Anda di halaman 1dari 5

Bawang putih:silma

Bawang merah:faza
Ayah BP:wawa
Ibu BM:yesa
Nenek:wawa
Narrator:semua

Dialog drama Bawang Merah & Bawang Putih


Bawang Putih:
Ayah, kok ibu cpet bnget ninggalin kita?

Ayah:
Ini memang sudah kehendak allah,nak

Bawang Putih:
Ya, sudah lah,yah..

Di desa itu terdapat seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang
Putih meninggal ibu Bawang Merah sering menyempatkan diri untuk berkunjung kerumah Bawang Putih.
Ibu Bawang Merah sering membawakan makanan untuk Bawang Putih dan ayahnya, membantu Bawang
Putih bersih-bersih rumah, dan juga menemani Bawang Putih dan ayahnya untuk berbagi lewat obrolan.

Ibu Bawang Merah:


nak..,ibu bawakan makanan untukmu

Bawang Putih:
Iya, ajzkh sudah repot2 bawain makanan untukku.

Ibu Bawang Merah:


amin, gak kok ga ngerepotin. Ya sudahlah kalau begitu ibu pamit pulang dulu.

Ayah Bawang Putih : Bu, nitip salam ya buat Bawang Merah.

Ibu Bawang Merah: Iya, nanti aku sampaikan.

Kedekatan Ayah Bawang Putih dengan ibu Bawang Merah yang dirasanya sangat baik hati membuat
ayah Bawang Putih kepikiran untuk menikahi ibu Bawang Merah. Dengan meminta pertimbangan dari
Bawang Putih, kemudian ayah Bawang Putih menikah dengan ibu Bawang Merah.

Ayah Bawang Putih:


nak..,apakah kamu setuju jika ayah menikahi ibu bawang merah?

Bawang Putih: Aku hanya ngikut kemauan ayah, kalau ayah memang menginginkannya, kenapa aku
harus menghalanginya. Lagian ibu Bawang Merah itu kan baik hati.

Ayah Bawang Putih:


Baiklah nak kalau begitu, ajzkh. Tp bagaimana dgn bawang merah? Apakah kamu setuju bawang
merah?

Bawang Merah:Aku juga setuju, ibu setuju juga kan?

Ibu Bawang Merah:


Ya, ibu juga setuju kok.

Diawal-awal pernikahan, ibu Bawang Merah dan Bawang Merah bersikap sangat baik kepada Bawang
Putih. Namun, lama-kelamaan tabiat sesungguhnya mereka akhirnya mulai kelihatan. Bawang Merah
dan ibunya sering kali memarahi Bawang Putih dan tidak jarang memberinya pekerjaan yang berat
manakala ayah Bawang Putih sedang tidak ada dirumah. Karena Ayah Bawang Putih sedang berdagang,
maka ayah Bawamg Putih tidak tahu-menahu perihal perlakukan ibu tirinya itu karena Bawang Putih
sendiri tidak pernah menceritakan perlakukan ibu tirinya itu kepada ayahnya.

Ibu:
Putih.. kamu harus mengerjakan semua pekerjaan rumah!

Bawang Putih:
Iya, Baik bu, akan Putih kerjakan

Bawang Merah:
Putih, kamu harus membersihkan kamarku biar terlihat rapi dan nggak berantakan.

Bawang Putih:
Baik kak, akan Putih bersihkan.

beberapa bulan kemudian ayah Bawang Putih jatuh sakit hingga kemudian meninggal dunia. Kini
Bawang Putih tidak lagi punya ayah dan juga ibu.Sejak saat itu Bawang Merah dan ibunya semakin
leluasa dan bertindak semena-mena terhadap Bawang Putih. Bawang Putih seperti menjadi buruh
Bawang Merah dan ibunya.

Ibu:Bawang Putih, nanti kamu harus bangun pagi. Kamu harus persiapkan semua pekerjaan rumah,
paham?!

Bawang Putih:Ya, Putih mengerti, ibu.

Meskipun diperlakukan seperti seorang pembantu, namun Bawang Putih selalu mengerjakan perintah Ibu
Bawang Merah dengan hati yang riang. Dia berharap suatu saat ibu tirinya itu bisa mencintainya seperti
anak kandungnya sendiri.

Pada pagi itu, seperti biasa Bawang Putih membawa timba berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai.
Sambil bernyanyi kecil Putih menyusuri jalan setapak dipinggir hutan kecil yang biasa dilaluinnya.

Bawang Putih segera mencuci semua pakaian kotor milik ibu dan kakak tirinya yang dibawanya. Merasa
terlalu keasyikan, Bawang Putih tidak menyadari bahwa salah satu baju ibu tirinya hanyut terbawa arus.
Lebih parahnya lagi baju yang hanyut itu merupakan baju kesayangan ibu tirinya. Saat menyadari hal itu,
Bawang Putih mencoba menyusuri sungai untuk menemukan baju itu.

Bawang Putih:Aku harus menemukan baju ibu, karena itu adalah baju kesayangannya. Jika tidak, ibu
pasti akan sangat marah sama aku.
Setelah berusaha mencarinya dengan menyusuri sungai, Bawang Putih akhirnya tidak berhasil
menemukan baju kesayangan ibu tirinya itu. Dengan wajah putus asa dia kembali kerumah dan
menceritakan kejadian itu kepada ibunya.

Bawang Putih:Bu, Putih mau minta maaf sama ibu. Maafkan Putih bu, baju ibu hanyut terbawa arus.

Ibu:Terbawa arus? Dasar kamu ceroboh! Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu
sampai ketemu ! Ingat, kamu tidak boleh pulang ke rumah jika belum menemukan baju itu, paham?

Dengan segala keterpaksaan, Bawang Putih terpaksa harus menuruti keinginan ibu tirinya. Dia kembali
menyusuri sungai tempat dimana dia tadi mencuci. Setelah sekian lama mencari, Bawang Putih tak juga
menemukan baju itu. Bawang Putih terus berusaha mempertajam pandangannya dan lebih teliti lagi
untuk menemukan baju itu.

Hari sudah beranjak gelap, Bawang Putih pun mulai putus asa untuk menemukan baju itu. Tidak lama
lagi malam akan tiba. Dari kejauhan Nampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk tepi sungai.
Bawang Putih bergegas menghampiri rumah itu lalu mengetuk pintu.

Bawang Putih:Permisi, pak/bu……..!

Nenek:Kamu siapa, nak?

Bawang Putih:Saya Bawang Putih, nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hilang dibawah
arus sungai dan sekarang kemalaman, apa boleh saya numpang disini malam ini, nek?

Nenek:

Tentu, tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu, baiklah aku
akan mengembalikannya padamu, tapi ada 1syarat yaitu kamu harus menemani nenek seminggu ,
bagaimana apa kamu setuju?

Bawang Putih:

Baiklah nek kalau begitu, saya akan menemani nenek.

Selama satu minggu Bawang Putih pun tinggal bersama nenek itu. Setiap hari Bawang Putih membantu
nenek itu untuk mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Nenek itu pun merasa sangat senang sampai
akhirnya genap sudah satu minggu. Nenek itu memanggil Bawang Putih

Nenek:Nak, sudah satu minggu kamu tinggal digubuk nenek dan nenek senang sekali karena kamu anak
yang sangat rajin dan berbakti. Karena itu, sesuai janji nenek sebelumnya kamu boleh membawa
pulang baju ibu kamu, dan kamu boleh memilih salah satu dari semangka ini sebagai hadiah dari nenek.

Bawang Putih:Jangan nek, nenek tidak usah memberiku hadiah.

Nenek:Sudahlah, ambil saja Bawang Putih.

Bawang Putih:Ya sudah, kelau begitu Putih memilih yang kecil, nek.

