Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS SUMBERDAYA MANUSIA DAN EKONOMI

(GEL3003)
ANALISIS PERHITUNGAN KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN DENGAN
PERHITUNGAN LQ
KABUPATEN KULON PROGO

Disusun oleh :
El Mutia Intan Masitah 14/363631/GE/07718
Dwiki Chandra Kurnia Sandi 14/365319/GE/07819
Ikhwan Arbi Kurniawan 14/365873/GE/07841
Ivana Esterlita S. R. 14/369456/GE/07927

DEPARTEMEN GEOGRAFI LINGKUNGAN


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
I. LATAR BELAKANG

Laju pertumbuhan penduduk terus meningkat dan terjadi dengan waktu yang relatif
cepat. Adanya fenomena ini meningkatkan perdagangan yang terjadi pada saat ini.
Peningkatan perdagangan yang terjadi sebagai akibat dari bertambahnya permintaan
barang maupun jasa yang dibutuhkan oleh penduduk. Perputaran perdagangan yang
terjadi dengan intensitas besar pada akhirnya yang menjadi pendorong pertumbuhan
ekonomi di wilayah tersebut.

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi didukung oleh laju pertumbuhan penduduk yang
terus meningkat tiap tahunnya. Salah satu sektor usaha perekonomian yang meningkat
dengan cukup pesat, yaitu sektor usaha pertanian. Sektor ini meningkat karena
kebutuhan akan pangan maupun produk pertanian lainnya. Peningkatan tersebut
diakibatkan karena produk-produk dari sektor usaha pertanian termasuk dalam barang
kebutuhan primer.

Hal tersebut berarti bahwa dalam pemenuhannya harus dilakukan dan tidak dapat
digantikan oleh barang-barang hasil produksi dari sektor usaha lain. Hal tersebut pula
lah yang menjadikan sektor usaha pertanian memiliki kontribusi yang cukup besar
pada PDRB atau produk domestik regional bruto di wilayah tersebut. Besarnya
kontribusi dapat diukur berdasarkan atas potensi dari sektor usaha tersebut untuk
dikembangkan. Pengembangan sektor usaha tidak terlepas dari kemampuan dari
sektor usaha tersebut untuk dapat menopang berbagai macam kegiatan ekonomi yang
berada di wilayah tersebut.

Kemampuan tersebut termasuk dapat mendukung dari sektor usaha lain yang terdapat
di wilayah tersebut. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk menilai
kemampuan sektor usaha ekonomi dengan menggunakan metode location quotient
atau lebih dikenal sebagai metode LQ. Metode tersebut dilakukan dengan mengukur
sektor usaha perekonomian dengan menggolongkannya kedalam sektor basis dan
sektor non basis.

II. METODOLOGI

Analisis Location Quotient (LQ)merupakan suatu teknik untuk


mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi andalan (basis) yang potensial untuk
dikembangkan. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang
dimiliki suatu daerah yaitu sektor-sektor mana yang merupakan sektor basis (basic
sektor) dan sektor mana yang bukan sektor basis (non basic sektor). Pada dasarnya
teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan satu sektor antara
daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih
luas. (Nindhitya,2013).

Menurut Widodo (2006) Dasar Location Quotient (LQ) adalah teori basis
ekonomi yang intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang-barang dan
jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan
keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah. Secara umum metode
analisis LQ dapat diformulasikan sebagai berikut :

LQ = (Vik/Vk) / (Vip/Vp)

Keterangan: Vik : Nilai output (PDRB) sektor i daerah studi k (kabupaten/kota


misalnya) dalam pembentukan Produk Domestik Regional Riil (PDRR) daerah studi
k. Vk : Produk Domestik Regional Bruto total semua sector di daerah studi k Vip :
Nilai output (PDRB) sektor i daerah referensi p (provinsi misalnya) dalam
pembentukan PDRB daerah referensi p. Vp : Produk Domestik Regional Bruto total
semua sector di daerah referensi p.

Berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient (LQ), dapat diketahui


konsentrasi suatu kegiatan pada suatu wilayah dengan kriteria sebagai berikut: 1.
Nilai LQ di sector i=1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di daerah studi k
adalah sama dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dalam perekonomian daerah
referensi p; 2. Nilai LQ di sector lebih besar dari 1. Ini berarti bahwa laju
pertumbuhan sektor i di daerah studi k adalah lebih besar dibandingkan dengan laju
pertumbuhan sektor yang sama dalam perekonomian daerah referensi p. Dengan
demikian, sektor i merupakan sektor unggulan daerah studi k sekaligus merupakan
basis ekonomi untuk dikembangkan lebih lanjut oleh daerah studi k; dan 3. Nilai LQ
di sector lebih kecil dari 1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di daerah studi
k adalah lebih kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dalam
perekonomian daerah referensi p. Dengan demikian, sektor i bukan merupakan sektor
unggulan daerah studi k dan bukan merupakan basis ekonomi serta tidak propektif
untuk dikembangkan lebih lanjut oleh daerah studi k.
III. DIAGRAM ALIR

DATA PUBLIKASI BADAN


PUSAT STATISTIK TAHUN
2011-2015

DATA PDRB KABUPATEN DATA PDRB PROVINSI


KULON PROGO TAHUN DAERAH ISTIMEWA
2011-2015 YOGYAKARTA TAHUN 2011-
2015

PERHITUNGAN LOCATION
QUOTIENT

MEMBAGI PDRB KAB KULON


PROGO DENGAN PROV DIY PADA
SEKTOR USAHA DAN TAHUN SAMA

MEMBANDINGKAN HASIL
DENGAN INDEKS LQ YAITU 1

JIKA LEBIH DARI 1 JIKA KURANG DARI 1

SEKTOR PERTANIAN SEKTOR PERTANIAN


BASIS NON BASIS
IV. PEMBAHASAN
Pertanian, kehutanan, dan perikanan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan 2010


Kabupaten Kulon Progo menunjukkan hasil tertinggi dari tahun 2011 sampai tahun
2015 untuk lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan. Hasil tertinggi dalam
rentang periode waktu tersebut ialah pada tahun 2015, nilai PDRB untuk lapangan
usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan mencapai Rp 1.143.120,- dan mencapai
persentase 36% dari total PDRB seluruh lapangan usaha pada tahun 2015 dan terlihat
pada Grafik 1. Nilai terendah untuk lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan
perikanan dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp 1.047.680,- namun masih
memiliki persentase yang sama dengan tahun 2015 yaitu sebesar 36% dari total
PDRB seluruh sektor lapangan usaha tahun 2011. Kenaikan nilai PDRB lapangan
usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan terus dialami dari tahun 2011 hingga tahun
2015. Kenaikan tersebut dapat terlihat pada Grafik 2, pemicu kenaikan tersebut dapat
dikarenakan oleh semakin tingginya permintaan masyarakat dalam sektor lapangan
usaha tersebut, produk-produk pertanian, kehutanan, dan perikanan yang semakin
dibutuhkan membuat nilai permintaan semakin tinggi dan membuat nilai PDRB
semakin tinggi pula dan meningkatkan peluang untuk dikembangkannya sektor
tersebut dan dapat memanfaatkan kondisi pasar yang ada.

Grafik 1. Persentase PDRB Kulon Progo tahun 2015


Sumber: Data diolah dari PDRB, 2010

Grafik 2. PDRB Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2011 – 2015
Sumber: Data PDRB dengan harga konstan tahun 2010

Nilai PDRB tingkat provinsi juga menyatakan hal yang sama, nilai PDRB
Provinsi D.I.Yogyakarta menunjukkan nilai terbesar ada pada tahun 2015 dengan
nilai Rp 7.703.978.1,- dan mempunyai persentase sebesar 35% dari total PDRB
keseluruhan sektor lapangan usaha dan terlihat dari Grafik 3. Nilai terendah yang
dicapai oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan ialah pada tahun
2011 yaitu sebesar Rp 7.134.678.9,- dengan persentase sebesar 35% dari total PDRB
keseluruhan sektor, hal tersebut dapat terlihat dari Grafik 4, hal tersebut juga dipicu
oleh kenaikan permintaan pada sektor tersebut dan nilai jualnya di pasar yang sangat
tinggi karena untuk pemenuhan hidup sehari-hari.
Grafik 3. Persentase PDRB D.I.Y Tahun 2015

Sumber: Data diolah dari PDRB, 2010


Grafik 4. PDRB Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Provinsi D.I.Y
Tahun 2011 - 2015
Sumber: Data PDRB dengan harga konstan tahun 2010

Hasil PDRB yang di dapatkan akan digunakan untuk perhitungan LQ untuk


melihat sektor tersebut merupakan sektor lapangan basis atau tidak di Kabupaten
Kulon Progo. Hasil yang di dapatkan menunjukkan bahwa sektor tersebut bukan
menjadi sektor lapangan basis atau unggulan di Kabupaten Kulon Progo walaupun
memiliki nilai PDRB tertinggi. Nilai hasil perhitungan LQ tertinggi ialah tahun 2011
ialah sebesar 1, nilai tersebut menyatakan bahwa pada tahun 2011 sektor lapangan
usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi lapangan usaha sektor unggulan.
Unggulnya sektor lapangan usaha tersebut dikarenakan nilai PDRB yang tinggi dan
kemampuan daerah untuk memenuhi permintaan tersebut, dengan masih banyaknya
lahan usaha tersebut yang dapat menampung permintaan pasar. Menurunnya nilai
perhitungan LQ seperti yang terlihat pada Grafik 5 dapat dikarenakan oleh semakin
meningkatnya permintaan oleh pasar untuk sektor lapangan tersebut namun
ketidakmampuan daerah untuk memenuhi dikarenakan berkurangnya lahan usaha
tersebut atau berkurangnya tenaga kerja yang dapat memenuhi permintaan tersebut.

Grafik 5. Hasil Perhitungan LQ Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011 - 2015

Sumber: Data diolah, 2017

Pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian


Hasil yang didapatkan dari analisis data produk domestik regional bruto pada
Kabupaten Kulon Progo, sub sektor lapangan usaha dari sektor pertanian merupakan
sub sektor yang memiliki nilai kontribusi tertinggi terhadap PDRB selama periode
waktu 2011-2014. Sub sektor tersebut menunjukkan nilai pola kondisi fluktuatif
dengan kecenderungan peningkatan. Tahun 2013 menjadi tahun dimana kontribusi
pada sub sektor ini menjadi yang tertinggi diantara tahun-tahun lainnya, dengan nilai
kontribusi sebesar 79 % dari total keseluruhan produk sub sektor di tahun tersebut.

Sementara nilai terendah kontribusi pada sub sektor ini terjadi di tahun 2011,
hanya dengan persentase kontribusi sebesar 77 % dari total keseluruhan produk sub
sektor di tahun tersebut. Adanya pola kenaikan seiring waktu, dapat terjadi karena
adanya permintaan akan produk tersebut yang sangat besar dari pasar. Hal ini
menandakan bahwa pada sub sektor tersebut cukup berpotensi untuk dikembangkan,
melihat dari tinggi nya permintaan menandakan bahwa wilayah tersebut mampu
memanfaatkan kondisi pasar yang ada. Meskipun demikian tidak selalu dapat peluang
tersebut mampu ditangkap oleh tiap wilayahnya, hal ini disebabkan oleh adanya
faktor-faktor seperti tersedianya modal baik keuangan maupun tenaga kerja serta
kondisi lingkungan yang memungkinkan. Seperti yang ditunjukkan tabel 1 dan 2,
serta Grafik 1 berikut

Tabel 1.0 Produk Domestik Regional Bruto Berdasar Harga Konstan Tahun 2010 Provinsi D.I Yogyakarta (juta rupiah)
Lapangan usaha 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, kehutanan dan perikanan 7.134.678,9 7.500.782,2 7.670.026,2 7.508.980,3 7.703.978,1
pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian 6.241.690,4 6.588.236,9 6.741.414,9 6.539.528,2 6.703.079,0
tanaman pangan 2.682.412,3 2.796.754,6 2.808.220,7 2.760.023,5 2.874.734,0
tanaman hortikultural 1.858.047,5 2.060.482,9 2.178.313,5 1.944.550,6 1.929.981,5
tanaman perkebunan 193.833,5 198.374,8 208.138,8 209.146,1 201.222,5
peternakan 1.374.982,1 1.397.691,3 1.409.959,7 1.478.301,7 1.548.209,3
jasa pertanian dan perburuan 132.415,0 134.933,3 136.782,1 147.506,3 148.931,6
kehutanan dan penebangan kayu 661.122,1 654.157,9 657.699,9 680.932,8 700.236,9
perikanan 241.866,5 258.333,4 270.911,3 288.519,3 300.622,1
Sumber: Data Produk Domestik Regional Provinsi D.I Yogyakarta 2011-2015

Tabel 2.0 Produk Domestik Regional Bruto Berdasar Harga Konstan Tahun 2010 Kabupaten Kulon Progo (juta rupiah)
Lapangan usaha 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, kehutanan dan perikanan 1.047.680 1.104.310 1.131.360 1.120.170 1.143.120
pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian 806.980 867.220 890.440 873.910 889.580
tanaman pangan 241.140 254.680 256.060 257.610 267.890
tanaman hortikultural 207.060 241.040 256.330 226.650 227.590
tanaman perkebunan 106.420 108.030 113.510 114.270 109.850
peternakan 233.010 243.660 244.470 253.610 261.910
jasa pertanian dan perburuan 19.350 19.810 20.080 21.770 22.330
kehutanan dan penebangan kayu 193.200 185.150 185.730 188.680 193.140
perikanan 47.500 51.940 55.190 57.570 60.400
Sumber: Data Produk Domestik Regional Kabupaten Kulon Progo 2011-2015
Grafik 1. Diagran Lingkaran PDRB Kulon Progo Tahun 2013

Sumber: Data diolah

Hasil perhtungan dengan menggunakan metode location quotient (LQ) meski


pada tabel produk domestik regional Kabupaten Kulon Progo termasuk memiliki
kontribusi cukup besar, namun pada kenyataannya tidak mampu menjadi sektor basis
di wilayah tersebut. Hal ini dikarenakan pola nilai yang dihasilkan dari perhitungan
sekitar 0,90, atau masih dibawah 1. Selain terhadap kondisi permintaan yang terus
meningkat, hal-hal lain seperti tidak mampunya Kabupaten Kulon Progo dalam
memenuhi permintaan menyebabkan nilai LQ menjadi rendah. Ketidakmampuan
dapat dikaitkan dengan terbatasnya lahan usaha yang digunakan maupun sumberdaya
tenaga kerja yang berkompeten dibidangnya yang terbatas, sehingga dalam
pemenuhannya masih mengandalkan impor atau mengandalkan dari wilayah lainnya.
Seperti yang ditunjukkan tabel 3.0 berikut

Tabel 3.0 Hasil Perhitungan Locatio Quotient Kabupaten Kulon Progo


Lapangan usaha 2011 2012 2013 2014 2015
pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian 0,88 0,89 0,90 0,90 0,89
tanaman pangan 0,61 0,62 0,62 0,63 0,63
tanaman hortikultural 0,76 0,79 0,80 0,78 0,79
tanaman perkebunan 3,74 3,70 3,70 3,66 3,68
peternakan 1,15 1,18 1,18 1,15 1,14
jasa pertanian dan perburuan 1,00 1,00 1,00 0,99 1,01
kehutanan dan penebangan kayu 1,99 1,92 1,91 1,86 1,86
perikanan 1,34 1,37 1,38 1,34 1,35
Pertanian, kehutanan dan perikanan 1,00 0,95 0,93 0,95 0,93
Sumber: Data diolah
Tanaman Pangan

Hasil yang didapatkan untuk sub sektor tanaman pangan di Kabupaten Kulon
Progo menunjukkan bahwa sub sektor ini termasuk dua tertinggi yang berkontribusi
terhadap produk domestik regional bruto. Rerata kontribusi dari sub sektor ini sebesar
23%. Sementara pola yang terlihat cenderung semakin meningkat, dan tidak terlihat
adanya fluktuasi seperti hal nya pada sub sektor lapangan usaha dari sektor pertanian.

Kontribusi tertinggi dari sub sektor ini terjadi di tahun 2015, dimana
kontribusi sub sektor mencatatkan pada persentase sebesar 23,4 % dari total seluruh
produk sub sektor pada tahun tersebut. sementara kontribusi terendah tercatat pada
tahun 2011, dengan persentase sebesar 23% dari seluruh produk sub sektor pada tahun
tersebut. hal ini menandakan bahwa sub sektor ini cukup banyak memiliki permintaan
dari pasar. Seperti yang ditunjukkan tabel 1.1 dan 2.1 serta Grafik1 berikut

Grafik 1. Diagram lingakarn PDRB Kulon progo Tahun 2015

Sumber: Data diolah


Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Berdasar Harga Konstan Tahun 2010 Provinsi D.I Yogyakarta (juta rupiah)
Lapangan usaha 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, kehutanan dan perikanan 7.134.678,9 7.500.782,2 7.670.026,2 7.508.980,3 7.703.978,1
pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian 6.241.690,4 6.588.236,9 6.741.414,9 6.539.528,2 6.703.079,0
tanaman pangan 2.682.412,3 2.796.754,6 2.808.220,7 2.760.023,5 2.874.734,0
tanaman hortikultural 1.858.047,5 2.060.482,9 2.178.313,5 1.944.550,6 1.929.981,5
tanaman perkebunan 193.833,5 198.374,8 208.138,8 209.146,1 201.222,5
peternakan 1.374.982,1 1.397.691,3 1.409.959,7 1.478.301,7 1.548.209,3
jasa pertanian dan perburuan 132.415,0 134.933,3 136.782,1 147.506,3 148.931,6
kehutanan dan penebangan kayu 661.122,1 654.157,9 657.699,9 680.932,8 700.236,9
perikanan 241.866,5 258.333,4 270.911,3 288.519,3 300.622,1
Sumber: Data Produk Domestik Regional Provinsi D.I Yogyakarta 2011-2015

Tabel 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Berdasar Harga Konstan Tahun 2010 Kabupaten Kulon Progo (juta rupiah)
Lapangan usaha 2011 2012 2013 2014 2015
Pertanian, kehutanan dan perikanan 1.047.680 1.104.310 1.131.360 1.120.170 1.143.120
pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian 806.980 867.220 890.440 873.910 889.580
tanaman pangan 241.140 254.680 256.060 257.610 267.890
tanaman hortikultural 207.060 241.040 256.330 226.650 227.590
tanaman perkebunan 106.420 108.030 113.510 114.270 109.850
peternakan 233.010 243.660 244.470 253.610 261.910
jasa pertanian dan perburuan 19.350 19.810 20.080 21.770 22.330
kehutanan dan penebangan kayu 193.200 185.150 185.730 188.680 193.140
perikanan 47.500 51.940 55.190 57.570 60.400
Sumber: Data Produk Domestik Regional Kabupaten Kulon Progo 2011-2015

Sementara hasil yang diperoleh dari perhitungan metode LQ, diperoleh bahwa
pada sub sektor ini kontribusinya tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan
produk domestik regional bruto Kaabupaten Kulon Progo. Hal ini terlihat dari nilai
perhitungan yang memiliki nilai tengah sebesar 0,62. Hal ini menunjukkan bahwa
untuk sub sektor ini tidak termasuk dalam sektor basis yang mampu menjadi
penopang dan pemenuh kebutuhan domestiknya. Meski tidak sebaik sub sektor
sebelum, seperti yang ditunjukkan grafik garis berikut
Penentuan sub sektor tersebut tidak termasuk kedalam sektor basis,
berdasarkan atas membandingkan dengan ketetapan dari metode ini yang berada
kurang dari 1. Dengan demikian, maka sub sektor tanaman pangan yang terdapat di
Kabupaten Kulon Progo belum mampu memenuhi kebutuhan baik secara domestik
maupun kebutuhan dari luar wilayah. Perlu adanya kegiatan mendatangkan produk
terkait (impor) untuk memenuhi kebutuhan domestik yang tidak dapat terpenuhi oleh
kegiatan ekonomi khususnya untuk sub sektor tanaman pangan. Seperti yang
ditunjukkan tabel 3.1 berikut ini

Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Locatio Quotient Kabupaten Kulon Progo


Lapangan usaha 2011 2012 2013 2014 2015
pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian 0,88 0,89 0,90 0,90 0,89
tanaman pangan 0,61 0,62 0,62 0,63 0,63
tanaman hortikultural 0,76 0,79 0,80 0,78 0,79
tanaman perkebunan 3,74 3,70 3,70 3,66 3,68
peternakan 1,15 1,18 1,18 1,15 1,14
jasa pertanian dan perburuan 1,00 1,00 1,00 0,99 1,01
kehutanan dan penebangan kayu 1,99 1,92 1,91 1,86 1,86
perikanan 1,34 1,37 1,38 1,34 1,35
Pertanian, kehutanan dan perikanan 1,00 0,95 0,93 0,95 0,93
Sumber: Data diolah

Tidak memenuhinya sub sektor tanaman pangan, dapat dikarenakan beberapa


sebab. Salah satunya berupa kondisi fisik lingkungan yang terdapat di Kabupaten
Kulon Progo, yang memiliki topografi yang berbeda-beda. Tanaman pangan yang
dominan diusahakan berupa padi. Sementara padi memiliki syarat tumbuh berupa
wilayah yang cukup datar dengan pengairan yang baik, sedangkan tidak semua
wilayah di Kabupaten Kulon Progo memiliki topografi yang datar. Selain itu karena
morfologi beragam juga membuat wilayah di Kabupaten Kulon Progo membutuhkan
usaha lebih dalam penyediaan air bagi tanaman padi. Oleh karena itu untuk tanaman
pangan secara keseluruhan berdasarkan perhitungan metode LQ memiliki nilai
terendah.

Tanaman Hortikultural
Sektor tanaman hortuikultural di Kabupaten Kulon Progo memiliki
nilai LQ < 1 dari tahun 2011 hingga tahun 2015 yakni berkisar 0,76 – 0,80. Nilai LQ
< 1 merupakan sektor non-basis dimana komoditas tanaman hortikultural bukan
merupakan komoditas unggulan secara komparatif di Kabupaten Kulon Progo.
Meskipun tanaman hortikultural mulai banyak dikembangkan di beberapa kecamatan
tapi hasil produksi belum bisa memenuhi kebutuhan daerah Kabupaten Kulon Progo.
Hasil analisis LQ ini juga menunjukkan daerah Kabupaten Kulon Progo masih
membutuhkan pasokan dari luar daerah yang memiliki nilai LQ>1 di sektor tanaman
hortikultural. Untuk meningkatkan hasil produksi tanaman hortikultural sehingga
bisa menjadi sektor unggulan perlu dilakukan analisis keunggulan komparatif dan
mengidentifikasi penyebab tidak unggulnya tanaman hortikultural. Tanaman seperti
tanaman buah-buahan seperto melon, manggis, dan rambutan perlu dikembankan agar
dapat menjadi sektor unggulan pula apabila lahan yang tersedia memiliki daya
dukung yang cocok untuk tanaman tersebut. Hasil LQ tahun 2011 hingga tahun 2015
ditunjukkan oleh Tabel 1 dan Grafik 1.

Tabel 1. Perhitungan LQ Tahun 2011 – 2015 kabupaten Kulon Progo

Tanaman Hortikultural 0.76 0.79 0.80 0.78 0.79


Sumber: data diolah dari PDRB, 2017

Grafik 1. Hasil Perhitungan LQ Lapangan Usaha tanaman Hortikultural


Kabupaten Kulon Progo tahun 2011 – 2015 (Sumber: data iolah, 2017)

Tanaman Perkebunan
Sektor perkebunan di Kabupaten Kulon Progo merupakan sektor unggulan
dimana hasil produksi komoditas ini sudah dapat mencukupi kebutuhan di daerah
Kulon Progo dan mampu untuk memenuhi kebutuhan untuk daerah lain juga. Hal ini
di buktikan dari hasil analisis nilai LQ yang lebih besar dari 1, artinya tanaman
perkebunan merupakan sektor basis. Hasil analisis LQ menunjukkan nilai yang
semakin menurun dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Meskipun mengalami
penurunan, namun tanaman perkebunan tetap menjadi sektor unggulan pertama
dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal tersebut ditunjukkan oleh Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Perhitungan LQ Tahun 2011 – 2015 (Sumber: data diolah, 2017)

Tanaman Perkebunan 3.74 3.70 3.70 3.66 3.68

Berdasarkan analisis komparatif, daerah Kabupaten Kulon Progo memiliki


karakteristik lahan yang cocok untuk tanaman perkebunan. Beberapa jenis tanaman
perkebunan unggulan seperti perkebunan cengkeh, sengon, kopi, dan yang paling
dominan adalah perkebunan teh. Setelah mengetahui bahwa tanaman perkebunan
merupakan salah satu komoditas unggulan maka laju pertumbuhan ekonomi di sektor
perkebunan akan meningkat. Pengembangan di sektor tanaman perkebunan yang
merupakan sektor unggulan sangat diperlukan. Peningkatan kemampuan SDM dalam
mengelola komoditi dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan dan sosialisasi.
Selain itu dukungan dari pemerintah daerah dan bantuan teknologi yang dapat
meningkatkan hasil produksi dapat menjadikan hasil produksi sektor unggulan
meningkat dari tahun ke tahun. Adanya sektor unggulan tanaman perkebunan
menjadikan laju perekonomian di daerah Kabupaten Kulon Progo meningkat di sektor
tersebut dan memberi kesejahteraan pada petani. Hasil trend perhitungan LQ terlihat
dari grafik 1.
Grafik 1. Hasil Perhitungan LQ Lapangan Usaha Tanaman Perkebunan
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011 - 2015

Sumber: data diolah, 2017


Peternakan
Hasil PDRB Kabupaten Kulon Progo untuk sektor lapangan usaha peternakan
juga mengalami kenaikan setiap tahunnya yang menandakan permintaan sektor
tersebut semakin meningkat, hal tersebut dapat terlihat dari Grafik 1, nilai PDRB untuk
peternakan terbesar ada pada tahun 2015 dengan nilai PDRB sebesar Rp 261.910,- dan
memiliki persentase sebesar 8.25% dari total keseluruhan sektor lapangan usaha.
Persentase tersebut menunjukkan bahwa menurut nilai PDRB lapangan usaha
peternakan tidak unggul atau tidak memiliki nilai PDRB yang tinggi bila dibandingkan
dengan lapangan usaha lainnya. Nilai PDRB terkecil lapangan usaha pertanian ialah
tahun 2011 dengan nilai sebesar Rp 233.010,- dengan persentase 8% dari total
keseluruhan lapangan usaha.
Grafik 1. PDRB Lapangan Usaha Peternakan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011 - 2015

Sumber: Data PDRB dengan harga konstan tahun 2010

Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh nilai PDRB Provinsi yang menunjuukan
bahwa adanya peningkatan nilai PDRB lapangan usaha peternakan dari tahun 2011
hingga tahun 2015 dan di gambarkan oleh Grafik 2. Peningkatan yang terjadi
dikarenakan oleh peningkatan permintaan masyarakat untuk sektor peternakan,
meningkatnya permintaan tersebut akan meningkatkan juga nilai PDRB dan dapat
dimanfaatkan oleh pasar untuk meningkatkan hasil dan mengambil peluang tersebut.
Peningkatan dari permintaan pasar tersebut juga dapat digunakan oleh pekerja dalam
sektor peternakan untuk mengambil peluang dengan menambah usahanya sehingga
keuntungan dapat diperoleh secara besar-besaran, dan akan menjadikan produk
peternakan menjadi produk unggul sehingga tidak perlu adanya impor barang dari luar
daerah. Hasil terbesar dari nilai PDRB provinsi ialah pada tahun 2015 sebesar Rp
1.548.209.3,- dengan persentase sebesar 7% dari total keseluruhan lapangan usaha,
hasil tersebut walaupun merupakan nilai terbesart antara tahun 2011-2015 namun
tetap memiliki nilai kecil pada total keseluruhan PDRB lapangan usaha, dikarenakan
permintaan terhadapt peternakan kalah dibandingkan oleh permintaan sektor
pertanian. Nilai terendah yang dicapai oleh sektor peternakan tingkat provinsi ialah
tahun 2011 dengan nilai PDRb sebesar Rp 1.374.982.1,- dengan persentase sebesar
6.7% dari total keseluruhan PDRB lapangan usaha.

Grafik 2. PDRB Lapangan Usaha Peternakan Provinsi D.I.Y Tahun 2011 - 2015
Sumber: Data PDRB dengan harga konstan tahun 2010

Hasil PDRB kabupaten dan provinsi akan digunakan dalam perhitungan LQ


lapangan usaha peternakan sehingga didapatkan nilai yang menunjukkan lapangan
usaha peternakan merupakan produk unggul atau tidak di Kabupaten Kulon Progo.
Hasil perhitungan menunjukkan lapangan usaha sektor peternakan sebagai produk
basis atau unggul, dikarenakan nilai yang di dapat dari perhitungan dari tahun 2011
hingga tahun 2015 menunjukkan nilai diatas 1, yang menyatakan bahwa produk
tersebut merupakan produk basis atau unggul di daerah Kulon Progo. Trend nilai
perhitungan LQ tahun 2011 sampai tahun 2015 dinyatakan oleh Grafik 3. Produk sektor
peternakan walaupun memiliki nilai permintaan dan nilai PDRB yang rendah namun
menjadikan produk tersebut menjadi produk unggulan dikarenakan permintaan yang
tidka terlalu banyak namun lahan usaha dan pekerja yang ada dapat menutupi
permintaan tersebut, banyaknya lahan usaha peternakan di Kulon Progo membuat
banyaknya masyarakat yang bekerja di sektor tersebut sehungga seluruh permintaan
dapat terpenuhi dan tidak memerlukan bantuan atau impor dari luar wilayah. Hasil
tersebut menyatakan bahwa perlu adanya pengembangan dan pemanfaatan hasil yang
ada, hasil yang melimpah dan kemampuan wilayah memenuhu permintaan dapat
digunakan untuk menjadikan sektor peternakan semakin unggul dan menjadi produk
unggulan dan membuat produk tersebut menajdi bahan impor dan akan semakin
menguntungkan daerah Kulon Progo. Hasil perhitungan LQ tersebsar pada tahun 2012
yaitu mencapai 1.184.

Grafik 3. Hasil Perhitungan LQ Lapangan Usaha Peternakan Kabupaten Kulon


Progo Tahun 2011 - 2015
Sumber: Data diolah, 2017

Jasa Pertanian dan Perburuan


Hasil PDRB Kabupaten Kulon Progo untuk sektor lapangan usaha jasa pertanian
dan peternakan menunjukkan hasil yang terus mengalami peningkatan dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2015. Kenaikan PDRB tersebut dapat dikarenakan oleh
meningkatnya ppermintaan pasar akan produk jasa pertanian dan perburuan,
peningkatan tersebut terlihat dari Grafik 1. Nilai tertinggi PDRB untuk sektor lapangan
usaha jasa pertanian dan perburuan ialah di tahun 2015 sebesar Rp 22.330,- dengan
persentase sebesar 0.7% dari total PDRB Kulon Progo pada seluruh sektor lapangan
usaha. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jasa pertanian dan perburuan pada urutan
rendah dalam tingkatan PDRB secara keseluruhan, hal tersebut juga berarti permintaan
produk jasa poertanian dan perburuan lebih sedikit dibandingkan oleh sektor lainnya
seperti sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan serta sektor peternakan. Nilai
terendah PDRB untuk sektor usaha ini ialah di tahun 2011 dengan Rp 19.350,- dengan
persentase sebesar 0.67% dari total keseluruhan PDRB lapangan usaha.
Grafik 1. PDRB Lapangan Usaha Jasa Pertanian dan Perburuan Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2011 - 2015

Sumber: Data PDRB dengan harga konstan tahun 2010

Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh hasil PDRB tingkat provinsi, yaitu
peningkatan dati tahun 2011 hingga tahun 2015. Kenaikan tersebut dapat dikarenakan
oleh berbagai faktor seperti peningkatan permintaan dalam sektor tersebut, trend
kenaikan nilai PDRB tahun 2011 hingga tahun 2015 dapat terlihat dari Grafik 2. Nilai
PDRB tersbesar pada tahun 2015 yaitu Rp 148.931.6,- dengan persentase sebesar
0.67% dari total PDRB seluruh lapangan usaha, sedangkan nilai terendahnya ialah tahun
2011 yaitu sebesar Rp 132.145.0,- dengan persentase sebesar 0.64% dari total PDRB
seluruh lapangan usaha. Peningkatan tersebut dapat dimanfaatkan oleh pasar untuk
menjadikan produk ini menjadi produk unggulan di daerah Kulon Progo.

Grafik 2. PDRB Lapangan Usaha Jasa Pertanian dan Perburuan Provinsi D.I.Y
Tahun 2011 - 2015
Sumber: Data PDRB dengan harga konstan tahun 2010

Hasil PDRB baik kabupaten maupun provinsi dapat digunakan untuk


perhitungan nilai LQ yang akan menyatakan produk jasa pertanian da perburuan masuk
dalam produk unggulan di kabupaten ini atau tidak. Nilai hasil perhitungan di atas 1
akan menyatajan bahwa produk ini sebagai produk basis atau produk unggulan di kulon
Progo. Hasil dari perhitungan menyatakan bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2014
produk ini tidak menjadi produk unggul di Kabupaten Kulon Progo karena hasil
perhitungan menunjukkan hasil di bawah nilai 1, namun di tahun 2015 peningkatan
sangat terlihat yang menjadikan nilai yang didapatkan dari perhitungan ialah diaats 1
yaitu sebesar 1.010 yang membuat tahun 2015 produk ini menjai produk unggulan.
Trend kenaikan nilai LQ dapat terlihat dari Grafik 3, kenaikan ini dapat dikarenakan
oleh semakin meningkatnya permintaan dan masyarakat memanfaatkan hal tersebut
dengan semakin banyaknya lahan usaha dalam sektor jasa pertanian dan perburuan,
yang membuat semakin lama permintaan pasar akan semakin terpenuhi dan produk
tersebut menjadi produk unggulan atau produk basis, pemanfaatan sangat
dimaksimalkan oleh masyarakat dan menjadikan produk basis ini semakin meningkat
dan semakin lama dapat memenuhi semua permintaan bahkan dapat juga
dikembangkan sehingga tidak memerlukan impor barang dari luar daerah dan justru
akan mengekspor barang ke luar daerah dan akan memajukan perekonomian daerah
Kulon Progo.

