Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mekanika batuan adalah ilmu pengetahuan teoritik dan terapan yang
mempelajari tentang karakteristik, perilaku dan respon dari massa batuan akibat
perubahan keseimbangan medan gaya di sekitarnya, baik karena aktivitas
manusia maupun alamiah.
Mekanika batuan sebagai ilmu terapan menjadi suatu disiplin rekayasa
koheren dalamtiga setengah dekade terakhir. Bidang rekayasa pertambangan
sedah sejak kira kiradua dekade terakhir telah mulai mengambangkan teknik
tekniknya sendiri bardasarkan kaidah kaidah mekanika batuan dalam rancangan
dan pelaksanaan penggalian baik di permukaan maupun bawah permukaan.

1.2. Maksud dan Tujuan


1.2.1. Maksud
Maksud dari dilakukannya praktikum ini agar dapat mengetahui
bagaimana sifat – sifat fisik batuan
1.2.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
 Agar praktikan dapat megetahui sifat – sifat fisik batuan
 Agar praktikan dapat mengetahui cara menguji sifat – sifat fisik batuan
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Sifat Fisik Batuan


2.1.1. Porositas
Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume total
pori-pori batuan dengan volume total batuan per satuan volume tertentu, yang
jika dirumuskan :
Vp Vp Vb - Vgr
∅= = = x 100
Vb Vgr + Vgr Vb

Dimana :
∅ = Porositas absolute (total), fraksi (%)
Vp = Volume pori-pori, cc
Vb = Volume batuan (total), cc
Vgr = Volume butiran, cc
Porositas batuan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
 Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap
volume batuan total yang dinyatakan dalam persen, atau secara matematik
dapat ditulis sesuai persamaan sebagai berikut :
Volume Pori Total
∅= x 100
bulk volume

 Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling


berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume) yang dinyatakan
dalam persen.
Volume Pori yang berhubungan ρg - ρb
∅e = =
Volume total Batuan ρg - ρf
Dimana :
∅e = Porositas efektif, fraksi (%)
ρg = Densitas butiran, gr/cc
ρb = Densitas total, gr/cc
ρf = Densitas formasi, gr/cc
Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
 Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang
bersamaan dengan proses pengendapan berlangsung.
 Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses
pengendapan.
Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran
butir, susunan butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral pembentuk batuan.
Untuk pegangan dilapangan, ukuran porositas dapat dilihat pada berikut :
Tabel 2.1
Ukuran porositas dan kualitas
Porositas (%) Kualitas
0-5 Jelek Sekali
5 – 10 Jelek
10 – 15 Sedang
15 – 20 Baik
Diatas 20 Sangat baik

2.1.2. Permeabilitas ( k )
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran media berpori untuk
meloloskan/melewatkan fluida. Apabila media berporinya tidak saling
berhubungan maka batuan tersebut tidak mempunyai permeabilitas. Oleh karena
itu ada hubungan antara permeabilitas batuan dengan porositas efektif.
Sekitar tahun 1856, Henry Darcy seorang ahli hidrologi dari Prancis mempelajari
aliran air yang melewati suatu lapisan batu pasir. Hasil penemuannya
diformulasikan kedalam hukum aliran fluida dan diberi nama Hukum Darcy.
Dapat dilihat pada gambar dibawah :
Gambar 2.1
Skema penentuan Permeabilitas

Dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :


k .A dP
Q= x
μ dL
Dimana :
Q = laju alir fluida, cc/det
k = permeabilitas, darcy
μ = viskositas, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
A = luas penampang, cm2
Besaran permeabilitas satu darcy didefinisikan sebagai permeabilitas
yang melewatkan fluida dengan viskositas 1 centipoises dengan kecepatan alir 1
cc/det melalui suatu penampang dengan luas 1 cm2 dengan penurunan tekanan
1 atm/cm. Persamaan 4 Darcy berlaku pada kondisi :
1. Alirannya mantap (steady state)
2. Fluida yang mengalir satu fasa
3. Viskositas fluida yang mengalir konstan
4. Kondisi aliran isothermal
5. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal
6. Fluidanya incompressible
2.1.3. Klasifikasi Porositas
Di bawah ini adalah klasifikasi porositas secara umum didasarkan pada
genesa nya yaitu:
a. Porositas primer
 Interkristalin : Rongga diantara bidang belah kristal, rongga diantara individu
kristal dan rongga diantara lattice.
 Integranular dan Intervatikel : Rongga diantara butiran dan porositas tersebut
adalah yang dominan hadir pada kebanyakan reservoir hydrokarbon.
 Bidang perlapisan : Rongga pada kebanyakan reservoir terkonsentrasi secara
paralel terhadap bidang perlapisan dan perbedaan endapan sedimen ukuran
pertikal dan penyusunan dan lingkungan pengendapan menyebabkan rongga
pada bidang perlapisan.
Keseragaman rongga batuan sedimen :
1. rongga pori di hasilkan dari akumulasi fragmen detrikal berupa fosil.
2. rongga atau pori yang di hasilkan dari pengepakan oolite.
3. rongga atau pori yang di hasilkan rumah organisme pada saat
pengendapan.
b. Porositas sekunder
Porositas sekunder adalah hasil dari proses geologi ( geagenesa dan
kata genesa ) setlah proses pengendapan porositas sekunder dapat di bagi
berdasarkan proses geologi yang dominan.
 porositas oleh pelarutan ( solution porosity ) : pori yang di hasilkan dari proses
pelarutan oleh sirkulasi panas, sesar dan gua yang melebar oleh proses
pelarutan, pelarutan oleh aktivitas organisme dan lain lain.
 Porositas Rekahan ( fracture Porosity ) : dihasilkan oleh aktipitas tektonik
seperti perlipatan patahan, rekahan ini termasuk sesar, retakan dan hancuran.
 Porositas Sekunder yang lain seperti pitches, sandle reefs, dan falt yang
terbentuk akibat proses slimping lubang atau pori yang di hasilkan oleh
longsoran material sedimen dasar laut seperti breksi dan konglomerat yang di
hasilkan dari perpindahan gravitasi pada material dasar samudra setelah
sebagian terlitifikasi.
c. Porositas Mikro ( Microporosity )
Porositas mikro di definiskan sebagai porositas yang berasosiasi dengan
pori pori yang memiliki celah atau lubang lebih kecil dari 0,5 mikro. Porositas
mikro memang tidak umum dalam reservoir hydrocarbon dan asosiasi antara clay
dan porositas mikro berperan penting pada peningkatan porositas mikro denfan
berkurang nya ukuran butir pada penigkatan kandungan clay. Didalam kualitas
reservoir yang lebih baik pada batu pasir, paling sering berasosiasi dengan
authogenic clay dan pelarut seperti pori mikro pada rijang. Porositas mikro pada
umunya adalah di jenuhi air kecuali pada tekanan tekanan kapiler yang tinggi.
Porositas mikro merupakan porositas interagranular, yang dapat di
hasilkan oleh cangkang cangkang organik seperti cangkang foraminifera, adanya
cangkang foram yang cukup banyak pada batuan menghasilkan porositas yang
cukup banyak pada batuan menghasilkan porositas yang cukup besar.
2.1.4. Klasifikasi secara teknik
Pori batuan akan semakin tertutup atau terisolasi oleh proses diagenesa
dan katagenesa seperti sementasi dan kompaksi selama proses sedimentasi
dan litifikasi. Klasifikasi porositas secara teknik di bagi menjadi dua :
a. Porositas total ( absolute )
Yaitu perbandingan volume pori ( Vp ) dengan volume total batuan ( Vb )
meskipun pori tersebut berhubungan atau tidak, porositas absolut juga dapat
dapat di definisikan sebagai total pori yang saling berhubungan termasuk volume
pori yang di tempati oleh bound water tetapi tidak termasuk air struktural.
b. Porositas efektip
Yaitu perbandingan volume pori yang saling
berhubungan(interconnected) terhadap volume total pori, tidak termasuk bound
water tapi termasuk volume yang ditempati oleh air dan hidrokarbon.porositas
efektif dipengarui oleh tipe dan kandungan clay dalam batuan,pengepakan dan
sedimentasi,pelapukan dan pencucian dapat juga mempengaruhi
batuan.porositas efektif adalah nilai yang sering digunakan dalam semua
perhitungan dalam resevoir engineering.

2.2. Saturasi
Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang terisi
fluida formasi tertentu terhadap total volume pori-pori batuan yang terisi fluida
atau jumlah kejenuhan fluida dalam batuan reservoir per satuan volume pori.
Oleh karena didalam reservoir terdapat tiga jenis fluida, maka saturasi dibagi
menjadi tiga yaitu saturasi air (Sw), saturasi minyak (So) dan saturasi gas (Sg),
dimana secara matematis dapat ditulis :
Volume Pori yang diisi oleh air
Ssg =
Volume pori total

Volume Pori yang diisi oleh minyak


So =
Volume pori total

Volume Pori yang diisi gas


S𝑔 =
Volume pori total

Total saturasi fluida jika reservoir mengandung 3 jenis fluida :


Sw + So + Sg =1
Untuk sistem air - minyak, maka persamaan dapat disederhanakan
menjadi :
Sw + So = 1
Beberapa faktor yang mempengaruhi saturasi fluida reservoir adalah :
a. Ukuran dan distribusi pori-pori batuan.
b. Ketinggian diatas free water level.
c. Adanya perbedaan tekanan kapiler.
Didalam kenyataan, fluida reservoir tidak dapat diproduksi semuanya. Hal
ini disebabkan adanya saturasi minimum fluida yang tidak dapat diproduksi lagi
atau disebut dengan irreducible saturation sehingga berapa besarnya fluida yang
diproduksi dapat dihitung dalam bentuk saturasi dengan persamaan berikut :
St = 1-(Swi + Sgi + Soi )
Dimana :
St = saturasi total fluida terproduksi
Swi = saturasi air tersisa (ireducible)
Sgi = saturasi gas tersisa (ireducible)
Soi = saturasi minyak tersisa (ireducible)
2.3. Resistiviti
Batuan reservoir terdiri atas campuran mineral-mineral, fragmen dan pori-
pori. Padatan-padatan mineral tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik
kecuali mineral clay. Sifat kelistrikan batuan reservoir tergantung pada geometri
pori-pori batuan dan fluida yang mengisi pori. Minyak dan gas bersifat tidak
menghantarkan arus listrik sedangkan air bersifat menghantarkan arus listrik
apabila air melarutkan garam.
Arus listrik akan terhantarkan oleh air akibat adanya gerakan dari ion-ion
elektronik. Untuk menentukan apakah material didalam reservoir bersifat
menghantar arus listrik atau tidak maka digunakan parameter resistiviti. Resistiviti
didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu material untuk menghantarkan arus
listrik, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
r .A
ρ=
L
Dimana :
ρ = resistiviti fluida didalam batuan, ohm-m
r = tahanan, ohm
A = luas area konduktor, m2
L = panjang konduktor, m
Konsep dasar untuk mempelajari sifat kelistrikan batuan diformasi
digunakan konsep “faktor formasi” dari Archie yang didefinisikan :
Ro
F=
Rw

Dimana :
Ro = resistiviti batuan yang terisi minyak
Rw = resistiviti batuan yang terisi air

2.4. Wettabiliti
Wettabiliti didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk dibasahi
oleh fasa fluida atau kecenderungan dari suatu fluida untuk menyebar atau
melekat ke permukaan batuan. Sebuah cairan fluida akan bersifat membasahi
bila gaya adhesi antara batuan dan partikel cairan lebih besar dari pada gaya
kohesi antara partikel cairan itu sendiri. Tegangan adhesi merupakan fungsi
tegangan permukaan setiap fasa didalam batuan sehingga wettabiliti
berhubungan dengan sifat interaksi (gaya tarik menarik) antara batuan dengan
fasa fluidanya.
Dalam sistem reservoir digambarkan sebagai air dan minyak atau gas
yang terletak diantara matrik batuan.

Gambar 2.2
Kesetimbangan gaya – gaya pada batas air – minyak - padatan

Gambar diatas memperlihatkan sistem air-minyak yang kontak dengan


benda padat, dengan sudut kontak sebesar θ. Sudut kontak diukur antara fluida
yang lebih ringan terhadap fluida yang lebih berat, yang berharga 0o – 180o, yaitu
antara air dengan padatan, sehingga tegangan adhesi (AT) dapat dinyatakan
dengan persamaan :
AT = σso + σsw + σwo x cosθ
Dimana :
AT = tegangan adhesi, dyne/cm
σso = tegangan permukaan benda padat-minyak, dyne/cm
σsw = tegangan permukaan benda padat-air, dyne/cm
σwo = tegangan permukaan air-minyak, dyne/cm
θ = sudut kontak air-minyak
BAB III
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai