Anda di halaman 1dari 2

TIPE DIABETES DAN DEPRESI

Melalui sejumlah studi epidemiologis, selain dari prevalensi depresi pada pasien dengan
diabetes, itu juga mungkin untuk mengidentifikasi sejumlah faktor risiko yang kurang lebih
terkait dengan depresi. Faktor risiko ini diantaranya yaitu - demografis (perempuan, jenis
kelamin, usia muda, pendidikan rendah, kemiskinan), klinis (keseriusan diabetes, lamanya
sakit, komplikasi diabetes, nilai tinggi HbA1c glikosilasi) dan perilaku (merokok, obesitas)
(tabel 3). Sehubungan dengan hal tersebut ddidapatkan hubungan paling signifikan antara
depresi, obesitas, dan merokok. Obesitas berkorelasi positif dengan meningkatnya prevalensi
diabetes tipe 2.

Studi terbaru menunjukkan bahwa orang dengan depresi lebih rentan terhadap diabetes tipe 2
(Mezuk et al., 2008), pernyataan tersebut mengkonfirmasikan hipotesis Willis. Selain itu
depresi tidak hanya terkait dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2, tetapi juga merupakan
faktor risiko yang ditetapkan untuk penyakit kardiovaskular dan sindrom metabolik lain ,
terutama hipertensi, obesitas dan kolesterol HDL rendah (Vogelzangs et al., 2008).

Kelainan patofisiologis pada hiperaktivitas aksis Hipotalamus, sebagai respons terhadap


peningkatan kadar CRH, Produksi dan sekresi ACTH meningkat, merangsang korteks adrenal
untuk mengeluarkan kortisol. Konsentrasi kortisol tidak hanya menghambat sekresi hormon
lain, tetapi juga merupakan sinyal untuk penurunan saturasi lepin sehingga memicu obesitas
PATOFISIOLOGI

Banyak faktor etiologis yang berperan dalam patofisiologi depresi. Diantaranya adalah
penipisan serotonin dan monoamina lainnya di area otak yang terhubung yang berfungsi
mengontrol emosi, tidur dan rasa untuk makanan. Faktor lain adalah aktivasi kronis
hipotalamus-hipofisis-adrenal dengan peningkatan produksi hormon kortikotropik (CRF).
Depresi juga dapat berasal sebagai akibat dari kekurangan plastisitas neuron sebagai respons
terhadap stres kronis (Wayne et al., 2004).

Anda mungkin juga menyukai