Grafik 3. Hasil Perhitungan LQ Lapangan Usaha Jasa Pertanian dan Perburuan


Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011 - 2015
Sumber: Data diolah, 2017

Kehutanan dan Penebangan Kayu serta Perikanan


Sektor kehutanan dan penebangan kayu di Kabupaten Kulon Progo dari tahun
2011 hingga tahun 2015 memiliki nilai LQ berkisar antara 1,86 hingga 1,99. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor kehutanan dan penebangan kayu di Kabupaten Kulon Progo
merupakan sektor basis karena nilai LQ lebih dari 1 dan menjadi sektor unggulan secara
komparatif. Sektor ini sudah dapat memenuhi kebutuhan sendiri di Kabupaten Kulon
Progo dan dapat mengirim ke luar daerah serta menjadi sektor penggerak ekonomi
daerah. Namun jika dilihat dari pola nilai LQ dari tahun 2011 hingga 2015, nilai LQ
sektor kehutanan dan penebangan kayu di Kabupaten Kulon Progo mengalami
penurunan namun tidak signifikan sehingga masih dapat ditoleransi dan tidak terlalu
berdampak terhadap laju perekonomian di Kabupaten Kulon Progo. Sektor kehutanan
dan penebangan kayu di Kabupaten Kulon Progo mengalami penurunan namun tetap
menjadi sektor basis dengan nilai LQ di akhir tahun sebesar 1,86. Sektor kehutanan dan
penebangan kayu di Kabupaten Kulon Progo menjadi sektor basis karena didukung oleh
lahan kehutanan yang luas, potensi kawasan ekowisata yang tinggi, dan potensi
produktivitas hasil hutan yang tinggi pula. Sektor kehutanan dan penebangan kayu di
Kabupaten Kulon Progo ini memiliki kelemahan yaitu pengelolaan kawasan ekowisata
yangmasih belum optimal, rendahnya kualitas hasil hutan, benyaknya lahan kritis dan
pelaksanaan konservasi yang belum optimal, serta ancaman alih fungsi lahan.
Pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta harus bekerja sana untuk menguatkan dan
meningkatkan dalam pengembangan ekowisata, rehabilitasi lahan kritis dengan
konservasi, dan pengelolaan hutan yang professional sehingga dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.
Sektor perikanan di Kabupaten Kulon Progo merupakan sektor basis karena
memiliki nilai LQ lebih dari 1 dan menjadi sektor unggulan secara komparatif . Nilai LQ
sektor perikanan di Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2011 hingga tahun 2015
mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2011, nilai LQ sektor perikanan
Kabupaten Kulon Progo sebesar 1,34 dan mengalami peningkatan hingga tahun 2013
menjadi 1,38. Namun pada tahun 2015 nilai LQ sektor pertanian menurun hingga
menjadi 1,35. Peningkatan dan penurunan nilai LQ di Kabupaten Kulon Progo ini tidak
terlalu signifikan sehingga sektor perikanan tetap menjadi sektor basis dan penggerak
ekonomi masyarakat Kulon Progo. Sektor perikanan di Kabupaten Kulon Progo menjadi
sektor basis dikarenakan minat petani untuk membudidayakan terutama budidaya
kolam dan budidayan keramba apung semakin meningkat. Hal tersebut didukung oleh
kondisi geografis Kabupaten Kulon Progo yang memiliki sumber air mata air yang
berlimpah sehingga memungkinakn pengembangan sektor perikanan ini terutama di
bidang perikanan air tawar. Dinas Perikanan Kabupaten Kulon Progo melalui usahanya
untuk mensosialisasikan teknologi pembuatan pakan ikan secara mandiri dengan bahan
yang tersedia di lapangan sehingga biaya produksi dalam pakan dapat lebih murah. Hal
ini mendukung sebagian besar petani ikan air tawar Kabupaten Kulon Progo untuk
dapat secara maksimal dalam mengusahakan. Nilai hasil perhitungan LQ ditunjukkan
oleh Tabel 1, Grafik 1, dan Grafik 2.
Tabel 1. Hasil Perhitungan LQ Tahun 2011 - 2015 (Sumber: data diolah, 2017)

kehutanan dan penebangan kayu 1,99 1,92 1,91 1,86 1,86


perikanan 1,34 1,37 1,38 1,34 1,35

Grafik 1. Hasil Perhitungan LQ Lapangan Usaha Kehutanan dan Penebangan Kayu


Kabupaten Kulon progo Tahun 2011 - 2015
Sumber: data diolah, 2017
Grafik 2. Hasil Perhitungan LQ Lapangan Usaha Perikanan Kabupaten Kulon progo
Tahun 2011 - 2015

Sumber: Data diolah, 2017


Daftar pustaka
Nindhitya, Oki R. Pemetaan Sub-Sub Sektor Pertanian Dalam Rangka Pengembangan
Perekonomian Daerah Kabupaten Wonosobo. Economics Development Analysis Journal
Vol .2 . No .1 . Semarang: Unnes.
Widodo, Tri, 2006. Perencanaan Pembangunan; Aplikasi Komputer (Era Otonomi
Daerah). UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai