Anda di halaman 1dari 4

Dongeng Asal Mula Danau Toba

Alkisah, di Sumatera Utara dahulu kala hidup seorang pemuda yatim piatu yang miskin bernama
Toba. Ia hidup sendiri sebatang kara. Si pemuda miskin tinggal di sebuah lembah subur. Sehari-
hari ia menghidupi dirinya dengan cara bertani dan mencari ikan di sungai yang letaknya tidak
jauh dari rumahnya. Hasil bertani beserta ikan hasil memancing ia masak untuk dijadikan lauk
makanannya sementara sisanya ia jual di pasar. Selama ini mudah saja baginya mendapatkan
ikan dari sungai yang berair jernih tersebut.

Suatu sore, sepulangnya dari ladang, si pemuda miskin pergi memancing di sungai. Setelah
sekian lama memancing, ia tak kunjung mendapatkan ikan. Kejadian seperti ini belum pernah
dialaminya. Ahirnya ia menarik pancingnya kemudian memutuskan pulang ke rumah. Namun
anehnya ketika pancing ditarik, seekor ikan tiba-tiba menyambarnya. Hatinya senang ketika
melihat seekor ikan mas cantik tergantung di ujung tali pancingnya. Sisik ikan mas tersebut
sangat indah berwarna kuning keemasan. Seumur hidupnya belum pernah dilihatnya ikan seperti
itu.

“Aduhai, cantiknya ikan mas yang kudapat. Sayangnya, hanya ikan mas ini hasil tangkapanku
hari ini. Aku akan membawanya pulang untuk dimasak.” ujar Toba.

Segera si pemuda bergegas pulang ke rumah untuk memasak ikan hasil tangkapannya.

Setibanya di rumah, si pemuda menaruh ikan mas di sebuah wadah. Ia segera menyiapkan kayu
bakar untuk memasak. Ternyata kayu bakar yang dimiliki si pemuda telah habis. Dia pun keluar
untuk mengambil kayu bakar di belakang rumahnya. Setelah mengambil beberapa potong kayu
bakar dia kembali ke dapur untuk memasak.

Betapa terkejutnya si pemuda, sesampainya di dapur ia mendapati ikan mas telah hilang. Namun
anehnya di dekat tempat ikan mas tersebut terhampar beberapa keping uang mas. Toba terheran-
heran melihat keanehan tersebut. Ia hanya melongo melihat koin emas di atas meja. Karena
kebingungan, Toba kemudian masuk ke dalam kamarnya. Betapa terkejutnya pemuda tersebut
ketika melihat seorang wanita cantik di dalam kamarnya.

"Siapakah engkau hai wanita cantik? Darimana asalmu? Kenapa engkau ada di dalam rumahku?"
Tanya si pemuda keheranan.

"Aku adalah ikan mas hasil tangkapanmu tadi, sedangkan uang emas di atas meja adalah
penjelmaan dari sisik tubuhku." jawab wanita cantik tersebut. “Namaku Putri. Aku pernah
melanggar larangan Dewata hingga akhirnya Dewa memberi kutukan bahwa Aku akan berubah
menjadi seekor ikan. Kutukan akan hilang dengan sendirinya jika ada manusia yang
menyentuhku. Karena Engkau menyentuhku, maka Aku pun terbebas dari kutukan. Terima kasih
Engkau telah membebaskanku.”

Tak pelak Toba merasa gembira bercampur bingung. Ia tak mengira ikan mas cantik yang
diperolehnya menjelma menjadi seorang wanita cantik jelita. Setelah memperkenalkan dirinya,
tanpa berpikir panjang, Toba meminta si wanita cantik untuk menjadi istrinya.

"Oh begitu rupanya. Aku adalah seorang petani. Namaku Toba. Maukah engkau menjadi istriku
hai wanita cantik?" tanya si pemuda malu-malu.

Si wanita menunduk dan terdiam sejenak, kemudian berkata "Baiklah aku bersedia menjadi
istrimu tapi dengan satu syarat engkau tak boleh mengungkit-ungkit asal usulku, bahwa Aku
adalah penjelmaan ikan. Jika Engkau mengungkit masa laluku, maka akan terjadi bencana
besar." jawab si wanita cantik.

"Tentu saja Aku tidak perduli dengan asal usulmu. Aku menyanggupi syaratmu." ujar si pemuda
sambil mengganggukkan kepala.

Tak lama kemudian merekapun menikah. Walaupun mereka berdua hidup sangat sederhana
namun, waktu berlalu begitu cepat bagi sepasang suami istri yang berbahagia tersebut. Toba pun
bekerja lebih giat lagi guna membahagiakan istrinya. Karena ketekunannya, kehidupan mereka
berdua menjadi semakin baik.

Penduduk desa menjadi gempar dengan kehadiran wanita cantik yang tidak jelas asal-usulnya.
Mereka sering bertanya kepada Toba perihal asal-usul istrinya yang cantik. Namun Toba tidak
pernah memperdulikan penduduk desa. Perubahan kehidupan Toba yang mulanya seorang
pemuda miskin menjadi mapan membuat penduduk desa mengira Toba memelihara mahluk
halus. Namun Toba tak pernah memperdulikan gunjingan penduduk desa.

Tanpa terasa Toba dan Putri akhirnya dikaruniai seorang anak laki-laki yang mereka beri nama
Samo.

Samo tumbuh menjadi anak yang sehat. Ibunya sangat memanjakan Samo. Apapun yang diminta
Samo akan dipenuhi oleh ibunya. Akibatnya setelah berumur 6 tahun, Samo berubah menjadi
anak sangat nakal dan sulit untuk dinasehati. Samo lebih senang bermain dan bermalas-malasan
daripada membantu kedua orang tuanya. Ibunya sering menyuruhnya mengantarkan nasi untuk
ayahnya di ladang, tapi Samo selalu menolaknya. Ibunya terpaksa mengantarkan sendiri nasi
untuk suaminya ke ladang.

Suatu hari, seperti biasanya, Samo disuruh ibunya mengantarkan nasi untuk ayahnya di ladang.
Awalnya ia tidak mau, tapi karena ibunya terus memaksa akhirnya ia pun pergi ke ladang
mengantarkan bungkusan nasi untuk ayahnya. Sang ibu memberikan bungkusan berisi nasi
dengan lauk ikan. Di tengah perjalanan ke ladang, Samo merasa lapar.
“Aduh perutku keroncongan setelah lama bermain tadi. Ya sudah Aku makan saja bungkusan
nasi ini.”

Samo kemudian memakan nasi untuk ayahnya hingga habis. Samo hanya menyisakan tulang
ikan. Ia kemudian membungkusnya kembali. Sesampainya di ladang, Samo memberikan
bungkusan nasi pada ayahnya. Karena sudah sangat lapar, ayah Samo langsung membuka
bungkusan nasi tersebut. Ia terkejut saat mengetahui isi bungkusan hanya berisi tulang ikan. Si
ayah kemudian memarahi Samo.

"Hai Samo!, apa yang kamu lakukan? Kenapa di dalam bungkusan hanya berisi tulang ikan? Kau
kah yang memakannya?" teriak ayahnya pada Samo.

"Maaf ayah, di jalan perut saya terasa lapar, jadi saya makan nasi punya ayah." kata Samo
ketakutan.

Si ayah marah besar kemudian menampar pipi anaknya sambil berkata bahwa anaknya adalah
anak ikan.

“Memang benar-benar kamu ini keterlaluan!. Tak bisakah Kau membantu orang tuamu. Kenapa
kamu sulit sekali diatur? Mungkin karena kamu anak ikan!"

Samo menangis karena ditampar ayahnya. Ia berlari pulang ke rumah. Sesampainya dirumah,
Samo mengadu pada ibunya bahwa ayahnya telah memukulinya sambil mengatainya sebagai
anak ikan. Samo bertanya pada ibunya apakah ia memang benar anak ikan.

"Ibu...benarkah apa yang dikatakan ayah bahwa aku anaknya ikan?"

Sang ibu kaget mendengar pertanyaan anaknya. Sambil menangis ia memeluk Samo. Sang ibu
berkata bahwa ayahnya telah melanggar sumpah.

"Anakku, Ibu memang seorang ikan yang berubah menjadi manusia. Tetapi, Ayahmu telah
melangar sumpahnya. Ia bersumpah tak akan mengungkit asal-usul ibu. Engkau pergilah ke atas
bukit, naiklah pohon yang tinggi untuk menyelamatkan dirimu. Sedangkan ibu harus kembali ke
alam ibu."

Samo segera menuruti perintah ibunya dengan pergi menyelamatkan diri ke atas bukit.

Setelah tampak olehnya Samo menaiki pohon tinggi di atas bukit, Ibu Samo segera berlari
menuju sungai. Saat itu terdengar petir menyambar-nyambar disusul hujan deras. Tiba-tiba saja
langit berubah menjadi gelap. Ibu Samo kembali berubah menjadi seekor ikan dan kemudian
menghilang entah kemana, sedangkan dari bekas telapak kakinya keluar air sangat deras. Tidak
lama kemudian tempat tersebut tergenang air membentuk sebuah danau. Sementara si ayah tidak
bisa menyelamatkan dirinya. Dia mati terseret arus air yang deras.
Masyarakat kemudian menyebut danau tersebut dengan nama Danau Toba. Hingga kini tidak ada
yang mengetahui keberadaan Samo namun, bukit tempat menghilangnya samo yang terletak di
tengah danau, disebut dengan nama pulau Samosir (Samo yang diusir). Kata toba memiliki arti
tidak tahu balas budi. Seiring waktu, masyarakat lambat laun menyebutnya Danau tersebut
dengan nama Danau Toba.

Anda mungkin juga menyukai