4186 - 5080 - Modul Praktikum Mekanika Tanah I PDF
4186 - 5080 - Modul Praktikum Mekanika Tanah I PDF
Jakarta
PETUNJUK PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH I
PETUNJUK PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH I
DISUSUN OLEH :
IRMA SEPRIYANNA
INDAH HANDAYASARI
DYAH PRATIWI KUSUMASTUTI
GANDA SURAHMAN
Buku Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah I ini diterbitkan dengan maksud agar
seluruh mahasiswa Jurusan Teknik Sipil STT-PLN yang melaksanakan Praktikum
Mekanika Tanah I mengetahui mengenai tata tertib laboratorium, peralatan praktikum
yang digunakan, prosedur pelaksanaan pengujian dan penyusunan laporan hasil
pengamatan dari percobaan yang dilakukan.
Setiap peserta praktikum diharapkan dapat memahami buku Petunjuk Praktikum ini
dengan baik agar dapat melaksanakan pengujian dengan benar sehingga bermanfaat
bagi dirinya, keluarga dan masyarakat.
Buku petunjuk ini masih jauh dari memuaskan, oleh karena itu saran dan kritik untuk
perbaikan dari semua pihak sangat diharapkan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
menyusun penyempurnaan Buku Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah I ini.
Semoga kita semua selalu mendapat petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kepala
Laboratorium Mekanika Tanah
Sekolah Tinggi Teknik - PLN
2 cm
Laporan Sementara/Praktikum
Modul No. Font : Arial
Ukuran : 16
(Judul Modul)
2,5 cm 1,5 cm
Nama :
NIM :
Kelas : Font : Arial
Kelompok : Ukuran : 12
Jurusan :
Tanggal Praktikum :
Asisten :
Catatan :
1. Kertas HVS Ukuran A4 (210 mm x 297 mm) 80 gram
2. Logo STT-PLN berwarna
.
b. Format Penulisan Laporan :
2,5 cm 1,5 cm
2 cm
LEMBAR PENGESAHAN
Font : Arial
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH Ukuran : 16
Disusun Oleh :
Font : Arial
Nama : Ukuran : 12
NIM :
( ……………………………… )
Koor. Asisten Laboratorium Mekanika Tanah
Font : Arial
Menyetujui, Ukuran : 12
ttd ttd
( ……………………………… ) ( ……………………………… )
Kepala Laboratorium Mekanika Tanah Instruktur Laboratorium Mekanika Tanah
2 cm
Sekolah Tinggi Teknik – PLN
Jakarta
MODUL I
PENGUJIAN KADAR AIR
(Water Content Test)
A. TUJUAN :
Pengujian untuk memeriksa banyaknya air dalam suatu contoh tanah yang
dinyatakan dalam persen (%).
B. PERALATAN :
1. Open listrik
Ukuran Luar : 55 Cm x 45 Cm x 60 Cm.
Ukuran Dalam : 45 Cm x 40 Cm x 40 Cm.
Daya 1.400 watt, 220 volt, 7 A, 300 0 C.
Pengatur suhu : 00 C - 2000 C.
2. Timbangan listrik
Daya : 8 watt 6 volt, 1,3 A.
Trafo : 220 volt ke 110 volt.
Trafo : 110 volt ke 6 volt.
Kapasitas : 200 gr.
Ketelitian : 0,1 mgr.
3. Cawan
Cawan /dish ukuran : 6 Cm.
Terbuat dari porselen tahan panas.
5. Alat Pemegang : Kaos tangan atau kain pembersih yang dapat digunakan
untuk memindahkan atau mencapit cawan panas setelah pengeringan.
C. BENDA UJI :
1. Contoh tanah (sample) ialah contoh yang mewakili tanah yang akan diuji, dari
contoh tanah asli ataupun contoh tanah tidak asli lagi.
Contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) ialah contoh tanah
yang diambil dari lapangan dengan metode standard, langsung di
lindungi agar tidak berubah kepadatannya, kadar airnya serta fisiknya,
dari pengaruh cuaca, manusia maupun alat.
Contoh tanah terganggu (disturbed sample) ialah contoh tanah yang
sudah terganggu kadar airnya, kepadatannya maupun fisiknya.
2. Untuk kadar air yang ditentukan dengan cara gabungan dengan metode SNI
lain dan telah ada ketentuannya, maka berat benda uji yang dibutuhkan diambil
berdasarkan ketentuan tersebut. Jika tidak tersedia, maka tentukan nilainya
sebelum dilakukan pengujian.
3. Banyaknya contoh tanah yang diuji , tergantung kepada besar ukuran butirnya
Tabel 1. Berat Minimum Material Basah
4. Menggunakan benda uji yang lebih kecil dari berat minimum yang
direkomendasikan pada Tabel 1. Perlu dipertimbangkan, meskipun mungkin
dapat memenuhi untuk tujuan pengujian. Setiap benda uji yang tidak ditemukan
dalam persyaratan ini harus dicatat dalam hasil laporan.
5. Bila dalam pekerjaan menggunakan benda uji yang sedikit, yaitu kurang dari
200 gram, sedangkan benda uji mengandung partikel kerikil yang relatif
banyak, maka partikel ini tidak termasuk sebagai benda uji. Meskipun ada
sebagian material yang dibuang, tetapiharus dijelaskan dan dicatan dalam
laporan.
6. Untuk contoh uji yang seluruhnya terdiri dari batuan yang utuh, berat benda uji
minimum harus 500 gram. Bagian yang mewakili contoh uji dapat dipecah
menjadi partikel yang lebih kecil tergantung pada ukuran contoh, cawan dan
timbangan yang digunakan serta fasilitas pengering untuk berat konstan.
7. Benda uji dibuat minimal tiga buah agar hasil uji dapat dirata – ratakan.
D. PELAKSANAAN :
1. Timbang dan Catat dalam blangko pengujian, no cawan, berat cawan
dalam keadaan kosong (beserta tutupnya jika memakai tutup) dan bersih
(TW) dalam gr.
2. Pilih benda uji yang mewakili sesuai Tabel 1.
3. Masukkan contoh tanah yang akan diuji kedalam cawan, timbang (beserta
tutupnya jika memakai tutup) dan catat kedalam blangko pengujian (WW)
dalam gr.
4. Keringkan (masukkan) contoh tanah bersama cawan kedalam open
dengan suhu 1100 C ± 50 C selama kurang lebih 24 jam.
5. Dinginkan pada temperatur ruangan contoh tanah yang sudah kering
tersebut atau sampai cawan dapat dipegang dengan aman menggunakan
tangan dan siapkan timbangan yang tidak terpengaruh oleh panas.,
kemudian timbang (beserta tutupnya jika memakai tutup) dan catat dalam
blangko pengujian (DW) dalam gr.
6. Dari hasil pengujian dan perhitungan :
Bila hasil perhitungan dari 3 (tiga) cawan menunjukkan perbedaan yang
tidak mencolok, maka hasilnya dirata-rata.
Bila salah satu dari hasil perhitungan menunjukkan perbedaan yang
mencolok (exstrem), maka nilai yang dirata-rata hanya dari kedua hasil
lainnya.
Bila hasil perhitungan dari ketiga cawan tersebut saling berbeda
(exstrem) maka pengujian harus diulangi.
E. PEMBAHASAN (Perhitungan) :
Berat Air
Kadar Air w = x 100 %
Berat tanah kering open
WW DW Ww
w x100% w 100%
DW TW Ws
Dimana :
w = Kadar air (%)
WW = Berat tanah basah + berat cawan (gr)
DW = Berat tanah kering + berat cawan (gr)
TW = Berat cawan (gr)
Ww = Berat air (gr)
Ws = Berat tanah kering open (gr)
Lampiran 1
Nomor Cawan
Jakarta,..................................
Diperiksa Penguji
(..........................................) (..........................................)
Sekolah Tinggi Teknik – PLN
Jakarta
MODUL II
PENGUJIAN PEMADATAN TANAH
(Compaction Test)
B. PERALATAN :
4. Timbamgan (Balance)
Diperlukan dua kapasitas timbangan :
a. Table platform scale balance
Kapasitas 10 Kg dengan ketelitian 1 gr untuk menimbang mold, hasil
pemadatan dan lain-lain.
b. Electric direct reading balance
Kapasitas 200 gr dengan ketelitian 0,1 mgr untuk menimbang kadar air.
a) Contoh tanah yang diambil dari sumur uji/test pit (TP) dipisahkan dari
gumpalan-gumpalan dengan palu karet atau palu plastik, agar dapat lolos
dari lubang ayakan 5 mm (ayakan No. 4 ).
b) Siapkan contoh tanah yang lolos ayakan No. 4 sekurang-kurangnya 6
nampan/loyang yang beratnya masing-masing 2,5 – 3,0 Kg. Contoh tanah
dari ke 6 nampan ini akan dipadatkan/ditumbuk dengan kadar air yang
bervariasi, berbeda-beda kandungan airnya. Agar kadar airnya berbeda-
beda/bervariasi, contoh tanah tersebut diatas, ditambah air bervariasi pula
atau dikurangi kadar airnya dengan jalan dikeringkan dengan open.
Ditambah atau dikurangi kadar airnya tergantung keperluan.
1. Tanah yang akan dipadatkan berikutnya adalah contoh tanah yang sama ditambah
air sebanyak 20 Cm 3.Banyaknya air yang ditambahkan tergantung pada kondisi
tanah,bila keadaannya kering, maka ditambah air antara 30 Cm 3 – 40 Cm 3, bila
kondisinya /keadaannya basah (moist), maka ditambah air antara 20 Cm 3 - 30 Cm 3.
Penambahan air untuk contoh tanah berikutnya, sebaiknya merupakan kelipatan dari
penambahan air yang pertama. Jadi bila penambahan air pertama sebanyak 20
Cm 3,untuk yang selanjutnya sebanyak 40 Cm 3, 60 Cm 3 dan seterusnya. Bila
penambahan air yang pertama 30 Cm 3, yang selanjutnya 60 Cm 3,90 Cm 3 dan
seterusnya. Demikian pula untuk pengurangan air (dengan cara dijemur atau diopen).
2. Tanah yang sudah ditambah air 20Cm 3 tersebut,diusahakan sedemikian rupa
sehingga tercampur betul-betul merata.
3. Kemudian dilakukan prosedur pemadatan seperti prosedur No.III sampai sele- sai,
hingga menghasilkan besaran angka t , d dan w (kadar air).
4. Bila berat volume basah t menunjukkan penurunan disbandingkan t (berat
volume basah) sebelumnya atau sama, maka diperlukan sekali lagi pemadatan tanah
dengan penambahan air, dan selanjutnya dilakukan pemadatan tanah yang dikurangi
ainya (dengan diopen).
5. Bila t nya menunjukkan kenaikan dibandingkan t sebelumnya, maka diteruskan
pemadatan tanah dengan penambahan air sampai mendapatkan 2 (dua) kali
penurunan angka besaran t , atau seperti hal tersebut diatas, dan selanjutnya
dilakukan pemadatan tanah yang dikurangi airnya dengan penjemuran atau diopen.
6. Dari keenam atau lebih variasi d (berat volume kering) dan w (kadar air) maka
kepadatan maksimum (Max. dry density) dan kadar air optimum/OMC (optimum
moisture content) dapat ditentukan dari grafik lengkung kepadatan.
E. PENGGAMBARAN :
W Dimana :
t t = Berat volume basah (gr/Cm 3)
V
W = Berat tanah basah padat (gr)
V = Volume tanah padat (Cm 3)
Dimana:
Ws = Berat tanah kering open (gr).
Ws Ws W W Ws
d d . d .
V V W V W
Dimana :
𝛾𝑑 = Berat volume kering (gr / Cm 3)
𝛾𝑡 = Berat volume basah (gr / Cm 3)
w = Kadar air (%)
Ww W .100
W Ws Ww W Ws.1 Ws
Ws Ww
1 .100
Ws
W 100
Ws
100 w
Dimana :
Ws = Berat tanah kering open (gr)
W = Berar tanah basah (gr)
w = Kadar air tanah (%)
Ws Ws.w Ws.w
d d d
V Vs Vw.w Vs.w Ww
Ws.Vs.w Ws
Vs Gs.w
d d Vs d
Vs.w Ww Vs.w Ww Ww
1
Vs.w Vs.w
Gs.w Gs.w Gs.w
d d d
Ww Ws 100 Ws .Ww 100 Gs.Ww 100
1 . 1 1
Vs.w Ws 100 Vsw Ws 100 Ws 100
Gs.w GS w
d d
w.Gs w GS
1 1
100 S
Dimana :
d = Berat volume kering
Gs = Berat jenis butir tanah
w = Berat volume air
w = Kadar air tanah
S = Tingkat kejenuhan 100%
Lampiran 2
Kepadatan :
Massa tanah basah + cetakan (gr)
Kadar air :
No. cawan
Berat jenis =
Kadar air optimum = %
Kepadatan kering tanah maksimum = gr/cm3
Jakarta,..................................
Diperiksa Penguji
(..........................................) (..........................................)
Sekolah Tinggi Teknik – PLN
Jakarta
MODUL III
PENGUJIAN BERAT JENIS BUTIR
TANAH
(Specific Gravity Test)
B. PERALATAN :
1. Piknometer ialah botol gelas dengan leher sempit lengkap dengan tutupnya
yang berlubang sangat kecil (kapiler) dan tahan panas pada suhu 110 o C,
kapasitas 100 cm3.
2. Timbangan listrik (Direct Reading Balance). Kapasitas 200 gram, dengan
ketelitian 0,1 mgr.
3. Air.
4. Pengukur suhu (thermometer).
Kapasitas 500 C, dengan ketelitian 10 C.
5. Cawan porselen (Porselien Mortal & Pastel).
Diameter 15,0 Cm dengan tinggi / dalam 7,0 Cm, untuk memisahkan tanah
dari butir-butirnya tanpa merusak.
6. Kompor gas mini, untuk menggetarkan piknometer yang sudah berisi air dan
tanah.
7. Open listrik (kecil) yang bisa diatur suhunya antara 0 0 C – 2000 C.
8. Ayakan No. 4 dengan ukuran lubang ayakan sebesar 4,75 mm dan sarngan
No. 10 dengan ukuran lubang 2,00 mm. Diameter ayakan 20 cm dan tinggi
ayakan 6 cm.
9. Bak perendam, untuk merendam piknometer sampai temperaturnya tetap.
10. Bola hisap atau pipet filler untuk membantu mengisi air kedalam piknometer.
C. BENDA UJI :
1. Tanah yang digunakan ialah kering oven lolos ayakan. Berat dari contoh uji
kering oven paling sedikit 10 gram dengan menggunakan piknometer dan
sedikitnya 25 gram apabila menggunakan botol ukur.
2. Setiap contoh tanah (sample) untuk satu pengujian, harus dilakukan
sebanyak 3 (tiga) piknometer.
D. PELAKSANAAN :
1. Keringkan benda uji dalam oven pada temperatur 110 0 C ± 50 C selama 24
jam, setelah itu dinginkan dalam desikator.
2. Catat nomer piknometer, berat piknometer lengkap dengan tutupnya kedalam
blangko / form pengujian. Piknometer dalam keadaan kosong, bersih dan
kering (Wf) dalam gram.
3. Isi piknometer dengan air sampai penuh, hingga lubang kapiler pada tutupnya
(piknometer) juga terisi penuh. Timbang dan catat beratnya kedalam
blangko/form pengujian (Wa’) dalam gram.
4. Buka tutup piknometer, ukur suhu air dalam piknometer dan catat dalam
blangko /form pengujian (T’ 0 C).
