Modul Ii
Modul Ii
Modul Ii
TAMBANG
Metode Penambangan
Menurut BA Kennedi dalam buku Surface Mining 2nd Edition, sistem tambang
terbuka ialah sistem penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas
penambangannya dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi dan
tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar. Secara garis besar
tambang terbuka ada empat jenis, yaitu : Open pit/open cast/open mine/open cut,
Kuari (quarry), Strip Mine, dan Alluvial Mine. Namun Jenis sistem penambangan
yang sering dipakai oelh perusahaan adalah Open Pit,
Disebut open pit apabila penambangannya dilakukan dari permukaan yang
relatif mendatar menuju kearah bawah dimana endapan bijih berada. Sedangkan open
cast/open cut/open mine apabila penggalian endapan bijih dilakukan pada suatu
lereng bukit.
Tambang terbuka (open pit mining) pada batubara bertujuan untuk mengambil
endapan batubara dan akan dibiarkan tetap terbuka (tidak ditimbun kembali) selama
pengambilan batubara masih berlangsung. Untuk mencapai endapan batubara yang
umumnya terletak di kedalaman, diperlukan pengupasan tanah/batuan penutup dalam
jumlah yang besar.
Secara umum, tambang terbuka dinilai lebih menguntungkan dibanding metode
tambang bawah tanah dalam hal recovery.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk memilih cara penambangan
adalah :
a. Keadaan endapan bahan galian (ukuran, bentuk, kemiringan, kedalaman,
penyebaran kadar endapan dan lain-lain).
b. Sifat fisik dan kimia endapan bahan galian.
c. Keadaan topografi dan morfologinya.
d. Keadaan geologi daerah.
e. Kemungkinan proses pengolahannya.
f. Kemungkinan perluasan produksi dan mekanisasi.
g. Cara reklamasi daerah bekas penambangan.
Sifat Fisik Material
Earth Moved adalah salah satu bidang ilmu teknik yang mempelajari
pemindahan tanah. Dalam perkembangan berikutnya terutama di bidang
pertambangan pemindahan tanah didalamnya termasuk : material yang terletak
diatasnya : vegetasi, top soil dan lain sebagainya. (Prodjosumanto, P., 1993.
Pemindahan Tanah Mekanis: ITB)
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan alat dalam pekerjaan ini
adalah sifat fisik tanah atau batuan, yaitu : (Prodjosumanto, P., 1993. Pemindahan
Tanah Mekanis: ITB)
a) Pengembangan dan penciutan material
b) Massa jenis material
c) Kohesivitas material
d) Bentuk material
e) Kekerasan material
f) Daya dukung tanah
C. Kohesivitas
Kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan saling mengikat
diantara butiran material. Material dengan kohesivitas stinggi akan mudah
menggunung atau munjung (heaped) dan material pasir mempunyai nilai kohesivitas
berbeda dengan material lempung.
Material dengan kohesivitas tinggi ditunjukkan secara visual dengan ciri mudah
menggunung, contoh : material pasir (sand). Sedangkan lempung (clay) sebaliknya
mempunyai kohesivitas rendah, sehingga cenderung rata (struck) bila menempati
suatu ruang, misal mangkok/bucket.
D. Bentuk Material
Perubahan bentuk material terjadi akibat adanya gangguan fisik dari luar.
Perubahan bentuk ini berpengaruh terhadap ruang yang dimiliki oleh suatu alat
dalam proses penggalian maupun pengangkutan, contoh : butiran yang cenderung
membulat (rounded) akan lebih meminimalkan gaya gesek dibandingkan dengan
butiran material dengan multi segi (poligon).
E. Kekerasan Material
Merupakan suatu sifat meterial yang menentukan sukar atau mudahnya
material tersebut untuk dikoyak (ripped), digali (dig), atau dikupas (stripped). Nilai
Kekerasan Material biasanya diukur dengan menggunakan ripped meter atau seismic
test meter dengan satuan m/s, yaitu sama dengan satuan untuk kecepatan gelombang
seismik pada batuan.
Tabel 2.3 Ripabilitas Berbagai Jenis Material (Sumber : Handbook of Ripping )
Apabila suatu alat berada di atas tanah atau batuan, maka dengan otomatis alat
tersebut akan memberikan daya tekan (ground pressure), sedangkan tanah atau
batuan akan memberikan reaksi atau perlawanan yang disebut Daya Dukung (Load
Capacity). Bila daya tekan lebih besar dari dari pada daya dukung materialnya maka
alat tersebut akan terbenam. Nilai daya dukung material dapat diketahui dengan
mengamati/mengukur secara langsung di lapangan.
1. Alat Gali-Muat
2. Alat Angkut
2.1.1 Alat Gali-Muat (Excavator)
(a)
(b)
Gambar 2.5 Jenis Excavator (a) Backhoe, (b) Shovel (Handbook Hitachi, 2009)
Karakteristik penting alat ini adalah: bermesin diesel dan full hydraulic system.
Dalam konfigurasi tipe Back Hoe (Gambar 8.a) : ukuran boom lebih panjang,
sehingga jangkauan lebih jauh dengan ukuran bucket lebih kecil. Sedangkan Shovel
(Gambar 8.b) : ukuran boom pendek dengan ukuran bucket lebih besar. Masing-
masing jenis alat tersebut mempunyai nilai keuntungan dan kerugian tersendiri, yang
terpenting adalah ketepatan dalam pemilihan alat akan mempengaruhi kinerja di
lapangan.
Alat Angkut merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut bahan galian
dari lokasi tambang ke proses berikutnya, misalnya crushing plant, pabrik
pengolahan bahan galian, atau langsung ke konsumen. Berikut beberapa jenis alat
angkut tambang: (Prodjosumanto, P., 1993. Pemindahan Tanah Mekanis.ITB)
Alat yang mempunyai kemampuan memindahkan material pada jarak
menengah sampai dengan jarak jauh (500 meter – up). Berikut penggolongan dump
truck :
A. Berdasarkan sistem penggeraknya, antara lain;
Truck dengan type seperti ini memiliki Gardan atau Differential (handbook
caterpillar) tepat di bawah vessel/bak, dimana sistem penggerak terletak pada roda
belakang.
Gambar 2.6 Rigid Dump Truck (http://www.Alatberat.com)
Truck dengan type seperti ini memiliki Gardan atau Differential (handbook
caterpillar) tepat di bawah kabin operator, dimana sistem penggerak terletak pada
roda depan.
Truck dengan type seperti ini memiliki sistem penggerak terletak pada roda depan
Mekanisme dari alat ini, yaitu material yang berada pada vessel akan
menumpahkan material ke arah belakang truck dengan salah satu bagian vessel yang
terangkat oleh sistem hidrolik.
2. Side Dump Truck
Mekanisme dari alat ini, hampir sama dengan Rear Dump Truck, tetapi
menumpahkan material ke arah samping truck.
3. Bottom Dump Truck
Mekanisme dari alat ini, yaitu material yang berada pada vessel ditumpahkan
langsung ke bawah truck, bagian dasar dari vessel terbuka ke bawah dan terbelah
dua.
C. Berdasarkan muatannya berupa material (tanah):
Pada umumnya alat angkut juga memiliki waktu edar/cycle time, yaitu
waktu/siklus perputaran dimana alat angkut dari manuver awal, pemuatan,
pangangkutan, penumpahan pada disposal, sampai kembali lagi pada posisi semula.
Semakin kecil cycle time alat angkut maka semakin besar pula produktifitasnya.
Waktu edar alat merupakan lamanya waktu dari suatu rangkaian gerakan alat
yang diamati dari gerakan awal hingga kembali ke gerakan semula. Yang bertujuan
untuk mengetahui produksi alat. Semakin kecil waktu edar alat dari suatu alat maka
semakin besar produksi dari alat tersebut dan sebaliknya. Pengamatan dilakukan
dengan mengukur waktu dari pola gerak alat mekanis yang terdiri dari serangkaian
pekerjaan.
c. Waktu Kosong
waktu Kosong ini terjadi ketika tidak ada unit Hauler yang akan di muat.
Dalam upaya peningkatan produksi alat gali-muat dan alat angkut, maka
berikut merupakan faktor-faktor pendukung dalam meningkatkan produktifitas :
1. Kapasitas Alat
2. Pola Pemuatan
3. Keadaan Jalan Angkut
4. Tahanan Gulir (Rolling Resistance)
5. Ketersediaan Alat
6. Efisiensi Kerja
7. Keselarasan Alat (Match Factor)
Kapasitas alat adalah jumlah material yang diisi, dimuat atau diangkut oleh
suatu alat berat. Pabrik pembuat alat berat akan memberikan spesifikasi unit alat
termasuk kapasitas teoritisnya. Kapasitas alat berkaitan erat dengan jenis material
yang diisi atau dimuat, baik berupa tanah maupun batuan lepas. Dengan demikian
karakteristik material harus difahami betul agar dalam mengestimasi kapasitas alat
sebenarnya tidak meleset.
Dalam perhitungan perencanaan, jumlah material umumnya dinyatakan dengan
volume aslinya di tempat (bank /insitu), walaupun yang diangkut atau dimuat
sebenarnya adalah material yang sudah lepas (loose). Oleh sebab itu perubahan
material dari kondisi asli (bank) menjadi lepas (loose) merupakan bagian dari
perhitungan tersebut.
A. Volume Material
B. Pemberaian (Swell)
Adalah persentase pemberaian volume material dari volume asli yang dapat
mengakibatkan bertambahnya jumlah material yang harus dipindahkan dari
kedudukan aslinya. Ketika digali, material akan lepas dan terberai sedemikian rupa
dan tidak akan kembali ke bentuk semula. Pemberaian tejadi karena terbentuk
rongga-rongga udara diantara partikel-partikel material lepas tersebut. Misalnya, satu
kubik material pada kondisi asli (bank) setelah digali volumenya mengembang atau
bertambah 30%, artinya volume bertambah 1.3 kali volume aslinya, namun beratnya
tetap sama sebelum dan sesudah digali.
Densitas adalah berat per unit volume dari suatu material, yang nilainya
berbeda karena dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya, antara lain; ukuran partikel,
kandungan air, pori-pori dan kondisi fisik lainnya. Material yang padat akan
mempunyai berat yang lebih besar per volume yang sama dibanding material yang
tidak padat.
Densitas ( =
Densitas material tentunya akan berubah akibat adanya penggalian, yaitu dari
kondisi bank ke loose. Pada kondisi loose, densitas material akan berkurang (per
volume yang sama) dibanding densitas pada kondisi bank karena adanya pori udara.
Untuk mengkonversi densitas material dari bank ke loose digunakan rumus, sbb:
(1 + % berat) =
F= x 100 %
dimana Vn = ( )x
Keterangan :
Vn = Volume nyata (m3)
Vt = Volume teoritis (m3)
F = Bucket Fill Factor (%)
Untuk memudahkan dalam pengamatan lapangan dapat dilihat pada gambar 2.10.
b
c
Keterangan :
d
a. Fill Factor 100-110 %
b. Fill Factor 90-100 %
c. Fill Factor 85-90 %
d. Fill Factor 75-85 %
Cara pemuatan material oleh alat muat ke dalam bak alat angkut ditentukan
oleh kedudukan alat muat terhadap material dan alat angkut, apakah kedudukan alat
muat tersebut berada lebih tinggi atau kedudukan kedua-duanya sama.
A. Top Loading
Teknik pemuatan ini dilihat dari posisi vessel dump truck yang sejajar dengan
track excavator atau kedudukan alat muat lebih tinggi dari bak/vessel dump truck
(alat muat berada di atas material atau berada di atas jenjang). Cara ini hanya dipakai
pada alat muat backhoe. Selain itu operator lebih leluasa untuk melihat bak dan
menempatkan material. (Prodjosumanto, P., 1993. Pemindahan Tanah Mekanis: ITb)
Gambar 2.10 Teknik Pemuatan “Top Loading” (BA Kennedi : 1972)
B. Bottom Loading
Teknik pemuatan ini dilihat dari posisi tyre dump truk yang sejajar dengan
track excavator atau kedudukan alat muat sama dengan alat angkut. Cara ini hanya
dipakai pada alat muat shovel. (Prodjosumanto, P., 1993. Pemindahan Tanah
Mekanis: ITB)
Besarnya waktu yang telah dijadualkan ini, dalam kenyataannya belum dapat
digunakan seluruhnya untuk produksi (kurang dari 100%). Hal ini disebabkan karena
adanya hambatan-hambatan yang terjadi selama alat mekanis tersebut berproduksi,
sehingga menyebabkan operator tidak bekerja 60 menit dalam satu jam. Berdasarkan
pengalaman jika waktu kerja efektif yang digunakan sebesar 83% maka sudah dapat
dianggap sama dengan efesiensi kerja yang baik sekali. (Tabel 2.7)
Kondisi Manajemen
Kondisi Kerja
Baik sekali Baik Sedang Buruk