Anda di halaman 1dari 8

Kelas

TPS 3
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH
PEMBUATAN MOL DAN PUPUK KOMPOS

Nama Praktikum NIM Tanggal Tanda Tangan


Kumpul Praktikan Instruktur
1. Adlu adil saleh 201611003 19 Oktober
2018

Nama Penilai Nilai


Nina Veronika, S.T., M.Sc.

PROGRAM STUDY TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT

POLITEKNIK KAMPAR

2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan luas kebun kelapa sawit juga berdampak pada limbah batang
sawit yang dihasilkan. Massa produktivitas pohon kelapa sawit yang hanya
selama 30 tahun membutuhkan peremajaan. Peremajaan sawit mulai tahun 2006-
2010 diperkirakan 200.000 ha dengan limbah biomassa 220 m3/ha. Limbah batang
pohon sawit yang dihasilkan dari peremajaan dapat menimbulkan permasalahan
bagi petani, karena limbah yang dibiarkan merupakan sarang hama dan penyakit
yang menimbulkan gangguan bagi tanaman muda.
Biomassa batang sawit dari hasil regenerasi tersebut merupakan massa
terbesar yang belum dimanfaatkan untuk menjadi salah satu sumber daya manusia
yang bernilai tinggi. Biomassa batang sawit dapat menjadi sumber daya manusia
berupa pupuk yang dibuat dengan metode pengomposan. Pengomposan adalah
proses penguraian bahan organik secara biologis, khususnya oleh mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah
mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk
lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang,
mengatur aerasi, dan penambahan dekomposer pengomposan.
Penambahan dekomposer pengomposan yang digunakan untuk
mempercepat proses pengomposan yaitu mikroorganisme lokal (MOL). MOL
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari bonggol pisang yang memiliki
mikrobia pengurai bahan organik antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., dan
Aspergillus nigger

KOMPOS
Kompos berasal dari sisa bahan organik, baik dari tanaman, hewan, dan
limbah organik yang telah mengalami dekomposisi. Pupuk kandang dan pupuk
hijau merupakan bagian dari kompos. Jenis tanaman yang sering digunakan
sebagai kompos diantaranya adalah jerami, sekam padi, pelepah pisang, sisa
tanaman jagung dan sabut kelapa. Sementara itu bahan dari hewan yang sering
digunakan diantaranya kotoran ternak, urin, pakan ternak yang terbuang dan
cairan biogas (Hadisuwito, 2012).
Pembuatan kompos pada prinsipnya bisa dilakukan dengan cara
membiarkan bahan organik hingga melapuk atau menambahkan dekomposer
untuk mempercepat proses pengomposan. Pengomposan merupakan proses
perombakan (dekomposisi) dan stabilisasi bahan organik oleh mikroorganisme
dalam keadaan lingkungan terkendali dengan proses akhir humus atau kompos.
Proses pengomposan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: imbangan C/N
bahan organik, ukuran bahan, kekuatan struktur bahan baku, kelembaban, aerasi,
dan jenis mikroorganisme yang terlibat.

Proses pengomposan merupakan proses biokimia sehingga setiap faktor


yang mempengaruhi mikroorganisme tanah akan mempengaruhi laju dekomposisi
tersebut. Dekomposisi bahan organik (bahan baku kompos) tergantung dari
beberapa faktor. Kompos mempunyai sifat yang menguntungkan, yaitu
memperbaiki struktur tanah yang berlempung sehingga menjadi ringan,
memperbesar daya ikat air pada tanah, memperbaiki drainase dan tata udara dalam
tanah, memperbaiki daya ikat tanah terhadap zat hara, mengandung hara yang
lengkap, walaupun jumlahnya sedikit (tergantung bahan pembuatnya), membantu
proses pelapukan bahan mineral, memberi ketersediaan bahan makanan bagi
mikroba, menurunkan aktifitas mikroorganisme yang merugikan

Bahan utama dalam pembuatan kompos adalah sebagai berikut:

 Sekam padi
Sekam padi terdiri dari bahan yang sangat ringan dengan struktur mikro-
berpori dan rata – rata memiliki densitas sekitar 0,150g/cm3. Sekam padi memiliki
kandungan unsur N sebesar 0,8% dan unsur P 0,2%. Proses karbonasi atau
pembakaran yang tidak sempurna memiliki dampak positif sebagai media tanam
untuk memperbaiki pertukaran udara dalam tanah menjadi lebih baik (Joko
samudro, 2016). Pembuatan pupuk kompos yang menggunakan campuran sekam
padi mempunyai keunggulan dalam porositas pada media tanam pot/polybag,
kesehatan tanaman dan keunggulan lainnya.
Manfaat yang diperoleh dari penggunaan sekam padi pada lahan
pertanian bervariasi dari satu tanah ke tanah lainnya. Manfaat serta efek yang
diketahui secara umum adalah (1) sekam padi dapat meningkatkan pH tanah dan
meningkatkan ketersediaan fosfor (P), (2) Penambahan sekam padi pada media
tanam atau tanah pertanian juga meningkatkan sistem aerasi/pertukaran udara
zona akar tanaman. Sekam padi berfungsi untuk mencegah terjadinya kepadatan
kompos sehingga meningkatkan sistem aerasi/pertukaran udara pengomposan.
Sekam padi juga berfungsi sebagai pelengkap sumber organik pada kompos
batang sawit
 Abu Boiler
Abu boiler adalah limbah padat pabrik kelapa sawit hasil dari sisa
pembakaran cangkang dan serat didalam mesin boiler. Pada umumnya setiap
pabrik kelapa sawit tidak memanfaatkan limbah padat ini. Abu boiler banyak
mengandung unsur hara yang sangat bermanfaat dan dapat diaplikasikan pada
tanaman sawit sebagai pupuk. Unsur hara yang terkandung didalam abu boiler
adalah N 0.58%, P2O5 0.792%, K2O 2.06%. Penambahan abu digunakan untuk
meningkatkan kandungan hara K. Abu boiler banyak digunakan untuk pembuatan
pupuk organik. Dibeberapa pabrik abu sisa pembakaran boiler ini tersedia cukup
melimpah. abu boiler berfungsi untuk menaikkan sifat keasaman pada pupuk
yang pada awalnya asam kemudian dinetralisir menjadi basa dengan bantuan
mikroorganisme dan meningkatkan kandungan hara K
 Serat jankos

Jankos adalah hasil samping dalam proses thresser dalam pengolahan kelapa
sawit, pada sebuah jankos kelapa sawit juga terdapat kandungan nutrisi yang
beragam. Berikut adalah daftar kandungan nutrisi yang terdapat pada jankos
kelapa sawit: (N) Nitrogen yang rata-rata nya hingga 0,9 persen, (P) phospor yang
rata-rata hingga 0,11 persen, (K2O) Kalium Potasium 2,40 persen, (MgO)
Magnesium, 0.17 persen (CaO) Kalsium hingga 0,27 persesn, Mangan, Khlor,
Boron, Zinc, Copper, dan Besi atau ferum.

Selain memiliki kandungan nutrisi yang telah disebutkan diatas, jankos kelapa
sawit juga memiliki tekstur yang berserat, dan serat inilah kemudian dijadikan
potensi untuk diolah menjadi bahan pembuatan kompos

 Kotoran sapi

Penggunaan kotoran sapi sebagai pupuk bukan hal baru lagi, penggunaan
kotoran sapi sebagai pupuk tanaman sangat disarankan karena kotoran sapi tidak
akan merusak kontruksi tanah. Kotoran sapi merupakan limbah dari hewan ternak
sapi yang memiliki kandungan unsur hara tinggi dan berguna untuk
perkembangan tanaman. Kotoran sapi mengandung serat yang cukup tinggi
diantaranya kandungan selulosa yang tinggi. Kandungan serat tersebut akan
meningkat ketika kotoran sapi bercampur dengan air urine sapi. Akan tetapi,
penggunaan kotoran sapi yang relatif masih segar tidak disarankan karna belum
mengalami fermentasi. Kandungan yang terdapat pada kotoran sapi diantaranya
adalah : Nitrogen yang berguna untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman,kadar
protein dalam tanah,aktivitas organisme dalam tanah. Fosfor yang berguna untuk
respirasi dan foto sintesis pada tanaman dan merangsang perkembangan akar, dan
Kalium yang berguna untuk meningkatkan kualitas buah pada tanaman

Mikro Organisme Lokal (MOL)


MOL atau Mikro Organisme Lokal adalah larutan hasil proses fermentasi
dari berbagai jenis bahan – bahan organik. Larutan MOL mengandung bakteri,
perangsang pertumbuhan, unsur hara mikro dan makro, dan sebagai agen hayati
pengendali hama dan penyakit tanaman. Dengan kandungan – kandungan tersebut
MOL dapat digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan sebagai fungisida
organik. Larutan MOL dapat dibuat dengan teknologi sederhana. MOL bisa dibuat
dengan memanfaatkan limbah rumah tangga atau tumbuhan. Bahan – bahan alami
yang biasa digunakan sebagai bahan dasar pembuatan MOL antara lain nasi basi,
buah nanas, bonggol pisang, jerami, gedebog pisang, sisa – sisa sayuran dan lain
sebagainya (Azzamy, 2015).
Bahan utama pembuatan larutan MOL terdiri dari 3 jenis komponen,
antara lain :
 Karbohidrat : leri (air cucian beras), gandum, nasi basi, kentang, singkong,
bonggol pisang.
 Glukosa : air kelapa, nira, cairan gula merah, tetes tebu atau cairan gula pasir.
 Sumber bakteri : kotoran hewan, keong mas, pepaya, tomat, urin sapi dan
sebagainya.
Keunggulan dan kelebihan MOL antara lain :
 Mengandung bermacam – macam unsur organik dan mikroba yang
bermanfaat bagi tanaman.
 Penggunaan MOL terbukti mampu memperbaiki kualitas tanah dan tanaman.

1.2 Tujuan
 Mengetahui proses pembuatan MOL
 Mengetahui proses pembuatan pupuk kompos
 Untuk mengurangi pupuk sintesis atau kimia.
BAB II
METODE PELAKSANAAN

2.1 Bahan dan alat


Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan pupuk kompos adalah
sebagai berikut:
 Janjangan kosong kelapa sawit 15 Kg
 Kotoran sapi 50 Kg
 Abu boiler 5 Kg
 sekam padi 10 Kg
Bahan yang digunakan untuk membuat MOL adalah sebagai berikut:
 Urine sapi 50 liter
 Air kelapa 50 liter
 Gula merah 5 Kg
 Bonggol pisang 72 Kg

Alat yang digunakan dalam pembuatan MOL dan Pupuk Kompos adalah
sebagai berikut:
 Parang dan cangkul
 Baskom
 Ember
 Timbangan
 Sekop
 Terpal
 Gayung
 Batang pengaduk MOL
2.2 Cara kerja

 Pembuatan MOL
 Pertama, limbah bonggol pisang dipotong menjadi bagian kecil dengan
berat sebanyak 72 kg dan masukkan kedalam drum plastik.
 Kedua, larutkan gula merah dengan air kelapa, dan masukkan kedalam
ember yang telah berisi bonggol pisang.
 Selanjutnya masukkan urine sapi kedalam ember plastik.
 Setelah semua bahan masuk kedalam ember, aduk semua bahan hingga
merata.
 Kemudian, tutup ember dengan penutup, usahakan jangan ada lubang
udara yang terdapat pada penutup ember. Biarkan selama ± 15 hari untuk
proses fermentasi.
 Terakhir, penutup ember dibuka setiap hari guna untuk menghilangkan gas
yang terdapat didalam ember dan juga untuk proses pengadukan.

 Pembuatan Kompos
 Pertama, siapkan semua bahan yang akan digunakan seperti jankos kelapa
sawit yang telah dihancurkan, sekam padi, kotoran sapi, dan abu boiler.
 Selanjutnya tuangkan bahan satu persatu sesuai dengan takaran yang telah
ditentukan.
 Lakukan pengadukan bahan hingga homogen.
 Selanjutnya tutup dengan terpal, agar terjadi reaksi anaerob.
 Setelah itu lakukan pengadukan satu kali setiap hari selama waktu yang
ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai