Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah perilaku berisiko merupakan salah satu masalah penting

dalam siklus kehidupan. Kesehatan di usia dewasa sebagian berkaitan

dengan perilaku kesehatan ataupun gaya hidup di usia muda termasuk di

usia remaja. Perilaku hidup sehat sejak usia dini merupakan upaya yang

cukup penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang produktif dan

berkualitas di masa yang akan datang. Beberapa perilaku berisiko pada usia

remaja diantaranya adalah kebiasaan merokok, gizi tidak seimbang, kurang

aktifitas fisik, hygiene dan sanitasi individu, depresi/stress, konsumsi obat-

obatan terlarang dan konsumsi minuman beralkohol (Litbangkes, 2015)

Kesehatan pada usia sekolah menjadi penting karena adanya

keterkaitan antara kesehatan dan akademik karena periode ini merupakan

periode belajar, pertumbuhan dan perkembangan. Indikator kesehatan yang

berkaitan dengan akademik dapat dikategorikan dalam indikator sosial

psikologikal dan fisik (Litbangkes, 2006). Kondisi fisik yang baik

mempunyai dampak positif terhadap kemampuan akademik murid sekolah

(Boot dkk, 2009). Disamping itu, kemampuan akademik murid sekolah juga

berkaitan dengan dukungan sosial, proses belajar dan kesehatan, serta

pengalaman di masa lalu (Riesch, 2006). Perokok reguler di antara anak

laki-laki berusia 15 sampai 19 tahun meningkat dari 36,8% pada tahun

1
2

1997) menjadi 42,6% pada tahun 2000 (WHO, 2003). Data dari

survei tembakau pada anak sekolah usia 13 – 15 tahun Global Youth

Tobacco Survey (GYTS) yang dilakukan di 50 sekolah menunjukkan

prevalensi pelajar yang pernah merokok sebesar 33%, sedangkan prevalensi

perokok saat ini (perokok tiap hari dan kadang-kadang) diantara pelajar

adalah 22% (Ministry of Health Indonesia, 2004). Sementara data dari

GYTS tahun 2009 menunjukkan proporsi pernah merokok pada laki-laki

usia 13 -15 tahun adalah sebesar 57.8% di populasi anak sekolah di Jawa

dan Sumatra.

Faktor perilaku berisiko lainnya yang juga berperan dalam status

kesehatan usia remaja seperti pemakaian obat-obatan terlarang atau

penyalahgunaan zat dan konsumsi minuman beralkohol. Penyalahgunaan

obat terlarang masih merupakan salah satu masalah remaja di Indonesia,

yang diketahui erat kaitannya dengan masalah sosial seperti kejahatan,

pengangguran, kesehatan, dan juga masalah ekonomi. Hasil SDKI (2012)

menunjukkan bahwa perilaku konsumsi minuman beralkohol cukup tinggi

dikalangan remaja remaja laki-laki usia 15 – 24 tahun (15,6%) untuk pernah

minum akohol kadang-kadang, dimana angka ini jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan angka nasional Riskesdas (2007) yaitu sebesar 5,5%.

Upaya pemerintah dalam menangani dengan program Upaya

Kesehatan Sekolah di tingkat SMP dan SMA dikoordinir oleh Puskesmas

setempat. Strategi yang dapat dikembangkan adalah dengan melakukan

pengendalian beberapa perilaku berisiko yang menjadi masalah di usia


3

remaja melalui strategi promosi kesehatan berbasis sekolah. Sepuluh Faktor

risiko utama penyebab kesakitan/kematian pada usia remaja (WHO, 2004)

: Konsumsi minuman beralkohol, obat-obatan terlarang Perilaku,

Makan/Jajan Hygiene individu/personal dan sanitasi, Kesehatan mental,

Kesehatan reproduksi, Merokok Kekerasan dan cedera.

Kesehatan mental merupakan salah satu permasalahan penting

menjadi perhatian dunia termasuk indonesia. WHO (1946) menjelaskan

bahwa kesehatan mental dalam kondisi sejahtera dimana personal meyakini

potensi dirinya, mampu mengahadapi tekanan hidup yang normal, dapat

bekerja dengan produktif dan bermanfaat, serta mampu memberikan

kontribusi pada lingkungan sekit. Menurut data WHO (2016) terdapat

sekitar 35 juta orang terkena dimensia. di Indonesia, jumlah kasus

ganggungan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penurunan

produktivitas manusia.

