Anda di halaman 1dari 30

IBADAH DALAM BULAN RAMADHAN

I. Pengertian Puasa
“Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala
sesuatu”, seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak
bermanfaat dan sebagainya.
Menurut istilah agama islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam
matahari dengan niat dan beberapa syarat.”
Firman Allah swt.:

‫ضرر َ رم رفنرر َا جلرف رجي ررطرر َا جلفر رجس رفوردرر َ رم رفنرر َا لجرف رججرر ر‬
‫طرر َا جلفر ربَأْج ريفر ض‬
‫ير رر َ لفرضك رضمرر َا جلرف رجي ر ض‬
‫ضكرلضروا َ فوا جش رفربَأْضروا َ فحر ي تتر رر َيف رتفربَف ر ي ف‬
“Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,
yaitu fajar” (Al-Baqarah 187)
Puasa ada empat macam
1. Puasa wajib, yaitu puasa bulan Ramadan, puasa kafarat, dan puasa nazar.
2. Puasa sunat
3. Puasa makruh
4. Puasa haram, yaitu puasa pada hari Raya Idul Fitri, hari raya Haji, dan tiga
hari sesudah hari raya Haji, yaitu tanggal 11-12 dan 13.
Puasa bulan Ramadan itu merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima,
diwajibkan pada tahun kedua Hijriah, yaitu tahun kedua sesudah Nabi
Muhammad saw. hijrah ke Madinah. Hukumnya fardhu’ain atas tiap-tiap
mukallaf (baligh dan berakal)

1
Firman Allah swt:

‫برر َ فع رلفررىَ َا لريررذرري فنرر َ رم رجنرر َ قف رجبَ رلررضكرجمرر َ لفرفعرلري رضكرجمر‬ ‫ر‬
‫صر ريفرراَ ضمرر َفكرفمرراَ َضك رت ر ف‬
‫برر َ فع رلفرجي رضك رضمرر َال ص‬ ‫ر‬ ‫ير‬
‫يرفراَ َ أفرير رفهرراَ َا لر رذرري فنرر َآ فم رنضروا َضك رت ر ف‬
‫ َتف رتير رضقرروفنرر َ أفريرراَ مرراَ َ م رع رضدررودررا ت‬
‫تر‬ ‫م فج ف‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa
(yaitu) dalam beberapa hari tertentu” (Al-Baqarah 183-184)
Puasa Ramadhan diwajibkan atas tiap-tiap orang mukallaf dengan salah
satu dari ketentuan-ketentuan berikut ini:
1. Dengan melihat bulan bagi yang melihatnya sendiri
2. Dengan mencukupkan bulan Sya’ban tiga puluh hari, maksudnya bulan
tanggal Sya’ban itu dilihat. Tetapi kalau bulan tanggal satu Sya’ban itu
tidak terlihat, tentu kita tidak dapat menentukan hitungan, sempurnanya tiga
puluh hari.
II. Kewajiban Puasa
Kewajiban berpuasa diwajibkan semenjak tahun ke-dua Hijrah, dimana
Allah SWT menegaskan kewajiban tersebut dalam surat Al-Baqarah, ayat 183:
‫ب نعنلىَ التلذيِننِ لمنِ قنمبللقكمم لننعلتقكمم تنتتققوُنن‬ ‫نيِاَأنييِنهاَ التلذيِننِ نءانمقنوُا قكتل ن‬
‫ب نعلنميقكقم ال ص‬
‫صنياَقم نكنماَ قكتل ن‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
Sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”
(QS. 2:183)
Ayat 183 di atas menjadi dasar atas kewajiban berpuasa bagi orang yang
beriman, walaupun dalam ayat tersebut belum ditentukan waktu dan bilangan

2
hari-nya. Lalu Allah SWT menerangkan pada ayat selanjutnya tentang beberapa
ketentuan bagi mereka yang mendapatkan halangan untuk berpuasa.
‫سفنمر فنلعتدةة صممنِ أنتيِاَمم أقنخنر نونعنلىَ التلذيِننِ يِقلطيققوُننهق فلمديِنةق طننعاَقم‬
‫ضاَ أنمو نعنلىَ ن‬
‫ت فننمنِ نكاَنن لمنقكم تملريِ ض‬ ‫أنتيِاَضماَ تممعقدوندا م‬
{184} ‫صوُقموُا نخميةر لتقكمم لإن قكنتقمم تنمعلنقموُنن‬ ‫سلكيمنِ فننمنِ تنطنتوُنع نخميضرا فنقهنوُ نخميةر لتهق نونأن تن ق‬
‫لم م‬
Artinya: “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka jika di antara
kalian ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.
Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan orang miskin. Barangsiapa
yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lah yang lebih baik
baginya. Dan berpuasa lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui”. [Al-
Baqarah: 184]
‫]أنتيِاَضماَ تممعقدوندا م‬, ‘beberapa hari yang ditentukan’ wajib
Tafsir dari kata-kata: [‫ت‬
berpuasa, sebagian Ulama menafsirkan, yaitu, tiga hari pada setiap bulan, hari
yang wajib dipuasakan sebelum ditentukan kwajiban puasa di bulan Ramadhan.
At-Thobari dalam tafsir-nya mengatakan, bahwa tafsir yang paling utama
untuk kalimat tersebut, yaitu Bulan Ramadhan.

Jadi kandungan ayat tersebut, ialah:-


1. Hari yang diwajibkan berpuasa itu tertentu 29 hari atau 30 hari dari
bulan Ramadhan.
2. Boleh menggantikan hari yang telah ditentukan kewajiban berpuasa,
yaitu bulan Ramadhan dengan hari-hari bulan lainnya, bila:
a. Dalam keadaan sakit; b. dalam perjalanan jauh/safar.
3. Membayar fidyah, yaitu memberi makan fakir-miskin, bagi mereka
yang tidak mempunyai kesanggupan berpuasa disebabkan oleh usia tua,

3
atau oleh penyakit yang tak sembuh-sembuh, atau kecil harapan untuk
sembuh.
4. Fidyah yang berupa makanan yang diberikan kepada fakir miskin
dianjurkan yang terbaik dan lebih mencukupinya.
5. Puasa itu lebih baik dan lebih utama bagi diri-kalian, baik dalam segi
pengalaman maupun dalam segi faedah.-
III. Melihat pelaksanaan puasa diwaktu pertama kali
Pertama kali kaum Muslimin diwajibkan berpuasa, adalah
merupakan suatu kewajiban yang cukup berat, dimana bulan puasa
(Ramadan) di Jazirah Arabia berada dimusim panas yang sangat terik,dan
kewajiban puasa ini adalah kewajiban yang diperintahkan ditahun ke-2
Hijrah sebelum perintah Jihad.
Maka Allah memberikan rukhsah (membolehkan tidak puasa), bagi
mereka yang beratmenjalankan puasa, dengan jalan mengeluarkan fidyah,
memberi makan fakir-miskin,k walaupun orang tersebut dalam keadaan
sehat, tidak sakit, juga tidak berpergian; Ini pengertian yang pertama dari
kalimah :
(‫ = )التلذيِننِ يِقلطيققوُننقه‬orang-orang yang memaksakan diri untuk puasa.
Lalu menggalakan mereka untuk menolong fakir-miskin dengan
jalan mewajibkan mereka mengeluarkan fidyah jika mereka tidak
berpuasa. Pemberian fidyah tersebut lebih banyak lebih baik.
Akan tetapi pada kalimat selanjutnya, Allah menekankan bahwa
berpuasa itu lebih baik bagi kalian;

4
Demikian Allah mendidik umat Islam pada generasi pertama dalam
menghayati Islam secara bertahap, berangsur-angsur, sehingga
menumbuhkan kesadaran beragama yang terpateri kuat didalam jiwanya.
Bulan Ramadan adalah bulan kewajiban berpuasa
‫شمهنر‬ ‫شلهند لمنقكقم ال ت‬ ‫ت لمننِ املقهندىَ نواملفقمرنقاَلن فننمنِ ن‬ ‫ضاَنن التلذيِ قأنلزنل لفيله املققمرنءاقن قهضدىَ صللتناَ ل‬
‫س نوبنيصنناَ م‬ ‫شمهقر نرنم ن‬
‫ن‬
‫سفنمر فنلعتدةة صممنِ أنتيِاَمم أقنخنر يِقلريِقد اق بلقكقم امليق م‬
‫سنر نولن يِقلريِقد بلقكقم املقع م‬
‫سنر نوللتقمكلمقلوُا‬ ‫ضاَ أنمو نعنلىَ ن‬ ‫فنملين ق‬
‫صممهق نونمنِ نكاَنن نملريِ ض‬
‫امللعتدةن نوللتقنكبصقروا ان نعنلىَ نماَ نهنداقكمم نولننعلتقكمم تن م‬
{185} ‫شقكقرونن‬
Artinya: “Bulan Ramadhon, yang diturunkan di dalamnya Al-Qur’an
sebagai petunjuk bagi manusia dan berisi keterangan-keterangan dari petunjuk
dan pemisah (antara yang hak dan yang bathil), maka barang siapa dari kalian
yang menyaksikan bulan tersebut, maka wajiblah di berpuasa, dan barang siapa
sakit, atau dalam perjalanan, maka dihitung (dibayar) dengan hari-hari yang
lain;
Allah menghendaki kalian mendapatkan kemudahan, dan Dia tidak
menghendaki kalian mendapatkan kesukaran/kesulitan, dan wajiblah kalian
menyempurnakan bilangan tersebut (satu bulan), dan wajiblah kalian
mengagungkan Allah sebagaimana yang telah kalian diberi petunjuk
(bertakbir); dan semoga kalian dapat bersyukur.” (Al-Baqarah : 185)

Kandungan ayat tersebut:


1. Ditetapkan bulan yang pertama kali diturunkannya Al-Qur’an adalah: bulan
Ramadhan.
2. Bila masuk bulan Ramadhan, dan orang sudah menyaksikannya, maka
wajiblah kaum Muslimin berpuasa.

5
3. Yang dikecualikan, atau yang mendapat rukhshoh (dispensasi), hanya
orang-orang yang dalam perjalanan dan orang yang sedang menderita sakit;
dengan ketetapan, dia wajib membayarnya dibulan yang lain setelah dia
berada dikampungya atau setelah dia sembuh dari penyakitnya.
4. Wajib menyempurnakan puasa dalam satu bulan yaitu 30 hari atau 29 hari.
Atas hidayah yang Allah berikan dengan petunjuk-petunjuknya yang mudah
dan tidak mempersulit, maka wajiblah bagi orang beriman mengagungkan
Allah dan berterima kasih (bersyukur) kepada-Nya.

Penjelasan
Dengan turunnya ayat ini maka ketentuan dan kalimat-kalimat di ayat : 184
diperjelas, dan ditetapkan kembali, juga penetapan ketentuan bulan yang
diwajibkan berpuasa yaitu bulan Ramadhan, dimana diingatkan Nabi Muhammad
SAW yaitu bulan diturunkannya Al-Qur’an di Gua Hira/Jabal Nur, dan ini
ketetapan dan penafsiran dari ayat : 183 diatas.
Maka dengan demikian orang-orang yang boleh tidak berpuasa, yaitu:
1. Orang dalam keadaan sakit.
2. Orang yang dalam keadaan berpergian. Dengan ketetapan bagi No. 1 dan
No. 2, wajib membayarnya dibulan yang lain.
3. Orang yang tak sanggup mengerjakan puasa (orang tua /lanjut usia ; dan
orang sakit yang kecil harapan untuk sembuh). Dengan ketentuan wajib
membayar fidyah.
Kewajiban puasa bulan Ramadhan telah dibicarakan diatas; adapun ayat-
ayat selanjutnya membicarakan beberapa ketentuan didalam bulan Ramadhan bagi
orang-orang yang menjalankan puasa, hal-hal yang boleh dilakukan pada malam-
malam bulan Ramadhan, dan batas lamanya puasa dalam sehari:

6
‫س لتقهتنِ نعللنم اق أننتقكمم قكنتقمم تنمخنتاَقنوُنن نأنفق ن‬
‫سقكمم‬ ‫س لتقكمم نونأنتقمم للنباَ ق‬‫ساَئلقكمم قهتنِ للنباَ قق‬
‫ث إلنلىَ نل ن‬ ‫صنياَلم الترفن ق‬‫أقلحتل لنقكمم لنميلنةن ال ص‬
‫شنرقبوُا نحتتىَ يِنتنبنيتننِ لنقكقم املنخميطق‬
‫ب اق لنقكمم نوقكقلوُا نوا م‬ ‫شقروقهتنِ نوامبتنقغوُا نماَنكتن ن‬ ‫ب نعلنميقكمم نونعنفاَ نعنقكمم نفاَملنئاَنن نباَ ل‬ ‫فننتاَ ن‬
‫شقروقهتنِ نونأنتقمم نعاَلكقفوُنن لفيِ املنم ن‬
‫ساَلجلد‬ ‫سنوُلد لمننِ املفنمجلر ثقتم أنتليموُا ال ص‬
‫صنياَنم إلنلىَ التميلل نولن تقنباَ ل‬ ‫ض لمننِ املنخميلط مالن م‬
‫مالنمبين ق‬
{187} ‫س لننعلتقهمم يِنتتققوُنن‬ ‫تلملنك قحقدوقد ال فنلن تنمقنرقبوُنهاَ نكنذللنك يِقبنيصقنِ اق نءانيِاَتلله لللتناَ ل‬
Artinya: “Dihalalkan bagi kalian pada malam bulan puasa, berhubungan
dengan istri-istri kalian;
Mereka (istri-istri) itu pakaian bagi kalian, dan kalian pakaian bagi mereka,
Allah mengetahui di mana kalian telah menkhianati diri-diri kalian sendiri
(ada diantaranya yang telah mengadakan hubungan dengan istrinya pada waktu
malam Ramadhan); Maka Allah mengampuni kalian memaafkan kalian.
Maka mulai sekarang bolehlah kalian menggauli mereka (istri-istri), dan
haraplah (dengan hubungan suami-istri itu) apa yang telah Allah wajibkan bagi
kalian (suami untuk memberikan kepuasan kepada isterinya dan istri memberikan
kepuasan kepada suaminya, dan mengharap anak yang lebih baik).
Makanlah dan minumlah sampai jelas bagi kalian benang putih (sinar putih)
dari benang hitam (kelam/gelap malam) yaitu fajar, lalu sempurnakan puasa
sampai malam (maghrib);
Dan tidak boleh kalian menggauli mereka (istri-istri) sedang kalian
melakukan itikaf di masjid,
Itulah ketetapan-ketetapan Allah maka janganlah kalian melanggarnya;
Demikian Allah menjelaskan ayat-ayatnya untuk manusia, semoga mereka
bertaqwa (dapat menjaga ketentuan-ketentuan itu).” (Al-Baqarah : 187)
Ayat tersebut diatas menjelaskan sebagai berikut:
Hubungan suami-istri dimalam-malam puasa (bulan Ramadhan) boleh
melakukan hubungan suami-istri.
Puasa dimulai dari fajar waktu subuh, sampai hari mulai malam, yaitu
waktu maghrib (tenggelamnya matahari diufuk barat).

7
Dibagian 10 hari yang akhir dari bulan Ramadhan Nabi Muhammad SAW
menggalakkan umat Islam untuk melakukan ‘itikaf di masjid; maka pada waktu
‘itikaf itu tidak boleh melakukan hubungan suami-istri.

IV. Orang yang Wajib Berbuka/Tidak Puasa dan Wajib Qadha.


Wanita yang sedang haidh dan nifas (mengeluarkan darah setelah bersalin)
tidak boleh melakukan puasa dan mereka diwajibkan membayar puasanya yang
ditinggalkan dibulan yang lain. Dan bila mereka mengerjakan puasa, puasa
mereka tidak sah.
Didalam hadis Bukhari dan Muslim, ‘Aisyah berkata :-
‫صموُلم نولن نقمؤنمقر‬ ‫سلتنم فننقمؤنمقر بلقن ن‬
‫ضاَلء ال ن‬ ‫صتلىَ ا نعلنميله نو ن‬
‫سموُلل ال ن‬ ‫ةكتناَ ننلحمي ق‬
‫ض نعلنىَ نعمهلد نر ق‬
( ‫) رواه البخاَرىَ و مسلم‬ ‫صلنلة‬ ‫بلقن ن‬
‫ضاَلء ال ن‬
Artinya:-“Kami (wanita) berhaidh dimasa Rasulallah s.a.w. maka kami
diperintahkan untuk mengqadha puasa (membayar puasa) dan tidak diperintah
untuk mengqadha shalat (membayar shalat)” .- [H.R. Bukhari dan Muslim]

Jelas dalam hadis tersebut, bahwa orang yang sedang haidh tidak
melakukan puasa dan tidak melakukan shalat; maka puasa harus dibayar setelah
selesai haidh sedangkan shalat tidak diperintahkan untuk membayarnya.-

Orang Hamil dan Orang/Wanita Menyusui.


Ibnu ‘Abbas r.a. berkata kepada seorang ibu yang sedang mengandung:-
‫سنناَندهق‬ ‫صتحنح النداقرقق م‬
‫طلنىَ إل م‬ ‫ نو ن‬/ ‫ضاَنء نعلنمينك‬ ‫أنمن ن‬
‫ت بلـِنممنلزلنلة النلذىَ لن يِقلطميققموُننهق فننعلنمينك الفلنداقء نولن قن ن‬

8
Artinya: “Engkau masuk dalam kedudukan “ orang-orang yang tak sanggup
berpuasa”, maka wajib atasmu fidyah dan tidak wajib qada’ (membayar puasa
dengan puasa)” (Hadis disahihkan isnadnya oleh Daruquthni)**
Maka jelas Ibnu Abbas memasukkan orang hamil kedalam kategori
*Orang yang memaksakan berpuasa*, jadi tidak wajib mengqada’ puasa-
nya akan tetapi kewajibannya hanya membayar fidyah saja.
Pendapat Ibnu Abbas dan Ibnu ‘Umar untuk orang yang sedang menyusui
anaknya, bila mereka mengkhawatirkan kesehatan diri mereka dan
mengkhawatirkan kesehatan anak-anaknya yang disusui, bagi mereka cukup
membayar fidyah, tidak diwajibkan mengqadha’ puasanya.
Demikian pula tentang orang-orang yang sedang hamil. ( lihat Fiqqus
Summah juz: 1, halaman: 372) .-
Adapun menurut Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hambal; bagi wanita
yang sedang menyusui, bila mereka takut terehadap kesehatan anak-anak mereka,
maka mereka harus membayar fidyah dan mengqadha’ puasanya;
Bila mereka takut terhadap kesehatan dirinya saja, atau dirinya dan
anaknya, maka harus mereka mengqadha’ puasanya, dan tidak perlu untuk
mengeluarkan fidyah.-
Jelaslah beliau memasukkan masalah ini kedalam katagori “orang sakit”.

V. Rukun Puasa.
Rukun puasa hanya ada dua perkara, yaitu:-
1. Imsak, menahan yang membatalkan puasa dari mulai terbit fajar (waktu
subuh) samai awal malam (waktu maghrib) .-
Untuk itu periksa ayat: 187, dari surat Al-Baqarah, diatas.

9
2. Niat dimalam hari untuk puasa Ramadhan (puasa wajib) .
Hadis riwayat Hafshah, bahwa Rasulallah s.a.w. bersabda:-
‫صياَ ننم قنمبنل الفنمجلر فنلن ل‬
‫صنياَنم لنـِهق‬ ‫نممنِ لـِمم يِقمجلملع ال ل‬
Artinya: “Barangsiapa yang tidak meniatkan puasa sebelum fajar, maka
baginya tidak ada puasa” .**(Ahmad, dan Ashhabus sunan; disahihkan oleh Ibnu
Huzaimah dan Ibnu Hibban)**

VI. Adab Puasa:-


1. Sahur
Telah bersepakat Ulama dan Umat Islam bahwa sahur disunatkan.
Dalam Riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulallah s.a.w. bersabda:-
‫سقحموُنر بننرنكةة‬
‫ستحقروا فنإ لتن ال ن‬
‫تن ن‬
“Sahurlah kalian, sesungguhnya sahur itu berkah” .-

Waktu sahur:
Dari mulai pertengahan malam sampai waktu sebelum fajar. Riwayat
Bukhari dan Muslim, berkata Zaid bin Tsabit r.a.:
‫سلتنم ثقتم ققممناَ ن النلىَ ال ن‬
‫ ققمل ق‬, ‫صلنلة‬
َ‫ نكمم نكاَنن قنمدقرنما‬: ‫ت‬ ‫صتلىَ ا نعلنميله نو ن‬
‫سوُلل ال ن‬ ‫ستحمرنناَ نمنع نر ق‬
‫تن ن‬
( ‫سللم‬ ‫سميننِ أنيِنةض ) نرنواهق البقنخاَلرىَ نو قم م‬
‫ نخمم ل‬:‫بنميننـِقهنماَ ؟ قاَنل‬
Artinya: “Kami sahur bersama Rasulallah s.a.w. lalu kami mengerjakan
shalat (shalat subuh) , Aku bertanya: Berapa lama antara keduanya (antara makan
sahur dan shalat subuh) ???
Ia berkata: “50 ayat* (membaca Qur’an 50 ayat) .

Dari keterangan ini, bahwa Rasulallah s.a.w. sahur mendekati waktu imsak,
dimana antara selesai beliau makan sahur dan waktu subuh hanya lamanya
sepembacaan ayat Qur’an sebanyak 50 ayat.-

10
2). Cepat berbuka pada waktunya
Bagi orang yang berpuasa dianjurkan untuk cepat-cepat berbukan puasa bila
sudah masuk waktu maghrib.
Dalam riwayat Sahlu Ibnu Sa’din, bahwa Rasulallah s.a.w. bersabda:-
‫س بلنخميمر نماَ نعتجقلوُا الفل م‬
‫طنر‬ ‫لن يِننزاقل النناَ ق‬
Artinya:-“Manusia selalu dalam kebaikan selama mereka cepat berbuka
puasa”** (H.R. : Bukhari dan Muslim)***

Salman bin ‘Amir meriwayatkan , bahwa Rasulallah s.a.w. bersabda:-


‫إلنذا نكاَنن أننحقدقكـِمم ن‬
‫صاَئلـِضماَ فنمليقـِمفلطمر نعلنىَ التننملر فنإممن لنـِمم يِنلجلد التننمنر فننعنلىَ املنماَلء‬
Artinya:-“Apabila seseorang kamu berpuasa, maka hendaklah berbuka
puasa dnengan tamar/kurma, jika kurma tidak ada, maka dengan air,
sesungguhnya ari itu suci/baik”
(H.R. : Ahmad dan Turmidzi; Hadis hasan sahih)***

3). Membaca do’a waktu berbuka dan dipertengahan puasa


Hadis diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Amar bin Al-‘Ash, bahwa Nabi
s.a.w. bersabda:
‫صاَئللم لعمنند فل م‬
‫طلرله ندمعنوُةة نماَ تقنريد‬ ‫إلتن للل ن‬
Aertinya:-“Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pada waktu
berbukanya do’anya (permohonannya) tidak ditolak”
Dan ‘Abdullah apabila berbuka puasa beliau berdo’a:-
ِ‫شميِمء أنمن تنمغفلنرللي‬ ‫ناللنقهتم إللنيِ أن م‬
‫سـِئنلقنك بلنرمحنمتلنك التلتىَ نو ل‬
‫سنعمت قكتل ن‬
Artinya:-“Ya Allah aku memohon kepadaMu –dengan rahmatMu yang
meluas kesegala sesuatu- kiranya Engkau ampuni –dosa-dosa– ku”****

11
(Hadis diriwayatkan oleh: ibnu Majah)***

4). Menahan diri dari hal-hal yang mengurangi tujuan puasa.


