasang diatas tiang yang tingkat keandalannya realtif rendah dibandingkan
dengan hantaran jenis lain, yang disebakan oleh adanya banyak pengaruh
gangguan secara langsung baik karena kegagalan alat maupun gangguan dari
manusi. Saluran udara ini umumnya masih banyak digunakan didaerah pedesaan.
Jenis bahan konduktor hantaran udara tegangan menengah adalah :
a. Kawat tembaga atau Bare Copper Conductor
b. Kawat alumunium atau All Allloy Aluminium Conductor (AAAC)
c. Kawat aluminium berinti kawat baja atau Aluminium Conductor
Steal Reinforced (ACSR)
2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)
Saluran kabel udara tegangan menengah adalah hantaran yang
menggunakan konduktor berisolasi yang tingkat keandalannya lebih baik di
bandingkan kawat telanjang. Penghantar jenis ini diperginakan untuk mengganti
hantaran udara tegangan menengah pada daerah dengan frekuensi gangguan yang
tingggi sehingga keadalan jaringan distribusi primer dapat ditingkatkan secara
selektif mungkin mengingat harganya yang relative mahal.
Jenis kabel udara tegangan menengah antara lain:
a. MVTIC atau Medium Voltage Twessted Insulated Cable
12
Keuntungan yang dimiliki oleh sistem jaringan bawah tanah adalah :
1. Keandalan tingggi.
2. Biaya pemeliharaan murah
3. Kabel tanah tidak mudah di ganggu oleh pengaruh-pengaruh hujan,
petir dan gangguan alam lainnya.
4. System jaringan bawah tanah tidak mengganggu keindahan
pemandangan atau lingkungan.
Kerugian system jaringan bawah tanah adalah :
1. Biaya investasi tinggi
2. Bila terjadi gangguan sulit melacak.
Penghantar yang digunakan adalah saluran kabel tanam tegangan menengah
(SKTM). Pengahantar ini mempunyai keandalan tinggi, sehingga banyak
digunakan untuk daerah perkotaan dan industri. Ada dua macam kabel yaitu kabel
tanam dengan isolasi minyak dan kabel tanam dengan isolasi plastik (PVC),
sedangkan bahan konduktornya adalah tembaga dan aluminium.
Kabel adalah suatu penghantar atau susunan dari beberapa penghantar yang
dianyam menjadi satu yang kemudian dilapisi dengan siolasi sehingga
meniadakan kontak listrik antara satu konduktor dengan konduktor yang lain, jika
kabel tersebut diberikan tegangan tertentu. Komponen pokok kabel adalah bahan
konduktornya dan isolasinya.
Kabel terdiri diri tiga bagian utama yaitu :
1. Bahan konduktor
2. Bahan isoalsi
3. Bahan perlindungan kabel
Bahan konduktor adalah bahan yang dapat mengalirkan arus listrik terus
menerus jika antar ujung-ujungnya diberikan beda potensial dalam rangkaian
tertutup. Bahan konduktor yang lazim dipakai adalah tembaga dan aluminium atau
campurannya.
Adapun konduktor memiliki keuntungannya yaitu :
1. Lebih mudah pekerjaan.
13
2. Pada umumnya titik cairnya tidak terlalu tinggi, sehingga lebih
mudah dikerjakan baik dalam keadaan panas maupun dingin.
Bahan isolasi adalah bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Bahan isolasi berpengaruh terhadap terhadap sifat-sifat elektris, mekanis maupun
kimia pada kabel.
Bahan pelindung kabel berfungsi senagai :
1. Melindungi terhadap korosi.
2. Penahan gaya mekanis.
3. Pelindung atau pengaman terhadap gaya listrik.
4. Mencegah keluarannya minyak pada kabel kartas yang diresapi
minyak dan mencegah masuknya uap air kedalaman kabel.
14
2.4.1. Sistem Radial
Sistem jaringan distribusi primer tipe radial memiliki jumlah sumber dan
penyulang hanya satu buah. Bila terjadi gangguan pada salah satunya (baik
sumber maupun penyulangnya), maka semua beban yang dilayani oleh jaringan
ini akan padam. Oleh karena itu nilai keandalan dari sistem jaringan distribusi
primer tipe radial ini adalah rendah. Sistem ini masih banyak dipergunakan di
daerah pedesaan dan perkotaan yang tidak membutuhkan keandalan tinggi.
Keterangan :
: Trafo
: Circuit Breaker
: Beban (konsumen)
Adapun keunggulan dan kelemahan dari sistem saluran radial antara lain
adalah :
1. Keunggulan :
a. Bentuknya sederhana
b. Biaya investasi relatif murah
15
2. Kelemahan :
a. Kualitas pelayanannya kurang baik karena rugi tegangan dan rugi
daya pada daya relatif besar.
b. Kontinyuitas pelayanan daya tidak terjamin sebab antara titik sumber
dan titik beban hanya ada satu alternatif saluran.
c. Bila saluran tersebut mengalami gangguan, maka seluruh rangkaian
setelah gangguan akan mengalami pemadaman total.
16
Gambar.3 Sistem Jaringan Distribusi Tipe Melingkar ( loop/ring)
Keterangan:
: Trafo Ditribusi
: BEban (Konsumen)
17
ini tidak berbeban dan hanya berfungsi sebagai penyulang cadangan untuk
mensuplai penyulang tertentu yang mengalami gangguan melalui gardu hubung.
Bagan sistem jaringan distribusi primer tipe spindel terlihat pada gambar 4.
: Circuit Breaker
: Beban (konsumen)
18
halnya penyulang kerja. Sistem ini mempunyai tingkat keandalan dan kontinyuitas
yang lebih baik di bandingkan dengan sistem lingkar (loop/ring) ataupun radial.
Sistem ini jarang dipergunakan pada sistem distribusi primer tegangan
menengah. Pada umumnya sistem ini diterapkan pada sistem transmisi tegangan
tinggi yang sering disebut sebagai sistem interkoneksi.
: Beban (konsumen)
Keunggulan dan kelemahan dari sistem saluran ini adalah :
1. Keunggulan :
a. Mempunyai keandalan sistem yang lebih tinggi
b. Dapat mengikuti pertumbuhan dan perkembangan beban.
c. Kualitas tegangan baik dan rugi daya kecil
2. Kelemahan :
a. Cara pengoperasian sulit.
b. Biaya sangat mahal
19
pada awal terjadinya gangguan. Keberhasilan berfungsinya proteksi memerlukan
adanya suatu koordinasi antara berbagai alat proteksi yang dipakai. Adapun fungsi
sistem pengaman adalah :
Melokalisir gangguan untuk membebaskan perlatan dari gangguan.
a. Membebaskan bagian yang tidak bekerja normal, untuk mencegah
kerusakan.
b. Memberi petunjuk atau indikasi atas lokasi serta macam dari
kegagalan
c. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang
tinggi kepada konsumen.
d. Untuk mengamankan keselamatan manusia terutama terhadap
bahaya yang ditimbulkan listrik.
Dalam usaha menjaga kontinuitas pelayanan tenaga listrik dan menjaga agar
peralatan pada jaringan primer 20 kV tidak mengalami kerusakan total akibat
gangguan, maka mutlak diperlukan peralatan pengaman. Adapun peralatan
pengaman yang digunakan pada jaringan tegangan menengah 20 kV terbagi
menjadi :
a. Peralatan pemisah atau penghubung
b. Peralatan pengaman arus lebih
c. Peralatan pengaman tegangan lebih.
20
b. Vacum Switch (AVS)
21
dioperasikan secara manual, karena waktu pemutusan terjadi sangat subyektif,
tergantung pada subyek operatornya. Hal ini merupakan alasan utama, mengapa
Disconnecting Switch tidak boleh dioperasikan pada saat rangkaian dalam
keadaan dilalui arus beban. Tugas utama alat ini umumnya digunakan untuk
memutus rangkaian dalam rangka perbaikan atau pemeliharaan. Terdiri dari buah
terminal terisolir dari tanah dan terpisah diantaranya oleh jarak isolasi (isolating
distance).
Saklar pemisah merupakan suatu peralatan yang merupakan pasangan
circuit breaker. Fungsi saklar pemisah yaitu memisahkan suatu bagian beban dari
sumbernya pada keadaan tidak berarus, sehingga dapat dilihat atau dipisahkan
dengan pasti bagian yang hidup dengan bagian yang tidak. Hubungan rangkaian
pemutus daya dan saklar pemisah adalah menempatkan pemutus daya diantara
dua buah saklar pemisah.
Pada umumnya hubungan pemutus daya dan saklar pemisah dilaksanakan
dengan sistem interlock. Yang dimaksud dengan interlock adalah agar tidak salah
pengoperasian dari dua buah peralatan. Dengan demikian saklar pemisah tidak
digunakan untuk memutuskan arus beban dan bekerjanya dengan urutan tertentu
yaitu pembukaan saklar pemisah selalu didahului oleh pembukaan pemutus
daya dan menutupnya pemutus daya sesudah saklar pemisah ditutup. Beberapa
fungsi saklar pemisah dalam gardu induk adalah :
a. Untuk mengisolir pemutus daya pada saat dilakukan
pemeliharaan pemutus daya.
b. Sebagai komponen simpangan (bypassing) dari pemutus data guna
menjamin kontinuitas penyaluran daya pada saat dilakukan
pemeliharaan pemutus daya.
c. Untuk memutuskan dan menghubungkan rel daya dan transformator
daya dalam keadaan tanpa beban.
Sukar atau mudahnya pemeliharaan ditentukan oleh metode penempatannya.
Sebaiknya saklar pemisah diletakkan pada tempat yang aman dan mudah dicapai
guna pemeliharaan. Untuk mengamankan operator sewaktu dilakukan
pemeliharaan peralatan, maka saklar pemisah dilengkapi dengan saklar
22
pentanahan (earthing switch). Saklar pentanahan dipasang antara bagian yang
bertegangan dari saklar pemisah dengan konduktor yang ditanahkan. Saklar
pentanahan dapat ditutup hanya jika saklar pemisah telah dibuka. Untuk menjamin
hal tersebut maka saklar pemisah dengan saklar pentanahan dipasang saling
mengunci (interlock).
Meskipun Disconnecting Switch tidak dimaksudkan untuk memutuskan arus
beban nominal maupun arus hubung singkat akan tetapi memenuhi persyaratan
tertentu.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi :
a. Mempunyai kapasitas arus nominal 15% diatas arus beban penuh.
b. Harus sanggup menahan tegangan nominal hingga tegangan 10%
diatas gangguan nominal.
c. Dalam keadaan tertutup harus mampu menahan momentary current
pada waktu terjadi hubung singkat.
d. Dapat menahan timbulnya beban termis dan gaya elektrodinamis
yang timbul pada saat terjadinya gangguan hubung singkat.
23
20 kV pada saat dilakukan perawatan jaringan distribusi pada daerah tertentu
sehingga tidak mengganggu daerah lain yang masih beroperasi.
24
Gambar.8 Load Break Switch (LBS)
Pada umumnya jika pengontrolan jarah jauh tidak bisa berjalan dengan
baik maka langkah selanjutnya adalah pemutusan dan penyambungan beban
secara manual yaitu dengan cara menarik tuas dengan menggunakan hook stick
yang terdapat pada gambar 8. Gambar 8 merupakan bagian peralatan utama LBS.
Terdapat tulisan OFF dan ON, warna tulisan OFF merah, sedangkan ON
berwarna hijau. Jika kita menarik tuas berlawanan arah jarum jam maka LBS akan
mengalami kondisi OFF. Sebaliknya jika tuas ditarik searah jarum jam berarti
LBS dalam kondisi ON. Pekerjaan ini dilakukan oleh petugas rayon maupun dari
operasi distribusi, untuk peralatannya menggunakan hook stick dan juga peralatan
K3 untuk keamanan petugas pelaksana.
25
menjadi lebih mudah.
26
memperkecil daerah pemadaman.
27
a. Fuse Cut Out
Fuse merupakan kombinasi alat pelindung dan pemutusan rangkaian,
yang mempunyai prinsip melebur (expulsion) atau mengamankan gangguan
permanen antara fasa ke tanah, apalagi dilewati arus yang besarnya melebihi
rating arusnya. Apabila terjadi gangguan maka elemen pelebur yang terletak pada
tabung fiber akan meleleh dan terjadi busur api yang akan mengenai tabung fiber
sehingga menghasilkan gas yang dapat segera mematikan busur api.
Karakteristik waktu/arus dari sebuah fuse adalah sekitar I2t. Karakteristik
arus waktu dari berbagai sambungan fuse yang berbeda, elemen-elemnnya
berbeda dan membutuhkan perhatian yang hati-hati untuk memakainya pada
sebuah sistem. Untuk semua jenis fuse, batas arus fusenya biasanya lebih tinggi
daripada arus normalnya. Factor penting yang mempengaruhi batas arus yang
sesuai dari fuse adalah arus beban lebih yang mungkin pada rangkaian termasuk
harnmonisa yang ada, naiknya arus lebih bersamaan arus ke transformator,
starting motor, kapasitor. Fuse-fuse yang melewatkan arus melampaui batas arus
untuk waktu lebih lama daripada waktu melewatkan arus pemutus minimum dapat
mengalami kerusakan yang dapat mempengaruhi karakteristiknya, terutama
kemampuan memutus.
28
Peralatan proteksi harus dirancang sedemikian rupa sehingga gangguan
dapat dengan segera diputuskan atau dihilangkan. Suatu gangguan yang serius
dapat menyebabkan pemutusan yang cepat dan dapat kerusakan pada peralatan.
Gangguan yang terjadi secara tidak langsung harus diketahui oleh operator
sehingga peralatan dapat dioperasikan di luar daerah kritis. Kejadian-kejadian
yang sangat berbahaya bagi operasi generator ataupun transformator adalah
hubung singkat, gangguan ke tanah, penguatan kurang, arus lebih dan panas
berlebihan.
Relay pengaman merupakan bentuk dasar dari peralatan listrik otomatik dan
sangat perlu untuk kerja dari sistem distribusi daya yang modern bahkan
tergantung padanya. Bila terjadi gangguan baik arus, tegangan, frekuensi dan
daya, relay pengaman akan mendeteksi dan memutus bagian yang mengalami
gangguan dari sistem. Selanjutnya akan mengembalikan ke keadaan normal atau
membangkitkan sinyal peringatan kepada operator.
Relay jenis ini adalah besar-nya arus yang masuk ke dalam relay, atau relay
arus lebih (over current relays). Relay ini memberikan reaksi terhadap besarnya
arus masukan, dan bekerja untuk memutuskan (trip) bilamana besarnya arus
melebihi nilai tertentu yang dapat diatur. Relay arus lebih akan menutup kontak –
kontaknya untuk menggerakkan rangkaian yang menyebabkan saklar daya
membuka atau menutup bilamana arus mencapai suatu nilai yang telah
ditentukan terdahulu. Dengan demikian, maka pada relay arus lebih terdapat
kepekaan terhadap besar arus yang mengalir.
Relay arus lebih dikategorikan menjadi 3 yaitu :
1. Relay arus lebih seketika (instantaneous over current relay)
2. Relay arus lebih dengan karakteristik tunda waktu (definite time over
current relay).
3. Relay arus lebih dengan karakteristik tunda waktu terbalik inverse
time over current relay )
Relay arus lebih seketika adalah relay yang bekerjanya tanpa penundaan
waktu atau jangka waktu relay mulai saat relay arusnya pickup sampai selesai,
sangat singkat (sekitar 20 sampai 100 ms).
29
Relay arus lebih dengan karakteristik tunda waktu tertentu, yaitu suatu relay
dengan jangka waktu mulai relay arus pickup sampai selesainya kerja relay
diperpanjang dengan nilai atau waktu tertentu. Sehingga apabila arus yang
mengalir telah melebihi arus setting maka relay akan bekerja sesuai dengan waktu
penundaan yang telah ditetapkan. Ada beberapa jenis relay arus lebih dengan
tunda waktu, hal ini sangat tergantung pada karakteristik waktu tundanya.
