Anda di halaman 1dari 12

TUGAS SEMESTER PENDEK

GEOKIMIA UMUM

MINERAL ALTERASI

Ilham Ramadhan Lintang


15 307 009

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
2019
ALTERASI MINERAL

Alterasi Mineral mengacu pada berbagai proses alam yang mengubah komposisi
kimia mineral atau kristalografi.

Alterasi mineral pada dasarnya diatur oleh hukum-hukum termodinamika yang


terkait dengan konservasi energi, relevan dengan kondisi lingkungan, sering
terbentuk sebagai katalis, yang paling umum dan berpengaruh adalah dalam
bentuk air (H2O).

Tingkatan dan skala waktu pada variasi beberapa mineral yang terubah sangat
tergantung pada produk awal dan sifat fisiknya serta kerentanan terhadap
perubahan (alterasi). Beberapa mineral, seperti kuarsa dan zirkon sangat tahan
terhadap perubahan di dalam kondisi pelapukan normal. Namun, dengan tekanan
yang kuat kuarsa dapat berubah menjadi stishovit, dan zirkon menjadi crytolite
(zirkon metamik) dengan sejumlah komponen radioaktif dan waktu.

Dalam beberapa keadaan, sebuah mineral mengubah sambil mempertahankan


bentuk luarnya yang dikenal sebagai pseudomorph.

Alterasi mineral sangat berbeda dengan alterasi batuan yang terjadi karena proses
metamorfisme. Proses alterasi mineral juga berbeda dengan proses pelapukan.
Namun, kedua proses tersebut membantu di dalam terjadinya alterasi mineral.
Beberapa mineral merupakan anggota dari sebuah seri larutan padat dan
merupakan sampel dari kisaran perubahan komposisi yang berkesinambungan,
dan dengan demikian bukan merupakan produk 'alterasi mineral'.

Contoh alterasi mineral

 Oksidasi

Contoh umum oksidasi adalah saat mineral besi (Fe) alam seperti pirit (FeS2)
teroksidasi membentuk mineral goetit atau besi hidroksida atau mineral sulfat
lainnya.

 Hidrasi dan dehidrasi

Mineral umum gipsum adalah mineral sulfat hidrasi yang mudah berubah menjadi
sulfat anhidrat bernama anhidrit melalui proses pengeringan yang panjang. Reaksi
kimia yang terjadi dapat dijelaskan pada reaksi berikut ini:

CaSO4·2H2O <=> CaSO4

Reaksi ini adalah reaksi yang prosesnya dapat dibalik.


 Kaolinisasi

Kaolinisasi merupakan proses alterasi mineral alkali felspar yang berubah menjadi
mineral lempung kaolinit dengan ditandai oleh munculnya larutan yang sedikit
asam. Pada umumnya, mineral alkali felspar terdapat dalam jumlah tinggi di
dalam batuan granitik. Hujan mudah melarutkan karbon dioksida (CO2) dari
atmosfer, sehingga menyebabkan pelapukan pada batuan granitik. Seperti yang
ditunjukkan dalam reaksi berikut ini, karena kehadiran asam karbonat dan air,
kalium felspar berubah menjadi kaolinit, dengan ion kalium, bikarbonat, dan
silika dalam larutan sebagai produk samping.

2 KAlSi3O8 + 2 H2CO3 + 9 H2O => Al2Si2O5(OH)4 + 4 H4SiO4 + 2 K+ + 2 HCO3−

 Epidotisasi

Epidotisasi adalah proses alterasi ketika plagioklas felspar berubah menjadi


kelompok mineral epidot.

 Kloritisasi

Kloritisasi adalah proses perubahan mineral piroksen atau amfibol menjadi


kelompok mineral klorit. Kloritisasi merupakan proses yang umum terjadi di
dalam transisi metamorfik suatu batuan menuju ke fasies sekis hijau dan fasies
amfibolit yang merupakan fasies metamorfisme derajat rendah.

 Alterasi karena gelombang kejut

Alterasi karena gelombang kejut terkait dengan kejadian astronomi berupa


tumbukan meteorit di permukaan bumi. Kejadian astronomi tersebut akan
membentuk suatu kawah tumbukan. Akibat tumbukan tersebut, batuan yang
mengandung silika atau kristal kuarsa di sekitar kawah dapat berubah menjadi
mineral stishovit dan koesit sebagai akibat dari dampak gelombang kejut
tumbukan meteorit yang membentuk lingkungan dengan tekanan ekstrem dan
suhu tinggi.

 Peluruhan radioaktif

Sebuah contoh umum alterasi karena peluruhan radioaktif adalah ketika sebuah
elemen radioaktif di dalam kelompok zirkon atau kristal alanit berubah menjadi
metamik atau amorf karena kerusakan strukturnya akibat radiasi.

 Serpentinisasi

Serpentinisasi adalah proses alterasi mineral yang menghasilkan pembentukan


kelompok mineral serpentin terutama dari kelompok olivin, dengan proses hidrasi
dan perubahan tekanan sebagai faktor utama.
 Dolomitisasi

Dolomitisasi mengacu pada variasi kelompok batuan sedimen karbonat yang kaya
mineral kalsit seperti batugamping, kemudian berubah menjadi batuan dolomit
kaya magnesium. Proses-proses diagenesis merupakan penyebab utama yang
melibatkan sejumlah air dengan panas cukup rendah, berfungsi sebagai katalis
pertukaran ion. Reaksinya adalah sebagai berikut:

2CaCO3(batu kapur) + Mg2+ -> CaMg(CO3)2(dolomit) + Ca2+

 Piritisasi

Piritisasi merupakan proses alterasi mineral yang melibatkan penggantian ion oleh
atom-atom besi dan sulfur yang bergabung membentuk mineral pirit.

 Opalisasi

Opalisasi adalah proses perubahan dari mineral silika amorf, sering sebagai sisa-
sisa silika organik mikrofosil di batuan sedimen litik, menjadi mineraloid opal.

 Uralisasi

Uralisasi adalah proses alterasi deuterium piroksen (paling sering augite) untuk
membentuk amfibol (aktinolit-tremolit). Alterasi terjadi selama tahap akhir
kristalisasi magma pada suhu rendah (< 500 °C) atau pada metamorfisme derajat
rendah (metamorfisme sub-fasies sekis hijau) Reaksi yang terjadi adalah
paramorfik, yang berarti bahwa struktur mineral telah terubah, tetapi komposisi
kimia aslinya dipertahankan[2].

Referensi

1. ^ http://www.minsocam.org/msa/collectors_corner/arc/alteration.htm
2. ^ "Chapter 11 Deuteric Alteration". Elsevier Oceanography Series (dalam bahasa
Inggris). 33: 329–331. 1982. doi:10.1016/S0422-9894(08)70953-X. ISSN 0422-9894.
Mineral-Mineral Alterasi

Alterasi merupakan perubahan komposisi mineralogy batuan (dalam keadaan


padat) karena pengaruh Suhu dan Tekanan yang tinggi dan tidak dalam kondisi
isokimia menghasilkan mineral lempung, kuarsa, oksida atau sulfida logam.
Proses alterasi merupakan peristiwa sekunder, berbeda dengan metamorfisme
yang merupakan peristiwa primer. Alterasi terjadi pada intrusi batuan beku yang
mengalami pemanasan dan pada struktur tertentu yang memungkinkan masuknya
air meteoric untuk dapat mengubah komposisi mineralogi batuan.

Adapun beberapa contoh-contoh mineral yang dapat terbentuk dari proses alterasi
adalah sebagai berikut :

1. Actinolit Ca2(Mg,Fe)5Si8O22(OH)2, Mineral ini menunjukkan warna hijau


gelap, sistem kristal monoklin, belahan sempurna, kilap kaca, cerat berwarna
putih dan menunjukkan bentuk elongated. Terbentuk pada suhu 800 – 9000 C,
dihasilkan oleh alterasi dari piroksen pada gabro dan diabas, pada proses
metamorfik green schist facies.
2. Adularia KAlSi3O8, Mineral ini menunjukkan warna putih-pink, sistem
kristal monoklin, belahan 2 arah, kilap kaca, cerat putih dan menunjukkan
bentuk prismatik. Terbentuk pada suhu 7000 C, akibat proses hidrotermal
dengan temperatur yang rendah berupa urat.

3. Albite NaAlSi3O8, Mineral ini menunjukkan warna putih, sistem kristal


triklin, belahan 3 arah, pecahan tidak rata – konkoidal, kilap kaca, cerat
putih. Terbentuk pada suhu 750 – 8000 C, akibat proses hidrotermal
dengan suhu yang rendah dan alterasi dari plagioklas, proses metamorfik
dengan temperatur dan tekanan yang rendah, proses magmatisme dan
proses albitisasi.

4. Biotite K(Mg,Fe)3AlSi3O10(F,OH)2, Mineral ini menunjukkan warna


hitam, sistem kristal monoklin, belahan sempurna, pecahan tidak rata,
kilap kaca dan mutiara, cerat putih dan menunjukkan bentuk tabular.
Terbentuk pada temperatur 700 – 800 0 C, terbentuk akibat proses
magmatisme, metamorphisme dan proses hidrotermal. Dapat terbentuk
pada daerah magmatisme.
5. Clinopiroxene XY(Si,Al)2O6, Mineral ini menunjukkan warna hijau, biru,
sistem kristal monoklin, belahan tidak rata, kilap kaca, cerat putih dan
menunjukkan betuk prismatik. Terbentuk pada suhu 900 – 1000 0 C,
terbentuk akibat proses magmatik mafik dan ultramafik plutonic, pada
proses metamorfisme kontak dan regional dengan temperatur yang tinggi.
Dapat terbentuk pada daerah magmatisme bersifat basa.

6. Diopside MgCaSi2O6, Mineral ini menunjukkan warna hijau, biru, sistem


kristal monoklin, belahan tidak rata, kilap kaca, cerat putih dan
menunjukkan betuk prismatik. Terbentuk pada suhu 900 – 1000 0 C,
terbentuk akibat proses magmatik mafic dan ultramafic plutonic, pada
proses metamorphisme kontak. Lingkungan daerah magmatisme.

7. Dolomite CaMg(CO3)2, Mineral ini menunjukkan warna putih-pink,


sistem kristal heksagonal, belahan sempurna, pecahan subkonkoidal, kilap
kaca, cerat putih. Terbentuk dari proses hidrotermal pada suhu yang
rendah berupa urat, juga dapat terbentuk pada lingkungan laut akibat
proses dolomitisasi batugamping dan proses metamorfik (dolostone
protoliths).
8. Epidote Ca2Al2(Fe3+;Al)(SiO4)(Si2O7)O(OH), Mineral ini menunjukkan
warna hijau, sistem kristal monoklin, belahan jelas 2 arah, pecahan tidak
rata, kilap kaca, cerat putih dan menunjukkan bentuk prismatik. Terbentuk
pada temperatur 900 – 10000 C, terbentuk akibat proses metamorphisme
pada fasies green schist dan glaucophane schist dan hidrotermal
(propylitic alteration). Proses magmatik sangat jarang menghasilkan
mineral ini.

9. Garnet X3Y2(SiO4)3, Mineral ini menunjukkan warna hijau gelap atau


merah gelap, sistem kristal rhombic dodekahedron, belahan tidak
sempurna, pecahan konkoidal dan menunjukkan kenampakan tabular.
Terbentuk pada suhu 1600 – 18000 C, dapat terbentuk pada zona kontak
magmatic plutons dengan temperatur yang tinggi, yaitu pada mineralisasi
skarn. Selain itu juga dapat terbentuk akibat proses metamorfisme.
Lingkungan terbentuknya pada daerah magmatisme.
10. Heulandite (Ca,Na)2-3Al3(Al,Si)2Si13O36·12H2O, Mineral ini
menunjukkan warna putih – pink, sistem kristal monoklin, belahan 1 arah,
pecahan subkonkoidal – tidak rata, kilap kaca, cerat putih dan
menunjukkan bentuk tabular. Terbentuk pada suhu 600 – 7000 C, akibat
proses alterasi dari vitrik tuff dan proses hidrotermal berupa urat pada
basalt, gneiss dan schist.

11. Illite (K,H3O)(Al,Mg,Fe)2(Si,Al)4O10[(OH)2,(H2O)], Mineral ini tidak


berwarna (bening), dan sebagian menunjukkan warna putih-abu-abu,
sistem kristal monoklin, belahan 1 arah sempurna, kilap lemak, bersifat
elastis dan menunjukkan bentuk tabular. Terbentuk pada suhu 700 – 8000
C, hasil dari proses magmatisme khususnya batuan beku dalam yang kaya
akan alumina dan silika (pegmatit dan granit), dapat merupakan hasil
proses metamorfik (mudrock sediment) dan hasil alterasi dari feldspar.

12. Kaolinite Al2Si2O5(OH)4, Mineral ini menunjukkan warna putih, sistem


kristal monoklin, belahan sempurna, kilap mutiara. Terbentuk akibat adanya
proses pelapukan dari mineral yang kaya Al dan hasil proses alterasi dari mineral
yang kaya Al dapat terbentuk pada daerah danau.
13. Laumontite Ca(AlSi2O6)2·4H2O, Mineral ini menunjukkan warna putih –
abu-abu – pink, sistem kristal monoklin, belahan 3 arah, pecahan rata, kilap
mutiara, cerat putih dan menunjukkan bentuk elongated prismatik. Terbentuk
pada suhu 600 – 7000 C, akibat proses hidrotermal yang mengisi rongga-rongga
pada batuan beku, batuan sedimen dan metamorf.

14. Microcline (KAlSi3O8), Mineral ini menunjukkan warna putih-hijau, sistem


kristal triklin, belahan 2 arah, pecahan tidak rata, kilap kaca-mutiara, cerat putih
dan menunjukkan bentuk prismatik. Terbentuk pada suhu 7000 C, akibat proses
magmatik yang menghasilkan plutonic rock yaitu pegmatit, proses metamorfik
dengan temperatur yang rendah yaitu pada gneiss dan schist dan proses
hidrotermal.

15. Montmorillonite (Na,Ca)0.33(Al,Mg)2(Si4O10)(OH)2·nH2O, Mineral ini


menunjukkan warna putih – abu-abu, sistem kristal monoklin. Terbentuk pada
daerah beriklim tropis yang merupakan hasil alterasi dari feldspar pada batuan
yang miskin silika. Hasil dari pelapukan glass volkanik dan tuff dari proses
hidrotermal.
16. Prehnite Ca2Al(AlSi3O10)(OH)2, Mineral ini menunjukkan warna kehijauan,
sistem kristal orthorombic, belahan sempurna, pecahan tidak rata, kilap kaca, cerat
berwarna putih dan menunjukkan bentuk tabular. Terbentuk pada suhu 700 – 8000
C, akibat proses metamorfisme dan proses hidrotermal yang mengisi rongga pada
batuan volkanik basalt.

17. Wairakite CaAl2Si4O12•2(H2O), Mineral ini menunjukkan warna putih,


dapat terbentuk pada suhu 600 – 7000 C, akibat proses hidrotermal (geothermal
environment), proses metamorfisme burial dengan suhu yang rendah, reksi
dehidrasi dari laumontite pada sedimen tuff.

18. Wollastonite (CaSiO3), Mineral ini menunjukkan warna putih, sistem kristal
triklin, kilap kaca, belahan sempurna 3 arah, pecahan tidak rata, cerat putih dan
menunjukkan bentuk tabular. Terbentuk pada suhu 11000 C, akibat proses
metamorfisme kontak pada calcareous dan marl rocks dan dapat terjadi akibat
metamorfisme regional dengan tekanan yang rendah.

19. Zeolite Na2Al2Si3O10-2H2O, Mineral ini menunjukkan warna abu-abu – putih,


sistem kristal monoklin, belahan sempurna 3 arah, pecahan tidak rata, kilap kaca,
cerat putih dan menunjukkan bentuk elongated-prismatik. Terbentuk pada
temperatur 600 – 7000 C, akibat proses hidrotermal yang mengisi urat dan rongga
pada batuan beku dan proses metamorpisme burial.

Anda mungkin juga menyukai