Puasa adalah salah satu ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah s.w.t;
Allah syariatkan didalam agama Islam untuk mendidik manusia dapat
menguasai diri/nafsunya sebagaimana yang tersurat didalam surat Al-Baqarah,
ayat: 183 (‫ ; ) لننعلتقكمم تنتتققوُنن‬Semoga kalian dapat bertaqwa ****
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulallah s.a.w. bersabda:-
‫شنرابنهق‬ ‫س لل نحاَنجةة لفىَ أنمن يِنندنع ن‬
‫طنعاَنمهق نو ن‬ ‫نممنِ لن يِنندنع قنموُنل القزمونر نوالنعنمنل بلله نو النجمهنل فنلنمي ن‬
Artinya: “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan bohong (menipu), dan
mengerjakannya (mengerjakan penipuan) dan berbuat bodoh, maka bagi Allah
tidak ada tujuannya (hajatnya) dalam ia meninggalkan makan dan minum” ***
(H.R.: AlBukhari dan Abu Daud)**

Maksud hadis ini, Allah tidak akan menerima puasanya, bila orang yang
puasa mengerjakan hal-hal yang tersebut dalam hadis itu.

5). Tadarus Al-Qur’an (Membaca Al-Qur’an)


Tadarrus Al-Qur’an dianjurkan pada setiap waktu (dalam segala bulan),
akan tetapi ditekankan anjurannya pada bulan Ramadhan (bulan puasa).
Ibnu ‘Abbas ra. Meriwayatkan, bahwa Rasulallah s.a.w. :-
‫س وضكاَنن أنمجنوُند نماَ يِنقكوُقن لفىَ نرمم ن‬
‫ضاَنن لحميننِ يِنملنقاَهق لجمبلرميِقل‬ ‫سلتنم أنمجنوُند الضناَ م‬
‫صتلىَ ا نعلنميله نو ن‬ ‫سموُقل ال ن‬ ‫نكاَنن نر ق‬
‫سلتنم أنمجنوُقد لباَملنخميلر لمننِ اللرميِ ل‬
‫ح‬ ‫صتلىَ ا نعلنميله نو ن‬ ‫ فنلننرسموُقل ا ن‬، ‫سهق الققمرأننن‬ ‫ضاَنن فنيقندالر ق‬
‫نونكاَنن يِنملنقاَهق لفىَ لنميلنمة لممنِ نرمم ن‬
‫املقممر ن‬
‫سلنلة‬

12
Artinya: “Adalah Rasulallah s.a.w. sebaik-baik manusia, dan yang terbaik
keadaan beliau pada bulan Ramadhan, yaitu pada waktu Jibril menjumpai beliau;
Dan Jibril menemuinya (Rasulallah s.a.w.) pada tiap malam bulan Ramadhan,
maka dia membacakannya Al-Qur’an;
Maka sungguh Rasulallah s.a.w. itu paling cepat untuk melakukan kebaikan
–lebih cepat- dari angin yang berembus.” (H.R. : Al-Bukhari)***

6). Membanyakkan ibadah pada 10 terakhir dari bulan Ramadhan


Hadis dari ‘Aisyah r.a. , bahwa Rasulallah s.a.w.:-
‫ظ أنمهلنـِهق نو ن‬
‫شـِتد الـِلممؤنزنر‬ ‫شقر الننوالخلر أنمحنيِ اللنمينل نو أنميِقن ن‬
‫نكاَنن إلنذا ندنخنل القع م‬
Artinya: “Adalah beliau apabila masuk sepuluh hari yang terakhir –dari
bulan Ramadhan- beliau menghidupkan malamnya (dengan ibadah), dan
membangunkan keluarganya, dan siap untuk ibadah (mengencangkan tali
pinggang).” (H.R.: Bukhari dan Muslim)***
__________________

Hal-hal yang boleh pada waktu Puasa.


Turun keair dan mengguyur kepala dengan air
Diriwayatkan dari Abu Bakar bin Abdur Rahman dab sebagai Sahabat Nabi,
beliau menceritakan sebagai berikut:
‫صاَئلةم لمننِ النعطن ل‬
‫ش‬ ‫صيب نرمأ ن‬
‫سـِهق الـِنماَنء نوقهنوُ ن‬ ‫سلتنم يِن ق‬
‫صتلىَ ا نعلنميله نو ن‬
‫سموُنل ال ن‬
‫ت نر ق‬ ‫نولنقنمد نرأنميِ ق‬
‫أنمو لمننِ املـِحـِ نرر‬

13
Artinya: “Sungguh aku telah melihat Rasulallah s.a.w. mengguyur
kepalanya air dengan air dan beliau sedang berpuasa, dari sebab haus atau dari
sebab panas.” (H.R.: Ahmad, Abu Daud, dan Malik dengan sanad yang shahih)***
Aisyah r.a. berkata:
‫صاَئلةم ثقتم يِنمغتن ل‬
‫سقل‬ ‫سلتنم نكاَنن يِق م‬
‫صبلقح قجقنباَ ض نوقهنوُ ن‬ ‫أنتن الننلبىَ ن‬
‫صتلىَ ا نعلنميله نو ن‬
Artinya: “Bahwasanya Rasulallah s.a.w., adalah beliau berpagi-pagi dalam
keadaan junub (berhadas besar) , sedangkan beliau sedang berpuasa, lalu beliau
mandi.” (H.R.: Bukhari dan Muslim).****
--------------------

Hijamah (mengambil darah dari kepala) untuk pengobatan.


Al-Bukhari meriwayatkan sebagai berikut:-
“Sesungguhnya Rasulallah s.a.w. telah melakukan hijamah sedang beliau
berpuasa” (Al-Bukhari).

Berkata Tsabit Al-Bunani kepada Anas r.a. :-


“Adakah kalian tidak menyenangi (memakruhkan) hijamah bagi orang yang
berpuasa pada masa Rasulallah s.a.w. ?
Beliau menjawab: “Tidak,” kecuali menyebabkan lemah”
(Diriwayatkan oleh : Bukhari)****

--------------------
Mencoba makanan
Berkata Ibnu Abbas r.a. : “Tidak mengapa merasakan/mencicipi makanan
keasamannya; dan sesuatu yang ingin dibeli” (Fiqhus Sunnah/ Said Sabiq)

14
Adapun pendapat: Imam Syafi’i, Asy-Sya’bi, An-Nakha’i, Imam Hanafi,
dan Imam Hambali: “Makruh” (tidak disukai). (Fiqhus Sunnah/1/390/Said
Sabiq)***
_____________

Yang membatalkan puasa


A. Bila seseorang batal puasanya maka wajib baginya membayarnya
pada bulan yang lain sebanyak hari yang dia batal padanya; Adapun yang
membatalkan puasa, yaitu:-

1. Makan atau minum dengan sengaja.


Bila seseorang makan atau minum tidak sengaja, maka tidak membatalkan
puasa dan tidak wajib kifarat:
Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi s.a.w. bersabda:-
‫سنقاَهق‬ ‫ فنإ لنتنماَ أن م‬، ‫صموُنمـِهق‬
‫طنعنمـِهق ا قنو ن‬ ‫ فنملينتلتم ن‬، ‫ب‬ ‫ فنأ ننكنل نو ن‬- ‫صاَئلةم‬
‫شلر ن‬ ‫نممنِ نن ل‬
‫ نوقهنوُ ن‬- ِ‫سني‬
Artinya: “Barangsiapa lupa –dimana dia sedang puasa- makan atau minum
maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya, sesungguhnya Allah telah
memberikannya makan dan minum.” (HR.: Bukhari & Muslim).

