Anda di halaman 1dari 17

STEP 3

1. Mengapa pasien merasakan nyeri dan kesemutan?


Jawab :

2. Kenapa pada pasien dikeluhkan suara serak dan batuk dahak bewarna kehitaman?
Jawab :
Cedera inhalasi biasanya timbul dalam 24 sampai 48 jam pertama pasca luka bakar

1. Keracunan karbon monoksida


Karakteristik tanda fisik tidak ada dan warna kulit merah bertanda cheery hampir tidak pernah
terlihat pada pasien luka bakar. Manifestasi Susunan Syaraf Pusat dari sakit kepala sampai koma
hingga kematian.
2. Distress pernafasan
Penurunan oksigenasi arterial akibat rendahnya perfusi jaringan dan syok. Penyebab distress adalah
edema laring atau spasme dan akumulasi lendir.Adapun tanda-tanda distress pernafasan yaitu serak,
ngiler dan ketidakmampuan menangani sekresi.
3. Cidera pulmonal
Inhalasi produk-produk terbakar tidak sempurna mengakibatkan pneumonitis kimiawi.Pohon
pulmonal menjadi teriritasi dan edematosa pada 24 jam pertama. Edema pulmonal terjadi sampai 7
hari setelah cedera. Pasien irasional atau tidak sadar tergantung tingkat hipoksia. Tanda-tanda cedera
pulmonal adalah pernafasan cepat dan sulit, krakles, stridor dan batuk pendek.
Sumber : Mimma M Horne, dkk. Keseimbangan Cairan Elektrolit dan Asam Basa Ed/2. Jakarta: EGC

3. Bagaimana interpretasi pada pemeriksaan pasien?


 KU: tampak kesakitan
 RR 28 kali/ menit (meningkat)
 TD 100/70 mmHg
 Nadi 100 kali/ menit
4. Apa saja etiopatologi berdasarkan tipe dari luka bakar?
Jawab:
Tipe luka bakar:
1. Luka Bakar Termal (Thermal Burns)
Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas (scald) , jilatan api ke tubuh (flash), kobaran
apai di tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya (misalnya
plastik logam panas, dll.) (Schwarts et al, 1999).
2. Luka Bakar Kimia (Chemical Burns)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang
industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga
(Schwarts et al, 1999).
3. Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan ledakan. Aliran listrik menjalar
disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan
terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi
ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus
maupun ground (Moenadjat, 2001).
4. Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini sering
disebabkan oleh penggunaan radioaktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan
industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi
(Gillespie, 2009).

5. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar?


Jawab :
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga air, klorida dan protein
tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan
hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock ( shock Hipovolemik ) merupakan komplikasi yang
sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh trhadap kondisi ini adalah :
a. Respon kardiovaskuiler
perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler mengakibatkan kehilangan Na, air dan
protein plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung.
Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Tubuh kehilangan cairan antara ½ % - 1
%, “Blood Volume ” setiap 1 % luka bakar.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan
yang berlebih (insensible water loss meningkat).
Fungsi jantung juga terpengaruh oleh luka bakar diataranya penurunan kardiak output, yang
disebabkan karena kehilangan cairan plasma. Perubahan hematologi berat disebabkan kerusakan
jaringan dan prubahan pembuluh darah yang terjadi pada luka bakar yang luas. Peningkatan
permeabilitas kapiler menyebabkan plasma pindah ke ruang interstisial. Dalam 48 jam pertama setelah
kejadian, perubahan cairan menyebabkan hypovolemia dan jika tida di tanggulangi dapat menyebabkan
pasien jatuh pada shock hypovolemia. Kehilangan cairan intravaskular menyebabkan peningkatan
hematokrit dan kerusakan sel darah merah. Luka bakar juga menyebabkan kerusakan pada fungsi dan
lama hidup platelet.
b. Respon Renalis
Dengan menurunnya volume intravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan
keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal
Insufisiensi renal akut dapat terjadi yang disebabkan karena hypovolemia dan penurunan kardiak
output. Kehilangan cairan dan tidak adekuatnnya pemberian cairan dapat menyebabkan penurunan
aliran darah ke ginjal dan glomerular filtration rate. Pada luka bakar yang disebabkan karena listrik
dapat meneybabkan kerusakan langsung atau pembentukan myoglobin casts (karena kerusakan otot)
yang dapat menyebabkan nekrosis tubular rennal akut
c. Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan
oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya
perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen, muntah dan aspirasi.
Sering terdapat ileus paralitik dan “Curling Ulcer” yang dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah
pendarahan yang timbul sebagai hematesis melena.
d. Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk.
Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam
luka.
Dengan adanya kerusakan kulit menyebabkan kehilangan mekansme pertahanan pertama
terhadap infksi. Luka bakar luas dapat menyebabkan penurunan IgA, IgG, dan IgM.
Netrofil-netrofil yang seharusnya memfagositosis kuman-kuman, terperangkap dalam
kapiler di zona stasis. Secara bertahap penurunan daya tahan ini berkurang. Bila tubuh adekuat
akan terjadi granulasi di zona stasis dan dapat menahan pertumbuhan bakteri, tetapi bila tidak,
pada saat penurunan kemampuan neutrofil dapat timbul sepsis

Suhu tinggimerusak kulit & pembuluh darah kapiler cairan plasma, sel darah dan protein keluar dari
lumen (ruang dalam) pembuluh darahdehidrasi (kehilangan cairan) yang masif.
Suhu tinggi merusak lapisan dalam(mukosa) pembuluh darahmemicu terbentuknya sumbatan pada
pembuluh darahmemicu terjadinya reaksi radang sistemik
Zona: koagulasi/ireversibel, hiperemis, statis(potensi luka yg lbh luas, peka infeksi)

Pada luka bakar timbul beberapa macam gangguan fisiologi yang akut, antara lain:
a. Gangguan Cairan
perpindahan cairanpenguapan air yang berlebihan melalui permukaan kulit yang rusak.
Cairan dalam darah dan cairan ekstra sel dari bagian tubuh yang tidak terbakar pindah tempat
masukdalam bagian tubuh yang mengalami edema dan ke dalam bula untuk kemudian sebagian
melalui kulit yang rusak. Ini menjelaskan bahwa pada syok luka bakar selain hipovolemia juga terjadi
kekurangan cairan ekstra sel dalam jaringan yang sehat sehingga terjadi gangguan metabolisme sel
yang memperberat syok.5
Insensible Loss
Orang normal : 15 – 21 cc/jam/m2 Luas Permukaan Tubuh (LPT)
Penderita luka bakar : (25 – % LB) cc/jam/m2 LPT
b. Gangguan Sirkulasi dan Hematologi
Resistensi perifer naik karena sistem arteriola mengalami vasokonstriksi disamping viskositas darah
yang bertambah. Hemokonsentrasi ini menimbulkan fenomena sludging yang mengakibatkan
bertambah hebatnya gangguan sirkulasi perifer sehingga oksigenasi dan perfusi jaringan sangat buruk. 5
c. Gangguan Hormonal dan Metabolisme
Sistem saraf simpatis terangsang akibat trauma yang cukup lama. Pengaruh perubahan pola produksi
dan sekresi berbagai hormon mengakibatkan adanya perubahan metabolik dalam jaringan.
Kebutuhan metabolik sangat tinggi pada pasien dengan luka bakar. Tingkat metabolik yang tinggi akan
sesuai dengan luas luka bakar sampai dengan luka bakar tersebut menutup. Hypermetabolisme juga
terjadi karena cidera itu sendiri, intervensi pembedahan, dan respon stress. Katabolisme yang berat
juga terjadi yang disebabkan karena keseimbangan nitrogen yang negatif, kehilangan berat baddan, dan
penurunan penyembuhan luka. Peningkatan katekolamin (epinephrine, norepinephrine) yang
disebabkan karena respon terhadap stress. Ini menyebabkan peningkatan kadar glukagon yang dapat
menyebabkan hyperglikemia

Pulmonary
- Efek terhadap paru disebabkan karena menghisap asap. Hyperventilasai biasanya berhubungan dengan
luas luka bakar. Peningkatkan ventilasi berhubungan dengan keadaan hypermetabolik, takut, cemas, dan
nyeri.
- inhalasi gas(uap))aà bronkokonstriksi, nekrosis mukosa saluran pernapasan, dan edema paru

Paparan Suhu tinggi atau pemicu terhadap suhu tinggi pada tubuh manusia akan merusak kulit dan
pembuluh darah kapiler maupun pembuluh darah yang lebih besar. Akibat kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan plasma, sel darah dan protein (terutama albumin yang mempunyai Berat Molekul
(BM) besar dan berfungsi mengangkut makanan) keluar dari lumen (ruang dalam) pembuluh darah.
Sehingga tubuh mengalami dehidrasi (kehilangan cairan) yang masif (banyak), selain karena rusaknya
pembuluh darah juga karena pekatnya konsentrasi cairan didalam lumen pembuluh darah. Selain itu suhu
tinggi juga merusak lapisan dalam(mukosa) pembuluh darah yang akan memicu terbentuknya sumbatan
pada pembuluh darah. Dan dalam beberapa jam setelah itu akan memicu terjadinya reaksi radang sistemik
yang berlebihan [Sindrom(Kumpulan gejala) Reaksi Peradangan Sistemik(seluruh tubuh)].

Pada derajat I (satu) luka bakar akan sembuh dalam waktu singkat paling lambat satu minggu tanpa
dilakukan pengobatan apapun. Derajat II (dua) dangkal akan sembuh dalam waktu dua minggu dengan
pengobatan pencegahan infeksi sekunder secara topikal(dioleskan dikulit). Bila luka tidak sembuh pada
minggu kedua (derajat II dalam dan III), luka akan sembuh dengan melalui terbentuknya jaringan granulasi
(jaringan yang berwarna merah terang dan mengkilat) didaerah luka. Luka dengan tipe seperti ini yang
merupakan indikasi untuk dilakukan tandur alih kulit
Sumber : Mimma M Horne, dkk. Keseimbangan Cairan Elektrolit dan Asam Basa Ed/2. Jakarta: EGC
6. Bagaimana pembagian derajat dan pembagian luas area luka bakar?
Jawab :
Sumber : Pierce A Grace & Neil R Borley. At a Glance Ilmu Bedah Ed/3. Jakarta: Erlangga
Sumber : Akbar Nur. Buku Saku Keperawatan dan kebidanan. Celebes Medika Perkasa.
7. Apa saja pemeriksaan penunjang yg dibutuhkan?
Jawab :
1. Hitung darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan
perpindahan/ kehilangan cairan.
2. Elektrolit serum : kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan SDM dan penurunan fungsi
ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.
3. Alkalin fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstitial/ gangguan pompa
natrium.
4. Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam dan kehilangan
protein.
5. Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasI
6. Scan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
7. EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.
8. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
9. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
10. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
11. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema cairan.
12. Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.
Sumber : Doenges, M. E., & Moorhouse, M. F. (2000). Nurse's pocket guide: Diagnoses, interventions, and
rationales. FA Davis Company.
8. Bagaimana penatalaksanaan dari luka bakar mulai dari di IGD sampai proses
penyembuhan?
Jawab :
1. Penatalaksanaan Konservatif
a. Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air. Hal ini akan
sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah
hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila
memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya.
Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan
bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka
bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan
luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang
terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan
obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat samapai
penggunaan morfin oleh tenaga medis
b. Hospital
1) Resusitasi A, B, C.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek
Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
a) Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah:
riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan
sputum yang hitam.
b) Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk
bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang
dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan
fraktur costae
c) Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema.
pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma
yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat
diberikan yaitu dengan Formula Baxter dan Evans
2) Resusitasi Cairan
Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar
yaitu :
a) cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
 Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
 Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
 3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairn hari pertama.
Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua. Sebagai
monitoring pemberian lakukan penghitungan diuresis.
b) cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan
pada hari pertama dihitung dengan rumus :
Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat
karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian
hari pertama.
c) Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
d) Monitor urine dan CVP.
e) Topikal dan tutup luka
- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
- Tulle
- Silver sulfa diazin tebal.
- Tutup kassa tebal.
- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
f) Obat – obatan
- Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
- Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur.
- Analgetik : kuat (morfin, petidine)
- Antasida : kalau perlu
2. Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh. Hal
ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini
penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal.
Tindakan yang dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan
bebas.
Debirdemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial.
(Arif, 2000)
Sumber : Wim De Jong. Buku ajar Ilmu Bedah
9. Apa saja komplikasi yg dapat timbul dari luka bakar?
Jawab :
1. Infeksi
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami sepsis.
Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi. Kortikosteroid jangan
diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali pada keadaan tertentu,
misalnya pda edema larings berat demi kepentingan penyelamatan jiwa penderita.
2. Curling’s ulcer (ulkus Curling)
Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10. Terjadi ulkus pada duodenum
atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis. Antasida harus diberikan secara rutin pada
penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan
ulkus di duodenum.
3. Gangguan Jalan nafas
Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi karena
inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan jalan membersihkan jalan nafas,
memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.
4. Konvulsi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan
33% oleh sebab yang tak diketahui.
5. Kontraktur
Merupakan gangguan fungsi pergerakan
6. Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut
Sumber : Doenges, M. E., & Moorhouse, M. F. (2000). Nurse's pocket guide: Diagnoses, interventions, and
rationales. FA Davis Company.
Sumber : Pierce A Grace & Neil R Borley. At a Glance Ilmu Bedah Ed/3. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai