Anda di halaman 1dari 21

TUTORIAL ISOHYET DENGAN APLIKASI ARCGIS 10.

Dibuat oleh :

Nama : Dwiki Chandra Kurnia Sandi

NIM : 14/365319/GE/07819

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2018
TUTORIAL

POLYGON THIESSEN
1. Add data excel yang memiliki nama stasiun, koordinat, dan nilai curah hujan.
2. Klik kanan data excel dan pilih display XY data dan akan muncul tampilan sebagai
berikut. Isikan CH pada bagian Z field.

3. Klik kanan pada data excel, kemudian pilih data  export data  pilih lokasi
penyimpanan  OK
4. Pilih menu Search pada toolbar di sebelah kanan ArcGIS kemudian ketik Create
Thiessen Polygon untuk membuat Polygon Thiessen

5. Isikan input features dengan data titik yang telah berupa SHP  pilih output feature class
sebagai lokasi penyimpanan  pilih ALL pada output field  OK
6. Hasil polygon thiessen sebagai berikut.
ISOHYET
IDW

1. Add data SHP yang berupa titik dan add data shp batas provinsi DIY

2. Cari tool geostatistical wizard  pilih Inverse Distance Weighting


3. Pilih data SHP titik pada source dataset  pilih data fieldnya berupa curah hujan 
Finish  OK
4. Klik Next  Source ID  Root-Mean-Square
5. Klik kanan data IDW pada table of contents  pilih data  export to raster

6. Cari GA Layer To Grid  Isikan input geostatistical layer dengan IDW dan atur lokasi
penyimpanan
7. Kemudian klik kanan hasil GA Layer pada Table of Contents  properties  atur
simbology-nya
8. Pilih menu Search  ketik Contour  pilih contour 3D analyst, kemudian atur interval
konturnya
9. IDW dan kontur yang telah diberi label nilai kontur, kemudian di-extract by mask agar
menyesuaikan bentuk wilayah kajiannya
10. Clip kontur sesuai dengan wilayah kajian
11. Pilih menu search  calculate statistics
12. Pilih menu search  Reclassify
13. Pilih input raster dan tentukan output penyimpanan, kemudian save table  OK
14. Setelah itu, raster yang telah terbentuk diconvert ke polygon melalui tools raster to
polygon
15. Add data  infotabel (infotabel berasal dari save table pada tahap reclassify)
16. Klik kanan pada hasil raster to polygon  join and relates  join

17. Isikan infotabel pada poin nomor 2  OK


18. Klik kanan pada hasil raster to polygon  data  export data

19. Untuk mengetahui luas area di antara dua garis kontur, dapat dengan melakukan calculate
geometry pada atribute table

KRIGING (Langkah kerja sama dengan IDW)


1. Add data SHP yang berupa titik dan add data shp batas provinsi DIY
2. Cari tool geostatistical wizard  pilih Kriging/CoKriging
3. Pilih data SHP titik pada source dataset  pilih data fieldnya berupa curah hujan 
Finish  OK
4. Klik Next  Source ID  Root-Mean-Square
5. Klik kanan data Kriring pada table of contents  pilih data  export to raster
6. Cari GA Layer To Grid  Isikan input geostatistical layer dengan Kriging dan atur
lokasi penyimpanan
7. Kemudian klik kanan hasil GA Layer pada Table of Contents  properties  atur
simbology-nya
8. Pilih menu Search  ketik Contour  pilih contour 3D analyst, kemudian atur interval
konturnya
9. Kriging dan kontur yang telah diberi label nilai kontur, kemudian di-extract by mask agar
menyesuaikan bentuk wilayah kajiannya
10. Clip kontur sesuai dengan wilayah kajian
11. Pilih menu search  calculate statistics
12. Pilih menu search  Reclassify
13. Setelah itu, raster yang telah terbentuk diconvert ke polygon melalui tools raster to
polygon
14. Untuk mengetahui luas area di antara dua garis kontur, dapat dengan melakukan calculate
geometry pada atribute table

Anda mungkin juga menyukai