Anda di halaman 1dari 5

TUGAS AKHIR MODUL 5

Nama : TRI ASTUTI, S.Pd.

No Peserta PPG : 19110915610006

Asal Sekolah : SMKN 3 OKUS Prov Sumatera Selatan

KELAS A BAHASA INDONESIA

LPTK : UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

PPG DALJAB ANGKATAN 4 2019

1. Teori Sastra Struktural

Struktur bukanlah suatu yang statis, tetapi merupakan suatu yang

dinamis karena didalamnya memiliki sifat transformasi. Karena itu,

pengertian struktur tidak hanya terbatas pada struktur (structure), tetapi

sekaligus mencakup pengertian proses menstruktur (structurant) (Peaget

dalam Sangidu, 2004: 16).

Studi sastra struktural pada mulanya dikembangkan dari ilmu bahasa

(linguistik) struktural yang dirintis oleh Ferdinand de Saussure. Ilmu

bahasa ini mencoba menemukan sistem bahasa (langue) yang mengatur

setiap ujaran tertentu (parole) yang diucapkan manusia. Objek kajian

dalam sastra struktural yaitu sistem sastra yang melandasi setiap karya

sastra yang ada. Sistem sastra adalah seperangkat aturan, kaidah, atau

konvensi yang abstrak dan bersifat umum, yang mengatur hubungan

berbagai unsur sastra. Unsur tersebut saling berkaitan dalam membentuk

keseluruhan makna yang utuh. Hubungan antarstruktur di dalam karya

sastra terjalin secara logis dan kronologis.

Pendekatan sastra struktural berawal dari pendekatan objektif yang

tertuang dalam tulisan M.H. Abrams pada buku The Mirror and the Lamp,
sebagai suatu pendekatan sastra secara tradisional. Pendekatan tersebut

berkembang menjadi pendekatan struktural dalam sastra yang dipelopori

oleh Formalisme Rusia (Roman Jacobson) dan Strukturalisme Praha-Ceko

(Jan Mukarovsky). Kaum formalis Rusia dianggap sebegai peletak dasar

ilmu sastra modern.

Apabila pendekatan objektif melihat karya sastra sebagai karya kreatif

yang otonom dari unsur intrinsik saja, maka struktural mulai diperkuat

oleh unsur di luar karya sastra atau unsur ekstrinsik. Kedua unsur inilah

yang bersama-sama membangun struktur cerita dalam karya sastra.

Struktural berpendapat bahwa mutu karya sastra ditentukan oleh

kemampuan penyair atau pengarangnya dalam menjalin hubungan

antarkomponen yang terdapat dalam unsur tersebut. Sedangkan

kebulatan makna cerita ditentukan oleh pengkaji atau pembacanya,

dengan cara menghubung-hubungkan dan menginterpretasi antarunsur

tersebut.

Teori struktural sastra tidak memperlakukan sebuah karya sastra

tertentu sebagai objeknya kajiannya. Yang menjadi objek kajiannya adalah

sistem sastra, yaitu seperangkat konvensi yang abstrak dan umum yang

mengatur hubungan berbagai unsur dalam teks sastra sehingga unsur-

unsur tersebut berkaitan satu sama lain dalam keseluruhan yang utuh.

Meskipun konvensi yang membentuk sistem sastra itu bersifat sosial dan

ada dalam kesadaran masyarakat tertentu, namun studi sastra struktural

beranggapan bahwa konvensi tersebut dapat dilacak dan dideskripsikan

dari analisis struktur teks sastra itu sendiri secara otonom, terpisah dari

pengarang ataupun realitas sosial. Analisis yang seksama dan menyeluruh

terhadap relasi-relasi berbagai unsur yang membangun teks sastra

dianggap akan menghasilkan suatu pengetahuan tentang sistem sastra.


Teori Strukturalisme pengkajian maknanya menekankan pada karya

sastra itu sendiri. Makna yang murni dan jujur adalah makna yang

sebenar-benarnya sebuah karya sastra. Bukan terkait dengan emosi

pengarang ketika menciptakannya atau pembaca dalam memahami

keterkaitan ceritanya. Strukturalisme adalah teori yang model analisisnya

secara struktural. Dengan demikian, teori struktural adalah suatu disiplin

yang memandang karya sastra sebagai suatu struktur yang terdiri atas

beberapa unsur yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang

lainnya.

2. Pantun karmina ini sering digunakan sebagai kalimat kiasan untuk

menegur seseorang dengan lebih sopan, namun banyak orang belum

memahami bahwa perumpamaan yang digunakannya merupakan jenis

pantun karmina. Pantun karmina disebut juga perumpamaan yang tidak

langsung sehingga memberikan kesan lebih sopan untuk menegur

seseorang.

Makan durian dibelah dua

Rambut beruban pertanda tua

Teks tersebut terdiri atas 2 larik. Kedua larik tersebut berirama a-a.

Lalu, ditengah-tengah juga mempunyai rima yang sama. Hal ini sama

dengan ciri-ciri karmina yang mempunyai rima akhir a-a. Karminapun

ternyata memiliki rima tengah.

Selain itu, pada teks tersebutmenggunakan kata-kata kiasan atau

kata-kata perumpamaan pada baris pertamanya dan diperjelas oleh isi

pada baris kedua. Kita bisa memahami maksud teks tersebut secara jelas

ketika membaca baris keduanya. Baris kedua ini menggunakan kata

langsung yang bisa dipahami. Kata perumpamaan pada baris pertama


menggambarkan persamaan pada suatu objek atau perilaku yang

kemudian diperjelas maksudnya pada baris kedua.

3. Perbedaan Naskah Drama dan Teks Drama

Naskah drama dapat diartikan suatu karangan atau cerita yang berupa

tindakan atau perbuatan yang masih berbentuk teks atau tulisan yang

belum diterbitkan (pentaskan).Naskah drama memiliki bentuk sendiri yaitu

ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan

mempunyai kemungkinan dipentaskan (Waluyo, 2003: 2). Naskah drama

memiliki kekhasannya sendiri sehingga membedakannya dengan ciri-ciri

bentuk sastra lainnya. Berikut ciri-ciri naskah drama:

 Seluruh ceritanya berbentuk dialog, semua ucapannya ditulis dalam

teks.

 Semua dialog tidak menggunakan tanda petik dua (“…”) karena dialog

drama bukanlah kalimat langsung.

 Dalam naskah drama terdapat petunjuk lakuan. Petunjuk itu harus

dilakukan oleh pemain atau aktor yang melakonkan naskah tersebut.

Petunjuk lakuan itu ditandai oleh dua tanda kurung.

Teks Drama adalah suatu teks cerita yang dipentaskan di atas

panggung (disebut teater) atau tidak dipentaskan di atas panggung

(drama radio, telivisi, film). Drama secara luas dapat diartikan sebagai

salah satu bentuk sastra yang isinya tentang hidup dan kehidupan yang

disajikan atau dipertunjukkan dalam bentuk gerak.

Teks drama memiliki 3 struktur yang membangun sebuah teks drama:

 Prolog (adegan pembukaan).

 Dialog (percakapan).

 Epilog (adegan akhir atau penutup).

Teks drama mengandung beberapa unsur di dalamnya, antara lain:


1. Alur, yaitu berupa rangkaian cerita yang terjadi pada drama.

2. Amanat, yaitu pesan yang terkandung dalam drama.

3. Tokoh, yaitu pelaku yang memerankan seorang karakter dalam cerita.

Penokohan adalah penggambaran watak setiap tokoh. Ada 3 macam

tokoh, protagonis yaitu tokoh yang menampilkan kebaikan, antagonis

yaitu tokoh jahat atau tokoh penentang kebaikan, dan tritagonis yaitu

tokoh pendukung protagonis.

4. Tema, yaitu ide pokok cerita atau gagasan.

5. Aneka sarana kesastraan dan kedramaan yang mendukung

penampilan pelaku dalam suatu drama, contohnya tata panggung dan

tata rias.

Jadi, perbedaan antara naskah drama dengan teks drama yaitu, naskah

drama merupakan teks atau tulisan yang belum diterbitkan (pentaskan)

sedangkan teks drama merupakan teks cerita yang dipentaskan di atas

panggung (disebut teater) atau tidak di atas panggung (drama radio,

telivisi, film).

Anda mungkin juga menyukai