1 PB PDF
1 PB PDF
Abstrak
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dituntut untuk menyediakan sediaan farmasi dengan jumlah dan
waktu yang tepat. Oleh karena itu, rumah sakit membutuhkan sistem manajemen farmasi yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan pelanggan dan merevitalisasi manajemen
sediaan farmasi di Rumah Sakit (RS) A untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Jenis penelitian yang
digunakan adalah mixed method dengan pendekatan potong lintang. Penelitian kuantitatif menggunakan
metode survei dengan kuesioner yang dianalisis dengan Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian
menunjukkan tanggapan karyawan IFRS terhadap manajemen sediaan farmasi di RS A berada pada
kategori sangat baik (88,7%) dan tanggapan pelanggan terhadap manajemen sediaan farmasi di RS
A pada kategori puas (75,1%). Pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara kepada kepala
IFRS serta kepala unit pelayanan farmasi rawat jalan dan gudang farmasi. Manajemen sediaan farmasi
di rumah sakit A sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah, akan tetapi masih
perlu perbaikan di setiap kegiatan manajemen sediaan farmasi. Oleh karena itu, revitalisasi manajemen
sediaan farmasi diperlukan sebagai upaya peningkatan kepuasan pelanggan.
Korespondensi: Nabilla S.Farm., Apt., Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Sumedang, Indonesia, email:
amadeanabilla87@gmail.com
Naskah diterima: 20 Agustus 2014, Diterima untuk diterbitkan: 10 Oktober 2014, Diterbitkan: 1 Maret 2015
49
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 1, Maret 2015
50
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 1, Maret 2015
Tabel 1 Composite Reliability (CR), Average Variance Extracted (AVE), dan Akar AVE
Kriteria CR AVE Akar AVE
Organizing 0,873 0,698 0,835
Planning 0,649 0,601 0,775
Actuating 0,654 0,568 0,754
Controlling 0,857 0,510 0,714
Kepuasan 0,920 0,634 0,796
51
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 1, Maret 2015
2 P2 44 5 1 50 143 150
88,0% 10,0% 2,0% 100,0% 95,3%
45 2 3 50 142
3 P2 90,0% 4,0% 6,0% 100,0% 94,7% 150
disesuaikan dengan jumlah minimal penilaian responden dihitung ke dalam garis kontinum
kepuasan dari pelanggan menurut standar dengan skor penilaian sangat kurang baik
pelayanan minimal di RS. Penyebaran (33,3%–46,6%), kurang baik (46,7%–59,9%),
kuesioner kedua ini bertujuan untuk menilai cukup baik (60,0%–73,2%), baik (73,3%–
tanggapan responden (karyawan IFRS dan 86,6%), dan sangat baik (86,7%–100%).
pelanggan) terhadap manajemen sediaan Tanggapan dari responden mengenai
farmasi di RS A. manajemen sediaan farmasi pada indikator
planning dapat dilihat pada Tabel 3 dengan
Tanggapan Karyawan IFRS Mengenai skor total 396. Perhitungan dalam Tabel 3
Manajemen Sediaan Farmasi menunjukkan nilai yang diperoleh 396 atau
88,0% dari skor ideal yaitu 450. Dengan
Seluruh responden menjawab pertanyaan demikian skor tersebut dapat digambarkan
berdasarkan tiga jawaban yang tertera dengan garis kontinum berada pada kategori
yaitu ya, tidak, dan tidak tahu. Pernyataan sangat baik.
dinilai berdasarkan jawaban yang dipilih Tabel 4 merupakan gambaran tanggapan
untuk menentukan skor penilaian mengenai responden mengenai organizing dengan
manajemen sediaan farmasi. Jika responden skor total 415. Perhitungan pada Tabel 4
menjawab “ya” memperoleh nilai 3, “tidak” menunjukkan nilai yang diperoleh 415 atau
memperoleh nilai 2, dan “tidak tahu” 92,2% dari skor ideal 450. Bila digambarkan
memperoleh nilai 1. Setelah itu, hasil jawaban dengan garis kontinum, maka organizing
37 10 3 50 134
2 O2 150
74,0% 20,0% 6,0% 100,0% 89,3%
41 7 2 50 139
3 O2 150
82,0% 14,0% 4,0% 100,0% 92,7%
Jumlah Skor Total 415
Persentase Skor 92,2%
52
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 1, Maret 2015
44 6 0 50 144
2 A10 150
88,0 12,0 0,0 100,0 96,0
12 38 0 50 112
3 A11 150
24,0 76,0 0,0 100,0 74,7
36 14 0 50 136
4 A12 150
72,0 28,0 0,0 100,0 90,7
36 8 6 50 130
5 A22 150
72,0 16,0 12,0 100,0 86,7
42 2 6 50 136
6 A23 150
84,0 4,0 12,0 100,0 90,7
29 5 16 50 113
7 A24 150
58,0 10,0 32,0 100,0 75,3
Jumlah Skor Total 904
Persentase Skor 86,1%
53
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 1, Maret 2015
pelanggan mengenai organizing. Skor total perhitungan diperoleh nilai 747 atau 74,7 %
untuk organizing adalah 916. Berdasarkan dari skor ideal yaitu 1000. Dengan demikian
perhitungan menunjukkan nilai yang controlling berada pada kategori puas.
diperoleh 916 atau 76,3 % dari skor ideal Tabel 12 menunjukkan tanggapan dari
yaitu 1200. Dengan demikian organizing pelanggan mengenai manajemen sediaan
berada pada kategori baik. farmasi terhadap kepuasan pelanggan. Skor
Berdasarkan hasil pengolahan yang total untuk manajemen sediaan farmasi
disajikan pada Tabel 10 yaitu tanggapan terhadap kepuasan pelanggan adalah 2403.
responden mengenai actuating, dapat dilihat Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
bahwa skor total untuk actuating adalah 308. nilai 2403 atau 75,1 % dari skor ideal, yaitu
Berdasarkan perhitungan diperolah nilai 308 3200. Dengan demikian tanggapan pelanggan
atau 77,0 % dari skor ideal, yaitu 400. Dengan terhadap manajemen sediaan farmasi berada
demikian actuating berada pada kategori baik. pada kategori puas.
Tabel 11 menunjukkan tanggapan dari Pengumpul data pada penelitian ini berupa
responden mengenai controlling. Skor total wawancara yang mendalam, pengamatan di
untuk controlling adalah 747. Berdasarkan lapangan, dan studi dokumentasi. Wawancara
54
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 1, Maret 2015
55
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 1, Maret 2015
IFRS, rapat PFT diadakan sekitar empat kali ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
dalam setahun atau tiga bulan sekali. Idealnya, (misal dari Sekolah Menengah Farmasi ke
menurut rapat PFT minimal dua bulan sekali D3, dari S1 ke S2, dan seterusnya). Secara
dan untuk RS besar rapatnya diadakan nonformal dengan melakukan pelatihan
sebulan sekali. Salah satu kegiatan PFT yaitu yang dilaksanakan secara internal maupun
mengembangkan formularium di RS dan eksternal. Pelatihan harus disesuaikan dengan
merevisinya. Revisi formularium di RS A program kerja yang dibutuhkan.
dilakukan setiap tiga tahun sekali dan tersedia
laporan terhadap kepatuhan penggunaan Actuating
formularium dimana hasil evaluasi tersebut Pelaksanaan manajemen sediaan farmasi
yaitu 92% dokter di RS tersebut menulis obat dilakukan dalam beberapa tahap antara
sesuai dengan formularium RS A. lain proses pengadaan, penyimpanan, dan
Pengembangan serta proses pembelajaran pendistribusian. Penerimaan perbekalan
organisasi diperlukan agar SDM di RS farmasi atau pengadaan yang telah diadakan
memenuhi kualifikasi di bidangnya, yaitu di RS A yaitu melalui proses penerimaan yang
dengan diadakannya latihan keorganisasian sesuai dengan aturan kefarmasian dengan cara
untuk seluruh karyawan farmasi di IFRS. pembelian langsung. Setelah itu dilakukan
Hal tersebut bisa dilakukan secara formal pemeriksaan terhadap sediaan farmasi, yaitu
maupun nonformal. Secara formal, di RS A kesesuaian antara obat yang diterima baik
dilakukan dengan pendidikan berkelanjutan jumlah maupun nama dengan dokumen
56
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 1, Maret 2015
Unanticipated
Desired
Expected
Wow!
Preferred “Pleasant Surprises”
Basic
“The Way The (Not Expected Every
Average
Minimum-Accepted Customer Want It” Time)
”Same as Others”
”Others are Other”
57
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 1, Maret 2015
58
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 1, Maret 2015
maka dapat diketahui apakah pelayanan dapat dengan pelanggan, pelanggan mengganggap
memenuhi harapan pelanggan. Apabila belum waktu pelayanan merupakan hal yang paling
sesuai dapat dijadikan sebagai masukan penting.
kepada RS khusunya IFRS sedangkan, apabila Hasil yang diperoleh dari analisis
sudah sesuai, maka pelanggan akan selalu kuantitatif adalah tanggapan karyawan IFRS
mencari pelayanan farmasi ke RS tersebut.13 A mengenai manajemen sediaan farmasi di
Penelitian ini menunjukkan tanggapan RS A berbeda dengan tanggapan pelanggan
pelanggan terhadap manajemen sediaan farmasinya. Oleh karena itu, analisis kualitatif
farmasi di RS A sudah baik. Hal ini terlihat pada penelitian ini digunakan untuk menilai
pada rata-rata tingkat kinerja keempat dimensi kegiatan manajemen sediaan farmasi di RS
tersebut yang sudah hampir mendekati nilai A dan sebagai upaya revitalisi manajemen
survei kepuasan pelanggan berdasarkan SPM sediaan farmasi di RS A agar kepuasan
RS yaitu ≥80%.14 Presentase yang dicapai pelanggan dapat meningkat.
yaitu 75,1%. Variabel yang perlu mendapatkan Hasil yang diperoleh dari studi dokumentasi
perhatian dan perlu peningkatan yaitu dan wawancara mendalam kepada ketiga
dimensi planning dan controlling Sedangkan narasumber, yaitu bahwa manajemen sediaan
dimensi yang minimal perlu dipertahankan farmasi di RS A sudah sesuai standar yang
yaitu organizing dan actuating. telah ditetapkan oleh pemerintah. Akan tetapi,
Menurut konsep value hierarchy yang hasil pengamatan dilapangan ternyata masih
dikemukakan oleh Karl Albrecht, ekspektasi terdapat kegiatan kefarmasian yang tidak
pelanggan bisa dibedakan menjadi empat sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan
macam (Gambar 1), yaitu basic, expected, oleh RS atau pemerintah. Hal tersebut
desired, dan unanticipated expectations. disebabkan oleh kurangnya monitoring dan
Dua jenis pertama, yaitu basic dan expected evaluasi dari setiap koordinator pengelolaan
expectation mutlak harus ada, artinya kinerja sediaan farmasi.
penyedia layanan harus mampu mencapai Pelanggan sudah puas terhadap manajemen
100% dan tidak boleh terdapat kegagalan sediaan farmasi di RS A. Kepuasan tersebut
sama sekali. Desired expectation merupakan akan menurun apabila kinerja yang dianggap
kebutuhan yang khusus dari masing-masing sudah baik ini tidak dipertahankan. Sebagai
pelanggan dan unanticipated expectation penyedia jasa yang berorientasi kepada
adalah pelayanan ekstra yang mampu pelanggan, tentu mengharapkan kepuasan
membahagiakan pelanggan.15 pelanggan bisa mencapai katagori sangat puas.
Nilai tanggapan pelanggan yang paling Hasil penelitian ini dapat digunakan
rendah terhadap manajemen sediaan farmasi sebagai masukan kepada pemberi pelayanan
di RS A yaitu dimensi planning karena jasa sediaan farmasi khususnya di IFRS A
masih ada pelanggan yang kurang puas akan berupa rekomendasi revitalisasi kegiatan
pelayanan waktu tunggu penyerahan resep kefarmasian (Tabel 13) di RS. Rekomendasi
obat racikan ataupun nonracikan. Apabila revitalisasi ini mengacu pada pedoman yang
menggunakan konsep value hierarchy maka dikeluarkan oleh pemerintah.
termasuk pada kategori desired expectation, Pedoman-pedoman tersebut antara lain,
yaitu pemahaman atas pelanggan. Pelanggan yaitu Standar Pelayanan Farmasi tahun 2004,
menginginkan waktu penerimaan sediaan Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi
farmasi dalam waktu yang tidak lama apalagi di Rumah Sakit tahun 2010, Modul Training
untuk resep nonracikan dengan jumlah relatif of Trainer (TOT) Pelayanan Kefarmasian di
tidak banyak. Menurut hasil wawancara Puskesmas tahun 2008, dan Materi Pelatihan
59
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 1, Maret 2015
60
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 1, Maret 2015
17 Lead time sediaan non-racikan ≤30 menit Penambahan loket pengambilan sediaan farmasi dan
karyawan pelayanan farmasi rawat jalan
18 Lead time sediaan racikan ≤60 menit Penambahan loket pengambilan sediaan farmasi dan
karyawan pelayanan farmasi rawat jalan
19 Tersedia laporan keuangan Laporan keuangan farmasi di kelola oleh IFRS
20 Tersedia laporan penggunaan antibiotik Pembuatan laporan penggunaan antibiotik
21 Tersedia laporan sediaan farmasi rusak Pembuatan laporan sediaan farmasi rusak
22 Tersedia laporan kinerja Pembuatan laporan kinerja
23 SOP digunakan pada kegiatan pengelolaan SOP tersedia di ruangan (di print dan disimpan di
sediaan farmasi pengadaan sediaan tempat strategis) dan disosialisasikan agar sebelum
bekerja membaca SOP dan dilaksanakan saat bekerja
24 SOP digunakan pada kegiatan penyimpanan SOP tersedia di ruangan (di print dan disimpan di
sediaan farmasi di gudang tempat strategis) dan disosialisasikan agar sebelum
bekerja membaca SOP dan dilaksanakan saat bekerja
25 SOP digunakan pada kegiatan penyimpanan SOP tersedia di ruangan (di print dan disimpan di
sediaan farmasi di pelayanan rawat jalan tempat strategis) dan disosialisasikan agar sebelum
bekerja membaca SOP dan dilaksanakan saat bekerja
26 Penyimpanan dokumentasi resep Tersedia ruangan khusus resep/lemari resep di farmasi
rawat jalan
27 Penyimpanan dokumentasi faktur Tersedia ruangan khusus lemari penyimpanan faktur
ruang pengelolaan sediaan farmasi
Manajemen Kefarmasian di Instalasi Farmasi kuesioner ini secara keseluruhan bisa saja
Kabupaten/Kota Tahun 2010.16–19 belum mewakili konsep dari teori yang
Selama melakukan penelitian terdapat berhubungan dengan variabel peneltian.
beberapa keterbatasan, antara lain: 4. Pengisian kuesioner dilakukan oleh
1. Pengambilan data responden yang sangat responden yang tidak memahami item
singkat yaitu pada bulan April–Juli dan pernyataan sehingga tidak sesuai dengan
jumlah yang sedikit sehingga masih kemampuannya.
dianggap belum dapat menggambarkan
pelayanan yang diberikan pihak RS, Simpulan
begitu pula dengan pengukuran kepuasan
pelanggan yang seharusnya diambil Berdasarkan hasil analisis secara kuantitatif
secara berkala dan berkesinambungan. ditunjukkan bahwa dimensi manajemen
2. Jumlah sampel yang digunakan terbatas sediaan farmasi yang berpengaruh langsung
dengan menggunakan sampel minimum. terhadap kepuasan pelanggan, yaitu variabel
3. Kuesioner yang digunakan merupakan organizing dan actuating karena nilai
instrumen yang telah dimodifikasi t-statistik di atas 1,96. Penelitian kuantitatif
berdasarkan kebutuhan penelitian dan juga menunjukkan hasil bahwa pelanggan
disesuaikan dengan kondisi rumah sakit, merasa puas (75,1%) terhadap manajemen
walaupun telah ada kuesioner yang sudah sediaan farmasi di RS A.
baku. Pernyataan yang diajukan dalam Secara kualitatif, manajemen sediaan
61
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 1, Maret 2015
farmasi di RS A sudah sesuai dengan standar Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota.
yang telah dikeluarkan oleh Kementerian 2008;19(3):57–73.
Kesehatan Republik Indonesia (RI). Namun, 7. Ainaini R, Marchaban, Hertiani T.
masih ada kegiatan manajemen sediaan Pengukuran pelayanan farmasi di unit
farmasi (planning, organizing, actuating, dan rawat jalan instalasi farmasi RSUD
controlling) yang perlu perbaikan. Oleh karena Sleman. Jurnal Manajemen dan Pelayanan
itu, diperlukan upaya revitalisasi manajemen Farmasi. 2012;1(4).
sediaan farmasi sesuai standar yang telah 8. Sekaran U, Bougie R. Research methods
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI. for business: a skill building approach.
New York: Willey; 2010.
Daftar Pustaka 9. Gozali I. Structural equation modelling:
metode alternatif dengan Partial Least
1. Pudjaningsih D, Santoso B. Square-PLS. Semarang: Universitas
Pengembangan indikator efisiensi Diponogoro; 2006.
pengelolaan obat di farmasi rumah sakit. 10. Avolio, Howell, Sosik. A funny thing
Logika. 2006;3(1):16–24. happened on the way to the bottom line:
2. Mellen RC, Pudjirahardjo WJ. Faktor humor as a moderator of leadership style
penyebab dan kerugian akibat stockout effect. Acad Manag J. 1999;42(14):219–
dan stagnant obat di unit logistik RSU 27.
Haji Surabaya. Universitas Airlangga. 11. Hellier PK, Geursen GM, Carr RA.
Surabaya. Jurnal Administrasi Kesehatan Customer repurchase intention: a
Indonesia. 2013;1(1):99–106. general structural equation model. Eur J
3. Wang IM, Hieh CJ. The relationship Marketing. 2003;37(11/12):1762–800.
between quality and customer satisfaction: doi: 10.1108/03090560310495456
the example of CJCU Library. J Inform 12. Depkes RI. Standar pelayanan minimal
Optim Sci. 2006;27(1):193–209. doi: rumah sakit. Jakarta: Depkes RI; 2008.
10.1080/02522667.2006.10699686 13. Depkes RI. Standar pelayanan farmasi di
4. Bleich SN, Özaltinb E, Murray CJL. How rumah sakit. Jakarta: Depkes RI; 2004.
does satisfaction with the health-care 14. Kemenkes RI. Pedoman pengelolaan
system relate to patient experience?. Bull perbekalan farmasi di puskesmas. Jakarta
World Health Organ. 2009;87(4):271–8. 2003: Kemenkes RI-Direktorat Jendral
doi: 10.2471/BLT.07.050401 Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
5. Nakyanzi JK, Kitutu FC, Oria H, Kamba 2010.
PH. Expiry of medicines in supply 15. Depkes RI. Modul TOT pelayanan
outlets in Uganda. Bull World Health kefarmasian di puskesmas. Jakarta:
Organi. 2010;88:154–8. doi: 10.2471/ Depkes RI; 2008.
BLT.08.057471 16. Kemenkes RI. Materi pelatihan manajemen
6. Martokasuma M. Revitalisasi: sebuah kefarmasian di instalasi farmasi kabupaten
pendekatan dalam peremajaan kawasan. atau kota. Jakarta: Kemenkes RI; 2010.
62