Nenek:Kenapa kamu memilih yang kecil, nak?


Bawang Putih:Kalau yang besar, saya takut tidak kuat membawanya, nek.

Nenek itu pun tersenyum...

Setelah sampai di rumah, Bawang Putih segera menyerahkan baju merah milik ibu tirinya itu.

Bawang Putih:Ibu, ini baju ibu sudah aku temukan.

Ibu:Mana? Ya sudah, sana pergi kamu.

Bawang Putih:Ya, bu.

Bawang Putihpun pergi ke dapur untuk membelah semangkanya, betapa terkejutnya Bawang Putih
ketika semangka yang terbelah itu ternyata berisi emas permata yang sangat banyak sekali.

Bawang Putih:Haaah... emas. Ibu, aku dapat emas permata.

Bawang Merah dan ibunya pun langsung merebut emas dan Permata tersebut dari Bawang Putih.

Bawang Merah:He.., kamu dapat emas dan permata ini darimana? kok bisa-bisanya dapat emas permata
sebanyak ini?

Ibu:Dapat darimana kamu, Putih?

Bawang Putih:Emas itu aku dapat dari…

Bawang Merah:Darimana? Ayo cepat ngomong!

Bawang Putih:Pas aku sedang mencari baju ibu yang hanyut terbawa arus yang kemudian kemalaman
terus aku menginap dirumah seorang nenek yang gubuknya berada pinggir sungai, dan aku disuruh
untuk menemaninya selama satu minggu. Setelah itu, aku diberi hadiah ini yang ternyata berupa emas
permata setelah aku belah.

Usai mendengar cerita Bawang Putih, Bawang Merah pun berencana untuk melakukan hal yang sama,
tapi kali ini Bawang Merah yang berniat melakukannya.

Ibu: Bawang Merah, kamu harus melakukan apa yang dilakukan oleh anak malang ini.

Bawang Merah:Ya, bu. Bawang Merah akan melakukannya.

Pada esok harinya Bawang Merah pun secara sengaja menghanyutkan bajunya ke sungai, setelah itu dia
lantas menuju rumah nenek tersebut.

Bawang Merah:Nek, nek... nenek lihat baju yang hanyut, tidak?

Nenek: Nenek tau, tapi kamu harus menemaniku selama seminggu, bagaimana?

Bawang Merah:Ya, baiklah nek.

Selama satu minggu lamanya Bawang Merah selalu bermalas-malasan, jika ada yang dikerjakan pasti
hasilnya tidak sesuai keinginan nenenk itu karena dikerjakan dengan malas-malasan. Akhirnya setelah
satu minggu nenek membolehkan Bawang Merah untuk pulang.

Bawang Merah:Bukannya mestinya nenek memberiku semangka sebagai hadiah karena sudah mau
menemani nenek selama satu minggu?

Nenek:Oh, ya... silahkan kamu memilih salah satu dari semangka itu.

Bawang Merah pun mengambil yang besar, dan langsung pergi meninggalkan gubuk nenek itu.Ketika
sampai di rumah, Bawang Merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan
semangka yang dibawanya. Karena takut Bawang Putih akan minta bagian, mereka menyuruh Bawang
Putih untuk pergi ke sungai yang tidak jauh dari rumahnya.

Ibu:Bwang Putih, sana kamu pergi ke sungai cuci baju-baju yang kotor.

Bawang Putih:Iya, bu.

Hingga Bawang Putih pergi, mereka membelah semangka tersebut, namun ternyata yang keluar bukan
emas melainkan binatang berbisa, salah satunya adalah ular.

Bawang Merah & Ibu:Aaa... lontong... !!

Ibu: tolong pea!!!

Bawang merah dan ibu: aaaaaaa tolonggg!!!!!

Binatang itu pun langsung menyerang Bawang Merah dan Ibunya sampai meninggal.

Anda mungkin juga menyukai