Anda di halaman 1dari 63

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga berencana adalah suatu usaha menjalankan atau

merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai

kontrasepsi. Pada saat ini keluarga berencana telah hampir di seluruh

dunia dan negara-negara maju. Keluarga berencana bukan lagi

merupakan suatu program atau gagasan, tetapi telah merupakan

falsafah hidup masyarakat yang bertujuan untuk membentuk keluarga

kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi. Suatu keluarga dengan

cara mengatur anak, supaya diperoleh keluarga bahagia dan sejahtera

yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Mochtar Rustam,

hal.274).

Berdasarakan data Word Organization (WHO) 2015,

Penggunaan kontrasepsi telah meningkat dibanyak bagian dunia,

terutama diasia dan diamerika latin dan terendah di sub-sahara sahara

afrika. Secara global, penggunaan kontrasepsi modern telah meningkat

tidak disignifisikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada

tahun 2014. Secara regional proporsi pasangan usia subur 15-45 tahun

melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat

minimal 6 tahun terakhir. Di afrika dari 23,6% menjadi 27,6% diasia

telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6% sedangkan di amerika latin

dan karibia naik sedikit dari 66,7% menjadi 67,0%. Diperkirakan 225
2

juta perempuan dinegara negara berkembang ingin menunsa atau

menghentikan kesuburan tapi tidak menggunakan metode kontrasepsi

apapun dengan alasan sebagai berikut: terbatas pilihan metode

kontrasepsi dan pengalaman efek samping. Kebutuhan yang belum

terpenuhi untuk kontrasepsi masih terlalu tinggi. Ketidakadilan

didorong oleh pertumbuhan populasi (WHO, 2015).

Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan

jumlah penduduk sebanyak 252.124.458 jiwa dengan luas wilayah

1.913.878.68 km dan kepadatan penduduk sebesar 131.76 jiwa/km

(Depkes RI , 2015). Masalah yang terdapat diindonesia adalah laju

pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi. Perkiraan penduduk

pertengahan (2013) sebesar 248.8 juta jiwa dengan laju pertumbuhan

penduduk dan kematian dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan

menyebabkan tingkat kematian rendah, sedanghkan tingkat kelahiran

tinggi hal ini penyebab utama ledakan penduduk. Menekan jumlah

penduduk dengan menggalakan program keluarga berencana

(BPS,2013).

Mengapa IUD kurang diminati pasangan usia subur ?

Berdasarkan data yang di dapat dari BKKBN (badan kependudukan

dan keluarga berencana nasional) 2015,tercatat kalau penggunaan IUD

diindonesia masih terbilang rendah dengan hanya 11.07% peserta KB

aktif IUD.Angka ini berbanding jauh dengan peserta KB aktif pil dan

KB suntik yang memiliki presentase lebih dari 60% KB aktifnya.Tentu


3

tidak ada salahnya penggunaan pil dan KB suntik karena keduanya

memiliki manfaat yang sama yaitu untuk mencegah kehamilan atau

menjarakkan kehamilan.Namun jika dilihat dari sisi

efektifitas,efisiensi,dan lama penggunaannya, IUD adalah alat

kontrasepsi yang paling tepat, karena IUD memiliki masa penggunaan

yang paling lama.IUD bisa digunakan hingga 10 tahun,hanya sekali

pasang dan tidak perlu membeli secara rutin seperti pil dan KB suntik

yang kalau dihitung akan jauh lebih boros karena perlu rutin dilakukan

tiap hari untuk pil dan tiap minggu atau bulan untuk KB

suntik.Masalah kesuburan IUDpun akan langsung mengembalikan

kesuburan begitu IUD tersebut dilepas.Namun minat penggunaan IUD

masih terbilang rendah.Faktor-faktor yang menyebabkannya adalah

kesimpangsiuran informsi yang tersebar dimasyarakat yaitu,IUD

berpengaruh pada suami pada saat berhubungan suami istri,IUD dapat

berpindah badan atau bergerak sampai kejantung dan menusuknya,IUD

dapat menyebabkan perdarahan yang hebat,Pengguna IUD tidak bisa

bekerja barat,dan merasa malu untuk menggunakan IUD.

Berdasarkan data dari provinsi Sulawesi Tengah pada tahun

2017 ,jumlah keseluruhan pasangan usia subur yang menggunakan KB

aktif yaitu sabanyak 339.819 jiwa.pengguna kondom 8889

jiwa,pengguna pil 114.042 jiwa,pengguna suntik 162.439

jiwa,pengguna implan 29.380 jiwa,dan AKDR 25.069

jiwa.Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2018 jumlah


4

keseluruhan pasangan usia subur yang menggunakan KB aktif yaitu

sebanyak 426.726 jiwa dengan pengguna kondom 10.759

jiwa,pengguna pil 137.940 jiwa,pengguna KB suntik 203.503

jiwa,pengguna implan 43.191 jiwa,dan pengguna AKDR 31.333 jiwa.

Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan kota palu

Pada tahun 2017 jumlah keseluruhan pasangan usia subur yang

menggunakan KB aktif yaitu sebanyak 33.341 jiwa dengan pengguna

kondom 827 jiwa, pengguna pil 8337 jiwa, pengguna suntik 8390

jiwa,pengguna implan 5590 jiwa,dan pengguna IUD 10.097 jiwa.Pada

tahun 2018 jumlah keseluruhan pasangan usia subur yang

menggunakan KB aktif yaitu, sebanyak 29.836 jiwa dengan

penggunaan kondom 997 jiwa,pengguna pil 5.017,pengguna suntik

5.541 jiwa,pengguna implan 6.836 jiwa dan pengguna IUD 11.445

jiwa

Berdasarkan data yang di peroleh dari puskesmas birobuli

pada tahun 2017, jumlah keseluruhan pengguna KB sebanyak 1517

jiwa, dengan pengguna pil 453 jiwa, pengguna suntik 656 jiwa,

pengguna implan 101 jiwa,pengguna kondom 281 jiwa,pengguna IUD

26 jiwa. Pada tahun 2018 jumlah keseluruhan pengguna KB aktif

sebanyak 2086 jiwa, dengan pengguna pil sebanyak 502 jiwa,

pengguna suntik sebanyak 940 jiwa, pengguna implan sebanyak 242

jiwa, pengguna kondom sebanyak 293 jiwa, pengguna IUD sebanyak

109 jiwa. (profil puskesmas)


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan,maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah ”Asuhan kebidanan pada

Ny.S.Dengan alat kontrasepsi dalam rahim di Puskesmas Birobuli.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Melakukan asuhan kebidanan pada pengguna AKDR di Puskesmas

Birobuli Palu, dengan menggunakan Asuhan Kebidanan yang mengacu

pada Keputusan Mentri Kesehatan RI No 938/ Menkes/ SK/ VIII/2007

tentang standar asuhan kebidanan.

2. Tujuan Khusus

a) Dapat melaksanakan pengkajian dan analisis data asuhan

kebidanan pada Ny.S. dengan alat kontrasepsi dalam rahim

dipuskesmas Birobuli tahun 2019.

b) Dapat menganalisis dan menginterprestasikan data untuk

menegakan diagnosa dan masalah aktual asuhan kebidanan pada

Ny.s.Dipuskesmas Birobuli pada tahun 2019.

c) Dapat menganalisis dan menginterpretasikan data untuk

menegakan diagnosa dan masalah potensial asuhan kebidanan

pada Ny.s.diPuskesmas Birobuli tahun 2019.

d) Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi guna

pemecahan masalah asuhan kebidanan pada Ny.s.diPuskesmas

Birobuli tahun 2019.


6

e) Dapat merencanakan tindakan dalam asuhan kebidanan pada

Ny.s dengan alat kontrasepsi dalam rahim dipuskesmas Birobuli

pada tahun 2019

f) Dapat melakasanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny.s

dengan alat kontrasepsi dalam rahim diPuskesmas Birobuli tahun

2019.

g) Dapat mengevaluasi hasil tindakan asuhan kebidanan pada Ny.s

dengan alat kontrasepsi dalam rahim diPuskesmas Birobuli pada

tahun 2019

h) Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan yang

telah dilaksanakan pada Ny.s dengan alat kontrasepsi dalam

rahim dipuskesmas Birobuli pada tahun 2019

D. Manfaat Penelitian

a) Bagi institusi

Sebagai Bahan masukan atau pertimbangan bagi teman –teman

Akbid Graha Aananda Palu dalam pelaksanaan alat kontrasepsi IUD

di Puskesmas Birobuli.

b) Bagi Puskesmas Birobuli


7

Sebagai bahan masukan bagi para bidan untuk meningkatkan mutu

dan kualitas dalam memberikan asuhan pada alat kontrasepsi iud di

Puskesmas Birobuli

c) Manfaat Bagi Penulis

Sebagai pengalaman ilmiah yang berharga yang dapat

meningkatkan dan menambah wawasan tentang keluarga berencana.

d) Bagi Pasien/keluarga

Agar ibu mengetahui alat kontrsepsi dalam rahim atau IUD.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kontrasepsi

1. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah suatu usaha untuk menjarangkan

kahamilan atau merencanakan jumlah dan jarak waktu kelahiran

dengan cara untuk mencegah terjadinya konsepsi, dengan

menggunakan alat atau obat-obatan (Mochtar R, 1998, hal.255).

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya

kehamilan baik yang bersifat sementara maupun yang bersifat

permanen atau menetap yang dapat dilakukan secara mekanis

menggunakan alat, tanpa menggunakan alat atau dengan operasi

(Wiknjosastro H, 2009, hal.523),

2. Macam-macam Kontrasepsi

a) Metode Sederhana

1) Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang

dipasang pada penis sebagai tempat penampung sperma yang

dikeluarkan pria ada saat senggama sehingga tidak

tercurah pada vagina. (Noviata D. Panduan lengkap

pelayanan KB terkini. Yogjakarta: nuha medika; 2011).


9

2) Dalam Diafragma merupakan plastik berbentuk kuba dengan

sabuk yang lentur, dipasang pada serviks dan menjaga agar

sperma tidak masuk kedalam rahim..

3) Coitus terputus (senggama terputus) adalah suatu metode

kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi

ejakulasi intra vagina. (Mochtar R, 1998 hal.259).

4) Pantang berkala adalah tidak melakukan persetubuhan pada

masa subur istri yaitu sekitar terjadinya ovulasi.

Sedangkan Metode pantang berkala dikenal dua sistem yaitu :

1) Pantang berkala dengan sistem kelender adalah cara Keluarga

Berencana Alamiah (KBA) dimana hari subur ditaksir

berdasarkan kumpulan catatan siklus haid dari 6-12 bulan

terahkir.. (Wiknjosastro H,2007, hal.906,Ilmu Kebidanan).

2) Sistem mengukur suhu badan basal adalah cara KBA dimana

masa tidak subur diperkirakan/ditetapkan berdasarkan adanya

perubahan suhu basal badan sesaat setelah ovulasi. (Mochtar

R,1998, hal.263-264).
10

b) Metode Modern

1) Hormonal

a) Pil KB (Mochtar R, 1998, hal.268-276).

 Progesteron only pil adalah pil yang hanya mengandung

progesteron.

 Pil kombinasi adalah pil yang mengandung kombinasi

progesteron dan estrogen.

 Pil sequensial adalah pil yang mengandung komponen

yang disesuaikan dengan system hormonal tubuh yang

mengandung estrogen dan progesteron.

 Pil KB exluton adalah pil yang mengandung progesteron

dan disiapkan untuk ibu yang memberikan ASI.

b) Suntikan KB (Manuaba I.B.G, 1998, hal 444

 Depo provera yang mengandung medroxy progesteron

asetat 150 mgr.

 Cyclofem yang mengandung medroxyprogesetron asetat

50 mg dan komponen estrogen.

 Noristerat 200 mgr yang merupakan derivat tetosteron.

c) Susuk KB (Saifuddin A.B, 2006, hal.M k.52-53)

 Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga

dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang

diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5

tahun.
11

 Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan

panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm, yang diisi

dengan 68 mg keto-desogestrel dan lama kerjanya 3

tahun.

 Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang diisi

dengan 75 mg levonor-gestrel dengan lama kerjanya 3

tahun

2) Non Nonmonal

a) AKDR

AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukan

dalam rahim untuk menghambat masuknya

spermatozoa. Cara kerjanya, menghambat kemampuan

sperma untuk masuk ke tuba fallopi. Jenis-jenis AKDR.

(http://.tempo.c.id/medika/arsip/032002/pus-1.htm)

diakses tanggal 21 Mei 2010.

b) Metode Mantap

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela

untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang

perempuan secara permanen. Dengan mengoklusi tuba

fallopi mengikat dan memotong atau memasang cincin

sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum

(Saifuddin A.B, 2006, hal.mk.78).


12

Adapun tekniknya: (Hartanto H, 2004, hal. 271-274).

a) Teknik Irving

Tuba fallopi di ikat pada 2 tempat dengan

benang yang dapat diserap kemudian dapat dibagi

diantara 2 ikatan.Ujung/puntung distal ditanamkan ke

dalam mesosalpinx.

b) Teknik Pomeroy

 Bagian tengah tuba fallopi dijepit dengan klem lalu

diangkatsehingga membentuk suatu loop.

 Dasar dari loop diikat dengan benang yang dapat

diserap.

 Bagian loop diatas ikatan dipotong.

c) Teknik paklan

 Suatu segmen kecil dari tuba fallopi dipisahkan dari

mesosalpinx.

 Masing-masing ujung dari segmen tersebut diikat

dengan benang chromic kemudian dipotong diantara

kedua ikatan dan segmen tuba fallopi dibuang.

d) Teknik fimbriektomi kroener.

Bagian 1/3 distal dari tuba fallopi diikat

dengan dua ikatan benang silk dan ujung fimbriae di

eksisi
13

3) Tubektomy

Adalah prosedur klinik untuk menghentikan

kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan okulasi

vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat

dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi

(Saifuddin A.B, 2006, hal.82).

B. Tinjauan Tentang Kontrasepsi AKDR

1. Pengertian IUD

IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah

di rancang sedemikian rupa (baik bentuk,ukuran,bahan,dan masa

aktif fungsi kontrasepsinya),di letakan dalam kavum uteri sebagai

usaha kontrasepsi,menghalangi fertilisasi,dan menyulitkan telur

berimplementasi dalam telur (Handayani, 2009).

. IUD adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastic yang

lentur,mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormone

dan di masukkan ke dalam melalui vagina dan mempunyai benang

(Handayani, 2010).

IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukan ke

dalam rahim yang bentuknya bermacam macam,terdri dari plastic

(polythyline),ada yang dililit tembaga (Cu),ada pula yang tidak,tetapi

ada pula yang dililit tembaga bercampur perak (Ag).Selain itu ada

pula yang batangnya berisi hormone progesterone (Kusmarjati,2011 ).


14

2. Profil

Menurut Saifudin(2010),profil pemakaian IUD adalah:

a. Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10

tahun: CuT-380A)

b. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak

c. Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan

Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi

d. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi

Menular Seksual (IMS).

3. Jenis jenis AKDR

Jenis - jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain :

a. Copper-T

Gambar 1.1 Jenis IUD Copper-T (Imbarwati : 2009)

Menurut Imbarwati,(2009). IUD berbentuk T, terbuat dari bahan

polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat


15

tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti

fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik. Menurut ILUNI

FKUI

(2010). Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah

kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk

mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun.

b. Multi load

Gambar 1.2 Jenis IUD Multi Load ( Imbarwati : 2009)

Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari plastik

(polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk

sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah

3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas

permukaan 250 mm2 atau 375mm2 untuk menambah efektifitas.

Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small,dan mini.
16

c. Lippes loop

Gambar 1.3 Jenis IUD Lippes Loop (Imbarwati : 2009)

Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari

polyethelene,berbentuk huruf spiral atau huruf S

bersambung.Untuk memudahkan kontrol,dipasang benang pada

ekornya.Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut

ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm

(benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran

30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal

(benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang

rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila

terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan

usus,sebab terbuat dari bahan plastik.

4 . Cara kerja

Menurut Saifudin(2010) cara kerja IUD adalah sebagai berikut:


17

a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi

karena adanya Ion Cu yang di keluarkan AKDR dengan

Cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa.

b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum

bertemu,walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk

kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi

kemampuan sperma untuk fertilisasi.

d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

karena terjadinya pemadatan endometrium oleh

leukosit,makrofag,dan limfosit menyebabkan blastoksis

mungkin dirusak oleh makrofag dan blastoksis.

5. Efektivitas AKDR

Kefektivitan IUD adalah: Sangat efektif yaitu 0,5-1 kehamilan

100 perempuan selama 1 tahun pertama penggunaan (Sujiantini dan

Arum,2009)

6. Keuntungan AKDR yaitu:

Menurut Saifudin (2010), Keuntungan IUD yaitu:

a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi

Sangat efektif → 0,6 - 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam

1 tahun pertama ( 1 kegagalan dalam 125 – 170

kehamilan).
18

b. AKDR dapat efektik segera setelah pemasangan.

c. Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT – 380A

dan tidak perlu diganti)

d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat –ingat

e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual

f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut

untuk hamil

g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR ( CuT

-38

h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah

abortus

(apabila tidak terjadi infeksi)

j. Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih

setelah haid terakhir)

k. Tidak ada interaksi dengan obat – obat

l. Membantu mencegah kehamilan ektopikMenurut Saifudin

(2010)

7. Kerugian AKDR yaitu:

Menurut Saifudin (2010), Kerugian IUD:

a. Efek samping yang mungkin terjadi:

1. Perubahan siklus haid ( umum pada 3 bulan pertama dan akan

berkurang setelah 3 bulan)


19

2. Haid lebih lama dan banyak

3. Perdarahan ( spotting ) antar menstruasi

4. Saat haid lebih sakit

b. Komplikasi Lain:

1. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah

pemasangan

2. Merasa sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan

3. Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang

memungkinkan penyebab anemia

4. Perforasi dinding uteru (sangat jarang apabila pemasangannya

benar)

c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau

perempuan yang sering berganti pasangan.

e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS

memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.

f. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik terganggu karena

fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.

g. Prosedur medis,termasuk pemeriksaan pelvik di perlukan dalam

pemasangan IUD.Seringkali perempuan takut selama pemasangan

h. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi setelah

pemasangan IUD.Biasanya menghilang stelah 1-2 hari.


20

i. Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri.Petugas

kesehatan terlatih yang harus melepas IUD.

j. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui(sering terjadi

apabila IUD dipasang sesudah melahirkan).

k. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu

kewaktu.Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan

jarinya kedalam vagina.Sebagian perempuan tidak mau melakukan

ini.

l. Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan

mengganggu hubungan seksual.

8. Mekanisme Kerja

a. Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara

pasti, ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing

yang menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebutan

leukosit yang dapat melarutkan blastosis atau seperma. Mekanisme

kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga mungkin berlainan.

Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke dalam

rongga uterus juga menghambat khasiatanhidrase karbon dan

fosfatase alkali. AKDR yang mengeluarkan hormon juga

menebalkan lender sehingga menghalangi pasasi sperma

(Prawirohardjo, 2005).

b. Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan

pasti, kini pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalam


21

kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang

disertai dengan sebutan leukosit yang dapat menghancurkan

blastokista atau sperma. Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami

perubahan – perubahan pada pemakaian AKDR yang menyebabkan

blastokista tidak dapat hidup dalam uterus. Walaupun sebelumnya

terjadi nidasi, penyelidik-penyelidik lain menemukan sering

adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat

menghalangi nidasi.Didugaini disebabkan oleh meningkatnya

kadar prostaglandin dalam uterus pada wanita (Wiknjoastro,

2005).

c. Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual

terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan

mempengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan tidak

terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan

sexual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki

mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah

terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi

ke dalam dinding rahim

d. Menurut Saifuddin (2003), mekanisme kerja IUD adalah:

1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi

2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu

walaupun AKDR membuat sperma sulit ke dalam alat


22

reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma

untuk fertilisasi

4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam

uterus

9. Indikasi penggunaan IUD

a. Usia reproduktif.

b. Keadaan nillipara.

c. Menginginkan kontrasepsi jangka panjang.

d. Menyusui dan menginginkan kontrasepsi

e. Setelah melahirkandan tidak menyusui bayinya.

f. Setelah mengalami abortus dan tidak mengalami infeksi.

g. Resiko rendah dari IMS.

h. Tidak menghendaki perubahan hormonal.

i. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.

j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama (lihat

kontrasepsi darurat).

k. Perokok.

l. Pascakeguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat

adanya infeksi.

m. Sedang memakai antibiotik atauanti kejang.

n. Gemuk atau kurus.

o. Sedang menyusui.

p. Penderita tumor jinak payudara.


23

q. Pusing-pusing,sakit kepala.

r. Tekanan darah tinggi.

s. Varises pada tungkai atau divulva.

t. Penderita penyakit jantung(termasuk jantung ketup dapat diberi

antibiotika sebelum pemasangan AKDR)

u. Pernah menderita stroke.

v. Penderita diabetes melitus.

w. Malaria.

x. Epilepsi.

y. Setelah kehamilan ektopik.

10. Kontraindikasi penggunaan IUD

a) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).

b) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat

dievakuasi).

c) Sedang menderita infeksi alat genetalia.

d) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP

atau abortus septik.

e) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim

yang dapat mempengaruhi kavum uteri penyakit trofoblas yang

ganas.

f) Diketahui menderita TBC pelvik.

g) Kanker alat genital.

Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.


24

11. Efek samping.

Menurut Sujiantini dan arum (2009), Efeksamping IUD:

a. Perdarahan ( menoragia atau spotting menoragia)

b. Rasa nyeri dan kejang perut

c. Terganggunya siklus menstruasi (umumnya terjadi pada 3 bulan

pertama pemakaian)

d. Disminore

e. Gangguan pada suami ( sensasi keberadaan benang IUD

dirasakan sakit atau mengganggu bagi pasangan saat melakukan

aktifitas seksual)

f. Inveksi pelvis dan endometrium Menurut Zahra (2008), Efek

samping dari penggunaan IUD meliputi,pada minggu pertama,

mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan-perempuan

pemakai spiral yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih

berat dan lebih lama, bahkan lebih menyakitkan. Tetapi

biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan sendirinya

sesudah 3 bulan

g. Keputihan Keluarnya cairan tidak berwarna, tidak berbau dan

tidak gatal dari vagina dan dapat timbul setelah pemasangan

AKDR.Penyebab dari keputihan dikarenakan adanya infeksi

yang terbawa pada waktu pemasangan AKDR.

h. nyeri kram pada perut bagian bawah setelah pemasangan dapat

timbul rasa nyeri seperti mules dan kram atau sakit pinggang
25

terutama dari pertama setelah pemasangan.Penyebab dari nyeri

kram bagian bawah ini adalah letak AKDR yang salah yaitu

AKDR tidak sesuai dengan rongga rahim.Selain itu AKDR juga

merangsang pembekuan prostaglandin pada waktu haid yang

menimbulkan rasa nyeri.

i. Ekspulsi AKDR.

AKDR teraba dalam vagina.Penyebabnya yaitu :

1. Ukuran AKDR terlalu kecil/terlalu besar.

2. Letak AKDR kurang sempurna dalam rahim.

C. Cara Pemasangan/Pencabutan Serta Alat Dan Peralatan IUD

 Pemasangan dan pencabutan iud

Langkah langkah pemasangan :

1. Memberi penjelasan bagi calon peserta mengenai

keuntungan,efek samping dan cara menanggulangi efek samping.

2. Melaksanakan anamnese umum,keluarga,media,dan kebidanan.

3. Melaksanakan pemeriksaan umum mengenai timbang badan dan

tensimeter.

4. Mempersiapkan calon peserta untuk mengosongkan kandung

kemih.

5. Siapkan alat-alat yang diperlukan secara ergonomis.

6. Mempersiapkan calon peserta untuk berbaring di bed

gynaecologi. Dengan posisi lithotomi.

7. Petugas mencuci tangan 6 langkah.


26

8. Pakai sarung tangan kanan dan kiri.

9. Bersihkan vagina dengan kapas DTT.

10. Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan posisi

uterus.

11. Pasang speculum sym.

12. Gunakan kogel tang untuk menjepit Serviks.

13. Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran posisi

dan bentuk rahim.

14. Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan

kedalam rongga rahim,kemudian plugger didorong sehingga

AKDR masuk ke dalam inserter dikeluarkan.

15. Gunting AKDR sehingga panjang benang kurang lebih 5 cm.

16. Speculum sym dilepas dan benang AKDR didorong kesamping

mulut rahim.

17. Peserta dirapikan dan dipersilahkan berbaring kurang lebih 5

menit.

18. Alat-alat dibersihkan.

19. Petugas cuci tangan 6 langkah.

20. Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan untuk

dilaporkan kebagian rekam medik.

Langkah-langkah pencabutan:

1. Memberi penjelasan kepada peserta mengenai

keuntungan,efeksamping,dan cara menanggulangi efek samping.


27

2. Melaksanakan anamnese umum,keluarga,media,dan kebidanan.

3. Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang

badan,mengukur tensimeter.

4. Sediakan alat-alat yang diperlukan.

5. Mempersiapkan calon peserta untuk berbaring dibed gynaecology

dengan posisi litotomi.

6. Bersihkan vagina dengan lisol.

7. Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan

dan posisi uterus.

8. Pasang speculum sym.

9. Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang.

10. Setelah IUD dilepas alat-alat dibersihkan.

11. Pasien dirapikan kembali.

12. Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin

terjadi atau dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus

kontrol Membuat dokumentasi


28

 Peralatan pemasangan IUD

Gambar 2.1 alat untuk memasang IUD (Sunjiantini dan arum :

2009)

Menurut Sujiantini dan arum (2009), Peralatan Pemasangan IUD:

a. Bivalue speculum ( speculum cocor bebek )

b. Tampontang

c. Tenakulum

d. Gunting

e. Mangkuk untuk larutan antiseptic

f. Sarung tangan dan barakscort

g. Duk steril dan handscoon steril

h. Kapas cebok

i. Cairan antiseptic ( betadin )

h.Sonde
29

 Perlenkapan IUD.

Gambar 2.5 Perlengkapan pemasangan IUD (Sujiantini dan arum :

2009)

Menurut Sujiantini dan arum (2009), Perlengkapan Pemasangan

IUD:

a. Meja ginekologi

b. Lampu sorot / lampu senter

c. Kursi duduk

d. Tempat klorin 0,5 %

e. Tempat sampah basah

D. Waktu Yang Tepat Untuk Pemasangan IUD

Menurut Prawirohardjo (2008), IUD dapat dipasang dalam keadaan:

a. Sewaktu haid sedang berlangsung Karena keuntungannya

pemasangan lebih mudah oleh karena servik pada waktu haid agak

terbuka dan lembek. Rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan


30

yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan,

kemungkinana pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil

tidak ada.

b. Sewaktu post partum

Pemasangan IUD setelah melahirkan dapat dilakukan:

1. Secara dini yaitu dipasang pada wanita yang melairkan sebelum

dipulangkan dari rumah sakit

2. Secara langsung yaitu IUD dipasang dalam masa 3 bulan setelah

partus atau abortus

3. Secara tidak langsung yaitu IUD dipasang sesudah masa tiga

bulan setelah partus atau abortus

c. Sewaktu abortus

d. Beberapa hari setelah haid terakhir.

Kunjungan Ulang Setelah Pemasangan IUD

Kunjungan ulang setelah pemasangan IUD Menurut BKKBN (2003):

a. 1 minggu pasca pemasangan

b. 2 bulan pasca pemasang

c. Setiap 6 bulan berikutnya

d. 1 tahun sekali

e. Bila terlambat haid 1 minggu

f. Perdarahan banyak dan tidak teratur


31

Menurut Prawirohardjo (2008), pemeriksaan sesudah IUD dipasang

dilakukan pada:

a. 1 minggu pasca pemasangan

b. 3 bulan berikutnya

c. Berikutnya setiap 6 bulan

Peringatan khusus pengguna IUD:

a) Tidak datang haid disertai dengan keluhan mual dan nyeri payudara

perlu dicurigai terjadinya kehamilan.

b) Nyeri perut bagian bawah perlu dicurigai kemungkinan terjadi

kehamilan ektopik.

c) Kram/nyeri perut bagian bawah,terutama bila disertai dengan tidak

enak badan,demam/menggigil perlu dicurigai kemungkinan terjadi

infeksi panggul.

d) AKDR progestin tidak melindungi diri dari penyakit hubungan

seksual dan AIDS/HIV.

Petunjuk bagi klien :

a. Kembali pemeriksaan dini stelah 4-6 minggu pemasangan

AKDR.

b. Selama bulan pertama mempergunakan AKDR,periksalah

benang AKDR secara ruti tarutama setelah haid.

c. Setelah bulan pertama pemasangan,hanya perlu memeriksa

keberadaan benang setelah haid apabila mengalami:

1. Kram/kejang diperut bagian bawah.


32

2. Perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah

senggama.

3. Nyeri setelah senggama atau apabila pemasangan

mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan

seksual

d. Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan

tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan.

e. Kembali ke klinik apabila :

1. Tidak dapat meraba benang AKDR.

2. Merasakan bagian yang keras dari

AKDR.

3. AKDR terlepas.

4. Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang

mencurigakan.

5. Adanya infeksi

E. Pemeriksaan Pada Saat Kunjungan Ulang

Menurut Varney, Kriebs dan Gegor (2006), Setelah IUD

dipasang seorang klien wanita, ia harus diarahkan untuk menggunakan

preparat spermisida dan kondom pada bulan pertama.Tindakan ini

akan memberi perlindungan penuh dari konsepsi karena IUD

menghambat serviks, uterus, dan saluran falopii tempat yang

memungkinkan pembuahan dan penanaman sel telur dan ini

merupakan kurun waktu IUD dapat terlepas secara spontan. Klien


33

harus melakukan kunjungan ulang pertamanya dalam waktu kurang

lebih enam minggu. Kunjungan ini harus dilakukan setelah masa

menstruasi pertamanya pasca pamasangan IUD. Pada waktu ini, bulan

pertama kemungkinan insiden IUD lebih tinggi untuk terlepas secara

spontan telah berakhir. IUD dapat diperiksa untuk menentukannya

masih berada pada posisi yang tepat. Selain itu, seorang wanita harus

memiliki pengalaman melakukan pemeriksaan IUD secara mandiri dan

beberapa efeksamping langsung harus sudah diatasi.Kunjungan ulang

memberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan memberi

semangat serta meyakinkan klien. Diharapkan, hal ini membuahkan

hasil berupa peningkatan jumlah pengguna IUD. Data-data terkait IUD

berikut dapat diperoleh pada kunjungan ulang ini.

a. Riwayat

1) Masa menstruasi (dibandingkan dengan menstruasi sebelum

menggunakan IUD)

a) Tanggal

b) Lamanya

c) Jumlah aliran

d) Nyeri

2) Diantara waktu menstruasi (dibanding dengan sebelum

menggunakan IUD)

a) Bercak darah atau perdarahan: lamanya, jumlah

b) Kram: lamanya, tingkat keparahan


34

c) Nyeri punggung: lokasi, lamanya, tingkat keparahan.

d) Rabas vagina: lamanya, warna, bau, rasa gatal, rasa terbakar

saat berkemih (sebelum atau setelah urine mulai mengalir)

3) Pemeriksaan benang

a) Tanggal pemeriksaan benang yang terakhir

b) Benang dapat dirasakan oleh pasangan selama melakukan

hubungan seksual

4) Kepuasaan terhadap metode yang digunakan (baik pada wanita

maupun pasangannya)

5) Setiap obat yang digunakan: yang mana, mengapa

6) Setiap kunjungan ke dokter atau keruang gawat darurat sejak

pemasangan IUD: mengapa

7) Penggunaan preparat spermisida dan kondom: kapan, apakah ada

masalah

8) Tanda-tanda dugaan kehamilan jika ada indikasi

b. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada

bagian bawah abdomen

2) Pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri tekan akibat CVA,

jika diindikasikan untuk diagnosa banding

3) Tanda-tanda kemungkinan hamil, jika ada indikasi.

c. Pemeriksaan pelvic

1) Pemeriksaan speculum
35

a) Benang terlihat

b) Panjang benang: pemotongan benang bila ada indikasi

c) Rabas vagina: catat karakteristik dan lakukan kultur dan apusan

basah bila diindikasikan.

2) Pemeriksaan bimanual

a) Nyeri ketika serviks atau uterus bergerak

b) Nyeri tekan pada uterus

c) Pembesaran uterus

d) Nyeri tekan pada daerah sekitar

e) Tanda-tanda kemungkinan kehamilan bila diindikasikan

d. Laboratorium

1) Hemoglobin atau hematokrit

2) Urinalis rutin sesuai indikasi untuk diagnosis banding

3) Kultur serviks dan apusan basah, jika ada indikasi

4) Tes kehamilan, jika ada indikasi

Apabila hasil pemeriksaan diatas memuaskan, maka klien akan

mendapatkan jadwal untuk melakukan pemeriksaan fisik rutinnya. Pada

kunjungan tersebut bidan akan melakukan hal-hal seperti mengkaji riwayat

penapisan umum yaitu pemeriksaan fisik dan pelvic, pap smear, kultur

klamedia dan gonorea, tes laboratorium rutin lain dan pengulangan

kunjungan ulang IUD seperti dijelaskan diatas.

F. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

1) Pengertian Manajemen Kebidanan


36

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah

yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran

dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan,

keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan

keputusan yang berfokus pada klien (Simatupang E.J, 2008)

2) Proses Manajemen Kebidanan

Langkah I. Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah I ini dilakukan pengkajian dengan

pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi

keadaan klien secara lengkap yaitu riwayat kesehatan,

pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya, meninjau catatan

terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium dan

membandingkan dengan hasil studi.

Langkah II. Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan indentifikasi yang benar

terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga

ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Kata masalah dan

diagnosa keduanya digunakan, karena beberapa masalah tidak

dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi sungguh membutuhkan

penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan

terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan wanita yang di


37

identifikasi oleh bidan sesuai dengan pengarahan, masalah ini

sering disertai diagnosa.

Langkah III. Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau

diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan

diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan melakukan pencegahan, sambil

mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila

diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.

Langkah IV. Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan

Penanganan Segera

Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat

ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer

periodic atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita

tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu

wanita tersebut dalam persalinan.

Langkah V. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh,

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah


38

yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini

informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana

asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah

diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap

wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi

berikutnya.

Langkah VI. Melaksanakan Perencanaan

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan,

atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika

bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung

jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya: memastikan

agar langkah-langkah tersebut tetap terlaksana).Dalam situasi

dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien

yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam

manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap

terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.

Manajemen yang efesien akan menyingkat waktu dan biaya serta

meningkatkan mutu dari asuhan klien.

Langkah VII. Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi efektifan dari

asuhan yang sudah diberikan pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan


39

sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam masalah dan

diagnosa (Simatupang E.J, 2006)


40

BAB III

STUDI KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”S” DENGAN

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DIPUSKESMAS BIROBULI

TANGGAL 4 APRIL 2019

No. Register : 085308

Tanggal Kunjungan : 4 Aprel 2019 Jam 09.30 Wita

Tanggal Pengkajian : 4 April 2019 Jam 11.15 Wita

A. Langkah I Identifikasi Data Dasar

1. Identitas Ibu/Suami

Nama : Ny.S Nama Suami : Tn.S


Umur : 25 tahun Umur : 26 Tahun
Suku/Bangsa : Makassar Suku/Bangsa : Bugis
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Basuki Rahmat Alamat : Jl. Basuki Rahmat

2. Data Biologis

1. Keadaan ibu sekarang

a. Ibu mengatakan baru pertama kali berKB dan ingin

menggunakan akseptor KB IUD

2. Riwayat kesehatan yang lalu.

a. Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung,

hipertensi, dan penyakit lainnya.

b. Tidak ada riwayat alergi dan ketergantungan obat-obatan.

3. Riwayat keluarga
41

Keluarga tidak ada yang mengalami penyakit menular dan

penyakit keturunan lainnya.

4. a. Riwayat haid

Menarche umur 14 tahun, siklus haid teratur 28-30 hari,

lamanya 3 hari.

b. Riwayat obstertik

Mempunyai anak 1 dengan umur 3 bulan.

c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.

Tabel 1.1 Riwayat Kehamilan Dan Persalinan Yang Lalu

Kehamilan Persalinan Pe Lakta


Usia Keadaa Tahu JK Tempat Perlangs BB ny si
n n ungan aki
t
Aterem Norma 2019 RSUD Normal 3200 - Samp
l UNDA spontan gram ai
40 mgg TA sekar
PALU ang

d. Riwayat Ginekology

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit kelamin,

tumor dan sistem reproduksi.

e. Riwayat KB

1) Ibu mulai menjadi akseptor KB pada tanggal 4 April 2019

2) Pada kartu akseptor ibu tercantum bahwa ibu

meggunakan AKDR Copper-T

3) Alasan berKB untuk menjarangkan kehamilan.

3. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


42

1. Nutrisi

a. Makan 3 x sehari, nafsu makan baik.

b. Pola makan nasi, sayur dan lauk.

c. Minum 7-8 gelas sehari.

2. Eliminasi

a. BAB 1-2 x sehari.

b. BAK 3-4 x sehari.

c. Tidak ada gangguan saat BAB dan BAK.

3. Personal hygiene

a. Mandi 2 x sehari.

b. Sikat gigi 2 x sehari.

c. Cuci rambut 2-3 x seminggu.

d. Ganti baju 2 x sehari.

4. Istirahat

a. Tidur siang + 1 jam.

b. Tidur malam + 7-8 jam.

5. Kebutuhan seks

Tidak ada masalah dalam kebutuhan seks.

4. Data Psikologi dan Spiritual

1. Ibu belum ada rencana untuk hamil.

2. Ibu dan suaminya bersama dalam mengambil keputusan untuk

berKB.
43

3. Ibu berkeyakinan dan tidak ada larangan dalam agama untuk

berKB.

4. Ibu menjalankan shalat 5 waktu sehari.

5. Pemeriksaan Fisik

1. a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran composmentis.

c. Tanda-tanda vital : TD : 120/70 mmHg

N : 80 x/menit

R : 20 x/menit

S : 36,5°C

d. BB sekarang 53 kg, TB sekarang 155 cm.

2. Kepala : Rambut bersih, warna hitam, tidak ada

ketombe, tidak ada benjolan


3. Wajah : tidak pucat, tidak ada odema, dan tidak

ada closma gravidarum


4. Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva

tidak anemis, dan sklera tidak icterus


5. Mulut : tidak ada stomatitis,dan tidak ada karies
6. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,

linfe dan pembesaran vena jugularis


7. Payudara : simetris kiri dan kanan, tidak ada

benjolan, putting susu menonjol, tidak

ada nyeri tekan, dan pengeluaran

kolostrum sudah ada


8. Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada nyeri

tekan
44

9. Ekstrimitas bawah : Simetris kiri dan kanan, tidak ada

varices pada tungkai dan tidak

ada oedema.

6. Pemeriksaan Laboratorium

Tidak dilakukan pemeriksaan.

B. Langkah II Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual

Diagnosa Aktual : Akseptor KB IUD Copper-T dengan tujuan ingin

menjarangkan kehamilan

Tabel 1.2 Interpretasi Data

Diagnosa Masalah Data Dasar


45

Ny.S. Umur 25 Tahun Ds: Ibu mengatakan ingin menggunakan

dengan akseptor KB akseptor KB IUD Copper-T

IUD Copper-T Do : 1. Keadaan umum : Baik

10. Tanda-tanda vital : TD : 120/70

mmHg

N : 80 x/menit

R : 20 x/menit

S : 36,5°C

11. Tinggi badan : 155 cm

12. Berat badan : 53 kg

Cara kerja menurut Saifudin (2010):

1. Mengahambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba falopi

2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,

walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat

reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma

fertilisasi

4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dan uterus

C. Langkah III Identifikasi Masalah Potensial

Tidak ada data yang mendukung untuk terjadinya masalah potensial.


46

D. Langkah IV Tindakan Segera/Kolaborasi

Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukan tindakan segera atau

kolaborasi.

E. Langkah V Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Tabel 1.3 Perencanaan

Tanggal/jam Diagnosa Perencanaan Rasional

04-04-2019 Ny.S. Umur 25 1. Lakukan 1. Agar dapat


Pukul 09:30
Tahun dengan pemeriksaan mengetahui
WITA
akseptor KB keadaan umum, keadaan umum

IUD Copper-T tanda-tanda vital ibu baik/tidak


1. KU : Baik
2. TTV : dan untuk

Dalam mengetahui

batas sedini mungkin


2. Jelaskan kepada
normal komplikasi atau
ibu tentang hasil
indikasi yang
pemeriksaan
mungkin terjadi
yang dilakukan 2. Agar ibu
3. Berikan
mengetahui
konseling
keadaan
kepada ibu
fisiknya
mengenai KB 3. Agar ibu dapat

4. Jelaskan pada memilih alat

ibu tentang kontrasepsi

keuntungan dan sesuai


47

kerugian AKDR kemamuannya


4. Agar mencegah
5. Memberikan
kekhawatiran
konseling
pada ibu bila
kepada akseptor
terjadi efek
tentang efek
samping
samping AKDR 5. Dengan

memberikan

konseling ibu

dapat
6. Beritahu kepada
mengambil
ibu bahwa pada
keputusan
saat
untuk
pemasangan
melanjutkan
akan terasa
niatnya untuk
sedikit sakit
7. Lakukan pemasangan

informed IUD
6. Mengurangi
consent sebelum
kehwatiran
pemasangan
yang berlebihan
IUD
8. Lakukan kepada ibu pada

pemasangan saat

IUD sesuai pemasangan


7. Agar ibu setuju
dengan prosedur
setuju untuk
kebidanan
48

dilakukan

9. Anjurkan pemasangan

kepada ibu IUD


8. Agar kebutuhan
untuk datang
klien terpenuhi
kapan saja jika
dalam
ada masalah
kesinambungan
atau gangguan
pelayanan
kesehatan
keluarga
sehubungan
berencana
dengan alat 9. Agar bila

kontrasepsinya terjadi hal yang

tidak

diinginkan

klien

mendapatkan

pertolongan

secara dini dan

tepat

F. Langkah VI. Implementasi Tindakan

Tabel 2.1 Pelaksanaan asuhan kebidanan


49

Tanggal/jam Pelaksanaan Keterangan

09.30 1. Melakukan pemeriksaan umum Bidan dan

kepada klien Peneliti

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Tanda-tanda vital :

TD : 110/70 mmHg

N : 80 x/m

R : 20 x/m

S : 36,5°C

Tinggi Badan : 155 cm

Berat Badan : 53 kg
09.32 2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan Peneliti

09.35 3. Meberikan konseling ibu mengenai Bidan

KB

09.40 4. Menjelaskan Pada ibu tentang Bidan

keuntungan dan kerugian AKDR

09.43 5. Memberikan konseling kepada Bidan

akseptor tentang efek AKDR


09.45 6. Memberitahukan kepada ibu bahwa Bidan

pada saat pemasangan akan terasa

sedikit sakit
50

09.46 7. Melakukan informed consent Bidan

sebelum pemasangan IUD

09.48 8. Lakukan pemasangan IUD sesuai Bidan

prosedur kebidanan

10.10 9. Memberitahukan kepada ibu untuk Bidan

datang kapan saja jika ada masalah

atau gangguan kesehatan

sehubungan dengan alat

kontrasepsinya
10.15 10. Melakukan pendokumentasian Bidan

G. Langkah VII. Evaluasi

Tanggal 4 April 2019 Jam 10.20 Wita

1. Ibu mengerti dengan semua penjelasan yang diberikan

kepadanya.

2. Ibu masih ingin menjadi akseptor KB IUD Copper-T

3. Ibu bersedia datang kembali jika ingin membuka atau

melepas AKDR

4. Ibu masih ingin menjadi akseptor KB IUD dan bersedia

datang kembali jika ada terdapat gangguan-gangguan setelah

pemasangan dilakukan.
51

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN PADA

NY.”S”DENGAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM

DIPUSKESMAS BIROBULI PALU

Identitas ibu/suami

Nama : Ny.S Nama Suami : Tn.S


Umur : 25 tahun Umur : 26 Tahun
Suku/Bangsa : Makassar Suku/Bangsa : Bugis
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Basuki Rahmat Alamat : Jl. Basuki Rahmat

Subjektif (S)

1. Ibu mengatakan bahwa ini pertama kali menggunakan alat

kontrasepsi

2. Ibu mengatakan sangat ingin menggunakan alat kontrasepsi

3. Ibu dan suaminya bersama dalam mengambil keputusan

untuk berKB.

Data Objektif (O)

1. Keadaan umum baik

2. Tanda-tanda vital :

a. Tekanan darah : 120/70 mmHg

b. Nadi : 80 x /menit

c. Suhu badan : 36,5 0 C

d. Pernapasan : 20 x /menit
52

3. Pada kartu akseptor ibu, tercantum bahwa ibu memakai akseptor KB

IUD Copper-T

Assesment (A)

Asuhan kebidanan pada Ny.S. dengan akseptor IUD Copper-T

Planning (p) :

Tanggal 04 April 2019 Jam 11.00 Wita

1. Memberitahu ibu akan tindakan yang dilakukan kepadanya dan ibu

mengerti semua tindakan yang diberikan kepadanya.

2. Memberikan penjelasan pada ibu tentang :

Keuntungan dan kerugian dari akseptor KB IUD dan Ibu sudah

mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

3. Menganjurkan pada ibu untuk datang ke klinik jika terdapat masalah

seperti amenorhoe yang hebat, perdarahan dan lain-lain yang

sehubungan dengan pemberian alat kontrasepsi dan Ibu bersedia datang

ke klinik bila ada masalah berhubungan dengan kontrasepsi.

4. Memberikan konseling pada akseptor tentang efek samping akseptor

KB IUD seperti perdarahan, keputihan, gangguan berhubungan badan

dengan suami. Efek samping ini jarang terjadi tidak berbahaya dan

cepat hilang.

5. Melakukan informed consent sebelum pemasangan dan Ibu sudah

setuju untuk melakukan pemasangan IUD

6. Melakuakan pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim sesuai sta ndar

pemasangan kebidanan.
53

7. Memberitahukan pada ibu untuk balik kapan saja untuk pancabutan

AKDR Copper-T
54

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN PADA

NY.”S” DENGAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM

TANGGAL 04 APRIL 2019

Subjektif (S)

1. Ibu tidak lagi mengeluh tidak datang haid pada Tanggal 04 April 2019.

2. Ibu merasa baik-baik saja.

3. Ibu masih ingin menjadi akseptor KB IUD Copper-T

Data Objektif (O)

1. Keadaan umum baik.

2. Tanda-tanda vital :

a. Tekanan darah : 120/70 mmHg

b. Nadi : 80 x /menit

c. Suhu badan : 36,5 0 C

d. Pernapasan : 20 x /menit

Assesment (A)

Asuhan kebidanan pada Ny.S. akseptor IUD Copper-T

Planning (p)

Tanggal 04 April 2019 Jam 11.00 Wita

1. Mengingatkan pada ibu untuk tetap datang ke puskesmas jika terdapat

masalah atau gannguan kesehatan yang sehubungan dengan alat

kontrasepsinya. Dan ibu bersedia melaksanakan anjuran yang

diberikan.
55

2. Memberikan konseling pada akseptor tentang efek samping KB IUD

seperti perdarahan,rasa nyeri dan kejang perut,terganggunya siklus

menstruasi,gangguan pada suami pada saat melakukan kegiatan seksual

serta keputihan.

3. Memberitahukan kepada ibu agar segera kembali kepuskesmas segera

setelah pemasangan jika mengalami perdarahan atau hal hal yang lain

tidak diinginkan

4. Memberitahukan kepada ibu untuk datang kembali jika ingin mencabut

atau melepas AKDR.


56

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis membahas tentang kesenjangan antara teori

dan hasil studi pelaksanaan dan penerapan asuhan kebidanan pada klien

Ny.”S” akseptor KB IUD di Puskesmas Birobuli pada tanggal 04 April

2019

Dalam penerapan asuhan kebidanan secara teoritis yang dimulai dari

pengkajian data, merumuskan diagnosa/masalah aktual dan potensial,

tindakan segera/kolaborasi, perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi

asuhan kebidanan yang terjadi pada kasus Ny.”S”.

A. Langkah I. Identifikasi Data Dasar

Dalam teori ditemukan bahwa identifikasi data dasar

merupakan tahap awal dari proses manajemen kebidanan yang

kegiatannya ditujukan untuk mengumpulkan informasi mengenai

akseptor.

Informasi tersebut harus saling berkaitan dan menggambarkan

masalah kesehatan yang dialami oleh akseptor yang meliputi

biopsikososial dan spiritual.

Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan pada langkah I

identifikasi data dasar penulis tidak menemukan hambatan. Ini dapat

dilihat dan respon dan sikap akseptor yang terbuka untuk memberikan

informasi yang diperlukan karena dengan melakukan pendekatan yang


57

baik dengan klien kita dapat memperoleh data yang diperlukan untuk

mengevaluasi keadaan secara lengkap menyeluruh dan berfokus, antara

lain ibu merasakan sakit kepala dengan alat kontrasepsi yang

dipakainya dengan demikian ada kesamaan antara teori dan studi kasus

Ny.”S”.

B. Langkah II. Identifikasi Diagnosa/Masalah

Aktual

Berdasarkan teori kontrasepsi IUD dapat menimbulkan efek

samping namun dengan konseling dan pemberian yang tepat keluhan

dapat teratasi.

Pada kasus ini ditemukan klien akseptor KB IUD dengan

masalah yang timbul karena ketidaktahuan/kurang pahamnya ibu

mengenai mekanisme kerja IUD dan efek samping yang ditimbulkan.

Dalam hal ini terdapat kesamaan antara teori dan studi kasus Ny.”S”.

C. Langkah III. Identifikasi Masalah Potensial

Berdasarkan data yang ditemukan dari hasil pengkajian tidak

ada data yang mendukung untuk terjadinya masalah potensial.

D. Langkah IV. Tindakan Segera/Kolaborasi

Berdasarkan data yang ditemukan dari hasil pengkajian tidak

ada data yang mendukung untuk melakukan tindakan segera dan

kolaborasi.

E. Langkah V. Rencana Tindakan


58

Berdasarkan teori dengan pemberian konseling yang tepat pada

klien mengenai efek samping dan mekanisme kerja dari kontrasepsi

IUD, maka masalah dapat teratasi, dalam hal ini terdapat kesamaan

antara teori dan studi kasus Ny.”S”.

Rencana Tindakan

1. Beritahu ibu setiap akan melaksanakan tindakan yang akan

diberikan kepadanya.

Rasional : Agar klien dapat kooperatif dalam setiap pelaksanaan

tindakan.

2. Jelaskan pada ibu tentang :

a. Keuntungan dan kerugian kontrasepsi IUD Copper-T

Rasional : Mencegah kekhawatiran pada ibu bila terjadi efek

samping.

b. Beritahu kepada ibu bahwa pada saat pemasangan akan terasa

sedikit sakit

Rasional : Mencegah kekhawatiran yang berlebihan kepada klien

3. Anjurkan ibu untuk datang kapan saja jika masalah atau gangguan

kesehatan sehubungan dengan alat kontrasepsinya.

Rasional : Agar klien mendapatkan pertolongan secara dini dan

tepat.

4. Memberikan konseling pada klien tentang efek samping kontrasepsi

IUD seperti perdarahan,rasa nyeri dan kejang perut,terganggunya

siklus menstruasi,disminore,gangguan pada suami saat melakukan


59

hubungan seks.Efek samping ini jarang terjadi tidak berbahaya dan

cepat hilang.

Rasional : Dengan memberikan konseling, ibu dapat mematuhi dan

melaksanakan apa yang dianjurkan oleh tenaga

kesehatan.

5. Lakukan informed consent sebelum menyuntik.

Rasional : Agar ibu setuju untuk disuntik.

6. Lakukan pemasangan IUD Copper-T sesuai standar asuahan

kebidanan

Rasional : Kebutuhan klien terpenuhi dalam kesinambungan

pelayanan keluarga berencana.

7. Anjurkan ibu datang segera setelah pemasangan jika ada indikasi

yang terjadi kepada klien

Rasional : Agar melakukan tindakan segera jika terjadi suatu hal

yang tidak diinginkan

F. Langkah VI. Implementasi Tindakan Asuhan

Kebidanan

Dalam teori tindakan yang dilakukan harus berorientasi pada

intervensi yang telah dibuat pada studi kasus Ny.”S” semua intervensi

telah diimplementasikan pada tanggal 12 Maret 2019 Jam 09.30 Wita.

G. Langkah VII. Evaluasi

Dalam teori ini untuk mengadakan evaluasi setiap masalah

dilakukan observasi langsung data objektif dan subjektif yang


60

didapatkan dari akseptor. Dalam kasus ini evaluasi masalah yang

dihadapi oleh klien pada dasarnya dapat teratasi. Hal ini dapat dilihat

pada ekspresi wajah ibu yang kembali ceria dan ibu sudah tidak

bertanya lagi tentang keadaannya setelah mendapatkan penjelasan dari

bidan.
61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah mempelajari teori, konsep dan prinsip-prinsip asuhan

pada akseptor KB IUD dan pengalaman langsung di lahan praktek studi

kasus Ny.”S” dengan akseptor KB IUD, maka dapat ditarik kesimpulan

dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. AKDR merupakan metode kontrasepsi efektif yang jarang diminati

oleh ibu-ibu, karena cara penggunaannya melalui alat kontrasepi

dalam rahim serta menimbulkan banyak efek samping.pada kasus

ini dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan

akseptor KB IUD dengan tahapan-tahapan pengkajian data,

merumuskan diagnosa atau masalah aktual dan potensial, tindakan

segera atau kolaborasi, perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi

kebidanan yang tarjadi pada kasus Ny “S”.

2. Penanganan kasus ini lebih mengutamakan Health Education

tentang mekanisme kerja IUD untuk mencegah kehamilan dan efek

samping yang mungkin timbul.

B. Saran
62

1. Untuk Klien

2. Mengingatkan pada ibu

agar memperhatikan kapan ibu harus kembali untuk melepas AKDR

3. Ibu harus mengerti dan

mengetahui dengan jelas efek samping dari alat kontrasepsi yang

digunakan.

2. Untuk Bidan

a. Bidan dalam memberikan konseling kepada akseptor lebih

diarahkan kepada mekanisme kerja dan efek samping yang

ditimbulkan oleh alat kontrasepsi.

b. Bidan harus lebih meningkatkan kemampuan dalam penerapan

kasus keluarga berencana pada umumnya dan metode

kontrasepsi IUD pada khususnya.

c. Bidan harus lebih meningkatkan kemampuan dalam memberikan

pelayanan kontrasepsi dan penanggulangan efek samping secara

dini yang dialami oleh akseptor.

3. Untuk Institusi

Untuk menghasilkan hasil yang diinginkan perlu kiranya

penerapan manajemen kebidanan dalam pemecahan masalah lebih

ditingkatkan dan dikembangkan mengingat proses tersebut sangat

bermanfaat dalam membina tenaga bidan guna menciptakan sumber

daya manusia yang berpotensi dan profesional.


63

xi

Anda mungkin juga menyukai