No Peserta PPG : 19110915610006 Asal Sekolah : SMKN 3 OKUS Prov Sumatera Selatan
KELAS A BAHASA INDONESIA
LPTK : UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG PPG DALJAB ANGKATAN 4 2019
1. Berilah 2 contoh kegiatan apresiasi sastra yang menunjukkan seseorang telah
memiliki tingkat apresiasi aplikasi. Tahap aplikasi atau penerapanya itu mewujudkan nilai-nilai yang diperoleh dalam karya sastra dalam sikap dan tingkah sehari-hari.Tingkat aplikasi dapat diidentifikasi dengan adanya upaya menerapkan dan melibatkan karya sastra dalam berbagai bidang sesuai kebutuhan bahkan sampai memproduksi karya sastra. Dua contoh kegiatan apresiasi sastra tingkat aplikasi KegiatanKreatif: Cipta Sastra Kegiatan ini dapat berupa kegiatan belajar menulis karya sastra, misalnya puisi, prosa atau drama. Hasilnya dapat dikirimkan dan dimuatkan dalam majalah dinding, buletin OSIS, majalah sekolah, surat kabar atau majalah tertentu. Kegiatan kreatif juga dapat dilaksanakan secara kreatif, misalnya menceritakan kembali karya sastra yang didengar, dibaca, atau ditonton atau mengubah bentuk puisi menjadi prosa dan sebaliknya. Kegiatan kreatif: Mendeklamasaikan puisi dan melakukan pementasan drama Kedua kegiatan ini secara optimal, jika kita sudah melewati tahapan apresiasi tingkat penikmatan, penghargaan, pemahaman, dan penghayatan. Dalam mendeklamasaikan puisi dan mementaskan drama kita dituntut usntuk dapat mengekspresikan segala makna, rasa, dan laku.
2. Makna dari puisi Derai-Derai Cemara karya Chairil Anwar
Derai-derai cemara yang dipakai pengarang untuk judul sajak merupakan gambaran dari daun-daun cemara yang berguguran yang merupakan metafora tentang runtuhnya harapan si akulirik. Bait pertama, pohon cemara menggambarkan tentang sesuatu yang lemah, ringkih, sesuai dengan bentuk daun cemara yang kecil, meruncing mudah terhempas oleh angin yang bertiup. Sementara itu, malam identik dengan kesunyian, kegelapan, waktu istirahat dan akhir dari sebuah hari atau perjalanan. Si akulirik merasakan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Tidak hanya daun-daunnya yang luruh, bahkan dahan-dahannya juga mulai merapuh karena sering dipukul angin. Larik ini dapat dimaknai bahwa kondisi siaku sudah semakin rapuh diterpa oleh berbagai cobaan hidup. Angin memberikan gambaran tentang segala cobaan dan kepahitan dalam hidup, yang menghempas kehidupan siakulirik sehingga membuatnya kian rapuh. Secara singkat bait pertama dapat dimaknai sebagai kesadaran siakulirik akan kondisinya yang kian rapuh diterpa oleh berbagai cobaan hidup (termasuk kesehatan). Si akulirikpun merasakan perjalanan hidup dirinya sudah mendekati maut, akan berakhir. Bait kedua menggambarkan kedewasaan siakulirik, yang digambarkan dari kalimat sudah berapa waktu siakulirik bukan kanak lagi. Kedewasaan siakulirik ditandai oleh kemampuannya menghadapi (larik aku sekarang orangnya bisa tahan). Sesuatu yang pernah dicita-citakan dulu sepertinya tidak bisa lagi dipertahankan, sebab sudah tidak relevan dan kondisinya pun sudah tidak memungkinkan. Pandangan akulirik terhadap hidup saat kanak-kanak berbeda dengan pandangannya saat kini sudah dewasa. Secara singkat bait kedua dapat dimaknai sebagai kesadaran siakulirik bahwa dirinya sekarang sudah bukan kanak-kanak lagi (sudah dewasa) sehingga harus dapat memandang kehidupan dengan cara dewasa, termasuk dapat bertahan menghadapi berbagai cobaan hidup. Bait ketiga, si akulirik menyadari bahwa hidup manusia pasti akan berakhir atau mati. Hidup manusia hanya menunggu mati. Kematian merupakan bentuk kekalahan manusia. Manusia tak bisa mengelak karena kematian merupakan ketentuan yang harus diterimanya dari Sang Maha Hidup. Cita-cita siakulirik pada masa lampaunya yang begitu cemerlang namun siakulirik selalu mengalami penderitaan dalam hidupnya. Nampak dari kata terasing yang digunakan yang menceritakan tentang rencana sitokoh tentang cita-citanya namun berbeda dengan apa yang diharapkan sehingga membawa dia kedunia yang dianggap asing dan pada akhirnya berujung pada kepasrahan, menyerah pada skematian. Secara singkat bait ketiga dapat dimaknai sebagai kesadaran siakulirik bahwa hidup manusia pada akhirnya akan menyerah pada kematian. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan, puisi Derai-derai Cemara merupakan ungkapan tentang perjalanan si akulirik yang hidupnya penuh didera cobaan, dia sempat mempunyai cita-cita yang cemerlang pada masa kecilnya namun pada kenyataannya hidupnya mengalami kepahitan dan penderitaan, sehingga membawa pada sebuah keterasingan dan menyadarkan tentang kehidupannya di dunia ini pasti akan berakhir dengan mati. 3. Makna Teks Anekdot “Dosen Jadi Pejabat” Judul Dosen yang juga menjadi Pejabat Masalah yang dibahas Dosen yang merangkap jadi pejabat Unsur humor Kalimat penutup anekdot sebagai jawaban mengapa sang dosen tidak pernah mau berdiri dari tempat duduknya ternyata karena kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain. Kritik yang disampaikan Kritik yang disampaikan adalah kritikan pada para pejabat yang takut kehilangan jabatannya atau tidak mau diganti oleh pejabat baru Makna tersirat Para pejabat yang takut dan tidak mau turun dari jabatannya atau takut kehilangan jabatan. Tujuan yang ingin disampaikan tentu bukan hanya menyindir para pejabat yang tidak mau atau takut kehilangan jabatannya, tetapi jauh lebih dari itu yaitu agar para pejabat sadar bahwa jabatan itu ada masanya. Ketika masa jabatan sudah habis, hendaknya para pejabat itu dengan legawa bersedia digantikan oleh orang lain.
4. Sinopsis Dari Naskah Drama Berjudul “BAPAK” karangan B. Soelarto
Drama ini berlatar Kota Yogyakarta tahun 1949. Tokoh Bapak (51 tahun) adalah orang tua tunggal dari tokoh Si Sulung dan Si Bungsu. Drama ini diawali dengan tokoh Bapak yang terkejut oleh kedatangan Si sulung yang telah lama merantau. Situasi Republik saat itu sangat kacau karena tentara kolonial melancarkan agresi militer kedua. Si Sulung memohon Bapak untuk ikut serta dirinya mengungsi ke luar negeri. Akan tetapi Bapak menolak lantaran dalam dirinya timbul tanggung jawab untuk mempertahankan kemerdekaan tanah air dari tangan penjajah. Selain itu, Bapak juga beralasan, dengan hidup di luar negeri, itu sama artinya dengan tunduk pada penjajah. Ketegangan terus terjadi antara keduanya. Saat Bapak mendengar suara radio pemancar di kamar Si Sulung. Bapak segera mencari tahu ke kamar Si Sulung. Pada saat yang sama, Si Bungsu sedang kedatangan tamu, yaitu Perwira yang merupakan tunangan Si Bungsu. Mereka berdua terkejut mendengar bunyi ledakan pistol dari ruang dalam. Seketika Bapak keluar kamar dan menjelaskan pada Si Bungsu dan Perwira bahwa dirinya telah menembak Si Sulung. Bapak melakukan hal itu karena mengetahui Si Sulung adalah mata-mata tentara kolonial. Walaupun Bapak sungguh kecewa pada Si Sulung, namun demi menyelamatkan Negara, Bapak membunuh putra yang amat disayanginya itu. Akhir drama ditutup dengan keputusan Bapak untuk tetap tinggal di rumah untuk melawan musuh. Sementara itu Bapak meminta Si Bungsu dan Perwira untuk pergi dari tempat itu.