Anda di halaman 1dari 7

RESUME MATA KULIAH MANAJEMEN KELAS

PENATAAN RUANG BELAJAR

Dosen Pengampu :
Febrina Dafit, S.Pd.,M.Pd.

Kelompok : 10
Kelas :D
Anggota : Muhammad Nur Khodri (186910616)
Muhammad Zhorif (186910795)
Nurul Fajri (186910507)
Riki Apriadi (186910257)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
T.A 2018/2019
PENATAAN RUANG BELAJAR

A. Pengertian dan tujuan


Secara umum, manajemen kelas spatial learning dapat diartikan sebagai
serangkaian usaha mengelola kelas yang menjadikan ruangan kelas sebagai teng
tertata tempat belajar yang tertata rapi, tidak berantakan, dan nyaman bagi siswa.
Adapun secara khusus, manajemen spatial learning dapat diartikan sebagai usaha
mengatur atau mengelola kelas menjadi tempat belajar yang nyaman dan mampu
menjangkau tujuan belajar bagi siswa.

B. Fokus dan faktor yang mempengaruhi


Fokus atau sasaran utamanya adalah meningkatkan efektivitas pengajaran
didalam kelas, meningkatkan penguasaan materi pelajaran bagi siswa,
meningkatkan minata belajar siswa, mencegah penurunan minat belajar siswa,
mencegah ketidaknyamanan bagi guru selama proses mengajar, mengoptimalkan
fungsi perlengkapan atau peralatan didalam kelas, mengoptimalkan fungsi
sekoalah sebagai tempat belajar paling nyaman, mengatasi gangguan-gangguan
yang umum terjadi pada siswa.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas manajemen
kelas spatial learning diantaranya ukuran ruang kelas yang tidak memadai atau
tidak ideal untuk jumlah siswa, ukuran kelas yang tidak mendukung terciptanya
suasana belajar yang harmonis, tidak tersedianya lemari yang dapat digunakan
sebagai tempat untuk menyimpan perlengkapan atau peralatan, tidak tersedianya
lubang ventilasi yang cukup, pencahayaan yang kurang terang, lokasi ruangan
kelas yang sangat dekat dengan kebisingan, papan tulis atau layar OHP sebagai
media pengajaran yang tidak dapat dilihat tampilannya dari seluruh sudut kelas.
C. Prosedur pelaksanaan
a. Kelas Dikelola Dengan Pola “Semua Keperluan”
Maksudnya bahwa kelas di setting sedemikian rupa untuk dapat melayani
semua keperluan dari para pengguna kelas. Model kelas seruapa ini banyak
dijupai pada tempat pendidikan negara-negara berkembang. Kelas seolah
“ruang swalayan” atau one stop service, semua keperluan untuk guru dan
murid ada disana. Kelas seperti ini jika diperuntukan kelas lembaga kursus
memeang menjadi idaman bagi para muridnya, karena merasa di manjakan
untuk mendapatkan pelayanan. Bahkan konsep pelayanan prima sering
disalah artikan bahwa kelas serupa ini lah yang ideal. Jika konsep ruang kelas
sebagai proses pendidikan, maka tidak semua kepentingan guru dan murid
harus ada disana.
b. Pencahayaan dan Kebisingan Kelas
Banyak tempat-tempat pendidikan pencahayaan ruangannya tidak menjadi
prioritas. Disamping aspek cahaya juga aspek sirkulasi udara. Akibatnya para
siswa yang belajar cepat merasa lelah kerena pengaruh dari pendengaran dan
penglihatan.
Hambatan-hambatan fisik serupa ini banyak sekali terjadi di kota-kota
besar,akibatnya kita sering melihat pelajar begitu selesai jam belajar,tampak
diraut wajahnya tanda-tanda kelelahan yang begitu penat. hal ini di samping
beban pelajaran yang di peroleh, juga karena faktor sanitasi lingkungan kelas
yang tidak mendukung.
Kondisi lingkungan yang ideal memang sulit di peroleh di daerah kota-
kota besar,akan tetapi paling tidak ada upaya teknologi yang dapat di lakukan
agar dampak dari lingkungan dalam arti fisik dapat di kurangi
resikonya.sebagai contoh untuk mengurangi tingkat kebisingan suara pada
kelas tertentu dapat di gunakan dinding peredam, atau gerahnya suatu
ruangan dapat di tanggulangi dengan pemasangan kipas angin atau AC dan
lain-lain. Aspek teknologi menjadi hal penting sebagai jalan keluar untuk
menghadapi tantangan alam.
c. Tata Letak Pengaturan Kursi
Jarak antara kursi satu dengan kursi untuk siswa tidak ada aturan baku,
hanya pada konsep psikologi sosial disinggung bahwa setiap manusia
memilki teritori atau wilayah pribadi. Canggung beberapa penelitian yang di
lakukan, di teukan bahwa orang berasa aman jika wilayah sekitarnya
memiliki jarak lingkar sekitar 0,5 s/d 1m, sedankan jika lebih dari itu mereka
akan merasa tersingkirkan dari lingkungan.
Oleh sebab itu tempat belajar ideal bagi siswa iyalah apabila tempat duduk
mereka dapat dengan mudah di pindahkan sesuai kebutuhan.
d. Dinding dan Papan Tulis
dinding di maksud dalam hal ini adalah warna dinding ruang belajar atau
kelas.banyak penelitian menyatakan bahwa warna ini mempengaruhi kondisi
psikologis dari orang yang berada di ruangan tersebut. Untuk kelas belajar
sangat di sarankan warna yang di pilih adalah lembut, bukan cerah atau gelap.
Sedangkan papan tulis yang di gunakan harus kontras karena akan
mempengaruhi hasil tulisan. Adapun beberapa jenis papan anjuran lembaga
pendidikan adalah:
1. Papan tulis
2. Papan putih
3. Papan magnetik
4. Papan flip
5. Papan pameran
6. Papan flanel
7. Papan gulung
8. Papan slip
9. Papan elektronik
Papan diatas dapat diadakan sesuai dengan kebutuhan proses
pembelajaran di dalam kelas. Namun perlu diingat keberadaan papan tersebut
haruslah sesuai fungsi. Amat tidak bijak apabila kita membentang semua
papan itu di dalam ruang kelas,karena di samping mempersempit ruang kelas
juga menggangu pemandangan
e. Lantai Ruang
Lantai ruang dimaksud adalah lantai ruang belajar yang di gunakan untuk
proses pembelajaran. Ada sebagian pendapat ruang belajar harus ditutup
karpet, ada sebagian yang berpendapat tidak harus. Pendapat ini tidak perlu di
pertentangkan karena kedua hal ini tidak berkait langsung dengan proses
belajar. Hanya yang di pentingkan adalah kenyamanan yang tercipta karena
warna lantai. Beberapa penelitian menemukan bahwa warna lantai akan lebih
banyak mempengaruhi pandangan jika kursi yang di pakai adalah model kursi
kuliah. Sedangkan jika tempat duduk di lengkapi meja, hal tersebut tidak
terlalu berpengaruh pada pandangan mata. Informasi lain menunjukkan
bahwa warna dasar lantai cerah lebih berpeluang menimbulkan rasa segar
pada pandangan di bandingkan dengan warna gelap. Untuk ini alangkah
bijaksananya jika kita ingin membangun ruang belajar berkonsultasi terlebih
dahulu pada ahlinya.
f. Hambatan Pengelola Kelas
Hampir semua pendidik dan pengajar ingin kelas yang di pegangnya
lancar dan tidak ada hambatan namun sadarkah kita jika terkadang hambatan
itu datang dari kita sendiri berikut 6 indikator yang berasal dari diri guru itu
sendiri:
1. kontrol dan batasan siswa sangat ketat atau malah guru menerapkan
sedikit sekali kontrol guru tidak tegas dalam menjalankan peraturan kelas
cenderung menjadi teman bagi siswa.
2. lay out kelas tetap sama tidak mengubah letak tempat duduk siswa sesuai
dengan kegiatan pembelajaran.
3. siswa melanggar langsung di hukum guru tidak mau mendengarkan
alasan siswa keputusan semua berasal dari guru siswa kekurangan
motivasi karena aspirasinya tidak di dengar
4. komunikasi hanya satu arah kelas baru dianggap apabila sunyi saat guru
berbicara siswa mendengarkan saja siswa tidak berinisiatif karena siswa
tidak boleh berintrupsi siswa takut berkomunikasi dengan guru
5. tidak ada minat dan perhatian terhadap siswa, tidak perhatian pada siswa
terlalu memperhatikan emosi siswa dari pada kesuksesan pengelolaan
kelas tidak menerapkan kedisiplinan kepada siswa hanya memperhatikan
siswa jika mereka berbuat negatif tidak ada penghargaan yang sudah
berbuat positif.
6. tidak kreatif menggunakan materi setiap tahun tidak fariasi guru tidak
mempersiapkan kelasnya.
DAFTAR RUJUKAN

Mudasir. 2016. Manajemen Kelas. Pekanbaru : zanafa publishing

Anda mungkin juga menyukai