Berdasarkan tunda waktu kerjanya, relay lebih dapat dibedakan menjadi 4, yaitu :
a. Waktu tertentu (definite time).
b. Waktu minimal tertentu terbalik (inverse definite minimum
time/IDMT).
c. Sangat berbanding terbalik (very inverse).
d. Sangat berbanding terbalik sekali (extremely inverse).
30
Recloser biasanya dipasang pada sebuah atau lebih cabang (lateral) pada
jaringan sehingga gangguan yang terjadi tidak mempengaruhi seluruh jaringan.
Recloser dapat diatur dengan beberapa operasi berbeda , yaitu :
a. Dua kali operasi seketika (membuka dan menutup) diikuti dua kali
operasi waktu tunda maka recloser akan mengunci.
b. Satu kali operasi seketika diikuti tiga kali operasi waktu tunda. Tiga
kali operasi ditambah satu kali operasi waktu tunda.
c. Empat kali operasi seketika.
d. Emapt kali operasi waktu tunda.
31
Petir akan menyambar semua benda yang dekat dengan awan. Atau dengan
kata lain benda yang tinggi akan mempunyai peluang yang besar tersambar petir.
Transmisi tenaga listrik di darat dianggap lebih efektif menggunakan saluran
udara dengan mempertimbangkan faktor teknis dan ekonomisnya. Tentu saja
saluran udara ini akan menjadi sasaran sambaran petir langsung. Apalagi saluran
udara yang melewati perbukitan sehingga memiliki jarak yang lebih dekat dengan
awan dan mempunyai peluang yang lebih besar untuk disambar petir.
Bila gangguan ini dibiarkan maka dapat merusak peralatan listrik. Oleh
karena itu peralatan listrik itu harus dilindungi dari gangguan tegangan lebih
dengan memasang peralatan pengaman tegangan lebih, seperti :
a. Kawat tanah (Overhead Groundwire)
b. Lightning Arrester (LA)
32
sambaran tersebut.
33
Gambar.12 Lithtning Arrester
Arrester biasa dipasang pada saluran distribusi, hal ini dikarenakan tegangan
distribusi lebih rendah daripada tegangan transmisi, sehingga tegangan distribusi
lebih sering tersambar oleh petir. Hal tersebut juga dapat kita lihat pada gambar
12 di atas.
Menurut struktur dalamnya arrester ada dua jenis yaitu :
a. Gap type SiC arrester.
b. Gapless Metal Oxide Varistor ( MOV )
Dalam gap tipe arrester tahanan non linearnya terbuat dari Silikon Carbide
(SiC). Saat tegangan lebih terjadi, celah udara terpercik dan didapat impedansi
yang rendah dari path ke tanah, resistor seri menghasilkan power frekuensi diikuti
arus sehingga busur yang melalui celah udara dapat ditutup kembali sebelum
tegangan dan arus nol. Tahanan SiC tidak cukup tinggi untuk arrester tanpa celah
udara, bahan dasar adalah ZnO dalam isolasi oksida seperti Bi2O3.
2.6. Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induks-
elektromagnetik.Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga
listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam system tenaga
memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai, dan ekonomis untuk tiap-tiap
keperluan, misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya
listrik jarak jauh.
34
Untuk kepentingan yang sama didalam penggunaanaya transformator
dibedakan menjadi Transfomator Daya. Transformator distribusi, dan
Tranformator Ukur/Instrument. Pada dasarnya ketiga peralatan transformator
tersebut adalah sama, namun pada transfomator ukur yang diutamakan adalah
tegangan dan arusnya sedangkan transformator tenaga adalah dayanya. Dengan
demikian pada peralatan transformator ukur umumnya mempunyai kapasitas yang
relatif rendah.
35
dalam penyaluran tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen. Kerusakan
pada transformator Distribusi menyebabkan kontiniutas pelayanan terhadap
konsumen akan terganggu (terjadi pemutusan aliran listrik atau pemadaman).
Pemadaman merupakan suatu kerugian yang menyebabkan biaya-biaya
pembangkitan akan meningkat tergantung harga KWH yang tidak terjual.
Pemilihan rating transformator Distribusi yang tidak sesuai dengan kebutuhan
beban akan menyebabkan efisiensi menjadi kecil, begitu juga penempatan lokasi
transformator Distribusi yang tidak cocok mempengaruhi drop tegangan ujung
pada konsumen atau jatuhnya/turunnya tegangan ujung saluran/konsumen.
Distribusi yang tepat, rating sesuai dengan kebutuhan beban akan menjaga
tegangan jatuh pada konsumen dan akan menaikkan efisiensi penggunaan
transformator distribusi. Jadi Transformator distribusi merupakan salah satu
peralatan yang perlu dipelihara dan dipergunakan sebaik mungkin (seefisien
mungkin), sehingga keandalan/kontinuitas pelayanan terhadap terjamin.
Transformator distribusi yang sering digunakan pada saluran udara
sistem distribusi dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Conventional Transformer
2. Completely Self Protecting Transformer (CSP)
3. Completely Self Protecting for Secondary
4. BankingTransformer (CSPB)
Conventional Transformer merupakan transformator distribusi yang tidak
dilengkapi/tidak terintegral dengan peralatan-peralatan pengaman terhadap petir,
gangguan fasa, atau beban lebih. Peralatan pengaman diberikan sebagai bagian
perlengkapan dari transformator. Completely Self Protecting Transformer (CSP)
merupakan transformator distribusi yang sudah yang dilengkapi/ terintegral
dengan peralatan-peralatan pengaman terhadap petir atau surja, beban lebih, dan
hubung singkat. Lightning Arrester menempel langsung pada badan
transformator, yang melindungi kumparan primer terhadap petir dan line surja.
Pengaman beban lebih dilengkapi dengan circuit breaker yang berada didalam
tangki transformator. Transformator CSP I fasa (pendingin minyak - 65° C,60 Hz,
10-500 kVA) tersedia untuk rating tegangan primer dari 2,4 kV sampai 34,4 kV.
36
Tegangan sekunder 120/240 atau 240/480//277 V. Transformator distribusi CPSB
mempunyai bentuk yang mirip dengan transformator CSP, tetapi CPSB dilengkapi
dengan dua buah circuit breaker, yang digunakan untuk memisahkan bagian
sekunder bila diperlukan.
Transformator distribusi yang sering digunakan pada saluran bawah tanah
sistem distribusi dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Subway Transformer
2. Low Cost Residential Transformer
3. Network Transformer
Subway Transformer digunakan dalam ruang bawah tanah. Dengan tipe
konvensional dan tipe pengaman arus. Low Cost Residential Transformer pada
dasarnya sama dengan transformator konvensional saluran udara. Network
Transformer digunakan pada jaringan sekunder. Network transformers
mempunyai pemutus primer dan switch grounding.
37
antara fasa-fasa pada sistem tiga fasa harus sama dengan tegangan nominal
sistem.
b. Transformator Arus (Current Transformer)
Current transformator atau transformator arus ialah peralatan yang
berfungsi sebagai peralatan untuk menurunkan besaran arus dari sisi primer ke sisi
sekunder dari nilai yang besar ke nilai yang rendah dan juga untuk mengisolasi
bagian yang bertegangan tinggi sehingga besaran-besaran yang diukur berada
pada sisi sekunder (tegangan rendah) dan sebagai standarisasi untuk masukan
pada alat-alat ukur amperemeter MW MVAR KWH.
Belitan primer hanya terdiri dari beberapa lilitan saja, bahkan kadang-
kadang hanya terdiri dari satu lilitan, yitu konduktor saluran. Sedangkan belitan
seklunder terdiri dari benyak lilitan. Rangkaian sekunder dari transformator arus
ini tidak boleh terbuka selama dirangkaian primer mengalir arus. Seandainya
rangkaian sekunder sampai terbuka, maka akan menyebabkan terjadinya beda
potensial yang tinggi sehingga dapat membahayakan operator. Beda potensial
tegangan yang tinggi ini disebabkan oleh amperturn primer memproduksi fluksi
pada intinya tanpa dibatasi oleh sekunder. Untuk menghindari bahaya yang
timbul, maka rangkaian sekunder transformator arus harus ditanahkan. Arus
nominal dari arus sekunder transformator dirancang untuk standar 5 ampere.
Ada 4 tempat yang biasa dipakai untuk penempatan transformator arus
yaitu:
a. Pada bushing saklar pemisah dengan isolasi bushing.
b. Pada dinding atau atap gardu induk
c. Pada bushing transformator daya
d. Pada isolator sendiri
38
untuk dari kerusakan. Sehingga fungsi dari peralatan pengaman adalah untuk
mencegah kerusakan peralatan dan tidak meniadakan gangguan. Gangguan pada
jaringan distribusi lebih banyak terjadi pada saluran distribusi yang dibentangkan
di udara bebas (SUTM) yang umumnya tidak memakai isolasi dibanding dengan
saluran distribusi yang ditanam dalam tanah (SKTM) dengan menggunakan
isolasi pembungkus Sumber gangguan pada jaringan distribusi dapat berasal dari
dalam sistem maupun dari luar sistem distribusi.
39
alat pengaman (recloser) dapat menjadi gangguan tetap dan dapat menyebabkan
pemutusan tetap. Bila gangguan sementara terjadi terjad berulang -ulang dapat
menyebabkan gangguan permanen, dapat menyebabkan kerusakan peralatan.
40
pada gardu hubung atau penuaan alat.
2. Gangguan akibat penyulang lain
Pada keadaan jumlah penyulang yang tidak bekerja atau trip lebih
dari satu, maka untuk menentukan penyulang yang terganggu
didasarkan pada indikasi rele proteksi yang bekerja. Bila indikasi
rele yang kerja menunjukkan gangguan over current dan ground
fault maka dapat dipastikan penyulang tersebut yang terganggu.
Bila indikasi gangguan yang muncul hanya ground fault saja maka
dapat dikatakan bahwa terjadi gangguan akibat penyulang lain.
3. Gangguan mahluk hidup
Pada umumnya gangguan ini bersifat sementara/temporer dan
penyebab langsung dapat dihilangkan, misalnya kelalaian manusia
dalam mengoperasikan peralatan, dahan pohon dan binatang yang
menempel pada kabel instalasi. Gangguan jaringan ditribusi yang
disebabkan baik dari luar maupun dari dalam dapat mengakibatkan
terjadinya tegangan lebih atau hubung singkat. Hubung singkat
yang mungkin terjadi adalah :
a. Gangguan hubung singkat 3 phasa.
b. Gangguan hubung singkat 2 phasa.
c. Gangguan hubung singkat 1 phasa
41
bervariasi dari ketidaknyamanan pengguna hingga kerugian biaya ekonomis yang
cukup tinggi bahkan timbulnya korban jiwa manusia.
Teknik keandalan bertujuan untuk mempelajari konsep, karakteristik,
pengukuran, analisis kegagalan dan perbaikan sistem sehingga menambah waktu
ketersediaan operasi sistem dengan cara mengurangi kemungkinan kegagalan.
42
menyediakan daya pada beban puncak dengan variasi tegangan yang baik. Dalam
keadaan darurat bila terjadi gangguan pada jaringan, maka sistem ini tentu saja
diperlukan beberapa peralatan dan pengamanan yang cukup banyak untuk
menghindarkan adanya berbagai macam gangguan pada sistem.
b. Sistem dengan keandalan menenganh (Medium Reliability Sistem)
Pada kondisi normal sistem akan memberikan kapasitas yang cukup untuk
menyediakan daya pada beban puncak dengan variasi tegangan yang baik. Dalam
keadaan darurat bila terjadi gangguan pada jaringan, maka sistem tersebut masih
bias melayani sebagian dari beban meskipun dalam kondisi beban puncak. Dalam
system ini diperlukan peralatan yang cukup banyak untuk mengatasi serta
menaggulangi gangguan-gangguan tersebut.
c. Sistem dengan keandalan rendah (Low Reliability Sistem)
Pada kondisi normal sistem akan memberikan kapasitas yang cukup untuk
menyediakan daya pada beban puncak dengan variasi tegangan yang baik. Jika
terjadi gangguan pada jaringan, sistem sama sekali tidak bisa melayani beban
tersebut. Jadi perlu diperbaiki terlebih dahulu, tentu saja pada sistem ini peralatan-
peralatan pengamanannya relatif sedikit.
Kontinyuitas pelayanan, penyaluran jaringan distribusi tergantung pada
jenis dan macam sarana penyalur dan peralatan pengaman, di mana sarana
penyaluran (jaringan distribusi) mempunyai tingkat kontinyuitas yang tergantung
pada susunan saluran dan cara pengaturan sistem operasiannya, yang pada
hakekatnya direncanakan dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan dan sifat beban.
Tingkat kontinyuitas pelayanan dari sarana penyaluran di susun berdasarkan
lamanya upaya menghidupkan kembali suplai telah pemutusan karena gangguan.
Tingkatan kontinyuitas pelayanan dapat dibedakan menjadi 4 yaitu :
(SPLN 52-3, 1983) :
1. Tingkat 1
Dimungkinkan padam berjam-jam, yaitu waktu yang diperlukan
untuk mencari dan memperbaiki bagian yang rusak karena
gangguan.
43
2. Tingkat 2
Padam beberapa jam, yaitu yang diperlukan untuk mengirim
petugas ke lapangan, melokalisasi kerusakan dan melakukan
manipulasi untuk menyalakan sementara kembali dari arah atau
saluran yang lain.
3. Tingkat 3
Pada beberapa menit, yaitu manipulasi oleh petugas yang siap sedia
di gardu atau dilakukan deteksi/pengukuran dan pelaksanaan
manipulasi jarak jauh dengan bantuan DCC (Distribution Control
Centre).
4. Tingkat 4
Padam beberapa detik, yaitu pengamanan dan manipulasi secara
otomatis dari DCC (Distribution Control Centre). Tanpa padam
yaitu jaringan yang dilengkapi instalasi cadangan terpisah dan
otomatis secara penuh dari DCC (Distribution Control Centre).
44
Keandalan merupakan probabilitas suatu alat (device) untuk dapat berfungsi
sesuai dengan fungsi yang diinginkan selama jangka waktu yang ditetapkan.
Analisa bentuk Kegagalan merupakan suatu analisa bagian dari system atau
peralatan yang dapat gagal, bentuk kegagalan yang mungkin, efek masing –
masing, bentuk kegagalan dari system yang komplek. Keandalan menyatakan
kemungkinan bekerjanya suatu peralatan atau system sesuai dengan fungsinya
untuk suatu selang waktu tertentu dan kondisi tertentu. Dengan demikian
keandalan dapat digunakan untuk membandingkan suatu peralatan atau system
dengan peralatn atau system yang lain. Evaluasi keandalan ada dua macam, yaitu
penilaian secara kualitatif dan kuantitatif.
System merupakan sekumpulan komponen – komponen system yang
disusun pola tertentu. Keandalan dari suatu system distribusi ditentukan oleh
keandalan dari komponen – komponen yang membentuk suatu system tersebut
dan komponen itu sendiri.
Keandalan merupakan probabilitas suatu alat (device) untuk dapat berfungsi
sesuai dengan fungsi yang diinginkan selama selang jangka waktu yang di
tetapkan. Definisi keandalan mengandung empat istilah penting yaitu.
a. Fungsi
b. Lingkunagn (kondisi operasi)
c. Waktu
d. Probabilitas
a. Fungsi
Keandalan suatu komponen perlu dilihat apakah suatu komponen dapat
melakukan fungsinya secara baik pada jangka waktu tertentu. Kegagalan fungsi
dari komponen dapat disebabkan oleh perawatan yang tak terencana (unplanned
maintenance). Fungsi atau kinerja dari suatu komponen terhadap suatu system
mempunyai tingkatan yang berbeda – beda.
b. Lingkungan
Keandalan setiap peralatan sangat bergantung pada kondisi operasi
lingkungan. Secara umum lingkungan tersebut menyangkut pemakaian,
45
transportasi, penyimpanan, instalasi, pemakai, ketersediaan, alat – alat perawatan,
debu, kimia, dan polutan lain.
c. Waktu
Keandalan menurun sesuai dengan pertambahan pada waktu. Waktu operasi
meningkat sehingga probabilitas gagal lebih tinggi. Waktu operasi ini diukur tidak
hanya dalam unit waktu tetapi bias dalam jarak operasi.
d. Probabilitas
Keandalan diukur sebagai probabilitas. Sehingga probabilitas yang berubah
terhadap waktu dan masuk dalam bidang statistic dan analisa satatistic.
46
pelayanan listrik terganggu. Besaran yanbg dapat digunakan untuk menentukan
nilai keandalan suatu peralatan listrik adalah besarnya suatu laju
kegagalan/kecepatan kegagalan (failure rate) yang dinyatakan dengan symbol λ.
Atau
f
........................................................................(2)
T
Dimana :
λ : Failure Rate (angka/laji kegagalan konstan)
N atau f : Total number of failure (jumlah kegagalan selama selang
waktu)
Us
t .......................................................................(3)
T
47
Dimana (t) : lamanya gangguan (jam)
Laju kegagalan ini merupakan fungsi dari waktu atau umum dari system
atau saluran selama beroprasi. Fungsi waktu ini dapatdilihat pada gambar di
bawah ini :
48
2.9.3. Index Gangguan Tambahan
Indeks keandalan yang telah diperhitungkan kembali menggunakan konsep
klasik adalah laju kegagalan rata – rata, lamanya gangguan rata – rata dan waktu
kegagalan tahunan.
i N i
.......................................................................(6)
N
Dimana :
λi = adalah laju kegagalan unit dan
Ni = adalah banyak pelanggan pada suatu titik
i Ni
..........................................................................(7)
U i Ni
49
3. Sytem Average Interruption Duration Index (SAIDI)
SAIDI merupakan suatu indeks yang menyatakan lamanya gangguan
(pemadaman) yang terjadi dalam selang waktu tertentu (1 tahun) pada pelanggan
dalam suatu system secara keseluruhan.
jumlah durasi gangguan pelanggan
SAIDI
jumlah pelanggan
U i Ni
.....................................................................(8)
N
Dimana :
Ui = adalah annual outage time dan
Ni = adalah jumlah pelanggan pada satu titik
U i N i
.....................................................................(9)
i N
Dimana :
λi = adalah laju kegagalan
Ui = adalah annual outage time dan
Ni = adalah jumlah pelanggan pada satu titik
50
ASAI merupakan suatu indeks yang menyatakan kemampuan suatu
system untuk menyediakan/menyuplai suatu system dalam jangka waktu
(1 tahun) sedangkan ASUI merupakan indeks yang menyatakan
ketidakmampuan suatu system untuk menyediakan/menyuplai suatu
system.
jumlah jam pelanggan terpenuhi
ASAI
jumlah jam seharusnya
N i 8760 U i N i
........................................(10)
N i 8760
ASUI 1 ASAI
U i N i
.............................................................(11)
i
N 8760
51
BAB III
METODE PENELITIAN
52
a. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan Skripsi ini dan
Metode Obsevasi dimana pencarian dan pengumpulan data – data
dengan cara melalui penelitian lapangan meliputi banyak
padam/gangguan pada tahun 2015 dan lamanya gangguan pada tahun
2015.
b. Data dan Pembahasan.
2. Refrensi buku pustaka yaitu :
Metode literature yaitu dengan mengumpulkan data – data yang
berasal dari buku pedeoman dan sumber – sumber refrensi lainnya
yang berkaitan dengan topik diatas.
Dimana :
t : lama gangguan (jam)
53
Sehingga rumus diatas menjadi :
∑ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛
60
12
1 jam = 60 menit
Dimana :
λi = adalah laju kegagalan unit
Ni = adalah banyak pelanggan pada suatu titk
Diamana :
Ui = adalah annual outage time dan
Ni = adalah jumlah pelanggan pada suatu titk
Dimana :
λi = adalah laju kegagalan
54
Ui = adalah annual outage time
Ni = adalah jumlah pelanggan
55
BAB IV
56
Sehingga rumus diatas menjadi :
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛
𝜆= 𝑘𝑎𝑙𝑖/𝑡ℎ
12
Dimana angka 12 diambil dari banyaknya data yang dipakai yaitu selama
bulan (Januari 2015 sampai Desember 2015).
a. Feeder Mambruk :
25 + 26 + 18 + 16 + 15 + 28 + 33 + 40 + 7 + 9 + 45 + 40
λ= = 25.16 kali/th
12
b. Feeder Kasuari :
9 + 12 + 12 + 17 + 12 + 17 + 17 + 18 + 6 + 14 + 20 + 20
λ= = 14.5 kali/th
12
c. Feeder Rajawali :
5 + 10 + 4 + 4 + 2 + 5 + 8 + 4 + 11 + 4 + 3 + 3
λ= = 5.25 kali/th
12
d. Fedeer Maleo :
33 + 30 + 39 + 35 + 28 + 38 + 22 + 20 + 31 + 24 + 19 + 31
λ= = 29.16 kali/th
12
e. Feeder Nuri :
6 + 9 + 7 + 8 + 5 + 9 + 9 + 8 + 8 + 14 + 3 + 12
𝜆= = 8.16 𝑘𝑎𝑙𝑖/𝑡ℎ
12
f. Feeder Merpati :
3 + 8 + 5 + 8 + 3 + 6 + 6 + 12 + 26 + 24 + 21 + 16
𝜆= = 11.5 kali/th
12
57
Cabang Manokwari tahun 2015
∑𝑡
𝑈𝑠 =
𝑇
lama gangguan
U 60 jam / th
12
1 Jam = 60 menit
Dimana angka 12 diambil dari banyaknya data yang dipakai yaitu selama 12
buan (Januari 2015 sampai Desember 2015).