2. Muntah dengan sengaja.


Jika seseorang terpaksa muntah maka baginya tidak wajib qadha dan tidak
pula kifarat, maksudnya tidak membatalkan puasa.
Dari Abi Hurairah r.a., bahwa Nabi s.a.w. bersabda:-
‫ستننقاَهق نعممضدا فنملينمق ل‬
‫ض‬ ‫نممنِ نذنرنعـِهق القنميِقء فنلنمي ن‬
‫س نعلنميله قن ن‬
‫ نونممنِ إل م‬، ‫ضاَقء‬

15
Artinya: “Barangsiapa memaksanya untuk muntah, maka baginya
tidak perlu mengkadhokannya, dan barang siapa sengaja muntah maka
wajib atasnya mengkodo –puasa tsb-.**

(H.R.: Ahmad, Abu Daud, Turmidzi, Ibnu Majah).-


3. Haidh atau Nifas.
Sefakat para Ulama, barangsiapa keluar darah haid atau nifas
walaupun sebentar saja, batallah puasanya.

4. Keluar mani dengan sebab yang disengaja


Keluar mani membatalkan puasa bila disebabkan oleh mencium
istri/suaminya, atau sebab memeluknya; kalau keluarnya karena tak
disengaja atau keluar madzy (seperti mani) itu tidak membatalkan puasa.

5. Memasukkan sesuatu kedalam mulut dan ditelan membatalkan


puasa walaupun bukan makanan, ini menurut jumhurul Ulama.

6. Minum atau makan menyangka sudah masuk matahari, atau


menyangka belum waktu fajar, padahal belum waktu maghrib atau sudah waktu
fajar, maka dia wajib membayar qadha puasa tersebut, ini menurut jumhurul
Ulama.dan termasuk Imam Madzhab yang ampat.
Adapun menurut: Ishak, Daud Adhahiri, Ibnu Hazam, ‘Atho’, ‘Urwah, dan
Hasan Al-Bashori, juga Mujahid, Bila terjadi seperti diatas, puasa orang tersebut
shah, tidak wajib qadha.*
Berpegang dengan firman Allah dalam surat Al-Ahzab , ayat:5:-
{5} َ‫س نعلنميقكمم قجنناَةح لفينمآَ أنمخطنأمقتم بلله نولنلكنِ تماَتننعتمندمت قققلوُبققكمم نونكاَنن اق نغقفوُضرا ترلحيضما‬
‫نولنمي ن‬

16
Artinya: “Tidak berdosa atas kalian pada apa yang kalian kesalahan (tidak
disengaja berbuat kesalahan) , akan tetapi -berdosa- apa yang disengaja oleh hati-
kalian, sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Kasih-sayang.*
(Surat: Al-Ahzab : 5)***

B. Yang membatalkan puasa, wajib kifarat:


Jima’ (menggauli istrinya sedang puas a) , puasanya batal dan wajib
kifarat;
Adapun kifaratnya yaitu dapat dipilih salah asatu yang dia sanggupi:
a) Memerdekakan budak.
b) Puasa dua bulan berturut-turut.
c) Memberi makan 60 orang miskin.

Dari Abu Hurairah, :


‫ أنمو ل‬، ‫ق نرقنبنمة‬
‫صنياَمم‬ ‫سلتنم أنمن يِقنكفلنر بلقعنق ل‬
‫صتلىَ ا نعلنميله نو ن‬ ‫ضاَنن فنأ ننمنرهق نر ق‬
‫سموُقل ا ن‬ ‫طنر لفيِ نرمم ن‬ ‫أنمن نرقجلض أنمف ن‬
َ‫سلكميضنا‬
‫ستلميننِ لم م‬ ‫شمهنرميِلنِ قمتننتاَبلنعميلنِ أنمو إل م‬
‫طنعاَمم ل‬ ‫ن‬
Artinya: “Seorang laki-laki membuka puasanya (dengan jima’) didalam
puasa bulan Ramadhan, maka rasulallah s.a.w. memerintahkannya untuk
membayar kifarat, dengan memerdekakan budak atau puasa dua bulan berturut-
turut, atau memberi makan 60 orang miskin. (H.R.: Muslim).-
-----------------------

*Malam Lailatul qadar & turunnya Al-Qur’an*


Bahwa Al-Qur’an itu diturunkannya pada bulan Ramadhan dijelaskan
didalam surat Al-Baqarah, ayat: 185, sebagai berikut:-
‫ت لمننِ املقهندىَ نواملفقمرنقاَلن‬ ‫ضاَنن التلذيِ قأنلزنل لفيله املققمرنءاقن قهضدىَ صللتناَ ل‬
‫س نوبنيصنناَ م‬ ‫شمهقر نرنم ن‬
‫ن‬

17
Artinya:- “Bulan Ramadhan –yaitu bulan- yang diturunkan didalamnya Al-
Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai penjelasan atas petunjuk, juga
pemisah antara yang hak dan yang bathil..”**
Lebih lanjut, Al-Qur’an diturunkannya pada malam hari; malam
diturunkannya Al-Qur’an itu dinamakan malam “LAILATUL QADR” (malam
yang bernilai tinggi), demikian Allah terangkan didalam surat Alqadr:-
3 ‫شمهمر‬ ‫{ لنميلنةق املقنمدلر نخميةرصممنِ أنمل ل‬2} ‫{ نونمآَ أنمدنرانك نماَ لنميلنةق املقنمدلر‬1} ‫إل تنآَ أنمننزملننهق لفىَ لنميلنلة املقنمدلر‬
‫ف ن‬
Artinya: “Sesungguhnya kami turunkan –Alqur’an – dimalam/lailatul
qadr(1) Apakah engkau mengetahui, apa –arti- lailatul qadar itu? (2) Lailatul qadar
itu, malam lebih baik dari seribu bulan (3)

Berkata: Asy-Sya’bi ( ) (‘Amir bin Syarahil, yaitu Guru Imam Abu


Hanifah, beliau berjumpa dengan Sahabat Nabi sekitar 500 sahabat):-
“Al-Qur’an telah diturunkan pada pertama kali malam Lailatul-qadar, lalu
turun setelah itu secara berangsur-angsur dalam waktu-waktu yang berbeda-beda”.
Maka jelaslah, Alqur’an diturunkan pada malam lailatul Qadar dibulan
Ramadhan; Oleh karena malam tersebut merupakan malam yang sangat penting
artinya, maka Allah s.w.t. menamakannya Malam yang Sangat Bernilai (Lailatul
qadar), dan Allah memberikan nilai lebih baik dari seribu bulan.

Al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus


Alqur’an diturunkan secara berangsur-angsur, sebagian di Makkah dan
sebagian lagi di Madinah, diturunkan sesuai dengan kebutuhan agar dapat
Alqur’an itu difahami dan diperaktekkan sesuai dengan maksud dari ayat-ayat Al-
Qur’an tersebut.

18
Untuk itu marilah kita perhatikan beberapa ayat dibawah ini:
Surat: Al-Isro: 106:
{106} ‫ث نوننتزملنناَهق نتنلزيِلض‬ ‫نوققمرنءاضناَ فننرمقنناَهق للتنمقنرأنهق نعنلىَ التناَ ل‬
‫س نعنلىَ قممك م‬
Artinya: “Dan Alqur’an itu telah kami turunkan secara berangsur-angsur,
agar kamu membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan(berangsur-
angsur), dan kami menurunkannya bagian demi bagian”***

Dalam surat Al-Furqon: 32 – 33 :


‫نونقاَنل التلذيِننِ نكفنقروا لنموُلن نقصزنل نعلنميله املققمرنءاقن قجمملنةض نوالحندةض نكنذللنك للنقثنبص ن‬
{32} ‫ت بلله فقنؤاندنك نونرتتملنناَهق تنمرلتيلض‬
‫سننِ تنمف ل‬
{33} ‫سيضرا‬ ‫نولنيِنأمقتوُنننك بلنمثنمل إللتلجمئنناَنك لباَملنح ص‬
‫ق نوأنمح ن‬
Artinya: “Dan berkata orang-orang yang kafir: “Mengapa Alqur’an itu
tidak diturunkan kepadanya (kepada N.Muhammad) sekaligus”
Demikianlah agar hatimu kami tetapkan dengannya (dengan Alqur’an), dan
Kami bacakannya dengan teliti (32).”
“Dan tidaklah –orang-orang kafir itu- mendatangimu dengan suatu contoh-
persoalan- melainkan kami berikanmu (datankan kepadamu) dengan sesuatu yang
benar dan yang paling baik penafsirannya.”(33)****

Maksud ayat diatas:


a. Alqur’an diturunkan tidak sekaligus.
b. Bertujuan:
- agar kuat didalam hati (kuat diingat didalam hati)
- kuat pengertiannya ; mudah difahami karena berkenaan dengan
peristiwa yang terjadi.
c. Allah menurunkannya dan membacakannya melalui malaikat Jibril
dengan teliti dan berangsur-angsur.

19
Masa turunnya Alqur’an sebagian mengatakan : 20 tahun, dan sebagian lagi
mengatakan 25 tahun; dan ada pula yang mengatakan: 23 tahun.-
___________

Kelebihan malam lailatul-qadar


Menurut hadis Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi s.a.w.
bersabda:
‫ساَباَ ض قغفلنر لنهق نماَ تنقنتدنم لممنِ نذمنلبـِله‬
‫نممنِ نقاَنم لنميلنةن القنمدلر إلميِنماَضناَ نو إلمحتل ن‬
Artinya: “Barangsiapa berdiri –salat/ibadah- pada malam lailatul qadar
dengan penuh iman dan ikhlas (mencari pahala) maka diampuni bagi-nya dosa
yang telah ia lakukan/yang terdahulu.” . (HR.: Bukhari dan Muslim)***

Menurut ayat surat Al-Qadar diatas, malam lailatul-qadar tersebut


merupakan malam yang bernilai lebih baik dari 1000 bulan, dimana pada malam
tersebut turun para malaikat dan malaikat Jibril yang Allah Namakan : Ar-Ruh,
dimana mereka memberikan selamat (salam) kepada orang-orang yang beribadah;
Dan malam tersebut akan berulang kembali setiap bulan Ramadhan, itu dapat kita
fahami dari bunyi beberapa hadis Nabi s.a.w. dan Athar sahabat Nabi radiayallahu
anhum.
Orang-orang dari Salafus-Shalihin dan khalaf senantiasa menghidpu-kan
malam-malam ramadhan dengan qiyamul-lail (salat-tarawih) dan membaca
Alqur’an, dan mereka mengharapkan pada malam lailatul qadar tsb. Dapat
diisinya dengan ibadah dan qira-atul-Qur’an agar mendapat kelebihan yang
dijanjikan oleh Allah s.w.t. didalam surat Al-Qadar tersebut.

20
Do’a
Menurut hadis riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan Turmudzi, dari Siti Aisyah
r.a., ia berkata:
‫ ققموُللـِيِ ! اللقهتم إلنتنك‬: ‫ ضماَ أنققموُقل فلمينهاَ ؟ نقاَنل‬، ‫يِ لنميلنمة لنميلنةق القنمدلر‬
‫ت أن ت‬ ‫ أننرأنميِ ن‬، ‫سموُنل ا‬
‫ت إلمن نعللمم ق‬ ‫ققمل ق‬
‫ نيِاَ نر ق‬: ‫ت‬
‫نعفقةوُ تقلحيب النعمفنوُ نفاَمع ق‬
َ‫ف نعلنى‬
Aku bertanya : “Ya Rasulallah, bagaimana pendapatmu kalau aku tahu
malam apa malam lailatul qdar itu; apa yang aku baca:- Nabi s.a.w. bersabda
(menjawab): “Bacalah oleh mu :
(Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pema’af suka memaafkan, maka
maafkanlah daku).

QIYAMU RAMADHAN (Shalat Tarawih)


Menurut riwayat Al-Jama’ah dari Abu Hurairah r.a. dia berkata:
:‫ضاَنن لممنِ نغميلر أنمن يِنأمقمنر فلميله بلنعلزميِنممة فنينققموُقل‬ ‫سموُقل ا صلىَ ا عليه وسلم يِقنرصغ ق‬
‫ب لفىَ لقياَ نلم نرنم ن‬ ‫نكاَنن نر ق‬
‫ساَباَ ض قغفلنر لنـِهق نماَ تنقنتدنم لممنِ نذمنـِبلـِله‬ ‫نممنِ نقاَنم نرنم ن‬
‫ضاَنن إلميِنماَناَ ض نوإمحتل ن‬
Artinya: “Adalah Rasulallah s.a.w. menggalakkan dalam qiyamur Ramdan
(salat tarawih) tanpa memerintahkannya dengan sungguh-sungguh, dimana beliau
bersabda:
“Barangsiapa mendirikan –salat- (tarawih) bulan Ramadhan dengan penuh
iman dan ikhlas (mengharap pahala) niscaya diampuni dosanya yang telah
terdahulu.*****
___________________

Qiyamul-Lail/Qiyamul-Ramadhan

21
Surat dan ayat Al-Qur’an yang pertama sekali mengemukakan qiyamul-lail
yang ditujukan khususnya kepada Rasulallah s.a.w. dan umumnya kepada para
pengikutnya, yaitu surat: al-Muzammil.
Perhatikan ayat-ayat dibawah ini, dari surat Al-Muzammil : 1- 4 :
‫صفنهق أنلو انقق م‬
{3} ‫ص لممنهق قنلليلض‬ ‫{ نص م‬2} ‫{ ققلم التمينل إللت قنلليلض‬1} ‫نيِآَأنييِنهاَ املقمتزصمقل‬
{4} ‫أنمولزمد نعلنميله نونرتصلل املققمرنءانن تنمرلتيلض‬
Artinya: Wahai orang yang berselimut.(1) Bangunlah malam, kecuali
sedikit (untuk tidur) .(2) Separuh malam, atau kurang sedikit dari separuh
malam.(3) Aatau lebih dari separuh malam, dan bacalah Al-Qur’an dengan
sebaik-baiknya (dengan teliti).(4)

Ayat-ayat diatas mengandung perintah (anjuran):


a. Bangun malam untuk salat malam.
b. Membaca Al-Qur’an dengan baik; kalau bisa dengan merenungkan
maksudnya, memahami artinya, mengkaji kandungannya, memikirkan langkah
mengamalkannya.
Qiyamul-lail yang telah dikerjakan oleh Nabi s.a.w. dan juga oleh para
Sahabat beliau telah dipersaksikan Allah didalam ayat ke: 20 dari surat: Al-
Muzammil, sebagai berikut:
‫صفنهق نوثقلقثنهق نو ن‬
‫طآَئلفنةض صمننِ التلذيِننِ نمنعنك نوال يِققنصدقر التمينل‬ ‫إلتن نربتنك يِنمعلنقم أننتنك تنققوُقم أنمدننىَ لممنِ ثقلقثنمىَ التميلل نونل م‬
َ‫ضى‬‫سينقكوُقن لمنقكمم تممر ن‬‫سنر لمننِ املققمرنءالن نعللنم نأن ن‬ ‫ب نعلنميقكمم نفاَمقنرقءوا نماَتنين ت‬ ‫صوُهق فننتاَ ن‬‫نوالتنننهاَنر نعللنم نأن تلنِ تقمح ق‬
‫ضلل ال‬ ‫ضلرقبوُنن لفيِ مالنمر ل‬
‫ض يِنمبتنقغوُنن لمنِ فن م‬ ‫نونءانخقرونن يِن م‬
‫نونءانخقرونن يِقنقاَتلقلوُنن لفيِ ن‬
.……………… ‫سلبيلل ال‬
Artinya:

22
*Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui engkau bangun –ibadat- pada hampir
dua-pertiga malam dan setengah malam, dan sepertiga malam, juga sekelompok
orang-orang yang besertamu; Allah yang menetapkan ketentuan malam dan siang,
dan Dia telah mengetahui, kalian tidak akan menyanggupinya, maka tidak
mewajibkan atas kalian (maka Allah memaafkan atas kalian); Maka baca sajalah
apa yang mudah dari ayat-ayat Al-Qur’an; Dia mengetahui akan ada diantara
kalian yang sakit, dan sebagian yang lainnya mengadakan perjalanan dimuka
bumi dalam rangka mencari rizki Allah, dan sebagian yang lain lagi sedang
berjuang dijalan Allah........*****.-(20)
Maka dalam ayat ini Allah swt telah memaafkan kewajiban shalat malam
tersebut, maksudnya tidak sebagai suatu ‘kewajiban’ namun sebagai suatu
pekerjaan/ibadah yang dianjurkan / yang disunahkan.

Qiyamu-Ramadhan (Shalat-Tarawih)
Sabda Rasulallah s.a.w.:
‫ساَباَ ض قغفلنر‬ ‫ فننممنِ نقاَنمـِه نو ن‬، ‫ت لنقكمم قلنياَنمـِهق‬
‫صاَنمـِهق إلميِنماَناَ ض نوإمحتل ن‬ ‫سننمن ق‬
‫ضاَنن نو ن‬ ‫ض نعلنميقكمم ل‬
‫صنياَنم نرنم ن‬ ‫إلتن ا فننر ن‬
‫لنـِهق نماَ تنقنتدنم لممنِ نذمنـِبلـِله‬
Artinya:
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas kalian puasa bulan Ramadhan,
dan aku sunatkan bagi kalian menegakkannya –dengan ibadat- ; Maka barangsiapa
memuasakannya dan menegakkan ibadat padanya dengan keimanan dan
mengharap pahala, diampuni baginya dosanya yang terdahulu.*”
(H.R.: Ashhabus Sunan).
Termasuk dalam perkataan “QOMA” yaitu salat-malam (qiyamul-lail) atau
salat tarawih, atau ibadah-ibadah yang lain seperti membaca/tadarus Al-Qur’an.

23
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah ra. Ia berkata:-
‫س قثـِم‬
‫صتلىَ لمننِ النقاَبللنلة ـِ فننكثقنر النناَ ق‬
‫ ثقتم ن‬، ‫س‬
‫صلنتلله نناَ ة‬ ‫سلجلد نذا ن‬
‫ فن ن‬، ‫ت لنميلنمة‬
‫صتلىَ بل ن‬ ‫صتلىَ الننلبيِ لفىَ النم م‬
‫ن‬
‫سلتنم فنلنتماَ أن م‬
‫ قد‬:‫صبننح قاَل‬ ‫صنلىَ اق نعلنميله نو ن‬‫سموُقل ا ن‬ ‫إمجتننمقعوُا لمننِ اللنميلنلة النثاَللثنلة أنمو النرابلنعلة فنلنمم يِنمخقرمج إللنميلهمم نر ق‬
(‫ض نعلنميقكمم )صحيح مسلم‬ ‫ت أنمن تقمفنر ن‬ ‫ج إللنميقكمم إللت أنلنىَ نخ م‬
‫شمي ق‬ ‫صتنمعتقمم فنلنمم يِنممننمعلنىَ لمننِ القخقرمو ل‬
‫رأيِت التلذىَ ن‬
Artinya: “Nabi shalat dimasjid pada suatu malam, lalu shalat pula dengan
mengikuti shalat beliau, orang-orang;
Kemudian shalat sebagian dari kabilah (maksudnya mengikuti Nabi s.a.w.),
maka banyaklah orang-orang –yang mengikuti-;
Lalu mereka berkumpul pula pada malam ketiga atau keampat, maka Nabi
tidak keluar kepada mereka itu;
Tatkala waktu subuh Beliau berkata: “Aku telah mengetahui apa yang
kalian perbuat, tidak ada yang menghalangiku untuk keluar kepada kalian, hanya
karena aku takut akan diwajibkan –shalat itu- atas kalian.”**** (H.R.: Muslim)

Pengertian hadis tersebut:


‘Aisyah r.a. menerangkan, bahwa Nabi s.a.w. pada suatu malam keluar
untuk shalat sunnah di Masjid; Shalat beliau diikuti oleh para sahabat, baik yang
pertama kali, yang kedua kali, dan yang ketiga kali, sehingga jamaah salat tersebut
menjadi sangat banyak.
Pada malam keampat, beliau tidak lagi keluar rumah untuk salat di masjid
walaupun beliau tahu banyak orang yang menantikannya di masjid untuk salat
bersama beliau yaitu salat tarawih.
Sebab beliau tidak lagi salat dimasjid bersama mereka untuk salat tarawih,
itu dikarenakan beliau takut salat tersebut akan menjadi wajib bagi ummatnya,
atau orang yang akan menyangka salat itu wajib.

24
Riwayat Al-Bukhari
Tentang Salat Tarawih (Salat Malam) pada masa Umar r.a.; sebagaimana
yang diriwayatkan dari Abdur-Rahman bin ‘Abdil Qori, ia berkata:=
“Aku keluar bersama Umar bin Khattab r.a. pada suatu malam dibulan
Ramadhan, maka –kami –dapatkan- manusia berkelompok-kelompok –
maksudnya: mereka shalat berkelompok-kelompok dalam beberapa jama’ah –
berpisah-pisah, ada yang salat sendiri, dan ada yang seorang salat diikuti oleh
jamaah; Maka berkata Umar r.a.:
‫ئ نوانحمد لننكاَنن أنممثننل‬ ‫إللنىَ أننرىَ لنموُ نجنممع ق‬
‫ت نهقؤلنلء نعنلىَ نقاَلر م‬
Artinya: “Aku berpendapat sekiranya aku himpunkan mereka itu atas satu
imam niscaya lebih baik.”
Lalu Umar r.a. bertekad untuk menghimpun mereka dengan Imamnya: Ubai
bin Ka’ab r.a.
Setelah itu, kamipun keluar pula pada suatu malam bersama beliau, dimana
malam itu orang-orang sudah shalat dengan menggunakan satu Imam, lalu
Umarpun berkata:
– ‫ضقل لمننِ التلتىَ يِنققموُقمموُنن – يِقلرميِقد أنلخنر اللتميلل‬
‫ نو التلتىَ يِننناَقمموُنن نعمننهاَ أنمف ن‬، ‫نلمعنم البلمدنعةق نهنذله‬
‫س يِنققموُقمموُنن أنتولنـِهق‬
‫نونكاَنن النناَ ق‬
Artinya: “Baik cara baru ini, adapun yang tidur daripada shalat lebih baik
daripada mereka yang mengerjakan qiyam(shalat), -- beliau maksudkan, lebih
baik shalat diakhir malam (sorenya tidur) -- ;
Dan orang-orang –pada waktu itu- bersembayang malam- pada awal
malam/sore-sore.”* (Hadis Riwayat: Al-Bukhari).****

25
Melaksanakan shalat qiyamul-lail (shalat tarawih)

Adapun pelaksanaan tarawih yang dilakukan oleh Rasulallah s.a.w. menurut


riwayat Asy-Sya’bi r.a. sebagai berikut:-
‫صتلىَ ا نعلنميله‬
‫سموُلل ا ن‬ ‫ضنيِ ا نعمنقهنماَ نعمنِ ن‬
‫صلنلة نر ق‬ ‫س نو نعمبند ا إمبننِ قعنممر نر ل‬ ‫ت نعمبند ا إمبننِ نعتباَ م‬ ‫سأ نمل ق‬
‫ن‬
‫ لممننهاَ ثننماَمن نو قيِوُتلقر بلثنلن م‬، ‫شنرةن رمكنعةض‬
‫ث‬ ‫ث نع ن‬ ‫ ثنلن ن‬: ‫ فننقاَنل‬، ‫سلتنم لباَللنميلل‬
‫نو ن‬
‫صلنلة النفجلر‬ ‫نو نرمكنعتنميلنِ قنمبنل ن‬

[Aku bertanya kepada Abdullah Ibnu Abbas r.a. dan Abdullah Ibnu Umar
r.a. tentang shalat malamnya rasulallah s.a.w., dia mengatakan ‘tiga belas rakaat,
terdiri dari delapan rakaat, dan tiga rakaat witir, dan yang dua rakaat sebelum
shalat Subuh (maksudnya sunat qobliyah Subuh).]*
(Zadul Ma’ad, 1, halaman: 326)
Shalat qiyamul-lail pada malam bulan Ramadhan disebut orang shalat
Tarawih. Menurut riwayat Ibnu Abbas r.a., beliau mengatakan:-
،َ‫ضاَنن نحتتىَ نننزنل أنلخنر نها‬ ‫لنتماَ نننزلنمت أنتوقل املقمنزصمل نكاَقنوُا يِنققموُقمموُنن ننمحنوُ لممنِ قلنياَلملهمم لفىَ ن‬
‫شمهلر نرنم ن‬
‫سـِنتةض‬ ‫ونكاَنن بنميننِ أنتوللـِنهاَ نو أنلخلرنهاَ ن‬
Artinya: “Ketika turun awal surat al-Muzammil, mereka (Nabi saw dan para
Sahabat beliau) mendirikan shalat –malam- seperti shalat yang mereka lakukan
pada bulan Ramadhan, sampai masa diturunkannya khir surat tersebut; Dan masa
diturunkannya awal surat dengan akhir suratnya itu ‘satu tahun’.”
[HR.: Abu Dawud; Al-Hakim, Baehaqi]*

26
Berekenaan dengan itu Al-Mundzari mengatakan: “Telah shahih khabar dari
hadis yang di riwayatkan A’isyah ra, ia mengatakan: “Allah telah menahan di atas
langit akhir dari surat tersebut selama 12 bulan.”
[Aunul-Ma’bud syarah sunan Abi Dawud, 4, halaman: 133]*

Selama itulah ummat Islam di kala itu melaksanakan qiyamul-lail yang


diwajibkan oleh Allah swt, dan pada ayat yang ke-20 (terakhir) dari surat Al-
Muzammil, Allah swt memberikan kesaksian atas kepatuhan mereka dalam
melaksanakan shalat malam itu, lalu Allah swt memberikan kelonggaran bagi
mereka dengan tidak diwajibkan shalat tersebut.

Demikianlah, Allah swt telah menjadikan malam itu suatu momen yang
sangat penting bagi ummat yang beriman untuk waktu yang sangat tepat dalam
munajat kepada Allah swt;
Demikian yang terjadi baik bagi ummat ini, maupun bagi ummat Nabi-nabi
yang telah lalu. Maka pada malam-malam bulan Ramadhan ini sangat dianjurkan
bagi umat Islam untuk mengerjakan shalat qiyamul-lail atau shalat Tarawih, juga
di malam-malam bulan lain.
Ibadah malam yang utama adalah shalat yang telah dicontohkan oleh
Rasulallah saw; Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra, bahwa
seorang bertanya kepada Rasulallah saw tentang shalat-malam?
Lalu Rasulallah saw bersabda:-
! ‫صمبنح فنأ نموتلمر بلنوُالحـِندمة‬ ‫ فنإ لنذا لخمف ن‬، َ‫صلنةق اللتميلل نممثننىَ نممثننى‬
‫ت ال ي‬ ‫ن‬
Artinya: “Shalat malam itu dua raka’at, dua raka’at, lalu bila kamu takut
masuk waktu Subuh, shalatlah witir satu raka’at!

27
[HR.: Muslim; Bukhari hadis no: 1137]*
Banyak hadis-hadis yang telah meriwayatkan bagaimana Rasulallah saw
melaksanakan qiyamul-lail.
Dibawah ini kami nukilkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas ra, bahwa Ibnu Abbas ra telah menceritakan pada suatu malam ia bermalam
di rumah Maimunah ra istri Rasulallah saw, dan bibinya (saudara ibunya) beliau
mengatakan:
“Aku berbaring di pembaringan, dan Rasulallah saw berbaring bersama
keluarga-nya;
Rasulallah saw tidur sampai pertengahan malam atau kurang lebih pada
pertengahan malam
Rasulallah saw bangun mengusap mukanya untuk menghilangkan
tidur/kantuk; Lalu beliau membaca 10 ayat akhir surat Ali-Imron; lalu beliau
menuju qhirbah (kantong-air) yang tergantung;
Beliau berwuduk dengan air itu dengan sebaik-baik pelaksanaan suduk lalu
beliau shalat.
Aku-pun berbuat seperti yang telah dilakukan oleh Rasulallah saw;
Lalu aku menghampiri beliau dan berdiri di sebelahnya;
Beliau meletakkan tangannya di atas kepalaku dan menjewer
telingaku yang kanan;
Lalu beliau shalat dua raka’at,
Kemudian dua raka’at, kemudian dua raka’at,
Kemudian dua raka’at, kemudian dua raka’at,
Lalu beliau shalat witir satu raka’at;

28
Setelah itu beliau berbaring sampai datang penyeru adzan maka beliau
bangun; dan selanjutnya beliau shalat dua raka’at;
Lalu beliau keluar untuk mengerjakan shalat Subuh.”
[HR.: Muslim ; Bukhari; Abu Dawud Turmudzi]*

Itulah salah satu riwayat yang menceritakan tentang shalat Rasulallah saw
di waktu malam.
Demikianlah Al-Qur’an dan Al-Hadis yang shahih menceritakan dan
mendorong orang-orang yang beriman untuk selalu menghidupkan malam dengan
ibadah sebagai wasilah untuk takarrub kepada Allah swt;
Dan malam adalah momen yang tepat untuk itu berdasarkan keterangan
keterangan tersebut.
Keterangan hadis Bukhari yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a. di atas,
menjelaskan bahwa shalat malam itu dua raka’at dua raka’at, yang ditutup dengan
shalat satu raka’at sebagai shalat witir;
Maka sebagian Ulama berpendapat bahwa bila shalat malam dikerjakan
dua-raka’at dua raka’at dengan berulang-ulang selagi ada kesempatan waktunya,
dapat dikatakan shahih atau boleh dikerjakan, karena Nabi saw tidak menjelaskan
banyak araka’at shalat malam tersebut.

Yang terpenting dalam shalat umumnya dan shalat tarawih khususnya ialah
melakukannya dengan ikhlas dan berkwalitas dengan penuh khusu’ dan
tuma’ninah. Adapun banyak raka’atnya dapat dilakukan berapa saja dengan
melipat gandakan dua rakaat-dua rakaat. Baik dilakukan berjamaah atupun
sendirian, baik di masjid ataupun di rumah.

29
Walahu ‘alam bish-shawab.

30

Anda mungkin juga menyukai