5. Menimbang contoh tanah kering open untuk pengujian berat butir tanah.
a. Catat No. cawan / dish dan beratnya dalam keadaan kering, kosong
dan bersih (TW) dalam gram.
b. Timbang tanah kering open, yang lolos ayakan No.20 (0,85mm)
didalam cawan /dish tersebut dan catat beratnya (W) dalam gram.
c. Tanah yang diperlukan (W0) kurang lebih 10 gram (W0 = W – TW).
6. Sesudah ditimbang dan dicatat, air dalam piknometer ditumpahkan kurang
lebih 50 %, kemudian masukkan contoh tanah (W0) kedalam piknometer,
selanjutnya direbus selama kurang lebih 2 jam, piknometer dalam keadaan
terbuka. Air dalam piknometer ditumpahkan kurang lebih 50% maksudnya
agar :
a. Memudahkan contoh tanah (W0) masuk kedalam piknometer, tidak
mengakibatkan air dalam piknometer meluap, tumpah membawa butir
- butir contoh tanah yang dimasukkan.
b. Piknometer dapat bergetar mengeluarkan gelembung- gelembung
udara saat dilakukan perebusan selama 2 jam
dan lagi-lagi tidak menumpahkan air, yang akan memba-wa butir-
butir contoh tanah.
c. Pengukuran / penentuan volume butir-butir contoh tanah dengan air,
terwakili akurat (Volume air yang tumpah = volume butir-butir tanah).
7. Selama masa perebusan harus dijaga, agar loyang tempat merebus tidak
kekeringanan (selalu ditambah air). Biarkan piknometer bergetar, dan sekali-
sekali dipindahkan tempatnya, agar masing-masing piknometer mendapat
getaran yang sama sehingga gelembung-gelembung udara dalam tanah dan
air, diharapkan betul-betul hilang.
8. Setelah selesai perebusan, didinginkan sampai mencapai suhu dibawah 30 0
C. Piknometer diisi dengan air kembali, sampai penuh, hingga lubang kapiler
pada tutupnya juga terisi penuh seperti sedia kala.
9. Kemudian ditimbang beratnya (Wb) dalam gram, diukur suhunya (T0C) dan
dicatat dalam blangko pengujian.
E. PEMBAHASAN (Perhitungan) :
Tabel 1. Hubungan antara kerapatan relatif air dan faktor konversi K dalam
temperatur
Hubungan kerapatan relatif
No. Temperatur, derajat Celcius Faktor koreksi K
air
1 18 0,9986244 1,0004
2 19 0,9984347 1,0002
3 20 0,9982343 1,0000
4 21 0,9980233 0,9998
5 22 0,9978019 0,9996
6 23 0,9975702 0,9993
7 24 0,9973286 0,9991
8 25 0,9970770 0,9989
9 26 0,9968156 0,9986
10 27 0,9965451 0,9983
11 28 0,9962652 0,9980
12 29 0,9959761 0,9977
13 30 0,9956780 0,9974
Untuk mencari volume butir-butir tanah menggunakan mediasi air pada suhu
4 o C atau pada setiap pengujian diukur suhunya untuk disesuaikan.
Dalam blangko uji (form test) :
Berat .butir. tan ah. ker ing
Berat jenis butir tanah =
Volume.butir. tan ah. ker ing
Wo
Gs =
Wo Wa Wb
Dimana :
Gs = Jerat jenis butir tanah
Wo = Berat tanah kering open (gr)
Wa = Berat piknometer penuh dengan air pada T0 C (gr)
Wb = Berat piknometer + berat contoh + sisa air dalam piknometer pada T 0 C dalam gr
Bila contoh tanah (Wo) dimasukkan kedalam piknometer yang penuh dengan air, maka
airnya akan meluap / tumpah, sehingga menyisakan air dan tanah (Wo) yang menempati
tempat air yang tumpah, jumlah beratnya (Wb) dalam gram pada suhu T o C.
Nomor piknometer
Berat piknometer Wf gr
Berat tanah Wo gr
Kerapatan air pada T
x (Wa’ – Wf) + Wf Wa gr
Kerapatan air pada T’
Wo
Gs
Wo+(Wa −Wb)
Faktor koreksi K
Jakarta,..................................
Diperiksa Penguji
(..........................................) (..........................................)
Sekolah Tinggi Teknik – PLN
Jakarta
MODUL IV
PENGUJIAN GRADASI BUTIR
TANAH
(Grain Size Analisys)
A. TUJUAN :
B. PERALATAN :
1. Water bath adalah bak air untuk tempat pembacaan agar suhu dalam kondisi
tetap/tidak berubah-ubah dengan cepat dan exstrem.
2. Hidrometer, alat ukur Berat Jenis cairan, dengan skala pembacaan dari 0,995
sampai dengan 1,050
3. Hidrometer yard adalah tabung gelas kapasitas 1000 Cm 3, diameter tabung
6Cm , tinggi 46Cm .
4. Gelas Beaker, terbuat dari kaca tahan panas, kapasitas 1000 Cm 3
5. Starring apparatus, peralatan listrik untuk mengaduk suspensi
6. Stop wacth, alat pengukur waktu
7. Termometer, alat pengukur suhu, kapasitas 0 – 500C
8. Ayakan (sieve) 2 set :
Ayakan halus terdiri dari ayakan No. 10 (2,00 mm); No.20(0,85mm);
No.40 (0,42mm); No.60 (0,25mm); No.140 (0,105mm); No.200 (0,074
mm).
Ayakan kasar terdiri dari ayakan diameter lubang 50,8 mm; 38,1mm ;
25,4 mm; 19,1 mm; 9,52 mm; No.4 (4,76 mm) dan ayakan No.10 ( 2,00
mm).
9 Timbangan
Timbangan listrik kapasitas 200 gr dengan ketelitian 0,1 mg
Table platform scala balance kapasitas 10 Kg dengan ketelitian 1 gr
10 Spatula, cawan / dish, gelas ukur kap. 100 Cm 3dan rubber filler
11 Bahan Kimia :
Water glass (Sodium Silikat - Na 2 SO 3)
Sodium hexameta phosphate – Na PO3
C. BENDA UJI :
Contoh tanah yang akan diuji adalah contoh tanah kering udara agar dapat lolos
ayakan sebanyak 2,50 Kg - 3,0 Kg.
D. PELAKSANAAN :
1. Analisa butir tanah bagian kasar (coaser part), dimulai dengan mengambil sebagian dari
contoh tanah sebanyak 2 cawan untuk pengujian kadar air, selanjutnya contoh kering
udara ditimbang, semuanya dicatat dalam form pengujian, begitu pula berat tanah kering
udara (W’) dalam gram. Setelah ditimbang, ayak dengan ayakan No.10 (2,00mm), tanah
yang lolos ayakan disimpan untuk analisa butir tanah bagian halus (finer part) dan untuk
bahan pengujian lainnya. Tanah yang tidak lolos/tertinggal diatas ayakan, dicuci sampai
bersih, sampai terlihat mata butiran-butiran kerasnya. Pencucian dilakukan diatas ayakan
No.10, kemudian dimasukkan dalam cawan besar /dish untuk diopen selama 24 jam.
2. Keluarkan dari open, didinginkan lalu ditimbang, sehingga berat kering dari contoh tidak
lolos ayakan dicatat (Wo) dalam form pengujian.
3. Setelah ditimbang lalu diayak dengan susunan ayakan dari paling besar (diatas) hingga
yang paling kecil (dibawah) : 50,8 mm; 38,1 mm; 25,4 mm; 19,1 mm; 9,52 mm; 4,76
mm dan 2,00 mm.
4. Contoh yang tertinggal/tidak lolos di masing-masing ayakan ditimbang dan dicatat dalam
form pengujian. Penimbangan dilakukan secara kumulatif, diawali dari yang paling besar,
kemudian ditambah dengan yang dibawahnya, hingga yang paling kecil/yang terakhir
(2,00mm) dan berat totalnya sebanding dengan berat Wo dalam grm.
5. Kemudian dihitung banyaknya contoh butiran tanah yang tertinggal/tidak lolos dimasing-
masing ayakan dalam persen (%).
6. Hitungan :
Karena kadar airnya sudah dicari/diketahui maka berat tanah kering open seluruhnya
dapat dihitung dengan rumus:
100 W '
W %
100 w
Banyaknya butir tanah yang tidak lolos / tinggal di masing-masing diameter ayakan dalam
persen (%) dihitung dengan rumus:
Wox
Px' 100%
W
Px = 100 % - Px’
Dimana : Px = Banyaknya butir-butir tanah yang lolos ayakan dalam persen ( % )
Catat banyaknya contoh tanah yang lolos ayakan No.10 (2,00 mm) dengan kode :
P20 ...........%
Ini merupakan pengujian tahap kedua dengan cara ayakan halus, yang dimulai setelah
pekerjaan pencucian contoh tanah dengan ayakan No.10 ( I. 1 ) selesai dikerjakan.
1. Timbang dalam glass beaker contoh tanah yang lolos ayakan No.10 (2,00mm) sebaNyak
60 gram (W’) dan timbang pula contoh tanah dalam 2 cawan untuk pengujian kadar
airnya, catat semuanya dalam blangko/form pengujian.
2. Tambahkan campuran 20 Cm 3 Sodium silikat dengan 100 Cm 3 air kedalam beaker yang
berisi contoh tanah (60 gr), diaduk dengan spatula, setelah tercampur merata, diopen
selama 2 jam pada suhu 110 0 C.
3. Keluarkan dari open, ditambah air lagi sebanyak 100 Cm 3,lalu didiamkan semalam
4. Kemudian ditambah dengan 2 butir Hezametha phosphate, diaduk dalam mangkok
dengan alat pengaduk selama kurang lebih 10 menit.
5. Saat memasukkan contoh tanah (suspensi) dari glass beaker kedalam mangkok
pengaduk harus hati-hati, tidak boleh ada butir-butir tanah yang hilang/tertinggal, demikain
pula saat memasukkan suspensi tanah dari mangkok penga-duk ke tabung pembacaan
(hydrometer yard), kemudian ditambah air sampai ku-rang lebih 1 Cm dibawah tanda
garis 1000 Cm 3.
6. Letakkan alat pengukur Berat Jenis cairan (Hidrometer) kedalam tabung yang penuh
air,agar hydrometer tidak ditempeli butir-butir tanah dari suspensi atau letakkan di dalam
Water bath yang sudah diisi air (hydrometer siap dipakai).
7. Letakkan tabung yang berisi suspensi tanah tersebut di telapak tangan sebelah kiri / kanan
dan tutup bibir tabung dengan telapak tangan yang lain, lalu kocok suspensi dalam tabung
ini, dengan membolak balik posisi tabung (diatas-dibawah, diatas-dibawah) selama 1
menit.
8. Masukkan tabung yang berisi suspensi tanah tersebut, kedalam water bath, bersihkan
bibir tabung dari butir-butir tanah yang menempel dengan air dalam rubber filler. Suspensi
ditambah air sampai batas 1000 Cm 3. Bersamaan dengan dimasukkannya tabung
kedalam water bath, waktu pengendapan butir-butir tanah dimulai / stard (T=0 menit).
9. Satu menit kurang 15 detik, hydrometer dimasukkan/dicelubkan kedalam suspensi
pelan-pelan, hati-hati, jangan sampai hydrometer bergejolak naik turun, sehingga susah
dibaca. Tepat 1 menit berat jenis suspensi sudah selesai dibaca. Untuk pembacaan
berikutnya , 2 menit kurang 15 detik hydrometer dimasukkan, tepat 2 menit berat jenis
suspensi sudah selesai dibaca, demikian seterusnya sampai pembacaan terakhir
(T=1440 menit). Jadwal waktu pembacaan : T = 1; 2; 5; 15; 30; 60; 240; 1440
dalam menit. Setiap selesai pembacaan, Hidrometer dikembalikan ketempatnya dan suhu
suspensinya pun selalu dubaca.
10. Bila pengujian atau jumlah suspensi dalam tabung cukup banyak/sampai 10 tabung,
maka perlu dibuatkan Tabel jadwal waktu pembacan.
11. Catat suhu dan hasil pembacaan/pengujian kedalam form pengujian. Adapun yang
dicatat dari hasil pembacaan hanyalah angka dibelakang koma s w .
12. Setelah selesai pembacaan terakhir (T=1440 menit), suspensi tanah dalam tabung
disaring dengan ayakan No.200 (0,074 mm), dicuci bersih diatas ayakan, diusahakan
butir-butir tanah tidak ada yang hilang, masukkan dalam dish / cawan lalu diopen sampai
kering pada suhu 1100C (seperti pada bagian kasar No.1a).
13. Pembahasan/analisa pengendapan (sedimentasi), akan dibahas secara khusus
dibelakang (paling akhir).
14. Cawan/ dish dikeluarkan dari open, didinginkan, ditimbang, kemudian diayak dengan
susunan ayakan, mulai dari paling besar (diatas), ayakan No.20 ( 0,85mm ); No.40(0,42
mm); No.60(0,25 mm); No.140(0,105 mm) dan No.200 (0,074 mm )
15. Untuk mendapatkan banyaknya butir tanah lolos pada masing-masing ayakan (diameter
ayakan) dalam persen (%), dilakukan perhitungan seperti No. I. 6 menggunakan Rumus
:
16. Contoh tanah yang lolos ayakan No.10 (2,0mm) adalah P 20 sebanyak x % (P20= x %)
Sedangkan contoh tanah yang dipakai untuk pengujian finer part hanya sebagian kecil
dari contoh tanah awalnya. Jadi Px hasil perhitungan di bagian halus (finer part)
merupakan persentasi terhadap contoh tanah sebanyak 60 gr, bukan persentasi terhadap
contoh tanah keseluruhan. Agar supaya hasil perhitungan Px ( banyaknya diameter lolos
ayakan) merupakan persentasi terhadap tanah keseluruhan, maka besarnya hasil
perhitungan Px bagian halus diatas, harus dikalikan dengan besarnya P20 dalam
persen, atau persamaan diatas masih harus dikalikan dengan banyaknya butir tanah
lolos ayakan No. 10 (2,00 mm) dalam persen.
Wox
Px 100 100 P20
W
Pekerjaan mengayak untuk diameter butir lebih kecil dari 0,074 mm, adalah pekerjaan
yang sulit, maka dari itu dilakukan dengan cara kecepatan pengendapan memakai
hydrometer.
L
s w.g .d 2 d2
L
.
1800
60T 1800 60T s w.g
L 30 L 30
d . d .
T 980.s w T s w
980. .w
w w
L 30
d
T 980Gs GT w
Berat .suspensi
BD.Suspensi
Volume.suspensi
Ws
Ws V
Gs Ws V Ws V Ws Ws
s s s
V V V V .Gs V V V .Gs
Ws 1 Ws Gs 1 Ws Gs 1
s w 1 s w s w
V Gs V Gs V Gs
Banyaknya.butir.mengendap
P 100%
Berat ..contoh. tan ah. ker ing .open.bagian.halus
s w.V . Gs
P Gs GT .100% P s w.
V
.
Gs
.100%
Ws Ws Gs Gt
.s w.
V .100 Gs
P .%
Ws Gs GT
V 100 Gs
P s w P20
Ws Gs GT
18. Penggambaran
1. Hasil analisa diameter butir-butir tanah, mulai dari ukuran Colloid 0,001mm) sampai
dengan Gravels (50,8 mm) dan banyaknya diameter butir - butir tanah dalam kumulatif
persen (%), digambar dalam kertas grafik berskala semi log.
2. Besaran diameter (mm) sebagai absis dengan skala logaritma, sedangkan jumlah /
banyaknya dalam komolatif persen (%), sebagai ordinat dengan skala biasa.
3. Titik potong - titik potong absis pada diameter 0,005 mm, 0,074 mm dan 2,0 mm dengan
garis grafik adalah merupakan koordinat untuk menentukan banyaknya lempung
(clay),lanau (silt) dan pasir (sand) dalam persen (%).
4. Setelah memasukkan ketiga besaran angka tersebut diatas pada grafik klafikasi butir
tanah, maka dapat ditentukan jenis tanah yang diuji.
Lampiran 4
50,80
25,40
19,10
9,52
4,80
2,00
Banyaknya contoh tanah yang lolos ayakan No. 10 (2,00 mm), P20 = _______________ %
Bagian Halus (Finer Part)
1. Tanah kering udara (W’) (gr)
0,85
0,40
0,25
0,11
0,075
Suhu =
Pembacaan
% kumulatif
Waktu hydrometer 30ƞ
L √L/t √ d F P butiran
t (min) Hanya 980(𝐺 − 𝐺𝑡)
r’ halus
desimal
(3)=(2) (9)=((3)+(8)
(1) (2) (4) (5) (6) (7)=(5).(6) (8) (10)=(9).P 20
+C m x M x 1000
1
2
5
15
30
60
240
1440
100 𝐺 100 𝐺
= ___________ = ___________ M= x =___________
𝑤 𝐺−𝐺𝑡 𝑤 𝐺−𝐺𝑡
MODUL V
PENGUJIAN BATAS CAIR TANAH
(Liquid Limit Test)
B. PERALATAN :
C. BENDA UJI :
Contoh tanah yang akan diuji kering udara, lolos ayakan No.40 sebanyak kurang
lebih 500 gram.
D. PELAKSANAAN :
1. Pastikan alat batas cair berfungsi dengan baik, tidak ada kemacetan, tinggi jatuh
mangkok/cawan kuningan tepat 1 Cm dan demikian pula penggores / pembarut
untuk pembuat alur.
2. Alur berbentuk trapisium, lebar alur bagian alas 2 mm, bagian atas 10 mm dan
dalamnya 8 mm.
3. Ambil benda uji / tanah sebanyak kurang lebih 500 gram, tinggalkan / disisakan
sebagian kecil (50 – 100 gram). Masukkan kedalam mangkok porselen, dicampur
dengan air, diaduk dengan spatula sehingga membentuk pasta (hasil campuran air
dan tanah). Untuk pencampuran air yang pertama kali, dicoba, diusahakan dapat
mencapai ketukan N = ± 60 ketukan. Bila sudah tercapai jumlah ketukan diatas,
biarkan pasta ini (campuran ini) ± 1 jam, agar meresap dan betul-betul tercampur
merata (homogen). Ambil sebagian pasta ini kurang lebih 50 gram disimpan dalam
disikator, untuk pengujian batas plastis. Lepas cawan kuningan dari tempatnya, isi
dengan pasta tersebut diatas secukupnya, ratakan dengan spatula hingga
membentuk lapisan setebal ± 8 mm – 10 mm, gores / barut lapisan ini tegak lurus
dasar cawan dengan grooving tool, agar membentuk alur, mulai dari tangkai cawan
sampai pada bibir cawan diseberangnya.
4. Pasang kembali cawan (berisi tanah sudah digores) ditempatnya.
a. Lakukan pemutaran engkol sehingga terdengar bunyi ketukan (bunyi
cawan jatuh). Kecepatan pemutaran atau kecepatan bunyi ketukan 1 detik
dua kali putaran (ketukan).
b. Sambil memutar engkol, ketukan dihitung dan alur (selebar 2 mm) dalam
cawan kuningan diawasi.
c. Bila alur dalam cawan sudah ada yang berimpit / bertemu kembali
sepanjang ± 1 Cm, pemutaran dan penghitungan dihentikan. Untuk alat
batas cair (Casagrande) yang memakai motor dan pencatat ketukan
(caunter), memutar engkol,menghitung dan menghentikan, cukup dengan
menekan tombol, bila alur sudah berimpit/bertemu ±1 Cm ( karena
memakai tenaga listrik).
d. Jumlah ketukan dicatat, tanah dalam cawan kuningan diambil untuk kadar
airnya (sebanyak 1 dish).
e. Pada contoh pasta yang sama dilakukan 2 kali pengujian agar hasilnya
akurat / teliti.
f. Pedoman / patokan untuk membantu agar pengujian batas caiar hasilnya
baik.
Pengujian I II III IV V VI
Jumlah
50 – 70 40 – 50 30 – 40 20 – 30 10 – 20 0 – 10
ketukan N
1. Dari keenam pengujian tersebut diatas, akan menghasilkan 6 titik koordinat, kadar
air sebagai ordinatnya, jumlah ketukan sebagai absisnya.
2. Gambarkan kedalam kertas berskala semi log, ordinatnya sebagai skala biasa,
absisnya pada slaka log.
3. Dari keenam titik dapat ditarik satu garis lurus / garis aliran (sebanyak mungkin
dari keenam titik tersebut masuk dalam satu garis), yang akan dipakai untuk
menentukan batas cair dari suatu contoh tanah (wl) dalam persen.
F. MENENTUKAN (Ditermination) :
1. Titik potong antara garis batas cair /garis aliran (Flow curve) dengan absis pada
ketukan N = 25 adalah merupakan titik koordinat antara ketukan dan kadar air.
2. Ordinat titik ini menunjukkan besarnya angka batas kadar air / batas cair (wl)
dalam persen.
3. Flow indek adalah perbandingan angka dari selisih kadar air ( ordinat ) dalam
persen, dengan selisih dari banyaknya ketukan (absis) dalam sekala log.
Wn1 Wn2
If Dimana : Wn1 = Kadar air pada ketukan N1
log N 2 log N1 Wn2 = Kadar air pada ketukan N2
N1 dan N2 = Banyaknya ketukan
Sebagai bahan tambahan/bahan pengetahuan, dalam , menentukan besarnya
angka batas cair, beberapa ahli tanah pernah menentukan rumus sebagai berikut ;
TgB
N
wl w Harga B = 0,115; B = 0,125; B =0,121 – 0,130
25
Berlaku untuk N = 20 – 31 ; N = 15 – 41
2. Oleh Olmstead & C.M. Johnson dari Bureau of Public Roads tahaun 1954
w
wl Untuk harga N = 22 – 28
11,419 0,3 log N
3. W.J. Eden dari National Reserch Cuoncil of Canada tahaun 1955, memperbaruhi
penentuan W.E.S. dengan :
w
wl Untuk harga wl = < 50
1,388 0,277 log N
N = 17 – 35
0 , 092
N
wl w Untuk harga 50 < wl < 120
25
N = 20 – 30
N
wl w If log Untuk harga N = 17 – 36
25
0 ,12
N
wl w Untuk harga N = 20 – 30
25
Bagian-bagian alat :
1. Cone membentuk sudut 600 terhadap horizontal, tersambung dengan tangkai
yang berdiri tegak lurus (900).
2. Tempat contoh tanah, berdiameter 6 Cm dengan tinggi 2,5 Cm.
3. Arloji pengukur (dial gauge) dengan panjang stroke 30 mm, berketelitian 0,01
mm.
4. Pemegang batang cones.
Menggunakan rumus :
H
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
(mm)
1,21 1.20 1,19 1,18 1,17 1,16 1,15 1,14 1,14 1,13 M
7
- 3,5 - 3,4 - 3,2 - 3,0 - 2,9 - 2,7 - 2,6 - 2,5 - 2,3 - 2,2 N
1,12 1,11 1,11 1,10 1,10 1,09 1,09 1,07 1,07 1,06 M
8
- 2,1 - 1,9 -1,8 - 1,8 - 1,6 - 1,4 - 1,3 - 1,2 - 1,1 - 1,0 N
1,05 1,05 1,04 1,04 1,03 1,03 1,02 1,01 1,01 1,00 M
9
-0,9 - 0,8 - 0,7 - 0,6 - 0,5 - 0,4 - 0,3 - 0,3 - 0,2 - 0,1 N
1,00 1,00 0,99 0,99 0,98 0,98 0,97 0,97 0,96 0,96 M
10
0,0 0,10 0,20 0,20 0,30 0,40 0,50 0,50 0,60 0,70 N
0,96 0,95 0,95 0,94 0,94 0,94 0,93 0,93 0,93 0,92 M
11
0,70 0,80 0,90 0,90 1,00 1,10 1,10 1,20 1,20 1,30 N
0,92 0,92 0,91 0,91 0,90 0,90 0,90 0,90 0,89 0,89 M
12
1,40 1,40 1,50 1,50 1,60 1,70 1,70 1,80 1,80 1,90 N
0,89 0,88 0,88 0,88 0,88 0,87 0,87 0,87 0,87 0,86 M
13
1,90 2,00 2,00 2,10 2,10 2,20 2,20 2,20 2,30 2,30 N
0,86 0,86 0,86 0,85 0,85 0,85 0,85 0,84 0,84 0,84 M
14
2,40 2,40 2,50 2,50 2,50 2,60 2,60 2,70 2,70 2,70 N
Lampiran 5
1. Banyak Pukulan
2. Nomor Cawan
Flow Index =
Jakarta,..................................
Diperiksa Penguji
(..........................................) (..........................................)
Sekolah Tinggi Teknik – PLN
Jakarta
MODUL VI
PENGUJIAN BATAS PLASTIS
TANAH
(Plastic Limit Test)
A. TUJUAN :
B. PERALATAN :
C. BENDA UJI :
Contok tanah yang diuji harus kering udara dan lolos ayakan No.40 dengan
ukuran lubang ayakan 0,42 mm.
D. PELAKSANAAN :
Rentang batas antara batas cair dengan batas plastis disebut plastic indek.
wl wn
Ic
wl wp
Dimana : Ic = Consistency index
wn = Kadar air asli (%)
wn wp
Il Dimana : Il = Liquidity index
wl wp
Ip
It
If
Dimana : It = Toughness index
If = Flow index
Rentang batas antara batas plastis dengan batas susut disebut shrinkage Index.
Is = wp - ws
Dimana : Is = Shrinkage index (%)
ws = Batas susut (%)
Lampiran 6
1. Nomor Cawan
LL PL PI
Jakarta,..................................
Diperiksa Penguji
(..........................................) (..........................................)
Sekolah Tinggi Teknik – PLN
Jakarta
MODUL VII
PENGUJIAN BATAS SUSUT
TANAH
(Shringkage Limit Test)
A. MAKSUD :
Pengujian batas susut tanah adalah pengujian untuk menentukan besarnya batas
kadar air tanah, disaat volumenya tidak menyusut lagi (berkurang lagi),
walaupun kadar airnya dikurangi terus sampai kering atau pada saat kondisi semi
plastis menjadi non plastis, kering/kaku. Dari hasil pengujian ini dapat juga
dicari/dihitung besarnya angka perubahan susut (volume change/volumetric
shrinkage), susut panjang (linier shrinkage), rasio susut (shrinkage ratio) dan berat
jenis butir tanah.
B. PERALATAN :
C. BENDA UJI :
Contoh tanah kering udara lolos ayakan No.40, ukuran lubang 0,42 mm sebanyak
± 250 gram. Didapat dari ketukan no.4 dari Uji Batas Cair.
D. PELAKSANAAN :
Pengukuran volume menggunakan mediasi air raksa dengan berat jenis 13,5 g/cm3
Setelah besaran-besaran volume tanah basah ( V ) dalam Cm 3, volume tanah
kering (Vs=V0) dalam Cm 3, berat tanah kering ( Ws ) dalam gram, dan kadar air
tanah awal ( w ) dalam persen diperoleh, maka dapat dihitung besaran-besaran yang
diperlukan dengan rumus-rumus :
. Ww'
ws .100%
Ws
ws
Ww Ww Ww'
.100% ws
Ww Ww Ww'
.100%
Ws Ws
ws
Ww
.100%
V V0 .w .100%
Ws Ws
Dimana : Ww = V x w
ws w
V V0 w .100% Ww’ = Vor x w
Ws Ww - Ww’ = (V-V0) w
Perubahan volume dari volume awal sampai dengan tidak menyusut lagi dihitung
dalam persen.
V
C .100%
V0
Dimana : C = Susut volumetric ( % )
V Selisih antara volume awal dengan volume saat terjadi susut.
Ww Ww
'
V V0 w Ww Ww'
C .100% C .100% C .100%
V0 V0 V0 .w
Ww Ww' Ww Ww'
.100% .100%
Ws w ws
C .100% C Ws Ws C %
V0 .w V0..w V0 .w
Ws Ws Ws
C w ws
Ws
%
Vo w
Susut panjang (Shrinkage linier) :
LS 1 .100% LS 1 .100%
1 1
3 V V0 V0 3 V V0 V
0
V0 V0 V0
1 1 100
LS 1 LS 1 . .100%
3 V .100% V 100
1 3 1
V0 V0
100
Ls 1001 3 %
C 100
V V
.100%
V0 V0
R R
Ww Ww' Ww Ww'
.100%
Ws Ws
R
V V0
.
Ws
R
V V0 .Ws
V0 Ww Ww' V0 .V V0 w
Ws
R
Vo w
Batas susut dapat juga dihutung, bila specific gravity (Gs) dan susut rasio diketahui
dengan rumus :
1 1
ws .100%
R Gs
Ww Vw.w
Ww V Vs.w Dimana :
Ww = Berat air awal ( gr )
Vw = Volume air ( Cm 3 )
V = Volume tanah basah ( Cm 3)
Vs = Volume tanah kering open (Cm 3)
w
V V0 .w .100% V0 .w VS .w .100% 1 1
ws 100%
Ws Ws Ws R Gs
Ws
Gs
Vs.w
Dimana : Gs = Berat jenis butir tanah
Ws = Berat kering butir tanah (gr)
Vs = Volume tanah kering (Cm 3)
w = Berat jenis air pada suhu 40C
Ws
Gs
Vo.w Vo.w Vs.w
Ws Ws
Gs Gs
Vo.w Vo.w Vs.w Vo.w Vo Vs .w
Ws Ws
Gs Gs
Vo.w V V Vo Vs .w Vo.w V Vs V Vo.w
Ws Ws
Gs Gs
Vo.w V Vs V Vo.w Vo.w V Vs .w V Vo.w
1 1
Gs Gs
Vo.w V Vs .w V Vo.w 1 Ww V Vo.w
Ws Ws R Ws Ws
1 1
Gs Gs
Ww V Vo .w V Vo.w .100%
.100% w
1 Ws Ws 1 Ws
Rs 100% R 100%
1
Gs 1
1 ws Gs
1 ws
R 100%
R S
Dimana :
Gs = BD butiran tanah
R = Susut rasio
ws = Kadar air batas susut ( % )
S = Tingkat kejenuhan 100%
Lampiran 7
Nomor Percobaan 1 2 3
Perubahan volumetric , C, %
Jakarta,..................................
Diperiksa Penguji
(..........................................) (..........................................)
Sekolah Tinggi Teknik – PLN
Jakarta
MODUL VIII
PENGUJIAN KEPADATAN TANAH
DILAPANGAN DENGAN
METODE KERUCUT PASIR
(Sand Cone Method)
Menguji kepadatan tanah hasil pemadatan baik berupa bendung urugan tanah maupun
fondasi dasar jalan urugan, pengukuran volumenya menggunakan berat volume ( ts
)pasir silica.
B. PERALATAN :
b. Corong berbentuk kerucut, terbuat dari besi yang dapat disambung dengan
botol dengan lubang bagian atas ø 12,7 mm ; lubang bagian bawah ø 162 mm
dan dengan tinggi 135,5 mm. Dilengkapi dengan kran yang dapat dibuka dan
ditutup untuk keluar masuknya pasir.
c. Plat dasar ukuran 290 mm x 290 mm dengan lubang ditengahnya ø 162 mm,
untuk berdirinya (tempat tersambungnya) corong dengan sistim alur.
2. Timbangan yang diperlukan untuk pengujian ada dua macam kapasitas maupun
jenisnya :
a. Platform table balance kapasitas 10 Kg dengan ketelitian 0,1 gram yang dapat
dibawa/dipindah–pindahkan tempatnya, untuk menimbang tanah peralatan
sand cone dan lain-lain.
b. Timbangan listrik, kapasitas 200 gram dengan ketelitian 0,1 mg untuk
menimbang kadar air.
3. Ayakan No. 10 diameter lubang 2.00 mm sebanyak 1 (satu) buah, dan ayakan No.
200, diameter lubang 0,074 mm juga 1 buah.
4. Dish / cawan kadar air sebanyak 2 buah.
5. Watepass
6. Termometer pengukur suhu kapasitas 00 - 500 C
7. Peralatan pembantu berupa, pahat, palu, skop kecil dan lain-lain untuk membuat 1
buah lubang atau 2 buah lubang galian
Bahan pembantu :
1. Pasir silica, kering, dapat lolos ayakan No.10 dan tertahan diatas ayakan No.200,
bersih tanpa bahan pengikat, sehingga dapat lolos/mengalir dengan mudah dalam
lubang corong.
2. Air bersih.
D. PELAKSANAAN :
Sebelum semua peralatan uji dan bahan pembantu dibawa ke lapangan, terlebih dahulu
ditentukan, diukur banyaknya pasir yang akan memenuhi corong (Wtsc) dalam gram. Dan
berat volume pasir kering ts dalam gr / Cm 3.
1. Isi alat uji dengan pasir silica secukupnya, kemudian kran ditutup, ditimbang (Wts)
dalam gram.
2. Letakkan alat uji yang berisi pasir silica kedalam tabung besi, dengan posisi
terbalik, tegak lurus dasar tabung besi, corong berada didasar tabung.
3. Buka kran, biarkan pasir mengalir sampai berhenti sendiri, yang berarti corong
sudah penuh dengan pasir, kran ditutup. Alat uji yang berisi sisa pasir silica,
ditimbang (Wtsc’) dalam gram.
Berat pasir dalam corong (Wtsc) = Berat alat uji berisi pasir (Wts) – Berat alat
uji berisi pasir sisa (Wtsc’).
Dimana :
ts = Berat volume pasir (gr/Cm 3)
Wts = Berat alat uji penuh dengan pasir (gr)
Wtw = Berat alat uji penuh dengan air (gr)
Wt = Berat alat uji keadaan kosong (gr)
w = BD air dalam botol (gr/Cm 3)
Pengukuran volume tanah galian menggunakan mediasi pasir yang sudah dicari
besaran Berat volume pasirnya ts
Dimana :
t = Berat volume tanah basah (gr/Cm 3)
W = Berat tempat dan tanah galian (gr)
C = Berat tempat (gr)
Wts = Berat alat uji berisi pasir (gr)
Wts’ = Berat alat uji berisi pasir sisa (gr)
Wtsc = Berat pasir dalam corong (gr)
t.100
d
100 w
Dimana :
d = Berat volume tanah kering (gr/Cm 3)
t = Berat volume tanah basah (gr/Cm 3)
w = Kadar air tanah (%)
Lampiran 8
No. Bucket
Jakarta,..................................
Diperiksa Penguji
(..........................................) (..........................................)
Sekolah Tinggi Teknik – PLN
Jakarta
MODUL IX
PENGUJIAN KEPADATAN TANAH
DILAPANGAN DENGAN
TABUNG CONTOH TANAH
(Core Cutter Method)
Maksud dan tujuan pengujian ialah menguji kepadatan tanah yang umumnya
dilakukan disekitar permukaan tanah asli (undisturbed sample) di lapangan atau
permukaan tanah didasar lubang galian (Sumur uji) dilapangan, namum pengujian
kadar airnya tetap dilakukan di laboratorium. Jadi setelah pengambilan contoh tanah
dilapangan selesai, contoh tanah tersebut dilindungi dari pengaruh udara/panas dan
air selanjutnya segera dibawa ke laboratorium.
B. PERALATAN :
1. Tabung contoh / ring dari baja yang cukup tipis, dengan ujung tajam dibagian
bawahnya dengan nilai Ar 10 %.
2. Landasan / penutup silinder dan alat pemukul atau palu.
3. Timbangan kapasitas 200 gram.
4. Peralatan seperti pisau perata (knife/straight edge), skop kecil, peralatan bor
tangan dan lain-lain.
5. Peralatan pengujian kadar air.
C. PELAKSANAAN :
1. Timbang, hitung volume ring contoh tanah yang akan dipakai dan catat dalam
blangko pengujian.
2. a. Ratakan, bersihkan tanah yang akan diuji.
b. Bila tanah yang akan diuji berada dibawah permukan, laksanakan pengeboran
tanah sampai pada kedalaman tanah yang diinginkan.
3. Letakkan tabung contoh dengan posisi bagian tajam dibawah, tutup dengan
penutup tabung.
4. Pukul penutup tabung dengan pemukul sampai permukaan tabung bagian atas
masuk mencapai 1 Cm – 2 Cm, dibawah permukaan tanah.
5. Lepaskan penutup tabung, gali tanah disekitar tabung sampai 1 Cm dibawah
dasar tabung (bibir tabung yang tajam).
6. Potong tanah, ratakan sesuai bibir tabung dengan pisau perata.
7. Ditimbang, dicatat dalam blangko uji dan keluarkan tanah dari tabung, lalu ambil
sebagian contoh tanah ini, untuk diuji kadar airnya.
D. PERHITUNGAN :
Pengukuran Volume tanah dengan cara menghitung dan mengukur tempat contoh
tanah (Ring).
Tabung contoh diusahakan setipis mungkin sehingga memenuhi persyaratan seperti
ketentuan tabung untuk pengambilan contoh tanah tidak terganggu (thin wall
sampler) yang merupakan perbandingan antara luas penampang (luas tebal tabung)
dengan luas penampang contoh kali seratus persen, besarnya lebih kecil atau sama
dengan 10%.
Ar
0,25. .D 0,25. .D .100%
0
2
1
2
Ar
0,25. . D0 D1
2 2
.100%
0,25. .D 0,25. .D1
2 2
1
Do 2 Di 2 Ar 10%
Ar .100%
Di 2
Dimana :
Ar = Tebal rasio tabung ( % )
Do = Diameter luar tabung contoh tanah ( Cm )
Di = Diameter dalam tabung contoh tanah ( Cm )
Rumus-rumus berat volume basahnya dan berat volume keringnya seperti yang pernah
diuraikan di pengujian sebelumnya :
𝑊
𝛾𝑡 =
𝑉
Dimana :
t = Berat volume basah (gr/Cm 3)
W = Berat basah tanah (gr)
V = Volume contoh (cm 3)
t 100
d
100 w
Dimana :
d = Berat volume kering (gr/Cm 3)
w = Kadar air tanah (%)
Catatan :
Untuk contoh tanah yang kaku, keras dan berbatu, biasanya tabung contoh tanah sulit
untuk menembus kedalam tanah, maka sebaiknya menggunakan metode Kerucut pasir
(Sand Cone).
Untuk tanah yang banyak mengandung pasir atau tanah lepas, pengujian dengan
metode ini juga mendapatkan banyak kesulitan. Tabung bagian dalam maupun bagian
luar harus bersih dan licin agar tanah masuk kedalam tabung tidak terhambat/terganggu,
bagian ujungnya harus tajam dan runting.
Sekolah Tinggi Teknik – PLN
Jakarta
MODUL X
PENGUJIAN KEPADATAN TANAH
CBR LABORATORIUM
(CBR Test)
A. TUJUAN :
Pengujian CBR (California bearing Ratio) adalah pengujian untuk menguji kekuatan
tanah asli dilapangan (tanah yang akan dipakai untuk jalan) maupun tanah asli hasil
pemadatan dilapangan karena tanah asli tersebut diatas kurang memenuhi syarat
untuk jalan atau pengujian untuk perencanaan ketebalan perkerasan jalan baru
sistem timbunan. Nilai CBR adalah hasil perbandingan kekuatan tanah yang diuji
dengan nilai kekuatan penetrasi terhadap agregat standart dalam persen.
B. PERALATAN :
C.PELAKSANAAN :
Pengujian CBR dilakukan oleh California State Highway Departement yang kemudian
banyak dikembangkan oleh badan-badan lain, diantaranya The Asphalt Institute dan
kemudian cara yang banyak dipakai untuk perncanaan adalah cara U.S Army Corps
of Engineers.
1. Persiapan material bahan yang akan diuji seperti persiapan pada pengujian
pemadatan tanah yang lalu namun jumlahnya lebih banyak, ± 5 Kg /nampan.
2. Demikian pula peralatan yang akan dipakai , tetapi mold yang digunakan adalah
ø 15,2 Cm, dan peralatan yang lain.
3. Diusahakan sedemikian rupa agar mendapatkan 2 contoh diatas kadar air
optimum dan 2 contoh dibawah kadar air optimum.
4. Dilakukan dengan pemadatan modified, tiap mold sebanyak 5 lapis, masing-
masing lapisan ditumbukan 56 kali sebanyak min. 5 mold; 25 kali dan 10 kali
masing-masing 1 mold, setelah diketahui kadar air optimumnya, jadi jumlah
contoh yang dipadatkan dalam tabung sebanyak minimum 8 mold.
5. Mold diisi gamjal (psace dish) terlebih dahulu sebelum dilaksanakan pema-
datan, minimum 5 mold dengan kadar air yang berbeda-beda pula sehingga
mendapatkan kadar air optimum pada kepadatan yang maksimal.
6. Selanjutnya membuat/mencampur contoh tanah yang akan diuji berkadar air
optimum sebanyak 3 loyang untuk dipadatkan dengan tumbukan 56 kali; 25 kali
dan 10 kali.
7. Setelah selesai dipadatkan, plat ganjal dilepas, diratakan, ditimbang beratnya
demikian pula kadar airnya, kemudian dipasang kertas saring dibagian bawah
maupun diatasnya; diberi beban 2 (dua) keeping dengan berat ± 5 kg atau sesuai
dengan keberadaan contoh tanah dilapangan (over berden pressure).
8. Kemudian tanah direndam bersama-sama dengan mold nya setelah dipasang
alat pengukur (dial gauge) pengembangan tanah / swelling, yang dipasang pada
tripot. Ketelitian / satuan pengukuran dalam 0,01 mm.
9. Pengukuran pengembangan tanah ( swelling ) dilakukan pada tahapan-tahapan
waktu 1 jam; 2 jam; 4 jam; 8 jam; 12 jam; 24 jam; 36 jam; 48 jam dan 96 jam
atau sesuai permintaan. Semua dicatat dalam blangko pengujian (form uji).
10. Setelah selesai peremdaman sesuai waktu yang ditentukan, mold diangkat dari
tempat perendaman, alat pengukur, 2 keping beban dan kertas filter diambil,
kemudian ditiriskan selama ± 15 menit, tanah tidak boleh diganggu dan selan-
jutnya ditimbang bersama-sama mold nya. Semua dicatat dalam blangko uji.
11. Mold yang pertama (tumbukan 56 ×) beserta contoh tanahnya diletakkan
dibawah piston alat uji CBR, diatur sedemikian rupa sehingga piston menem-pel
pada permukaan tanah, kemudian diberi plat beban seperti pada saat peren-
daman. Kemudian berturut-turut diberi beban penetrasi sampai menusuk 12,5
mm, kemudian dilakukan pula pada mold dengan tumbukan 25 × dan yang
terakhir tumbukan 10 ×.
12. Apabila pengujian CBR dilaksanakan tanpa perendaman, urutan pekerjaan No.
11 dan seterusnya dilakukan setelah urutan pekerjaan No.7 atau langsung dila-
kukan pengujian penetrasi.
13. Kecepatan penetrasi diatur/disetel dengan kecepatan 1 mm/menit atau 1,27 mm
/menit. Tahapan-tahapan penetrasi 50/100 mm; 100/100 mm; 150/100 mm;
200/100 mm; 250/100 mm; 500/100 mm; 750/100mm;1000/100 mm; 1250/100
mm (maksudnya piston menembus permukaan tanah 0,5 mm; 1,0 mm; 1,5 mm;
2,0 mm; 2,5mm; 5,0 mm;7,5 mm;10,0 mm; 12,5 mm) dibaca pada alat pengukur
(dial gauge) penurunan.
14. Bersamaan dengan pembacaan setiap tahapan penetrasi, juga dibaca kekuatan
beban/besarnya beban yang dihasilkan pada dial gauge Proving ring yang
mempunyai nilai koefisien P.ring sebesar 0,2326324 kN/0,01 mm.
Kaki tiga tempat jam pengukur
( Tripot )
Mold CBR
Proving ring
Mold CBR
95% γd
1,8
1,6
(OMC)
0 2 4 6 8 10 12 14 0 20 40 60 80
19. Apabila pengujian CBR hanya dilakukan satu macam tumbukan (tumbukan 56 ),
nilai design CBR nya tunggal (langsung dari perbandingan beban yang
dihasilkan uji CBR laboratorium dengan beban CBR Standard)
20. Nilai CBR ( design CBR ) akhirnya seperti dalam gambar berikut :
No. 1
No. 3
1000
800
Kg
600
400
No.2
200
00
0 2,5 5,0 7,5 10,0 12,5
0 2,5 5,0 7,5 10,0 12,5
mm
21. Grafik No. 1 adalah grafik standard, grafik No. 2 adalah grafik hasil test yang tidak
perlu ada perbaikan titik awalnya (0 point) sedangkan grafik No. 3 adalah grafik hasil
test yang membetuk lengkungan S sehingga titik awalnya (0 point nya) harus direvisi
dengan cara menarik garis lurus seperti pada gambar diatas (titik awalnya digeser).
22. Nilai CBR adalah hasil penetrasi pada kedalaman 2,5 mm atau 0,1 “ Apabila nilai
CBR untuk penetrasi 5,0 mm lebih besar dari nilai CBR pada pe-netrasi 2,5 mm
pengujian hendaknya diulang. Bila hasil pengulangannya masih lebih besar maka
nilai yang dipakai adalah hasil peneterasi pada 5,0 mm.
Beban, pengujian
CBR 100 %
Beban, s tan dard ……….. 1
1
V 2 T
4
……….. 2
Dimana :
Volume mold CBR dalam Cm 3
Diamater dalam mold dalam Cm
Tinggi contoh tanah dalam mold 12,5 Cm setelah dikurangi ganjal (spacer dish).
W t 100 w
t d Ws V d W Ws 1
V 100 w 100
Dimana :
Berat isi tanah basah t dalam Berat isi tanah kering d dalam
gr gr
cm 3 cm 3
Berat tanah basah W dalam gr Kadar air contoh tanah w dalam %
Volume contoh tanah V dalam cm 3 Berat kering contoh tanah Ws dalam gr
Dimana :
' d adalah berat isi tanah kering setelah direndam dalam gr
cm 3
e adalahpengembangan tanah setelah direndam (swelling ) dalam %
' t adalah berat isi tanah basah setelah direndam t dalam gr
cm 3
w ' adalah kadar air contoh tanah setelah direndam w dalam %
Lampiran 10
Jakarta,..................................
Diperiksa Penguji
Tanggal : Tanggal :
Tanda tangan : Tanda tangan :
Nama : Nama :