Pada tahun 2020, WHO memprediksikan bahwa depresi akan

menjadi beban penyakit global pada peringkat kedua (WHO, 2001).

Tercatat lebih dari delapan ratus ribu orang yang meninggal dunia akibat

bunuh diri setiap tahunnya. Sekitar 1,4% kematian didunia disebabkan oleh

bunuh diri , sehingga menempatkan bunuh diri pada posisi kelima sebagai

kematian terbesar (WHO, n.d). pada rentang usia lima belas sampai dua

puluh tahun, bunuh diri berada pada posisi kedua sebagai penyebab

kematian terbesar (WHO, 2016).


4

Perkembangan Perilaku manusia diikuti dengan perkembangan ilmu

psikologi mengenai perilaku manusia. Istilah tentang perilaku muncul,

diantaranya tentang konsep perilaku beresiko (risk behavior/risky

behavior). Munculnya konsep perilaku berisiko semakin luas dengan

banyaknya perilaku bermasalah yang mempengaruhi banyak aspek.

Menurut Irwan dan Skaar (2009) perilaku beresiko sebagai perilaku yang

mengandung konsekuensi yang tidak diketahui dan berpotensi memiliki

dampak negatif terhadap kesehatan.

Konsekuensi negatif dari perilaku beresiko adalah penularan

penyakit seksual, kehamilan yang tidak diinginkan, putus sekolah,

pengangguran, kecelakaan, ketergantungan zat dan alkohol, pengeluaran

biaya medis yang besar, hukuman penjara, disabilitas fisik dan psikologis

dan kematian (Armett; irwin et al.; Muuss & Porton; Spear (Richey, 2005).

Remaja mudah terlibat dalam perilaku beresiko didasari beberapa

faktor sosial yaitu rendahnya self-esteem, kelompok sebaya yaang negatif,

masalah psikiatri, konflik keluarga, kemiskinan, menjadi orang tua, level

pendidikan orang tua yang rendah, menjadi orang tua tunggal dalam

keluarga, seringkali membolos sekolah, aspirasi pendidikan yang rendah,

tidak memiliki kepercayaan agama, keterampilan sosial yang rendah, laju

pengangguran yang tinggi (de Guzman & Pohlmeier, 2014).

Menjaga kesehatan mental atau jiwa sama pentingnya dengan

menjaga kesehatan fisik. Beban penyakit mental di tanah air terhitung cukup
5

besar. Sekitar 1 juta pasien gangguan jiwa berat dan 19 juta pasien gangguan

jiwa ringan tercatat dalam Riskesdas 2014. Meningkatnya jumlah pasien

gangguan jiwa di Indonesia disebabkan pesatnya pertumbuhan hidup

manusia, serta beban hidupnya. TAMBAH

Remaja sebagai generasi penerus bangsa dan merupakan aset

terbesar yang dimiliki oleh suatu negara. Rentang usia remaja berdasarkan

ketentuan WHO adalah 10-19 tahun. Peraturan menteri kesehatan RI nomor

25 tahun 2014 menyatakan bahwa remaja adalah penduduk yang berusia 10-

18 tahun. Perkembangan remaja terdiri dari perkembangan biologis,

kognitif, psikososial, mental dan emosional. Perkembangan biologis seperti

perkembangan otak dan hormon (Jahja, 2015).

Berdasarkan GSHS (2015) proporsi pelajar SMP dan SMA yang

mengalami gangguan emosional di indonesia adalah sebanyak 57,73% laki-

laki dan sebanyak 66.82% perempuan seperti kesepian atau khawatir

berlebihan atau ingin bunuh diri. Data riskesdas 2013 menunjukkan

prevalensi gangguan mental emosional untuk usia 15 tahun keatas mencapai

sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk indonesia sedangkan

data riskesdas 2018 menunjukkan adanya peningkatan prevalensi gangguan

mental sebanyak 9, 8 % dari jumlah penduduk indonesia.

Beberapa masalah ganguan kesehatan jiwa diusia dini atau sekolah

dasar yang terjadi di Jakarta adalah gagap, neurosis fungsional, gangguan

tidur, gangguan tingkah laku agresif tak berkelompak, kecemasan, retardari


6

mental ringan, fungsi intelektual ambang, problem hubungan orang tua-

anak dan problem situasi keluarga spesifik lainnya. Masa remaja merupakan

masa yang beresiko tinggi terjadinya masalah kesehatan mental pada

seorang individu (Wanda M. Tempelar, 2017). Gangguan mental pada

remaja biasanya berkaitan dengan kinerja akademis yang buruk,

perkembangan prikososial yang terganggu, tinggakt kelulusan SMA yang

lebih rendah, atau meningkatknya resiko kesehatan (Kataoka, Zhang dan

Wells, 2002).

Santrock (2012) berpendapat bahwa banyak faktor yang mendasari

timbulnya masalah mental emosional pada remaja yaitu lingkungan

keluarga, lingkungan teman sebaya, lingkungan sekolah, lingkungan

masayarakat dan sosial. Peran orang tua dan lingkungan pertemanan

berperan besar dalam mempengaruhi kondisi mental emosional remaja.

Resiko gelaja mental emosional pada pelajar dua kali pada remaja 16 tahun

keatas di bandingkan dengan usia 15 tahun ke bawah, pelajar mengalami

pelecehan ataupun diremehkan oleh orang tua (Mubasyiroh, Putri dan

Tjandrarini, 2017).

Berkaitan dengan berbagai data diatas peneliti berpendapat perlu

dilakukan penelitian yang dapat membuktikan apakah ada pengaruh

perilaku berisiko dengan kesehatan mental emosional pada remaja umur 10

-19 tahun di DKI Jakarta. Data sampel diambil dari data sekunder yaitu data

riset kesehatan dasar 2018.


7

B. Masalah Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan data dari Riskesdas 2018, DKI Jakarta memiliki

kasus gangguan mental pada penduduk umur sama dengan diatas 15

tahun sebanyak 10 % hal ini mengalami petingkatan 4% dari data

riskesdas tahun 2013 yaitu 6 %. Depresi merupakan gangguan mental

yang sering terjadi pada remaja. Prevalensi depresi pada remaja di DKI

Jakarta sebanyak 5, 25%, dimana hanya sebagaian penderita yang

mendapatkan pengobatan medis dan minum obat. Kesehatan mental

yang terganggu memungkinkan remaja melakukan hal beresiko seperti

merokok, minum alkohol, pergaulan bebas dan lainnya. Sesuai dengan

data riskesdas 2018 perilaku beresiko mencakup merokok, minuman

beralkohol, aktifitas fisik dan konsumsi buah dan sayur.

Merokok merupakan salah satu perilaku beresiko pada remaja

dan dewasa. Persentasi wanita umur 15-45 dan pria umur 15-54 yang

merokok sebanyak 2% dan 72%, persentase wanita dan pria merokok

tidak mengalami perubahan sejak SDKI 2012 (SDKI, 2017). Prevalensi

perilaku beresiko jika dibandingkan dari lima tahun terakhir mengalami

peningkatan. Remaja merokok meningkat dari 7,2% sampai 9.1%.

konsumsi minuman beralkohol mengalami peningkatan dari 3,0 %

sampai 3,3% skala Indonesia, ntuk proporsi konsumsi minuman

berarkohol provinsi DKI meningat 0,5%. Proporsi aktivitas fisik kurang

umur sama dengan diatas 10 tahun DKI mengalami peningkata 3%.


8

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan informasi dan data yang teridentifikasi tersebut maka

peneliti membatasi masalah pada Variabel dependen yaitu Karakteristik

remaja (Jenis kelamin, Pendidikan), Perilaku beresiko (Merokok,

Minuman beralkohol, Aktifitas Fisik, Depresi, Disabilitas, Cedera) dan

variabel indipenden yaitu kesehatan mental emosional.

3. Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh perilaku berisiko terhadap kesehatan mental

emosional pada remaja umur 10 -19 tahun di Jakarta

C. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Bagi institusi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang terdapat

pengaruh pengaruh perilaku berisiko terhadap kesehatan mental

emosional pada remaja umur 10 -19 tahun di Jakarta dan dapat menjadi

pertimbangan dalam membuat program kesehatan untuk masyarakat.

2. Bagi institusi Sekolah Pascasarjana UHAMKA

Peneliti berharap dapat bermanfaat sebagai bahan pustaka,

menambah informasi, meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan

khususnya bagi mahasiswa studi ilmu kesehatan masyarakat.

3. Bagi peneliti

peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat

memberikan wawasan dan pengetahuan baru terkait penerapan ilmu

yang sudah didapatkan disemester sebelumnya dan bentuk


9

pertanggungjawaban sebagaimahasiswa dalam mendapatkan gelar

sarjana.

4. Bagi Masyarakat

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah

masyarakat dapat memberikan pengetahuan dan wawancara lebih

terkait perilaku beresiko dan kesehatan mental emosional dan

pengaruhnya pada remaja.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil yang tercantum dapat dijadikan bahan dasar untuk penelitiian

sejenis atau sebagai nahan acuan dalam membuat kebijakan dasar

kesehatan terkait dengan perilaku beresiko dan kesehatan mental

emosional pada remaja.


10

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

1. Kerangka Teori

Perilaku beresiko
1. Merokok
2. Minuman beralkohol
3. Aktifitas Fisik
4. Depresi
5. Disabilitas
6. Cedera

Faktor Resiko :
1. Kesehatan Reproduksi
2. Perilaku seks bebas
3. Narkoba
Kesehatan Mental
Perilaku Emosional
Dampak :
1. Kecerdasan
2. Nilai
3. Depresi
4. Pergaulan
5. Perkelahian
6. Sikap

Faktor pendukung:
1. Dukungan keluarga
2. Dukungan sekolah (UKS)
3. Lingkungan
11

2. Krangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Karakteristik remaja
1. Jenis kelamin
2. Pendidikan
Perilaku beresiko Kesehatan Mental
1. Merokok Emosional Remaja (10-
2. Minuman beralkohol 19 Tahun)
3. Aktifitas Fisik
4. Depresi
5. Disabilitas
6. Cedera
12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku berisiko

terhadap kesehatan mental emosional pada remaja umur 10 -19 tahun

di Jakarta dalam lima tahun terakhir (2013-2018)

2. Tujuan Khusus

 Mengetahui gambaran karakteristik remaja umur 10 -19 tahun

di Jakarta dalam lima tahun terakhir (2013-2018)

 Mengetahui pengaruh perilaku berisiko terhadap kesehatan

mental emosional pada remaja umur 10 -19 tahun di Jakarta

dalam lima tahun terakhir (2013-2018)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Data Riskesdas 2018,

bertempat di DKI Jakarta.

C. Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah crossectional dengan

menggunakan pendekatan retrospektif. Penelitian crossectional

merupakan penelitian epidemiologis dimana semua pengukuran

variabel (dependen dan independen) dilakukan dalam satu waktu dan

tidak ada periode follow up.


13

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitia ini adalah seluruh remaja yang terdapat di DKI

Jakarta Indonesia yang merupakan salah satu lokasi Riset Kesehatan

Dasar tahun 2018 (Riskesdas 2018).

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini seluruh remaja umur 10-19 tahun sejumlaah

4.684 (Riskesdas 2013).

a. Kriteria Inklusi

- Remaja berumur 10-19 tahun yang telah tinggal di kota DKI

Jakarta

b. Kriteria Eksklusi

- Responden yang menjawab kuesioner tidak diwakilkan

- Tidak memiliki data lengkap terhadap variabel yang diinginkan

c. Besar sampel

Besaran sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi yang

eligible, yaitu seluruh remaja (10-19 tahun) di DKI Jakarta yang

terjarring dalam data riskesdas 2018 serta memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi. Pada penelitian ini besar sampel dihitung dengan

menggunakan Formula Stanley Lemeshow (1997) sebagai berikut:

2 2
{𝑍1−𝛼/2 √2𝑃(1 − 𝑃) + 𝑍1−𝛽/2 √𝑃(1 − 𝑃1) + (1 − 𝑃2)}2
𝑛=
(𝑃1 − 𝑃2)2

Keterangan:
14

n = Jumlah sampel minimal


2
𝑍1−𝛼/2 = Nilai Z berdasarkam tingkat kepercayaan 95% =
1,96
2
𝑍1−𝛽/2 = Nilai Z berdasarkan kekuatan uji 90% = 1,28 /
80% =0,84
P1 = Proporsi pada populasi 1
P2 = (OR) P2
(OR) P2 +(1-P2)
P = (P1+P2)/2
OR = Nilai Odd Ratio

Tabel 3.2
Hasil perhitungan Sampel Berdasarkan Uji Hipotesis Beda Dua proporsi
Terhdap Hasil Penelitian Terdahulu

P2
P1
(tidak
Variabel Peneliti (beresi Sampel
beresi
ko)
ko)
1. Merokok Muzamil, A friwardi, 115 x 2
0,15 0,36
Martini (2014) = 230
2. Merokok Ismail, Sahrudin & 94 x 2
0,53 0,41
Ibrahim, 2017 =188
3. Minuman beralkohol 64 x 2
0,511 0,0,270
= 128
4. Aktifitas Fisik Mantika & Mulyati, 74x 2 =
0,35 0,39
2014 148
5. Depresi Ismail, Sahrudin & 94 x 2
0,4 0,90
Ibrahim, 2017 =188
6. Cedera Tana, Ghani, 2015 0,919 0,81 405.984
Setelah melakukan perhitungan besar sampel diperoleh jumlah terbesar
sebanyak 200 orang, sehingga jumlah minimum responden yang dibutuhkan
dalam penelitian ini adalah 2000. Namun, peneliti tetap menggunakan seluruh
responden sesuai dengan kriteria yaitu 4.684.
15

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dimana data yang sebelum

peneliti memasuki lapangan data tersebut telah tersedia. Data sekunder

adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan

pengolahnya (Suliyanto, 2006). Menurut Sanusi (2014) menyebutkan

bahwa data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan di kumpulkan

oleh pihak lain.

2. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh kemudian akan diolah dan dianalisis lebih

lanjut. Ada beberapa tahapan dalam melakukan pengolahan data, yaitu:

a. Cleaning

Pada tahap cleaning dilakukan pembersihan data agar tidak ada data

yang missing untuk menghindari keselahan dalam analisis. Proses

ini dilakukan dengan cara membersihkan data responden yang tidak

memenuhi kritesia inklusi dan eksklusi serta mengeluarkan

responden yang tidak memiliki data lengkap sesuai dengan variabel

yang dibutuhkan.

b. Editing

pada tahap editing dilakukan pengecekan kembali pada data-data

yang telah dikumpulkan. Data dicek apakah sudah lengkap, jelas,

dan relevan.
16

c. Coding

Data yang telah melalui tahap cleaning dan editing akan masuk pada

tahap selanjutnya yaitu tahap coding.

F. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner-kuesioner merupakan serangkaian atau

daftar pernyataan yang disusun sistematis, kuesioner diisi oleh responden,

setelah disi, kuesioner dikembalikan kepada kepada peneliti. Definisi

Operational adalah suatu definisi yang ruang lingkup atau pengertian

variabel-variabel diamati atau diteliti.

1. Definisi Operational

Skala
Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
ukur
Variabel dependen
Kesehatan Kesehatan mental Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Ya
Mental menurut seorang ahli Gangguan 2. Tidak
Emosional kesehatan Merriam mental (Riskesdas C12-
Webster dalam buku C31).
emosional
Dewi (2012),
merupakan suatu dinilai dengan
keadaan emosional Self Reporting
dan psikologis yang Questionnaire
baik, (SRQ) yang
dimana individu terdiri dari 20
dapat memanfaatkan butir
kemampuan kognisi
pertanyaan.
dan emosi,
berfungsi dalam Pertanyaan-
komunitasnya, dan pertanyaan
memenuhi SRQ
kebutuhan hidupnya ditanyakan
sehari-hari pewawancara
17

kepada ART
umur ≥15 tahun
yang memenuhi
kriteria inklusi.

Variabel Independen
Perilaku Bentuk perilaku Wawancara kuesioner Ordinal 1. Ya, setiap hari
beresiko yang dapat 2. Ya , tidak
Merokok membahayakan setiap hari
kesehatan dan 3. Tidak pernah
kesejahteraan (Riskesdas,
(well-being) G17-G19).
remaja, bahkan
beberapa bentuk
perilaku beresiko
dapat merugikan
orang lain.
Menuman Rokok dibedakan Wawancara kuesioner Ordinal 1. Ya
beralkohol menjadi beberapa 2. Tidak
jenis. Pembedaan (Riskesdas
ini didasarkan atas C12-C31).
bahan
pembungkus
rokok, bahan baku
atau isi rokok,
proses pembuatan
rokok, dan
penggunaan filter
pada rokok.
Minuman Minuman yang Wawancara kuesioner Ordinal 1. Ya
beralkohol mengandung 2. Tidak
etanol. Etanol (Riskesdas,
adalah bahan G35-G38).
psikoaktif dan
konsumsinya
menyebabkan
penurunan
kesadaran
Aktifitas Fisik Segala sesuatu Wawancara kuesioner Ordinal 1. Ya
aktivitas yang 2. Tidak
menggerakkan
fisik atau tubuh. (RKD, G29-G34).
18

Merupakan Wawancara kuesioner Ordinal 1. Ya


sumber berbagai 2. Tidak
vitamin, mineral, (SKD, G08-G12).
dan serat pangan.
Sebagian vitamin
dan mineral yang
terkandung dalam
sayuran dan buah-
buahan berperan
untuk membantu
proses-proses
metabolisme di
dalam tubuh.
Alat untuk Wawancara kuesioner Ordinal 1. Ya
membersihkan 2. Tidak
gigi yang 3. Tidak Berlaku
berbentuk sikat (SKD, G03-G05)
kecil dengan
pegangan. Pasta
gigi biasanya
ditambahkan ke
sikat gigi sebelum
menggosok gigi
Suatu tindakan Wawancara kuesioner Ordinal 1. Ya
atau proses 2. Tidak
makhluk hidup (SKD, G13-G16)
untuk membuang
kotoran atau tinja
yang padat atau
setengah-padat
yang berasal dari
sistem pencernaan
mahkluk hidup.
Satu tindakan Wawancara kuesioner Ordinal 1. Ya
sanitasi dengan 2. Tidak
membersihkan (SKD, G13-G16)
tangan dan jari
jemari dengan
menggunakan air
ataupun cairan
lainnya oleh
manusia dengan
tujuan untuk
menjadi bersih.
19

Suatu informasi Wawancara kuesioner Ordinal 1. Ya


mengenai HIV 2. Tidak
3. Tidak Tahu
(SKD, H01-H06)

G. Analisis Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dengan menggunakan

analisis statistik computer. Data yang telah dikumpulkan dianalisa dan

diinterprestsi lebih lanjut menguji hipotesis dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Analisis Univariat

Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis

univariate tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan

nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umunya

dalam analisis ini hanya menghasilkan distrubsi frekuensi dan

persentase dari tiap variabel. Dilakukan analisis univariat dengan tujuan

untuk menjelaskan variabel yang diteliti antara lain pengetahuan, sikap,

informasi, dukungan sosial keluarga atau orang tua, dan pola asuh orang

tua.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat hanya kan menghasilkan hubungan antara dua

variabel yang bersangkutan (variabel indepen dan variabel dependen).

Untuk mengetahui hubungan lebih dari satu variabel independen dengan

satu variabel dependen, harus dilanjutkan lagi dengan melakukan analisi


20

bivariat.Dalam analisis bivariat dilakukan berbagai langkah pembuatan

model. Model terkahir terjadi apabila semua variabel independen

dengan dependen bernilai p < 0,05 maka dinyatakan berhubungan satu

sama lain.

c. Analisa Multivariat

Analisis multivariat merupakan tekhnik analisis pengembangan dari

bivariat. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara

semua variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel terikat

dilakukan analisis multivariate dengan uji statistic regresi logistik.

Analisis multivariate dilakukan dengan memasukkan variabel bebas

dan berpengaruh secara bersama-sama melalui beberapa kali analisis

multivariate dengan mencari nilai signifikansi (p) terkecil p < 0,05 dan

nilai exp (b) terbesar >2,00. Langkah-langkah persyaratan yang harus

diperhatikan dalam analisis multivariat regresi logistik sebagai berikut

1) Menentukan variabel bebas yang mempunyai nilai p < 0,05 dalam

uji hubungan variabel bebas dan variabel terikat dengan

menggunakan chi square test (Continuity Correction).

2) Variabel bebas yang masuk dalam kriteria a atau p <0,05,

selanjutnya dimasukkan dalam model regresi logistic bivariate

dengan p < 0,25.

3) Variabel bebas yang masuk dalam kriteria b diatas kemudian di

masukkan ke dalam regresi logistik multivariat.


21

Di dalam menentukan model yang cocok dilakukan dengan

melihat nilai dari Wald Statistik dan nilai p < 0,05 untuk masing –

masing variabel bebas. Untuk variabel bebas yabg tidak cocok (p>

0,05) tetapi mempunyai arti teoritis penting, maka tidak dikeluarkan

akan tetapi dilakukan analisis.

Anda mungkin juga menyukai