Anda di halaman 1dari 6

INDONESIA DALAM MENGHADAPI REVOLUSI INDUSTRI 4.

0:
SANGGUP ATAU TIDAK?

DISUSUN OLEH:
Monica Regina Tamba 21070118140160

DOSEN PENGAMPU:
Drs. Suharyo, M.Hum

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK INDUSTRI
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep “Industri 4.0” sudah dimulai sejak tahun 2011 di Jerman. Konsep ini pun
sering disebut sebagai “Revolusi Teknologi” ataupun “Revolusi Digital”. Apalagi
di masa-masa ini, semuanya selalu terhubung ke internet, membuat digitalisasi
dalam tiap aspek kehidupan tidak dapat terelakkan. Salah satu contoh sederhana,
banyak masyarakat lebih memilih untuk memesan ojek melalui aplikasi online
ketimbang mencari ojek di pengkolan. Bukan itu saja, pemerintah pun mulai
merubah sistemnya menjadi e-government.

Dilansir dari situs Kemenperin, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto


menyatakan bahwa jika Indonesia menerapkan konsep “Industri 4.0” maka
Indonesia dapat menjadi salah satu dari 10 besar negara yang adidaya dalam
bidang ekonomi di tahun 2030. Pernyataan tersebut menimbulkan dua reaksi
dalam masyarakat. Ada yang optimis bahwa Indonesia sanggup mencapai itu, dan
ada juga yang pesimis, dikarenakan dari segi kualitas SDM yang dinyatakan
sebagai penghambat.

Karena begitu banyak pro dan kontra dalam pernyataan tersebut, penulis tertarik
untuk mengulas hal ini lebih lanjut. Apakah pernyataan itu sesuai dengan realita
atau sekadar angan-angan belaka. Pada bab pembahasan, bagian ini akan dikaji
lebih dalam lagi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Revolusi Industri 4.0?
2. Apa strategi Indonesia dalam menghadapi revolusi ini?
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Revolusi Industri 4.0

Sebenarnya, “Industri 4.0” sendiri adalah lanjutan dari revolusi sebelumnya. Bedanya, di
revolusi industri kali ini benar-benar memanfaatkan teknologi berbasis internet. Ada lima
pilar yang mendukung revolusi ini.

1. Internet of Things (IoT)


Sederhananya, Internet of Things adalah konsep dasar yang menghubungkan perangkat
apapun satu sama lain. Termasuk kulkas, TV, mesin cuci, lampu, smartphone, mobil dan
masih banyak lagi. Selain peralatan sehari-hari, IoT juga bisa menghubungkan berbagai
komponen mesin seperti mesin jet pesawat terbang, bor pertambangan minyak dan lain-
lain. Pada dasarnya, jika kita memiliki peralatan yang mempunyai saklar on dan off,
peralatan tersebut mempunyai kesempatan yang besar untuk digunakan dalam ranah IoT.

2. Artificial Intelligence
Artificial Intelligence adalah satu ilmu untuk merancang, membangun, dan
mengonstruksi satu mesin (komputer) atau program komputer hingga memiliki
kecerdasan layaknya manusia. Kecerdasan dalam hal ini adalah kemampuan untuk
mengambil tindakan, atau menyelesaikan masalah layaknya manusia menggunakan
kecerdasannya.

Lingkup penelitian Artificial Intelligence meliputi banyak aspek kemampuan kecerdasan


manusia seperti penalaran, pengetahuan, perencanaan, pembelajaran, pemrosesan bahasa
alami, hingga kemampuan untuk memanipulasi objek. Akhirnya, Artificial Intelligence
diharapkan bisa menjadi sebuah mesin yang benar-benar memiliki kecerdasan umum
layaknya manusia.

Contoh dari penerapan kecerdasan buatan ini banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari. Salah satunya adalah Siri, asisten personal yang dapat ditemukan di produk Apple.
Tampilan antar pengguna SIRI berupa suara manusia yang terlihat natural untuk diajak
berkomunikasi layaknya manusia pada umumnya. Fungsi SIRI pada perangkat Apple
sendiri adalah untuk membantu pengguna mendapatkan informasi, memberikan arahan
pada peta, mengatur jadwal dan event, hingga melakukan panggilan ke nomor yang
disebutkan. Dilengkapi dengan algoritma Machine Learning membuat SIRI mampu
bertambah pintar setiap saat karena mempelajari setiap kebiasaan pengguna sebagai
modal di masa mendatang.

3. Human-Machine Interface

Human Machine Interface adalah suatu sistem yang menghubungkan antara manusia dan
teknologi mesin. Sistem HMI sebenarnya sudah cukup popular di kalangan industri. Pada
umumnya HMI berupa komputer dengan display di Monitor CRT/LCD dimana kita bisa
melihat keseluruhan sistem dari layar tersebut. HMI dalam industri berupa sebuah
tampilan layar komputer yang akan dihadapi oleh operator mesin maupun pengguna yang
ingin mendapatkan data kerja mesin. Dalam penerapannya di industry Touch Screen
Panel HMI lebih umum digunakan, karena kemudahan dalam pemrograman dan
ketahanannya di lingkungan kerja industry. Pada HMI juga terdapat visualisasi
pengendali mesin berupa tombol, slider dan sebagainya yang dapat difungsikan untuk
mengontrol atau mengendalikan mesin. Selain itu dalam HMI juga ditampilkan alarm jika
terjadi kondisi emergency dalam sistem. Beriku fungsi lain dari HMI :

a. Mengawasi, dimana kita dapa mengawasi kondisi plant secara real time tanpa perlu
keluar dari ruang kontrol.
b. Pengaturan (berdasarkan level keamanan) dimana kita dapat merubah pengaturan misal
pengaturan alarm untuk high priority dan low priority.
c. Alarm, disediakan Alarm History dan Summary. Sehingga nantinya kita bisa memilih
alarm-alarm aa saja yang aktif dan bisa mendapatkan alasan atau pesan kenapa suatu
sistem tiba-tiba mengalami trip atau mati.
d. Menampilkan grafik dari sebuah proses, misal temperatur dari sistem yang bersangkutan.

4. Robotik dan Sensor

Kemajuan teknologi juga menciptakan 1001 sensor baru, dan 1001 cara untuk
memanfaatkan informasi yang didapat dari sensor-sensor tersebut yang merekam
segalanya selama 24 jam sehari. Informasi ini bahkan menyangkut kinerja pegawai
manusianya. Misalnya, kini perusahaan bisa melacak gerakan semua dan setiap
pegawainya selama berada di dalam pabrik. Dari gerakan tersebut, bisa terlihat, misalnya,
kalau pegawai-pegawai tersebut menghabiskan waktu terlalu banyak di satu bagian,
sehingga bagian tersebut perlu diperbaiki. Masih ada 1001 informasi lainnya yang bisa
didapat dari 1001 data yang berbeda, sehingga masih ada 1001-1001 cara meningkatkan
produktivitas pabrik yang semula tak terpikirkan. Karena begitu banyaknya ragam maupun
jumlah data baru ini, aspek ini sering disebut Big Data.

5. Cloud Computing
Perhitungan-perhitungan rumit tetap memerlukan komputer canggih yang besar, tapi
karena sudah terhubung dengan internet, karena ada banyak data yang bisa dikirim melalui
internet, semua perhitungan tersebut bisa dilakukan di tempat lain, bukannya di pabrik.
Jadi, sebuah perusahaan yang punya 5 pabrik di 5 negara berbeda tinggal membeli sebuah
superkomputer untuk mengolah data yang diperlukan secara bersamaan untuk kelima
pabriknya. Tidak perlu lagi membeli 5 superkomputer untuk melakukannya secara
terpisah.
B. Strategi Indonesia Dalam Menghadapi “Industri 4.0”

Dilansir dari siaran pers yang dilakukan Kemenperin, Menteri Perindustrian, Airlangga
Hartanto menyatakan bahwa Ia akan terus mendorong sektor manufaktur nasional dalam
menghadapi “Industri 4.0”. Terutaman manufaktur di sektor industri makanan dan
minuman, otomotif, elektronik, kimia, dan tekstil. Memang “Industri 4.0” banyak
menjanjikan peluang keberhasilan yang besar, tetapi ada tantangan besar yang perlu
dihadapi. Revolusi ini tidak menutupi kemungkinan bahwa sebagian besar pekerjaan akan
hilang karena digantikan mesin ataupun SDM yang kurang memadai. Menanggapi
tantangan tersebut, Airlangga menyatakan bahwa memang benar ada pekerjaan yang
hilang, tapi pekerjaan yang baru akan muncul dan lebih spesifik dan membutuhkan
kompetensi yang lebih tinggi. Pihak Kemenperin juga mencanangkan empat strategi dalam
Making Indonesia 4.0.

Pertama, pihak Kemenperin telah mendorong angkatan kerja di Indonesia untuk terus
belajar dan meningkatkan keterampilannya untuk memahami penggunaan teknologi
internet of things atau mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di
industri.

Kedua, melakukan pemanfaatan pada teknologi digital untuk memacu produktivitas dan
daya saing bagi industri kecil dan menengah (IKM) sehingga mampu menembus pasar
ekspor melalui program e-smart IKM.“

Ketiga, Kemenperin meminta kepada industri nasional dapat menggunakan teknologi


digital seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented
Reality. Airlangga mengungkapkan bahwa sistem seperti ini akan memberikan keuntungan
bagi industri, juga menaikkan efisiensi dan mengurangi biaya sekitar 12-15 persen.

Dan yang keterakhir, inovasi teknologi melalui pengembangan startup dengan


memfasilitasi tempat inkubasi bisnis. Upaya ini telah dilakukan Kementerian
Perindustrian dengan mendorong penciptaan wirausaha berbasis teknologi yang
dihasilkan dari beberapa technopark yang dibangun di beberapa wilayah di Indonesia,
seperti di Bandung (Bandung Techno Park), Denpasar (TohpaTI Center), Semarang
(Incubator Business Center Semarang), Makassar (Makassar Techno Park - Rumah
Software Indonesia, dan Batam (Pusat Desain Ponsel).
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Implementasi Industri 4.0 tidak hanya memiliki potensi luar biasa dalam
merombak aspek industri, bahkan juga mampu mengubah berbagai aspek dalam
kehidupan manusia. Tak heran jika Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto begitu
yakin bahwa Indonesia bisa menjadi 10 besar dalam kekuatan ekonomi dunia di tahun
2030. Tapi, tentu saja itu semua sekadar angan-angan belaka jika hanya pemerintah
saja yang optimis sementara rakyat bersikap sebaliknya. Oleh karena itu, diperlukan
kesinergisan antara pemerintah dan rakyat agar tujuan itu tercapai.

B. Saran
Tahun 2030 akan dipenuhi oleh angkatan kerja dari kalangan milenial. Ada baiknya,
kalangan milenial dari sekarang untuk terus didorong untuk menguasai berbagai
keahlian teknologi, juga termotivasi untuk selalu berinovasi. Jika hal itu terjadi, jelas
Indonesia memiliki angkatan bekerja yang memadai dan siap bersaing secara global.

Referensi :

http://www.kemenperin.go.id/artikel/17565/Empat-Strategi-Indonesia-Masuk-Revolusi-
Industri-Keempat
http://www.kemenperin.go.id/artikel/18967/Making-Indonesia-4.0:-Strategi-RI-Masuki-
Revolusi-Industri-Ke-4
https://www.zenius.net
https://www.robicomp.com/pengertian-artificial-intelligence-dan-contohnya-dalam-
kehidupan.htm
https://www.codepolitan.com/apa-sih-yang-dimaksud-internet-of-thing
http://jagootomasi.com/apa-itu-hmi-dalam-sistem-otomasi-industri/

Anda mungkin juga menyukai