Abstract
This research aimed to know the psychological dynamics of child sex offenders. This research was
social psychology. Method of the research was qualitative method with phenomenological strategy.
Participatns were 5 children from LP Anak Kelas II A Blitar. Participants were sexual offenders. Results
from this study show that child sex offenders due to factors impulse or peer support, teenage sex drive
increases, and with a broken family relationships.
Abstrak
Tujuan penelitian yakni mengetahui dinamika psikologis anak pelaku kejahatan seksual. Penelitian ini
merupakan penelitian psikologi sosial yang sesuai pengambilan datanya menggunakan metode kualitatif
dengan strategi fenomenologis. Lokasi penelitian yakni di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II A
Blitar dengan pengambilan subjek sebanyak 5 anak, dimana anak tersebut meruapakan narapidana kasus
asusila atau pelaku kejahatan seksual. Hasil dari pada penelitian ini adalah bahwa anak melakukan
kejahatan seksual dikarenakan faktor dorongan atau dukungan teman sebaya, dorongan seksual remaja
yang meningkat, dan hubungan dengan keluarga yang berantakan.
89
DINAMIKA PSIKOLOGIS ANAK PELAKU KEJAHATAN SEKSUAL
dengan milik orang dewasa, dalam segi “secara umum seksualitas manusia dapat
mereka sudah dikatakan matang seksual, hubungan seksual, berbagai aturan sosial
Maka dari itu, fakta ini sangat mana seks biologis diwujudkan dan 3)
menarik dan perlu diteliti dengan melihat subjektif (kesadaran individual dan
90 JURNAL PSIKOLOGI
ROCHMAH & NUQUL
JURNAL PSIKOLOGI 91
DINAMIKA PSIKOLOGIS ANAK PELAKU KEJAHATAN SEKSUAL
92 JURNAL PSIKOLOGI
ROCHMAH & NUQUL
JURNAL PSIKOLOGI 93
DINAMIKA PSIKOLOGIS ANAK PELAKU KEJAHATAN SEKSUAL
94 JURNAL PSIKOLOGI
ROCHMAH & NUQUL
seks, kemudian anak lebih banyak kesempatan yang memadai untuk belajar
mengeksplor informasi tersebut dan dan bekerja, dan yang merasa memiliki
mulai melakukan percobaan dalam kebutuhan untuk membuktikan sesuatu
berhubungan seksual dengan teman pada dirinya sendiri dengan seks, adalah
kencan. Sumber-sumber koping dapat mereka yang beresiko melakukan
meliputi pengetahuan individu tentang tingkah laku seksual yang tidak
seksualitas, pengalaman masa lalu yang bertanggung jawab. Remaja yang tidak
positif tentang seksualitas, adanya berencana melanjutkan pendidikannya
individu yang mendukung termasuk ketingkat yang lebih tinggi, seperti
pasangan seksualitas, dan norma sosial universitas, cenderung tidak menunda
atau budaya yang mendorong ekspresi hubungan seks dari pada mereka yang
seksual yang sehat. berencana melakukan pendidikannya
Tingkah laku seksual remaja (Santrock, 2003, hal: 404).
biasanya sifatnya meningkat atau Pada suatu penelitian yang
progresif-necking, petting, hubungan dilakukan di lokalisasi ditemukan hasil
seksual, dan pada beberapa kasus, seks eksplorasi dapat didentifikasi keyakinan
oral. Jumlah remaja yang mengaku telah responden akan dampak negatif
meningkat secara signifikan selama abad lokalisasi bagi remaja yang tinggal di
kedua puluh, dan jumlah peempuan yang dalamnya, yaitu menjadikan remaja
telah melakukan hubungan seks kurang percaya diri, terstigma,
meningkat lebih cepat dari pada laki- dilecehkan, drop out dari sekolah,
laki. Selama remaja mengembangkan mempunyai kebiasaan thongkrong,
identitas seksual mereka, mereka juga mabuk dan menyalahgunakan narkoba
mengikuti aturan seksual tertentu, yang (Widyastuti, 2009, hal: 84). Paparan
berbeda bagi laki-laki dan perempuan. seksual yang diperoleh remaja, seperti
Remaja yang rawan cenderung mendengar maupun melihat orang yang
menunjukkan tingkah laku seksual yang sedang berciuman, berangkulan, merayu,
tidak bertanggungjawab (Santrock, 2003, menari erotis maupun melakukan
hal: 416). Tingkah laku seksual yang hubungan seks mendorong remaja untuk
tidak bertanggungjawab. Remaja yang melakukan hubungan seks yang tidak
tidak merasa berarti, yang tidak memiliki aman. Secara bivariat, paparan seksual
JURNAL PSIKOLOGI 95
DINAMIKA PSIKOLOGIS ANAK PELAKU KEJAHATAN SEKSUAL
96 JURNAL PSIKOLOGI
ROCHMAH & NUQUL
JURNAL PSIKOLOGI 97
DINAMIKA PSIKOLOGIS ANAK PELAKU KEJAHATAN SEKSUAL
hanya dipikul oleh ayah, ibu sebagai apabila anak mampu mereduksinya.
bagian penting dalam keluarga memiliki Anak sejak dini sudah mendapatkan
peran yang sama. Lagi-lagi Peran orang sitimulus-stimulus seksual melalui
tua dalam melakukan tugasnya lingkungan teman sebayanya. Beberapa
dilaksanakan secara tidak maksimal teman anak bahkan melakukan
sehingga perlakuan orang tua pada anak pemaksaan dan ancaman.
membuat merasa tidak nyaman dan Meskipun terdapat dorongan-
senang berada di rumah,yang akhirnya dorongan eksternal untuk melakukan
anak lebih memilih untuk menghabiskan hubungan seksual pada anak, dorongan
waktu mereka dengan teman sebaya, seksual akan bisa diredam jika anak
bahkan anak hingga memutuskan untuk mampu mereduksi tegangan. Akan tetapi
tinggal dengan teman sebayanya. kilas balik pada proses perkembangan
Keteledoran orang tua tidak anak yang sedang beralangsung secara
meperhatikan anak dalam mengambil perlahan, dimasa remaja anak sedang
keputusan untuk tinggal dengan teman mengalami masa perkembangan
sebaya yang ternyata berlangsung seksualitas. Dimana masa tersebut
negatif karena anak memilih teman yang dorongan seksual sangat kuat sedangkan
notabene cenderung melakukan aktivitas organ seksual anak belum matang. Anak
sosial negatif seperti suka minum- akan lebih memiliki ketertarikan
minuman keras, mengkonsumsi obat- terhadap pengetahuan seksual sehingga
obatan, mencuri, dan bermain mereka menyerap informasi dari
perempuan. Lingkungan anak yang tidak manapun tanpa disaring dengan benar,
sehat tersebut mampu menggerakkan akibatnya memunculkan rasa ingin tahu
anak melakukan kejahatan seksual. yang tinggi pada anak dan muncul
Kemampuan berpikir anak yang masih keinginan untuk mencoba. Hasilnya
fluktuatif menjadi kelemahan anak seperti yang dialami keempat subjek
menahan ego untuk melakukan (CA, EA, WS, dan Z) teman mereka
hubungan seksual yang beresiko. Faktor lebih banyak mempengaruhi tingkahlaku
keluarga, lingkungan teman sebaya, dan seksual dan didukung dengan rasa ingin
sajian video porno tidak cukup mampu tahu yang tinggi juga keinginan coba-
mempengaruhi tingkahlaku seksual coba sehingga mereka sama-sama tidak
98 JURNAL PSIKOLOGI
ROCHMAH & NUQUL
JURNAL PSIKOLOGI 99
DINAMIKA PSIKOLOGIS ANAK PELAKU KEJAHATAN SEKSUAL
teman lamanya dan ada rasa menyesal menjadi pembalap motor. Ada beberapa
meskipun sedikit, kemungkinan akan keinginan yang akan dilakukan subjek
terjadi pengulangan perilaku yang sama. dengan tujuan yang baik yakni
Sedangkan pada Z, ia merasa masalah menghindari teman lama, mencari
yang menimpanya hanyalah takdir dan tempat tinggal yang baru dan akan lebih
itu biasa baginya. berhati-hati lagi pada perempuan, ketiga
Akan baik jika anak merasa hal itu ingin dilakuaknoleh CA, AY, dan
menyesal dan tidak akan mengulangi EA. Berbeda halnya dengan Z, ia masih
perbuatan yang sama, tetapi seperti Z menginginkan kembali ketempat asalnya
dan WS yang sedikit bahkan tidak berkumpul dengan teman lamanya hal
menyesal atas perbuatanyya, memiliki ini menunjukkan tidak ada penyesalan
potensi untuk mengulang tingkah laku yang dirasakan Z dan kemungkinan akan
seksual yang sama bahkan kemungkinan melakukan perilaku yang sama.
akan lebih parah dari sebelumnya.
Kemungkinan-kemungkinan inilah yang Diskusi
seharusnya mampu dicegah oleh pihk Peran orang tua yang tidak
yang bersangkutan, agar nantinya dirasakan oleh anak membuatnya merasa
mampu mengurangi tingkah laku seksual tidak nyaman berada dirumah dan
yang beresiko. akhirnya anak mencari kehatangan pada
Menarik lagi jika membahas teman sebaya. Hubungan teman sebaya
mengenai harapan yang akan dilakukan memang berjalan baik akan tetapi tidak
para subjek (CA, AY, EA, WS, dan Z) membawa dampak positif bagi anak.
beberapa anak tidak memiliki rancangan Teman banyak membawa pengaruh
yang jelas setelah mereka keluar dari negatif dan selalu melakukan aktivitas
LAPAS seperti pada Ay memiliki sosial negatif, sehingga anak yang
perhatian pada kebutuhan cenderung memiliki kelekatan dengan
pendidikannya, rancangan harapannya teman sebaya melakukan konformitas.
yakni mengambil paket C, kuliah, lalu Bahkan pada perilaku seks, temanlah
menjadi guru. Sedang pada WS memiliki salah satu sumber informasi seks yang
rancangan harapan yang akan dilakuakn dominan. Muncullah tingkah laku
setelah keluar dari LAPAS, ia ingin seksual anak yang berulang bahkan