a. Feeder Mambruk :
263 414 199 142 385 329 381 1014 753 404 629 657
60
U 7.73 jam / th
12
b. Feeder Kasuari :
122 150 413 390 1187 357 534 516 186 270 514 556
60
U 7.21 jam / th
12
58
c. Feeder Rajawali :
77 195 87 68 622 60 232 150 152 73 52 268
60
U 2.68 jam / th
12
d. Feeder Maleo :
650 553 658 573 1457 1627 1301 1062 732 503 662 1139
60
U 15.16 jam / th
12
e. Feeder Nuri :
96 188 139 134 504 336 267 222 314 209 106 426
60
U 4.08 jam / th
12
f. Feeder Merpati :
62 173 75 113 226 214 426 298 673 366 297 268
60
U 4.43 jam / th
12
Berikut ini kana dihitung nilai pelanggan jasa PT. PLN Persero Cabang
Manokwari untuk masing – masing Feeder :
N = N1 + N2 + N3 + N4 + N5 + N6
= 18518 pelanggan.
1. Feeder Mambruk :
Berdasarkan table 1 dan table 2 didapatkan data sebagai berikut :
Ni = Banyaknya pelanggan pada feeder Mambruk
= 1674 pelanggan
λ i = 25.16 kali/th
Ui= 7.73 jam/th
Sehingga didapatkan nilai indeksnya sebagai berikut :
59
1.1.System Average Interruption Frequency Index (SAIFI)
Dengan menggunakan rumus (6) diperoleh :
i N i
SAIFI =
N
25.16 x1674
= 2.27 gangguan / pelanggan
18518
25.16 x1674
0.29 gangguan / pelanggan
7.73x18518
U i Ni
CAIDI
i N
7.73 1674
= 0.1 jam / pelanggan
25.16 18518
60
=
1674 8760 7.73 18518
1674 8760
= 0.99023
2. Feeder Kasuari
Berdasarkan table 1 dan 2 didapatkan data sebagai berikut :
Ni = Banyak pelanggan pada feeder Kasuari
= 3153
i = 14.5 kali/th
Ui = 7.21 jam/th
Sehingga didapatkan nilai indeksnya sebagai berikut :
2.1. System Average Interruption Frequency Index (SAIFI)
Dengan menggunkan rumus (6) peroleh :
14.5 3153
SAIFI 2.46 gangguan / pelanggan
18518
61
2.4.Costumer Average Interruption Index (CAIDI)
Dengan menggunkan rumus (9) diperoleh :
7.21 3153
CAIDI 0.08 jam / pelanggan
14.5 18518
ASAI
3153 8760 7.21 18518
3153 8760
= 0.995166
Dengan menggunkan rumus (11) diperoleh :
ASUI 1 ASAI
= 1 – 0.995166
= 0.004834
3. Feeder Rajawali
Berdasarkan table 1 dan 2 didapatkan data sebagai berikut :
Ni = Banyak pelanggan pada feeder Rajawali
= 2189 pelanggan
i = 5.25 kali/th
Ui = 2.68 jam/th
62
5.25 2189
CAIFI 0.23 gangguan / pelanggan
2.68 18518
ASAI
2189 8760 2.68 18518
2189 8760
= 0.99741
Dengan menggunkan rumus (11) diperoleh :
ASUI 1 ASAI
= 1 – 0.99741
= 0.00259
4. Feeder Maleo
Berdasarkan table 1 dan 2 didapatkan data sebagai berikut :
Ni = 5915
i = 29.16
Ui = 15.16 jam/th
Sehingga didapatkan nilai indeksnya sebagai berikut :
4.1.System Average Interruption Frequency Index (SAIFI)
Dengan menggunakan rumus (6) diperoleh :
63
29.16 5915
SAIFI 9.31 gangguan / pelanggan
18518
ASAI
5915 8760 15.16 18518
5915 8760
= 0.99458
Dengan menggunakan rumus (11) diperoleh :
ASUI = 1 – ASAI
= 1 – 0.99458
= 0.00542
5. Feeder Nuri
Berdasarkan table 1 dan 2 didapatkan data sebagai berikut :
Ni = Banyaknya pelanggan pada feeder Nuri
= 3531 pelanggan
64
i = 8.16 kali/th
Ui = 4.08 jam/th
8.16 3531
SAIFI 1.55 gangguan / pelanggan
18518
ASAI
3531 8760 4.08 18518
3531 8760
= 0.99755
65
Dengan menggunakan rumus (11) diperoleh :
ASUI = 1- ASAI
= 1 – 0.99755
= 0.00245
6. Feeder Merpati :
Berdasarkan tabel 2 dan tabel 3 didapatkan data sebagai :
Ni = Banyaknya pelanggan pada feeder Merpati
= 2083 pelanggan
i = 11.5 kali/th
Ui = 4.43 jam/th
66
4.43 2083
CAIDI 0.043 jam / pelanggan
11.5 18518
ASAI
2083 8760 4.43 18518
2083 8760
= 0.99551
Dengan menggunakan rumus (11) diperoleh :
ASUI = 1 – ASAI
= 1 – 0.99551
= 0.00449
4.3. Pembahasan
Dari hasil perhitungan diatas maka dapat dilihat nilai indeks yang
didapatkan untuk masing – masing Feeder PT. PLN (Persero) Cabang Manokwari
pada tabel. 3 berikut :
67
1. Perbandingan Nilai SAIFI
68