Ibadah Dalam Bulan Ramadhan
Ibadah Dalam Bulan Ramadhan
I. Pengertian Puasa
“Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala
sesuatu”, seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak
bermanfaat dan sebagainya.
Menurut istilah agama islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam
matahari dengan niat dan beberapa syarat.”
Firman Allah swt.:
ضرر َ رم رفنرر َا جلرف رجي ررطرر َا جلفر رجس رفوردرر َ رم رفنرر َا لجرف رججرر ر
طرر َا جلفر ربَأْج ريفر ض
ير رر َ لفرضك رضمرر َا جلرف رجي ر ض
ضكرلضروا َ فوا جش رفربَأْضروا َ فحر ي تتر رر َيف رتفربَف ر ي ف
“Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,
yaitu fajar” (Al-Baqarah 187)
Puasa ada empat macam
1. Puasa wajib, yaitu puasa bulan Ramadan, puasa kafarat, dan puasa nazar.
2. Puasa sunat
3. Puasa makruh
4. Puasa haram, yaitu puasa pada hari Raya Idul Fitri, hari raya Haji, dan tiga
hari sesudah hari raya Haji, yaitu tanggal 11-12 dan 13.
Puasa bulan Ramadan itu merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima,
diwajibkan pada tahun kedua Hijriah, yaitu tahun kedua sesudah Nabi
Muhammad saw. hijrah ke Madinah. Hukumnya fardhu’ain atas tiap-tiap
mukallaf (baligh dan berakal)
1
Firman Allah swt:
برر َ فع رلفررىَ َا لريررذرري فنرر َ رم رجنرر َ قف رجبَ رلررضكرجمرر َ لفرفعرلري رضكرجمر ر
صر ريفرراَ ضمرر َفكرفمرراَ َضك رت ر ف
برر َ فع رلفرجي رضك رضمرر َال ص ر ير
يرفراَ َ أفرير رفهرراَ َا لر رذرري فنرر َآ فم رنضروا َضك رت ر ف
َتف رتير رضقرروفنرر َ أفريرراَ مرراَ َ م رع رضدررودررا ت
تر م فج ف
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa
(yaitu) dalam beberapa hari tertentu” (Al-Baqarah 183-184)
Puasa Ramadhan diwajibkan atas tiap-tiap orang mukallaf dengan salah
satu dari ketentuan-ketentuan berikut ini:
1. Dengan melihat bulan bagi yang melihatnya sendiri
2. Dengan mencukupkan bulan Sya’ban tiga puluh hari, maksudnya bulan
tanggal Sya’ban itu dilihat. Tetapi kalau bulan tanggal satu Sya’ban itu
tidak terlihat, tentu kita tidak dapat menentukan hitungan, sempurnanya tiga
puluh hari.
II. Kewajiban Puasa
Kewajiban berpuasa diwajibkan semenjak tahun ke-dua Hijrah, dimana
Allah SWT menegaskan kewajiban tersebut dalam surat Al-Baqarah, ayat 183:
ب نعنلىَ التلذيِننِ لمنِ قنمبللقكمم لننعلتقكمم تنتتققوُنن نيِاَأنييِنهاَ التلذيِننِ نءانمقنوُا قكتل ن
ب نعلنميقكقم ال ص
صنياَقم نكنماَ قكتل ن
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
Sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”
(QS. 2:183)
Ayat 183 di atas menjadi dasar atas kewajiban berpuasa bagi orang yang
beriman, walaupun dalam ayat tersebut belum ditentukan waktu dan bilangan
2
hari-nya. Lalu Allah SWT menerangkan pada ayat selanjutnya tentang beberapa
ketentuan bagi mereka yang mendapatkan halangan untuk berpuasa.
سفنمر فنلعتدةة صممنِ أنتيِاَمم أقنخنر نونعنلىَ التلذيِننِ يِقلطيققوُننهق فلمديِنةق طننعاَقم
ضاَ أنمو نعنلىَ ن
ت فننمنِ نكاَنن لمنقكم تملريِ ض أنتيِاَضماَ تممعقدوندا م
{184} صوُقموُا نخميةر لتقكمم لإن قكنتقمم تنمعلنقموُنن سلكيمنِ فننمنِ تنطنتوُنع نخميضرا فنقهنوُ نخميةر لتهق نونأن تن ق
لم م
Artinya: “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka jika di antara
kalian ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.
Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan orang miskin. Barangsiapa
yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lah yang lebih baik
baginya. Dan berpuasa lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui”. [Al-
Baqarah: 184]
]أنتيِاَضماَ تممعقدوندا م, ‘beberapa hari yang ditentukan’ wajib
Tafsir dari kata-kata: [ت
berpuasa, sebagian Ulama menafsirkan, yaitu, tiga hari pada setiap bulan, hari
yang wajib dipuasakan sebelum ditentukan kwajiban puasa di bulan Ramadhan.
At-Thobari dalam tafsir-nya mengatakan, bahwa tafsir yang paling utama
untuk kalimat tersebut, yaitu Bulan Ramadhan.
3
atau oleh penyakit yang tak sembuh-sembuh, atau kecil harapan untuk
sembuh.
4. Fidyah yang berupa makanan yang diberikan kepada fakir miskin
dianjurkan yang terbaik dan lebih mencukupinya.
5. Puasa itu lebih baik dan lebih utama bagi diri-kalian, baik dalam segi
pengalaman maupun dalam segi faedah.-
III. Melihat pelaksanaan puasa diwaktu pertama kali
Pertama kali kaum Muslimin diwajibkan berpuasa, adalah
merupakan suatu kewajiban yang cukup berat, dimana bulan puasa
(Ramadan) di Jazirah Arabia berada dimusim panas yang sangat terik,dan
kewajiban puasa ini adalah kewajiban yang diperintahkan ditahun ke-2
Hijrah sebelum perintah Jihad.
Maka Allah memberikan rukhsah (membolehkan tidak puasa), bagi
mereka yang beratmenjalankan puasa, dengan jalan mengeluarkan fidyah,
memberi makan fakir-miskin,k walaupun orang tersebut dalam keadaan
sehat, tidak sakit, juga tidak berpergian; Ini pengertian yang pertama dari
kalimah :
( = )التلذيِننِ يِقلطيققوُننقهorang-orang yang memaksakan diri untuk puasa.
Lalu menggalakan mereka untuk menolong fakir-miskin dengan
jalan mewajibkan mereka mengeluarkan fidyah jika mereka tidak
berpuasa. Pemberian fidyah tersebut lebih banyak lebih baik.
Akan tetapi pada kalimat selanjutnya, Allah menekankan bahwa
berpuasa itu lebih baik bagi kalian;
4
Demikian Allah mendidik umat Islam pada generasi pertama dalam
menghayati Islam secara bertahap, berangsur-angsur, sehingga
menumbuhkan kesadaran beragama yang terpateri kuat didalam jiwanya.
Bulan Ramadan adalah bulan kewajiban berpuasa
شمهنر شلهند لمنقكقم ال ت ت لمننِ املقهندىَ نواملفقمرنقاَلن فننمنِ ن ضاَنن التلذيِ قأنلزنل لفيله املققمرنءاقن قهضدىَ صللتناَ ل
س نوبنيصنناَ م شمهقر نرنم ن
ن
سفنمر فنلعتدةة صممنِ أنتيِاَمم أقنخنر يِقلريِقد اق بلقكقم امليق م
سنر نولن يِقلريِقد بلقكقم املقع م
سنر نوللتقمكلمقلوُا ضاَ أنمو نعنلىَ ن فنملين ق
صممهق نونمنِ نكاَنن نملريِ ض
امللعتدةن نوللتقنكبصقروا ان نعنلىَ نماَ نهنداقكمم نولننعلتقكمم تن م
{185} شقكقرونن
Artinya: “Bulan Ramadhon, yang diturunkan di dalamnya Al-Qur’an
sebagai petunjuk bagi manusia dan berisi keterangan-keterangan dari petunjuk
dan pemisah (antara yang hak dan yang bathil), maka barang siapa dari kalian
yang menyaksikan bulan tersebut, maka wajiblah di berpuasa, dan barang siapa
sakit, atau dalam perjalanan, maka dihitung (dibayar) dengan hari-hari yang
lain;
Allah menghendaki kalian mendapatkan kemudahan, dan Dia tidak
menghendaki kalian mendapatkan kesukaran/kesulitan, dan wajiblah kalian
menyempurnakan bilangan tersebut (satu bulan), dan wajiblah kalian
mengagungkan Allah sebagaimana yang telah kalian diberi petunjuk
(bertakbir); dan semoga kalian dapat bersyukur.” (Al-Baqarah : 185)
5
3. Yang dikecualikan, atau yang mendapat rukhshoh (dispensasi), hanya
orang-orang yang dalam perjalanan dan orang yang sedang menderita sakit;
dengan ketetapan, dia wajib membayarnya dibulan yang lain setelah dia
berada dikampungya atau setelah dia sembuh dari penyakitnya.
4. Wajib menyempurnakan puasa dalam satu bulan yaitu 30 hari atau 29 hari.
Atas hidayah yang Allah berikan dengan petunjuk-petunjuknya yang mudah
dan tidak mempersulit, maka wajiblah bagi orang beriman mengagungkan
Allah dan berterima kasih (bersyukur) kepada-Nya.
Penjelasan
Dengan turunnya ayat ini maka ketentuan dan kalimat-kalimat di ayat : 184
diperjelas, dan ditetapkan kembali, juga penetapan ketentuan bulan yang
diwajibkan berpuasa yaitu bulan Ramadhan, dimana diingatkan Nabi Muhammad
SAW yaitu bulan diturunkannya Al-Qur’an di Gua Hira/Jabal Nur, dan ini
ketetapan dan penafsiran dari ayat : 183 diatas.
Maka dengan demikian orang-orang yang boleh tidak berpuasa, yaitu:
1. Orang dalam keadaan sakit.
2. Orang yang dalam keadaan berpergian. Dengan ketetapan bagi No. 1 dan
No. 2, wajib membayarnya dibulan yang lain.
3. Orang yang tak sanggup mengerjakan puasa (orang tua /lanjut usia ; dan
orang sakit yang kecil harapan untuk sembuh). Dengan ketentuan wajib
membayar fidyah.
Kewajiban puasa bulan Ramadhan telah dibicarakan diatas; adapun ayat-
ayat selanjutnya membicarakan beberapa ketentuan didalam bulan Ramadhan bagi
orang-orang yang menjalankan puasa, hal-hal yang boleh dilakukan pada malam-
malam bulan Ramadhan, dan batas lamanya puasa dalam sehari:
6
س لتقهتنِ نعللنم اق أننتقكمم قكنتقمم تنمخنتاَقنوُنن نأنفق ن
سقكمم س لتقكمم نونأنتقمم للنباَ قساَئلقكمم قهتنِ للنباَ قق
ث إلنلىَ نل ن صنياَلم الترفن قأقلحتل لنقكمم لنميلنةن ال ص
شنرقبوُا نحتتىَ يِنتنبنيتننِ لنقكقم املنخميطق
ب اق لنقكمم نوقكقلوُا نوا م شقروقهتنِ نوامبتنقغوُا نماَنكتن ن ب نعلنميقكمم نونعنفاَ نعنقكمم نفاَملنئاَنن نباَ ل فننتاَ ن
شقروقهتنِ نونأنتقمم نعاَلكقفوُنن لفيِ املنم ن
ساَلجلد سنوُلد لمننِ املفنمجلر ثقتم أنتليموُا ال ص
صنياَنم إلنلىَ التميلل نولن تقنباَ ل ض لمننِ املنخميلط مالن م
مالنمبين ق
{187} س لننعلتقهمم يِنتتققوُنن تلملنك قحقدوقد ال فنلن تنمقنرقبوُنهاَ نكنذللنك يِقبنيصقنِ اق نءانيِاَتلله لللتناَ ل
Artinya: “Dihalalkan bagi kalian pada malam bulan puasa, berhubungan
dengan istri-istri kalian;
Mereka (istri-istri) itu pakaian bagi kalian, dan kalian pakaian bagi mereka,
Allah mengetahui di mana kalian telah menkhianati diri-diri kalian sendiri
(ada diantaranya yang telah mengadakan hubungan dengan istrinya pada waktu
malam Ramadhan); Maka Allah mengampuni kalian memaafkan kalian.
Maka mulai sekarang bolehlah kalian menggauli mereka (istri-istri), dan
haraplah (dengan hubungan suami-istri itu) apa yang telah Allah wajibkan bagi
kalian (suami untuk memberikan kepuasan kepada isterinya dan istri memberikan
kepuasan kepada suaminya, dan mengharap anak yang lebih baik).
Makanlah dan minumlah sampai jelas bagi kalian benang putih (sinar putih)
dari benang hitam (kelam/gelap malam) yaitu fajar, lalu sempurnakan puasa
sampai malam (maghrib);
Dan tidak boleh kalian menggauli mereka (istri-istri) sedang kalian
melakukan itikaf di masjid,
Itulah ketetapan-ketetapan Allah maka janganlah kalian melanggarnya;
Demikian Allah menjelaskan ayat-ayatnya untuk manusia, semoga mereka
bertaqwa (dapat menjaga ketentuan-ketentuan itu).” (Al-Baqarah : 187)
Ayat tersebut diatas menjelaskan sebagai berikut:
Hubungan suami-istri dimalam-malam puasa (bulan Ramadhan) boleh
melakukan hubungan suami-istri.
Puasa dimulai dari fajar waktu subuh, sampai hari mulai malam, yaitu
waktu maghrib (tenggelamnya matahari diufuk barat).
7
Dibagian 10 hari yang akhir dari bulan Ramadhan Nabi Muhammad SAW
menggalakkan umat Islam untuk melakukan ‘itikaf di masjid; maka pada waktu
‘itikaf itu tidak boleh melakukan hubungan suami-istri.
Jelas dalam hadis tersebut, bahwa orang yang sedang haidh tidak
melakukan puasa dan tidak melakukan shalat; maka puasa harus dibayar setelah
selesai haidh sedangkan shalat tidak diperintahkan untuk membayarnya.-
8
Artinya: “Engkau masuk dalam kedudukan “ orang-orang yang tak sanggup
berpuasa”, maka wajib atasmu fidyah dan tidak wajib qada’ (membayar puasa
dengan puasa)” (Hadis disahihkan isnadnya oleh Daruquthni)**
Maka jelas Ibnu Abbas memasukkan orang hamil kedalam kategori
*Orang yang memaksakan berpuasa*, jadi tidak wajib mengqada’ puasa-
nya akan tetapi kewajibannya hanya membayar fidyah saja.
Pendapat Ibnu Abbas dan Ibnu ‘Umar untuk orang yang sedang menyusui
anaknya, bila mereka mengkhawatirkan kesehatan diri mereka dan
mengkhawatirkan kesehatan anak-anaknya yang disusui, bagi mereka cukup
membayar fidyah, tidak diwajibkan mengqadha’ puasanya.
Demikian pula tentang orang-orang yang sedang hamil. ( lihat Fiqqus
Summah juz: 1, halaman: 372) .-
Adapun menurut Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hambal; bagi wanita
yang sedang menyusui, bila mereka takut terehadap kesehatan anak-anak mereka,
maka mereka harus membayar fidyah dan mengqadha’ puasanya;
Bila mereka takut terhadap kesehatan dirinya saja, atau dirinya dan
anaknya, maka harus mereka mengqadha’ puasanya, dan tidak perlu untuk
mengeluarkan fidyah.-
Jelaslah beliau memasukkan masalah ini kedalam katagori “orang sakit”.
V. Rukun Puasa.
Rukun puasa hanya ada dua perkara, yaitu:-
1. Imsak, menahan yang membatalkan puasa dari mulai terbit fajar (waktu
subuh) samai awal malam (waktu maghrib) .-
Untuk itu periksa ayat: 187, dari surat Al-Baqarah, diatas.
9
2. Niat dimalam hari untuk puasa Ramadhan (puasa wajib) .
Hadis riwayat Hafshah, bahwa Rasulallah s.a.w. bersabda:-
صياَ ننم قنمبنل الفنمجلر فنلن ل
صنياَنم لنـِهق نممنِ لـِمم يِقمجلملع ال ل
Artinya: “Barangsiapa yang tidak meniatkan puasa sebelum fajar, maka
baginya tidak ada puasa” .**(Ahmad, dan Ashhabus sunan; disahihkan oleh Ibnu
Huzaimah dan Ibnu Hibban)**
Waktu sahur:
Dari mulai pertengahan malam sampai waktu sebelum fajar. Riwayat
Bukhari dan Muslim, berkata Zaid bin Tsabit r.a.:
سلتنم ثقتم ققممناَ ن النلىَ ال ن
ققمل ق, صلنلة
َ نكمم نكاَنن قنمدقرنما: ت صتلىَ ا نعلنميله نو ن
سوُلل ال ن ستحمرنناَ نمنع نر ق
تن ن
( سللم سميننِ أنيِنةض ) نرنواهق البقنخاَلرىَ نو قم م
نخمم ل:بنميننـِقهنماَ ؟ قاَنل
Artinya: “Kami sahur bersama Rasulallah s.a.w. lalu kami mengerjakan
shalat (shalat subuh) , Aku bertanya: Berapa lama antara keduanya (antara makan
sahur dan shalat subuh) ???
Ia berkata: “50 ayat* (membaca Qur’an 50 ayat) .
Dari keterangan ini, bahwa Rasulallah s.a.w. sahur mendekati waktu imsak,
dimana antara selesai beliau makan sahur dan waktu subuh hanya lamanya
sepembacaan ayat Qur’an sebanyak 50 ayat.-
10
2). Cepat berbuka pada waktunya
Bagi orang yang berpuasa dianjurkan untuk cepat-cepat berbukan puasa bila
sudah masuk waktu maghrib.
Dalam riwayat Sahlu Ibnu Sa’din, bahwa Rasulallah s.a.w. bersabda:-
س بلنخميمر نماَ نعتجقلوُا الفل م
طنر لن يِننزاقل النناَ ق
Artinya:-“Manusia selalu dalam kebaikan selama mereka cepat berbuka
puasa”** (H.R. : Bukhari dan Muslim)***
11
(Hadis diriwayatkan oleh: ibnu Majah)***
Maksud hadis ini, Allah tidak akan menerima puasanya, bila orang yang
puasa mengerjakan hal-hal yang tersebut dalam hadis itu.
12
Artinya: “Adalah Rasulallah s.a.w. sebaik-baik manusia, dan yang terbaik
keadaan beliau pada bulan Ramadhan, yaitu pada waktu Jibril menjumpai beliau;
Dan Jibril menemuinya (Rasulallah s.a.w.) pada tiap malam bulan Ramadhan,
maka dia membacakannya Al-Qur’an;
Maka sungguh Rasulallah s.a.w. itu paling cepat untuk melakukan kebaikan
–lebih cepat- dari angin yang berembus.” (H.R. : Al-Bukhari)***
13
Artinya: “Sungguh aku telah melihat Rasulallah s.a.w. mengguyur
kepalanya air dengan air dan beliau sedang berpuasa, dari sebab haus atau dari
sebab panas.” (H.R.: Ahmad, Abu Daud, dan Malik dengan sanad yang shahih)***
Aisyah r.a. berkata:
صاَئلةم ثقتم يِنمغتن ل
سقل سلتنم نكاَنن يِق م
صبلقح قجقنباَ ض نوقهنوُ ن أنتن الننلبىَ ن
صتلىَ ا نعلنميله نو ن
Artinya: “Bahwasanya Rasulallah s.a.w., adalah beliau berpagi-pagi dalam
keadaan junub (berhadas besar) , sedangkan beliau sedang berpuasa, lalu beliau
mandi.” (H.R.: Bukhari dan Muslim).****
--------------------
--------------------
Mencoba makanan
Berkata Ibnu Abbas r.a. : “Tidak mengapa merasakan/mencicipi makanan
keasamannya; dan sesuatu yang ingin dibeli” (Fiqhus Sunnah/ Said Sabiq)
14
Adapun pendapat: Imam Syafi’i, Asy-Sya’bi, An-Nakha’i, Imam Hanafi,
dan Imam Hambali: “Makruh” (tidak disukai). (Fiqhus Sunnah/1/390/Said
Sabiq)***
_____________
15
Artinya: “Barangsiapa memaksanya untuk muntah, maka baginya
tidak perlu mengkadhokannya, dan barang siapa sengaja muntah maka
wajib atasnya mengkodo –puasa tsb-.**
16
Artinya: “Tidak berdosa atas kalian pada apa yang kalian kesalahan (tidak
disengaja berbuat kesalahan) , akan tetapi -berdosa- apa yang disengaja oleh hati-
kalian, sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Kasih-sayang.*
(Surat: Al-Ahzab : 5)***
17
Artinya:- “Bulan Ramadhan –yaitu bulan- yang diturunkan didalamnya Al-
Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai penjelasan atas petunjuk, juga
pemisah antara yang hak dan yang bathil..”**
Lebih lanjut, Al-Qur’an diturunkannya pada malam hari; malam
diturunkannya Al-Qur’an itu dinamakan malam “LAILATUL QADR” (malam
yang bernilai tinggi), demikian Allah terangkan didalam surat Alqadr:-
3 شمهمر { لنميلنةق املقنمدلر نخميةرصممنِ أنمل ل2} { نونمآَ أنمدنرانك نماَ لنميلنةق املقنمدلر1} إل تنآَ أنمننزملننهق لفىَ لنميلنلة املقنمدلر
ف ن
Artinya: “Sesungguhnya kami turunkan –Alqur’an – dimalam/lailatul
qadr(1) Apakah engkau mengetahui, apa –arti- lailatul qadar itu? (2) Lailatul qadar
itu, malam lebih baik dari seribu bulan (3)
18
Untuk itu marilah kita perhatikan beberapa ayat dibawah ini:
Surat: Al-Isro: 106:
{106} ث نوننتزملنناَهق نتنلزيِلض نوققمرنءاضناَ فننرمقنناَهق للتنمقنرأنهق نعنلىَ التناَ ل
س نعنلىَ قممك م
Artinya: “Dan Alqur’an itu telah kami turunkan secara berangsur-angsur,
agar kamu membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan(berangsur-
angsur), dan kami menurunkannya bagian demi bagian”***
19
Masa turunnya Alqur’an sebagian mengatakan : 20 tahun, dan sebagian lagi
mengatakan 25 tahun; dan ada pula yang mengatakan: 23 tahun.-
___________
20
Do’a
Menurut hadis riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan Turmudzi, dari Siti Aisyah
r.a., ia berkata:
ققموُللـِيِ ! اللقهتم إلنتنك: ضماَ أنققموُقل فلمينهاَ ؟ نقاَنل، يِ لنميلنمة لنميلنةق القنمدلر
ت أن ت أننرأنميِ ن، سموُنل ا
ت إلمن نعللمم ق ققمل ق
نيِاَ نر ق: ت
نعفقةوُ تقلحيب النعمفنوُ نفاَمع ق
َف نعلنى
Aku bertanya : “Ya Rasulallah, bagaimana pendapatmu kalau aku tahu
malam apa malam lailatul qdar itu; apa yang aku baca:- Nabi s.a.w. bersabda
(menjawab): “Bacalah oleh mu :
(Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pema’af suka memaafkan, maka
maafkanlah daku).
Qiyamul-Lail/Qiyamul-Ramadhan
21
Surat dan ayat Al-Qur’an yang pertama sekali mengemukakan qiyamul-lail
yang ditujukan khususnya kepada Rasulallah s.a.w. dan umumnya kepada para
pengikutnya, yaitu surat: al-Muzammil.
Perhatikan ayat-ayat dibawah ini, dari surat Al-Muzammil : 1- 4 :
صفنهق أنلو انقق م
{3} ص لممنهق قنلليلض { نص م2} { ققلم التمينل إللت قنلليلض1} نيِآَأنييِنهاَ املقمتزصمقل
{4} أنمولزمد نعلنميله نونرتصلل املققمرنءانن تنمرلتيلض
Artinya: Wahai orang yang berselimut.(1) Bangunlah malam, kecuali
sedikit (untuk tidur) .(2) Separuh malam, atau kurang sedikit dari separuh
malam.(3) Aatau lebih dari separuh malam, dan bacalah Al-Qur’an dengan
sebaik-baiknya (dengan teliti).(4)
22
*Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui engkau bangun –ibadat- pada hampir
dua-pertiga malam dan setengah malam, dan sepertiga malam, juga sekelompok
orang-orang yang besertamu; Allah yang menetapkan ketentuan malam dan siang,
dan Dia telah mengetahui, kalian tidak akan menyanggupinya, maka tidak
mewajibkan atas kalian (maka Allah memaafkan atas kalian); Maka baca sajalah
apa yang mudah dari ayat-ayat Al-Qur’an; Dia mengetahui akan ada diantara
kalian yang sakit, dan sebagian yang lainnya mengadakan perjalanan dimuka
bumi dalam rangka mencari rizki Allah, dan sebagian yang lain lagi sedang
berjuang dijalan Allah........*****.-(20)
Maka dalam ayat ini Allah swt telah memaafkan kewajiban shalat malam
tersebut, maksudnya tidak sebagai suatu ‘kewajiban’ namun sebagai suatu
pekerjaan/ibadah yang dianjurkan / yang disunahkan.
Qiyamu-Ramadhan (Shalat-Tarawih)
Sabda Rasulallah s.a.w.:
ساَباَ ض قغفلنر فننممنِ نقاَنمـِه نو ن، ت لنقكمم قلنياَنمـِهق
صاَنمـِهق إلميِنماَناَ ض نوإمحتل ن سننمن ق
ضاَنن نو ن ض نعلنميقكمم ل
صنياَنم نرنم ن إلتن ا فننر ن
لنـِهق نماَ تنقنتدنم لممنِ نذمنـِبلـِله
Artinya:
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas kalian puasa bulan Ramadhan,
dan aku sunatkan bagi kalian menegakkannya –dengan ibadat- ; Maka barangsiapa
memuasakannya dan menegakkan ibadat padanya dengan keimanan dan
mengharap pahala, diampuni baginya dosanya yang terdahulu.*”
(H.R.: Ashhabus Sunan).
Termasuk dalam perkataan “QOMA” yaitu salat-malam (qiyamul-lail) atau
salat tarawih, atau ibadah-ibadah yang lain seperti membaca/tadarus Al-Qur’an.
23
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah ra. Ia berkata:-
س قثـِم
صتلىَ لمننِ النقاَبللنلة ـِ فننكثقنر النناَ ق
ثقتم ن، س
صلنتلله نناَ ة سلجلد نذا ن
فن ن، ت لنميلنمة
صتلىَ بل ن صتلىَ الننلبيِ لفىَ النم م
ن
سلتنم فنلنتماَ أن م
قد:صبننح قاَل صنلىَ اق نعلنميله نو نسموُقل ا ن إمجتننمقعوُا لمننِ اللنميلنلة النثاَللثنلة أنمو النرابلنعلة فنلنمم يِنمخقرمج إللنميلهمم نر ق
(ض نعلنميقكمم )صحيح مسلم ت أنمن تقمفنر ن ج إللنميقكمم إللت أنلنىَ نخ م
شمي ق صتنمعتقمم فنلنمم يِنممننمعلنىَ لمننِ القخقرمو ل
رأيِت التلذىَ ن
Artinya: “Nabi shalat dimasjid pada suatu malam, lalu shalat pula dengan
mengikuti shalat beliau, orang-orang;
Kemudian shalat sebagian dari kabilah (maksudnya mengikuti Nabi s.a.w.),
maka banyaklah orang-orang –yang mengikuti-;
Lalu mereka berkumpul pula pada malam ketiga atau keampat, maka Nabi
tidak keluar kepada mereka itu;
Tatkala waktu subuh Beliau berkata: “Aku telah mengetahui apa yang
kalian perbuat, tidak ada yang menghalangiku untuk keluar kepada kalian, hanya
karena aku takut akan diwajibkan –shalat itu- atas kalian.”**** (H.R.: Muslim)
24
Riwayat Al-Bukhari
Tentang Salat Tarawih (Salat Malam) pada masa Umar r.a.; sebagaimana
yang diriwayatkan dari Abdur-Rahman bin ‘Abdil Qori, ia berkata:=
“Aku keluar bersama Umar bin Khattab r.a. pada suatu malam dibulan
Ramadhan, maka –kami –dapatkan- manusia berkelompok-kelompok –
maksudnya: mereka shalat berkelompok-kelompok dalam beberapa jama’ah –
berpisah-pisah, ada yang salat sendiri, dan ada yang seorang salat diikuti oleh
jamaah; Maka berkata Umar r.a.:
ئ نوانحمد لننكاَنن أنممثننل إللنىَ أننرىَ لنموُ نجنممع ق
ت نهقؤلنلء نعنلىَ نقاَلر م
Artinya: “Aku berpendapat sekiranya aku himpunkan mereka itu atas satu
imam niscaya lebih baik.”
Lalu Umar r.a. bertekad untuk menghimpun mereka dengan Imamnya: Ubai
bin Ka’ab r.a.
Setelah itu, kamipun keluar pula pada suatu malam bersama beliau, dimana
malam itu orang-orang sudah shalat dengan menggunakan satu Imam, lalu
Umarpun berkata:
– ضقل لمننِ التلتىَ يِنققموُقمموُنن – يِقلرميِقد أنلخنر اللتميلل
نو التلتىَ يِننناَقمموُنن نعمننهاَ أنمف ن، نلمعنم البلمدنعةق نهنذله
س يِنققموُقمموُنن أنتولنـِهق
نونكاَنن النناَ ق
Artinya: “Baik cara baru ini, adapun yang tidur daripada shalat lebih baik
daripada mereka yang mengerjakan qiyam(shalat), -- beliau maksudkan, lebih
baik shalat diakhir malam (sorenya tidur) -- ;
Dan orang-orang –pada waktu itu- bersembayang malam- pada awal
malam/sore-sore.”* (Hadis Riwayat: Al-Bukhari).****
25
Melaksanakan shalat qiyamul-lail (shalat tarawih)
[Aku bertanya kepada Abdullah Ibnu Abbas r.a. dan Abdullah Ibnu Umar
r.a. tentang shalat malamnya rasulallah s.a.w., dia mengatakan ‘tiga belas rakaat,
terdiri dari delapan rakaat, dan tiga rakaat witir, dan yang dua rakaat sebelum
shalat Subuh (maksudnya sunat qobliyah Subuh).]*
(Zadul Ma’ad, 1, halaman: 326)
Shalat qiyamul-lail pada malam bulan Ramadhan disebut orang shalat
Tarawih. Menurut riwayat Ibnu Abbas r.a., beliau mengatakan:-
،َضاَنن نحتتىَ نننزنل أنلخنر نها لنتماَ نننزلنمت أنتوقل املقمنزصمل نكاَقنوُا يِنققموُقمموُنن ننمحنوُ لممنِ قلنياَلملهمم لفىَ ن
شمهلر نرنم ن
سـِنتةض ونكاَنن بنميننِ أنتوللـِنهاَ نو أنلخلرنهاَ ن
Artinya: “Ketika turun awal surat al-Muzammil, mereka (Nabi saw dan para
Sahabat beliau) mendirikan shalat –malam- seperti shalat yang mereka lakukan
pada bulan Ramadhan, sampai masa diturunkannya khir surat tersebut; Dan masa
diturunkannya awal surat dengan akhir suratnya itu ‘satu tahun’.”
[HR.: Abu Dawud; Al-Hakim, Baehaqi]*
26
Berekenaan dengan itu Al-Mundzari mengatakan: “Telah shahih khabar dari
hadis yang di riwayatkan A’isyah ra, ia mengatakan: “Allah telah menahan di atas
langit akhir dari surat tersebut selama 12 bulan.”
[Aunul-Ma’bud syarah sunan Abi Dawud, 4, halaman: 133]*
Demikianlah, Allah swt telah menjadikan malam itu suatu momen yang
sangat penting bagi ummat yang beriman untuk waktu yang sangat tepat dalam
munajat kepada Allah swt;
Demikian yang terjadi baik bagi ummat ini, maupun bagi ummat Nabi-nabi
yang telah lalu. Maka pada malam-malam bulan Ramadhan ini sangat dianjurkan
bagi umat Islam untuk mengerjakan shalat qiyamul-lail atau shalat Tarawih, juga
di malam-malam bulan lain.
Ibadah malam yang utama adalah shalat yang telah dicontohkan oleh
Rasulallah saw; Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra, bahwa
seorang bertanya kepada Rasulallah saw tentang shalat-malam?
Lalu Rasulallah saw bersabda:-
! صمبنح فنأ نموتلمر بلنوُالحـِندمة فنإ لنذا لخمف ن، َصلنةق اللتميلل نممثننىَ نممثننى
ت ال ي ن
Artinya: “Shalat malam itu dua raka’at, dua raka’at, lalu bila kamu takut
masuk waktu Subuh, shalatlah witir satu raka’at!
27
[HR.: Muslim; Bukhari hadis no: 1137]*
Banyak hadis-hadis yang telah meriwayatkan bagaimana Rasulallah saw
melaksanakan qiyamul-lail.
Dibawah ini kami nukilkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas ra, bahwa Ibnu Abbas ra telah menceritakan pada suatu malam ia bermalam
di rumah Maimunah ra istri Rasulallah saw, dan bibinya (saudara ibunya) beliau
mengatakan:
“Aku berbaring di pembaringan, dan Rasulallah saw berbaring bersama
keluarga-nya;
Rasulallah saw tidur sampai pertengahan malam atau kurang lebih pada
pertengahan malam
Rasulallah saw bangun mengusap mukanya untuk menghilangkan
tidur/kantuk; Lalu beliau membaca 10 ayat akhir surat Ali-Imron; lalu beliau
menuju qhirbah (kantong-air) yang tergantung;
Beliau berwuduk dengan air itu dengan sebaik-baik pelaksanaan suduk lalu
beliau shalat.
Aku-pun berbuat seperti yang telah dilakukan oleh Rasulallah saw;
Lalu aku menghampiri beliau dan berdiri di sebelahnya;
Beliau meletakkan tangannya di atas kepalaku dan menjewer
telingaku yang kanan;
Lalu beliau shalat dua raka’at,
Kemudian dua raka’at, kemudian dua raka’at,
Kemudian dua raka’at, kemudian dua raka’at,
Lalu beliau shalat witir satu raka’at;
28
Setelah itu beliau berbaring sampai datang penyeru adzan maka beliau
bangun; dan selanjutnya beliau shalat dua raka’at;
Lalu beliau keluar untuk mengerjakan shalat Subuh.”
[HR.: Muslim ; Bukhari; Abu Dawud Turmudzi]*
Itulah salah satu riwayat yang menceritakan tentang shalat Rasulallah saw
di waktu malam.
Demikianlah Al-Qur’an dan Al-Hadis yang shahih menceritakan dan
mendorong orang-orang yang beriman untuk selalu menghidupkan malam dengan
ibadah sebagai wasilah untuk takarrub kepada Allah swt;
Dan malam adalah momen yang tepat untuk itu berdasarkan keterangan
keterangan tersebut.
Keterangan hadis Bukhari yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a. di atas,
menjelaskan bahwa shalat malam itu dua raka’at dua raka’at, yang ditutup dengan
shalat satu raka’at sebagai shalat witir;
Maka sebagian Ulama berpendapat bahwa bila shalat malam dikerjakan
dua-raka’at dua raka’at dengan berulang-ulang selagi ada kesempatan waktunya,
dapat dikatakan shahih atau boleh dikerjakan, karena Nabi saw tidak menjelaskan
banyak araka’at shalat malam tersebut.
Yang terpenting dalam shalat umumnya dan shalat tarawih khususnya ialah
melakukannya dengan ikhlas dan berkwalitas dengan penuh khusu’ dan
tuma’ninah. Adapun banyak raka’atnya dapat dilakukan berapa saja dengan
melipat gandakan dua rakaat-dua rakaat. Baik dilakukan berjamaah atupun
sendirian, baik di masjid ataupun di rumah.
29
Walahu ‘alam bish-shawab.
30