Anda di halaman 1dari 277

301.

Tujuan Isra-Mi'raj RasuluLlah SAW

Tujuan utama Nabi Muhammad SAW di-Isra-Mi'rajkan ialah untuk


menerima secara langsung kewajiban shalat dari Allah SWT.
Furidhat 'Alayya shShala-tu Khamsiyna Shala-tan Kulla Yawmin.
Aku diperintahkan melaksanakan shalat lima puluh kali setiap hari.
Atas saran Musa, RasuluLlah kembali berulang kali menghadap
Allah SWT minta keringanan hingga diturunkan hanya menjadi lima
kali setiap hari, seperti sabda beliau: Umirtu biKhamsi Shala-tin
Kulla Yawmin, diperintahkan kepadaku lima kali shalat setiap hari.
Musa memberi tanggapan: Inna Ummataka La- Tastatiy'u Khamsa
Shala-tin Kulla Yawmin, sesungguhnya ummatmu tidak akan
sanggup melakukan lima kali shalat setiap hari.

Tujuan yang kedua Nabi Muhammad SAW di-Isra-Mi'rajkan ialah


untuk diperlihatkan kepada beliau sebagian dari Ayat-Ayat Allah,
seperti dijelaskan oleh Firman Allah: Subhana Lladziy Asray
bi'Abdihi Laylam mina lMasijidi lHara-mi ilay lMasjidi lAqsha-
Lladziy Barakna- Hawlahu liNuriyahu min Ayatina- Innahu Huwa
sSamiy'u lBashiyru (S. Bany Isra-iyl, 17:1), artinya: Mahasuci Yang
memperjalankan hambaNya pada malam hari dari Al Masjid Al
Haram ke Al Masjid Al Aqsha, yang telah Kami berkati
sekelilingnya untuk Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari Ayat-
Ayat Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.
Ayat-ayat apa yang diperlihatkan kepada RasuluLlah? Ada tiga
macam ayat: Ayat Qawliyah, Ayat Kawniyah dan Ayat Al Kubra.
Ayat Qawliyah adalah ayat yang diucapkan yaitu Al Quran, Ayat
Kawniyah adalah ayat kosmologis yaitu alam syahadah (kasat mata,
indrawi) dan Ayat Al Kubra adalah ayat di atas alam syahadah. Yang
diperlihatkan kepada RasuluLlah tatkala Mi'raj adalah ayat jenis yang
ketiga. Hanya kepada RasuluLlah manusia satu-satunya yang
diperlihatkan oleh Allah Ayat Al Kubra itu: Laqad Raay min Ayati
Rabbihi lKubray (S. An Najm, 53:18), artinya: Sungguh ia telah
melihat beberapa ayat Maha Pengaturnya yang Agung.

Walaupun Mi'raj bukan bahasa Al Quran, namun akar katanya yang


dibentuk oleh huruf-huruf: 'Ain, Ra, Jim menurunkan kata Al Ma'a-
rij, sebuah nama surah. Ta'ruju lMalaikatu warRuwhu Ilayhi (S. Al
Ma'a-rij, 70:4), artinya: Naik malaikat-malaikat dan ruh kepadaNya.
'Araja (naik) bukanlah naik menuju ke atas kepala. Kalau orang naik
menuju ke atas kepala berarti keluar meninggalkan bumi menuju
angkasa luar. Dalam Al Quran perjalanan di angkasa dalam alam
syahadah dipakai istilah sabaha (berenang) dan nafadza (menembus):
Kullun fiy Falakin Yasbahuwna (S. Yasin, 36:40), artinya tiap-tiap
sesuatu berenang dalam jalurnya. La- Tanfudzuwna Illa- biSulthanin
(S. Ar Rahman 55:33), tidak dapat kamu menembusnya melainkan
dengan kekuatan. Yang dimaksud dengan kekuatan di sini ialah
bahan bakar.

Jelaslah tatkala RasuluLlah Mi'raj, beliau keluar meninggalkan alam


syahadah dari Bayt Al Maqdis langsung meningkat masuk ke alam
yang lebih tinggi derajatnya, ke alam ghaib, Al Ayah Al Kubray. Di
alam ghaib ini tidak ada lagi ruang, waktu dan kecepatan. Yang lalu,
yang kini, yang akan datang menyatu. Maka tidak ada artinya
berandai-andai dengan kecepatan cahaya tatkala RasuluLlah Mi'raj.
Demikian pula tidak ada gunanya mempertanyakan bagaimana
mungkin RasuluLlah bertemu dengan nabi-nabi, berdialog dengan
Nabi Musa AS seperti Hadits yang dikemukakan di atas. Tidak
efisien mempertanyakan bagaimana mungkin Nabi Adam AS
menoleh ke kanan melihat penghuni surga dan menoleh ke kiri
melihat pengisi neraka, pada hal surga dihuni dan neraka diisi setelah
hari kiamat. Seperti dituliskan di atas, yang lalu, kekinian, yang akan
datang menyatu di alam ghaib, Al Ayah Al Kubray. Itulah makna
kalimah Subhana dalam (S. Bany Isra-iyl, 17:1) yang dikutip di atas
itu.

Demikianlah, kalau pada Mi'raj ruh dan jasad RasuluLlah keluar


meninggalkan alam syahadah dari Bayt Al Maqdis langsung masuk
ke alam yang lebih tinggi derajatnya, ke alam ghaib, maka perjalanan
beliau dari Al Masjid Al Haram ke Bayt Al Maqdis adalah perjalanan
biasa memakai kendaraan Buraq, seperti sabda RasuluLlah: Utiyat
bilBura-qi faHumiltu 'Alayhi Hattay Utiyat Baita lMaqdis,
didatangkan kepadaku Buraq dinaikkan aku berkendara di atasnya
hingga tiba ke Bayt Al Maqdis. Atau seperti penuturan Anas Hattay
Intihay Illay Bayti Maqdis, sampailah ia ke Bayt Al Maqdis.
Demikianlah pada Mi'raj RasuluLlah hadir di alam ghaib melihat
Ayat Kubra. Namun pada waktu beliau berada di Hijr, beliau melihat
Bayt Al Maqdis hanya penglihatan beliau yang menembus waktu
lampau (Bayt Al Maqdis atau Haikal Sulaiman dirobohkan oleh Titus
pada 70 Miladiyah). Sedangkan ruh dan jasad beliau tidak ikut
menembus waktu lampau, beliau tetap berada di Hijr, seperti
sabdanya: Lamma- Kadzdzabtany Quraisyun Qumtu fiy lHijri faJalla
Llahu Ly Bayta lMaqdis, tatkala kaum Quraisy mendustakan aku,
berdiri aku di Hijr, maka Allah menampakkan kepadaku Bayt Al
Maqdis.
Tujuan ketiga Nabi Muhammad SAW di-Isra-Mi'rajkan untuk ujian
bagi manusia mengimani atau mengingkari. Wa Ma- Ja'alna- rRu"ya-
Llatiy Araynaka Illa- Fitnatan linNa-si (S. Bany Isra-iyl, 17:60),
artinya dan tidaklah Kami jadikan penglihatan yang Kami perlihatkan
kepadamu, melainkan sebagai fitnah bagi manusia. Penglihatan yang
diperlihatkan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Ayat Kubra
tatkala beliau Mi'raj. Sedangkan fitnah dalam ayat ini bermakna ujian
ataupun cobaan atas keimanan seseorang. Jadi menurut ayat ini Isra-
Mi'raj merupakan tolok ukur bagi seseorang untuk mengevaluasi
keimanannya. Makin cerewet fuadnya (rasionya) terhadap Isra-Mi'raj
makin kurang kadar keimanannya. Inilah yang terjadi tatkala Nabi
Muhammad SAW menginformasikan bahwa beliau Isra-Mi'raj
kepada penduduk Makkah. Ummat Islam ada yang tetap teguh
imannya, ada pula yang menjadi ragu, bahkan ada yang kembali
kafir, sedangkan kaum kafir Quraisy bertambah-tambah kafir dan
pembangkangannya. Terjadilah kristalisasi ummat Islam, walaupun
secara kuantitas menurun, namun secara kualitas meningkat. Ummat
Islam yang telah berkristal menjadi sumberdaya manusia yang
berkualitas itu menjadi kaum Muhajirin satu tahun delapan bulan
kemudian, lalu mereka bersama-sama kaum Anshar, penduduk
Muslim Madinah, mendirikan Negara-Kota Islam Madinah.

S. Bany Isra-iyl, 17:60 yang kita kutip di atas itu membantah thema
yang biasa kita lihat dan jumpai dalam peringatan Isra-Mi'raj:
Dengan Isra-Mi'raj kita tingkatkan kualitas iman kita. Ayat (17:60)
menunjukkan bahwa Isra-Mi'raj bukanlah untuk meningkatkan iman,
melainkan sebaliknya: Isra-Mi'raj adalah "Illa- Fitnatan linNa-si",
melainkan untuk menguji kualitas keimanan seseorang. WaLlahu
A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 7 Desember 1997 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

302. Dua Wanita Hamil, serta Hubungan antara Atasan dengan


Bawahan

Berita dua wanita hamil ternyata simpang siur. Berikut ini kita kutip
dari tiga sumber:

Dua karyawan Puskesmas Tamamaung, Kartini dan Rosdiana, yang


berniat menggugat Walikota Ujung Pandang H.A. Malik B. Masry
kemarin (maksudnya hari Kamis, 11 Desember 1997), masih tetap
masuk kerja. Keduanya sejak mendapat hukuman jalan kaki
sepanjang Jalan Abdullah Dg Sirua beberapa hari lalu memang
sangat mengkhawatirkan keselamatan janinnya. "Keduanya kini
harus menjalani penanganan dokter secara intensif," ujar sejumlah
pegawai Puskesmas Tamamaung Kamis kemarin. (FAJAR, 12/12-97)

Sebenarnya yang ada dalam rahim kedua wanita itu sudah lebih dari
janin. Sejak terjadi pembuahan sel telur oleh sperma suaminya
hingga rentang waktu 3 x 40 hari = 120 hari masih berupa janin. Jika
dikeluarkan dengan paksa dari dalam rahim disebut pengguguran
kandungan (aborsi). Liwat 120 hari Allah telah meniupkan ruh ke
dalam janin itu, sehingga menjadi makhluk yang lain yang disebut
bayi. Tsumma Ansya"nahu Khalqan Akhara (S. Al Baqarah, 2:14),
kemudian Kami jadikan dia (janin) makhluk yang lain (bayi).
Mengeluarkan bayi itu dengan paksa, atau tindakan perlakuan
terhadap sang ibu yang menyebabkan bayi keluar dari dalam rahim,
bukan lagi aborsi melainkan termasuk pembunuhan manusia.

Menanggapi tentang materi dari gugatan para pegawai Puskesmas


itu, Walikota H.A. Malik B. Masry membantahnya. Menurut Malik,
pegawai tersebut disuruh berjalan kaki pada pagi hari, usai apel pagi,
yakni sekitar pukul 08.00 Wita. Dan saat itu pula, Walikota tidak
melihat ada pegawai yang sedang hamil 7 bulan. "Kalau toh ada,
kenapa dokternya tidak memberitahukan kepada kami," kata
Walikota. (FAJAR, 12/12-97)

Lain pula keterangan pers Kepala Bagian Humas Pemda KMUP,


H.M. Rusli Kamaruddin. Menurut Rusli Kamaruddin, petugas
kesehatan yang ikut dalam rombongan terdapat dua wanita hamil.
Namun, kedua wanita itu dikeluarkan dari barisan jalan pagi. (PR,
12/12-97)

Demikianlah simpang siurnya berita tentang dua wanita hamil yang


disuruh berjalan di Jalan Abdullah Dg Sirua tersebut. Menanggapi
berita itu ada yang percaya, yaitu sejumlah pegawai Puskesmas
Tamamaung, "Keduanya kini harus menjalani penanganan dokter
secara intensif," ujar mereka itu. Ada yang ragu-ragu yaitu Walikota
Ujung Pandang H.A. Malik B. Masry. Walikota tidak melihat ada
pegawai yang sedang hamil 7 bulan. "Kalau toh ada, kenapa
dokternya tidak memberitahukan kepada kami," katanya. Ada yang
membantah, yaitu Kepala Bagian Humas Pemda KMUP, H.M. Rusli
Kamaruddin. Menurut Kamaruddin, kedua wanita hamil itu
dikeluarkan dari barisan jalan pagi.
Bantahan H.M. Rusli Kamaruddin tersebut adalah bersifat keterangan
resmi dari Pemda KMUP, oleh karena dikeluarkan oleh lembaga
resmi, yaitu Kepala Bagian Humas Pemda KMUP dalam keterangan
persnya pada malam Jum'at, sehubungan dengan pemberitaan pers
tentang keberatan para pegawai Puskesmas Tamamaung. Secara
logika kita lebih mempercayai informasi dari sejumlah pegawai
Puskesmas Tamamaung bahwa kedua orang wanita hamil itu
termasuk dalam barisan (tidak dikeluarkan), oleh karena kalau
benarlah keterangan resmi Kepala Bagian Humas Pemda KMUP
tersebut, mana mungkin kedua wanita hamil itu akan menuntut
Walikota.

Mengenai hubungan antara atasan dengan bawahan, antara kepala


Puskesmas Tamamaung dengan bawahannya dalam skala kecil, atau
hubungan antara Walikota dengan para pegawainya dalam skala yang
lebih tinggi, hendaklah menjadi renungan kita bersama apakah
hubungan itu melulu yang bersifat normatif yang kaku? Apakah
masih ada relung-relung kehidupan berkomunikasi yang bersifat
manusiawi?

Tidak perlu kita terlalu jauh menyangkutkannya dengan HAM. Ada


tempat ruju' yang lebih dekat, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab dalam konteks keterbukaan menampung aspirasi bawahan,
menyelesaikannya dengan bijaksana, seperti kata pepatah Minang:
Ba' manari' rambui' dalam tapuang, rambui' inda' putuih, tapuang
inda' basera', (ibarat menarik rambut dalam tepung, rambut tidak
putus, tepung tidak berserak). Ini akan menghasilkan bawahan yang
disiplin karena segan dan suka kepada atasannya, bukan bawahan
yang tampaknya disiplin dari zahirnya, tetapi mengerutu dalam
batinnya, disiplin hanya karena takut tetapi benci kepada atasannya
yang arogan. Disiplin karena segan, walaupun atasannya tidak di
tempat tetap ia disiplin. Disiplin karena takut, akan buyar disiplinnya
tatkala atasannya tidak di tempat. Disiplin karena segan, tidak
memerlukan aktivitas sidak, disiplin karena takut, selalu
membutuhkan aktivitas sidak.

Cobalah kita renungkan ayat di bawah ini, memetik nilai


berkomunikasi antara Atasan dengan bawahan:

Waidz Qa-la Rabbuka lilMalaikati Inniy Ja-'ilun fiy lArdhi


Khalifatan Qa-luw Ataj'alu fiyHa- Man Yufsidu fiyHa- waYasfiku
dDima-a wa Nahnu Nusabbihu biHamdika waNuqaddisulaka (S. Al
Baqarah, 2:30). Ingatlah tatkala Maha Pengaturmu berfirman kepada
para Malaikat, sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di atas
bumi. Berkata (Malaikat), adakah patut Engkau jadikan di atas bumi
yang akan berbuat bencana di atasnya dan menumpahkan darah,
padahal kami tasbih dan tahmid kepadaMu?

Aspirasi para malaikat yang menyatakan bahwa jenis malaikat lebih


baik dari jenis manusia, karena malaikat selalu tasbih dan tahmid
kepada Allah, sedangkan manusia itu sifatnya suka berbuat bencana
dan menumpahkan darah, tidaklah menyebabkan Allah murka kepada
malaikat atau menghukum mereka karena aspirasi mereka
berlawanan dengan kehendakNya. Dalam rentetan ayat berikutnya
kita dapat baca bahwa Allah memberi pengertian kepada malaikat,
yaitu Adam (baca: manusia) mempunyai kemampuan yang melebihi
malaikat untuk menjadi khalifah di bumi. Yaitu Allah memberikan
ilmu kepada manusia untuk mampu mengenal tiap-tiap sesuatu di
atas bumi, sehingga manusia lebih mampu dari malaikat untuk
menjadi khalifah dalam mengelola bumi.

Sedangkan Allah SWT Yang Sangat Maha Kuasa Yang dapat


berbuat sekehendakNya (Fa'a-lu liMa- Yuriyd) memperlakukan
bawahan malaikatNya sedemikian pula, apatah pula makhluqNya
yang berjenis manusia yang sangat-sangat kecil dan sangat tidak
berkuasa itu. Allahu Akbar! WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 14 Desember 1997 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

303 KTT OKI Mengutuk Terrorisme dan Hubungannya dengan


FIS di Aljazair

Lima puluh lima negara anggota Organisasi Konfrensi Islam (OKI)


yang mengakhiri Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) tanggal 11
Desember 1997 di Teheran terdiri atas dua kelompok, yaitu garis
keras dan moderat. Yang membesarkan hati ialah walaupun terdapat
perbedaan sikap tersebut, KTT itu dijiwai oleh semangat persatuan
dalam Islam. Hampir semua peserta dalam pidatonya membacakan
Firman Allah:

-- Wa'thasimuw biHabli Llahi Jamiy'an waLa- Tafarraquw (S. Ali


'Imra-n, 3:103), berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah
dan janganlah kamu berpecah belah.
Ada pula segi yang menarik, yaitu negara-negara Islam yang
tergolong dalam garis keras ada beberapa di antaranya mendapat
predikat dari Amerika Serikat sebagai negara-negara penyokong
kelompok-kelompok terorist. KTT OKI itu dengan tegas membantah
Amerika Serikat, yakni konfrensi di Teheran itu dengan tegas
mengutuk terorisme dalam segala bentuk dan pelaksanaannya. KTT
tersebut juga menegaskan kembali komitmen OKI bagi undang-
undang untuk memerangi terorisme yang disahkan dalam KTT OKI
di Casablanca tahun 1994 yang menyerukan pula penyelenggaraan
konfrensi internasional mengenai terorisme di bawah pengawasan
PBB.

Sehubungan dengan itu akan disorot pemberitaan selama ini


mengenai tuduhan atas FIS (Front Islamique du Salut) yang menteror
dan membantai warga sipil di Aljazair tidak terkecuali terhadap
perempuan dan anak-anak, bahkan diberitakan pula telah menggorok
leher tujuh pelaut Italia yang kapalnya berlabuh di pelabuhan Jenjen
Aljazair. Tuduhan terhadap FIS sebagai teroris yang kejam itu sangat
merusak citra Islam.

Golongan Islam yang membentuk kekuatan politik dalam wadah


Front Islamique du Salut, yang menempuh cara demokratis, menjadi
salah satu kontestan pada Pemilu tahun 1992, dicap fundamentalis.
Sebenarnya istilah fundamentalis ini pengertiannya sangat baik, yaitu
Ahlu sSunnah. Tetapi dalam lapangan politik internasional istilah ini
telah mempunyai konotasi yang khas, yaitu suka menempuh cara
kekerasan. Kalaupun pada akhirnya kelompok ini terlibat dalam
kekerasan dan pertumpahan darah, itu karena lebih dahulu dikerasi
dan dizalimi oleh rejim militer. Karena Pemilu permulaan FIS
menang mayoritas, maka Pemilu lanjutan dibatalkan kemudian FIS
dibubarkan oleh rejim militer. Kalau akhirnya FIS terpaksa angkat
senjata melawan rejim militer itu, apakah itu salah? Semutpun kalau
diinjak, niscaya menggigit.

Amerika Serikat yang begitu menggemborkan dirinya pahlawan


demokrasi, bungkam, bahkan bersikap menyokong rejim militer
Aljazair, yang mentorpedo hasil dan proses lanjutan Pemilu itu.
Mengapa? Amerika sedang risau. Iran potensial bakal menggantikan
kedudukan mantan Uni Sovyet untuk menantang, menjadi rival
Amerika. Ambisi Amerika untuk menjadi negara adidaya tunggal,
menjadi polisi dunia, bakal mendapat hambatan, gangguan bahkan
ancaman dari Iran. Ini membentuk sikap Amerika berprasangka
kepada setiap gerakan Islam (doktrin Huntington) tidak terkecuali di
Aljazair.

Hanya saja perlawanan bersenjata FIS itu diberitakan membantai


perempuan dan anak-anak, menggorok pelaut Italia, menterror, itu
merusak citra Islam. Kalau pemberitaan itu benar, maka FIS itu
termasuk pula dalam golongan yang dikutuk oleh KTT OKI di
Teheran itu. Namun kata pepatah: Sepandai-pandai membungkus
barang yang busuk akhirnya berbau juga. Tokoh partai-partai Islam
di Aljazair akhirnya mulai dapat melepaskan diri dari tuduhan
perbuatan teror itu. Investigasi sejumlah media Inggris berhasil
mendapatkan bukti bahwa elemen-elemen dalam tubuh rejim yang
berkuasa di Aljazair bertanggung-jawab atas tewasnya ribuan warga
sipil termasuk wanita dan anak-anak serta penggorokan leher tujuh
pelaut Italia, yang dikambing-hitamkan selama ini ats FIS.

Tidak kurang 60.000 jiwa termasuk perempuan dan anak-anak yang


melayang sejak Jenderal Muhammad Lamari melakukan aksi militer
untuk membatalkan Pemilu Aljazair tahun 1992 tersebut yang nyaris
dimenangkan oleh FIS. Di antara mereka yang tewas terdapat 70
orang wartawan yang semuanya mati secara mengenaskan. Setiap
insiden berdarah rejim berkuasa di Aljazair melemparkan tuduhan
FIS berada di belakangnya. Tuduhan itu tanpa kritis disiarkan media
massa internasional. Namun kebenaran tidak menunggu hingga Hari
Pengadilan sesudah kiamat. Sepandai-pandai tupai melompat
akhirnya jatuh jua. Masih di dunia ini rejim berkuasa di Aljazair tidak
dapat mencuci tangannya dari lumuran darah rakyatnya.

Bungkusan yang berbau busuk ini berhasil dibongkar oleh para


wartawan Inggris secara terpisah, yaitu Robert Fisk dari harian
Independent, John Sweeney dari The Observer, Anthony Loyds dari
The Times dan Sairah Shah dari TV Channel Four. Hasil investigasi
dari para wartawan tersebut berhasil membongkar sebahagian
kejahatan Jenderal M.Lamari, pejabar rejim militer Aljazair.

The Observer edisi Ahad, 16 November 1997 menurunkan


wawancara eksklusif dengan seorang bekas anggota intelejen
bernama "Joseph" yang mengaku berpartisipasi aktif dalam sejumlah
pembunuhan. Karena begitu takutnya ia lari ke London setelah hati
nuraninya tidak tahan lagi untuk melaksanakan tugas membantai
sesama warga Aljazair sendiri dan melaksanakan aksi terorisme
internasional. Dialah yang melaksanakan aksi pemboman di Paris
serta menggorok leher tujuh pelaut Italia itu.
Pengakuan "Joseph" ini diperkuat pula oleh agen rahasia lain
bernama "Hakim" yang diwawancarai oleh harian Le Monde di Paris.
Akibatnya di ibu kota Prancis itu digelas demonstrasi terbesar selama
20 tahun terakhir ini di Paris yang menuntut "Hakim" yang didalangi
oleh Jenderal M.Mediani dengan panggilan rahasianya "Tawfiq".
Pemboman di Paris dan penggorokan pelaut Italia itu menimbulkan
krisis diplomatik antara Italia dan Prancis di satu pihak dengan
Aljazair pada pihak yang lain.

Wahai rejim militer Aljazair! Sepandai-pandai membungkus barang


yang busuk akhirnya berbau juga. Sepandai-pandai tupai melompat
akhirnya jatuh jua. Di dunia ini telah terbongkar, apatah pula di Hari
Pengadilan kelak. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 21 Desember 1997 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

304. Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Menyambut bulan suci Ramadhan mari meningkatkan iman dan


taqwa kita. Begitulah kurang lebih kalimat yang sempat saya baca
dalam tulisan pada pinggir bawah layar monitor TV yang disiarkan
oleh RCTI dalam acara Hikmah Fajar pada bari Jum'at, 26 Desember
1997. Kalimat yang dikutip itu secara tersurat untuk menyambut
bulan suci Ramadhan, akan tetapi secara tersirat adalah iklan
terselubung dari sebuah perusahaan makanan, karena pada akhir
kalimat itu dibubuhkan nama perusahaan tersebut. Dunia periklanan
memanfaatkan kesempatan apa saja untuk mempromosikan produk
apa saja. Tujuan perusahaan itu yang utama bukanlah pada substansi
menyambut bulan suci Ramadhan, melainkan tujuan utamanya
adalah menarik simpati masyarakat sehingga menjadi konsumen
produk yang kita biasa menjumpai dalanm dunia periklanan yang
tidak etis. Seperti misalnya mempromosikan rokok yang
mengandung racun dengan membentuk liga sepak bola atas nama
merk rokok yang mensponsorinya. Bukankah itu tidak etis, nikotin
itu membahayakan kesehatan, padahal olah raga itu untuk kesehatan.

Kita melihat ketidak-sungguhan perusahaan makanan tersebut jika


kita tilik substansi seruannya itu. Apakah betul ajakannyn itu: Agar
meningkatkan iman dan taqwa kita dalam menyambut bulan suci
Ramadhan?
-- Firman Allah: Ya-ayyuha- Lladziyna A-manunw Kutiba
'Alaykumu shShiya-mu Kama- Kutiba 'ala Lladziyna min Qablikum
La'allakum Tattaquwna (S. Al Baqarah, 2:183). Hai orang-orang
beriman, diperlukan atas kalian berpuasa sebagaimana telah
diperlukan atas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa.

Cobalah tilik ayat itu dengan teliti. Puasa itu hanya diserukan kepada
orang-orang beriman. Puasa itu tidak diserukan kepada semua
manusia. Orang-orang beriman disuruh mempraktekkan puasa
supaya meningkat menjadi orang yang bertaqwa. Beriman lebih
rendah tingkatannya dari bertaqwa. Supaya dapat meningkat dari
beriman menjadi bertaqwa, maka praktekkanlah puasa.
Jadi sungguh tidak benar seruan perusahaan makanan itu. Kita diajak
menyambut bulan suci Ramadhan dengan meningkatkan iman dan
taqwa. Dengan perkataan lain, supaya dapat melaksanakan puasa
dengan baik dalam bulan Ramadhan, haruslah dengan persiapan
meningkatkan iman dan taqwa terlebih dahulu, yang berarti bahwa
iman dan taqwa ini sebagai modal dasar, sedangkan puasa adalah
tujuan. Yang benar yang sesuai dengan ayat di atas, ialah untuk dapat
mencapal taqwa, orang beriman harus melaksanakan puasa dengan
baik terlebih dahulu, yang berarti iman adalah modal dasar, puasa
adalah upaya untuk mencapal tujuan dan taqwa adalah tujuan. Bahwa
derajat taqwa itu lebib tinggi da derajat beirman, dapat pula
ditunjukkan oleli Firman Allah:

-- Alif, Lam, Mim. Dza-lika lKita-bu La- Rayba Fiyhi Hudan


lilMuttqiyna (S. A! Baqarah, 2:1-2). Alif, Lam, Mim. Al Kitab itu
tidak ada keraguan di dalamnya petunjuk bagi orang-orang bertaqwa.

Siapakah orang-orang bertaqwa itu? Bacalah ayat itu selanjutnya:

-- Alladziyna Yu'minuna bilGhaybi waYuqiymuwna shShalawta


waMimma- Razaqna-hum Yunfiquwna (S. Al Baqarah, 2:3). Yaitu
orang-orang yang beriman kepada Yang Ghaib, mendirikan shalat
dan dari sebagian yang Kami rezkikan kepada mereka diinfaqkannya.

Berdasarkan S.AlBaqarah, 2:1-3, kita dapat menumunkan


rumus: Taqwa = Iman + Shalat + Infaq.

Infaq sukarela disebut sadaqah, infaq wajib disebut zakat. Dari rumus
itu sangat jelas, bahwa iman adalah salah satu komponen taqwa, jadi
taqwa kedudukannya lebih tinggi dan iman.
Jadi sesungguhnya apa yang kita harus persiapkan untuk menghadapi
praktek puasa dalam bulan Ramadhan? Karena puasa hanya
ditujukan kepada orang-orang beriman, maka focus perhatian kita
adalah mengevaluasi keimanan kita. Allah SWT sebagai Maha
Pengatur telah mengatur bahwa dua bulan sebelum bulan Ramadhan,
yaitu bulan Rajab, terjadi peristiwa Isna-Mi'raj Nahi Muhammad
SAW. Sehubungan dengan perisitiwa ini Allah berfirman:

-- WaMa- Ja'alna- rRu'ya- Llatiy Arayna-ka lila- Fitnatan linNa-si (S.


Bany Isra-iyl, 17:60), dan tidaklah Kami jadikan penglihatan yang
Kami perlihatkan kepadamu (hai Muhammad) melainkan sebagai
fitnah bagi manusia.

Penglihatan yang diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW ialah


alam ghaib tatkala be1iau Mi'raj, sedangkan fitnah dalam ayat ini
bermakna ujian ataupun cobaan atas keimanan seseorang. Menurut
ayat ini peristiwa Isra-Mi'raj merupakan tolok ukur bagi seseorang
untuk mengevaluasi keimnanannya. Yang harus kita kerjakan untuk
menyambut bulan puasa Ramadhan ialah mengevaluasi keimanan
kita dengan tolok ukur: Besarnya dorongan hasrat kepuasan
intelektual terhadap lsra-Mi'raj berbanding terbalik dengan tingkat
keimanan.

Mengapa puasa hanya ditujukan kepada orang-orang beriman? Puasa


sifatnya pasif, tertutup. Berbeda dengan keempat rukun iman yang
lain. Kalimah Syahadatain diucapkan oleh mulut, dibenarkan oleh
pikiran dan diyakinkan oleb qalbu (sengaja dituliskan dengan "q",
oleh karena kalau dituliskan dengan k berarti anjing). Karena
diucapkan oleh mulut berupa bunyi maka sifatnya aktif, terbuka,
yaitu dapat ditunjukkan kepada orang lain. Dapat saja diucapkan
dimulut, tetapi tidak diyakinkan di qalbu, artinya Kalimah
Syahadatain dapat ditunjukkan proaktif kepada orang lain walaupun
sebenarnya tidak beriman. Demikian pula shalat yang berupa gerak
dan bacaan, zakat yang berupa gerakan, naik haji yang berupa gerak
dan bacaan, keempat-empatnya hersifat terbuka, dapat ditunjukkan
proaktif kepada orang lain, jadi dapat saja dikerjakan tanpa
berlandaskan iman.

Puasa yang sifatnya tertutup itu tidak dapat ditunjukkan proaktif


kepada orang lain. Yang dapat ditunjukkan secara proaktif hanya
berpura-pura loyo, meludah-ludah secara demonstratif, dan berbuka
puasa. Orang dapat saja menerima undangan berbuka puasa, tetapi ia
sendiri tidak berpuasa. Yang tahu seseorang berpuasa hanya dirinya
sendiri dan Allah SWT, artinya orang berpuasa itu mestilah ia
beriman. Itulah sebabnya praktek berpuasa hanya ditujukan kepada
orang-onrng beirman. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 28 Desember 1997 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

305. Profesionalisme dan Teknologi Jangan Dikultuskan

Matsumoto yang menjadi pimpinan kelompok penyelam, adalah


penyelam yang profesional. Betapa tidak, dia pemegang bintang lima
untuk klasifikasi penyelam. Dengan klasifikasi bintang lima itu dia
handal untuk menyelam di bagian laut mana saja di dunia. Demikian
pula keempat orang anggotanya semuanya penyelam profesional, itu
menurut keterangan petugas biro perjalanan kepada Zubair Ali,
pemandu wisata bawah laut, yang memandu kelima penyelam Jepang
itu. Maka menyelam di selat Selayar, rupanya soal kecil bagi mereka
itu.

Kelima penyelam Jepang itu menolak memakai tali pengaman yang


dihubungkan dengan perahu yang gunanya untuk menjaga jangan
sampai para penyelam itu terpisah dari perahunya. Rupanya tali
pengaman itu mereka anggap kuno, karena menghalangi kebebasan
mereka untuk menikmati pemandangan bawah laut, ataupun
mengejar ikan. Tatkala menolak itu mereka memperlihatkan
peralatan canggih, seperti lampu kecil yang otomatis menyala dan
balon yang dapat muncul sampai ketinggian dua meter di atas
permukaan laut. Maka bertemulah ruas dengan buku, profesional dan
teknologi canggih. Apa yang mesti dikuatirkan lagi! Ternyata kelima
orang Jepang yang profesional itu hilang lenyap di telan ganasnya
arus laut di kawasan selat itu. Upaya menyisir perairan teluk Bone
tidak berhasil menemukan mereka. Ironisnya, Zubair yang belum
profesional itu yang selamat.

Kembali pada tali pengaman, itu sangat perlu dipakai di tempat


seperti selat Selayar, yang arusnya canggih (complicated, bukan
dalam arti sophisticated). Arus laut di dalam air biasa bertentangan
arahnya dengan arus laut pada permukaan. Bayangkan jika penyelam
diseret arus di dalam air dengan kecepatan 15 km perjam, sementara
perahu diseret dengan kecepatan sama oleh arus laut pada permukaan
dalam arah yang berlawanan, maka setelah 30 menit penyelam itu
nongol di permukaan laut, jarak antara dia dengan perahunya sudah
15 km. Dalam jarak itu perahu dilihat dari penyelam sudah terlindung
di bawah lengkungnya bumi, demikian pula dari pihak perahu,
penyelam itu walaupun menaikkan balon setinggi 2 meter sudah
lenyap di bawah lengkungnya bumi.

Saya teringat waktu masih kecil di Batangmata, Selayar. Waktu itu


perahu pinisi masih jaya-jayanya. Waktu mereka berlayar (ke Ambon
di musim barat, ke Jawa dan Sumatera di musim timur), seisi
kampung mengantar melepas perahu-perahu itu, diikuti terus dengan
mata dari pinggir pantai. Mula-mula badan perahu itu seakan-akan
ditelan oleh laut, kemudian menyusul layarnya makin tenggelam,
mulai dari layar besar hingga cocoro' (layar segi tiga di puncak)
hilang dari cakrawala. Saya bertanya kepada orang tua-tua mengapa
demikian. "Iya minjo tanrana a'bo'dong linonni dongo'". (Itu
tandanya bumi bulat dungu).

Korea Selatan adalah salah satu macan ekonomi Asia. Tentu saja
gelar macan ini dapat dicapai, oleh karena para pengatur dan pelaku
ekonominya para profesional. Ternyata macan ini tak urung
digoncang oleh gempa krisis moneter. Konon kabarnya setiap hari
ada saja seorang pengusaha yang bunuh diri di negeri macan Asia itu,
yang sekarang sudah menjadi macan ompong.

Pesawat penumpang Silk Air Boeing 737-300 dalam penerbangan ke


Singapura baru-baru ini meledak di udara, kemudian jatuh di sungai
Musi, Sungsang. Padahal pesawat tesebut sudah dijamin betul laik
terbangnya oleh para teknisi yang profesional. Bertahun-tahun lalu
roket yang membawa kapal angkasa ulang-alik Chalenger meledak
belum jauh dari bumi, masih di lapisan atmosfer. Padahal yang
merekayasa teknologi canggih itu adalah para profesional dalam
bidang ilmunya masing-masing.

Dari contoh-contoh itu membuka mata hati kita semua, yakni


sesungguhnya kejadian-kejadian itu merupakan peringatan Allah
SWT bahwa profesionalisme dan kecanggihan teknolgi tidaklah
menjamin akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Profesionalisme dan teknologi merupakan persyaratan yang perlu,
tetapi belum cukup. Profesionalisme dan teknologi adalah upaya
untuk mencapai keinginan kita. Namun keinginan manusia dalam
skala mikro hanya akan tercapai, apabila sinkron dengan skala makro
Kehendak Allah SWT. Inilah makna ucapan Insya Allah.
Orang-orang Quraisy pada zaman pra-Islam adalah pedagang
profesional yang membawa kafilah dalam musim dingin dan musim
panas. Dalam musim panas mereka membawa kafilah dagang ke
Syria dan dalam musim dingin mereka berdagang ke Yaman. Allah
mengingatkan dalam S. Quraisy supaya mereka jangan hanya
mengandalkan profesionalisme berdagang dan teknologi kafilah
dagang. Mereka itu jangan lupa kepada Allah, Yang memberikan
mereka makan sehingga terbebas dari kelaparan: Alladziy
Ath'amahum min Juw'in (S. Quraisy, 106:4).

Nabi Muhammad SAW diutus untuk seluruh ummat manusia di


segala tempat di permukaan bumi pada setiap waktu hingga kiamat.
Oleh sebab itu peringatan Allah kepada orang-orang Quraisy itu
berlaku juga untuk segala bangsa, tidak terkecuali bangsa Indonesia.
Kita bangsa Indonesia mempunyai potensi kekayaan alam yang harus
dikelola dengan baik. Untuk itu diperlukan sumberdaya manusia
yang profesional dan teknologi. Namun profesionalisme dan
teknologi tidak berdaya terhadap tentara Allah yang berwujud angin
puting beliung seperti el Nino yang diikuti oleh tentara Allah berupa
api yang membakar hutan, akibat kemarau panjang yang baru saja
kita alami. Apa yang dihadapi oleh kelima orang Jepang itu adalah
arus laut salah satu pula tentara Allah yang berupa air. Setelah
kemarau panjang ini kita akan menghadapi lagi tentara Allah berupa
air bah, dan sewaktu-waktu tanpa di sangka-sangka muncul pula
tentara Allah berupa gempa bumi. Profesionalisme dan teknololgi
tidak berdaya menghadapi itu semua. Upaya teknologis menabur
awan (bukan membuat hujan!) seperti yang baru kita upayakan pada
waktu kemarau yang baru saja lampau, ternyata tidak membawa hasil
apa-apa. Kemarau panjang ataupun air bah membawa akibat bahaya
kelaparan. Inilah makna Alladziy Ath'amahum min Juw'in, seperti
Firman Allah yang telah dikutip di atas tadi.

Alhasil profesionalisme dan teknologi canggih itu sangat diperlukan,


tetapi harus hati-hati jangan dikultuskan. Allahu Akbar! WaLlahu
a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 4 Januari 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

306 Puasa Meningkatkan Kecerdasan Perasaan, Pikiran dan


Naluri
Dalam bahasa Makassar dikenal ungkapan: rupa tau, ilalanganna taua
dan ma'nassa tau. Manusia dapat dikenal identitasnya dari tubuh
kasarnya, inilah yang disebut dengan rupa tau, yang dikenal dengan
istilah jismun (jisim). Di dalam jisim ada bagian halus, itulah yang
disebut ilalanganna taua (bagian dalam manusia), yang dikenal
dengan istilah nafsun (nafsu). Lebih dalam dari itu ada bagian yang
sangat halus, itulah yang disebut rahasia yaitu ma'nassa tau (manusia
sesungguhnya), yang dikenal dengan istilah ruwhun (ruh).

Ilmu yang menyangkut dengan jisim disebut ilmu jasmani, ilmu


tubuh manusia. Ilmu mengenai nafsu disebut ilmu nafsani (ilmu
kedirian, ilmu jiwa, psikologi). Nafsu (diri, jiwa) inilah yang merasa
dan berpikir (berakal) serta berkemauan. Ruh menyebabkan manusia
sadar akan existensinya. Ruh itu menyinari jiwa sehingga jiwa itu
menyadari semua aktivitasnya: merasa, berpikir dan berkemauan.
Jadi tidak ada alam bawah sadar, seperti telah saya bahas dalam
OPINI, Harian FAJAR, hari Kamis 31/3-1994 dan Sabtu 2/4-1994
yang berjudul: Psikoanalisis Hasil Iqra Sigmund Freud yang
Diecerkan Secara Global). Ruh juga mengatur perimbangan aktivitas
jiwa dalam merasa, berpikir dan bernaluri. Hanya itulah pengetahuan
manusia yang sedikit tentang ruh. Tidak ada ilmu ruhani, oleh karena
ruh tidak dapat dikaji oleh manusia.

-- WaYasaluwnaka 'ani rRuwhi Quli rRuwhu min Amri Rabby


waMa- Uwtiytum mina l'Ilmi Illa- Qaliylan (S. Bany Isra-iyl, 17:85).
Mereka bertanya kepada engkau tentang ruh, katakan ruh itu urusan
Maha Pengaturku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan kecuali
sedikit..

Ada tiga jenis kecerdasan yang bisa diukur, yaitu kecerdasan


perasaan (emosi), kecerdasan pikiran (akal) dan kecerdasan naluri
(instink). Jiwa merasa di dalam shadrun (dada halus, sadru), berpikir
di dalam fuadun (fuad), dan bernaluri di dalam haway (hawa). Jiwa
merasa dan berpikir serta bernaluri dengan memakai mekanisme
perangkat kasar dalam jisim yang disebut otak. Tingkat kecerdasan
perasaan diukur dalam besaran emotional quotient (EQ), tingkat
kecerdasan pikiran diukur dalam besaran intelligence quotient (IQ),
namun sepanjang pengetahuan saya walaupun secara teori tingkat
kecerdasan naluri dapat diukur, sampai sekarang belum ada tolok
ukurnya. Lebih-lebih lagi yang tak mungkin dapat diukur itu
kecerdasan ruhaniyah, berhubung telah disebutkan di atas, bahwa ruh
itu adalah rahasia.
Dalam tataran jasmani ada yang disebut qalbun (qalbu) yaitu jantung.
Qalbu juga terdapat dalam tataran nafsani, ini yang disebut hati
dalam bahasa Indonesia. Ada pula yang disebut lubbun (lub) di
dalam tatarasan nafsani. Hubungan di antara kelima substansi dalam
tataran nafsani itu dapat dijelaskan dalam bentuk rumus:

qalbu = lub + hawa


lub = sadru + fuad
qalbu = sadru + fuad + hawa

Iman terletak di dalam sadru. Alladziy Yuwaswisu fiy Shuduwri


nNa-si (S. An Na-s, 114:5), yaitu (syaitan) yang membisikkan dalam
sadru manusia. Yang diganggu syaitan dalam sadru manusia ialah
iman.

Puncak kecerdasan emosi ialah rasa cinta dan anNafsu


lMuthmainnah, (S. Al Fajr, 89:27), nafsu (jiwa) yang tenang.
DzikruLlah (ingat akan Allah) bukanlah dengan akal melainkan
dengan rasa. DzikruLlah bagi seorang sufi dalam lapangan tasawuf
akan mencapai puncaknya berupa rasa cinta kepada Allah dan
RasulNya. Kecerdasan berpikir filosof dan pakar dalam lapangan
filsafat dan ilmu pengetahuan akan menghasilkan kepuasan
intelektual.

Apabila dalam diri seseorang tercapai keseimbangan antara perasaan


dengan pikiran, maka dalam Al Quran yang bersangkutan mendapat
predikat Ulu lAlbab. Al Albab adalah bentuk jama' dari al Lub.
Siapakah Ulu lAlbab itu?

Alladziyna Yadzkuruwna Llaha Qiya-man waQu'uwdan wa'alay


Junuwbihim waYatakkaruwna fiy Khalqi sSamawati walArdhi
Rabbana- Ma- Khalaqta Hadza Ba-thilan Subhanaka faQina- 'Adza-
ba nNa-ri (S. Ali 'Imra-n, 3:191). yaitu mereka yang berdzikir akan
Allah tatkala berdiri, duduk dan berbaring, dan memikirkan tentang
terciptanya (benda-benda) langit dan bumi (lalu berkata): Wahai
Maha Pemelihara kami tidaklah Engkau jadikan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau peliharalah kami dari azab neraka. Ulu lAlbab
ialah mereka yang jiwanya berdzikir dan berpikir secara seimbang,
EQ dan IQnya sama tingginya. Tidak membiarkan EQnya tinggi,
sedangkan IQnya rendah. Juga tidak membiarkan IQnya tinggi,
sedangkan EQnya rendah.

Naluri mempertahankan diri berwujud mencari makanan kalau lapar,


mencari minuman kalau haus, melawan atau melarikan diri kalau
diancam bahaya, dan hasrat sexual untuk melanjutkan keturunan.
Termasuk dalam naluri mempertahankan diri ialah bernafas, yaitu
mengambil O2 dan mengeluarkan CO2 (respirasi). Boleh jadi kata
nafas berasal pula dari nafsun. Bagian naluri yang mendorong untuk
bernafas ini disebut nyawa. Apabila manusia mati, ruhnya ke alam
barzakh menanti hari qiyamat (berbangkit). Demikianlah ruh itu
kekal, sedangkan jiwa padam, nyawa putus dan tubuh hancur
menjadi tanah setelah manusia mati.

Bukan saja perasaan dan pikiran yang harus seimbang. Jiwa harus
pula menyeimbangkan lub (perasaan + pikiran) di satu pihak dengan
naluri di lain pihak. Naluri yang agresif akan menurunkan kecerdasan
naluri hingga ketitik yang serendah-rendahnya, asfala sa-filiyna (S.
At Tiyn, 95:5), yaitu naluri mempertahankan diri itu menjadi liar,
sehingga seseorang akan menjadi pemangsa sesamanya (kannibal).
Kecerdasan naluri mencapai puncaknya jika terjadi keseimbangan
antara lub dengan naluri.

Dalam bulan Ramadhan yang suci ini jiwa dilatih untuk


mengendalikan naluri mempertahankan diri yang terdiri utamanya
dari hasrat yang bersifat biologis, yaitu makan minum dan sex.
Demikianlah puasa dapat meningkatkan kecerdasan naluri, hasrat
biologis dapat terkendali.

Dalam bulan Ramadhan jiwa mengadakan imanan wahtisaban


(introspeksi atas dasar iman) sehingga jiwa dapat meningkatkan
kecerdasan perasaan dan pikiran. Dan yang tidak kurang pentingnya,
puasa dapat merasakan derita orang miskin yang juga akan
meningkatkan kecerdasan perasaan. Jikalau tingginya IQ (hasil
ihtisaban) hanya menggeluti teori-teori mengentaskan kemiskinan,
maka tingginya EQ (hasil olah rasa) yang membuahkan rasa cinta
dan solidaritas atas derita orang-orang sengsara hidupnya, akan
menumbuhkan sikap tanggung jawab untuk mewujudkan teori-teori
mengentaskan kemiskinan itu dalam kenyataan. WaLlahu A'lamu bi
shShawab.

*** Makassar 11 Januari 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

307 Doktrin Freud


Sigmund Freud (1856 - 1939) mengumpamakan alam pikiran
manusia ibarat gunung es. Sebagian besar tenggelam dalam air,
tersembunyi dalam alam bawah sadar. Di bawah permukaan air itu
tersembunyilah motif, perasaan dan keinginan-keinginan, yang tidak
hanya tersembunyi bagi orang lain, melainkan menjadi rahasia pula
bagi dirinya sendiri. Menurut doktrin Freud alam bawah sadar itu
adalah sumber dari nereuse.

Freud mengklasifikasikan aktivitas mental dalam tiga level: Id, Ego


dan Super-Ego. Id dan Super-Ego terletak dalam alam bawah sadar.
Yang terpenting ialah Id, bagian yang gelap dari personalitas. Id
dapat diungkapkan dengan cara mengkaji mimpi (interpretation of
dreams) dan nereutic symptom. Id adalah pusat dari naluri dan iradah
(impuls) yang bersifat primitif dan kebinatangan. Id itu buta dan
serampangan (ruthless), hanya menginginkan kesenangan hura-hura,
dan asyik ma'syuk (pleasure), tanpa mengindahkan konsekwensinya.
Id tidak mengenal nilai, tidak mengenal baik dan buruk, tidak
mengenal moralitas. Semua impuls dari Id menurut doktrin Freud
diisi oleh tenaga psikis (psychic energy) yang disebutnya libido,
berkarakteristik seksual. Teori libido ini disebut dengan "hakikat
(essence) dari doktrin pasikoanalisis". Semua kehandalan kultural
manusia, seperti seni, hukum, agama dll. dipandang sebagai
perkembangan libido. Pada bayi aktivitas libido itu berupa menetek
dari puting payu dara ibu, mengisap dot dan mengisap jari. Setelah
dewasa libido itu tertransfer dalam hubungan seksual, atau berupa
kreasi seni, sastra, musik yang disebut dengan "displacement". Naluri
seksual libido ini menurut doktrin Freud adalah sumber dari karya
kreatif.

Pengaruh libido ini menurut doktrin Freud, suatu doktrin spekulatif


yang sangat kontroversial dari psikoanalisis, adalah pertumbuhan
perasaan seksual anak terhadap orang tuanya. Dimulai dari
kesenangan bayi mengisap dari puting susu ibunya, dalam diri anak
laki-laki perasaanya berkembanglah hasrat seksual terhadap ibunya,
membenci ayahnya sebagai saingan, yang disebut oleh Freud dengan
komplex Oedipus. Dalam mitologi Yunani tersebutlah konon seorang
yang bernama Oedipus yang mengawini ibunya dan membunuh
bapaknya. (Dalam sastra Sunda klasik tersebut Sangkuriang
membunuh ayahnya, yaitu si Tumang seekor anjing dan ingin
mengawini Dayang Sumbi, yaitu ibunya. Andaikata Freud itu urang
Sunda, maka wishful thinking Freud tersebut tentang hasrat seksual
anak laki-laki terhadap ibunya, tentu akan disebutnya komplex
Sangkuriang).
Berlainan dengan Id yang didominasi oleh libido itu, Ego menyadari
alam sekelilingnya. Id yang tidak mengindahkan konsekwensi,
serampangan, tidak dibiarkan oleh Ego, oleh karena Id yang tidak
mengenal aturan itu akan memenimbulkan konflik dengan realitas,
utamanya aturan-aturan dari masyarakat. Menurut Freud, Ego itu
berupa mediator antara klaim yang serampangan dari Id dengan
realitas yang ada di dunia luar dari individu.

Adapun Super-Ego yang berada dalam alam bawah sadar seperti Id,
senantiasa dalam konflik dengan Id. Terjadinya konflik antara Id
dengan Super-Ego dalam alam bawah sadar itu menurut Freud itulah
penyebab timbulnya penyakit kejiwaan yang disebutnya dengan
neurose, yang dapat mengakibatkan keadaan yang fatal dari
personalitas. Seorang pengikut Freud, A.A.Brill, orang Amerika,
menulis bahwa Super-Ego itu adalah evolusi mental yang tertinggi
dari manusia.

Istilah doktrin dipakai dan bukan istilah teori, oleh karena para
pengecer (meminjam ungkapan Anwar Arifin) psikoanalisis Freud itu
tidak memandangnya lagi sebagai suatu teori, melainkan sudah
diyakini sungguh-sungguh kebenarannya. Padahal psikoanalisis
Freud belum pernah dibuktikan secara ilmiyah. Dari hasil observasi
pasiennya di Vienna, Freud membuat rampatan (generalisasi), bahwa
semua manusia mesti demikian itu. Freud tentu saja tidak dapat
dipersalahkan betul dalam membuat rampatan itu, oleh karena alat
ilmiyah untuk rampatan itu belum didapatkan pada waktu itu, yakni
ilmu statistik. Walaupun pembacaan buku-buku psikologi saya sangat
terbatas ketimbang para pakar psikologi, namun saya berani
mengatakan bahwa belumlah pernah diadakan penelitian apakah
memang teori Freud itu berlaku secara umum untuk semua manusia.

Apakah libido yang merambat pada komplex Oedipus itu berlaku


umum untuk seluruh manusia? Apakah anak perempuan juga punya
dorongan libido sehingga senang mengisap puting susu ibunya dan
karena itu logikanya ia terlahir sebagai lesbian? Apakah anak
perempuan berkomplex Xena (bukan Oedipus karena Oedipus laki-
laki), benci kepada ibunya dan ingin mengawini bapaknya? Apakah
ini tidak kontradiktif dengan pembawaan lesbian? Apakah semua
kehandalan kultural manusia, seperti seni, hukum, agama dll.
dipandang sebagai perkembangan libido? Apakah semua mimpi itu
adalah pencapaian (fulfillment) tersembunyi dari hasrat yang
tertekan? Apakah semua mimpi itu merupakan drama dalam alam
bawah sadar? Apakah semua mimpi itu adalah buah (product)
konflik? Walaupun sekarang sudah dikenal ilmu statistik, namun
sangatlah sulit untuk mengujicoba bahwa doktrin Freud itu berlaku
umum untuk semua manusia. Kesulitan itu pada hakekatnya adalah
suatu keniscayaan.

Allah SWT adalah Sumber dari segala sumber, Allah adalah Sumber
ilmu, Sumber informasi. Allah menurunkan ayat sebagai sumber
informasi. Al Quran tidak membedakan pengertian ayat, baik yang
dimaksud dengan isi Al Quran, maupun yang dimaksud dengan alam.
Dalam kedua ayat di bawah ini jelas Al Quran tidak
membedakannya.

Wa la- Tasytaruw biAyatiy Tsamanan Qaliylan(S. Al Baqarah, 2:41),


dan janganlah engkau menjual ayat-ayatKu dengan harga murah. Wa
Yunazzilu mina sSama-i Ma-an fa Yuhyiy bihi- lArdha ba'da
Mawtiha- inna fiy dza-lika laA-ya-tin li Qawmin Ya'qiluwna (S. Ar
Ruwm, 30:24), dan diturunkanNya hujan dari langit, dan dengan itu
dihidupkanNya bumi sesudah matinya, sesungguhnya dalam hal ini
adalah ayat-ayat bagi kaum yang mempergunakan akalnya.

Jadi baik isi Al Quran maupun alam semesta adalah sumber


informasi, suatu fakta yang tak boleh diragukan. Dalam bahasa
Indonesia dan juga bahasa lain selayaknya bahasa Al Quran ayat ini
tetap dipakai, tidak usah diterjemahkan. Maka orang akan
memfokuskan minatnya menghilangkan polarisasi antara imaniyah
dengan ilmiyah. Lalu melebur keduanya menjadi satu sistem, yaitu
Pendekatan Imaniyah-Ilmiyah seperti berikut:
1) berlandaskan tawhid,
2) pengamatan,
3) penafsiran,
4) bersikap ragu terhadap pemikiran manusia,
5) ujicoba.

Dalam Seri berikutnya, insya Allah, Al Quran dan Al Hadits dipakai


secara proaktif untuk mengujicoba doktrin Freud. WaLlahu A'lamu
bi shShawab.

*** Makassar, 18 Januari 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

308. Ujicoba Doktrin Freud Dengan Ayat Qawliyah


Rampatan (generalisasi) doktrin Freud melalui ilmu statistik belum
pernah dan tak akan pernah dapat dilakukan. Hal itu adalah
keniscayaan seperti dikatakan dalam Seri 307 yang lalu. Karena
rujukan pada ayat Kawniyah (ayat alam) sebagai sumber informsi tak
akan pernah dapat dilakukan, maka ditempuhlah alternatif rujukan
pada ayat Qawliyah (Al Quran) dan Al Hadits.

Dalam Al Quran dikenal tiga jenis personalitas atau kejiwaan yang


disebut An Nafs(u). Kata ini dipungut ke dalam bahasa Indonesia:
nafsu dengan perubahan makna, berkonotasi jelek, biasanya dalam
bentuk kata majemuk: hawa nafsu. Ketiga jenis kejiwaan itu adalah:
Pertama, An Nafsu lAmma-rah. Sesungguhnya Nafsu Ammrah itu
mendorong untuk berbuat kejahatan (S.Yuwsuf, 12: 53). Kedua, An
Nafsu lLawa-mah. Dan Aku bersumpah dengan Nafsu Lawwamah
(dalam diri manusia) (S.Al Qiya-mah, 75:2). Nafsu Lawwamah ini
mendorong manusia untuk introspeksi. Wa ma- Ka-na liy 'alaykum
min Sultha-nin illay an Da'awtukum faStajabtum liy, fala-
Taluwmuwny wa Luwmuw Anfusakum, (Setan berkata) tidak ada
kekuasaan dariku atasmu, kecuali aku membujukmu dan engkau
tergiur. Sebab itu janganlah kamu mencercaku, melainkan cercalah
dirimu sendiri (S.Ibrahim, 14:22). Ayat ini menjelaskan tentang
ucapan setan kepada manusia yang sudah terlanjur mengikuti Nafsu
Ammarahnya, lalu mengumpat setan yang telah menjerumuskannya.
Janganlah mengumpat setan, kritiklah dirimu sendiri, introspeksilah.
Yang ketiga, An Nafsu lMuthmainnah. Hai Nafsu Muthmainnah,
(jiwa yang tenang dan suci) (S.Al Fajr, 89:27).

Freud telah berjasa memperinci jenis Nafsu Ammarah itu dalam


gambaran Idnya. Namun kesalahan Freud yang fatal ialah bahwa
agama yang bersumberkan wahyu dipandang sebagai perkembangan
libido. Pandangan Freud bahwa libido adalah sumber dari karya
kreatif sangatlah spekulatif dan terlalu ekstrem. Selanjutnya aktivitas
mental Id yang diletakkan Freud dalam alam bawah sadar,
memberikan konsekwensi bahwa manusia itu tidak dapat diminta
pertanggung-jawabannya. Bukankah perbuatannya itu didorong oleh
hasrat yang tidak disadarinya? Freud yang melecehkan tanggung
jawab asasi manusia ini bertentangan dengan aqidah tentang Yawmu
dDiyn (Hari Pengadilan).

Semua kehandalan kultural manusia, seperti seni, hukum, agama dll.


bukanlah perkembangan libido. Libido yang berkarakteristik seksual
itu hanyalah sekadar salah satu unsur dari Nafsun Ammarah. Doktrin
libido bertentangan dengan aqidah, karena Freud menganggap libido
itu sumber agama.

Menurut Hadits manusia berpikir dan kemudian berbuat jahat, oleh


karena tatkala itu sedang lupa kepada Allah, namun ia menyadari
akan pikiran dan perbuatannya itu. Rasulullah SAW bersabda: Pezina
tidak berzina tatkala ia dalam keadaan beriman. Pencuri tidak
mencuri tatkala ia dalam keadaan beriman, dan peminum tidak
minum tatkala ia dalam keadaan beriman (Hadits Shahih riwayat Al
Bukhari dan Muslim dan yang lain-lain dari keduanya, dari Abu
Hurairah). Jadi orang berbuat jahat itu karena ia lupa kepada Allah,
namun ia sadar kan dirinya tatkala ia berbuat itu.

Bahwa Super-Ego itu adalah evolusi mental yang tertinggi dari


manusia itu ada benarnya. Bahwa manusia senantiasa berusaha
mencapai Nafsu Muthmainnah, menjadi Sufi dan WaliyuLlah (dalam
arti tasawuf yang tidak "liar"). Yang tidak benar adalah Super-Ego itu
dimasukkan sebagai aktivitas mental dalam alam bawah sadar. Nafsu
Muthma'innah itu adalah tahap kesadaran yang paling tinggi.

Dalam Al Quran disebutkan bahwa Nabi Yusuf AS bermimpi melihat


11 bulan, matahari dan bulan sujud kepadanya. Itu bukan drama
dalam alam bawah sadar. Itu bukan hasrat terpendam Yusuf yang
masih remaja itu ingin menjadi orang berkuasa sehingga orang-orang
tunduk kepadanya. Itu adalah pertanda dari Allah SWT untuk masa
yang akan datang. Yaitu Nabi Yusuf AS kelak di kemudian hari akan
menjadi raja muda Mesir. Tatkala itu ke-11 saudaranya, bapaknya
(Nabi Ya'cub AS) dan ibunya menghormatinya sebagai raja muda.
Mimpi raja Mesir (bukan dari dinasti Fir'aun), 7 ekor sapi gemuk
dimakan 7 ekor sapi kurus, bukan drama alam bawah sadar raja
Mesir.

Di samping mimpi sebagai pertanda dari Allah SWT untuk para nabi
dan waliyullah serta orang-orang tertentu yang dipilih Allah, mimpi
adalah aktivitas jiwa dalam qalbu (sadru + fuad + hawa) yang bekerja
terus. Mimpi tukang jahit Singer dikejar-kejar orang memegang
tombak yang ujungnya berlubang adalah proses berpikir dalam
fuadnya berjalan terus selagi ia tidur. Ia berhasil memecahkan
permasalahan di dalam tidur bagaimana menyelesaikan jahitan yang
bertumpuk menjelang tahun baru, yaitu dengan membuat jarum yang
berlubang pada ujungnya yang runcing. Mimpi makan kenyang orang
terapung di atas rakit di tengah laut adalah proses naluri
mempertahankan hidup dalam hawanya berlanjut terus sementara ia
tidur (hal ini juga diangkat dalam novel sastra daerah Makassar "I
Kukang"), adalah proses naluri mempertahankan hidup dalam
ALHWY (dibaca: al hawa-) yang berlanjut terus sementara ia tidur.

Demikianlah mimpi itu bukanlah pencapaian tersembunyi dari hasrat


yang tertekan. Mimpi itu bukanlah drama dalam alam bawah sadar,
dan bukan pula produk konflik dalam alam bawah sadar. Mimpi itu
tidak lain adalah pertanda untuk masa yang akan datang dari Allah
SWT yang diberikan kepada para Nabi, waliyuLlah ataupun orang-
orang tertentu, atau mimpi itu adalah proses merasa, berpikir dan
bernaluri yang berlanjut terus tatkala tidur.

Terakhir, tidak ada konflik antara Id dengan Super-Ego dalam alam


bawah sadar, karena alam bawah sadar itu tidak ada. Sesungguhnya
persepsi Freud tentang alam bawah sadar tidak lain melainkan
rekaman pada kulit otak tentang pengalaman proses merasa, berpikir
dan bernaluri, ibarat rekaman pada tape recorder. Telah dijelaskan
dalam Seri 306 bahwa nafsu (jiwa) merasa, berpikir dan bernaluri
dengan memakai mekanisme otak dalam jisim. Doktrin alam bawah
sadar bertentangan dengan aqidah adanya Hari Pengadilan. Manusia
harus mempertanggung-jawabkan seluruh aktivitasnya di dunia ini
pada Hari Pengadilan kelak. Allah Maha Adil, memberikan ganjaran
baik atau buruk sesuai yang dilakukan manusia dengan sadar. Semua
aktivitas jiwa disadari, karena jiwa itu disinari oleh ruh. Ruh inilah
yang menyebabkan manusia itu sadar akan eksitensinya. WaLlahu
A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 25 Januari 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

309. Restrukturisasi Sistem Perbankan

Beberapa sahabat "menyindir" saya mengapa tidak pernah


menyinggung sedikitpun dalam kolom ini tentang krisis moneter.
Orang pada sibuk menyorot substansi yang paling aktual yaitu krisis
moneter, lalu mengapa kolom ini seakan-akan tidak perduli, bercerita
terus tentang doktrin Freud. Sesungguhnya dua seri tentang doktrin
Freud tersebut merupakan materi pembantu untuk membahas
penyebab dan pemecahan krisis moneter dari segi pandang Syari'at
Islam.

Tersebutlah konon di negeri Antah-berantah se"orang" mambang


syah-peri pengusaha angkutan kuda semberani (centaur) merangkap
pengembang siluman menyuruh semua penunggang centaurnya
menjadi users. Ia berkolusi dengan direktur sebuah bank pemerintah,
lalu mengucurlah dana Kesepakatan Pembagian Rezeki (KPR) dan
dana Kongkalikong (KK). Aturannya dana KK itu akan ditebus dari
KPR. Namun namanya saja pengembang siluman, dana KK tidak
dipakai untuk menjalankan pengembangan. Dana KK dan KPR
bersama-sama raib seperti siluman. Maka terjadilah kredit macet.
Konon kabarnya pengusaha itu buron dan mantan direktur bank yang
sudah pensiun itu diusut. Sayangnya di negeri Antah-berantah tidak
mempunyai sistem peradilan ala Judge Bao, sehingga banyak bank
yang sakit parah. Ujung-ujungnya ialah krisis moneter karena bank
yang sakit parah itu bersinergi dengan tibanya waktu utang para
sekongkolmerat yang harus dibayar, yaitu dana yang mereka pinjam
seenak perutnya ke negeri kayangan (atas angin). [Dalam bahasa
asalnya, yaitu bahasa Al Quran kata dana dan utang (daynun) berasal
dari akar kata yang sama yaitu dal, alif, nun -daana-yaduwnu-
daynun-].

Potret negeri Antah-berantah itu tidak lain adalah wajah Indonesia


jika dilihat di dalam cermin. Bank-bank sakit parah karena kredit
macet. Terjadinya kredit macet karena ulah petinggi bank yang
melakukan kolusi dengan pengusaha. Kolusi dan korupsi hanya dapat
berlangsung jika bertemu ruas dengan buku, internal dan external,
niat dan kesempatan.

Kita akan bahas dahulu dari segi internal. Dari segi niat kolusi dan
korupsi akan dibahas menurut ilmu nafsani (ilmu kedirian, ilmu jiwa,
psikologi). Seperti telah dijelaskan dalam Seri 308 bahwa walaupun
Freud secara substansial telah berjasa memperinci Nafsu Ammarah
dalam doktrin Id-nya, namun dari segi stratifikasi Freud membuat
kesalahan yang fatal, karena memandang libido itu di atas segala-
galanya, bahkan agama yang bersumberkan wahyu dipandang
sebagai perkembangan libido. Padahal libido yang berkarakteristik
seksual itu hanyalah sekadar iradah mempertahankan jenis,
melanjutkan keturunan, yaitu bagian dari naluri mempertahankan diri
yang disadari (bukan dalam alam bawah sadar) dalam kawasan Nafsu
Ammarah.

Pemahaman Ego yang hanya sekadar sebagai mediator antara


dorongan Id yang tidak mengenal moralitas dengan realitas yang ada
di dunia luar dari individu, tidaklah berlaku secara umum. Ini hanya
berlaku bagi individu yang kecerdasan nalurinya mencapai titik nol,
rendah serendahnya, Asfala Sa-filiyna (S. At Tiyn, 95:5). Dalam
doktrin Freud tidak dikenal standar moral yang tetap bagi
masyarakat, yang dalam bahasa Al Quran disebut Al Furqan (S. Al
Baqarah, 2:185). Bagi individu yang kecerdasan nalurinya pada titik
nol, jika ia berada dalam lingkungan masyarakat yang kolus dan
korup, maka Ego itu berhenti menjadi mediator. Mengapa? Oleh
karena tidak ada lagi konflik antara Id yang tidak mengenal moralitas
itu dengan realitas dunia sekelilingnya yang kolus dan korup.
Lahirlah masyarakat kolus dan korup yang mempunyai doktrin gila:
Bila datang zaman gila, yang tidak ikut menjadi gila dikatakan ia
yang gila. Pada waktu itu baik gila ataupun tidak gila, semuanya lalu
ikut gila. Akhirnya jika semuanya sudah jadi gila, terbentuklah
masyarakat gila. Maka orang-orangpun berhentilah gila, karena tidak
ada orang gila yang mau menyebut dirinya gila. (Doktrin ini bertolak
belakang dengan filosofi Ronggowarsito, walaupun gayanya meniru
gaya Ronggowarsito). Sering kita mendengar cemoohan yang keluar
dari mulut penganut doktrin gila ini: akh sok moralis. Demikianlah
penyakit kolusi dan korupsi itu mewabah menjadi penyakit
masyarakat tidak terkecuali dalam dunia perbankan.

Selanjutnya akan dibahas dari segi external. Terbukanya kesempatan


untuk kolusi dan korupsi ialah karena sistem pinjaman berbunga.
Dalam potret negeri Antah-berantah di dalam cermin di atas itu jelas
menunjukkan bagaimana mudahnya terjalin kolusi antara pengusaha
dengan direktur bank penyebab kredit macet sehingga bank menjadi
sakit. Demikian pula pinjaman konglomerat ke negeri atas angin
yang tiba waktunya harus dikembalikan bersama bunganya dalam
dollar, yang menyebabkan harga dollar membubung terus, jelas
terlihat dalam cermin itu. Para konglomerat itu sudah dikejar bunga,
oleh karena mereka itu meminjam dana jangka pendek untuk proyek
jangka panjang.

Sebenarnya krisis moneter ini adalah peringatan dari Allah SWT


supaya kita sadar bahwa sesungguhnya pinjaman berbunga itu identik
dengan riba.

-- Wa Ahalla Lla-hu lBay'a wa Harrama rRiba- (S. Al Baqarah,


2:275). Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.

Apa-apa yang diharamkan Allah niscaya membawa mala-petaka,


tidak terkecuali riba. Pinjaman berbunga menjadi biang kerok
terbukanya kesempatan luas jalinan kolusi antara peminjam dengan
petinggi bank. Bunga bank identik dengan riba bukan masalah
khilafiyah lagi. Selama masih mempergunakan sistem pinjaman
berbunga kesempatan kolusi terbuka lebar. Ujung-ujungnya secara
periodik akan timbul krisis moneter, apa pula jika dikacau oleh
katalisator sorosisme.

Dalam hal krisis moneter ini, perlu sekali reorientasi berpikir. Perlu
sekali restrukturisasi sistem perbankan. Bukan lagi sistem pinjaman
berbunga, melainkan sistem bagi hasil, baik antara penabung dengan
bank, maupun antara bank dengan pengusaha. Bank harus aktif
bahkan ikut menjadi pengelola dari perusahaan yang didanai oleh
bank. Sistem bagi hasil ini mencegah terjadinya jalinan kolusi,
walaupun niat berkolusi mungkin saja terbetik dipicu oleh Nafsu
Ammarah.

Alhasil langkah strategis yang harus ditempuh ialah restrukturisasi


sistem perbankan dari sistem pinjaman berbunga menjadi sistem bagi
hasil yang harus bersifat menyeluruh, baik bank pemerintah, maupun
swasta, ataupun bank-bank asing yang beroperasi di Indonesia.
Langkah strategis ini harus dipertegas
melalui undang-undang. Termasuk dalam undang-undang itu
larangan bagi pengusaha meminjam pada bank-bank di atas angin
yang memakai sistem pinjaman berbunga. WaLlahu a'lamu
bishshawab.

*** Makassar, 8 Februari 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

310. Teori Relativitas Khusus (1905)

Ada dua alasan mengapa teori ini dibahas. Pertama, Albert Einstein
(1879 - 1955) membuat penafsiran yang sama sekali baru, yang
menandai berakhirnya kejayaan fisika klasik. Einstein (diucapkan:
ainsytain) mengubah secara revolusioner cara memandang atau
menafsirkan hasil observasi Albert Abraham Michelson (1852 -
1931). Alasan yang kedua, ialah mencoba memperkenalkan kepada
para pembaca yang kebetulan kurang begitu senang pada persamaan-
persamaan dan rumus-rumus, karena tidak mempunyai latar belakang
penguasaan matematika, utamanya kalkulus tensor.

Dalam tahun 1687 Sir Isaac Newton (1642 - 1727) memformulasikan


sebuah teori yang dikenal dengan Prinsip Relativitas Newton, yang
demikian bunyinya: Gerak benda-benda dalam suatu sistem akan
sama keadaannya, apakah sistem itu dalam keadaan diam, ataupun
dalam keadaan bergerak lurus beraturan. Newton menyertai teorinya
ini dengan keyakinan tentang adanya sebuah sistem yang diam secara
mutlak, jauh di dalam pusat alam yang menjadi titik pusat alam
semesta. Mengapa Newton harus yakin dan menganggap perlu benar
tentang adanya pusat alam semesta yang diam secara mutlak itu,
ialah untuk dijadikan koordinat mutlak yang menjadi landasan bagi
setiap benda yang bergerak.

Sejalan dengan perkembangan pemikiran tentang masalah sistem


koordinat mutlak dalam mekanika klasik itu, pada pihak lain di
bidang fisika klasik terjadi pula proses pemikiran mengenai
penafsiran cahaya. Dalam tahun 1690 Christian Huygens (1629 -
1695) mengemukakan sebuah teori bahwa cahaya itu suatu sistem
gelombang. Gelombang itu pada hakekatnya adalah getaran yang
menjalar. Jadi harus ada zat yang bergetar, padahal ruang semesta itu
vakum. Lahirlah hipotesa Aether, zat halus yang mengisi penuh alam
semesta yang menjadi medium tempat gelombang cahaya itu dapat
menjalar.

Kemudian timbullah pemikiran untuk menjadikan Aether itu sistem


koordinat mutlak yang dicari-cari Newton itu. Dalam tahun 1881
Albert Abraham Michelson (1852 - 1931) melakukan percobaan
dengan alat interferemeter. Ia ingin mengetahui berapa kecepatan
bumi terhadap sistem koordinat mutlak Aether itu. Percobaan itu
diulangi lagi bersama-sama dengan Morley dalam tahun 1887,
sehigga percobaan itu lebih dikenal dengan percobaan Michelson-
Morley. Hasil percobaan Michelson-Morley menunjukkan bahwa
kecepatan bumi terhadap Aether adalah nol, Jadi bumi sama sekali
tidak bergerak terhadap Aether yang diam secara mutlak itu. Para
pakar terperanjat, kecewa, bahkan ada yang demikian bingungnya
sehingga ingin memutar kembali jarum jam ke tiga abad yang silam,
kembali ke faham geosentris, bumi sebagai pusat alam. Ilmu fisika
menjelang akhir abad ke 19 menemui jalan buntu.

Walaupun Einstein tidak pernah (atau mungkin sudah pernah?)


membaca S. Yasin 40 Kullun fiy Falakin Yasbahuwna, tiap-tiap
sesuatu berenang dalam jalurnya, Einstein bertolak dari pandangan
tidak ada sistem koordinat yang diam secara mutlak. Semua benda
bergerak relatif antara satu dengan yang lain. Kemudian Einstein
menunjuk kepada fenomena alam yang didapatkan oleh FitzGerald.
Apabila kita memegang sebuah batang apa saja di bumi ini dan
batang itu letaknya melintang terhadap gerak bumi, lalu tiba-tiba kita
mengubah letak batang tersebut membujur jadi searah dengan gerak
bumi, maka batang itu akan mengalami perpendekan. Gejala ini
disebut kontraksi FitzGerald. Atas dasar penemuan Fitzgerald,
Hendrik Anton Lorentz (1853 - 1928) dengan dibantu oleh Larmor,
dalam tahun 1900 membuat kalkulasi matematis yang disebut dengan
transformasi Lorentz.

Eintein membuat penafsiran atas hasil percobaan interferemeter


Michelson-Morley sebagai berikut:
(a) Kecepatan cahaya invarian, tidak terpengaruh oleh gerak
pengamat dan benda yang diamati,
(b) Interval waktu dan interval ruang relatif tergantung dari keadaan
gerak pengamat dan benda yang diamati. (Invarian maksudnya laju
cahaya itu tetap terhadap sistem apa saja. Jadi kecepatan cahaya
terhadap bumi, atau terhadap bulan, atau terhadap matahari tetap 299
792 km/detik).

Relatifnya waktu ada dua jenis. Pertama, yang berhubungan dengan


yang dapat disentuh oleh jisim (tubuh kasar) manusia melalui hasil
pengukuran instrumen. Dalam hal ini waktu itu relatif tergantung dari
keadaan gerak pengamat dan substansi yang diamati. Kedua, yang
berhubungan dengan perasaan dalam jiwa (tubuh halus) manusia.
Waktu relatif tergantung dari keadaan jiwa, jika dalam keadaan
senang, rasanya sebentar, namun kalau menunggu sesuatu, rasanya
lama.

Einstein memperkembang pernyataan (b) di atas, yang disimpulkan


dari hasil transformasi Lorentz, bahwa massa bendapun sama
keadaanya dengan waktu dan ruang yaitu relatif tergantung pada
keadaan gerak benda. Hasil akhir Teori Relativitas Khusus
menunjukkan adanya hubungan antara energi dan massa. Tenaga
kinetis tidak lagi dinyatakan dalam pernyataan yang umum dikenal
dalam mekanika klasik, E = 1/2 mv2, melainkan dalam bentuk deret:

E = mc2 + m v2/2 + 3/8 mv4/22 + .......

Jika v sangat kecil dibandingkan dengan c, maka suku yang ketiga


dan seterusnya dapat diabaikan, dan yang tinggal adalah suku
pertama dan kedua. Suku yang kedua kita telah kenal betul dalam
mekanika klasik seperti yang telah dituliskan rumusnya di atas, E =
1/2 mv2, sedangkan suku yang pertama baru kita kenal. Pernyataan
mc2 tidak tergantung dari kecepatan benda, sebab itu disebut energi
diam (rest energy). Dengan memperhatikan transformasi Lorentz,
akan diperoleh hasil, jika energi kinetis suatu sistem berkurang,
energi diamnya akan bertambah, dan dengan demikian beberapa dari
massa diam dari sistem itu harus bertambah. Kesimpulannya ialah
terdapat kesetaraan antara energi dengan massa:

E = mc2

Inilah hasil akhir yang penting dari Teori Relativitas Khusus.


Pernyataan kesetaraan antara energi dan massa di atas itu baru dapat
dibuktikan kebenarannya setelah Otto Hahn (1879 - ? ) bersama-
sama dengan Lise Meitner (1878 - ? ) dalam tahun 1939 berhasil
memecahkan inti atom dalam laboratorium Institut Kaisar Wilhelm di
Berlin. Dengan diungkapkannya proses transformasi nuklir hasil
gempuran unsur-unsur oleh partikel-partikel alpha, proton, deuteron
dan sinar gamma, pernyataan kesetaraan antara energi dengan massa
dari Einstein itu telah terbukti secara ujicoba dengan kadar ketelitian
yang tinggi. WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 15 Februari 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

311. Teori Relativitas Umum (1916)

Einstein kemudian memekarkan teorinya untuk keadaan gerak oleh


pengaruh medan gravitasi. Itulah sebabnya teori yang dimekarkan ini
disebut dengan Teori Relativitas Umum.

Pengalaman menunjukkan bahwa percepatan semua benda selalu


sama dalam sebuah medan gravitasi tertentu. Misalnya semua jenis
benda yang jatuh ke permukaan bumi akan mengalami percepatan
yang sama besar, yaitu g. Karena itu perbandingan antara massa
inertial dengan massa gravitasional akan sama untuk semua benda.
Dan dengan pemilihan unit yang cocok, massa inertial akan sama
dengan massa gravitasional. Alhasil dapatlah terungkap sebuah
TaqdiruLlah, yaitu hukum kesetaraan antara massa inertial dengan
massa gravitasional.

Hukum kesetaraan antara massa inertial dengan massa gravitasional


di atas itu yang mengantar Einstein ke pangkal tolak dari Teori
Relativitas Umum yang diperkenalkannya dalam tahun 1916.
Pangkal tolak ini dikenal sebagai lift Einstein. Misalkan ada kotak lift
yang bebas dari pengaruh medan gravitasi. Dalam lift itu terdapat dua
orang pakar fisika dengan peralatan laboratoriumnya. Karena bebas
dari pengaruh medan gravitasi, kedua pakar fisika dan peralatan
laboratoriumnya itu melayang-layang dalam lift. Lalu tiba-tiba dalam
lift itu semua isinya bergerak sejajar dalam arah yang sama ke
"lantai" lift. Kedua pakar itu mempelajari gerak benda-benda dalam
lift dengan instrumennya. Dan hasilnya ialah kedua pakar itu sepakat
bahwa benda-benda itu bergerak ke arah "lantai" dengan percepatan
a.

Mereka sepakat dalam hal hasil observasi, tetapi mereka berbeda


dalam penafsiran. Yang satu mengatakan mereka sudah berada dalam
daerah medan gravitasi yang besarnya a. Yang dia ukur tadi adalah
massa gravitasional. Tetapi pakar yang satu lagi mengatakan bahwa
sesungguhnya mereka tidak berada dalam medan gravitasi,
melainkan lift mereka didorong ke atas dengan percepatan a. Benda-
benda dalam lift sesungguhnya tidak bergerak, yaitu tunduk pada
hukum inertia. Apa yang dia ukur adalah massa inertial. Tak seorang
juapun di antara keduanya yang berhak mengatakan bahwa
penafsirannyalah yang benar, oleh karena keduanya terkungkung
dalam lift, tidak tahu situasi di luar lift.

Melalui lubang kecil pada dinding lift tampak sebuah benda lain
datang bergerak berpapasan dengan lift. Keduanya mempelajari
gerak benda itu dan sekali lagi mereka sepakat tetang hasil obseravasi
mereka: Benda tersebut yang diluar lift bergerak dengan lintasan
parabola. Akan tetapi penafsiran mereka itu berbeda lagi. Pakar yang
satu mengatakan bahwa benda itu geraknya menurut lintasan
parabola karena ditarik medan gravitasi ke bawah. Tetapi pakar yang
lain mengatakan gerak benda di luar lift itu sesungguhnya bergerak
menurut lintasan garis lurus, cuma kelihatannya saja sebagai
parabola, karena lift mereka dengan seluruh isinya bergerak ke atas
dengan percepatan a. Jika yang bergerak melintas itu adalah cahaya,
maka kedua pakar itu akan sepakat pula tentang hasil observasinya.
Namun berbeda pula penafsirannya. Pakar yang satu mengatakan
bahwa cahaya itu geraknya menurut lintasan parabola karena ditarik
medan gravitasi ke bawah, sedangkan pakar yang lain mengatakan
gerak benda di luar lift itu sesungguhnya bergerak menurut lintasan
garis lurus, cuma kelihatannya saja sebagai parabola, karena lift
mereka dengan seluruh isinya bergerak ke atas dengan percepatan a.
Penafsiran pakar yang pertama bahwa gravitasi "menarik" cahaya
sangatlah asing atau "luar biasa" dalam mekanika klasik.
Newton sebagai peletak dasar ilmu mekanika melihat alam ini secara
mekanis. Gravitasi merupakan gaya, sehingga dalam mekanika klasik
diajarkan cahaya tidak dapat ditarik oleh gravitasi. Namun Einstein
berdasar atas fenomena kesetaraan massa inersial dengan massa
gravitasional dengan ilustrasi "lift Einstein" mempunyai pandangan
yang lain sama sekali. Einstein tidak melihat alam ini secara mekanis,
melainkan secara matematis, yaitu gambaran: kontinuum ruang-
waktu (space-time continuum) berdimensi empat. Bentuk ruang-
waktu ditentukan oleh materi. Di sekitar materi geometri ruang-
waktu ini lengkung. Gravitasi adalah manifestasi lengkungnya
geometri ruang-waktu. Disekitar materi terbentuk "alur" yang disebut
dengan "geodesic line". Semua benda termasuk cahaya bergerak
mengikuti alur geodesic line tersebut. Inilah gambaran baru gravitasi,
menurut Einstein.

Dengan gambaran baru tentang gravitasi itu, Einstein memanfaatkan


peralatan dan fasilitas yang telah tersedia, yaitu kalkulus tensor,
geometri Minkowsky dan geometri Riemann untuk dapat
menghasilkan hukum baru tentang gravitasi. Dengan kalkulus tensor,
Einstein mendapatkan Persamaan Medan Einstein (Field Equation of
Einstein). Dari persamaan medannya itu Einstein menghisab sudut
penyimpangan cahaya bintang-bintang akibat gravitasi matahari,
besarnya 1.75". Ini harus dibuktikan dengan observasi atau ru'yah.

Hisab Einstein tentang penyimpangan cahaya 1.75" ini diuji-coba


dengan ru'yah Eddington cs tatkala gerhana matahari penuh pada
tanggal 29 Mei 1919 di Sobral (Brazilia) dan di pulau Principe
(Afrika Barat). Mengapa ru'yah itu dilaksanakan ketika gerhana
penuh, ialah karena pada saat itu instrumen yang meru'yah cahaya
bintang-bintang tidak silau oleh terangnya matahari, karena langit
gelap di siang hari. Hasil ru'yah menunjukkan bahwa teori Einstein
tentang pengaruh medan gravitasi terhadap cahaya terbukti benar.
Walaupun secara kuantitatif terdapat sedikit penyimpangan antara
hisab Enstein dengan ru'yah Eddingto cs, namun penyimpangan itu
tidaklah signifikan.

Catatan:
Terlepas dari tujuan ujicoba hisab Einstein, pada gerhana matahari
penuh itu terikutlah pula difoto pinggir matahari yang disebut corona.
Pada bagian paling luar corona itu nampak zat yang disedot oleh
matahari dari ruang sekelilingnya. Artinya ruang antar bintang itu
tidak hampa, melainkan diisi oleh dukhan: Tsumma Staway Ila-
sSma-i waHiya Dukhanun (S. Fushshilat, 41:11 ), artinya: Kemudian
(Allah) menyempurnakan (urusanNya) ke langit yang dia itu dukhan.
Dalam ayat tersebut as Sama-u dalam bentuk mufrad (singular)
sehingga yang dimaksud bukanlah benda-benda langit, melainkan
ruang antar bintang yang berisi dukhan, yaitu zat antar bintang, zat
interstellair. Demikianlah sisi lain dari hasil observasi gerhana
matahari penuh tersebut, yaitu dukhan sudah dapat difoto. Dan
karena ruang antar bintang itu tidak hampa, maka pada hakekatnya
benda-benda langit itu berenang. Itulah makna berenang,
Yasbahuwna, dalam S. Yasin 40, yang telah dikutip dalam Seri 309.
WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 22 Februari 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

312 Sekapur Sirih Untuk Sidang Umum MPR

Dalam Syari'at yang dipertajam dalam Ilmu Fiqh kekayaan itu harus
dibingkai dengan cara-cara yang harus ditempuh untuk mendapatkan
kekayaan itu, serta kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi untuk
memanfaatkan kekayaan itu. Dalam bidang tasawuf kekayaan itu
dibingkai oleh sikap tidak mencintai dunia (baca: uang dan harta).
Seorang sufi tidak harus membelakangi dunia, ia dapat saja kaya,
akan tetapi hatinya tidak terpaut pada kecintaan uang dan harta,
melainkan cinta kepada Allah dan RasulNya.

Dalam kolom ini pembahasan tidak difokuskan pada kekayaan yang


dibingkai dalam Ilmu Fiqh maupun tasawuf, melainkan yang akan
dibicarakan adalah kekayaan yang dibingkai secara sosiologis
ekonomis. Mengapa? Karena itulah yang relevan sekarang dalam
kontex poly-krisis, yang bermula dari krisis moneter, meningkat ke
krisis ekonomi dan ketingkat krisis selanjutnya.

Firman Allah SWT:

Kay La- Yakuwna Duwlatan Bayna lAghniya-i minKum (S. Al


Hasyr, 59:7), supaya (apa-apa yang diberikan Allah) itu jangan
beredar di antara orang-orang kaya di antara kamu.

Apa-apa yang dilarang Allah SWT niscaya membawa mala-petaka


apabila dikerjakan, tidak terkecuali kekayaan yang hanya beredar di
antara orang-orang kaya saja. Sila Kelima yang telah dijabarkan ke
dalam urutan pertama Trilogi Pembangunan, telah diwujudkan dalam
kenyataan, yaitu pembangunan dan hasil-hasilnya telah relatif merata
di seluruh Indonesia. Namun demikian, selama ini kita bangsa
Indonesia sadar atau tidak sadar telah melanggar ayat (59:7) tersebut.
Konglomerat selama ini telah menguasai peredaran dana sekitar 70%,
padahal jumlah mereka hanya sedikit sekali (sekitar 200 orang).

Perekonomian kita selama ini ditopang oleh para konglomerat, yang


nota bene juga mempunyai bank, yang menarik dana dari rakyat
banyak melalui sistem tabungan berbunga. Yang juga meminjam
dana dari negeri-negeri atas angin, yang sudah tiba masanya harus
dikembalikan bersama bunganya. Yang harus mendapatkan dollar
untuk membayarnya. Yang menyebabkan dollar menjadi barang
dagangan, yang berujung pada krisis moneter. Bersinergi pula dengan
kredit macet, akibat ulah petinggi bank yang berkolusi dengan
pengusaha, yang menyebabkan bank-bank sakit parah, yang 16 buah
di antaranya telah dilikwidasi.

Konglomerasi berasal dari bahasa Inggris conglomeration yang


berarti anything composed of heterogeneous materials or elements,
apa saja yang terdiri atas sejumlah material atau unsur-unsur yang
heterogen. Contohnya seperti dalam geologi misalnya, batu karang
adalah konglomerasi batu-batuan, kerikil dan sebangsanya. Dalam
bahasa Indonesia pelaku konglomerasi disebut konglomerat. Istilah
konglomerat dan konglomerasi mengalami pergeseran makna yang
menyempit. Konglomerasi terkhusus hanya pada pengelompokan
berjenis-jenis usaha dagang ataupun industri dalam satu badan usaha
oleh konglomerat.

Konglomerasi dalam usaha dagang dan industri itu secara nafsani


(kejiwaan) tidaklah terlepas dari nafsun ammarah yang mendorong
manusia untuk tidak puas-puasnya. Secara teknis pragmatis
timbulnya konglomerasi berdasar atas pertimbangan fluktuasi pasar
di antara jenis usaha yang dikelompokkan itu. Secara bergantian
dalam intern konglomerasi itu unsur jenis usaha yang sedang
mengalami lesu pasar ditopang oleh unsur jenis usaha yang pasarnya
sedang naik daun.

Dalam dunia ketiga (developing countries) ada dua pola dalam


membangun negerinya. Ada pola Brazil yang sangat bernafsu
mengejar dunia maju (developed countries), perbesar kue
pembangunan baru dibagi. Ada pola Tanzania yang mementingkan
distribusi dan penekanan pada usaha padat karya dengan risiko
pertumbuhan lambat, kue pembangunan biar kecil-kecil sudah
dibagi-bagi. Teknologi yang dipakai dalam usaha padat karya adalah
teknologi sederhana, sedangkan teknologi sederhana akan
menghasilkan nilai tambah yang rendah. Itulah sebabnya penekanan
pada usaha padat karya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi
yang rendah.

Kita masih ingat mendiang Ali Murtopo (baca: CSIS) arsitek


akselerasi modernisasi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, supaya
dapat mengejar negara-negara maju. Rupanya CSIS memilih pola
Brazil. Akselerasi lebih cepat dari kecepatan. Dalam ilmu mekanika
kecepatan hanya diukur dalam meter per detik, sedangkan akselerasi
dalam meter kuadrat per detik. Untuk mencapai tujuan itu perlu
badan usaha dan industri yang padat modal. Bukan badan usaha dan
industri yang padat karya yang hanya menghasilkan pertumbuhan
yang rendah. Inilah asal-muasal munculnya para konglomerat yang
menguasai peredaran dana yang 70% itu.

Bahwa belakangan, setelah CSIS telah tersingkir dari lingkaran


kekuasaan, ada suara-suara utuk memihak pengusaha menengah dan
kecil yang banyak jumlahnya, akan tetapi kesadaran itu sudah
terlambat. Sudah terlalu lama kita melanggar ayat (59:7). Oleh
karena kekayaan itu selama ini hanya sekitar 30% yang beredar
dalam kalangan pengusaha menengah dan pengusaha kecil yang
jumlahnya ribu-ribuan, maka landasan perekonomian menjadi rapuh.
Lalu dengan ambruknya kebanyakan dari para konglomerat itu,
karena menanggung utang dari negeri-negeri atas angin yang tak
sanggup mereka bayar, maka ambruk pulalah perekonomian kita
(baca: krisis ekonomi).

Currency Board System dengan konsultasi International Monetary


Fund adalah jurus taktis untuk mengatasi krisis moneter, sedangkan
jurus strategis adalah pola Tanzania. Dekonglomerasi, penekanan
pada distribusi, badan usaha padat karya pada lapisan bawah,
teknologi yang relevan dengan industri kecil. Strategi ini tentu saja
tidak menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Ini dapat
diimbangi dengan teknologi canggih yang padat modal dalam bidang
industri pesawat terbang dan industri logam & mesin utamanya
mesin perkakas. Seperti diketahui teknologi canggih menghasilkan
nilai tambah yang tinggi pula. Bantuan World Bank adalah jurus
pertama dari jurus strategis. Sekapur sirih untuk Sidang Umum
Majelis Permusyawaratan Rakyat, yang mulai bersidang pada hari
ini. Mudah-mudahan kolom ini sempat dibaca oleh sahabat saya
Rudy (sebutan akrab Prof. DR Dipl.Ing Al Hajj Baharuddin Jusuf
Habibie), yang Insya Allah akan menjadi Wakil Presiden Republik
Indonesia. WaLlahu A'lamu bi shShawab.

*** Makassar, 1 Maret 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

313 Tranparansi Kekayaan Para Umara

Setiap kali Nabi Zakaria AS, yang mengasuh dan membesarkan


Maryam binti 'Imran, masuk ke mihrab senantiasa telah tersedia
makanan di hadapan Maryam. Bertanyalah Nabi Zakariya AS:

YaMaryamu Annay Laki Hadza- Qa-lat Huwa min 'indi Llahi (S. Ali
'Imra-n, 3:37), hai Maryam, dari manakah engkau mendapatkan
ini, berkata (Maryam) ia dari sisi Allah.

Tatkala 'Umar ibn Khattab RA menjadi khalifah, ia memperkembang


pertanyaan Nabi Zakaria AS menjadi Annay Laka Hadza-.
Pertanyaan tersebut ditujukan Khalifah 'Umar kepada para umara,
yaitu para aparatur negara. [Laki dalam ayat dikembangkan Khalifah
'Umar menjadi Laka, oleh karena Maryam adalah perempuan,
sedangkan aparat adalah laki-laki]. Khalifah 'Umar mengharapkan
(dan harapannya itu terkabul) bahwa seluruh aparat memberikan
jawaban yang sama dengan jawaban Maryam, bahwa kekayaan para
aparat itu adalah rezeki yang halal dari Allah SWT, bukan harta yang
haram dari setan.

Bahkan pertanyaan dari manakah engkau dapatkan itu pernah pula


ditujukan kepada Khalifah 'Umar sendiri oleh seorang rakyat biasa.
Yaitu tatkala Khalifah 'Umar baru mulai angkat bicara di hadapan
rakyatnya, lalu diinterupsi oleh salah seorang dari majelis (audience):
"Hai 'Umar, saya tidak mau mendengarkan bicaramu, sebelum
engkau menjelaskan dari mana asalnya kain yang engkau jadikan
jubbah yang engkau pakai itu." Tubuh 'Umar besar tinggi, sehingga
tidak mungkin kain pembagian yang dibagi rata akan dapat menutupi
seluruh tubuh 'Umar setelah menjadi jubbah. Mendengar interupsi itu
Khalifah 'Umar tidak marah, ia hanya
minta kepada anaknya untuk menjawabkannya. Maka berdirilah
'Abdullah memberikan penjelasan: "Jatah pembagian kain untuk
saya, saya berikan kepada ayah saya."

Demikianlah dalam tarikh Islam kekayaan umara ditransparankan


kepada khalayak, bahkan sampai kepada yang kecil sekalipun seperti
jubbah. Walaupun para sahabat yang menjadi pejabat itu secara
logika dapat dijamin tentang akhlaqnya, namun tranparansi dan
pertanyaan Annay Laka Hadza- itu mempunyai hikmah dalam kontex
kewibawaan para umara itu. Demikian pula menginterupsi bukanlah
hal yang tabu, karena itu ada hubungannya dengan asas keterbukaan.

Harian FAJAR edisi Rabu, 4 Maret 1998 menjadikan head line


tentang kesediaan calon wakil presiden Prof. B.J. Habibie untuk
diaudit kekayaannya. Dalam berita itu dikatakan bahwa itu adalah
langkah awal untuk menciptakan pemerintahan yang bersih.

Setelah saya pilah-pilah beberapa tanggapan dari beberapa orang


terhadap kesediaan Habibie diaudit kekayaannya itu dalam berita
tersebut, saya lihat ada tiga jenis tanggapan, pertama yang
menyambutnya dengan positif, kedua yang menanggapi bahwa itu
telah dikemukakan sebelumnya dan yang ketiga menyambutnya
dengan nada mineur.

Yang pertama kita kutip tanggapan salah seorang di antaranya, yaitu


pendapat pengamat politik dari UI, DR Amir Santoso. Ia mengatakan
bahwa kesediaan Habibie untuk diaudit kekayaannya merupakan
pernyataan yang aspiratif. Artinya meskipun tidak ada ketentuan
dalam undang-undang, namun kesediaan diperiksa kekayaannya itu
merupakan antisipasi hal-hal yang berkembang dimasyarakat. Sikap
Habibie itu bagus sekali untuk dijadikan pedoman bagi kabinet yang
akan datang.

Yang kedua kita kutip komentar Siswono Yudohusodo, menteri


demisioner. Ia mengatakan bahwa ia dahulu pernah melontarkan
gagasan agar para pejabat melaporkan kekayaannya. Ia sendiri telah
melaporkan kekayaannya kepada presiden. T.B. Silalahi yang juga
menteri demsioner mengatakan bahwa ada Kepres mengenai
perlunya pejabat tinggi melaporkan harta kekayaannya kepada
presiden, hanya saja Kepres itu belum banyak diketahui oleh umum.

Yang ketiga, yang menyambutnya dengan nada mineur, yaitu dari


anggota FKP MPR St Hediati Prabowo. Menurut anggota MPR ini
pejabat bersih dan jujur itu jauh lebih penting dari dibandingkan
dengan hanya mencatatkan kekayaan karena hal itu masih mungkin
dilakukan pemalsuan data. Apa gunanya kalau yang dilaporkan itu
tidak cocok dengan yang dimilikinya.
Menurut hemat saya ada yang tajam yang tidak diungkap dalam
ketiga jenis tanggapan itu. Habibie yang saya kenal betul watak dan
sikapnya, tidak akan mengemukakan hal-hal yang telah pernah
dikemukakan oleh orang lain. Artinya ia senantiasa mengemukakan
gagasan yang orisinal. Watak dan sikap Habibie ini saya kenal akibat
pergaulan bertahun-tahun sebagai seorang sahabat yang sering
berdebat dengannya. Bahkan ketika Habibie baru pulang ke
Indonesia dari Jerman yang datang ke Makassar ini, sempat malam-
malam datang ke rumah saya, dan pada waktu itu bertukar pikiran
tentang teknologi yang cocok dipakai di Indonesia.

Maksud Habibie bersedia diaudit kekayaannya bukan hanya sekadar


diaudit, karena itu sudah dikemukakan oleh Siswono Yudohusodo,
ataupun sudah ada dalam Kepres. Gagasan orisinal Habibie diaudit
kekayaannya ialah hasil audit itu secara transparan disodorkan
kepada rakyat. Silakan rakyat tahu akan kekayaannya itu.

Maka tidak perlu timbul kekhawatiran St Hediati Prabowo tentang


kemungkinan adanya pemalsuan data, karena rakyat nanti yang akan
ikut mengawasinya. Misalnya terjadi pemalsuan data audit tentang
jumlah mobil yang dimiliki oleh seorang pejabat, katakanlah dua biji,
maka rakyat, katakanlah teman sejawatnya atau tetangganya akan
mengoreksi secara terbuka, bahwa yang bersangkutan sebagai
kolektor mobil mewah memiliki katakanlah tujuh biji.

Meskipun Ketua FKP MPR Ginandjar Kartasasmita dan Wkl Ketua


FKP St Hardiyanti Rukmana mengatakan bahwa mengaudit
kekayaan menteri adalah hak prerogatif presiden, namun menurut
hemat saya mengaudit kekayaan ini perlu dikuatkan dengan undang-
undang, bahkan untuk seluruh pejabat top down. Karena tidak ada
dalam UUD-1945 yang mengatakan bahwa mengaudit kekayaan
menteri itu hak prerogatif presiden. Menunjuk menteri dengan
mengaudit kekayaan menteri adalah dua hal yang berbeda.

Hendaknya dinyatakan dalam undang-undang itu yang mengaudit


adalah sebuah lembaga tersendiri yang tidak bernaung dalam
lembaga exekutif, melainkan bernaung dalam lembaga tinggi negara
yang setaraf dengan lembaga exekutif, yaitu Badan Pemeriksa
Keuangan. Dinyatakan pula dalam undang-undang itu bahwa
lembaga pengaudit itu bertindak pula mengusut kekayaan para aparat
itu dengan asas Annay Laka Hadza-. Maka aparatur negara yang
bersih dan berwibawa Insya-Allah akan terwujud. WaLlahu A'lamu
bi shShawab.
*** Makassar, 8 Maret 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

314. Sistem Administrasi yang Kaku

Ada sebuah prinsip umum yang dianugerahkan Allah SWT kepada


hambaNya seperti dalam FirmanNya: -- Yuriydu Lla-hu biKumu
lYusra wa Laa Yuriydu biKumu l'Usra (S. Al Baqarah, 2:185), Allah
menghendaki kemudahan atas kamu, dan tidak menghendaki
kesusahan atas kamu.

Prinsip umum tentang substansi kemudahan tersebut berhubungan


dengan aturan Allah tentang puasa. bahwa ka!au seseorang sakit
ataupun dalam perjalanan diberikan kemudahan atasnya dengan
mengganti puasa itu pada hari yang lain. Sedangkan Allah Yang
Maha Kuasa membuat aturan yang tidak kaku bagi hambaNya,
apatah pula kita ini manusia yang sangat kecil ini mengapa kita
dalam sistem administrasi membuat aturan di sana sini yang sangat
kaku? Ini contohnya:

Materi network planning diajarkan dalam Pendidikan dan Latihan


Diklat Wilayah IV Departemen Dalam Negeri di Sepadya (dahulu,
sekarang materi itu dihapuskan) dan di Sepala (sekarang ini masih
diberikan). Ada beberapa di antaranya insinyur mesin dan pertanian
yang mantan mahasiswa saya. Karena sistem administrasi yang kaku,
mereka itu terkantuk-kantuk mengikuti pelajaran saya. Itu wajar,
karena mereka itu telah mendapatkan network planning selama satu
semester, sedangkan dalam Diklat itu hanya diberikan beberapa jam,
paling lama delapan jam pelajaran. Siapa yang tidak mengantuk
akibat sistem administrasi yang kaku. Mengapa kepada mereka itu
tidak dibebaskan dalam mata ajaran network planning? Karena yang
membuat aturan Diklat itu tidak terpikir olehnya untuk membuat
pengecualian, yaitu bagi mereka yang telah mendapatkan mata ajaran
tertentu dalam pendidikan formal mereka sebelumnya, dibebaskan
dan mata ajaran bersangkutan. Tentu di antara team yang menyusun
kurikulum Diklat itu ada orang Islam, mengapa ia tidak mengambil
pelajaran dalam hal kewajiban berpuasa?, yaitu Allah memberikan
pengecualian dalam aturan kewajiban berpuasa, "yang kepayahan
berpuasa seperti orang lanjut umur, sakit-sakitan terus menerus,
pekerjaannya berat seperti kuli pelabuhan dan penarik becak,
dibebaskan berpuasa dan diganti dengan membayar fidyah, memberi
makan orang miskin."

Mari kita melakukan reorientasi berpikir. Yaitu reorientasi berpikir


dalam konteks merujuk kembali kepada Al Quran. Setiap
memperingati Nuzulu IQuran selalu ditekankan perlunya kita
menghayati petunjuk Al Quran, untuk diaktualisasikan dalam
kehidupan kita. Al Quran adalah petunjuk kita, tidak terkecuali dalam
berpikir. Menurut Al Quran berpikir itu ada aturannya, yaitu
berdzikir dahulu: -- Alladziyna Yadzkuruwna Lla-ha Qiyaaman
waQu'uwdan wa 'ala- Junuwbihim wa Yatafakkaruwna fiy Khalqi
sSama-wa-ti wa lArdhi (S. Ali 'Imraan, 3:191), artinya: Yaitu orang-
orang yang mengingat Allah talkala berdiri, duduk dan berbaring,
dan berpikir tentang penciptaan (benda-benda) langit dan bumi.

Demikianlah, reorientasi berpikir. Merujuk kembali kepada Al


Quran, yaitu sebelum berpikir, berdzikir, mengingat Allah terlebih
dahulu dalam konteks mengingat aturan-aturan Allah, yang salah satu
di antaranya yakni substansi prinsip kemudahan, termasuk di
dalamnya sistem administrasi yang tidak kaku. Sebab pengalaman
mengajarkan kita semua, sistem administrasi tidak mudah, berbelit
tetapi kaku, melalui banyak meja, mendatangkan kesulitan kepada
masyarakat, termasuk pengusaha kecil dan menengah, yang
mengurus surat-surat ataupun dokumen. Maka untuk mempermudah
pengurusan itu mengucurlah keluar minyak pelumas, pelicin,
lampiran formulir yang tebal, emplop, uang siluman, suap, sogok den
seribu satu macam istilah. Dan apabila yang mengurus itu adalah
pengusaha, dimasukkannyalah itu dalam kalkulasi biaya overhead,
dan ujung-ujungnya yang kena batunya adalah para konsumen,
rakyat banyak adanya.

Restrukturisasi sistem administrasi merupakan salah satu pekerjaan


rumah bagi Kabinet Pembangunan V yang telah diumumkan
kemarin. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 15 Maret 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

315. Mafia Peradilan dan Cagar Budaya

Pada hari Selasa, 17 Maret 1998, mulai jam 12.20 Wita ditayangkan
oleh SCTV acara dialog mengenai mafia peradilan dengan nara-
sumber Bismar Siregar, mantan hakim agung yang muballigh. Yang
menarik dari dialog yang patut dicatat disini, bahwa dalam
kenyataannya selama ini diakui berlangsung semacam mafia
peradilan di Indonesia. Bismar Siregar dalam dialog tersebut
mengatakan apa yang terjadi dalam lembaga peradilan di Indonesia
ini belumlah sampai pada taraf mafia peradilan, akan tetapi diakuinya
bahwa telah terjadi kolusi, korupsi dan manipulasi yang dilakukan
secara kolektif, yang berkisar dalam substansi uang dan waktu dalam
wujud pertanyaan: bayar berapa dan berapa lama? Apa yang
dikatakan oleh Bismar Siregar itu sejalan dengan pernyataan Menteri
Kehakiman Muladi yang mengatakan bahwa lembaga peradilan
bukan tempat mencari uang, melainkan tempat untuk mencari
keadilan. Itu berarti secara jujur Menteri Muladi mengakui adanya
lahan subur untuk mencari uang di lembaga untuk mencari keadilan
tersebut.

Demikianlah poly-krisis (agak menyimpang peristilahan multi-krisis,


tetapi maknanya identik) ini bukan hanya terjadi dalam bidang
moneter, ekonomi, kepercayaan, akan tetapi juga terjadi krisis di
bidang hukum. Kalau krisis moneter dan ekonomi baru berlangsung
dalam hitungan bulanan, namun menurut apa yang disimak dari
informasi Bismar Siregar tersebut di atas, krisis di bidang hukum
telah terjadi dalam bilangan tahunan, sampai membentuk semacam
filsafat bodoh: adalah bodoh, kalau tidak ikut dalam aktivitas kolektif
kolusi, korupsi dan manipulasi. Menurut Bismar Siregar tidak
semuanya yang menganut filsafat bodoh semacam itu, namun
jumlahnya tidak banyak. Sungguh suatu pekerjaan rumah yang berat
di atas pundak Menteri Muladi untuk membenahi dan membersihkan
lembaga peradilan di Indonesia. Pembersihan birokrasi dari kolusi,
korupsi dan manipulasi betul-betul harus dimulai dari lembaga
tempat orang mencari keadilan ini.

Allah SWT berfirman: WaLa- Ta'kuluw Amwa-lakum Baynakum


bilBa-thili waTudluw biHa- ila- lHukka-mi liTa'kuluw Fariyqan min
Amwa-li nNa-si bilItsmi waAntum Ta'lamuwna (S. Al Baqarah,
2:188). Janganlah sebahagian dari kamu makan harta orang lain
dengan batil dan (jangan) kamu bawa ke hadapan Al Hukkam,
supaya kamu dapat makan sebagian dari harta orang dengan berdosa,
padahal kamu mengetahuinya.

Secara substantif makan harta orang lain dengan batil adalah


merugikan orang lain. Al Hukkam tidak diterjemahkan dengan
hakim, oleh karena Al Hukkam itu pengertiannya lebih luas dari
hakim. Al Hukkam adalah sebuah sistem lembaga yang
berwewenang memberikan sanksi terhadap suatu pertikaian. Itu dapat
berarti lembaga peradilan yang memutuskan benar atau salah baik itu
dari jenis perkara perdata maupun pidana. Al Hukkam dapat pula
berarti lembaga birokrasi seperti misalnya Pemda yang menggusur
pemukim yang telah beranak bercucu yang dianggap tidak sah
bermukim di tanah negara ataupun di tanah milik sebuah badan usaha
yang telah membeli tanah negara itu dari Pemda.

Ayat (2:188) yang dikutip di atas itu menjelaskan perkara perdata


yang di dalamnya tersirat perkara pidana. Orang ataupun badan
hukum yang membawa kepada Al Hukkam secara perdata, namun ia
tahu betul bahwa apa yang dilakukannya itu sesungguhnya tidak
benar, artinya ia mengelabui ataupun menipu hendak merampas hak
orang lain dengan memakai lembaga peradilan untuk menguatkan
tipu dayanya. Ayat (2:188) tersebut juga mengisyaratkan bahwa hal
merugikan orang lain dengan jalan membawanya kepada Al Hukkam
itu akan berlangsung sepanjang sejarah ummat manusia. Katakanlah
antara sebuah badan usaha developer yang berupaya menguasai tanah
bertikai dengan penghuni yang telah bermukim di atas tanah itu. Di
hadapan Al Hukkam developer itu dapat membuktikan hak
kepemilikan atas tanah itu, oleh karena badan usaha itu menyodorkan
sertifikat atas tanah tersebut, yang diperolehnya dengan kolusi,
korupsi dan manipulasi yang dilakukan secara kolektif. Sedangkan
para pemukim yang sebenarnya berhak atas tanah itu tidak dapat
membuktikan dalam sidang karena tidak mempunyai sertifikat,
berhubung mereka itu buta hukum. Maka tentu saja developer yang
bersangkutan akan memenangkan perkara perdata tersebut.

Secara kontextual yang parsial ayat (2:188) mengisyaratkan


terjadinya beberapa kasus dalam pembangunan, seperti misalnya
pulau Lae-Lae. Pulau itu harus dikosongkan oleh karena konon pulau
tersebut telah dibebaskan (baca: dibeli) oleh sebuah badan usaha
industri pariwisata. Masyarakat pemukim atas pulau itu tentu saja
merasa dirugikan karena disuruh pindah. Buktinya? Mereka
diberikan ganti rugi, jadi Pemda mengakui itu suatu kerugian bagi
masyarakat yang akan meninggalkan pemukimannya. Bagaimana
caranya supaya dapat berlepas diri dari dosa merugikan orang lain.
Caranya gampang, berikanlah mereka itu ganti untung, artinya di
pemukiman baru mereka itu lebih beruntung kelak.

Atau dapat pula dengan cara nenek moyang kita. Menarik rambut di
tepung, rambut tak putus, tepung tidak berserak. Kedua belah pihak
sama-sama beruntung, ini sangat sesuai dan konsisten dengan
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Pulau Lae-Lae tetap sebagai
obyek wisata. Pulau tersebut ditata sedemikian rupa sehingga
menjadi Cagar Budaya kampung nelayan. Wisatawan manca-negara
tentu lebih tertarik pada Cagar Budaya kampung nelayan itu
ketimbang membangun bangunan-bangunan yang sudah biasa
dilihatnya di negerinya masing-masing. Apa pula jika badan usaha itu
mengorganiser sampan-sampan tradisional yang akan dipakai untuk
menyeberang, menggantikan perahu bermotor yang mengeluarkan
polusi. Pada sisi lain dari pantai yang tidak berpenghuni didirikan
restoran sederhana yang mengumandangkan lagu-lagu jenis musik
hawaian, musik yang cocok sekali dengan alunan ombak di laut. Ada
seorang tokoh yang ingin sekali menghidupkan kembali musik
hawaian, yaitu Pak J.E. Habibie, mantan Dubes di United Kingdom.
WaLlahu a'lamu bi shshawab.

*** Makassar, 22 Maret 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

316 Menyimak Nilai-Nilai Upacara Qurban

Allah SWT berfirman:

FalammaA Balagha Ma'ahu (A)lSa'ya QaAla YaBunayya Inniy Aray


fiy AlManaAmi Anniy Adzbahuka fa (A)nzhur MaAdzaA Taray
QaAla yaAbati (A)f'al MaA Tu"wmaru Satajiduniy In SyaAa
(A)llahu mina (A)lShabiriyna (S. Ash ShafaAt 37:102). Tatkala
<puteranya itu> meningkat remaja sehingga telah sanggup membantu
pekerjaan <ayah->nya, maka <Ibrahim> berkata: Hai anakku,
sesungguhnya aku melihat di dalam tidurku, bahwa aku
menyembelihmu, maka bagaimanakah pendapatmu mengenai hal ini?
<Ismail> berkata: Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu,
engkau akan mendapati aku, insya Allah, termasuk golongan orang-
orang tabah.

Ayat (37:102) mengungkapkan keikhlasan kesediaan berkurban dari


kedua belah pihak, ayah dan anak, namun Allah SWT mengganti
Ismail dengan hewan sembelihan:

Wafadaynahu biDzibhin 'Azhiymi (S. Ash ShafaAt 37:107). Dan


Kami menggantinya <Ismail> dengan seekor sembelihan yang besar.
Apakah yang tersirat di balik penggantian Ismail dengan domba ini?
Untuk dapat menyimaknya perlu kita ketahui situasi keagamaan di
zamannya Nabi Ibrahim AS, yaitu sekitar 18 abad sebelum
Miladiyah. Menjadi kebiasaan dalam agama-agama penyembah
berhala dan penyembah dewa-dewa melakukan upacara kurban
dengan membunuh manusia. Di Kan'an bayi-bayi dipersembahkan
kepada dewa Ba'al; di Mesir gadis-gadis perawan dilemparkan ke
dalam S. Nil untuk dipersembahkan kepada dewi penjaga S. Nil,
bahkan upacara kurban gadis-gadis perawan ini masih berlangsung
hingga zaman permulaan Islam, hingga datangnya pasukan Amr ibn
Al Ash ke Mesir, seperti dapat kita baca dalam roman sejarah karya
Jirji Zaidan yang berjudul Armanusatu (A)lMishriyah. Maka nilai
yang tersirat di balik penggantian Ismail dengan domba, ialah untuk
memberikan penekanan, penggaris-bawahan, pembedaan yang jelas
antara agama wahyu dengan agama-agama kebudayaan penyembah
berhala. Yaitu upacara kurban dari agama wahyu yang diturunkan
dari Allah SWT tidak boleh menyembelih, tidak boleh membunuh
manusia. Alhasil nilai yang dapat disimak dari sini adalah
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Dari ayat (37:102) dapat pula disimak tentang umur produktif. Isma'il
tatkala diinformasikan untuk disembelih sudah baligh, sudah dapat
membantu ayahnya bekerja, artinya ia sudah termasuk dalam
kategori umur produktif. Berapa umur Isma'il waktu itu? Perlu
dijelaskan bahwa pada waktu Isma'il akan disembelih Ishaq belum
lahir. Kelahiran Ishaq oleh Sarah, ibunya yang sudah tua renta,
adalah suatu kegembiraan sebagai salah satu imbalan terpenting yang
diperoleh Nabi Ibrahim AS dari Allah SWT atas kerelaan beliau
menyembelih anak tunggalnya, seperti Firman Allah:

WaBasysyarnahu biIshaqa NabiyyAn mina (A)lShalihiyna (S. Ash


ShafaAt 37:112). Dan Kami gembirakan ia <Ibrahim> dengan Ishaq,
seorang nabi, yang termasuk orang-orang shalih.

Menurut Perjanjian Lama Isma'il 14 tahun lebih tua dari Ishaq:


Abram was eighty-six years old when Hagar bore Ishmael to Abram
(Genesis 16:16). Ibrahim berumur delapan puluh enam tahun tatkala
Hajar melahirkan Isma'il untuk Ibrahim. And Abraham was an
hundred years old, when his son Isaac was born unto him (Genesis,
21:5). Dan Ibrahim berumur seratus tahun tatkala Ishaq dilahirkan
untuknya.

Alhasil umur produktif, yaitu apabila seorang anak telah meningkat


baligh, tatkala berumur 14 tahun.

Imbalan lain dari Allah SWT atas Nabi Ibrahim AS disebabkan oleh
kerelaan beliau menyembelih anak tunggalnya, ialah keinginan beliau
untuk mendapatkan anak-cucu keturunan dikabulkan Allah SWT.
Bahkan sejumlah nabi-nabi dan rasul-rasul berasal dari keturunan
beliau, ditutup dengan nabi dan rasul yang terbesar, yaitu Nabi
Muhammad Rasulullah SAW. Ni'mat itu dianugerahkan kepada Nabi
Ibrahim AS tidak secara gratis melainkan didahului dengan cobaan
berat, perintah menyembelih anak tunggalnya. Dari sini dapat kita
simak sebuah nilai yang penting sekali, yaitu tidak ada yang
didapatkan dengan gratis di dunia ini.

Kemajuan Ipatek yang memegang peranan penting dalam


pembangunan fisik dan mempermudah hidup, meningkatkan kualitas
kehidupan material, juga sama sekali tidak gratis, melainkan harus
dibayar dengan harga yang sangat mahal. Teknologi, utamanya
mesin-mesin pengganti otot manusia, membawa bencana global.
Mesin-mesin perlu makanan, yaitu bahan bakar. Sumber-sumber
bahan bakar menjadi incaran negara-negara industri untuk
menguasainya. Musibah perang teluk yang dahsyat itu, berpangkal
dari perebutan untuk menguasai sumber-sumber bahan bakar di Asia
Barat. (Orang-orang barat memakai ungkapan Timur Tengah untuk
Asia Barat. Kita di Indonesia ini yang berada di sebelah timur Asia
Barat, yang ikut-ikutan pula memakai ungkapan Timur Tengah,
bukankah itu berarti kaki kita berjejak di Indonesia, namun kepala
kita di Amerika atau Eropa?).

Mesin-mesin mengeluarkan kotoran, yaitu hasil pembakaran,


utamanya gas CO2 yang sekarang sudah mengglobal saking
banyaknya. CO2 menyebabkan efek rumah kaca, suhu udara naik.
Karena CO2 sudah mengglobal, maka pencemaran panas ini
mengglobal juga. Bungkah-bungkah es di kutub mencair, air laut
naik. Untuk kenyamanan, maka teknologi memberikan kita udara
sejuk, ruangan ber-AC. Cairan pendingin atau refrigeran mesin-
mesin pendingin berupa zat yang sangat stabil tidak gampang terurai,
yaitu zat Freon (nama dagang) atau Chlor Fluor Carbon (CFC). Zat
ini karena tidak gampang terurai juga mengglobal, membubung naik
ke stratosfer dan memakan zat pelindung ozon yang ditempatkan
Allah SAW di atas sana untuk mengurangi intensitas sinar ultra
lembayung dari matahari, sinar penyebab kanker kulit. Inilah harga
yang harus kita bayar dari penggunaan teknologi: pencemaran panas
yang mengglobal serta makin menipis dan berlubangnyanya lapisan
ozon. Para ahli lingkungan yang cukup pusing oleh ulah CO2 dan
CFC ini berkumpul di Rio de Janeiro, Brazilia. Mereka mencari
upaya-upaya maximal berupa konvensi penyelamatan lingkungan.
Syukurlah kita di Indonesia telah melaksanakan protokol Rio de
Janeiro tentang CFC ini. Yaitu CFC ini tidak dipakai mulai tahun
1998, kecuali yang sudah terlanjur masih dipakai sebagai refrigeran
dalam alat rumah tangga, baik yang di rumah-rumah maupun yang
dijual di toko-toko. Wallahu A'lamu bisShawab.

*** Makassar, 5 April 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

317 Kuman Semu di Seberang Lautan Dipusingi Gajah Nyata di


Pelupuk Mata Dikurbankan

Pada bulan Desember 1997 seorang keluarga minta nasihat saya,


karena ia ingin masuk anggota Pentagono (Pg). Wah, globalisasi dari
Italia, mafioso, cosa-nostra, judi, penipuan, inilah kesan pertama
secara impulsif yang timbul dalam benak saya, tatkala ia
menyodorkan brosur mengenai Pg. Ia minta dengan sangat agar saya
mengkaji Pg, berhubung ia calon penganggur, perusahaan tempatnya
bekerja terancam gulung tikar.

Terlebih dahulu perlu dilihat potret substansi ini.

Perusahaan Future Strategies (FS) di Italia menjual jasa ke berbagai


negara. FS mengorganisasikan pengaktifan dan melayani anggota Pg.
Semua anggota Pg dalam jaringan itu dapat dilihat melalui internet.

Untuk dapat menjadi anggota Pg, calon anggota Pg membeli


semacam formulir pendaftaran dalam bentuk sertifikat, mengirim
uang melalui bank kepada anggota Pg yang telah menduduki posisi
puncak dalam sertifikat, dan mengirim uang jasa ke FS. Kalau ini
sudah terpenuhi maka calon anggota Pg tersebut diaktifkan oleh FS
menjadi anggota Pg dan ia menerima 3 sertifikat. Ia lalu
mendapatkan PIN dan password untuk melihat data di internet dan
menduduki level 7. Sedang anggota Pg pada level 7 tempat ia
membeli sertifikat tadi itu bergeser ke level 6. Anggota baru ini
kemudian mencari 3 orang calon anggota dengan menjual ke-3
sertifikat tersebut. Demikianlah Pg menyebar secara berantai dengan
segitiga Pascal 3n, setiap babak n = 7.
Anggota Pg yang telah menempati posisi puncak dalam sertifikat
yang dikeluarkan oleh FS, akan menerima imbalan dari anggota Pg
jaringan di bawahnya sampai level n = 7, yaitu 37 = 2187 orang.
Nilai nominal dan prosedur secara teknis Pg dapat dibaca dalam
brosur yang sudah banyak beredar.

FS hanya menerima harga jasa pengaktifan dan pengelolaan dari para


anggota Pg, sedangkan transaksi melalui bank antar anggota Pg
dalam jaringan tidak melalui FS. <Tidak seperti dengan YKAM dan
"Kospin" yang mengumpul dahulu semua uang para anggotanya>.
Untuk mengantisipasi jenuhnya pasar di suatu tempat, kepada peserta
terakhir diberikan jalan keluar dengan sistem patah tumbuh hilang
berganti secara otomatis (automatic regeneration system). Ujung
jaringan yang mati akan disambung secara otomatis ke rantai
jaringan pada daerah lain yang masih aktif.

Globalisasi termasuk kategori mu'amalah (non-ritual) sehingga


berlaku qaidah: semua boleh kecuali yang dilarang oleh Nash. Akan
dikaji apakah larangan dalam Nash di bawah ini mengena pada Pg
atau tidak.

YaAayyuhaA (A)Lladziyna Amanuw(A) InnamaA (A)lKhamru Wa


(A)lMaysiru Wa (A)lAnsha-bu Wa (A)lAzlaAmu Rijsun min 'Amali
(A)lSyaythani Fa(A)jtanibuwhu La'allakum Tuflihuwna (S. Al
MaAidah, 5:90). Hai orang-orang beriman, sesungguhnya miras, judi,
berhala dan bertenung itu kotor, itu dari pekerjaan setan, jauhkanlah,
supaya kamu mendapat kemenangan.

Inna (A)llaha Wa Rasuwlahu Harrama Bay'a (A)lKhamri Wa


(A)lMaytati Wa (A)lKhinziyri Wa (A)lAShnaAmi. Sesungguhnya
Allah dan RasulNya mengharamkan berdagang miras, bangkai, babi
dan patung berhala (diriwayatkan oleh Bukhari dari Jabir).

Judi itu suatu sistem yang tergantung pada permainan spekulasi


tebak-tebakan dan untung-untungan. Ada permainan judi yang
bersifat spekulasi tebak-tebakan dari jenis pemain yang berhadap-
hadapan, seperti main campalle (melempar mata uang), main dadu
(dan sebangsanya seperti rulet), sabung ayam dll. Ada judi yang
bersifat spekulasi untung-untungan dari jenis pemainnya tidak
berhadap-hadapan, sehingga memerlukan bandar untuk memungut
uang taruhan, seperti lotrei, lotto, porkas, SDSB. Ada judi yang tidak
pakai bandar, tidak berhadap-hadapan, yaitu bermain Valas yang
berspekulasi dalam turun naiknya kurs mata-uang dan bermain
spekulasi berutang jangka pendek ke luar negeri untuk proyek jangka
panjang.

Dalam Pg tidak ada yang seperti di atas itu. Yang ada dalam Pg
adalah risiko tidak berhasil mencari calon anggota, seperti pedagang
menanggung risiko barang dagangannya tidak laku, pelaut
menanggung risiko tenggelam. Namun kesemuanya itu adalah risiko
yang telah diperhitungkan (calculated risk). Alhasil, Pg bukan judi,
melainkan membeli jasa dari FS. Sedangkan membeli jasa tidak
dilarang oleh Syari'at, oleh karena jasa bukanlah miras, bangkai, babi
dan patung berhala. Jadi menjadi anggota Pg boleh saja sesuai
dengan qaidah: Semua boleh kecuali yang dilarang oleh Nash.

Masih ada yang mengganjal, pertama manipulasi, dan kedua,


penipuan yang intrinsik dalam sistem, yaitu penipuan atas perserta
terkahir, yang akan merugi oleh karena tidak ada lagi yang akan
mengiriminya uang.

FS tidak dapat memanipulasi uang karena transaksi antar anggota Pg


tidak melalui FS. Kerugian atas perserta terkahir dapat dihindarkan
dengan cara automatic regeneration system seperti yang digambarkan
dalam potret di atas itu, sehingga insya Allah tidak akan ada
mushibah derita massal. Dengan demikian Pg dapat pula lolos dari
rambu-rambu: Yasaluwnaka 'Ani (A)lKhamri Wa (A)lMaysiri Qul
FiyHimaA Itsmun Khabiyrun Wa ManaAfi'u li(l)nNaAsi Wa
ItsmuHumaA Akbaru Min Naf'ihimaA (S. Al Baqarah, 2:219).
Mereka bertanya kepadamu mengenai miras dan judi, katakan, di
dalam keduanya itu dosa besar dan ada beberapa manfaat, namun
dosa keduanya lebih besar dari manfaat keduanya.

Hasil analisis saya ini dikuatkan dengan adanya Pg di Arab Saudi.


Apabila Pg itu melanggar Syari'at, maka pemerintah Arab Saudi yang
undang-undangnya berdasarkan Syari'at, niscaya melarang Pg.
Sehingga tidaklah mungkin ada anggota Pg di Arab Saudi baik itu
warga negara maupun pendatang.

Kesimpulannya, seruan menghentikan Pg sekarang ini, karena Pg


dikiranya judi dan mengkhawatirkan terjadinya derita massal atas
peserta terakhir (baca: kuman semu), berarti menimpakan derita itu
sekarang atas para karyawan yang di-PHK-kan yang harus
menghidupi keluarganya, atas pengusaha yang berusaha mengumpul
modal dan mempertahankan karyawannya, atas mahasiswa yang
patungan untuk menanggulangi defisitnya dengan menjadi anggota
Pg (baca: gajah nyata). Mereka inilah yang menderita sekarang
karena tersendat untuk menjual sertifikatnya. Janganlah terjadi
seperti pepatah <yang telah dimodifikasi>: Kuman semu di seberang
lautan dipusingi, gajah nyata di pelupuk mata dikurbankan.
Wallahu A'lamu bisShawab.

*** Makassar, 12 April 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

318. Reformasi

Gerakan moral mahasiswa tentang reformasi ekonomi dan reformasi


politik sempat menimbulkan kerancuan semantik, yaitu ungkapan
politik praktis, yang dilontarkan oleh Mendikbud Wiranto
Arismunandar. Mahasiswa tidak boleh berpolitik praktis, kata
Arismunandar. Itu bukan hanya sekadar ucapan, melainkan ucapan
yang bermuatan instruksi. Kepada semua rektor diinstruksikan
supaya menangani instruksinya itu. Maka repotlah para rektor,
muncullah tanggapan di sana sini. Timbullah polemik tentang
pengertian politik praktis, yang ujung-ujungnya ialah kerancuan
semantik, memahamkan istilah itu sesuai dengan selera masing-
masing.

Kalau kita tanya orang Bugis dari generasi kakek-nenek: "Aga


diaseng politi'", kontan menjawab singkat: "Belle", (dusta). Kalau
orang Makassar yang ditanya: "Apa nikana politi'", juga akan
menjawab: "Balle-balle", (dusta). Kalau yang ditanya adalah generasi
yang berpendidikan "tempo doeloe" (sekolah Belanda), maka akan
menjawab: "Politiek is macht vorming en macht aanwending,"
(politik ialah membina kekuatan dan memanfaatkan kekuatan). Maka
supaya tidak timbul kerancuan semantik, hendaknyalah kita meruju'
pada istilah dalam nuansa akademik.

Politics is the exercise of power over others or the methods which are
intended to influence the decisions and actions of others. Rupanya
Mendikbud, seperti apa yang diucapkannya melalui media elektronik,
memahamkan politik praktis menurut arti yang kedua, to influence
the decisions and actions of others.

Gerakan moral mahasiswa tentang reformasi ini tidaklah mesti


mempunyai konsep. Gerakan tersebut tidaklah mesti dituntut
tanggung jawab untuk menyodorkan konsep. Syukur-syukur kalau
ada. Sebagai analogi, H.B. Yassin sebagai kritikus seni sastra,
tidaklah menonjol gubahannya baik berupa sanjak, maupun novel.
Pada restoran-restoran yang terkenal ada tukang cicip makanan.
Tukang cicip ini bukanlah juru masak yang handal. Ada sebuah cerita
yang lucu di Akademi Pendidikan Djasmani Negeri di Bandung
dalam tahun 50-han. Sebagaimana dituturkan oleh Yacob Nur,
seorang mahasiswa dari APDN tsb., (sekarang dosen senior IKIP)
ada seorang dosennya yang ahli betul dalam teori-teori gerakan
berenang. Pernah suatu waktu tercebur di kolam renang, tidak
timbul-timbul. Mahasiswanya menyangka dosen itu sedang
berdemonstrasi menyelam. Akhirnya ketahuan dosen tersebut tidak
tahu berenang.

Baik dengan dialog, ataupun tanpa dialog, hendaknya kita sebagai


suatu bangsa mempunyai kesepakatan tentang bingkai reformasi itu.
Apapun wujudnya reformasi itu hendaknya dibingkai oleh UUD-
1945, dan Garis-garis Besar Haluan Negara. Reformasi itu
hendaknya hanya menyangkut mengenai peraturan perundang-
undangan di bawah GBHN. Seperti contohnya dalam hal reformasi
politik, yaitu memperbaiki ataupun mengganti Undang-undang
Pemilu agar Pemilu dapat berlangsung dengan langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, adil dan bersih, meniadakan massa
mengambang, dll. Dengan dialog, ataupun tanpa dialog, serta apapun
wujudnya reformasi itu, maka reformasi ekonomi, reformasi politik
dan reformasi hukum hendaknya merupakan satu sistem.

Firman Allah SWT: Ya-ayyuha lladziyna a-manuw ttaquLla-ha


waltanzhur nafsun maa qaddamat lighadin wattaquLla-ha innaLla-ha
khabiyrun bimaa ta'maluwn (S. Al Hasyr, 59:18), artinya: Hai orang-
orang beriman, taqwalah kepada Allah dan mestilah setiap diri
manusia itu mengobservasi masa lalu untuk hari esok, dan taqwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah meliput apa yang kamu kerjakan.

Kita kenal dalam ilmu manajemen yang disebut SWOT. Itu adalah
kependekan dari 4 kata: strength, weakness, opportunity, dan threat,
kekuatan, kelemahan, kesempatan dan tantangan. Adapun kekuatan
dan kelemahan dipihak yang satu dengan kesempatan dan tantangan
pada pihak yang lain merupakan dua sisi mata uang yang tak dapat
dipisahkan. Kekuatan masa lalu membuahkan kesempatan masa
depan. Kelemahan masa lalu membuahkan tantangan masa depan.
Kekuatan dan kelemahan adalah hasil observasi masa lalu, sedangkan
kesempatan dan tantangan adalah orientasi masa depan. Dalam
waktu-waktu tertentu, artinya secara berkala, kita perlu
mengobservasi masa lalu. Waktu-waktu tertentu itu dalam dimensi
ruang-waktu dapat sangat singkat, yaitu berupa titik ruang-waktu.

Dalam tulisan ini kita tidaklah berdiri dalam dimensi ruang-waktu


yang sesingkat demikian itu, melainkan dalam cakrawala yang lebih
melebar, yaitu dalam ruang-waktu masa poly-krisis. Kemudian, kita
itu siapa dan yang diobservasi itu apa. Kemudian masa lalu itu
berupa apa? Kita dapat berupa perorangan atau kelompok, dan yang
diobservasi itu dapat berupa diri kita sendiri, dan organisasi.
Organisasi itu dapat berupa organisasi kecil seperti rumah tangga,
organisasi sedang berupa lembaga kenegaraan atau kemasyarakatan,
dan organisasi besar, seperti negara dan kumpulan negara. Kemudian
masa lalu itu adalah informasi, hasil observasi.

Apa yang dapat diobservasi masa lalu antara lain kebijakan ekonomi,
politik dan hukum tidak merupakan satu sistem. Gebrakan Sumarlin
tentang menjamurnya bank-bank swasta, para pengusaha besar dan
konglomerat berspekulasi bermain utang jangka pendek ke luar
negeri untuk mendanai proyek jangka panjang tidak diikat oleh
perangkat hukum. Gebrakan Sumarlin adalah akar penyebab utama
bank-bank pada sakit parah, ada yang dilikwidasi, ada yang
dibekukan, ada yang diawasi. Para spekulan pengutang menjadi akar
penyebab krisis moneter. Utang-utang mereka itu ibarat raksasa yang
dapat melahap habis devisa kita.

Alhasil bagaimanapun wujud reformasi ekonomi, politik dan hukum


yang berbingkai UUD-1945 dan GBHN itu kelak, haruslah
merupakan satu sistem, sehingga setiap kebijakan menteri tidaklah
simpang siur seperti yang lalu, melainkan ibarat total footbal. Suatu
kenyataan yang menyebalkan para spekulan pengutang jangka
pendek untuk proyek jangka panjang itu tampaknya tidak dapat
dijaring oleh pasal-pasal dalam KUHP, padahal sesungguhnya
tindakan mereka itu bermuatan pidana, karena merusak struktur
perekonomian nasional. Itulah perlunya reformasi ekonomi, politik
dan hukum haruslah menjadi satu sistem. WaLlahu a'lamu
bishshawab.

*** Makassar, 19 April 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

319. Reformasi Bidang Ilmu Pengetahuan


Orang dikatakan sudah mati apabila ruhnya telah meninggalkan
jasad. Itu definisi dalam bidang agama. Orang dikatakan sudah mati
apabila otaknya sudah tidak berfungsi lagi. Itu definisi dalam bidang
ilmu pengetahuan kedokteran. Ilmu pengetahuan seperti apa yang
diajarkan di sekolah-sekolah berdiri di atas landasan filsafat
positivisme. Hal-hal yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera
ataupun instrumen harus dikeluarkan dari "kerajaan" ilmu
pengetahuan. Itulah sebabnya definisi orang mati seperti yang
didefinisikan dalam bidang agama sangat lain dengan definisi
menurut ilmu pengetahuan kedokteran. Maka terpecahlah
kepribadian seseorang. Sebagai pribadi yang beragama pikiran dan
bicaranya lain, sebagai pribadi ilmuwan pikiran dan bicaranya lain
pula.

Itulah perlunya reformasi bidang ilmu pengetahuan. Yaitu ilmu


pengetahuan itu tidak berdiri di atas filsafat positivisme, melainkan
menurut Syari'at Islam yaitu ilmu pengetahuan itu berdiri di atas
landasan Tawhid. Maka definisi orang mati menjadi seperti berikut:
"Orang dikatakan sudah mati apabila ruhnya telah meninggalkan
jasadnya karena dicabut malakulmaut. Itu dapat dideteksi pada
otaknya yang sudah tidak berfungsi lagi."

Pada garis besarnya ilmu pengetahuan dibedakan dalam ilmu


pengetahuan yang eksak dengan yang non-eksak. Jika A tidak sama
dengan B, kalau A benar maka dalam ilmu eksakta B jelas salah,
sedangkan dalam ilmu non-eksakta B belum tentu salah. Ilmu
pengetahuan eksakta berkarakteristik eksperimental, sedangkan ilmu
pengetahuan non-eksakta berkarakteristik spekulatif. Dikatakan
spekulatif oleh karena teori-teori yang lahir dari penafsiran terhadap
hasil observasi tidak dapat diuji-coba kebenarannya secara
eksperimental.

Ambillah contoh misalnya dalam ilmu jiwa. Dari hasil observasi


Sigmun Freud terhadap pasiennya di Vienna, ia melahirkan teori
libido, berkarakteristik seksual. Semua kehandalan kultural manusia,
seperti seni, hukum, agama dll. dipandang sebagai perkembangan
libido. Hingga kini dan insya Allah sampai kiamat teori libido Freud
tetap spekulatif.

Setiap ilmu pengetahuan, baik yang berkarakteristik eksperimental,


maupun yang spekulatif mempergunakan approach yang sama: Orde
atau taraf yang lebih rendah menjelaskan fenomena yang lebih tinggi
ordenya. (Oleh karena dalam bahasa Indonesia istilah pendekatan
bermakna ganda: approach dan approximation, maka dalam tulisan
ini dipakai istilah pendekatan untuk approach dan apriksimasi untuk
approximation).

Biologi, ilmu tentang hidup ini mengenyampingkan sama sekali hal


yang sangat esensial bagi hidup dan kehidupan, yaitu kepribadian dan
kesadaran. Ilmu ini hanya dibangun atas landasan yang rendah
ordenya, seperti gerak reflex, ikatan kimiawi sampai kepada
protoplasma dan osmose. Demikian pula fisika dan kimia dibangun
di atas landasan yang lebih rendah ordenya, yaitu molekul, atom,
nukleon, elektron dll. Ilmu falak di reduksi menjadi gerak benda-
benda langit dan hukum-hukum mekanika. Etika diangkat dari
pertanyaan kemanfaatan dan tabiat yang lebih rendah ordenya. Ilmu
ekonomi mengabaikan permasalahan tentang keadilan, solidaritas,
dan dibangun di atas landasan yang jauh lebih rendah ordenya, yaitu
kebutuhan individu. Ilmu sejarah dibangun di atas serpihan-serpihan
kejadian yang disusun ataupun diramu secara subyektif.

Selanjutnya kita khusus akan membedah ilmu pengetahuan


eksperimental, seperti: ilmu falak, ilmu fisika, ilmu kimia dan
biologi. Semua TaqdiruLlah (hukum alam menurut istilah filsafat
positivisme) yang dapat diungkapkan melalui ilmu-ilmu tersebut di
atas hanyalah generalisasi yang dibatasi oleh aproksimasi. Dalam
ilmu permesinan, ataupun juga sipil, harga percepatan gravitasi di
ambil = 9,8 m/det2. Angka ini adalah aproksimasi, tidak eksak.
Aproksimasi yang terjadi di sini ada dua jenis, yaitu kuantitas dan
kualitas. Kuantitas berupa pembulatan angka dan kualitas berupa
anggapan bahwa bumi ini bulat sebagai bola. Artinya bentuk bumi
yang sebenarnya yang bukan bola diabaikan.

TaqdiruLlah yang diungkap oleh Newton yang mengatakan bahwa


gaya tarik menarik di antara dua benda berbanding lurus dengan
massa kedua benda itu dan berbanding terbalik dengan kwadrat dari
jarak kedua benda itu, adalah aproksimasi, tidak eksak. Rumus
Newton itu tidak berlaku bagi kedua benda Mercurius dan matahari.
Sebenarnya di bumi kita ini rumus Newton itu ada juga
penyimpangan tetapi sangat kecil, jadi diabaikan. Maka para pakar di
bidang mesin dan sipil dan juga elektro dapat berbesar hati dengan
masih dapat mempergunakan rumus Newton yang sederhana itu
untuk hitung menghitung dalam rancang bangun.

Teori Relativitas Umum Einstein sebagai koreksi atau penghalusan


rumus Newton, yang walaupun berlaku juga antara matahari dengan
Mercurius, juga generalisasi yang dibatasi oleh aproksimasi. Dalam
kalkulasi tensornya Einstein mengambil model bola berdimensi
empat untuk space-time continuum (kesinambungan ruang-waktu).
Dalam batas yang sangat kecil permukaan elipsoide ataupun
permukaan pelana kuda dapat dianggap sama dengan permukaan
bola. Ini adalah aproksimasi.

Itulah dua butir kelemahan ilmu pengetahuan yang berasaskan


filsafat positivisme: pendekatan orde lebih rendah menjelaskan orde
lebih tinggi, dan generalisasi yang bersifat aproksimasi, baik
kuantitatif maupun kualitatif.

Firman Allah SWT:


Alif, Lam, Mim. Alla-hu laa ila-ha huwa lhayyu lqayyuwmu.
Nazzala 'alayka lkita-ba bilhaqqi mushaddiqan limaa bayna yadayhi
wa anzal ttawraata walinjiyla . Min qablu hudan linnaasi wa anzal
lfurqaana (S. Ali 'Imraan 2:1-4), artinya: Alif, Lam, Mim. Allah tidak
ada tuhan melainkan Dia Yang Maha Hidup, Maha Berdiri
SendiriNya. Menurunkan atasmu (hai Muhammad) Al Kitab dengan
sebenarnya, membenarkan mengenai apa (yang diturunkan)
sebelumnya, dan menurunkan Tawrat dan Injil. (Yang) sebelum (Al
Quran) menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al
Furqan.

Yang dimaksud dengan Al Furqan adalah Al Quran sendiri dalam


konteks sebagai kriterium yang membedakan antara yang benar
dengan yang bathil. Berasal dari akar kata yang dibentuk oleh Fa, Ra,
Qaf, yang berarti mengerat, yaitu memisahkan mana yang benar,
mana yang bathil.

Alhasil, ilmu itu harus berjenjang turun, orde yang lebih tinggi
menjadi panglima untuk orde yang lebih rendah. Contoh, ilmu
ekonomi yang mengabaikan permasalahan tentang keadilan,
solidaritas, yang dibangun di atas landasan orde yang lebih rendah
yaitu kebutuhan individu, harus direformasi sesuai dengan Syari'at
Islam, yaitu nilai Al Furqan tentang keadilan dan solidaritas
dijabarkan ke orde yang lebih rendah, yaitu kebutuhan individu.
WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 26 April 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]
320. Is-Al

Dalam awal-awal tahun delapan puluhan yang silam, konon seorang


sarjana, yang bukan sarjana sastra barat, masuk ke perpustakaan
membuka-buka buku-buku pada bagian rujukan (reference). Semua
kamus yang ada di situ dia buka, Inggris, Belanda, Jerman, Perancis.
Dia mencari kata kloter. Memang dalam tahun tersebut kata kloter
baru mulai muncul di koran-koran. Rupanya sang sarjana kurang
sigap mencari sumber informasi. Mestinya ia bertanya kepada
pegawai Depag, karena kata kloter itu selalu dikaitkan dengan
pelaksanaan ibadah haji. Atau barangkali ia tinggi hati, berjiwa
kerdil, terlalu 'ujub (angkuh) untuk bertanya kepada seorang pegawai
Depag. Kata Kloter tidak akan dijumpai dalam kamus asing yang
manapun juga, karena itu adalah singkatan dari Kelompok Terbang.

Seorang dosen senior Fakultas Hukum Unhas, Willy Voll,


mempunyai dua kesukaan yang unik. Ujian dengan open-book dan
getol memakai singkatan-singkatan seenak perutnya. Dalam diktat
untuk para mahasiswanya, bahkan dalam majalah ilmiyah Unhas
sekalipun, juga ia mempergunakan banyak sekali singkatan-
singkatan. Terkait dengan kegemarannya memberikan ujian open-
book, terkadang menyusahkan mitranya. Pernah suatu waktu
sementara saya berdua dengan Willy Voll dalam ruang kerjanya,
masuklah Laica Marzuki menyatakan keluhannya. "Wah hancur soal-
soal saya kalau open-book". Rupanya mereka berdua bermitra
memberikan soal.

Arah pembicaraan ini sudah jelas, bahwa judul di atas itu juga
singkatan, jadi bukan is dari to be (Inggeris) atau dari zijn (Belanda),
dan al bukan dari bahasa Arab ataupun bahasa Belanda, melainkan
asli bahasa Bugis, digubah oleh almarhum Andi Baso Amir. Tokoh
ini termasuk unik juga. Di samping getol mengemukakan singkatan-
singkatan bahasa Bugis, ia juga suka bicara tentang angka-angka.
Pada waktu persiapan mapparola puteri almarhum H.Fadheli Luran
mendapatkan Ir Ridwan Abdullah, A.B. Amir angkat bicara mewakili
H.F.Luran.

Pada waktu proklamator almarhum Bung Hatta puluhan tahun yang


silam datang di Makassar ini, pernah menyatakan kekagumannya di
rumahnya almarhum H.F. Luran. "Ada dua orang kepala daerah di
daerah ini yang saya kagumi, Andi Baso Amir sebagai Bupati Bone
dan Patompo' sebagai Walikota KMM. A.B. Amir seorang seniman,
mampu menjadi Bupati dan Patompo' dalam keadaan tight money
policy mampu membangun Makassar".

Kembali pada almarhum A.B.Amir tatkala mewakili almarhum


H.F.Luran dalam persiapan upacara mapparola tadi. "Bapak-bapak
dan Ibu-ibu sekalian. Kita yang duduk di sini jumlahnya banyak yaitu
seribu dua ratus tiga puluh tujuh orang". Maka gemuruhlah orang
tertawa. "Kalau Bapak-bapak dan Ibu-ibu tidak percaya, hitunglah
sendiri." Inilah yang saya katakan keunikan almarhum tentang angka-
angka. "Barangkali tiga puluh tiga pasang sudah cukup. Tolong Is-
Al, keluarga dekat dan sahabat kental saja yang pergi mengantar."

***

Unjuk rasa mahasiswa mengenai reformasi utamanya ekonomi,


politik dan hukum, ujung-ujungnya bermuara pada kemauan politik
Golkar, melalui hak inisiatif DPR. Dalam hal reformasi di bidang
politik, masalahnya ialah apakah Golkar yang single majority di DPR
bersedia mencabut atau sekurang-kurangnya merevisi 3 Paket UU
Politik tahun 1985, yaitu: 1. UU No.1 ttg Pemilu, 2. UU No.2 ttg
Susunan dan Kedudukan Anggota MPR, DPR, DPRD, dan 3. UU
No.3 ttg Parpol dan Golkar. Karena dengan pencabutan ataupun
revisi itu utamanya mengenai UU Pemilu kemapaman tentang single
majority diragukan untuk dapat dipertahankan. Single majority
merupakan satu sistem dengan sistem proporsional, massa
mengambang dan tata-cara pelaksanaan Pemilu oleh birokrasi. Target
yang harus dicapai oleh birokrat yang juga nota-bene adalah panitia
pelaksana menghimbau ketidak jujuran.

Ada baiknya jika di samping tiga kontestan PPP, Golkar dan PDI
ditambah dua lagi kontestan yaitu ABRI dan Korpri. Kelima
kontestan itu semuanya duduk dalam panitia pelaksana Pemilu.
Sistem proporsional diganti dengan sistem distrik yang dalam pada
itu massa mengambang dihapus, semua kontestan secara adil
mempunyai kesempatan menjangkau pelosok-pelosok. Sebaiknya
pula UU Pemilu yang telah direvisi seperti konsep yang
dikemukakan itu, telah diundangkan sebelum Pemilu tahun 2002,
sehingga UU Pemilu yang baru itu telah dapat diterapkan insya Allah
dalam Pemilu 2002 yang akan datang.

Pencabutan ataupun revisi ketiga Paket UU Poltik tersebut tidaklah


inkonstitusional oleh karena yang berwenang untuk membuat
undang-undang adalah DPR bersama-sama dengan pemerintah.
Itulah sebabnya kita katakan di atas tadi bahwa unjuk rasa mahasiswa
mengenai reformasi ujung-ujungnya bermuara pada kemauan politik
Golkar sebagai kekuatan politik yang single majority.

Firman Allah: InnaLla-Hh Laa Yughayyiru Maa biQawmin Hatta-


Yughayyiruw Maa biAnfusihim (S. ALRa'D, 13:11). Allah tidak
akan mengubah hal atas suatu kaum, hingga mereka itu mengubah
hal pada diri mereka.

Anfus(un) adalah bentuk jama' dari Nafs(un) yang berasal dari akar
Nun, Fa, Sin yang berarti diri atau jiwa. Dalam bahasa Bugis
Nafs(un) disebut ale. Is-Al, Issengi Alemu, artinya tahu dirilah.
Wahai para wakil rakyat, utamanya para petinggi Golkar, Is-Al,
sudah tiba saatnya untuk reorientasi "doktrin" single majority.
WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 3 Mei 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

321. Premium

Kehendak rakyat yaitu reformasi politik, ekonomi dan hukum yang


digaungkan oleh gerakan moral mahasiswa telah bersambut, baik
oleh Pemerintah maupun DPR. Reformasi politik, ekonomi dan
hukum bukan hanya seharusnya dilaksanakan secara simultan belaka,
melainkan haruslah pula terkait antara satu dengan yang lain, yakni
merupakan satu kesatuan sistem, tidak lepas satu dengan yang lain.

Kita sengaja tidak menyebutkan reformasi kebudayaan, oleh karena


menurut hemat saya, tidak ada yang salah dalam kebudayaan kita
yang dijiwai oleh nilai-nilai agama. Korupsi-kolusi-nepotisme
(KKN) terjadi atas sebahagian orang disebabkan oleh penyimpangan
budaya. Apabila dikatakan bahwa perlu reformasi kebudayaan karena
terjadinya KKN, itu berarti mengakui bahwa KKN sudah menjadi
kebudayaan. Saya tidak sependapat bahwa kita sebagai suatu bangsa
sudah bergelimang berbudaya KKN. Sehingga menyangkut KKN
tidaklah betul jika obatnya adalah reformasi kebudayaan, melainkan
obatnya adalah merujuk kembali pada budaya kita yang dijiwai oleh
nilai-nilai agama.

Reformasi politik, ekonomi dan hukum tujuannya tentu saja untuk


menyelesaikan akar permasalahan poly-krisis, menuju keadaan yang
lebih baik, sesuai dengan Firman Allah:

 Wa lalA-khiratu Khayrun Laka Mina lUwlay (S.adDhuhay,


93:4). Yang akhir itu lebih baik dari yang dahulu. Catatan:
menurut penafsiran yang jumhur (main stream) yang dimaksud
dengan alA-khirah adalah akhirat dan alUwlay adalah dunia,
namun melihat konteks dengan ayat-ayat lain dalam surah tsb.
maka baik alA-khirah maupun alUwlay adalah peristiwa di
dunia ini. Lihat saja:
 Yu'thiyka Rabbuka faTardhay (93:5), Maha Pemeliharamu
memberi engkau, maka engkau senang;
 Yatiyman faA-ay (93:6), dalam keadaan yatim lalu dilindungi;
 Dhaallan faHaday (93:7), dalam keadaan bingung lalu
ditunjuki;
 'Aailan faAghnay (93:8), dalam keadaan miskin lalu diberi
kekayaan.

Bukankah senang, yatim, dilindungi, bingung, ditunjuki, miskin,


kaya, semuanya menyangkut perisitiwa di dunia ini?

***

Pada hari akhir-akhir ini bertambah pula tuntutan gerakan moral


mahasiswa yaitu turunkan harga bahan bakar dan minyak pelumas
(BBM). Di samping itu dari pihak DPR terdengar suara kesal karena
Pemerintah menurunkan jumlah subsidi BBM dan tarif dasar listrik
(TDL), artinya menaikkan harga komoditi tersebut, tanpa
musyawarah dahulu dengan DPR. Pada waktu kolom ini ditulis
Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben) sedang memenuhi
panggilan Komisi V DPR untuk memberikan penjelasan. Rupanya
dalam forum tersebut beberapa anggota Komisi V memperlihatkan
nyalinya, boleh jadi karena dirangsang oleh gerakan moral
mahasiswa.

Sebenarnya secara obyektif DPR tidak perlu kesal karena Pemerintah


tidak ada waktu untuk itu. Seperti diketahui para anggota DPR baru
saja selesai reses, padahal Pemerintah sudah terdesak waktu, yaitu
timing untuk mengambil keputusan menurunkan jumlah subsidi
harus mendahului sidang International Monetary Fund (IMF). Tak
dapat disangkal bahwa keputusan IMF untuk mengucurkan dana
dalam sehari dua hari ini, yang kemudian akan disusul oleh World
Bank dan dari negara-negara sahabat, banyak-banyak dipengaruhi
oleh keputusan Pemerintah yang telah memperlihatkan kesungguhan
dalam memenuhi komitmen dengan IMF tentang penurunan subsidi
dari Rp.26,7 triliun menjadi Rp.6 triliun. IMF tentu saja tidak ingin
dana yang dikucurkan itu sebagian besar lari ke subsidi. Jika dilihat
dari aspek keputusan IMF mengenai pengucuran dana tsb., maka
timing penurunan subsidi BBM dan TDL sudah tepat, yaitu sehari
sebelum sidang IMF. Akan tetapi dilihat dari aspek derita rakyat
akibat poly-krisis ini, timing untuk penurunan jumlah susbsidi BBM
(baca: menaikkan harga BBM) sungguh tidak tepat. Pemerintah
betul-betul terpojok oleh dua kriteria yang bertentangan, yaitu
komitmen dengan IMF dengan derita rakyat, ibarat bertemu buah
simalakama.

***

Walaupun Mentamben telah berusaha memperhitungkan agar rakyat


kecil paling sedikit yang kena dampak kenaikan harga BBM, namun
dengan pencabutan subsidi untuk premium, maka rakyat kecil,
karyawan kecil, pegawai negeri bergaji kecil, tidak terlepas dari
dampak kenaikan harga BBM dalam hubungannya dengan angkutan
kota (Angkot). Inilah akibat Mentamben yang bekerja sendiri.
Mestinya departemen lain ikut dilibatkan secara meja bundar. Bukan
seperti yang telah terjadi Mentamben berjalan dahulu baru kemudian
disusul oleh Menteri Perhubungan (Menhub) bersama-sama dengan
Pemerintah Daerah (Pemda) dan Organisasi Angkutan Darat
(Organda) untuk menentukan tarif Angkot.

Tuntutan gerakan moral mahasiswa untuk menurunkan harga BBM


patut diperhatikan, dengan jalan meninjau kembali status premium.
Subsidi untuk premium hendaknya tidak dicabut secara keseluruhan,
melainkan mesti ada reserve subsidi untuk Angkot. Untuk itu di
bawah koordinasi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) perlu adanya
pertemuan meja bundar antara Mentamben, Menhub menyangkut
data Angkot, Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Memperdag)
menyangkut penyaluran distribusi premium yang bersubsidi.
Pertemuan meja bundar itu dimaksudkan untuk membicarakan secara
teknis mengenai efisiensi dan penyaluran distribusi premium yang
disubsidi untuk Angkot, sehingga tarif Angkot untuk rakyat kecil,
karyawan kecil, dan pegawai negeri bergaji kecil, kembali pada tarif
semula. Dengan demikian komitmen dengan IMF tetap dipenuhi dan
dalam pada itu rakyat kecil terlepas dari beban naiknya tarif Angkot.
Mengenai Angkot taxi, premium tetap tidak diberikan subsidi, karena
konsumen jasa ini adalah golongan menengah ke atas. WaLlahu
a'lamu BisShawab.

*** Makassar, 10 Mei 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

322. Menyampaikan Pesan-Pesan Nilai di Atas Kebenaran dan


Dengan Kesabaran

Firman Allah:

WAL'ASHR.
AN ALANSN LFY KHSR.
ALA ALDZYN AaMNWA W'AMLW ALSHLhT
WTWASHWA BALhQ WTWASHWA BALSHBR.
(S. AL'ASHR, 103:1-3)

dibaca:
wal 'ashri
innal insa-na lafi- khusrin
illal ladzi-na a-manu- wa'amilush sha-liha-ti
watawa-saw bilhaqqi watawa-saw bishshabri

Perhatikanlah waktu.
Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian.
Kecuali orang-orang beriman, dan beramal shalih,
dan berwasiat di atas kebenaran, dan berwasiat dengan sabar.

Berwasiat bermakna memberi nasihat, menyampaikan pesan-pesan


nilai, ataupun menyatakan aspirasi. Marilah kita aktualisasikan
Firman Allah tersebut dalam konteks situasi seperti sekarang ini.

Untuk semua pihak harus beriman dan beramal shalih. Beramal


shalih antara lain, yaitu dalam kontex situasi sekarang ini, bagi para
mahasiswa agar menyampaikan aspirasi dengan tertib, bersabar,
menahan diri dari dorongan jiwa muda, semangat yang meluap-luap,
bagi ABRI bersabar, menahan diri dari melayangkan pentungan
terlebih-lebih dari menarik pelatuk akibat kemarahan yang timbul
karena capek mendengarkan ejekan-ejekan yang mungkin terlontar
dari pembawa aspirasi yang jiwa mudanya meluap-luap. Para
mahasiswa teruskanlah menyampaikan aspirasi ataupun pesan-pesan
nilai: reformasi dan pemerintahan yang bersih dari KKN, yaitu
pesan-pesan nilai di atas kebenaran, dengan cara, sekali lagi dengan
cara yang tertib, tidak melanggar hukum. Sehingga tidak terjadi
bentrokan dengan ABRI yang menjaga ketertiban dalam rangka
stabilitas nasional dan persatuan bangsa. Sedangkan seruan untuk
MPR, DPR dan Pemerintah ditekankan pada ayat 1, wal 'ashri,
perhatikanlah waktu!.

Apabila pesan-pesan (S. AL'ASHR) ini tidak dihiraukan, tidak


memperhatikan waktu, artinya lamban bertindak, lemah iman, kurang
beramal shalih, tidak menyampaikan pesan-pesan nilai di atas
kebenaran, dan tidak dengan sabar, tidak dapat menahan diri, maka
kita semuanya akan merugi, innal insa-na lafi- khusrin.

Bagi para perusuh yang memancing di air keruh, dengarkanlah


dengan memakai hati nuranimu: AN ALLH LA YhB ALMFSDYN,
dibaca: innaLla-ha la- yuhibbul mufsidi-na, sesungguhnya Allah
tidak suka kepada perusak.

Dalam hubungannya dengan para pahlawan reformasi dan anggota


ABRI yang gugur dalam melaksanakan tugas: ANa LLH WANA
ALYH RAJ'AWN, dibaca: inna- liLla-hi wainna- ilayhi ra-ji'u-na,
sesungguhnya kita semua berasal dari Allah dan sesungguhnya kita
semua ini (niscaya) kembali kepadaNya.

Kepada keluarga dan handai tolan pahlawan reformasi dan keluarga


serta handai tolan para anggota ABRI yang gugur, kami nyatakan
bela sungkawa, dan rasa simpati kami sampaikan kepada yang
mendapat cedera, baik dari pihak mahasiswa maupun anggota ABRI.
WaLla-hu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 17 Mei 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

323 MensucikanNya, MemujiNya dan Minta Ampun KepadaNya

Firman Allah:

ADZA JAA NSHR ALLH WALFTh.


WRAYT ALNAS YDKHLWN FY DYN ALLH AFWAJA.
FASBh BhMD RBK WASTGHRH
ANH KAN TWABA.
(S. ALNSHR, 310:1-3)
dibaca:
idza- ja-a nasruLla-hi walfathu.
waraaitan na-sa yadkhulu-na fi- di-niLla-hi afwa-jan.
fasabbih bihamdi rabbika wataghfirhu
innahu- ka-na tawwa-ban.

Tatkala datang pertolongan Allah dan kemenangan.


Dan engkau lihat manusia masuk ke dalam agama Allah dengan
berbondong-bondong.
Maka sucikanlah serta pujilah dan minta ampunlah kamu kepada
Maha Pemeliharamu
sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat.

Surah tersebut diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam


hubungannya dengan pendudukan kota Makkah secara damai oleh
pasukan Islam dari Madinah. Dalam pendudukan itu sekaligus
penduduk kota Makkah ditaklukkan hatinya, sehingga mereka masuk
ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong. Hal itu
disebabkan oleh karena akhlaqu-lkarimah yang ditunjukkan oleh
Nabi Muhammad SAW dengan seluruh pasukan Islam yang
memaafkan segala kezaliman penduduk Makkah terhadap ummat
Islam sebelum hijrah ke Madinah. Perisitwa bersejarah ini telah
dibahas pada tgl.5 Januari 1996 dalam Seri 256 yang berjudul:
Penaklukan dalam Nuansa Kedamaian.

Sedangkan kepada Nabi Muhammad SAW diperintahkan Allah


untuk bertasbih (mensucikan), bertahmid (memuji) dan istighfar
(minta ampun) setelah mencapai kemenangan, apatah pula kita ini,
sebagai manusia biasa. Surah tersebut yang merupakan petunjuk
berakhlak dalam menyikapi kemenangan yang dicapai hendaknya
kita aktualisasikan dalam kontex tercapainya kemenangan gerakan
reformasi damai yang ujung tombaknya anak-anak kita para
mahasiswa, yang diikuti dari belakang para pendukung reformasi
yang betul-betul ikhlas.

Dikatakan di atas yang betul-betul ikhlas, oleh karena ada pula yang
pada zhairnya menyatakan mendukung reformasi hanya karena
merasa terdesak, ataupun hanya karena ingin memanfaatkan gerakan
moral yang murni ini untuk kepentingan golongannya. Ini antara lain
dapat dilihat misalnya pada sisa kelompok mahasiswa yang masih
bertahan sampai malam Sabtu, ke tempat mana mereka minta
dievakuasi oleh pasukan keamanan, yaitu kampus Atmajaya.
Setelah kita mencapai kemenangan disuruh tasbih, mensucikan
Allah, hanya Allah Yang Mahasi Suci, suci dari kesalahan. Manusia
tidak luput dari kesalahan, terutama yang berwatak impulsif
emosional. Walaupun gerakan moral reformasi damai telah tercapai
dengan mundurnya H.M. Soeharto, namun karena seorang profesor
dari UI merasa tidak setuju H.B.J. Habibie yang menjadi Presiden,
tatkala diwawancarai oleh wartawan televisi, profesor tersebut secara
impulsif emosional mengatakan bahwa Soeharto dan Habibie
bersama-sama diangkat oleh MPR menjadi Presiden dan Wapres,
maka kalau Soeharto mundur, Habibiepun harus mundur, sehingga
pengangkatan Habibie menjadi Presiden tidak sah. Rupanya profesor
kita ini tidak pernah membaca UUD-1945. Ada pula seorang profesor
yang mengatakan bahwa pengunduran diri H.M Soeharto tidak sah
karena tidak di hadapan MPR. Karena pengunduran itu tidak sah,
maka pengangkatan Habibie juga tidak sah. Rupanya profesor kita ini
tidak dapat membedakan antara yang seharusnya dengan yang
sebaiknya. Yaitu seharusnya dilaksanakan di hadapan Mahkamah
Agung, sebaiknya di hadapan MPR. Presiden Habibie disumpah di
hadapan Mahkamah Agung, sehingga terpenuhilah yang seharusnya.
Coba bayangkan kalau yang sebaiknya ini ngotot untuk dipenuhi,
bagaimana caranya Presiden Soeharto dengan pasukan pengawal
dapat menembus ribuan mahasiswa yang mengepung gedung MPR,
tanpa bentrokan. Profesor kita ini rupanya tidak biasa berpikir situasi
lapangan. Ada pula seorang profesor di Makassar ini yang bermata
seperti kuda bendi. Ia tidak puas karena tidak ada pakar ekonomi
yang duduk dalam Kabinet Reformasi Pembangunan. Ada pula yang
tidak dapat memilah antara yang prinsip dengan yang teknis.
Mengubah bahkan menghapus dan membuat yang baru mengenai
paket undang-undang di bidang politik, ekonomi dan hukum itu
prinsip, sedangkan berapa lamanya itu teknis. Ada yang secara
arogan memberi waktu 3 bulan, pada hal waktu itu nama-nama
kabinet baru saja diumumkan. Emangnya ini permainan sepak bola,
harus dinyatakan selesai dalam waktu 2 x 45 menit!

Setelah kita mencapai kemenangan disuruh tahmid, memuji Allah.


Inilah ajaran berakhlak terhadap Allah SWT. Bahwa yang patut
dipuji dalam hasil kemenangan reformasi ini adalah Allah SWT,
tidak boleh memuji manusia, apa pula memuji menyombongkan diri
sendiri: "Kalau bukan jasa si anu, kalau bukan jasa saya, kemengan
ini tidak mungkin tercapai."

Setelah mencapai kemenangan disuruh istighfar, minta ampun


kepada Allah SWT, berhubung dalam proses mencapai kemenangan
itu memperbuat kesalahan-kesalahan yang antara lain seperti yang
dikemukakan di atas itu. Terutama kesalahan yang dapat
mengaburkan tujuan reformasi ini, yaitu dengan membelok pada
kesibukan pro dengan kontra terhadap Presiden Habibie.

Yang terakhir setelah mencapai kemenangan disuruh tawbat kepada


Allah SWT, karena dirinya telah dimanfaatkan oleh golongan yang
mencoba mengeruhkan kemurnian gerakan moral reformasi damai
ini. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 24 Mei 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

324. Undang-Undang Anti Korupsi dan Anti Kolusi

Dalam Seri 120 tanggal 20 Maret 1994, yang berjudul: Nuku vs


Wieling, Membuktikan Diri Bersih, vs Praduga Tak Bersalah, antara
lain tertulis:

"Perselisihan antara Nuku dengan Wieling perihal asas tersangka


harus membuktikan dirinya bersih bertentangan dengan asas praduga
tak bersalah betul-betul pernah terjadi dalam sejarah yang merobek
gencetan senjata menjadi perang yang tidak dimaklumkan pada tahun
1805.

Nuku adalah Sultan Tidore yang membebaskan kerajaannya dari


bagian-bagian wilayah tiga gubernuran Kompeni Belanda (de drie
Oostersche Provintien van Gouvernementen): Ternate, Ambon dan
Banda. Nama lengkapnya Nuku Sulthan Said alJihad Muhammad
alMabus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan Gelar Tuan Barakat
Sultan Tidore, Papua dan Seram.

Syahdan, 2 orang penghuni istana Tidore, yaitu dayang-dayang puteri


Boki Fathimah yang bernama Sulasi dan Barunarasa mencuri emas,
intan-berlian puteri itu dan melarikan diri ke Ternate. Nuku bersurat
kepada Wieling pada 28 Muharram 1220 (18 April 1885) supaya
kedua tersangka itu diextradisikan ke Tidore.

Wieling menolak permintaan extradisi itu oleh karena kedua tertuduh


itu adalah penduduk Ternate, bukan penduduk Tidore, jadi tidak
tergolong di bawah jurisdictie kerajaan Tidore (en dus in geen
opsigte tot de Jurisdictie van het Tidorsche Rijk behooren).
Nuku dapat memahami penolakan itu, namun yang Nuku tidak mau
mengerti ialah bahwa hasil pengadilan Belanda di Ternate
menyatakan kedua tersangka tidak bersalah karena penuntut tidak
dapat membuktikan kesalahan mereka. Seseorang tidak dapat
dikatakan bersalah apabila tidak dapat dibuktikan kesalahannya,
yakni asas praduga tak bersalah. Kejaksaan bukan saja bertugas
memberantas kejahatan, tetapi juga melindungi siapa yang tidak
bersalah (om zoo wel de ontschuld te beschermen als het quaad te
beteugelen).

Sedangkan dalam Kerajaan Tidore sejak Kolano Kaicil Cire raja


Tidore yang mula-pertama masuk Islam (1450), berlaku hukum acara
sesuai yang diletakkan asasnya oleh Khalifah 'Umar ibn Khattab RA:
Anna- laka ha-dza-, dari mana milikmu ini, tersangka harus
membuktikan kebersihan dirinya."

Setiap kali Nabi Zakaria AS, yang mengasuh dan membesarkan


Maryam binti 'Imran, masuk ke mihrab senantiasa telah tersedia
makanan di hadapan Maryam. Bertanyalah Nabi Zakariya AS:
YMRYM ANY LK HDZA QALT HW MN 'IND ALLH (S. AL
'IMRAN, 37), dibaca: ya- maryamu anna- laki ha-dza- qa-lat huwa
min 'indiLLa-h (s. Ali 'imran), artinya: hai Maryam, dari manakah
engkau mendapatkan ini, Maryam menjawab, itu dari sisi Allah
(3:37).

Tatkala 'Umar ibn Khattab RA menjadi khalifah, ia memperkembang


pertanyaan Nabi Zakaria AS menjadi "Anna- laka ha-dza-.
Pertanyaan tersebut ditujukan Khalifah 'Umar kepada umara, yaitu
aparatur negara. [Laki dalam ayat dikembangkan Khalifah 'Umar
menjadi Laka, oleh karena Maryam adalah perempuan, sedangkan
aparat adalah laki-laki]. Khalifah 'Umar mengharapkan (dan
harapannya itu terkabul) bahwa seluruh aparat memberikan jawaban
yang sama dengan jawaban Maryam, bahwa kekayaan para aparat itu
adalah rezeki yang halal dari Allah SWT, bukan harta yang haram
dari setan.

***

Dalam rangka reformasi Ekonomi dan Hukum, yaitu pembuatan


Undang-Undang Anti Korupsi, maka kolom ini memberikan saran
kepada lembaga pembuat undang-undang (DPR dan Pemerintah)
supaya diperlengkap menjadi Undang-Undang Anti Korupsi dan Anti
Kolusi (UUAKK) dengan sistem pembuktian terbalik Ana- laka ha-
dza-.(*) Berdasarkan UUAKK itu dibentuk pula Lembaga Anti
Korupsi dan Kolusi (LAKK) yang independen. Para mahasiswa
sebagai ujung tombak reformasi damai mulai sekarang hendaknya
mengalihkan aktivitasnya pada pendataan kekayaan para pejabat dan
para pengusaha kaya. Apabila insya Allah UUAKK telah
diundangkan, maka data itu sangat berguna bagi LAKK yang
dibentuk berdasarkan UUAKK. Pemerintah lalu "mengamankan"
harta-harta kekayaan itu. Maka tinggallah pejabat yang bersangkutan
yang harus membuktikan bahwa hartanya itu bersih dari korupsi dan
pengusaha kaya itu hartanya bersih dari kolusi melalui sogokan
ataupun nepotisme. Kalau ada sisanya yang kotor, maka yang sisa
tersebut dirampas oleh negara. WaLla-hu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 31 Mei 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

(*) UU No.31 Tahun 1999 (UU No.31/1999) tentang Pemberantasan


Tindakan Pidana Korupsi, masih lemah karena dinyatakan bahwa
terdakwa hanya mempunyai hak (bukan) kewajiban untuk
membuktikan dirinya bersih dari korupsi.

[BACK] [HOME]

325. Jabariyah dengan Qadariyah Bukanlah Dikhotomi *)

"Suatu ketika saya pernah menangis tersedu-sedu. Sungguh-sungguh


saat itu saya menangis. Yaitu ketika di mushalla dibacakan suatu
ayat, bahwa kalau Tuhan menghendaki Dia akan berikan rezeki
kepadamu yang dari mana saja asalnya yang kamu tak bakal mengira.
Kurang lebih begitu. Saya mendengarnya di sel nomor 6 yang
dipakai untuk mushalla. Sel saya nomor 7. Ayat tadi dibacakan
saudara Joko saat kultum (kuliah tujuh menit), seusai shalat. Dalam
kondisi biasa ayat itu sudah sering saya dengar. Tetapi pada ketika itu
saya betul-betul merasakan bahwa itu seperti petunjuk yaitu 'kamu itu
tidak usah khawatir tentang rezeki anak isterimu'. Sebab ada
kekhawatiran juga di dalam hati saya, bagaimana mereka
mendapatkan kebutuhan hidup sehari-hari." Inilah pengakuan Sri
Bintang Pamungkas seperti dapat dibaca pada halaman 8 Harian
FAJAR, edisi Minggu 31 Mei 1998.

Adapun ayat yang dibaca oleh Joko pada saat kultum tersebut ialah: -
- WALLH YRZQ MN YSYAa BGHYR HSAB (S. ALBQRT, 212),
dibaca: Walla-hu yarzuqu bighayri hisa-b (s. albaqarah), artinya:
Allah memberi rezeki kepada siapa yang menghendaki (rezeki)
dengan tidak disangka (dari mana asalnya). Ayat tersebut dapat pula
diartikan: Allah memberi rezeki kepada siapa yang (Allah) kehendaki
dengan tidak disangka (dari mana asalnya).

Perbedaan terjemahan itu terletak dalam hal fa'il (pelaku) dari fi'il
(perbuatan) yasya-u (menghendaki). Apabila pelaku yasya-u adalah
man (siapa), maka itulah terjemahan yang pertama. Sedangkan
apabila pelaku yasya-u adalah Allah maka itulah terjemahan yang
kedua. Pada terjemahan yang pertama Allah aktif memberi rezeki dan
manusia juga aktif berkehendak untuk mencari rezeki. Allah aktif dan
manusia aktif. Sedangkan pada terjemhan yang kedua Allah aktif
berkemauan untuk memberi rezeki namun manusia pasif menerima
rezeki. Allah aktif manusia pasif. Terjemahan yang pertama
cenderung pada aliran Qadariyah dan terjemahan yang kedua
cenderung pada aliran Jabariyah.

Pemahaman tentang Allah aktif dan manusia aktif meruju' pada ayat:
AN ALLH LA YGHYR MA BQWM HTY YGHYRWA MA
BANFSHM (S. ALR’AD, 11), dibaca: innaLla-ha la- yughayyiru
ma- biqawmin hatta- yughayyiru- ma bianfusihim (s. arra’d), artinya:
sesungguhnya Allah tidak mengubah apa (keadaan) pada suatu kaum
hingga mereka mengubah apa (keadaan) pada diri mereka (13:11).

Sedangkan pemahaman tentang Allah aktif dan manusia pasif meruju'


pada ayat: -- QL ALLH HM MLK ALMLK TwaTY ALMLK MN
TSYAa WTNZ’A ALMLK MMN TSYAa WT’AZ MN TSYAa
WTDZL MN TSYAa BYDK ALKHYR ANK ‘ALY KL SYAYa
QDIYR (S. AL ‘AMRAN, 26), dibaca: quliLla-humma ma-likal
mulki tu’til mulka man tasya-u watanzi’ul mulka mimmn tasya-u wa
tu’azzi man tasya-u wa tudzillu man tasya-u biyadikal khayru innaka
‘ala- kulli syay.ing qadi-r (3:26), artinya: Katakanlah, ya Allah yang
mempunyai kerajaan Engkau berikan kerajaan kepada siapa yang
Engkau kehendaki Engkau muliakan kepada siapa yang Engkau
kehendaki dan engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki di
tangan Engkaulah segala kebajikan sesungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Terus terang selama ini saya berpihak kepada penafsiran yang


pertama: Allah aktif, manusia aktif. Namun dengan pengalaman batin
Sri Bintang dalam penjara, yang sangat merasakan bagaimana Allah
memberikan rezeki kepada anak isterinya yang tak terkira dari mana
asalnya, maka saya sekarang menyadari bahwa kedua jenis
penafsiran itu bukanlah dikhotomi. Penafsiran ayat itu tergantung
pada sikap kejiwaan seseorang. Kepada mereka yang tidak bebas,
seperti Sri Bintang dalam penjara, maka penafsiran kedualah yang
dijiwai oleh ayat (13:11) yang cocok dengan sikap kejiwaannya.
Akan tetapi bagi mereka yang bebas di luar penjara, penafsiran
pertamalah yang dijiwai oleh ayat (3:26) yang cocok dengan sikap
kejiwaannya.

Di pesantren-pesantren pada umumnya, termasuk Pesantren IMMIM


Tamalanrea menganut penafsiran yang kedua. Ini adalah produk
sejarah penjajahan Belanda. Penafsiran kedua yang dijiwai oleh ayat
(13:11) itulah sikap kiyai-kiyai dan santri-santri dalam pesantren.
Dengan sikap ini pesantren menutup diri dari pemerintahan penjajah.
Ini bermanfaat karena pesantren-pesantren dapat bertahan dari
penjajahan mental dan nilai non-Islami dari penjajah Belanda.
Demikian pula sikap dari rakyat yang merasa tidak berdaya pada
rejim Orde Pra Reformasi. Namun setelah Orde Reformasi membuka
pintu kebebasan, hendaknya sikap kita seyogianya kita ubah menjadi
sikap yang dijiwai oleh ayat (3:26): Allah aktif memberi rezeki,
manusia aktif berkehendak dan mencari rezeki.

Alhasil sikap yang condong pada Jabariyah, Allah aktif manusia


pasif, bukanlah dikhotomi dari sikap yang condong pada Qadariyah,
Allah aktif manusia aktif. Sikap jiwa yang condong pada Jabariyah
sangat bermanfaat supaya dapat bertahan dalam derita bagi yang
tidak berdaya melawan rejim yang berkuasa, sedangkan sikap jiwa
yang condong pada Qadariyah sangat bermanfaat untuk mengatasi,
mencari jalan keluar bagi pemecahan penderitaan bagi mereka yang
telah bebas dari cengkeraman rejim yang berkuasa. WaLla-hu a’lamu
bishshawab.

*** Makassar, 7 Juni 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

*) Keyakinan kita akan takdir Allah bahwa rezki kita telah diatur dan
ditentukan oleh Allah tidaklah mencegah kita untuk berusaha dengan
sungguh-sungguh mencari rezki. Demikian pula semangat dan
kesungguhan kita dalam bekerja mencari rezki tidaklah mengurangi
sedikitpun keyakinan kita bahwa jatah rezki itu sudah ditentukan oleh
Allah. Lagipula setiap usaha kita itupun juga merupakan takdir Allah.
Yang penting kita ingat adalah bahwa setiap ikhtiar dan usaha yang
kita lakukan apakah itu bersifat aktif (bertindak) atau pasif (tidak
bertindak) akan dinilai dan dipertanggung-jawabkan kelak di Hari
Kiamat. Karena itu, dalam berusaha kita harus senantiasa
memperhatikan syariat Allah. Adapun segala pertanyaan dan
perdebatan yang menyangkut takdir seperti mengapa Allah
menakdirkan demikian, kenapa Allah tidak menakdirkan demikian,
dan lain-lain sebagainya, tidak pantas untuk dilontarkan karena "Dia
(Allah) tidak ditanyai tentang apa yang Dia lakukan sedang mereka
(manusia) lah yang akan ditanyai (tentang apa yang mereka
lakukan)" (QS. al-Anbiya' 21:23). Pertanyaan dan perdebatan yang
sia-sia tentang takdir Allah dan usaha manusia itulah yang
memunculkan aliran atau paham Jabariyah dan Qadariyah.
Seharusnya kita tidak menggunakan kedua istilah tersebut dan
berlepas diri dari kedua aliran dan pemahaman tersebut. Dalam
situasi dan kondisi apapun kita harus tetap berpegang dengan aqidah
Islam yang shahih (benar) yang bersumber dari al-Quran dan as-
Sunnah sebagaimana yang dipahami oleh para Sahabat Nabi saw dan
orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman tanpa perlu
mengaitkannya dengan istilah aliran-aliran lain yang menyempal dari
jalan yang lurus tersebut. [Webmaster]

[BACK] [HOME]

326. Perahu Bocor

Firman Allah SWT:

-- WATQWA FTNT LA TSHYBN ALDZYN ZHLMWA MNKM


KHASHt (S. AL ANFAL 8:25), dibaca: wattaqu- fitnatal la-
tushiybannal ladzi-na mingkum khaashshah, artinya: Peliharalah
dirimu dari bencana yang ditimpakan tidak hanya khusus atas yang
berlaku aniaya di antara kamu (saja).

Ayat di atas itu sepertinya sulit dipahami, oleh karena seyogianya


yang berlaku aniaya saja yang akan ditimpa bencana. Kalau ada ayat
yang terasa sukar dicerna secara langsung, maka kita harus melihat
dahulu pada Hadits RasuluLlah SAW.

Nabi Muhammad RasuluLlah SAW mengibaratkan kita ini


menumpang sebuah perahu. Apabila kita ingin mendapatkan air
haruslah menempuh tata-cara, yaitu pergi ke geladak, mengambil
timba, kemudian menimba air. Tata-cara tersebut untuk mendapatkan
air lambat prosesnya. Ada tata-cara yang membuahkan proses yang
cepat untuk mendapatkan air, yaitu dengan melubangi dinding
perahu, ia serta merta akan mendapatkan air, tanpa susah-susah
mengikuti posedur yang dilazimkan. Apabila ada seorang penumpang
lain memegang tangan orang itu sebelum sempat membuat lubang,
maka demikian sabda Nabi Muhammad RasuluLlah SAW, si
pencegah ini telah bertindak menyelamatkan dirinya, menyelamatkan
si pembuat terobosan, bahkan telah menyelamatkan seluruh
penumpang dan isi perahu dari bencana terkubur di dalam laut. Jadi
yang akan mendapat celaka bukan hanya yang berbuat aniaya
melobangi perahu, melainkan yang ditimpa bencana adalah juga
mereka yang tidak berbuat aniaya. Inilah maksud ayat (8:25) yang
dikutip di atas itu.

Negara Republik Indonesia dengan seluruh penduduknya adalah


perahu yang memuat penumpang. Sayangnya perahu kita ini telah
bocor, oleh karena tidak ada yang mencegah tatkala perahu kita ini
digerek oleh mata gurdi (boor) yang berwujud akselerasi
modernisasi, untuk mendapatkan air dengan cepat. Konseptor strategi
pembangunan akselerasi modernisasi ini adalah CSIS, para
pakar dari Berkely. Strategi akselerasi modernisasi ini ialah
mempercepat (acceleration) petumbuhan ekonomi yang diukur dalam
gross national product (GNP). Perbesar kuenya dahulu baru dibagi-
bagi. Maka muncullah para taipan, konglomerat yang dekat istana
(baca: nepotisme), yang disusul oleh anak cucu Presiden Suharto.
Para taipan yang konglomerat ini bersama-sama dengan anak cucu
Presiden Suharto memberikan imbas pada birokrat yang menumbuh-
suburkan kolusi dan korupsi.

Demikianlah strategi akselerasi modernisasi ini membuahkan


kepincangan pelaku ekonomi yang berat ke atas, keropos kebawah.
Ambruknya para pelaku ekonomi tingkat atas ini menyebabkan
ambruknya pula pereokonomian kita karena tidak ditopang oleh
kekuatan pelaku eknomi tingkat bawah dan menengah. Inilah lubang
yang digerek oleh mata gurdi akselerasi modernisasi. Di samping
lubang utama kebocoran perahu ini, menyebar pula lubang-lubang
yang digerek oleh oknum-oknum birokrat yang melakukan praktek
KKN. Dampak langsung yang lubang-lubang kebocoran ini adalah
derita penumpang di ruang bawah karena naiknya harga sembako.

Perahu yang perlahan-lahan akan tenggelam ini karena air masuk


melalaui kebocoran-kebocoran pada dinding perahu, menumbuhkan
keberanian sebagian penumpang perahu yang muda-muda. Itulah
gerakan moral mahasiswa yang mencanangkan reformasi pada segala
bidang. Gerakan reformasi ini berhasil menurunkan nakoda perahu
yang menurut tata-cara dalam kepemimpinan melayarkan perahu,
jika nakoda berhenti, maka juru-mudi yang menggantikan nakoda.
Maka terjadilah pergolakan politik di geladak perahu. Yang
dipermasalahkan adalah sah atau tidaknya proses peralihan juru-mudi
menjadi nakoda perahu. Retorika politik menjadi hangat, sehingga
perhatian bocornya perahu terlupakan. Retorika politik itu bahkan
ada yang turun nilainya menjadi banyolan politik, seperti apa yang
ditayangkan oleh Indosiar, yaitu banyolan Selo Soemarjan, Rizal
Ramli(?) dll. Tanda tanya itu saya bubuhkan karena namanya yang
akurat saya lupa, karena tidak saya catat namanya sewaktu ia
membanyol. Sepertinya banyolan itu akhir-akhir ini sudah berhenti,
barangkali karena pengaruh pertandingan sepak bola di Perancis.

Yang penting sekarang bagaimana kita membantu pemerintah yang


telah memperlihatkan prestasinya dalam hal reformasi. Langkah-
langkah strategis sudah dikemukakan untuk melayarkan perahu, yaitu
mereformasi undang-undang: Pemilu, komposisi MPR, DPR dan
kepartaian. Disusul dengan SI untuk mengubah beberapa Tap MPR
yang berhubungan dengan Pemilu, melaksanakan Pemilu, langkah
terakhir SU MPR untuk memilih presiden dan wakil presiden, dan
pemerintahan baru pada permulaan tahun 2000.

Alhasil retorika politik, apa pula banyolan politik hendaknya


dihentikan karena dapat menjurus pada hambatan reformasi. Sasaran
utama sekarang ialah bagaimana dengan cepat dapat menutup
lubang-lubang pada dinding perahu yang bocor, jangan sampai
sebelum berlayar, perahu terlanjur tenggelam. Bagimana caranya
menutup lubang? Pertama, membantu pemerintah dalam hal
penyaluran sembako, sehingga terjadi distribusi yang merata,
sehingga harga menjadi stabil dalam bingkai daya beli rakyat. Kedua,
membersihkan birokrasi dari KKN sampai ke daerah-daerah.
WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 14 Juni 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

327. Para Pakar Penganut Mazhab Berkeley yang Bertanggung


Jawab Secara Moral dan Intelektual

Keputusan pemerintah yang populis mendapat kritikan dari pakar


madzhab Berkeley, seperti yang dapat kita ikuti dalam diskusi-
diskusi dan wawancara tayangan Indosiar.
Dalam kolom ini hari Ahad lalu yang berjudul: Perahu Bocor, telah
dikemukakan antara lain seperti berikut. Negara Republik Indonesia
dengan seluruh penduduknya adalah perahu yang memuat
penumpang. Sayangnya perahu kita ini telah bocor, oleh karena tidak
ada yang mencegah tatkala perahu kita ini digerek oleh mata gurdi
(boor) yang berwujud akselerasi modernisasi, untuk mendapatkan air
dengan cepat. Konseptor strategi pembangunan akselerasi
modernisasi ini adalah CSIS, yang diotaki oleh para pakar madzhab
Berkeley. Strategi akselerasi modernisasi ini ialah mempercepat
(acceleration) petumbuhan ekonomi yang diukur dalam gross
national product (GNP). Maka muncullah para taipan, konglomerat
yang dekat istana (baca: nepotisme), yang disusul oleh anak cucu
Presiden Suharto. Para taipan yang konglomerat ini bersama-sama
dengan anak cucu Presiden Suharto memberikan imbas pada birokrat
yang menumbuh suburkan kolusi dan korupsi.

Demikianlah madzhab Berkeley ini yang tidak menghiraukan


kebijakan yang populis dalam strategi pembangunan, yang bersinergi
dengan gerakan "sikap kebulatan tekad" di bidang politik menjelang
pemilihan presiden, itulah sesungguhnya yang bertanggung-jawab
secara moral dan intelektual tumbuhnya KKN dalam era Suharto.

Dalam kolom ini pula tanggal 1 Maret 1998 dengan judul Sekapur
Sirih Untuk Sidang Umum MPR, telah dikemukakan ulasan
mengenai Firman Allah SWT:

Kay Laa Yauwna Duwlatan Bayna lAghniyaai Minkum (S. AL


Hasyr, 59:7), supaya kedaulatan (ekonomi) itu jangan (beredar) di
antara orang-orang kaya di antara kamu.

Apa-apa yang dilarang Allah SWT niscaya membawa mala-petaka


apabila dikerjakan, tidak terkecuali kekayaan yang hanya beredar di
antara orang-orang kaya saja. Selama ini kita bangsa Indonesia sadar
atau tidak sadar telah melanggar ayat (59:7) tersebut.

Konglomerat sebelum terjadinya polykrisis telah menguasai


peredaran dana sekitar 70%, padahal jumlah mereka hanya sedikit
sekali, sekitar 200 orang. Perekonomian kita selama ini ditopang oleh
para konglomerat, yang nota bene juga mempunyai bank, yang
menarik dana dari rakyat banyak melalui sistem tabungan berbunga.
Yang juga meminjam dana dari negeri-negeri atas angin, yang sudah
tiba masanya harus dikembalikan bersama bunganya. Yang harus
mendapatkan dollar untuk membayarnya. Yang menyebabkan dollar
menjadi barang dagangan, yang berujung pada krisis moneter.
Bersinergi pula dengan kredit macet, akibat ulah petinggi bank yang
berkolusi dengan pengusaha, yang menyebabkan bank-bank sakit
parah, yang 16 buah di antaranya telah dilikwidasi.

Sudah terlalu lama kita melanggar ayat (59:7). Oleh karena kekayaan
itu selama ini hanya sekitar 30% yang beredar dalam kalangan
pengusaha menengah dan pengusaha kecil yang jumlahnya ribu-
ribuan, maka landasan perekonomian menjadi rapuh. Lalu dengan
ambruknya kebanyakan dari para konglomerat itu, karena
menanggung utang dari negeri-negeri atas angin yang tak sanggup
mereka bayar, maka ambruk pulalah perekonomian kita (baca: krisis
ekonomi).

Para penganut madzhab Berkeley dengan strategi pembangunan


akselerasi modernisasi yang tidak populis menyangka bahwa mereka
itu berbuat baik. Namun seperti kita lihat dalam kenyataan sejarah di
Indonesia yang telah dikemukakan di atas sesungguhnya
menjuruskan negara yang kita cintai kepada ambruknya
perekonomian yang diakibatkan ambruknya para pelaku ekonomi
tingkat atas, para taipan tersebut. Mereka yang menyangka dirinya
berbuat baik, namun sesungguhnya merusak, inilah yang diisyaratkan
oleh Firman Allah SWT:
-- Wa Idzaa Qiyla laHum Laa Tufsiduw fiy lArdhi Qaaluw Innamaa
Nahnu Mushlihuwn (S. Al Baqarah, 2:11), apabila dikatakan kepada
mereka janganlah kamu merusak di atas bumi, mereka berkata,
sesungguhnya kami hanya berbuat baik.
-- ALaa InnaHum Humu lMufsiduwna wa La-kin laa Yasy'uruwn (S.
Al Baqarah, 2:12), ketahuilah, sesungguhnya mereka itu merusak
tetapi mereka tidak sadar.

Perahu Republik Indonesiia sedang bocor, seperti yang dikemukakan


dalam kolom ini hari Ahad yang lalu. Di atas geladak tidak perlu
dahulu berpesta retorika dan banyolan politik, ataupun teori-teori
ekonomi yang tidak populis untuk melayarkan perahu Republik
Indonesia. Yang penting bagaimana menutup lubang supaya kapal
tidak tenggelam, yaitu seperti yang dikemukakan dalam kolom yang
lalu: Pertama, membantu pemerintah dalam hal penyaluran sembako,
sehingga terjadi distribusi yang merata, sehingga harga menjadi stabil
dalam bingkai daya beli rakyat. Kedua, membersihkan birokrasi dari
KKN sampai ke daerah-daerah.

Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita semuanya karena


kita telah menzalimi diri kita telah melanggar perintah-perintahNya,
sehingga perahu Republik Indonesia tidak tenggelam, sehingga dapat
berlayar dengan konsep-konsep teori politik ekonomi yang populis,
bukan seperti konsep akselerasi modernisasi yang tidak populis ala
madzhab Berkeley. WaLla-hu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 21 Juni 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

328. Warga Keturunan Cina

Musibah 13 dan 14 Mei 1998 menyebabkan sejumlah besar warga


keturunan Cina meluputkan diri ke luar negeri dari amukan massa
yang sangat brutal, yang sepantasnya tidak mungkin dapat dilakukan
oleh bangsa yang beradab. William Soeryadjaya, pendiri Astra yang
bangkrut gara-gara bank Summa yang diundang oleh Ketua Umum
PBNU KH Abdurrahman Wahid ke rumahnya, menghimbau
hendaknya warga keturunan Cina yang telah mengungsi ke luar
negeri secepatnya kembali. William Soeryadjaya sengaja diundang
oleh KH Abdurrahman Wahid ke rumahnya untuk mengajak warga
keturunan Cina yang telah lari ke luar negeri akibat musibah 13 dan
14 Mei 1998 tersebut, sebab menurut ucapan KH Abdurrahman
Wahid: "untuk mengajak kembali saudara-saudara kita yang sudah
keluar negeri, tidak bisa sembarang orang, karena itu mestinya yang
memanggil mereka kembali, ya, Oom William ini." Dengan
memperkenalkan pandangan dan tindakan sosok warga turunan Cina
di bawah ini, kita akan mendapat gambaran tentang sikap penduduk
asli terhadap warga Cina timbal balik.

Di sebelah Timur Jalan Muhammadiyah berhadapan dengan


perguruan Muhammadiyah, dahulu berdiri sebuah rumah warga
keturunan Cina bernama Ho Eng Djie. Dahulu Jalan Muhammadiyah
masih disebut Diponegoro Weg. Jadi Diponegoro Weg dahulu tegak
lurus dengan Jalan Diponegoro yang sekarang. Ho Eng Djie juga
disebut dengan nama Baba' Lompo, karena ia anak sulung, jadi waktu
kecilnya lebih besar dari adik-adiknya. Lompo berarti besar dalam
bahasa Makassar. Saudaranya yang bungsu bernama Ho Eng GoE,
dipanggil Baba' Ca'di. Dalam bahasa Makassar ca'di artinya kecil,
karena anak bungsu ini yang terkecil waktu masih anak-anak.

Waktu saya masih remaja biasa pergi kerumah Ho Eng Djie bersama-
sama sepupu saya Ruku' Dg Mappata' (seorang veteran yang tidak
mau pusing mengurus kartu veterannya, semua veteran dari Selayar
tahu hal itu). Di rumah Ho Eng Djie terdapat sebuah kotak tanpa
penutup berisi lembaran-lembaran kertas. Setiap lembar bertuliskan
Kelong Mangkasara' hasil gubahannya dalam aksara Lontara'.
Menurut sejarah aksara Lontara' ini dikarang oleh Sabannara' Daeng
Pammatte. Sabannara' artinya syahbandar, karena Daeng Pammatte
ini adalah syahbandar Kerajaan Gowa dahulu.

Suatu waktu tatkala kami berdua berkunjung ke rumah Ho Eng Djie,


ia menyodorkan lembaran kertas: "E turungka niassedeng
ribangngiya kelong le'ba' kupare', apanne (hai anak muda, tadi
malam saya berhasil menggubah kelong, ini dia)", sambil mengambil
lembaran yang bertuliskan Kelong Mangkasara' seperti yang dikutip
di bawah ini.

Kamma memangi' linoa,


tena tojeng kabajikang.
Kodi nicalla,
Bajika nikimburui.

Begitulah adat di dunia


Tak dibiarkan berlalu mulus
Kalau buruk dicela
Yang baik merangsang cemburu

"Tena kussituru' kelongta Baba', nasaba' tena nakamma ngaseng


tauwa ri lino, sipa'gangji kammanjo. Napunna niya' ancallaki
iyareka nasere ati rikalenta, nia baca-bacana ilalang ri Koranga
(saya tidak sependapat dengan isi kelong yang Baba' gubah, sebab
tidak semua orang dalam dunia demikian sikapnya, hanya sebagian
saja yang demikian. Namun jikalau ada yang mencela ataupun dengki
kepada kita ada baca-bacanya di dalam Al Quran)". "Ha, niya baca-
bacana? Antekamma! (Oh ya, ada baca-bacanya? Bagaimana!).
Maka saya bacakanlah S. Al Falaq: Qul A'uwdzu bi Rabbi lFalaqi.
Min Syarri maa Khalaqa. Wa min SYarri Ghasiqin Idzaa Waaaba.
Wamin SYarri nNafFatssati fi l'Uqadi. Wamin SYarri Haasidin idzaa
Hasada. Katakan, saya berlindung kepada Yang Maha Pengatur
falak. Dari kejahatan makhluk. Dan dari kejahatan malam bila telah
gelap. Dan dari kejahatan penyihir yang meniup dengan air ludahnya
pada buhul tali. Dan dari kejahatan orang yang iri-hati bila ia
melahirkan dengkinya.

Sejenak Ho Eng Djie tertegun, kemudian berkata: "Baji' sikali antu


baca-bacayya, mingka sitojeng-tojengna niya' ilalanganna anjo
kelonga (baik benar itu baca-baca, namun sebenarnya ada yang
tersirat dalam syair itu)". Kemudian Ho Eng Djie menjelaskan. Sikap
warga asli pada umumnya terhadap warga peranakan Cina tidak ada
yang baik. Kalau warga peranakan buruk kelakuannya mereka dicela,
dan itu memang wajar. Yang tidak wajar ialah warga asli memukul
rata. Punna niya Cina kodi sipa'na, e, iya ngaseng Cinayya
anggappa passepolo' (Kalau ada warga Cina tidak baik sifatnya,
buruk kelakuannya, maka semua Cina yang kena semprot). Kalau
baik dalam pengertian maju dalam usaha dagangnya mereka
dicemburui.

Kemudian Ho Eng Djie melanjutkan. Sikap warga asli yang demikian


itu karena kesalahan warga keturunan Cina juga dalam bersikap.
Assingkammai sipa'na Yahudiya ri Eropa, iyamintu naallei kalenna
(seperti sikapnya orang Yahudi di Eropa, yaitu eksklusif). Itulah latar
belakangnya saya mendirikan Orkes Kullu-Kulluwa. (Orkes Kullu-
Kulluwa, adalah orkes lagu-lagu daerah Makassar, beberapa yang
direkam di atas piring hitam. Dahulu belum ada pita kaset). Ho Eng
Djie berupaya a'bengkoro' (membaur) dengan warga asli melalui seni
suara, karena dalam Orkes Kullu-Kulluwa kedua warga yang seperti
air dengan minyak itu dibaurkan bersama. Waktu saya masih menjadi
mahasiswa di Bandung, saya selalu mengikuti acara siaran lagu-lagu
Makassar yang secara rutin disiarkan oleh studio RRI Bandung, yang
hampir semuanya diambil dari piring hitam rekaman dari Orkes
Kullu-Kulluwa. Di antaranya ialah Ati Raja, Amma' Ciyang, Sailong,
yang sekarang di Makassar ini telah direkam dalam kaset yang
dinyanyikan oleh Iwan Tompo'.

Kesimpulannya dari kedua belah pihak harus ada perubahan sikap.


Dari pihak warga asli mengubah sikap seperti yang dinyatakan oleh
kelong Ho Eng Djie, dan dari pihak warga keturunan Cina mengubah
sikap eksklusifnya. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 28 Juni 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

329. Bukan Theologis Melainkan Sosio-Historis-Kultural

Partai-partai politik dalam era reformasi ini pada bermunculan, di


antaranya Partai Perempuan yang diprakarsai oleh novelis La Rose
dan Titi Said. Hemat saya, boleh jadi munculnya Partai Perempuan
ini yang antara lain menimbulkan inspirasi dari Kohati Korkom UMI.
Yaitu pada hari Kamis 2 Juli 1998 Kohati Korkom UMI
menyelenggarakan Dialog Kemuslimahan bertempat di Kampus
UMI. Saya mendapat amanah memberikan sekapur sirih. Amanah ini
saya terima dalam rangka memperingati Mawlud Nabi Muhammad
SAW. Saya padatkan sajian sekapur sirih itu seperti berikut.

Secara sosio-historis-kultural dalam dunia Islam ada dua pandangan


yang saling bertolak belakang di mata kaum laki-laki mengenai
aktivitas perempuan "di luar rumah" terutama bagi yang sudah
bersuami. Ada yang membolehkan ada yang menolak. Bahkan tidak
kurang jumlahnya dari pihak perempuanpun pasrah menerima
statusnya dan mencoba berupaya mencintai dan menyenangi
kedudukannya sebagai makhluk manusia nomor dua dengan alasan
theologis menurut anggapan mereka.

Sebenarnya pandangan bahwa kaum perempuan adalah sub-ordinat


dari kaum laki-laki bertolak dari kisah bahwa Sitti Hawa itu
diciptakan Allah dari tulang rusuk Adam yang dicabut tatkala Adam
sedang tidur.(*) Bahkan Sitti Hawa dari tulang rusuk Adam ini
dijadikan sebagai justifikasi theologis ilmu kejantanan
(kaburu'neang) dalam kalangan suku Bugis Makassar, agar kemana
saja pergi harus menyisipkan badik di pinggang. Karena belum
sempurna sifat jantan dalam dirinya apabila tulang rusuk yang hilang
itu tidak disubstitusi dengan badik.

Sikap pasrah sebagian perempuan sebagai sub-ordinat ini timbul,


oleh karena secara theologis mereka merasa bersalah kepada laki-
laki. Sitti Hawalah yang mempengaruhi membujuk bahkan merengek
Adam supaya makan buah larangan. (Iblis menamakan buah larangan
ini dengan buah khuldi, artinya buah kekekalan, khuldi dari akar
Kha, Lam, Dal artinya kekal).

Sebenarnya kisah di atas itu bersumber dari Israiliyat, yaitu produk


budaya bangsa Israil, yang tidak berasal dari wahyu yang diturunkan
Allah kepada Nabi Musa AS. Di dalam Al Quran tidak ada
disebutkan bahwa Sitti Hawa dari tulang rusuk Adam. Dalam Hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim memang ada disebutkan
bahwa perempuan (bukan Sitti Hawa!) dari tulang rusuk (tidak
disebutkan dari rusuknya Adam!). Hadits adalah penjelasan Al
Quran, akan tetapi tidak menambah substansi. Jadi perempuan dari
tulang rusuk, AL Mar.atu min Dhil'In, adalah metaphoris. Apapula
jika dibaca Hadits itu secara lengkap, yang artinya: perlakukanlah
perempuan itu dengan bijak, karena perempuan itu dari (baca:
bersifat) tulang rusuk. Kalau dibiarkan ia bengkok, kalau dikerasi ia
patah.

Kaum perempuan tidak usah dibayang-bayangi rasa bersalah karena


Sitti Hawa telah membujuk Adam makan buah larangan, sebab di
dalam Al Quran Allah berfirman:

FaazaLlahuma sysyaytha-nu (S. Al Baqarah, 2:36), maka syaytan


menipu keduanya.

Ayat (2:36) menjelaskan bahwa tidak ada diskriminasi atas Adam


dan Sitti Hawa, yaitu keduanya (huma-) sama-sama bersalah.

Jelaslah bahwa kedudukan diskriminatif perempuan sebagai sub-


ordinat laki-laki (wanita dijajah pria sejak dulu menurut
nyanyian Sabda Alam), bukanlah bertumpu pada alasan theologis,
melainkan hanya bersifat sosio-historis-kultural.

Memang dari segi jasmani ada perbedaan laki-laki dengan


perempuan, sebab pada laki-laki normal hormon jantannya 60%,
sedangkan hormon betinanya hanya 40%, sedangkan sebaliknya pada
perempuan normal hormon betinanya yang 60%, sedangkan hormon
jantannya hanya 40%. Hormon jantan sifatnya keras aktif, hormon
betina sifatnya lembut pasif, secara nafsani yang jantan merasa
melindungi dan betina merasa dilindungi. Itulah sebabnya dalam
konteks kehidupan berumah tangga berlaku qaidah: ar rija-Lu
qawwa-muwNna 'ala nnisa-i, laki-laki (baca: suami) itu pemimpin
atas perempuan (baca: isteri). Suami adalah Kepala Negara, isteri
adalah Menteri Dalam Negeri. Juga di dalam lapangan bulu tangkis
perempuan game pada angka 11, sedangkan laki-laki pada angka 15.

Akan tetapi secara nafsani dan ruhani tidak ada perbedaan antara
laki-laki dengan perempuan, yang secara eksplisit dinyatakan oleh
Firman Allah:

Inna lmuslimi-na wa Lmuslima-ti wa lmu'mini-na wa lmu'mina-ti wa


lqa-niti-na wa lqa-nita-ti wa shsha-diqi-na wa shsha-diqa-ti wa
shsha-biri-na wa shshabira-ti wa lkha-syi-i-na wa lkha-syi'a-ti wa
lmutashaddiqi-na wa lmutashaddiqa-ti wa shsha-imi-na wa shsha-
ima-ti wa lha-fizhi-na furu-jahum wa lha-fizha-ti wa dzdza-kiri-
naLla-ha katsi-ran wa dza-kira-ti a'addaLla-hu maghfiratan
wa ajran 'azhi-man (S. Al Ahza-b, 33:35).
yang artinya: Sesungguhnya orang-orang Islam laki-laki dan orang-
orang Islam perempuan, orang-orang beriman laki-laki dan orang-
orang beriman perempuan, orang-orang taat laki-laki dan orang-
orang taat perempuan, orang-orang benar laki-laki dan orang-orang
benar perempuan, orang-orang sabar laki-laki dan orang-orang sabar
perempuan, orang-orang khusyu' laki-laki dan orang-orang khusyu'
perempuan, orang-orang dermawan laki-laki dan orang-orang
dermawan perempuan, orang-orang berpuasa laki-laki dan orang-
orang berpuasa perempuan, orang-orang laki-laki yang memelihara
kesuciannya dan orang-orang perempuan yang memelihara
kesuciannya, orang-orang laki-laki yang berzikir banyak-banyak dan
orang-orang perempuan yang berzikir, maka Allah menyediakan bagi
mereka pahala yang besar.

Alhasil para muslimat dapat saja aktif berpolitik dengan persyaratan


memiliki sifat-sifat terpuji menurut ayat (33:35) dan bagi yang telah
berumah tangga sanggup membagi waktunya dan mendapat izin dari
suaminya. Bahkan dapat pula mendirikan Partai Muslimat yang
berasaskan Islam, mengapa tidak ?! WaLla-hu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 5 Juli 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

(*) Telah dibahas dalam Seri 183 yang berjudul: "Perempuan


Dijadikan dari Tulang Rusuk?", ttg. 2 Juli 1955

[BACK] [HOME]

330. Baldatun Thayyibah, Wa Rabbun Ghafuwr

Salah satu kegembiraan waktu saya masih kanak-kanak ialah


berlomba dengan anak-anak lain mendapatkan buah kelapa yang
jatuh kedengaran bunyinya berdebum di tanah. Menurut adat yang
diadatkan, buah kelapa yang jatuh dengan sendirinya dari pohonnya
bukan lagi menjadi milik yang empunya pohon kelapa.

Terkadang kami anak-anak kecewa juga setelah mendapatkan bahwa


kelapa yang jatuh itu adalah kalongkong (saya tidak tahu bahasa
Indonesianya). Kalongkong adalah buah kelapa yang tidak dapat
menjadi ranum karena dilubangi dan dimakan isinya oleh tupai.
Mengenai hal tupai binatang penggerek pemakan isi kelapa ini,
silakan baca tulisan Fuad Rumi dalam kolomnya pada tanggal 10 Juli
1998 yang berjudul: Sepandai-pandai tupai melompat tetap tupai.
Kata kalongkong ini menempatkan diri dalam sebuah syair yang
menggambarkan secara metaphoris suatu negeri yang disebutkan
dalam Al Quran: Baldatun Thayyibah, Wa Rabbun Ghafuwr (S.
Saba-, 34:15), negeri yang makmur aman sentosa yang mendapatkan
maghfirah dari Yang Maha Pemelihara.

Demkian bunyi syair seperti di bawah ini:

Putabangung butta baji'


Butta pa'dingin-dingingang
Manna kalongkong,
tu'guru' mattimbongaseng

Putabangung negeri makmur


Negeri rakyat bersejuk-sejuk
Kalongkong yang jatuh,
segera tumbuh dengan subur

Putabangung adalah sebuah kerajaan dahulukala di pulau Selayar,


yang dalam lontaraq dituliskan bahwa kerajaan ini didirikan oleh
Tanridioq, anak-tengah Sawerigading, adik dari I Lagaligo. Kerajaan
Putabangung ini mempunyai gaukang (atribut kerajaan) yang dibawa
oleh Tanridioq berupa sebuah gong (nekara) perunggu, benda pra-
sejarah. Nekara yang terbesar di dunia ini sekarang dipajang di
Matalalang, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Selayar, untuk obyek
pariwisata budaya. Pasangan nekara ini ada di Thailand, ukurannya
sedikit lebih kecil dari yang di Selayar. Yang di Selayar itu konon
jantan dan yang di Thailand itu betina. Lontaraq Putabangung itu
dituliskan dalam dua macam aksara, yaitu lontaraq biasa (dari Daeng
Pammatte, yang mirip dengan aksara Batak dan Lampung) dan
lontaraq jangang-jangang, yang mirip dengan huruf Thailand.
Lontaraq Putabangung ini ada foto-kopinya dalam perpustakaan
pribadi saya, sayangnya dipinjam oleh Drs H.M.Tjadi Aman dan
hilang waktu ia pindah rumah.

***
Untuk mencapai Baldatun Thayyibah, Wa Rabbun Ghafuwr, jangan
sampai terulang blunder (kesalahan besar, menentang Firman Allah)
seperti yang telah dilakukan oleh peletak dasar strategi pembangunan
di zaman Orde Baru yang diotaki oleh para pakar penganut madzhab
Berkeley, yaitu pelaku ekonomi berat ke atas, kedaulatan ekonomi
hanya dalam tangan para konglomerat, sebagai konsekwensi strategi
akselerasi modernisasi. Dalam Seri 327 yang berjudul: Madzhab
Berkeley yang Bertanggung Jawab Secara Intelektual atas
Terpuruknya Perekonomian Kita, telah dibahas bahwa blunder
strategi pembangunan akselerasi modernisasi tersebut ialah
menentang Firman Allah:

Kay Laa Yauwna Duwlatan Bayna lAghniyaai Minkum (S. AL


Hasyr, 59:7), supaya kedaulatan (ekonomi) itu jangan (beredar) di
antara orang-orang kaya di antara kamu.

Dalam pembangunan industri menyikapi penanaman modal asing


yang akan datang patut mendapat perhatian mengenai perimbangan
secara proporsional antara industri yang padat modal dengan yang
padat karya. Termasuk industri padat karya ialah industri hasil
pertanian dan holtikultura (agrobased industries). Dengan demikian
industri kecil (small scale industries) diperbanyak. Industri besar
yang berteknologi canggih diarahkan pada industri bersih (clean
industries), seperti misalnya industri transportasi, komunikasi
(elektronika), industri menengah seperti tekstil. Ini untuk meredam
peningkatan pencemaran. Untuk itu industri kimia harus dibatasi
hanya pada industri pengilangan minyak bumi.

Kebakaran hutan baru-baru ini adalah peringatan dari Allah SWT


supaya berhati-hati "main kayu", dalam arti yang sebenarnya dan
dalam arti yang metaphoris. Demikianlah industri kayu harus dibatasi
hanya pada hutan tanaman industri untuk memelihara hutan kita yang
sangat berharga ini. Industri pulp (tidak termasuk kertas) walaupun
dari hutan tanaman industri ditiadakan saja karena mencemari
lingkungan. Contoh kasus protes masyarakat di Tanah Batak
terhadap pabrik pulp tersebut.

Dalam Seri 319, tanggal 26 April 1998, yang berjudul: Reformasi


dalam Bidang Ilmu Pengetahuan, antara lain disebutkan ciri-khas
ilmu pengetahuan yang dianut secara global, yaitu:

Kelemahan ilmu pengetahuan yang berasaskan filsafat positivisme


yang kita miliki sekrang ini ialah setiap ilmu pengetahuan, baik yang
berkarakteristik eksperimental, maupun yang spekulatif
mempergunakan approach yang sama: Orde atau taraf yang lebih
rendah menjelaskan fenomena yang lebih tinggi ordenya.

Biologi, ilmu tentang hidup ini mengenyampingkan sama sekali hal


yang sangat esensial bagi hidup dan kehidupan, yaitu kepribadian dan
kesadaran. Ilmu ini hanya dibangun atas landasan yang rendah
ordenya, seperti gerak reflex, ikatan kimiawi sampai kepada
protoplasma dan osmose. Ini contoh dalam ilmu eksakta.

Ilmu ekonomi mengabaikan permasalahan tentang keadilan,


solidaritas, dan dibangun di atas landasan yang jauh lebih rendah
ordenya, yaitu kebutuhan individu. Ini contoh dalam ilmu non-
eksakta.

Alhasil, salah satu faktor yang penting untuk mencapai Baldatun


Thayyibah, Wa Rabbun Ghafuwr dalam Republik Indonesia ini,
ialah: Harus mengadakan reformasi ilmu ekonomi, yaitu nilai
keadilan dan solidaritas dijabarkan ke bawah ke orde yang lebih
rendah yakni kebutuhan individu. Inilah yang sangat patut
diperhatikan oleh para pengamat ekonomi yang beretorika dan
ngerumpi melalui Indosiar, yang mengejek kebijaksanaan Pemerintah
yang populis. (Saya ingat betul mimik pembawa acaranya, Wimar
Witular melontarkan kritik kebijakan populis Pemerintah itu dengan
senyum sinis, yang disambut gelak oleh Syahrir, yang betul-betul
menikmati kebebasan mngeluarkan pendapat). WaLlahu a'lamu
bishshwab.

*** Makassar, 12 Juli 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

331. Wahyu Menurut Selo Sumarjan

Hari Jum'at, 17 Juli 1998, setelah saya tiba di rumah dari shalat
Jum'at begitu masuk ke dalam ruang tengah mata saya tertumbuk di
layar monitor menyaksikan Selo Sumarjan sementara diwawancarai
oleh SCTV. Menurut guru besar sosiologi itu sekarang ini bangsa
Indonesia memerlukan tokoh untuk dapat mengubah tatanan nilai. Ia
memberikan ilustrasi tatkala bangsa Indonesia beralih dari alam
penjajahan ke alam kemerdekaan tampil Soekarno sebagai tokoh
yang mampu membawa bangsa Indonesia dari tatanan nilai lama ke
tatanan nilai baru yaitu Pancasila. Akan tetapi Soekarno dalam proses
selanjutnya menyeret bangsa Indonesia ke komunisme. Maka
tampillah Suharto, demikian Ilustrasi Sumarjan selanjutnya, yang
menghancurkan komunisme kemudian membentuk tatanan nilai Orde
Baru. Maka disebutkanlah periode Soekarno yang menyimpang itu
dengan sebutan Orde Lama. Kemudian Suharto juga jatuh karena
menyeret bangsa Indonesia ber-KKN. Ilustrasi yang dikemukakan
oleh Selo Sumarjan itu sebenarnya sudah umum diketahui orang.

Yang tidak umum diketahui orang ialah guru besar sosiologi itu
rupanya memakai filsafat Jawa untuk melandasi keilmuannya.
Soekarno berhasil membawa bangsa Indonesia dari tatanan nilai Orde
Penjajahan ke tatanan nilai Orde Kemerdekaan, Suharto juga berhasil
membawa bangsa Indonesia dari tatanan nilai Orde Lama ke tatanan
nilai Orde Baru karena kedua tokoh itu mendapatkan wahyu dari
atas, sambil Selo Sumarjan menunjukkan telunjuknya dua kali ke atas
langit, satu kali untuk Soekarno dan satu kali untuk Suharto. Habibie,
menurut Selo Sumarjan, cukup hanya memimpin pemerintahan
transisi saja. Habibie, katanya, tidak akan mampu membawa rakyat
berubah dari tatanan nilai Orde Baru ke tatanan nilai Orde Reformasi,
karena Habibie tidak mendapat wahyu. Itulah pendapat Selo
Sumarjan sebagai pengamat sejarah (?) menurut teropong sosiologi
yang berdasarkan filsafat Jawa.

Sebagai sisipan mengenai filsafat Jawa ini saya pernah membaca


sebuah artikel puluhan tahun yang lalu, sehingga saya lupa di
majallah mana artikel itu dimuat, bahwa raja itu adalah pusat kosmos.
Berdasarkan filsafat ini maka para penulis sejarah bagaimanapun
juga, jika tidak dapat dalam kenyataan cukuplah dalam angan-angan
saja, mestilah menempatkan rajanya sebagai penguasa tunggal dari
kerajaan-kerajaan lain di nusantara ini. Lihatlah misalnya kerajaan
Majapahit dalam Negara Kertagama dikatakan menguasai seluruh
nusantara. Inilah angan-angan Prapanca untuk menyanjung rajanya,
sebab bagaimana mungkin Majapahit dapat mengusai kerajaan
Gowa. Seperti diketahui kerajaan Gowa adalah kerajaan maritim
yang kuat angkatan lautnya. Sedangkan kerajaan Majapahit adalah
kerajaan agraris yang angkatan lautnya bukan untuk berperang,
melainkan hanya sekadar untuk mengangkut pasukan darat dan
logistik menyeberangi selat Sunda, untuk menyerang kerajaan-
kerajaan di Sumatera seperti puing-puing kerajaan Syriwijaya dan
kerajaan Pagarruyung di Minangkabau.

Kembali pada Selo Sumarjan menganai wahyu. Adalah haknya untuk


menjadi pakar, berteori dalam disiplin sosiologi yang berdasarkan
filsafat Jawa, akan tetapi sungguh tidak patut dan sama sekali tidak
etis, bahkan merupakan korupsi serta pelecehan, yaitu "mencuri"
istilah wahyu dari bahasa Al Quran, kemudian menyelewengkan
makna substansi itu. Wahyu menurut bahasa Al Quran bersumber
dari Allah SWT diturunkan hanya kepada para manusia pilihan dan
mulia, yaitu para Nabi dan Rasul. Nabi dan sekaligus Rasul yang
terakhir yang menerima wahyu dari Allah SWT adalah Nabi
Muhammad SAW. Dan inilah pengertian wahyu dalam kolom
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU ini. Hubungan keempat
substansi itu telah dijelaskan dalam Seri 001. Akal harus dituntun
wahyu, ilmu harus berlandaskan iman, wahyu harus diterima dengan
iman, dan ilmu adalah produk akal. *)

Firman Allah:
Innaa Awhaynaa Ilayka Kamaa Awhaynaa ila- Nuwhin wa nNabiyyi-
na min ba'dihi- wa Awhaynaa ila- Ibra-hiyma wa Isma-'iyla wa
Ya'quwba wa lAsbaati wa 'Iysa- wa Ayyuwba wa Yuwnusa wa Ha-
ruwna wa Sulaymaana wa A-taynaa Daawuwda Zabuwran (S.
AnNisa- 4:163). Sesungguhnya Kami telah wahyukan kepada engkau
(hai Muhammad) sebagaimana Kami telah wahyukan kepada Nuh
dan nabi-nabi sesudahnya, dan Kami telah wahyukan kepada
Ibrahim, Isma'il, Ishaq dan anak-naknya dan kepada 'Isa, Ayyub,
Yunus, Harun, Sulaiman dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
Wa Awhaynaa ila- Musa- idzi sTasqa-hu qawmuhu- ani Dhrib
bi'Ashaaka lHajara (S. AL A'Raaf, 7:160). dan Kami wahyukan
kepada Musa, ketika kaumnya minta air, pukullah batu itu dengan
tongkatmu.
Maa Kaana Muhammadun Abaa Ahadin Min rRijaalikum Wala-kin
RasuwlaLla-hi wa Khaatamu nNabiyyi-na (S. AL Ahzaab, 33:40).
Bukanlah Muhammad bapa salah seorang laki-laki di antara kamu,
melainkan dia Rasul Allah dan penutup Nabi-nabi.

Dari Firman Allah yang dikutip di atas itu jelaslah bahwa wahyu
hanya diturunkan kepada para Nabi dan Rasul, serta Nabi
Muhammad SAW adalah Nabi yang terakhir. Allah tidak lagi
menurunkan wahyu setelah Nabi Muhammad SAW. Selo Sumarjan
"mencuri" istilah wahyu dari Al Quran, kemudian ia mengkorupsi
makna substansi tersebut sehingga menyimpang dari makna yang
sesungguhnya dengan mengatakan bahwa Soekarno dan Suharto
mendapat wahyu dari atas langit, dengan menunjukkan telunjuknya
ke langit dua kali, sekali untuk Soekarno, sekali untuk Suharto.

Majelis Ulama Indonesia hendaknya memperhatikan hal ini, karena


Selo Sumarjan yang melakukan korupsi bahasa Al Quran dalam
bidang sosiologi, membawa efek meracuni aqidah anak baru gede
(ABG) dalam kalangan ummat Islam! Orang boleh bebas
mengeluarkan pendapat, tetapi jangan melanggar rambu-rambu hak
asasi ummat Islam. WaLla-hu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 19 Juli 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

*) Perlu kembali diingatkan di sini, bahwa yang dimaksud oleh


HMNA dengan "ilmu" dalam tulisan ini adalah ilmu empirik (science
dan humaniora) sebagai hasil analisa akal manusia yang bersifat
relatif dan terbatas. Adapun pengertian "ilmu" di dalam Agama Islam
sesungguhnya adalah ilmu-ilmu agama (aqidah dan syariah) yang
bersumber dari dalil wahyu (petunjuk dan informasi dari Allah) yang
diturunkan kepada Nabi-Nya. Jadi ilmu dalam pengertian science dan
humaniora adalah produk akal tetapi ilmu agama adalah produk
wahyu. [Webmaster]

[BACK] [HOME]

332. Mengapa Pembuktian Terbalik?

Sebenarnya seri ini merupakan lanjutan Seri 324, tanggal 31 Mei


1998 yang berjudul: Undang-Undang Anti Korupsi dan Anti Kolusi.
Seri ini tertunda dipublikasikan berhubung diselingi oleh substansi
yang lebih aktual. Secara impulsif ada yang menanggapi Seri 324
tersebut melalui telepon bahwa judul itu perlu diralat, karena tidak
ada undang-undang kolusi. Lalu saya jawab bahwa rupanya anda itu
baru membaca judul, lalu secara impulsif anda angkat gagang
telepon. Kemudian secara berkelakar saya tambahkan yang saya tulis
itu bukanlah yang orang Makassar katakan das Sein (orang Makassar
membacanya dengan das zain), melainkan judul itu menyangkut
mengenai yang orang Bugis katakan das Sollen (orang Bugis
membacanya dengan das zollen).

Rupanya keadaan juga yang memacu orang serba tergesa berpacu


dengan waktu, sehingga orang bereaksi secara impulsif terhadap
pendapat seseorang. Katakanlah ucapan Menteri Pangan dan
Hortikultura A.M. Saifuddin tentang penjarahan dengan angka 5%.
Karuan saja mantan petinggi dan para petinggi secara impulsif ramai-
ramai berkomentar: itu salah besar, sekecil apapun persennya,
penjarahan itu melanggar hukum, tidak boleh ditolerer.

Reaksi impulsif itu secara ilmu nafsani disebabkan oleh dorongan


naluri dalam Qalbu di sektor Al Hawa terlalu intensif, sehingga tidak
ada aktivitas di sektor-sektor Al Fuad dan Al Shudr. (Mengenai
pengertian sektor-sektor Al Hawa, Al Fuad dan Al Shudr di dalam
Qalbu silakan baca Seri 306, tanggal 11 Januari 1998, yang berjudul:
Puasa Meningkatkan Kecerdasan Perasaan, Pikiran dan Naluri).
Akibatnya logika tidak bekerja, orang tidak dalam keadaan tenang
(nuchter). Kalau orang sedikit nuchter, memakai sedikit logika,
bagaimana mungkin dapat percaya sosok orang semacam A.M.
Saifuddin itu sampai mengeluarkan pendapat demikian itu, bahwa
penjarahan di bawah 5% dapat ditolerer. Cuma Buya Ismail Hasan
Metareum (peu khaba Teungku), mantan Ketua PB HMI hasil
Kongres Medan tahun 1958, yang nuchter menanggapi dengan
kalimat pendahuluan: Jika memang beliau itu mengucapkan
demikian, maka dst. Ternyata yang dimaksud Pak Menteri ialah yang
ditolerer itu angka 5% dalam kontex risiko bisnis, bukan substansi
penjarahan sebagai salah satu risiko bisnis. Saya kira pendapat
Presiden Habibie yang mengatakan bahwa wartawan hendaknya
seperti dokter yang memerlukan rekomendasi dari persatuannya, ada
benarnya. Seingat saya Drs HM Yusuf Kalla pernah mengalami yang
demikian, ucapannya secara harfiyah (letterlijk) dimuat di koran,
sehingga makna ucapan itu menyimpang dari kontex yang
sebenarnya.

Kembali kepada penanya melalui telepon tesebut. Saya berani


menyatakan kepada penanya tersebut bersikap impulsif, karena
dalam Seri 324 itu antara lain saya tuliskan: Dalam rangka reformasi
Ekonomi dan Hukum, yaitu pembuatan Undang-Undang Anti
Korupsi, maka kolom ini memberikan saran kepada lembaga
pembuat undang-undang (DPR dan Pemerintah) supaya diperlengkap
menjadi Undang-Undang Anti Korupsi dan Anti Kolusi (UUAKK)
dengan sistem pembuktian terbalik.

Dalam seri tersebut saya jelaskan pula asal-usul metode pembuktian


terbalik ini, yaitu dari Khalifah 'Umar ibn Khattab RA (581-644).
Khalifah yang kedua ini (634-644) mendapat inspirasi dari
pertanyaan Nabi Zakaria AS kepada Maryam binti 'Imran:
-- Yaa Maryamu anna- Laki Ha-dza (S. Ali 'Imraan, 3:37), hai
Maryam, dari manakah engkau mendapatkan ini?
Pertanyaan dari manakah engkau mendapatkan ini dalam ayat (3:37)
tersebut diaplikasikan oleh Khalifah 'Umar ibn Khattab RA kepada
aparat kekhalifahan.

Dalam hal korupsi dan kolusi terlalu banyak menguras tenaga jaksa
untuk membuktikan tersangka melakukan tindak pidana. Apapula
jika dokumen-dokumen sebagai barang bukti sempat dibakar hangus
oleh tersangka bersama kaki tangannya. Apabila dipakai metode
pembuktian terbalik, maka jaksa cukup hanya memeriksa saksi-saksi,
menerima laporan masyarakat sekitar kekayaan tersangka baik yang
bergerak dan tidak bergerak, mendata kekayaan tersangka, lalu
"mengamankan" harta-harta kekayaan itu. Maka tinggallah pejabat
yang bersangkutan itu saja yang harus membuktikan bahwa hartanya
itu bersih dari korupsi dan kolusi. Kalau ada sisanya yang kotor,
maka yang sisa tersebut dirampas oleh negara, dan pejabat/koruptor
itu dijatuhi hukuman dengan sanksi potong tangan.

Alhasil dengan pembuktian terbalik ini jaksa tidak perlu khawatir


akan dibakar hangusnya dokumen-dokumen barang bukti, sebab
jaksa tidak perlu akan barang bukti tersebut, berhubung bukan lagi
jaksa yang harus membuktikan tindak pidana korupsi dan kolusi,
melaikan pembuktian itu harus dilakukan oleh terdakwa dalam
sidang pengadilan. Jaksa cukup hanya menyodorkan data kekayaan
terdakwa dalam sidang pengadilan. Demikianlah proses itu menjadi
efisien dan efektif. Kejaksaan dan pengadilan dapat menangani kasus
korupsi dan kolusi dengan cepat, sehingga dapat menyelesaikan lebih
banyak kasus korupsi dan kolusi. Dan dengan sanksi potong tangan,
menjadi penggentar bagi yang lain untuk pikir punya pikir untuk
korupsi. Lagi pula dengan sanksi potong tangan itu negara tidak usah
mengeluarkan ongkos lagi untuk kehidupan terpidana dalam pemjara,
sebab terpidana tidak dipenjarakan lagi. Tidak seperti sekarang
dengan prinsip asas praduga tak bersalah yang disalah gunakan
(koruptor berlindung dibalik asas tersebut), kejaksaan tinggi yang
menangani pengusutan korupsi bekerja secara maraton. Kasihan betul
kejaksaan tinggi bekerja sampai melebihi jam kerja masih dikatakan
lamban bekerja.

Juga dalam UUAKK ditegaskan pula bahwa khusus dalam hal


korupsi dan kolusi tidak perlu ada surat izin sekalipun tersangka itu
anggota lembaga tertinggi negara, cukup hanya pemberitahuan saja.
Dengan demikian proses tidak akan tersendat-sendat, karena izin
belum keluar. Dalam hal ini perlu ada sinkronisasi dengan undang-
undang tentang keanggotaan lembaga-lembaga tinggi dan lembaga
tertinggi negara, supaya tidak ada ketentuan dalam lembaga-lembaga
tersebut bahwa para anggotanya tidak boleh dipanggil oleh lembaga
kejaksaan tanpa izin. WaLla-hu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 26 Juli 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]
333 Hai Netanyahu Berdamailah dengan Palestina!

Nabi Ibrahim AS berasal dari Ur, bangsa Al 'Ibriyah Al Jadiydah


(Deutro 'Ibriyah). 'Ibriyah dari kata 'ABARA artinya menyeberang
lembah dan sungai. Beliau mempunyai tiga orang isteri. Sitti Sarah
isteri pertama melahirkan Nabi Ishaq AS, putera tengah. Sitti Hajar
isteri kedua melahirkan Nabi Isma'il AS putera sulung. Sitti Katurah
isteri ketiga melahirkan Madyan putera bungsu, tidak menjadi nabi.
Sitti Sarah adalah sepupu Nabi Ibrahim AS, Sitti Hajar adalah puteri
raja Mesir dari dinasti Hyksos yang mengalahkan dinasti Fir'aun dan
Sitti Katurah berasal dari Sinai.

Nabi Isma'il AS menurunkan Nabi Muhammad SAW. Bani Isma'il


adalah orang-orang Arab sekarang. Dinasti Hyksos berasal dari
Kan'an, bangsa Al 'Ibriyah Al Qadiymah (Proto 'Ibriyah), maka
Palestina adalah negeri bangsa Arab, baik dinasabkan kepada Nabi
Ibrahim AS, maupun dinasabkan kepada Sitti Hajar.

Nabi Ishaq AS memperanakkan Nabi Ya'qub AS juga bernama Israil,


yang menurunkan Nabi Musa AS dan Nabi 'Isa AS. Bani Israil
mendirikan negara Israel di Palestina sekarang dan mengklaim bahwa
daerah itu miliknya, pada hal seperti dijelaskan, merekapun
pendatang dari Ur. Jadi sesungguhnya Palestina itu adalah milik
bersama antara orang Al 'Ibriyah Al Qadiymah dan Al 'Ibriyah Al
Jadiydah, Arab dan Israel.

Sedangkan Bani Madyan yang bermukim di Sinai hanya tercatat


sampai Nabi Syu'aib AS, mertua Nabi Musa AS. Menurut Al Quran
bangsa Madyan dibinasakan Allah, karena curang dalam timbangan.
-- Wa Lammaa Ja-a amrunaa Najjaynaa Syu'ayban wa Lladziyna A-
manuw Ma'ahu- biRahmatin Minnaa wa Akhadzati Lladziyna
Zhalamuw lShayhatan fa Shbahuw fiy Diyaarihim Ja-tsimiyna (S.
Huwd, 11:94). Tatkala datang siksaan Kami, Kami selamatkan
Syu'aib dan orang-orang beriman yang menyertainya atas Rahmat
dari Kami, lalu orang-orang zalim itu disambar bunyi
keras, lalu mereka tersungkur dalam rumah mereka.

Anak ke-11 Israil, yaitu Nabi Yusuf AS, menjadi Raja Muda Mesir di
bawah daulah dinasti Hyksos, memanggil Bani Israil beremigrasi ke
Mesir. Setelah dinasti Fir'aun mendesak dinasti Hyksos kembali ke
Kan'an, Bani Israil diperbudak oleh dinasti Fir'aun. Nabi Musa AS
memimpin Bani Israil exodus meninggalkan Mesir. Beliau wafat
sebelum kaumnya tiba di Palestina. Beliau
hanya sempat menyaksikan Palestina dari tempat ketinggian.

Bani Israil yang exodus dari Mesir masih bermental budak, tidak
mempunyai semangat juang. Empat puluh tahun lamanya Bani Israil
hidup di gurun pasir dengan makanan manna (sejenis lumut, rasanya
manis) dan salwa (sejenis burung). Selama 40 tahun itu terjadilah
pergantian generasi. Generasi muda yang ditempa di padang gurun
tidak lagi bermental budak seperti orang-orang tua mereka satu
generasi sebelumnya, melainkan sudah bermental pejuang. Dengan
dipimpin oleh Yosyua, Bani Israil berhasil bermukim di Palestina.

Sekitar tahun 1020 seb.M. Thalut (Saul), menjadi raja yang pertama
Bani Israil, setelah Daud membunuh Jalut (Goliath) dalam perang
tanding, yang berakhir dengan dihancurkannya balatentera Jalut.
Kemudian sekitar 1004 seb.M. Nabi/Raja Daud AS (menantu Thalut)
menjadi raja bagian selatan dari Palestina, yaitu Kerajaan Yahuza
(Yudah). Selanjutnya tahun 998 seb.M. Nabi/Raja Daud AS menjadi
raja atas seluruh Palestina, setelah menaklukkan Darussalam
(Jeruzalem) dan menjadikannya ibu kota kerajaan.

Nabi/Raja Daud AS digantikan oleh puteranya yaitu Nabi/Raja


Sulaiman AS menjadi raja. Setelah Nabi/Raja Sulaiman wafat (926
seb.M.), maka kerajaan utara dan selatan yang telah dipersatukan
oleh Nabi/Raja Daud, kembali lagi pecah dua, Israil di utara dan
Yahuza di selatan, masing-masing dengan ibu kota Samaria dan
Jeruzalem.

Tahun 721 seb.M. Samaria ditaklukkan oleh bangsa Asysyria dan


penduduknya yang terdiri atas 10 suku dibawa pergi semuanya oleh
penakluk itu. Ke-10 suku bangsa Israil itu hilang ditelan sejarah tak
tentu di mana rimbanya (Ten Lost Tribes of Israel).

Kerajaan selatan yaitu Kerajaan Yahuza yang hanya terdiri atas dua
suku (turunan Yahuza dan Bunyamin, anak Israil) dapat bertahan 2
abad lamanya. Tahun 586 seb.M. Kerajaan Yahuza ditaklukkan oleh
bangsa Babilonia. Kedua suku itu diangkut semuanya ke Babilonia.
Tahun 538 seb.M. mereka dimerdekakan dan dikembalikan ke
Yeruzalem oleh Cyrus, raja Parsi.

Tahun 65 seb.M. Pompey menaklukkan Palestina dan dijadikannya


provinsi dari Kerajaan Romawi. Jadi Nabi Isa AS lahir pada waktu
Palestina menjadi provinsi dari Kerajaan Romawi. Akhirnya mereka
berontak untuk melepaskan diri dari jajahan Romawi, namun ditindas
oleh Titus dalam tahun 70 Miladiyah. Dalam tahun itu juga
Yeruzalem dibinasakan, yang tertinggal hanyalah sebuah dinding dari
Haikal Sulaiman. Pada hari besar agama Yahudi, Yom Kippur,
orang-orang Yahudi pergi menangis di dinding itu.

Sejak tahun 70 Miladiyah orang-orang Yahudi berserak-serak dalam


wilayah kekaisaran Romawi, bahkan ada yang ke selatan mencari
sepupunya Bani Ismail dan diterima dengan baik oleh orang-orang
Arab di Madinah, bahkan diizinkan mendirikan benteng. Dalam
perang Khandaq mereka menghianati ummat Islam, yaitu secara
diam-diam membantu kaum kafir Quraisy yang mengepung
Madinah, padahal ada perjanjian antara ummat Islam dengan orang-
orang Yahudi itu untuk bersama-sama mempertahankan Madinah
dari serangan kaum kafir Quraisy. Pengkhianatan orang-orang
Yahudi itu sangat membahayakan kedudukan ummat Islam, karena
lini pertahanan kota Madinah itu terdiri atas khandaq (parit), pohon-
pohon kurma dan benteng orang-orang Yahudi itu. Setelah para
pengepung kafir Quraisy mundur dari Madinah disebabkan
pertolongan langsung dari Allah SWT dengan turunnya angin ribut
pada waktu malam, disertai dengan hawa yang sangat dingin, maka
orang-orang Yahudi itu diusir dari Madinah, dan itulah akhir
pemukim Yahudi di Madinah.

Hai Netanyahu, berdamailah dengan Palestina! Karena sesungguhnya


Palestina itu adalah milik bersama antara orang Al 'Ibriyah Al
Qadiymah (Arab) dan Al'Ibriyah Al Jadiydah (Israel). Walahu a'lamu
bisshawab.

*** Makassar, 2 Agustus 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

334. HIV/Aids dan Pasal 284 KUHP

Aids kependekan dari (A)quired (I)mmuno(d)eficiency (S)yndrome.


Menurut kaidah EYD, karena huruf-huruf singkatan itu tidaklah
semuanya huruf awal dari kata-kata yang disingkatkan, maka dalam
bahasa Indonesia singkatan itu tidak boleh dituliskan AIDS,
melainkan Aids. Berbeda dengan HIV dituliskan semuanya dengan
huruf kapital karena ketiga huruf singkatan itu diambil dari kata-kata
awal: (H)uman (I)mmunodeficiency (V)irus. Aids ialah kumpulan
penyakit apa saja yang disebabkan oleh HIV, karena virus yang
berbahaya itu memangsa sistem kekebalan tubuh. Jadi sebenarnya
penyakit Aids yang disebabkan oleh HIV itu bukanlah penyakit yang
sesungguhnya. Dengan lemahnya pertahanan tubuh karena dimangsa
oleh HIV itu, maka semua penyakit dengan mudah masuk ke dalam
tubuh. Terhadap HIV ini belum didapatkan hingga kini obat yang
mampu untuk melumpuhkan ataupun mematikannya. Bahkan HIV ini
menurut penuturan Dr Alimin Maidin, yang salah seorang aktivis
pemerhati HIV/Aids kepada saya, HIV dapat menembus selaput otak,
yaitu jaringan benteng pertahanan yang membungkus otak. Menurut
Alimin Maidin selain HIV ini, virus, bacil dan bakteri serta suntikan
obat tidak dapat menembus benteng pertahanan otak ini. Jadi
walaupun nanti boleh jadi akan didapatkan obat pemunah HIV, tidak
akan efektif 100%, karena HIV yang telah terlanjur menembus
masuk ke dalam otak, tidak akan dapat dicapai lagi oleh obat
suntikan.

Menurut informasi yang pernah saya baca, virus yang berbahaya


tersebut merambat dari orang ke orang melalui hubungan seksual
(97% menurut Prof. Rusli Ngatimin, juga salah seorang aktivis
pemerhati HIV/Aids) dan selebihnya yang 3% melalui transfusi
darah, jarum suntik dan dari ibu ke janin di dalam rahim.

Dalam penyuluhan-penyuluhan yang diberikan oleh para aktivis


pemerhati HIV/Aids selalu diberikan informasi, bahwa orang
berpenyakit Aids tidak perlu dihindari, mereka tidak perlu diisolasi
seperti halnya pengidap penyakit TBC, karena berjangkitnya
HIV/Aids hanya melalui keempat jalur seperti dijelaskan di atas itu.
Namun yang saya masih pertanyakan ialah apakah sudah diadakan
penelitian semua jenis serangga yang ada di dunia ini? Mula-mula
hanya didapatkan nyamuk yang dapat memindahkan virus penyakit
malaria, kemudian lalat yang dapat memindahkan virus penyakit
tidur, terakhir nyamuk yang memindahkan virus demam berdarah.
Sehingga menurut hemat saya ada risiko potensial serumah dan
bergaul dekat dengan pengidap Aids oleh karena boleh jadi siapa
tahu, hanya Allah Yang Maha Tahu, belakangan ternyata akan dapat
pula terungkap bahwa ada sejenis serangga yang dapat memindahkan
HIV, apakah sejenis nyamuk, sejenis lalat, ataupun sejenis semut!

Karena belum didapatkannya obat pemunah HIV, maka untuk


menanggulangi Aids harus ditempuh upaya preventif. Firman Allah:
La- Taqrabu zzina- (S. Bani- Isra-iyl, 32), jangan engkau dekati zina
(17:32).

Jangan engkau dekati zina. Mendekati saja dilarang, terlebih-lebih


larangan melakukannya. Inilah metode preventif yang paling efektif.
Menyarungkan kondom dengan maksud berzina, itu berarti sudah
mendekati zina. Secara syari'at dilarang memakai kondom, kecuali
dengan isteri sendiri untuk mencegah pembuahan karena isteri
misalnya mempunyai penyakit gula, kuning, jantung dll. sehingga
tidak boleh hamil. Secara teknis kondom tidak efektif terhadap HIV,
oleh karena virus ini lebih kecil dari pori-pori material kondom.

Yang patut disesalkan seperti apa yang saya pernah saksikan sendiri,
dalam rangka kegiatan penyuluhan HIV/Aids, panitia pelaksana
(LSM) mempertontonkan kondom di luar ruangan sidang, bahkan
ada anggota panitia yang membagi-bagikan kondom kepada para
remaja. Aktivitas ini patut dihentikan karena dapat merusak akhlaq
remaja utamanya bagi para ABG (anak baru gede), mereka diberi
keberanian untuk berzina. Kalau di barat itu bukan masalah, yaitu
bagi mereka yang menganut filsafat permissiveness, kebebasan sex.

***

Ada tiga hal yang akan dikemukakan mengenai zina ini. Pertama,
menurut pasal 284 KUHP, yang diancam pidana paling lama 9 bulan
hanya yang bermukah (overspel = keliwat main), yaitu laki-laki
ataupun perempuan yang telah kawin yang melakukan zina (ayat 1),
hanya delik aduan artinya tidak dilakukan penuntutan melainkan atas
pengaduan suami ataupun isteri yang tercemar (ayat 2), pengaduan
dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan
belum dimulai (ayat 4).

Pasal 284 tersebut harus diganti dengan undang-undang yang lebih


efektif untuk mencegah perzinaan (pelacuran, hubungan seks secara
liar). Betapa tidak! Sanksinya hanya maksimum 9 bulan, yang dapat
dituntut hanya yang bermukah, hanya delik aduan, dan pengaduan
dapat ditarik kembali.

Undang-undang pengganti pasal 284 KUHP tersebut, harus melarang


perzinaan, baik yang masih belum kawin, ataupun lebih-lebih lagi
yang sudah kawin, bukan delik aduan, siapa saja yang mengadukan
kepada yang berwajib harus dilakukan penuntutan, pengaduan tidak
boleh ditarik kembali. Fasal itu juga harus menegaskan tanpa
pengaduan polisi wajib menangkap pelaku dan yang memberi
kesempatan berzina, tegasnya berzina dan yang memberikan fasilitas
untuk berzina adalah tindak pidana (kejahatan). Seperti telah
dikatakan, bukan pezina saja yang mesti dituntut, akan tetapi orang
ataupun badan usaha yang berbisnis seks harus pula mendapat sanksi
hukum yang sama dengan pezina. Sanksi hukum ada batas bawah
dan batas atas, batas bawah bagi bujangan sedangkan batas atas bagi
yang telah diikat tali perkawinan dan pelaku bisnis seks. Sanksi
hukum harus berat, hidung belang bujangan dan pelacur yang belum
bersuami dicambuk 100 kali, serta muncikari dan pengusaha bisnis
seks selain dicambuk 100 kali ditambah pula dengan sanksi hukuman
penjara minimal 10 tahun. Hidung belang yang telah diikat tali
perkawinan serta pelacur yang bersuami dirajam, untuk penggentar
bagi yang akan coba-coba berani melakukannya. Sebab ingat, virus
yang berbahaya tersebut 97% merambat/berjangkit dari orang ke
orang melalui hubungan seksual secara liar, ganti-berganti pasangan.

Kedua, arus globalisasi memperlancar datangnya wisatawan manca-


negara (Wisman) yang menghasilkan devisa, tetapi membawa HIV.
Jika terdapat dua kriteria yang saling bertentangan, yang dalam hal
ini penghasil devisa dengan pembawa HIV, maka pendekatannya
melalui tinjauan skala prioritas, yaitu sesuai dengan qaidah dalam
ilmu fiqh, "menolak mudharat lebih diprioritaskan ketimbang
menarik manfaat". Menolak HIV lebih diprioritaskan ketimbang
memperoleh devisa. Maka Jawatan Imigrasi perlu selektif terhadap
Wisman, harus mendapatkan cara yang efektif untuk mencegah
masuknya Wisman yang mengidap Aids, seperti misalnya Wisman
itu harus melalui karantina supaya darahnya dites apakah bebas HIV.

Berkurangnya devisa karena memperketat masuknya Wisman tidak


seberapa jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk
mengatasi masalah Aids. Menurut perkiraan Peter Pot, Direktur UN
AIDS (ini semuanya huruf kapital, karena bahasa Inggris), badan
PBB yang bertugas mengawasi HIV/Aids, pada tahun 1997 di
Kamboja harus mengeluarkan dana senilai 2,8 miliyar dollar.

Ketiga, Pemda harus selektif mengeluarkan izin tempat-tempat


hiburan malam dan memperketat pengawasannya. Tak dapat
disangkal bahwa hampir semua tempat hiburan malam sesungguhnya
merupakan tempat maksiat pelacuran berselubung (bukan
pelacurannya yang berselubung, melainkan tempatnya
berselubungkan label night club). Aktivitas pelacuran berselubung
pada hiburan malam tetap berlangsung. Mengapa, karena tidak ada
aturan sanksinya menurut hukum dalam batas kewenangan Pemda.
DPRD harus menterjemahkan nilai moral ke norma hukum ke dalam
Peraturan Daerah yang mempunyai kekuatan yang mengikat Pemda
tentang perizinan dan pengawasan ketat tempat-tempat hiburan
malam, dengan sanksi denda dan penutupan usaha maksiyat itu.
WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 9 Agustus 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

335. Perlu Undang-Undang Anti-Konglomerasi

Judul di atas diramu dari Seri 249 yang berjudul Distribusi dan
Kepemilikan, Konglomerasi dan Dekonglomerasi, tanggal 10
November 1996, Seri 318 yang berjudul Reformasi, tanggal 19 April
1998 dan Seri 319 Reformasi Dalam Bidang Ilmu Pengetahuan,
tanggal 26 April 1998.

Dari Seri 249: Akan dikemukakan dua jenis nash, satu dari Firman
Allah SWT dan satu dari Hadits RasuluLlah SAW.
Kay laa yakuwna duwlatan bayna l.aghniyaai minkum (S. Al Hasyr,
59:7), artinya: Agar supaya harta itu tidak hanya berputar di antara
orang-orang kaya saja di antara kamu.

Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dari Abu
Khirasyi: An naasu syurakaau fiy tsalaatsin al maai wa nnaari wa
lkalaai, artinya: Manusia secara bersama-sama mempunyai hak atas
tiga (sumberdaya alam): air, api dan rumput.

Qaidah agama menghendaki modal itu tidak boleh hanya beredar


dalam kalangan pemodal besar saja. Pembangunan yang merata
menuntut pula pemilik modal yang merata dalam kalangan rakyat
banyak, yang menyebabkan terciptanya lapangan kerja, sehingga
hasil-hasil pembangunan merata pula. Usaha perdagangan dan
industri dalam skala modal besar diperlukan dalam persaingan pasar
bebas di luar negeri dalam era globalisasi. Pemodal kecil dalam skala
perdagangan dan industri kecil sasarannya adalah pasar dalam negeri.
Industri kecil ada pula yang dapat berperan dalam pasar bebas di luar
negeri, yaitu menjadi sub-kontraktor dari perusahaan pemodal besar
untuk memproduksi komponen-komponen yang konstruksinya
mudah.

Mekanisme distribusi dalam negeri disalurkan melalui koperasi dan


pedagang-pedagang kecil, seumpama pedagang beras. Ibarat dalam
tubuh manusia jika terjadi penyempitan dalam pembuluh darah, akan
terjadi tekanan darah tinggi. Pedagang-pedagang beras inilah yang
melancarkan peredaran uang dalam kalangan bawah sehingga tidak
terjadi penyakit tekanan darah tinggi dalam skala ekonomi mikro.
Tempo doeloe kita lihat bagaimana lancarnya peredaran uang dan
terciptanya lapangan kerja dalam sektor informal oleh para pedagang
beras ini. Saya masih ingat almarhum paman saya yang semasa
hidupnya menakodai perahu pinisi' Soegimanai mengangkut beras
dari Sulawesi Selatan, kemudian tatkala kembali mengangkut barang
dagangan kelontong.

Sumber-sumber daya alam yang vital perlu dikuasai oleh negara. Air
baik sebagai keperluan irigasi maupun sebagai sumber energi, bahan
bakar (baca: api), padang rumput untuk ternak jika tidak dikuasai
oleh negara dapat menjadi penyebab tidak lancarnya distribusi
peredaran darah kehidupan bagi petani-petani dan pengusaha kecil.
Seumpama padang rumput yang dikuasai oleh pemodal besar, maka
para peternak kecil-kecil dalam kalangan rakyat dapat dikontrol oleh
pemodal besar ini.

AlhamduliLlah kini mulai muncul pendapat yang mengoreksi


konglomerasi. Mereka mengemukakan alasan, ada yang meninjaunya
secara pragmatis, dan ada pula yang melihatnya dari segi nilai
keadilan. Presiden Direktur Kelompok Usaha Bakri Brothers
Tanriabeng melihatnya dari segi pragmatis. Ia menawarkan
dekonglomerasi untuk dapat bermain di pasar bebas. Menurut saya
bermain di pasar bebas itu perlu tetapi belum cukup. Selain
memandang keluar, jangan lupa memandang ke dalam, yaitu
distribusi peredaran uang dalam kalangan bawah, seperti yang
dikehendaki oleh ayat (59:7).

Konglomerasi berasal dari bahasa Inggris conglomeration yang


berarti a heterogeneous combination, anything composed of
heterogeneous materials or elements. Istilah konglomerat dan
konglomerasi mengalami pergeseran makna yang
menyempit. Konglomerasi terkhusus hanya pada pengelompokan
berjenis-jenis usaha dagang ataupun industri dalam satu tangan oleh
konglomerat. Konglomerasi dalam usaha dagang dan industri itu
pada prinsipnya secara kejiwaan tidaklah terlepas dari nafsun
ammarah yang membentuk sifat asli manusia untuk tidak puas-
puasnya. Sekian dari Seri 249.

Dari Seri 318: Suatu kenyataan yang menyebalkan, yaitu para


spekulan pengutang jangka pendek untuk proyek jangka panjang itu
tampaknya tidak dapat dijaring oleh pasal-pasal dalam KUHP,
padahal sesungguhnya tindakan mereka itu bermuatan pidana, karena
merusak struktur perekonomian nasional. Itulah perlunya reformasi
ekonomi, politik dan hukum haruslah menjadi satu sistem. Sekian
dari Seri 318.

Dari Seri 319: Setiap ilmu pengetahuan, baik yang berkarakteristik


eksperimental, maupun yang spekulatif mempergunakan approach
yang sama: Orde atau taraf yang lebih rendah menjelaskan fenomena
yang lebih tinggi ordenya. Ilmu ekonomi mengabaikan permasalahan
tentang keadilan, solidaritas, dan dibangun di atas landasan yang jauh
lebih rendah ordenya, yaitu kebutuhan individu. Reformasi ilmu
ekonomi ialah nilai Al Furqan tentang keadilan dan solidaritas
dijabarkan ke orde yang lebih rendah, yaitu kebutuhan individu.
Sekian dari Seri 319.

Kesimpulannya, bagaimanapun wujudnya teori-teori pakar-pakar


ekonomi siapapun juga (tidak terkecuali deklarasi para ekonom muda
yang memboikot DPA), apabila ilmu ekonomi itu tidak direformasi
menjadi nilai Al Furqan tentang keadilan dan solidaritas dijabarkan
ke orde yang lebih rendah, yaitu kebutuhan individu, maka insya-
Allah, keniscayaan blunder (kesalahan fatal) Orde Baru akan terulang
kembali. Seperti kata pepatah: hanya keledai yang akan terantuk
untuk kedua kalinya pada patok yang sama. Yaitu patok strategi
pembangunan Orde Baru yang diotaki oleh para ekonom dari
madzhab Berkely (baca: CSIS), yang menghasilkan pelaku ekonomi
berat ke atas (170 konglomerat) yang membuahkan kolusi, korupsi,
nepotisme yang bersimbah utang. Oleh sebab itu dalam kerangka
pelaksanaan reformasi ekonomi, politik dan hukum menjadi satu
sistem, membuat Undang-Undang Anti-Konglomerasi adalah suatu
keniscayaan. WalLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 16 Agustus 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

336. Krisis Energi Dalam Abad ke-21?

Perintah membaca: AQRA BASM RBK (S. AL'ALQ, 1), dibaca:


iqra- bismi tabbika (s. al'alaq), artinya: bacalah atas nama Maha
Pengaturmu (96:1), bermakna perintah untuk membaca ayat-ayat,
yaitu ayat Qawliyah (Al Quran) dan ayat Kawniyah (alam syahadah),
itu harus didahului dengan Basmalah. Dengan sistem pendidikan kita
sekarang yang menempatkan kedua jenis ayat itu dalam posisi dua
kutub yang terpisah, membawa akibat apabila orang Islam membaca
Al Quran didahului dengan Basmalah, akan tetapi kalau membaca
alam syahadah tidaklah didahului dengan Basmalah. Adalah suatu
kenyataan, baik guru dan dosen di satu pihak, maupun anak didik di
lain pihak pada umumnya tidaklah mengingat nama Allah selama
dalam kelas perguruan non-agama yang mengkaji alam semesta. Ini
adalah suatu kenyataan yang pahit dari segi pendidikan yang harus
kita akui.

Bahkan dalam menterjemahkan Al Quran kecenderungan dikhotomi


antara ayat Qawliyah dengan ayat Kawniyah dapat kita lihat dengan
jelas. Kami berikan contoh:
-- WLA TSYTRWA BAYTY TSMN QLYL (S. AL BQRt, 41),
dibaca: wala- tasytaru- bia-ya-ti- tsamanang qali-lan (s. albaqarah),
diterjemahan dengan: Janganlah engkau menjual ayat-ayatKu dengan
harga sedikit. Sedangkan
-- WMN AYTH KHLQ ALSMWT WALARDH WAKHTLAF
ALSNTKM WALWANKM (S. ALRWM, 22), dibaca: wamin a-ya-
tihi- khalqus sama-wa-ti wal ardhi wakhtila-fus sinatikum wa alwa-
nikum (s. arru-m), diterjemahkan dengan: Dari tanda-tanda
kebesaranNya ialah penciptaan langit dan bumi dan berbedanya lidah
dan warna kamu (30:22).

Tentu saja terjemahan itu tidak salah, akan tetapi terlihat


kecenderungan dikhotomi itu. Apakah ayat-ayat Qawliyah itu
bukankah juga tanda-tanda kebesaranNya? Kalau mau
diterjemahkan, maka terjemahkanlah ayat Qawliyah dan ayat
Kawniyah dengan tanda-tanda kebesaranNya, atau kedua-duanya
sama sekali tidak usah diterjemahkan, supaya kita tidak dijuruskan
pada sikap dikhotomi di antara kedua jenis ayat itu.

***

-- WLA TBaDZR TBDZYR (S. BNY ISRAaYL, 17:26), dibaca: wa


la- tubadzdzir tabdzi-ran (s. bani- isra-i-l), artinya: janganlah kamu
berboros-borosan dengan seboros-borosnya (17:26).

Nilai Al Quran (17:26) akan dibumikan ke dalam pengembangan


teknologi. Pembahasan tentang aktualisasi Nilai Al Quran dalam
mengembangkan teknologi berarti salah satu upaya untuk mencoba
mempertautkan kembali ayat-ayat Qawliyah dengan ayat-ayat
Kawniyah menjadi satu kutub.

Untaian kata pengembangan teknologi mengandung muatan nilai,


oleh karena mestilah dijawab pertanyaan untuk apa dan ke arah mana
pengembangan itu? Bahkan pengertian teknologi itu sendiri tidak
luput dari muatan nilai. Teknologi adalah suatu proses pengolahan
barang atau komoditi. Diolah untuk apa? Jawaban pertanyaan untuk
apa akan bermuatan nilai, yang dalam hal ini nilai ekonomis.
Komoditi itu diolah untuk mendapatkan nilai tambah. Jadi teknologi
adalah proses pengolahan komoditi untuk memperoleh nilai tambah.

Contohnya: Logam diolah menjadi kompor minyak tanah. Hasil


pengolahan berupa kompor minyak tanah ini mempunyai nilai
tambah ketimbang logam yang belum diolah. Dengan teknologi yang
lebih maju (advanced) logam itu dapat diolah menjadi kompor gas.
Kompor gas nilai tambahnya lebih tinggi dari kompor minyak tanah.
Logam itu dapat diolah dengan teknologi canggih (sophisticated)
menjadi pesawat terbang. Nilai tambah pesawat terbang jauh lebih
tinggi dari kompor gas. Makin canggih teknologi dikembangkan,
makin tinggi pula nilai tambah yang diperoleh.

Manusia dalam statusnya sebagai khalifah di atas bumi ini, khusus


dalam konteks pengembangan teknologi, akan berurusan dengan
ayat-ayat Kawniyah yang dapat distratifikasikan sebagai: alam
sekitar (surronding), sumber-daya alam (natural resources) dan
lingkungan hidup (biosphere).

Alam sekitar adalah ayat Kawniyah yang belum dijamah manusia,


kecuali untuk sumber informasi bagi ilmu pengetahuan. Tetapi itu
tidak berarti bebas nilai, oleh karena sudah menyentuh keinginan
manusia, yaitu dipilih sebagai sumber informasi untuk ilmu
pengetahuan alam. Seumpama awan di udara adalah alam sekitar,
jika hanya sekadar menjadi obyek kajian bagaimana terjadinya
hujan. Tidak bebas nilai oleh karena dipilih untuk dikaji.

Sumber-daya alam adalah ayat Kawniyah yang sudah sarat dengan


nilai, dengan keinginan manusia untuk memanfaatkannya. Hujan
dapat diturunkan apabila awan yang bergumpal-gumpal di udara
ditabur dengan es kering atau iodida perak ataupun garam. Awan
yang ditabur itu adalah sumberdaya alam, karena hujan dimanfaatkan
untuk kebutuhan air manusia.

Lingkungan hidup adalah ayat Kawniyah terkhusus pada lingkungan


yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Pengertian hidup di sini jangan
dikacaukan dengan makna hidup yang hakiki. Sangat sederhana
pengertiannya, yaitu makhluk Allah yang dapat makan (termasuk
minum dan bernafas), mengeluarkan kotoran, bertumbuh dan
berkembang biak.

Makin canggih teknologi dalam proses pengolahan akan


membutuhkan energi yang lebih banyak. Kebutuhan energi secara
global makin meningkat. Sumber energi berupa bahan bakar fosil dan
panas bumi ditambah dengan energi matahari, angin, arus laut,
ombak, energi pasang-surut sudah mulai tidak memadai lagi untuk
melayani pertumbuhan industri. Bahkan persediaan minyak bumi
sudah semakin menipis, sehingga digalakkan sekarang pemakaian
batu-bara.

Maka orang menoleh kepada bahan bakar nuklir, yakni sumber


energi yang terkandung dalam mikro-kosmos, ke dalam inti atom,
yang secara populer dikenal dengan ungkapan tenaga nuklir. Namun
memenuhi kebutuhan energi oleh dunia industri dengan
mempergunakan bahan bakar nuklir baru diterima orang dengan
sikap enggan, tidak sepenuh hati. Trauma kebocoran di PLTN
Chernobyl puluhan tahun lalu di Uni Sovyet sehingga terjadi
pencemaran radiasi pada daerah yang luas sekelilingnya, masih
dirasakan orang ibarat monyet di punggung. Dalam waktu-waktu
yang akan datang jika PLTN ini makin mengglobal, maka globa kita
ini makin terbebani oleh sampah nuklir.

Alhasil, apabila ummat manusia tidak pandai-pandai berhemat energi


dalam mengelola sumberdaya alam, acuh tak acuh akan Nilai Al
Quran (17:26) dalam konteks penghematan energi, niscaya peradaban
kita akan tertumbuk pada krisis energi dalam abad ke-21 mendatang.
WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 23 Agustus 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

337. Terpeleset dan Plesetan

Plesetan berasal dari kata pelesetan yang terpelesetkan. Terpeleset


dapat terjadi pada benda begerak ataupun dalam lapangan bahasa.
Contoh dalam lapangan bahasa seperti misalnya kikkeren (bahasa
Belanda) yang artinya berlaku seperti kikker (kodok) yaitu lompat
katak. Penggunaan kata kikkeren ini hanya khusus dalam dunia
ontgroening (perpeloncoan) sebagai sanksi atas groentje (pelonco).
Setelah mendapat bumbu vitamin G kikkeren terpeleset menjadi
ke(ng)kreng dalam bahasa Indonesia Makassar. Apakah tradisi
ontgroening yang dipungut dari Belanda (yang sudah lama berhenti
di negeri asal itu) yang tidak sesuai dengan reformasi ini masih akan
seperti roda-jalan (flywheel) yang berputar terus terlepas dari sistem
reformasi, kita akan lihat nanti.

Plesetan terdiri atas dua jenis, yaitu jenis ringan untuk melucu dan
jenis berat untuk mengejek atas dasar tidak senang, dislike, sentimen.
Almarhum Soediono yang semasa hidupnya Letkol (purn), adalah
seorang humoris. Ia memberikan gelar top dan anggota pasukan elit
atas dirinya. Kemudian ia jelaskan top bukan artinya posisi puncak,
melainkan kependekan dari tua, ompong, pikun dan anggota pasukan
elit bukan RPKAD (Resimen Para Angkatan Darat), melainkan
kependekan dari ekonomi sulit. Dalam dunia teknologi kita kenal
pula plesetan dari jenis lelucon ini. Produk seluler telepon genggam
terkait dengan ungkapan (g)lobal (s)ystem (m)obile disingkat GSM.
Ini dipelesetkan menjadi (g)eser (s)edikit (m)ati. Apabila kita
bergerak dalam keadaan laju (speed) yang tinggi, lalu kita masuk ke
dalam terowongan atau melintas batas antara daerah RBS (Radio
Base Station) yang satu dengan daerah RBS yang lain maka
pembicaraan akan terputus, alat komunikasi itu tidak berfungsi.

Ada pula plesetan yang terletak antara jenis ringan dengan jenis
berat. Pelesetan jenis antara ini biasanya terdapat pada poster-poster
dalam unjuk rasa. Sebagai contoh BPPN dari Badan Penyehatan
Perbankan Nasional dipelesetkan menjadi Badan Pembuat
Pengangguran Nasional.

Dalam Al Quran kita dapat baca jenis oposisi atas dasar dislike,
dalam gaya Iblis dan gaya Yahudi. Gaya Iblis berupa lontaran yang
bersikap arogan dan gaya Yahudi berupa plesetan kata. Adam adalah
guru para malaikat yang mengajar mereka akan identitas benda-
benda di atas bumi, maka Allah memerintahkan para malaikat
termasuk Iblis untuk sujud menghormat kepada Adam.

-- Wa Idzqulaa lilMala-ikati Sjuduw liA-dama faSajaduw illa- Ibliysa


Aba- waStakbara waKaana mina lKa-firiyn (S. alBaqarah, 34),
ingatlah tatkala Kami bersabda kepada para malaikat sujud
(menghormat)lah kepada Adam, maka mereka sujud kecuali Iblis, ia
enggan dan arogan, dan termasuklah ia golongan kafir (2:34). Apa
alasan Iblis beroposisi itu? Qaala A.asjudu liMan Khalaqta Thiynan
(S. Baniy Isra-iyl, 61), (17:61). Berkata (Iblis), adakah aku akan
sujud kepada yang Engkau jadikan dari tanah? (17:61). Qaala ANaa
KHayrun minhu KHalaqTtniy min Naarin wa KHalaqtahu- min
THiyn (S. SHad, 76), berkata (Iblis), aku lebih baik darinya (Adam),
Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan Engkau ciptakan dia dari
tanah (38:76).

Itulah sikap Iblis beroposisi kepada Allah SWT tidak mau


menghormat kepada Adam, ia arogan menganggap dirinya lebih
unggul berhubung ia diciptakan dari api sedangkan Adam dari tanah.
Rupanya Iblis adalah peletak pertama filsafat teleologis (bukan
theologis!) yang salah kiprah, yaitu memandang sesuatu berasaskan
tempat asalnya. Api asalnya dari atas sehingga selalu mau ke atas ke
tempat yang tinggi, sedangkan tanah tempatnya ada di bawah. Itulah
filsafat Iblis yang memandang dirinya lebih unggul karena berasal
dari lapisan atas, memandang hina kepada Adam karena berasal dari
lapisan bawah. Filsafat teleologis Iblis ini tidak benar, sebab menurut
ilmu fisika api adalah gas yang berpijar, gas lebih ringan dari tanah,
sehingga api membubung ke atas, tanah jatuh ke bawah, bukan
karena asalnya di atas atau di bawah.

Orang-orang Yahudi di Madinah marah kepada Allah. Mereka


beroposisi kepada Allah mengapa Allah mengutus Nabi bukan dalam
kalangan Bani Israil. Jadi sesungguhnya orang Yahudi di Madinah
mengakui keNabian RasuluLlah SAW tetapi tidak mau menerima
keNabian itu, karena sikap arogan menganggap bangsa Israil lebih
unggul dari bangsa Arab, jadi orang Yahudi memakai pula filsafat
telologisnya Iblis yang salah kiprah. Dalam beroposisi ini orang
Yahudi di Madinah antara lain membuat pelesatan kata di samping
berkhianat terhadap penduduk Madinah dalam perang Khandaq.

Apabila ada seorang sahabat yang belum dapat menangkap apa yang
sementara diterangkan Nabi Muhammad SAW, maka menurut sopan
santun berbahasa, ia akan meminta penjelasan ulang dengan kata sela
(interupsi) ra-'ina-, bunyi Ra dan Na mendapat tekanan dipanjangkan
yang secara harfiyah (letterlijk) berarti jagalah kami. Dalam bahasa
Makassar untuk menyela dipakai kata sela tabe'
Kipammopporammama', dalam bahasa Inggeris I beg your pardon.
Orang Yahudi menyela Nabi Muhammad SAW dengan
mempelesetkan kata ra-'ina- menjadi ra'ina dengan memendekkan Ra
dan Na, maka berubahlah artinya menjadi bebal. Sehingga turunlah
ayat: Ya-ayyuha Lladziyna A-manuw laa taquwluw raa'inaa
waquwluw Nzhurnaa wasma'uw wali lKa-firiyna 'Adzaabun aliym
(S. alBaqarah, 104), hai orang-orang beriman, janganlah kamu
katakan ra-'ina- (jagalah kami), melainkan katakan (kepada
Muhammad) "lihatlah kami" dan dengarlah (kepada Muhammad),
untuk orang-orang kafir itu azab yang pedih (2:104). WaLlahu a'lamu
bishshawab.

*** Makassar, 30 Agustus 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

338. Bingkai Reformasi

Reformasi bukanlah revolusi. Reformasi tidaklah menebas secara


penuh serta membuang sama sekali semua nilai, produk zaman yang
silam. Reformasi ialah meneruskan yang baik, meluruskan yang
menyimpang, memperbaiki yang salah, menambah yang kurang dan
membuang yang lebih dalam bingkai nilai yang telah disepakati
secara nasional. Reformasi tanpa bingkai menghasilkan khaos,
keamburadulan. Siang hari bertenun kain, malam hari benang-benang
kain dilepaskan kembali. Reformasi tanpa bingkai menghasilkan
kesimpang-siuran cara pandang, masing-masing orang memandang
masalah poleksosbudhankam menurut selera dan kepentingan
masing-masing, kepala sama berbulu pandangan berlain-lainan.
Reformasi tanpa bingkai menghasilkan asal-asalan, tidak ada tujuan
yang jelas dalam bereformasi, ibarat perahu tanpa kemudi. Reformasi
tanpa bingkai menghasilkan produk tanpa konsep dasar, bagai
bersandar tanpa tumpuan.

Setting dokumen sejarah yang berikut adalah bingkai reformasi yang


dimaksud:

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan


oleh karena itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah


kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan
rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,
maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. (tiga
alinea Piagam Jakarta, 22 Juni 1945).
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan
Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-
lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya. (Teks Proklamasi, 17 Agustus 1945,
proklamator Soekarno - Hatta).

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara


Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
bekedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (alinea ke-4
Pembukaan Undang-Undang Dasar, 18 Agustus 1945).

Bingkai yang di atas itu dipakai baik selama Orde Lama dan Orde
Baru di masa lampau maupun Orde Reformasi yang sekarang. Jangan
sampai kebencian kepada rejim Soekarno dan rejim Soeharto
menyebabkan pula bingkai nilai itu dibuang jauh, jangan sampai
kebencian kepada suatu kaum menyebabkan kita tidak berlaku adil
dan jujur.

***

Kebenaran itu ada dua jenis. Pertama, kebenaran relatif yang berasal
dari kelompok manusia. Kebenaran jenis ini berdasar atas dasar
kesepakatan bersama oleh kelompok. Kedua, kebenaran mutlak yang
bersumber dari Maha Sumber yang diturunkan kepada para Nabi dan
Rasul. Kebenaran relatif akan dapat bertahan selama kesepakatan itu
tidak bertentangan dengan kebenaran mutlak.

Kalau disimak bingkai nilai yang telah disepakati oleh bangsa


Indonesia di atas itu, tidaklah bertentangan dengan nilai mutlak.
Bahkan nilai relatif bingkai tersebut adalah aktualisasi nilai mutlak
yang dioperasionalkan oleh bangsa Indonesia dalam menegara.
Bingkai di atas itu sesungguhnya membumikan nilai wahyu ke atas
bumi persada Indonesia. Supaya tidak salah paham perlu ditekankan
bahwa bingkai itu tetap dipertahankan bukan karena disakralkan,
melainkan karena bingkai itu merupakan satu kesatuan dengan
negara Republik Indonesia. Melepaskan bingkai itu berarti
membubarkan negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada
17 Agustus 1945, suatu perbuatan yang sia-sia, yang dikandung
berceceran yang dikejar tidak dapat.

***

Sekarang ada yang membicarakan cara pemilihan presiden, apakah


secara langsung atau tidak langsung. Undang-Undang Dasar jangan
disakralkan, dapat diubah jika dianggap perlu. Reformasi berupa
perubahan cara pemilihan presiden itu masih dalam bingkai yang
dikemukakan di atas.

Yang lebih ramai dibicarakan yaitu tentang bentuk negara kesatuan


atau negara federasi. Sebenarnya jika bingkai nilai di atas itu
diperlakukan dalam bereformasi, kemudian disusul dengan perilaku
menegara di atas keadilan antara pusat dengan daerah, serta antara
daerah dengan daerah yang lain, maka apa yang disebutkan provinsi
dengan negara bagian pada hakekatnya hanyalah permainan semantik
belaka. Mengapa? Oleh karena keadilan dalam kontex pembagian
rezeki antara pusat dengan daerah dan antara daerah dengan daerah,
maka provinsi dengan negara bagian secara substansial adalah sama,
hanya berbeda dalam hal semantik. Lihatlah contoh misalnya negara
India, suatu negara kesatuan dibagi atas provinsi, namun Hyderabad
sebenarnya suatu kerajaan kecil dalam negara kesatuan India.
"Kerajaan" Hyderabad sesungguhnya jauh lebih kental sifat
"kerajaannya" ketimbang Daerah Istimewa Yogyakarta.

Firman Allah SWT dalam Al Quran:

Ya-ayyuhallasziyna A-manuw Kuwnuw Qawwamoyna liLla-hi


Syuhada-a bilQisthi wa Laa Yarjimannakum Syanaanu Qawmin 'alay
Allaa Ta'diluw I'diluw Huwa Aqrabu lilTaqway IttaquLla-ha inna
Lla-ha Khabiyrun biMaa Ta'maluwn (S. Al Maaidah, 5:8). Hai orang-
orang beriman jadikanlah (dirimu) berpendirian karena Allah,
bersaksi dengan jujur, janganlah karena kebencianmu atas suatu
golongan sehingga kamu tidak berlaku adil, berlaku adillah karena
keadilan itu lebih dekat kepada ketaqwaan, taqwalah kepada Allah
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu lakukan.
WaLla-hu a'lamu bisshawab.
*** Makassar, 6 September 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

339. Mengapa Alergi Terhadap Partai Politik?

Kalau hasrat mengeluarkan aspirasi dikekang puluhan tahun, lalu


tiba-tiba kekangan itu dilepas, maka orangpun bebas berunjuk-rasa
dari yang tertib sampai yang berakibat menurunkan kurs rupiah, dari
aspirasi murni hingga aspirasi titipan yang dibayar, menyembur
seperti air yang menerpa keluar dari bendungan. Tidak terkecuali
hasrat ingin berkumpul yang dikekang sehingga berakumulasi ibarat
air dalam bendungan, setelah diberi kebebasan, maka
bermunculanlah sejumlah partai politik. Seorang demokrat tidaklah
perlu alergi dengan munculnya partai politik yang banyak itu, karena
itu akan diseleksi oleh rakyat melalui Pemilu.

Ada alasan dangkal bagi pengidap alergi partai politik itu. Yakni
yang penting sekarang adalah bagaimana menurunkan harga
Sembako. Saya katakan dangkal oleh karena para pengidap alergi
partai itu tidak dapat melihat jangka pendek dan jangka panjang.
Menurunkan harga Sembako adalah jangka pendek, harus dengan
segera ditanggulangi. Itulah pekerjaan kita semua, baik masyarakat
maupun pemerintah. Bahu-bahu membantu dengan otak dan otot.
Memberikan input kepada pemerintah cara terefisien penyaluran
beras ke konsumen di pasar-pasar. Membantu memberikan informasi
kepada yang berwajib tentang orang-orang yang terlibat dalam
aktivitas subversi yaitu mafia beras yang menimbun beras untuk
dilempar ke pasar luar negeri, sementara masyarakat kesulitan beras.
Atau semacam demo Sembako para mahasiswa Teknologi Industri
UMI yang berjalan kaki membagikan paket Sembako kepada abang-
abang becak yang berpos pada simpang jalan antara Jal.Urip
Sumoharjo dengan Jal.Racing Centre, Jal.Pampang Raya, dan
Jal.Pongtiku. Itulah jangka pendeknya.

Kemudian jangka panjangnya ialah mengupayakan kestabilan politik,


sehingga berlangsung pembangunan yang adil yang sesuai dengan
aspirasi masyarakat. Untuk itu perlu diselenggarakan Pemilu yang
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil dan bersih, untuk memilih
wakil-wakil kita yang akan membawakan aspirasi kita dalam MPR
dan DPR. Untuk itulah perlu partai politik.
Sebenarnya pada zaman Orde Baru ada juga yang alergi terhadap
partai politik. Tetapi tidak alergi terhadap partai politik pada
umumnya, melainkan alergi terhadap partai politik yang berasaskan
Islam. Boleh jadi alergi itu adalah penyakit rekayasa sebagai perintis
ke arah asas tunggal (menurut GBHN, satu-satunya asas). Yang
menderita penyakit simptomatik alergi itu dipelopori oleh Nurcholis
Majid dengan semboyannya yang terkenal: Islam, yes. Partai Islam,
no! Maka disamping muslihat wasit menjadi pemain (baca: birokrat
sebagai panitia Pemilu) dalam Pemilu, Nurcholis Majid secara
komunikasi politik ikut pula bertanggung jawab dalam strategi
menciptakan monster yang disebut single majority.

Firman Allah SWT dalam Al Quran: WLTKN MNKM AMT


YD'AWN ALY ALKHYR WYaMRWN BALM'ARWF WYNHWN
'AN ALMNKR WAWLAaK HM MFLhWN (S. AL 'AMRAN,
3:104), dibaca: waltakum mingkum ummatuy yad'u-na ilal khayri
waya'muru-na bil ma'ru-fi wayanhawna 'anil mungkari waula-ika
humul muflihu-na (s. ali 'ilra-n), haruslah ada di antara kamu
kelompok yang menyampaikan pesan-pesan kebajikan, memberikan
perintah dengan arif dan mencegah kemungkaran, dan mereka itu
orang-orang yang mendapat kemenangan.

Kalimah WLTKN -waltakun- dalam ayat (3:104) itu terdapat Lam Al


Amr, yaitu huruf Lam yang menyatakan perintah, sehingga apa yang
dinyatakan ayat itu wajib hukumnya tentang adanya kelompok
berupa organisasi ataupun partai politik dalam kalangan ummat
Islam. Sehingga mendirikan organisasi da'wah untuk menyampaikan
pesan-pesan kebajikan dan organisasi berupa partai politik untuk
memberikan perintah dengan arif dan mencegah kemungkaran
merupakan fardhu kifayah. Organisasi da'wah menjalankan
komunikasi berjenjang naik (bottom up) dan partai politik
meneruskan kekuatan bertangga turun (top down).

Selama ini baik secara perorangan maupun secara organisasi da'wah


Islamiyah telah dilancarkan secara intensif. Secara perorangan seperti
para khatib melalui Khuthbah Jum'ah, para muballigh melalui
ceramah-ceramah dalam bulan Ramadhan dan selesai shalat wajib
berjama'ah, melalui majlis ta'lim, melalui peringatan mawlid dan
isra/mi'raj, melalui media televisi dan tulisan-tulisan berupa artikel di
media cetak dan berupa makalah dalam diskusi. Secara organisasi
berupa seruan dari organisasi-organisasi da'wah seperti Dewan
Da'wah, Muhammadiyah, NU, Persis, dll., bahkan fatwa dari Majelis
'Ulama.
Mereka itu semua telah menyampaikan pesan-pesan kebajikan. Akan
tetapi mereka itu semua selama ini tidak dapat memberikan perintah
dengan arif dan mencegah kemungkaran. Mengapa khatib,
muballigh, da'i, Dewan Da'wah, Muhammadiyah, NU, Persis dll,
hanya sebatas menyampaikan pesan, namun tidak dapat memberikan
perintah dengan arif dan mencegah kemungkaran? Karena mereka
tidak punya otoritas untuk Ya'muruwna, memerintahkan,
memberikan instruksi. Apakah mereka itu semua para khatib,
muballigh, da'i, Muhammadiyah, NU, Persis dll, dapat memberikan
sanksi jika penyelenggara tempat-tempat maksiyat yang berkedok
tempat hiburan itu tidak mau menutup night clubnya? Jika mereka itu
memberikan sanksi dengan mengerahkan massa untuk mengobrak-
abrik tempat-tempat maksiyat itu, tentu saja mereka sanggup, akan
tetapi dengan cara itu mereka akan melanggar hukum positif yaitu
menjadi hakim sendiri secara beramai-ramai.

Untuk itu ummat Islam supaya dapat melakukan ya'muru-na bil


ma'ru-fi wayanhawna 'anil mungkari , haruslah membentuk kekuatan
dengan mendirikan partai politik berasaskan Islam. Partai politik
berasaskan Islam ini bukan hanya sekadar menampung aspirasi
ummat Islam, akan tetapi yang terpenting ialah membumikan Nilai
Wahyu di atas bumi Indonesia. Yaitu mentransfer Nilai Wahyu
sebagai Rahmatan lil'A-lami-n menjadi konsep dasar dalam
menyusun sistem politik, ekonomi, dan pemerintahan sehingga tidak
terjadi "one man show". Sistem itu diwujudkan berupa peraturan
perundang-undangan di negara Republik Indonesia. Itulah gunanya
mendirikan partai politik berasaskan Islam, dan ini tidak keluar dari
bingkai reformasi seperti yang telah dibahas dalam Seri 338 pada hari
Ahad yang lalu. Kita tidak sependapat dengan Nurcholis Majid (jika
seandainya masih demikian pendiriannya). Alhasil kita katakan
Islam, yes. Partai Islam, yes. WaLla-hu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 13 September 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

340 Serba Serbi Sanggahan Terhadap Pemerintahan Habibie

Ada kebijakan strategis yang ditempuh oleh Pemerintahan Habibie,


yaitu kebijakan membuka katup aspirasi seluas-luasnya. Maka
maraklah timbulnya sanggahan di sana-sini.
Perpu no.2 thn.98 bertujuan membatasi jumlah pengunjuk-rasa,
supaya unjuk-rasa itu tidak mudah disusupi perusuh. Walaupun
Perpu ini tidak membatasi substansi aspirasi, namun ramai mendapat
sanggahan berhubung adanya ketentuan perizinan, terutama pasal 9
yang mengganjal kebebasan pers. Perpu ini belum diberlakukan dan
sementara digodok dalam DPR.

Rizal Ramli mengusulkan supaya Pemerintahan Habibie segera


melakukan perombakan tim ekonomi yang jelas-jelas buruk
kinerjanya. Ini pendapat kuda bendi yang hanya melihat satu arah.
Coba bayangkan jika tim ekonomi segera dirombak maka rusaklah
sistem kibernetika (cybernetics), terutama mizan (equilibrium) sistem
dengan komitmen terhadap IMF yang sangat perlu untuk
mendapatkan dana untuk mengatasi krisis. Tidaklah betul seperti
pendapat Syahrir yang diucapkannya secara emosional bahwa IMF
memberi bantuan kepada kita karena mereka kasihan kepada bangsa
Indonesia yang hampir mampus, bukan karena kepercayaan IMF
terhadap Pemerintahan Habibie. (Gaya preman hujatan mampus yang
dilontarkan oleh Syahrir itu saya tidak dapat terima sebagai anggota
dari bangsa Indonesia). Sistem kibernetika yang dirusak mizannya
akan bereaksi membentuk dirinya menuju mizan yang baru.
Akibatnya fatal, tanpa batuan IMF Indonesia yang terdiri dari
kepulauan mudah sekali membentuk mizan yang baru yang berwujud
Yugoslavia kedua, melalui proses khaos.

Dilihat dari segi ilmu nafsani kacamata kuda bendi ini yang hanya
melihat tim ekonomi Pemerintahan Habibie, dalam hati kecil Rizal
Ramli ingin diajak menduduki tim ekonomi dengan keyakinan
dirinya lebih baik dari tim ekonomi Pemerintahan Habibie. Ibarat
fabel anjing hutan dengan buah anggur. Karena lompatan anjing
hutan itu tidak berhasil mencapai anggur, maka anjing hutan itu
merepet, ah itu anggur yang asam. De druiven zijn hem te zuur
(anggur itu asam baginya), kata pepatah Belanda.

Emil Salim mengatakan bahwa kebijakan Pemerintahan Habibie


mengusut harta mantan Presiden Soeharto hanya sekadar untuk
memuaskan golongan bawah, populis. Gayung bersambut, kata
berjawab. Gayung Emil Salim disambut oleh Presiden Habibie
dengan ucapan yang kurang populer di mata orang banyak, yaitu
Presiden Habibie minta dengan hormat kepada masyarakat yang
sedang ramai-ramai menghujat untuk segera berhenti mengakhiri
sikap penghujatan atas Haji Muhammad Soeharto. Kalau kebijakan
Pemerintahan Habibie mengusut harta mantan Presiden Soeharto
hanya sekadar untuk memuaskan masyarakat, lebih baik ia diam saja
buat apa mengeluarkan permintaan yang kurang populer di mata
orang banyak yang sedang bersikap menghujat Soeharto.

Sarwono Kusuma Atmaja menganggap bahwa keputusan untuk


mengusut kekayaan Pak Harto sesungguhnya terlambat dan bersifat
reaktif, tidak proaktif. Menurut hemat saya kebijakan strategis
Presiden Habibie untuk memberi kesempatan kepada masyarakat
untuk bebas sebebas-bebasnya mengeluarkan pendapat adalah
bersifat proaktif, karena kebijakan itu diambil tanpa ada tuntutan
sebelumnya. Secara kacamata kuda bendi, alias pandangan sempit,
memang kelihatannya kebijakan pengusutan harta mantan Presiden
Soeharto itu bersifat reaktif. Akan tetapi jika penutup mata kanan kiri
mata kuda bendi itu dibuka (baca: pandangan yang lebih luas), maka
kebijakan pengusutan itu termasuk dalam kerangka strategis yang
proaktif, yaitu hasil dari kemerdekaan mengeluarkan pendapat. Soal
lambat atau cepat itu relatif. Mobil dengan laju 60 km pada jalan
dalam kota yang simpang siur termasuk cepat, akan tetapi pada jalan
bebas hambatan termasuk lambat. Pemerintahan Habibie ibarat orang
yang harus membenahi bengkalai orang berpesta pora yang
meninggalkan kesemrautan bersimpang siur, ibarat jaringan jalan
dalam kota. Dilihat dari segi ini, maka keputusan Presiden Habibie
untuk mengusut harta mantan Presiden Soeharto termasuk tindakan
yang cepat.

Unjukrasa mahasiswa yang berlabel Reformasi Kedua antara lain


menuntut dibentuknya komite untuk mengambil alih tugas
pemerintahan. Menurut mantan kepala Bakin, Mendagri dan Ketua
Badan Koordinasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) itu
direkayasa, atau sekurang-kurangnya ditunggangi oleh kepentingan
politik suatu golongan. Kita sayangkan golongan yang memanfaatkan
mahasiswa untuk kepentingan politiknya. Mengapa tidak bersikap
satria dan demokratis untuk tampil kedepan membentuk partai politik
dan bersaing secara jujur dengan parpol yang lain dalam Pemilu yad.,
yaitu salah satu agenda politik Pemerintahan Habibie. Tindakan
membentuk komite untuk mengambil alih pemerintahan ini
bernuansa kekirian, tidak konstitusional dan keluar dari bingkai
reformasi. Apakah dapat dijamin komite ini akan ditaati oleh seluruh
bangsa Indonesia? Apa mau kalau Republik Indonesia yang
diproklamasikan pada 17 Agusutus 1945 yang dengan susah payah
berkuah darah berlinang airmata dipertahankan eksistensinya, akan
menjadi Yugoslavia kedua?
Amin Rais dengan sikap curiga melalui wawancara di TV
mengatakan bahwa pemerintah mengulur-ulur pembahasan UU
Parpol, UU Pemilu, UU Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan
DPRD, untuk memperlambat Pemilu, tidak menepati agenda politik
yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Ternyata pada hari Rabu, 16
September 1998 pemerintah telah mengirimkan kepada DPR naskah
RUU Parpol, RUU Pemilu, RUU Susunan dan Kedudukan MPR,
DPR dan DPRD untuk segera dibahas. Hendaknya nilai Islami yang
dalam hal ini sikap Husnuzhzhan, berprasangka baik, tidak hanya
diterjemahkan dalam dunia hukum dengan apa yang kita kenal
dengan asas praduga tak bersalah. Hendaknya Amin Rais
meninggalkan pemahaman barat bahwa politik itu harus bersikap
curiga. Nilai Islami Husnuzhzhan eloklah pula diterjemahkan ke
dalam dunia poltik dengan tidak bersikap curiga terhadap sesama
ummat, ASYiDaA"u ALaY (A)LKuFfaARi RuHaMaA"u
BaYNaHuMHuM (S. Al FaTH, 48:29). Tegas atas orang kafir,
bersikap lembut di antara mereka. Husnuzhzhan secara substantif
serupa dengan lembut.
Wa Llahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 20 September 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

341. Partai-Partai Politik yang Berdasar Marxisme yang Pernah


Ada di Republik Indonesia

Seri 338 tgl. 6 September 1998 yang berjudul: Bingkai Reformasi


mendapat tanggapan melalui deringan-deringan telepon. Ini
sehubungan dengan penggalan tulisan seperti berikut: "Reformasi
bukanlah revolusi. Reformasi tidaklah menebas secara penuh serta
membuang sama sekali semua nilai, produk zaman yang silam.
Reformasi ialah meneruskan yang baik, meluruskan yang
menyimpang, memperbaiki yang salah, menambah yang kurang dan
membuang yang lebih dalam bingkai nilai yang telah disepakati
secara nasional."

Yang ditanggapi ialah meneruskan yang baik dari produk zaman


yang silam. Mereka bertanya, yang manakah yang baik yang harus
diteruskan dari Orde Baru. Sedianya Seri ini bernomor-urut 339,
untuk menjawab tanggapan deringan itu. Namun sengaja ditunda dua
nomor dengan pertimbangan tanggal 27 September 1998 hari ini
lebih dekat ke hari pemberontakan Gerakan 30 September 1965 oleh
Partai Komunis Indonesia, 33 tahun yang lalu. Ada baiknya generasi
muda sekarang ini diberikan informasi tentang partai-partai politik
yang seasas dengan PKI, yang mungkin kurang diketahui oleh
generasi muda kita itu tentang partai-partai politik yang berdasar
Marxisme yang pernah hidup dalam negara Republik Indonesia.

Kembali kepada deringan telepon tadi, saya jawab dengan ayat yang
telah saya kutip dalam Seri 338: WLA YRJMNAKM SYNAN
QWMN 'ALY ALA T'ADLWA A'ADLWA HW AQRB LLTQWY
(S. Al MAaDT, 8), dibaca: wala- yarjimannakum syana.a-nu qawmin
'ala- allaa- ta'dilu- i-dilu- huwa aqrabu littaqwa- (s. alma-idah),
artinya: Janganlah karena kebencianmu atas suatu golongan sehingga
kamu tidak berlaku adil, berlaku adillah karena keadilan itu lebih
dekat kepada ketaqwaan (5:8).

Janganlah karena ketidak senangan kepada Orde Baru membuat


orang tidak berlaku adil. Jangan sampai kebaikan seseorang ditutupi
oleh rasa benci. Kalau kita mau adil, haruslah dengan jujur mengakui
bahwa ada jasa Pak Harto bersama-sama dengan masyarakat yang
anti komunis menyelamatkan Republik Indonesia dari cengkeraman
komunisme. Inilah yang dimaksud dengan meneruskan yang baik
dari produk zaman yang silam. Gajah mati meninggalkan gading,
harimau mati meninggalkan belang. Anti komunis, itulah gading
Soeharto, KKN itulah belang Soeharto. Itu baru namanya adil,
menimbang sama rata, menimbun sama tinggi, menggali sama dalam,
menempatkan sesuatu pada tempatnya, mengeluarkan sesuatu dari
yang bukan tempatnya.

Ketetapan MPR mengenai Marxisme dilarang di Indonesia harus


tetap dipertahankan oleh bangsa Indonesia, oleh karena Das
Kapitalnya Karl Marx walaupun memang mengenai ekonomi, akan
tetapi berlandaskan atas filsafat historische materialisme, teori
pertentangan kelas yang dialektis, radikalisme, dan sikap atheis yang
memandang agama itu candu bagi rakyat. (Insya-Allah akan dikuliti
nanti Marxisme dalam kolom ini). Maka perlu sekali Orde Reformasi
menolak sekeras-kerasnya unjuk-rasa yang menyamaratakan untuk
membebaskan semua napol, yang tidak memilah mana napol yang
komunis, mana napol uang bukan komunis.

Berikut ini partai-partai politik yang berdasarkan Marxisme:


Partai Komunis Indonesia periode I, dipimpin oleh Muso,
dihancurkan oleh Divisi Siliwangi setelah pemberontakan Madiun
1948. Pusatnya di Moscow ibu kota Uni Sovyet. Disebut Marxisme
Leninisme, karena diterapkan oleh Lenin. Menerima Marxisme
sebagai dogma.

Partai Komunis Indonesia periode II, dipimpin oleh Aidid,


dihancurkan setelah pemberontakan Gerakan 30 September 1965.
Pusatnya di Peking (sekarang dieja Beijing), ibu kota Republik
Rakyat Cina. Disebut Marxisme Maoisme, karena diterapkan oleh
Mao Tse Tung (sekarang dieja Mao Tse Dong). Menerima Marxisme
sebagai dogma.

Partai Murba didirikan oleh Tan Malaka. Pernah memberontak


dipimpin oleh Chairul Saleh, yang dikenal sebagai gerombolan
pengacau Merapi-Merbabu komplex. Disebut Marxisme Trotzkisme,
karena diterapkan oleh Trotzky. Juga menerima Marxisme sebagai
dogma. Berbeda dengan Marxisme Leninisme dan Marxisme
Maoisme yang menempuh gerakan terpusat secara internasional,
maka Marxisme Trotzkisme bersifat gerakan nasional, artinya tidak
perlu terpusat secara internasional.

Partai Sosialis Indonesia (PSI). Menerima Marxisme sebagai ajaran


(leer) bukan sebagai dogma. Mereka lebih suka dengan istilah
wetenschappelijke socialisme, sosialisme ilmiyah. Walaupun sama-
sama Marxisme, PSI ini berbeda dengan PKI, bahkan mereka
bermusuhan dalam kancah politik. PSI menghendaki tujuan partai
harus dicapai secara parlementer melalui Pemilu, sedangkan PKI
dengan jalan revolusi apabila secara parlementer tidak tercapai.
Dalam lapangan politik PSI yang walaupun dasar dan tujuannya
berbeda dengan Masyumi, namun karena cara kedua partai itu untuk
mencapai tujuan sama, yaitu secara parlementer melalui Pemilu,
maka PSI berjinak-jinakan dengan Masyumi, bahkan pernah
bersama-sama duduk dalam kabinet pemerintahan. Karena kurang
mendapat suara dalam Pemilu tahun 1955 mereka Para pemimpin
PSI mengejek dirinya sendiri dengan: Wij zijn officieren zonder
soldaten (kami ini perwira tanpa prajurit), tetapi mereka juga
mengejek NU yang mendapat banyak suara di Jatim dengan: Zij zijn
soldaten zonder officieren (mereka itu para prajurit tanpa perwira).
Para pemimpin PSI bangga karena mereka umumnya kaum terpelajar
jebolan barat. Itulah sebabnya gerangan setelah Soeharto mendirikan
Orde Baru, maka secara individual dari tokoh-tokoh PSI inilah, yang
umumnya bermadzhab Berkeley, yang diterima oleh Soeharto konsep
strategi pembangunannya, yang berat ke atas, menumpuk pada
konglomerasi perusahaan dan industri padat modal, sehingga
membuahkan buah pahit, yaitu KKN, perekonomian keropos ke
bawah, yang akhirnya bermuara pada serba krisis yang kita alami
sekarang ini.

Sebagai tambahan informasi, setelah Bung Karno banting stir ke kiri,


Partai Nasional Indonesia pecah dua menjadi PNI-Asu dan PNI-Osa
Usep, maka Marhaenisme ajaran Bung Karno diplesetkan menjadi
kependekan dari 3 nama orang pencetus dasar filsafat yang menjadi
landasan komunisme yaitu Marx-Haegel-Engels. Ini untuk mengejek
PNI-Asu yang bermesraan dengan PKI. Asu adalah kependekan dari
nama 2 orang yaitu Ali Sastro Amidjojo dan Surachman. PNI yang
dipimpin oleh Osa Maliki dan Usep yang anti komunis
menyelamatkan PNI dari pengaruh komunisme. Tragedi pecah dua
itu berulang kembali pada partai anak dari PNI ini, yaitu PDI.
WaLla-hu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 27 September 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

342. Bintang yang Meledak di Langit

Firman Allah dalam Al Quran:

WALSMAa WALTHARQ. W MA ADRK MA ALTHARQ.


ALNJM ALTSAQB (S. AL THARQ, 1-3) dibaca: wassama-i
waththa-riq. Wama- adra-ka maththa-riq. Annajmuts tsa-qib, artinya:
Perhatikanlah langit, perhatikanlah yang datang di malam hari.
Tahukah engkau yang datang di malam hari itu? Itulah bintang yang
cemerlang (86:1-3).

Sudah bernomor-nomor berturut-turut kita bicara tentang ayat


Kawniyah terkhusus pergolakan manusia dibumi ini, terkhusus di
bumi Indonesia. Yang terakhir tentang reformasi dan maraknya unjuk
rasa mengeluarkan aspirasi. Rasa-rasanya ada yang terlupakan dalam
berunjuk-rasa. Rasa-rasanya mengeluarkan aspirasi dalam berunjuk-
rasa Allah telah terlupakan. Semoga saja setelah Allah terlupakan
sejenak dalam berunjuk-rasa, setelah kesejukan telah kembali
bersemayam dalam qalbu masing-masing, lalu beristighfar, minta
ampun kepada Allah karena telah melupakanNya sejenak, sehingga
terjauh dari sikap Marxist yang atheis.
Itulah sebabnya dalam Seri 342 ini kita palingkan muka menengadah
ke atas langit, melihat bintang-bintang pada bola langit di malam
hari. Pada pengujung bulan September 1998 ybl, para astronom telah
menyaksikan kejadian langka pada bola langit, yaitu bintang yang
cemerlang karena meledak, ALNJM ALTSAQB, dibaca: annajmuts
tsa-kib. Bintang yang meledak itu terdapat dalam galaxy Milky Way,
jauhnya sekitar 20.000 (baca dua puluh ribu) tahun cahaya. (Laju
cahaya 300.000 kilometer dalam satu detik, sehingga satu tahun
cahaya berjarak 365 x 24 x 60 x 60 x 300.000 kilometer). Jadi
sesungguhnya yang disaksikan oleh para astronom itu pada
pengujung bulan September 1998 tersebut adalah sebuah kejadian
yang telah terjadi 20.000 tahun yang lalu. Karena universum luas
sekali, maka dalam ilmu falak ukuran jarak dinyatakan dalam tahun
cahaya seperti yang baru ditulis dalam kalimat di atas itu.

Milky Way adalah gugus bintang tetap yang kualitasnya seperti


matahari yang jumlahnya jutaan buah. Milky Way sesungguhnya
adalah konglomerasi dari:
1.bintang-bintang tetap yang tunggal,
2.bintang-bintang tetap yang kembar,
3.lubang hitam (black holes), diduga pada inti lubang itu
bersemayam bintang yang sangat mampat massanya, sehingga
gravitasinya berkekuatan sangat dahsyat, lalu melahap semua yang
lalu dekatnya, termasuk cahaya bintang yang melintas ditariknya
masuk, lalu terjadilah lubang yang gelap,
4.bintang-bintang kerdil yaitu bintang-bintang yang telah redup,
5. bintang-bintang yang terlalu lambat jalannya sehingga banyak
menyedot zat interstellair (dukhan) lalu menjadi bintang raksasa yang
menyedot planet-planetnya, kalau mempunyai planet,
6.bintang-bintang yang tidak stabil sehingga sewaktu-waktu dapat
meledak,
7.dukhan,
dll yang manusia belum dapat dan belum sempat mengenalnya.

Untunglah matahari kita tidak termasuk bintang yang tidak stabil.


Tetapi siapa tahu, hanya Allah Yang Maha Tahu, matahari dapat
berubah menjadi tidak stabil atas kehendakNya, maka matahari akan
meledak, tidak sempat menjadi bintang yang redup. Kalau matahari
meledak terjadilah kiamat kecil, sedang kiamat besar jika semua isi
alam ini hancur meledak berantakan. Lalu Allah menciptakan alam
yang baru, alam akhirat, yaitu sesudah alam barzakh. (Kiamat berasal
dari qiyam artinya berbangkit yang didahului oleh binasanya alam
semesta, lalu dalam bahasa Indonesia berubah arti, yaitu kiamat
berarti akhir dunia).

Kembali kepada Milky Way. Dilihat dari bagian yang pipih Milky
Way ibarat lensa cembung, tebalnya sekitar 15.000 tahun cahaya.
Dilihat dari bagian yang yang cembung Milky Way berupa lengan
spiral, diameternya sekitar 90.000 tahun cahaya. Matahari adalah
anggota konglomerasi bintang-bintang tetap. Matahari beserta satelit-
satelitnya yang disebut planet (dari bahasa Yunani artinya musafir)
terletak pada lengan spiral yang jaraknya sekitar 20.000 tahun cahaya
dari ujung lengan spiral.

Semua konglomerasi bintang-bintang itu beredar mengelilingi pusat


Milky Way yang geraknya dikontrol oleh dukhan. Walaupun sangat
tipis dukhan itu massanya jauh lebih besar dari jumlah massa
bintang-bintang yang berkonglomerasi itu, oleh karena dukhan itu
mengisi ruang antar bintang, itulah sebabnya dapat mengontrol gerak
bintang-bintang yang berkonglomerasi itu, sehingga terjadi
keseimbangan yang dinamis (dynamische evenwicht).

Galaxy Milky Way yang berukuran seperti di atas itu bukanlah satu-
satunya galaxy. Ia menjadi salah satu anggota galaxy dari kumpulan
(cluster) yang disebut Local Group Cluster yang beranggotakan 13
buah galaxies. Salah sebuah galaxy anggota Local Group Cluster
bernama galaxy Andromeda, tetangga terdekat dari galaxy Milky
Way yang jaraknya sekitar 800.000 tahun cahaya. Bentuk dan ukuran
kedua tetangga itu hampir sama.

Local Group bukanlah satu-satunya cluster. Itu hanya sebuah cluster


yang kecil saja. Ada cluster yang merupakan kumpulan dari ribuan
galaxis. Cluster itu jutaan pula jumlahnya. Maka alangkah luasnya
alam semesta ini. Alangkah kecilnya manusia, hentikanlah
kesombongan intelektual, janganlah menyangka semua yang telah
dicapai adalah karena hasil usaha manusia semata-mata, semua
usahamu wahai manusia tidak ada secuilpun harganya tanpa Rahmat
Allah. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar! WaLlahu a'lamu
bishshawab.

*** Makassar, 4 Oktober 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

343. Klasifikasi Bintang-Bintang


Seri ini masih menyangkut bintang-bintang pada bola langit. Ini tetap
aktual untuk dibahas. Sejenak kita tinggalkan dahulu pergolakan
hamba Allah di atas globa ini. Ada dua jalur ilmu itu berkembang,
pertama, akumulasi pengetahuan secara berdikit-dikit dalam
kerangka (framework, pola, paradigma) yang sudah ada, kedua,
pengetahuan itu berkembang dalam kerangka yang berubah. Ilmu
yang berkembang sekarang ini menempuh jalur yang pertama dalam
kerangka pandangan materialisme, utamanya filsafat positivisme.

Perlu dipertegas perbedaan materialistis dengan materialisme.


Materialistis berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, yaitu berarti
mata duitan, lawan dari idealistis yaitu mereka yang tidak begitu
hirau akan harta-benda seperti para sufi. Materialisme dipakai dalam
filsafat, yaitu pandangan yang tidak mengakui dan tidak percaya
eksistensi di luar materi. Materialisme memperanakkan atheisme
(tegas menolak eksistensi Tuhan) dan agonstisisme (meragukan
adanya Tuhan). Filsafat historische materialisme yang dialektis dari
Karl Marx termasuk dalam kategori ini. Lawannya adalah filsafat
idealisme yang tidak mengakui apa yang ditangkap oleh pancaindera.
Apa yang kita saksikan sebenarnya tidak nyata, melainkan hanyalah
sekadar proyeksi alam ideal.

Demikianlah keadaannya ilmu yang berkembang sekarang ini. Hal-


hal yang di luar materi, terletak di luar kerangka yang membatasi
perkembangan ilmu itu. Maka memasukkan sumber informasi yang
berasal dari wahyu dalam pembahasan ilmu dicap tidak ilmiyah,
karena wahyu itu terletak di luar kerangka yang membatasi itu. Ini
dapat memecah kepribadian seseorang. Dalam diskusi tentang teori
evolusi Darwin yang diselenggarakan oleh jurusan Biologi Fakultas
Mipa Universitas Hasanuddin beberapa tahun yang lalu (saya
termasuk salah seorang pemakalah) saya merasa sangat sedih
mendengarkan pernyataan seorang dosen senior biologi yang
mengatakan: Sebagai seorang ilmuan saya menerima teori evolusi
Darwin, tetapi sebagai seorang beragama saya bersikap menolak teori
evolusi Darwin.

Dalam orasi ilmiyah yang saya kemukakan dalam Milad Universitas


Muslim Indonesia yang ke-41, 25 Muharram 1416 H, 24 Juni 1995
M saya mengemukakan paradigma (frame work, kerangka) baru,
yaitu materi dan wahyu diletakkan dalam satu paradigma. Yaitu
mengkaji sumber informasi dari ayat Qawliyah (Al Quran) dan ayat
Kawniyah (physical world) dalam satu paradigma.
Astronomi seperti ilmu-ilmu lain berkembang sedikit demi sedikit
dalam paradigma filsafat materialisme. Allah sebagai Maha Pencipta
dan Maha Pengatur alam semesta terletak di luar paradigma filsafat
materialisme. Astronomi dalam paradigma filsafat materialisme
seperti keadaannya sekarang ini tidak mengenal TaqgiruLlah (hukum
Allah). Dalam kerangka filsafat materialisme benda-benda langit
diatur oleh hukum alam yaitu mekanika khususnya gravitasi dan
kinematika (ilmu gerak).

Bintang-bintang pada bola langit diklasifikasikan menurut kriteria


gerakannya. Hampir semua benda-benda langit walaupun bergerak
terbit di timur terbenam di barat, benda-benda langit itu tetap
jaraknya antara satu dengan yang lain. Lalu dinamakanlah mereka
dengan istilah bintang-bintang tetap. Ada sepuluh buah benda langit
yang yang jaraknya tidak tetap terhadap bintang-bintang tetap, yaitu
matahari, bulan dan delapan buah bintang. Maka dinamakanlah
kedelapan bintang itu dengan planet (dari bahasa Yunani yang berarti
musafir). Diantara yang delapan planet itu ada lima buah yang dapat
disaksikan langsung dengan mata kasar yaitu: bintang Utarid
(Merkuri), bintang Timur atau bintang Kejora (Venus), bintang
Marikh (Mars), bintang Mustari (Jupiter) dan bintang Zuhal
(Saturnus). Sisanya tidak dapat dilihat kecuali dengan bantuan
teropong bintang, yaitu Uranus, Neptunus dan Pluto. Sesungguhnya
kedelapan planet itu adalah satelit matahari. Karena bumi kita ini
tergolong pula dalam satelit matahari, maka bumi ini disebutlah pula
planet, jadi ada sembilan planet. Disamping itu ada pula satelit
matahari yang terdiri atas bungkahan-bungkahan yang disebut astroid
(bintang-bintang kecil), diduga berasal dari sebuah planet yang telah
berantakan, sehingga biasa pula disebut dengan planetoid. Sehingga
pada bagian dalam dari bumi ada 2 planet, pada bagian luar ada 6
planet ditambah 1 planetoid. Di samping itu ada pula satelit matahari
yang disebut komet, bintang berekor. Diduga bintang-bintang beralih
(meteor) yang setiap saat menghantam bumi bersumber dari
planetoiod. Sedangkan apabila terjadi hujan meteor, maka tatkala itu
bumi masuk ke daerah debu angkasa yang diringgalkan oleh ekor
komet.

Seperti dijelaskan dalam seri yang lalu, yang disebut bintang-bintang


tetap itu beredar mengelilingi pusat galaxy Milky Way. Selanjutnya
galaxies, clusters bergerak saling menjauhi. Kecepatan radialnya
dilihat dari bumi kita berbanding lurus dengan jaraknya dari bumi.
Jadi semuanya bergerak, sehingga dengan majunya astronomi,
penggolongan bintang-bintang menurut kriteria gerak tidak dapat
dipertahankan lagi.

***

Dengan ilmu yang baru, seperti hasil ijtihadi saya, yang saya
presentasikan dalam orasi ilmiyah yang saya dalam Milad
Universitas Muslim Indonesia yang ke-41, 25 Muharram 1416 H, 24
Juni 1995 M, yang telah saya tulis di atas, yaitu materi dan wahyu
diletakkan dalam satu paradigma, maka kriteria penggolongan
bintang-bintang dapat kita meruju' kepada Al Quran.

Firman Allah:
-- ANA ZYNA ALSMAa ALDNYA BZYNT n ALKWAKB (S.
ALSHFT, 6), dibaca: inna- zayannas sama-ad dunya- bizi-natinil
kawa-kibi (s. Ashshaffat), artinya: Sesungguhnya Kami hiasi langit
yang dekat dunia dengan hiasan kawa-kib (37:6).
ALMSHBAh FY ZJAJT ALZJAJT KANHA KWKB (S. ALNWR,
35), dibaca: almishba-hu fi- zuja-jah azzuja-jatu kaanha- kawkabun
(a. Annu-r), artinya: Pelita di tengah kaca dan kaca itu ibarat
kawkab.

-- WHW ALDZY J'AL LKM ALNJWM LTAHTDWA BHA FY


ZHLMATI ALBR WLBhR (S. ALAN'AAM, 97), dibaca: wa huwal
lladzi- ja'ala lakumun nuju-ma litahtadu- biha- fi- zhuluma-til barri
wal bahri (s. Al an'a-m), artinya: Dialah yang menjadikan bagimu
nujum untuk menjadi pedoman dengannya dalam kegelapan malam
baik di darat maupun di laut (6:97).
ALNJM ALTSAQB (S. AL THARQ, 3), dibaca: annajmuts tsa-qib
(s. Aththa-riq), artinya: najmun itu cemerlang (86:3).

Menurut Al Quran ada tiga jenis bintang yaitu kawkabun, najmun


dan buruwjun. Pembagian itu berdasar atas kriteria jarak, keadaan
fisik dan penggugusan. Kawkabun jaraknya dekat (langit yang dekat
dunia, 37:6) dan tidak mempunyai cahaya sendiri (kaca itu ibarat
kawkabun, 24:35), hanya memantulkan cahaya dari sinar matahari.
Najmun letaknya jauh (pedoman dengannya dalam kegelapan malam,
6:97) dan memancarkan sinar sendiri bercahaya cemerlang (najmun
itu cemerlang, 86:3). Dalam Al Quran kata buruwjun (bentuk jama')
selalu dipakai, tidak ada dalam bentuk mufrad (singular).

Adapun klasifikasi benda-benda langit itu secara lengkap seperti


berikut:
1. Kawa-kibun: jaraknya dari matahari(*) diameter(*)
Utarid (Merkuri), 36-juta 2900
Kejora (b.Timur, Venus), 67-juta 7600
Bumi, 93-juta 7913
Marikh (Mars), 142-juta 4100
Mustari (Jupiter), 483-juta 86600
Zuhal (Saturnus), 886-juta 72700
Uranus, 1780-juta 29500
Neptunus, 2790-juta 27800
Pluto, 3670-juta 3600
komet,
planetoid (astroid),
meteor
-------------------------
(*)dalam miles, angka rata-rata dibulatkan

2. Nujuwmun:
bintang tunggal,
bintang kembar,
bintang raksasa,

3. Burujun:
lubang-lubang hitam (black holes),
bintang-bintang redup (kerdil),
galaxy,
cluster

4. Dukhan

dll yang manusia belum dapat dan belum sempat mengenalnya.


WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 11 Oktober 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

344. Makar, Menegakkan Benang Basah, dan Himbauan

Makar berasal dari bahasa Al Quran, dibentuk oleh akar kata yang
terdiri atas tiga huruf Mim, Kef, Ra, MaKaRa yang berarti
merencanakan, kata bendanya Makr(un), rencana. Diriwayatkan
dalam Al Quran Allah mengutus Nabi Shalih AS kepada bangsa
Tsamud, yang ahli dalam bangunan. Bangsa Tsamud merencanakan
menyerang Nabi Shalih AS beserta keluarganya di malam hari.

Firman Allah:
-- WMKRWA WMKR ALH WALH KHYR ALMAKRYN (S. AL
'AMRAN, 3:54), dibaca: wamakaru- wamakara Lla-hu waLla-hu
khairul ma-kiri-n, artinya: Mereka berbuat makar (rencana) dan Allah
berbuat makar (rencana) dan Allah adalah sebaik-baik berbuat makar
(rencana).
-- WMKRWA MKRA WMKRNA MKRA WHM LA YSY'ARWN
(S. ALNML, 27:50), dibaca: wamakaru- makran wamakarna- makran
wahum la- yasy'uru-n, artinya: Mereka bermakar dengan suatu makar
dan Kami bermakar dengan suatu makar, sedang mereka tiada sadar.

Akibat makar bangsa Tsamud itu terhadap Nabi Shalih AS beserta


umatnya, Allah merobohkan bangunan-bangunan bangsa Tsamud.
-- FANZHRWA KYF KAN 'AAQBT MKRHM ANA DMRNHM
WQWMHM AJM'AYN (S. ALNML, 27:51), dibaca: fanzhuru- kaifa
ka-na 'a-qibatu makrihim anna- dammarna-hum waqawmahum
ajma'i-n, artinya: Maka perhatikanlah bagaimana akibat makar
mereka itu, sesungguhnya Kami binasakan mereka dan kaumnya
(Tsamud) sekalian.

Dalam bahasa Indonesia makar mempunyai arti khusus, yaitu


berencana untuk menggulingkan sebuah pemerintahan yang sah
(bukan syah!) secara inkonstitusional.

***

Pada waktu menjelang balig, dalam zaman pendudukan Jepang, saya


menyaksikan di kampung seorang yang menganggap dirinya jagoan
bernama Kade' bukan main beraninya menggertak lawannya
memberikan ultimatum dengan badik terhunus di pasar. Tappali' sang
lawan tidak gentar atas gertakan itu dan akibatnya? Sang jagoan tiba-
tiba seperti ayam jantan yang bulu kuduknya merinding ke atas,
kedua sayapnya dikepitkan masuk, bulu-bulunya menempel rapat
sehingga tubuhnya menjadi kecil, sebuah pernyataan sikap yang
sangat ketakutan. Skenario ini berulang dalam bulan Oktober 1998.
Barisan Nasional (Barnas) yang menganggap dirinya berani, garang
dalam pernyataan-pernyataannya tiba-tiba mulai bersikap membantah
apa yang telah dilontarkannya, selayak menjilat ludah yang telah
disemprotkannya keluar.

Rahmat Witular, sekjen Barnas merasa dituding oleh Presiden


Habibie dalam pidatonya pada 5 Oktober 1998. Yang bungkuk
dimakan sarung. Yang merasa tertuduh, sesungguhnya berindikasi
tertuduh. Rahmat Witular mengatakan bahwa Barnas tidak
bermaksud berbuat makar, karena, katanya, Barnas tetap mengacu
pada UUD-1945. Barnas mencoba menegakkan benang basah,
rupanya gentar merasa dituding, lalu mengingkari apa yang telah
dinyatakannya di Bandung.

Syahdan, semua pemirsa media elektronika dan pembaca media


grafika tahu, Barnas menyatakan diri mendukung Gerakan Reformasi
se-Jawa (Gerja) yang diprakarsai Gerakan Reformasi Bandung. Pada
1 Oktober 1998, hari Kamis, Gerja ini memaklumkan seruan unjuk-
rasa secara besar-besaran seluruh Jawa untuk menggerakkan
kekuatan rakyat guna mengganti Habibie dengan presidium ataupun
komite rakyat. Unjuk-rasa secara besar-besaran itu direncanakan
akan dilancarkan selama 40 hari mulai 5 Oktober 1998 di seluruh
pulau Jawa. Persekongkolan Bandung itu dihadiri oleh tokoh-tokoh
Barnas, seperti Kemal Idris sang ketua Barnas, Subroto, Ali Sadikin
dan Dimyati Hartono (yang tidak berani menyambut tantangan Yusril
Ihza Mahendra untuk berdebat secara terbuka mengenai sahnya
Habibie sebagai Presiden Republik Indonesia).

Sejak di bangku SMP orang sudah tahu tidak ada itu yang dinamakan
presidium atupun komite rakyat dalam UUD-1945. Itu cuma ada
dalam perbendaharaan kamus revolusi Marx-Engels. Sehingga
membentuk presidium ataupun komite rakyat adalah inkonstitusional.
Padahal semua orang tahu mengganti pemerintahan dengan cara
inkonstitusional, itu namanya makar. Rahmat Witular yang
mengatakan belakangan bahwa Barnas tidak bermaksud berbuat
makar, karena, katanya, Barnas tetap mengacu pada UUD-1945,
padahal presidium ataupun komite rakyat tidak ada dalam UUD-
1945, berarti berupaya mencoba menegakkan benang basah. Barnas
telah menjilat air liurnya.

Ada baiknya direkam pula dalam kolom ini deklarasi Komite Aksi
Kemaslahatan Ummat Sulawesi Selatan di masjid Al Markaz Al
Islami dalam rapat akbar dan istighatsah, hari Selasa, 13 Oktober
1998, yang terdiri atas lima sikap. Pertama, tidak mentolerer setiap
gerakan massa yang mengatas-namakan rakyat untuk meronrong
pemerintahan BJ Habibie. Kedua, mendukung sepenuhnya rencana
pemerintah untuk melaksanakan agenda reformasi nasional. Ketiga,
menghimbau kepada ummat Islam agar senantiasa waspada terhadap
gerakan komunis gaya baru. Keempat, menyerukan kepada ummat
Islam Sulawesi Selatan untuk tidak terpancing dengan langkah-
langkah Barisan Nasional. Kelima, mengingatkan pemerintah
khususnya ABRI agar tidak terpancing meninggalkan atau memusuhi
ummat Islam.

Sebelum deklarasi itu diumumkan, KH Ali Yafie mengingatkan


ummat Islam untuk segera merapatkan barisan dan jangan mau diadu
domba oleh orang-orang yang ingin memanfaatkan situasi sesaat.
Juga tokoh demonstran reformasi Egy Soejana mengingatkan dalam
orasinya agar badut-badut politik utamanya Barisan Nasional mau
menahan diri tidak memperkeruh suasana. Kalau tidak, ummat Islam
akan melawan mereka, karena ketenangan sangat dibutuhkan untuk
melaksanakan agenda reformasi nasional.

Alhasil, kolom ini menghimbau ummat Islam seluruhnya, utamanya


remaja, pemuda, mahasiswa, tiliklah dengan baik jika diajak
berunjuk-rasa. Jika ajakan unjuk-rasa itu murni menyangkut
reformasi, seperti misalnya reformasi hukum dalam hal mendukung
sepenuhnya langkah Kajati Sulsel HM Gaguk Soebagiyanto SH
untuk tetap membawa HM Nurdin Khalid ke pengadilan, maka
terpuji sekali jika ajakan itu dipenuhi. Akan tetapi apabila yang
mengajak itu hanya menjadikan isu reformasi sekadar kendaraan
untuk mengeruhkan suasana seperti Gerja, Barnas dan sejenisnya,
maka tampiklah ajakan itu supaya terhindar dari musibah
dimanfaatkan sebagai pendorong gerobak, lalu kemudian menjadi
sepah tebu, habis manis sepah dibuang. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 18 Oktober 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

345. Awas Globalisasi Panas Bumi

Kita tinggalkan dahulu bola langit dan pergolakan hamba Allah di


bumi ini yang banyak terjadi peristiwa kontradiktif. Seperti misalnya
Komnas HAM yang tanpa pertimbangan kemanusiaan mendesak Gus
Dur yang sedang sakit parah untuk menunjuk siapa itu menteri yang
berada di belakang peristiwa pembantaian dukun sihir. Bukankah
desakan itu akan memperparah penyakit beliau yang sudah parah.
Menurut hemat saya tidak usah dianggap serius ucapan Gus Dur,
termasuk pandangan politik beliau, karena otak (mekanisme untuk
berfikir) beliau belum pulih dari serangan penyakit, sehingga
efektifitas berfikirnya menurun. Dari peristiwa ini saja terjadi dua hal
yang kontradiktif. Yaitu pertama, Komnas HAM yang tanpa
pertimbangan kemanusiaan, dan kedua, menganggap serius ucapan
Gus Dur yang efektifitas berfikirnya menurun.

Maka kita palingkan perhatian ke arah musibah besar yang sementara


berproses. Baru-baru ini pada layar kaca media elektronika kita
bersama (bagi yang sempat dan berminat) menyaksikan gambar
berwarna dari bola bumi yang berotasi. Pada gambar itu tampak
selubung warna merah pada samudera Pasifik yang menunjukkan
suhu di tempat itu meningkat. Itulah yang mengancam penduduk
bumi sekarang ini, yaitu pemanasan global atau globalisasi panas
bumi. Panas global itu menyebabkan es pada kutub utara dan selatan
mencair, sehingga permukaan air laut naik. Lebih-lebih lagi panas
global itu menjadi pula penyebab ganasnya El Nino yang membawa
musibah iklim yang sangat kering dan akan mengganasnya La Nina
pembawa iklim yang sangat basah.

Panas global itu adalah akibat ulah manusia. Firman Allah:


-- ZHHR ALFSAD FY ALBR WALBHR BMA KSBT AYDY
ALNAS (S. AlRWM, 20:41), dibaca: zharal fasa-du fil barri walbahri
bima- kasabat aidin na-s, artnya: Lahirlah kerusakan-kerusakan di
darat dan di laut akibat tangan-tangan manusia.

Mengapa panas global diakibatkan oleh ulah manusia? Dengarlah


isyarat Allah SWT dalam Al Quran:
-- ALDZiY J'AL LKM MN ALSYJR ALAKHDHR NARA FADZA
ANTM MNH TWQDWN (S. YaSin, 36:80), dibaca: alladzi- ja'ala
lakum minasy syajaril akhdhari na-ran faidza- antum minhu tu-qidu-
n, artinya: Yaitu (Yang) menjadikan api bagi kamu sekalian dari
pohon hijau dan kamu dengan itu membakar.

Dalam dunia ilmu pengetahuan dikenal khlorofil, dari bahasa Yunani


khloros (hijau) + phyllon (daun) di-Indonesiakan menjadi hijau daun.
Dalam inti sel tumbuh-tumbuhan terdapat butir-butir berwarna, salah
satu di antaranya yang terpenting ialah butir berwarna hijau.

Dengan menempatkan sumber informasi yang berasal dari Ayat


Qawliyah dan Ayat Kawniyah dalam satu kerangka, maka istilah zat
hijau daun itu perlu dikoreksi menjadi zat hijau pohon, ALSYJR
(pohon) ALAKHDHR hijau. Butir-butir berwarna hijau ini bukan
hanya terdapat di daun melainkan terdapat pada seluruh bagian
pohon yang masih hijau warnanya, di akar, batang, cabang, dahan,
ranting, daun, pucuk, ulam, bunga, putik dan buah. Dengan
pertolongan sinar matahari zat hijau pohon ini menyusun bahan baku
air dan karbon-dioksida di udara menjadi bahan bakar (juga
makanan) dan oksigen. Jadi zat hijau pohon itu mengadakan proses
penyusunan dari air dan karbon-dioksida menjadi bahan bakar dan
makanan dengan pertolongan sinar matahari, sehingga proses itu
disebut dengan proses foto-sintesis, (photon = cahaya dan synthese =
penyusunan).

Dilihat dari segi peralihan energi, zat hijau pohon mentransfer energi
radiasi menjadi energi potensial kimiawi dalam bahan bakar dan
makanan. Jika bahan bakar dibakar, artinya bahan bakar itu
bersenyawa dengan oksigen terjadilah reaksi eksotherm,
mengeluarkan panas, lalu menghasilkan kembali air dan karbon-
dioksida. Yang dari segi peralihan energi terjadi transfer energi dari
energi potensial kimiawi menjadi energi panas yang disebut api.
Demikianlah penjelasan: Yang menjadikan api bagi kamu sekalian
dari pohon hijau dan kamu dengan itu membakar (36:80).

Dari keterangan di atas itu kita lihat bahwa pembakaran bahan bakar
menghasilkan karbon-dioksida, dan dengan proses foto-sintesis yang
dilakukan oleh zat hijau pohon, air + karbon-dioksida diubah menjadi
bahan bakar + oksigen.

Karbon-dioksida dalam ilmu pengetahuan lingkungan disebut gas


rumah kaca. Mengapa disebutkan demikian, karena karena gas ini
menjadi penyebab terjadinya efek rumah kaca. Di tempat beriklim
dingin buah-buahan dan sayur-sayuran ditanam dalam rumah kaca,
yang berfungsi sebagai perangkap panas. Penjelasannya seperti
berikut:

Energi radiasi sinar gamma dari bagian dalam matahari menembus


keluar, sehingga energinya berkurang setelah sampai di luar. Energi
radiasi yang berdegradasi itu dikenal sebagai foton yang memancar
ke sekeliling matahari termasuk bumi. Di bumi foton itu menembus
kaca dari rumah kaca. Dalam rumah kaca foton itu memukul
molekul-molekul udara, sehingga getaran molekul udara itu dipacu,
frekuensi getarannya meningkat, suhu udara meningkat. Maka
terjadilah transfer energi dari energi radiasi menjadi energi panas.
Kaca adalah pengantar panas yang jelek, jadi panas sukar menembus
keluar dari rumah kaca. Padahal sementara itu foton terus-menerus
menembus masuk, sehingga panas dalam rumah kaca terus
meningkat. Panas terperangkaplah dalam rumah kaca. Itulah efek
rumah kaca.
Pembakaran dalam pabrik-pabrik menghasilkan karbon-dioksida
terus-menerus, sehingga itu menumpuk di udara. Ruang antara
lapisan karbon-dioksida dengan tanah di darat (filbarri) dan dengan
muka laut (filbahri), tak ubahnya dengan ruang dalam rumah kaca.
Artinya lapisan karbon-dioksida di udara membangun rumah kaca
yang besar baik di darat maupun di laut. Karbon-dioksida sifatnya
sama dengan kaca, mudah ditembus sinar matahari, sukar ditembus
panas. Maka terperangkaplah panas di bawah lapisan karbon-
dioksida. Terjadilah pemanasan global. Alhasil pemanasan global
adalah akibat ulah manusia. Yaitu terlalu banyak melepaskan karbon-
dioksida dari budak-budak tenaga (energy slaves) yang disebut
mesin-mesin. Gas asap mesin-mesin stasioner di pabrik-pabrik dan
mesin-mesin propulsi menyebabkan emisi karbon-dioksida makin
menjadi-jadi.

Bagaimana caranya supaya pemanasan global tidak meningkat?


Pertama, kurangi pemakaian budak-budak energi. Kedua, pelihara
hutan, minimalkan HPH! Karena zat hijau pohon mengubah karbon-
dioksida menjadi oksigen. Eloknya kurangi main kayu dalam arti
industri kayu dikurangi, cukup industri kertas saja. WaLlahu a'lamu
bisshawab.

*** Makassar, 25 Oktober 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

346. Bhinneka Tunggal Ika

Setelah 70 tahun Sumpah Pemuda, maka: Berbangsa satu, bangsa


Indonesia, mendapat terpaan hebat, yang menyebabkan sikap anak-
anak bangsa ini terkelompok menjadi tiga: negara kesatuan, negara
federasi dan separatis. Kelompok pertama dan kedua masih dalam
kerangka Sumpah Pemuda, sehingga tidak begitu mengkhawatirkan.
Namun kelompok ketiga sudah keluar dari kerangka Sumpah
Pemuda. Kelompok ketiga pernah besuara nyaring dari Irian Jaya dan
Timtim, yang mengatakan, jika Megawati tidak terpilih jadi presiden
akan memisahkan diri. Tentu tidaklah semua rakyat dalam kedua
daerah itu yang separatis, tetapi karena bersuara nyaring gaungnya
terdengar jauh. Daerah ketiga yang ingin memisahkan diri ialah Bali,
karena mereka menganggap agamanya dihina, yaitu agama Hindu
Bali. Tentu saja seperti rakyat di kedua daerah yang tersebut pertama
itu tidaklah semuanya ingin memisahkan diri, yang berunjuk rasa
belum tentu mewakili seluruh rakyat di daerah Bali.

Penguasa Orde Baru disamping mensakralkan UUD-1945 juga


membuat sebuah monster yang disebut Sara. UUD-1945 tidak boleh
disakralkan, boleh diubah, diamandemen sesuai kebutuhan zaman.
Yang tidak boleh diubah ialah pembukaannya, bukan karena
disakralkan melainkan karena pembukaan itu pada alinea ketiga
terkait dengan proklamasi kemerdekaan. Artinya mengubah
pembukaan berarti membubarkan Negara Republik Indonesia yang
diprokalamsikan pada 17 Agustus 1945. Adalah hal yang sangat
mubadzdzir jika negara ini, yang dipertahankan dengan berkuah
darah dan berlinang air mata akan dibubarkan begitu saja. Demikian
pula mengenai Sara. Rakyat Indonesia oleh Orde Baru dijadikan
ibarat anak kecil dipertakut-takuti dengan hantu. Sara tidak boleh
sekali-kali disentuh harena sensitif. Padahal justru sebaliknya, Sara
menjadi sensitif karena tidak boleh disentuh.

Adat kebiasaan suku-suku perlu sekali dimasyarakatkan dalam hal


menyangkut pergaulan sehari-sehari. Semisal perbedaan dalam
tatakrama bertamu. Ada adat kebiasaan yang berorientasi kualitas.
Tamu yang disuguhi minuman harus meminumnya sampai habis. Ini
mengandung nilai bahwa demikian enaknya (berkualitas) minuman
yang disuguhkan sehingga sang tamu meminum suguhan itu sampai
habis. Akan tetapi ada pula yang berorientasi pada kuantitas, maka
tamu harus menyisakan minumannya. Ini mengandung nilai,
demikian banyaknya (kuantitas) minuman yang disuguhkan sehingga
sang tamu tidak sanggup meminumnya sampai habis.

Demikian pula dengan agama. Perbandingan agama jangan hanya


dalam ruang lingkup akademis, melainkan dimasyarakatkan,
sehingga penganut agama yang satu mengetahui hal-hal yang pokok
mengenai agama lain dari saudara-saudaranya sebangsa. Dengan
demikian timbullah saling pengertian bahwa memang ada perbedaan
pokok di antara agama-agama yang dianut oleh para penganut
masing-masing agama di antara saudara-saudara sebangsa yang
berlainan agama, sehingga tidak mudah tersinggung. Inilah yang
disebut dengan sepakat untuk tidak sama, di antara saudara sebangsa
setanah air. Itulah hakekat Bhinneka Tunggal Ika.

***

Maka dalam kolom ini akan dikemukakan keyakinan ummat Islam


dalam hal kepemimpinan, untuk diketahui oleh saudara-saudara
sebangsa dan setanah air yang tidak beragama Islam dan juga untuk
para remaja dan pemuda Islam yang kurang mengenal ajaran
agamanya sendiri.

Firman Allah dalam Al Quran:


-- FLA TTKHDZWA MNHM AWLYAa HTY YHAJRWA FY
SBYL ALLH (S. ALNSAa, 4:89), dibaca: fala- tattakhidzu- minhum
awliya-a hatta- yuha-jiru- fi- sabi-li Lla-hi, artinya: Maka janganlah
kamu angkat mereka menjadi wali (pemimpin), kecuali jika mereka
telah berhijrah ke jalan Allah.
-- ALRJAL QWAMWN 'ALY ALNSAa (S. ALNSAa, 4:34), dibaca:
arrija-lu kawwa-mu-na 'alan nisa-i, artinya: Laki-laki itu tulang-
punggung (pemimpin) atas perempuan.

Jadi menurut keyakinan ummat Islam berdasarkan agamanya,


dilarang mengangkat kepala negara yang tidak beragama Islam (4:89)
dan tidak boleh pula menjadikan perempuan sebagai pemimpin
(4:34). Mengenai ayat (4:34) ini ada dua penafsiran, yang jumhur
(main stream) menafsirkannya secara tekstual, perempuan tidak
boleh diangkat jadi kepala negara. Hanya sedikit yang
menafsirkannya secara kontekstual, yaitu laki-laki itu pemimpin
perempuan dalam konteks kehidupan berumah tangga.

Ahmad Muflih Saefuddin yang menyatakan siap mencalonkan diri


menjadi presiden, ketika ditanya apakah ia siap bersaing dengan
Megawati, ia mantap meyatakan kesiapannya. "Diakan agamanya
Hindu. Saya Islam. Relakah rakyat Indonesia presidennya beragama
Hindu." Ketika para wartawan menyebutkan Megawati seorang
Muslim, Saefuddin menukas: "Di koran-koran masa anda tidak tahu,
saya lihat (fotonya) sembahyang di pura." Ketika wartawan
mendesak: "Tapi ia menikahkan anaknya secara Islam", dengan
enteng Saefuddin menjawab: "Mungkin dia agamanya dua."

Pada waktu saya masih di SMA saya mempunyai adik kelas bernama
Jalu, anak R. Marjatmo alias Jatmo yang direktur SMA tersebut. Jalu
pernah berkata kepada saya: "Nur, saya itu sudah sembahyang di
mesjid, juga di gereja, juga di pure." Saya menjadi heran waktu itu,
lalu sepulangnya ke rumah saya bertanya kepada ayah saya, mengapa
ada orang tiga agamanya. Ayah saya menjawab pendek: "Itu yang
disebut sinkretisme."

Jawaban Saefuddin yang spontan secara singkat atas pertanyaan-


pertanyaan wartawan, bagi saudara-saudara kita sebangsa dan
setanah air yang beragama Hindu, terkesan menghina agama Hindu
dan diskriminatif: "Relakah rakyat Indonesia presidennya beragama
Hindu." Semestinya ia menjawab: "Menurut ajaran agama saya,
ummat Islam dilarang memilih presiden yang bukan Islam, dan
perempuan tidak boleh jadi presiden. Sehingga saya yakin dapat
menyaingi Megawati, karena Megawati saya lihat gambarnya
sembahyang di pura, jadi ia beragama Hindu, lagi pula ia perempuan
sehingga rakyat Indonesia yang beragama Islam yang jumlahnya jauh
lebih banyak tentu tidak akan memilihnya menjadi presiden."

Secara substansial kalimat pendek Saefuddin dengan uraian panjang


itu adalah sama. Memang orang biasa menjawab pendek-pendek
dalam menjawab wawancara. Saefuddin telah menyadari terkesan
menghina agama Hindu dengan kalimat pendeknya itu, makanya itu
ia telah minta maaf. Andaikan tidak diperpolitiser sesungguhnya hal
itu telah selesai. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 1 November 1998 [H.Muh.Nur Abdrrahman]

[BACK] [HOME]

347. Antara Legitimasi Formal dengan Legitimasi Riel

Karena Winters menjadi tersangka, ia mencerca sistem hukum


Indonesia, yang katanya itu hukum kolonial yang digunakan oleh
pemerintah Habibie. Mencerca sistem hukum negara Republik
Indonesia yang dikatakannya hukum kolonial, berarti Winters
menghina bangsa Indonesia. Tidak percaya? Bacalah hasil
wawancara yang berikut ini:

Kalau memang pemerintah Habibie mau menjadikan saya tersangka,


maka itu berarti bahwa sebenarnya pemerintah Habibie ingin tetap
menggunakan suatu instrumen hukum yang sebenarnya punya
sejarah kolonial, yaitu dari zaman Belanda. Negara demokrasi tidak
punya hukum kolonial seperti itu. Jadi itu hukum yang dipakai,
kemudian dipakai Suharto dan sekarang dipakai oleh Habibie.

Winters boleh saja tidak mengakui legitimasi sistem perundang-


undangan kita, karena ia warga-negara Amerika. Akan tetapi rakyat
Indonesia harus melaknat Winters sekeras-kerasnya, karena ia
menghujat sistem hukum kita yang dikatakannya hukum kolonial
warisan Belanda. Selanjutnya rakyat Indonesia sangat patut meminta
pertanggungan-jawab kepada meraka yang telah mendatangkan
Winters ke Indonesia ini. Bagaimanpun juga mereka yang terlibat
dalam aktivitas mendatangkan Winters itu, harus bertanggung jawab,
oleh karena kedatangan Winters itu mengakibatkan keluarnya hujatan
Winters yang menghina bangsa Indonesia.

"Gara-gara berita anda, orang-orang Barisan Nasional (Barnas) di


sini geger. Mereka semua saling menebak siapa calon satria piningit,"
kata Syamsul, stafhumas Barnas kepada Bangkit, tabloid yang
beralamatkan Jl Palmerah Barat 29-33, Jakarta. Menurut Bangkit
kantornya kebanjiran telepon menanyakan siapa itu satria piningit,
mulai dari bapak-bapak hingga orang tua, yang menurut tabloid itu
pula menjadi bahan perembukan para pengurus Barnas. Menurut
Mbah Giman alias Sultan H Joko Lelono sang Ratu Adil satria
piningit itu kini telah berumur 56 tahun dan berasal dari militer,
berpangkat letnan jenderal dan pensiun menjelang Soeharto lengser
keprabon.

Kalau keterangan stafhumas Barnas benar demikian, bahwa satria


piningit itu menjadi bahan diskusi para pengurus Barnas, saling
menebak siapa itu satria piningit di antara mereka, maka Masya-
Allah, dalam era globalisasi yang membuang jauh-jauh yang berbau
tahyul dan khurafat, pengurus Barnas yang berdiskusi itu masih
percaya tahyul dan khurafat dan ingin mendapatkan legitimasi dari
tahyul satria piningit tersebut. Kalau memang benar demikian, maka
maklumlah kita mengapa Barnas tidak mau mengakui legitimasi
pemerintahan Habibie.

Negara Republik Indonesia yang penduduknya hampir 200 juta


orang, ditambah pula dengan wilayahnya yang luas, tentu tidak
mungkin dapat melakukan musyawarah secara langsung. Sehingga
harus menempuh tehnik permusyaratan perwakilan. Orang sekarang
digiring ke arah dikhotomi, yaitu legitimasi formal (konstitusional)
versus legitimasi informal (legitimasi riel). Ada yang menganggap
wakil-wakil rakyat hasil Pemilu yang baru lalu (dan Pemilu-Pemilu
sebelumnya) tidak mempunyai legitimasi riel, oleh karena wakil-
wakil rakyat yang terpilih itu melalui proses pemilihan yang curang.
Ada yang menganggap wakil-wakil rakyat itu mempunyai legitimasi
formal, karena telah terpilih secara konstitusional. Golongan pertama
menolak SI MPR dan golongan kedua mendukung SI MPR. Kalau
kita memakai kriteria pengerahan massa maka sampai kolom ini
ditulis, golongan pendukung SI MPR lebih dominan ketimbang
dengan yang menolak. Forum Silaturrahim Ulama-Habaib dan Tokoh
Masyarakat yang menggelar apel akbar ummat Islam se-Jabotabek
hari Kamis, 5 November 1998 di Istora Senayan, merupakan sebagai
bentuk unjuk-rasa ummat Islam yang mendukung SI MPR. Ummat
Islam peserta rapat akbar itu menumpah-ruah stadion terbesar di Asia
Tenggara itu, yang kapasitasnya 110.000 orang. Lagi pula Kongres
Ummat Islam di Jakarta mendukung SI MPR.

Kalau kita sedikit rasional sesungguhnya kedua sikap yang


dikhotomis itu dapat diakomodasikan. Secara jujur harus diakui
kenyataan bahwa dalam Pemilu yang baru lalu terjadi kecurangan di
sana sini. Namun kalau kita berpikir secara jernih ada wakil-wakil
rakyat yang terpilih yang tidak jadi-jadian, yaitu betul-betul wakil-
wakil rakyat yang sesungguhnya. Wakil-wakil rakyat dari PPP dan
PDI, kedua kontestan yang dicurangi, tentu mereka yang terpilih itu
betul-betul wakil rakyat yang mempunyai legitimasi riel. Dalam pada
itu wakil-wakil rakyat dari Golkar harus pula diakui bahwa tidak
semuanya yang jadi-jadian, sebab tidak juga masuk akal sehat jika
dikatakan terjadi kecurangan 100%, katakanlah hanya puluhan
persen. Karena belum ada penelitian tentu tidak dapat disebutkan
secara eksak dalam persen kuantitas kecurangan itu, maka kita
katakan saja puluhan persen. Jadi wakil-wakil rakyat hasil Pemilu
yang tidak jadi-jadian yang mempunyai legitimasi riel adalah semua
wakil rakyat dalam PPP + semua wakil rakyat dalam PDI + (100% -
puluhan%) dari wakil rakyat dalam Golkar. Mereka inilah wakil-
wakil rakyat yang sekali-gus mempunyai legitimasi formal dan
legitimasi riel.

Alhasil jika mau berpikir jernih, tidak emosional, tidaklah logis jika
menolak SI MPR. Karena SI MPR ini adalah koridor menuju sasaran
tercapainya Pemilu yang luber, jurdil dan bersih, yang insya-Allah
akan dilaksanakan pertengahan tahun 1999 yang akan menghasilkan
wakil-wakil rakyat yang 100% mempunyai legitimasi formal dan riel,
yang akan mengadakan SU MPR yang insya-Allah akan bersidang
dalam akhir tahun 1999. Secara hakikat SU MPR tersebut tidak lain
merupakan konsiliasi nasional yang sesungguhnya. Aspirasi-aspirasi
yang sebanyak itu yang dilontarkan dalam unjuk-rasa tentu saja tidak
dapat semuanya ditampung dalam agenda SI MPR yang hanya
berlangsung dalam tiga hari itu. Namun SI MPR patut
memperhatikan betul rekomendasi politik Kongres Ummat Islam
utamanya pencabutan ketentuan asas tunggal. Dalam pada itu
kelompok-kelompok pengunjuk rasa yang belum tertampung
aspirasinya, cobalah bersabar sedikit menunggu SU MPR, karena
-- WALLH YHB ALSHBRYN (S. AL 'AMRAN, 3:146), dibaca:
waLla-hu yuhibbush sha-biri-n, artinya: Sesungguhnya Allah
mengasihi orangorang sabar. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 8 November 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

348. Peluru Karet versus Bom Molotov

Pada layar kaca saya lihat rektor Universitas Atmajaya mengomel


mengapa petugas sampai ke dalam kampus Atmajaya menindaki
mahasiswa. Sebelumnya saya saksikan bom molotov dilemparkan
keluar ke arah pasukan penjaga keamanan dari dalam pekarangan
kampus Atmajaya. Inilah ekses unjuk-rasa "damai" yang yang
bernuansa show of force. Juga Kiyai Haji Abdul Qadir Jailani yang
pernah dihukum rejim Orde-Baru (kalau saya tidak salah ingat)
selama dua setengah tahun, menyaksikan dengan matanya sendiri
mahasiswa dari kampus Atmajaya melempari batu kepada mobil
yang mengangkut rombongan pengunjuk rasa yang mendukung SI
MPR yang dijuluki Pam Swakarsa. Dari mana batu itu diambil kalau
tidak disediakan terlebih dahulu. Sebagai senjata tentu tidak ada
bedanya antara peluru karet, bom molotov dan batu.

Tiga hari sesudah Suharto lengser keprabon, kolom ini tanggal 24


Mei 1998 menyajikan Seri 323 yang berjudul: MensucikanNya,
MemujiNya dan Minta Ampun KepadaNya. Judul ini diangkat dari:
-- FASBh BhMD RBK WASTGHFRH AnH KAN TWABA (S.
ALNSHR, 310:3),
dibaca: fasabbih bihamdi rabbikan wastaghfirhu innahu- ka-na
tawwaba-, artinya: Maka sucikanlah serta pujilah dan minta
ampunlahkamu kepada Maha Pemeliharamu sesungguhnya Dia Maha
Penerima taubat.

Surah [310:3] tersebut diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW


dalam hubungannya dengan kemenangan pendudukan atas kota
Makkah secara damai oleh pasukan Islam dari Madinah.

Setelah kita mencapai kemenangan disuruh tasbih (FASabBiH),


mensucikan Allah, hanya Allah Yang Maha Suci, suci dari kesalahan.
Manusia tidak luput dari kesalahan, terutama yang berwatak impulsif
emosional.

Setelah kita mencapai kemenangan disuruh tahmid, memuji Allah


Yang Maha Pengatur dan Pemelihara (bihamdi Rabbika). Inilah
ajaran berakhlak terhadap Allah SWT. Bahwa yang patut dipuji
dalam hasil kemenangan melengserkan Suharto keprabon adalah
Allah SWT, tidak boleh memuji manusia, apa pula memuji
menyombongkan diri sendiri: "Kalau bukan jasa si anu, kalau bukan
jasa saya, kemenangan ini tidak mungkin tercapai."

Setelah mencapai kemenangan disuruh istighfar, minta ampun


kepada Allah SWT (wastaghfirrhu), berhubung dalam proses
mencapai kemenangan itu memperbuat kesalahan-kesalahan,
terutama kesalahan yang dapat mengaburkan tujuan reformasi, yaitu
dengan membelok pada kesibukan pro dengan kontra terhadap
Presiden Habibie.

Yang terakhir setelah mencapai kemenangan disuruh tawbat kepada


Allah SWT (innahu- ka-na tawwa-ba-), karena dirinya telah
dimanfaatkan oleh golongan yang mencoba mengeruhkan kemurnian
gerakan moral reformasi damai ini.

Namun setelah mencapai kemenangan melengserkan Suharto


keprabon, umumnya orang lupa mensucikan Allah, lupa memuji
Yang Maha Pengatur dan Pemelihara, lupa minta ampun kepadaNya
dan lupa tawbat kepada Allah SWT, sehingga menjadi mabuk
kemenangan.

***

Suatu kenyataan yang tak dapat disangkal, setelah Suharto lengser


keprabon mahasiswa tidak satu visi lagi, melainkan terpolarisasi
menjadi kelompok pro dengan kontra terhadap Presiden Habibie,
yang kemudian menjelma menjadi kubu yang menerima dengan yang
menentang SI MPR. Padahal SI MPR adalah koridor menuju sasaran
terselenggaranya Pemilu yang insya Allah akan menghasilkan wakil-
wakil rakyat yang mempunyai letigimasi penuh baik secara formal
maupun riel.

Bukan hanya mahasiswa yang pecah menjadi dua kubu. Masyarakat


di luar mahasiswapun terpecah pula menjadi kubu yang mendukung
dengan yang menentang SI MPR. Secara realitas masyarakat yang
mendukung SI MPR jauh mengungguli yang menentang baik secara
kuantitas maupun secara kualitas. Secara kuantitas kita dapat lihat
tatkala pendukung SI MPR Forum Silaturrahim Ulama-Habaib dan
Tokoh Masyarakat menggelar apel akbar ummat Islam se-Jabotabek
hari Kamis, 5 November 1998 di Istora Senayan. Unjuk-rasa ummat
Islam yang mendukung SI MPR peserta rapat akbar itu menumpah-
ruah stadion terbesar di Asia Tenggara itu, yang kapasitasnya
110.000 orang. Secara kualitas pendukung SI MPR tersebut dapat
kita lihat Kongres Ummat Islam di Jakarta yang dihadiri oleh seluruh
golongan ummat Islam dari seluruh pelosok wilayah Republik
Indonesia. Masyarakat yang menentang SI MPR hanya terdiri atas
Barisan Nasional (Barnas) dan golongan nasional sekuler lainnya.
Mereka ini takut kalah bertarung dalam Pemilu secara demokratis.
Mereka berorientasi pada ideologi yang dianut oleh Partai Sosialis
Indonesia, yang para pakarnya bertanggung-jawab dalam meletakkan
dasar strategi pembangunan Orde Baru yang berat ke atas, rapuh ke
bawah yang menyebabkan anak-anak bangsa ini terpuruk ke dalam
jurang serba krisis.

Sesungguhnya unjuk-rasa mahasiswa yang menuju ke gedung MPR


sudah bercampur-baur antara yang menerima dan yang menentang SI
MPR. Mahasiswa yang menerima SI MPR adalah reformis yang
membawakan aspirasi secara damai dengan tema pokok: hapuskan
dwifungsi ABRI, hapuskan asas tunggal Pancasila, adili Suharto.
AlhamduiLlah, ketiga tuntutan itu telah terpenuhi dalam SI MPR,
dengan catatan bahwa anggota ABRI dalam DPR akan dihilangkan
secara bertahap.

Sayang sekali mahasiswa reformis yang menyuarakan aspirasi secara


damai itu dibawa larut dalam arus radikal oleh mahasiswa penentang
yang berupaya menggagalkan SI MPR yang bernuansa bukan lagi
reformasi melainkan revolusi ingin membentuk komite rakyat, atau
MPR Reformasi menurut istilah S.E.Swasono seorang tokoh Barnas.
Mahasiswa radikal ini beriintikan Forkot, yang menjadi ujung
tombak Barnas, tidak mau tahu dengan UUD-1945, ingin
memebentuk komite rakyat. Gerakan Forkot yang radikal ini didanai
oleh Arifin Panigoro sebagaimana diakuinya sendiri.

Gerakan radikal yang berupaya menggagalkan SI MPR tersebut


membawa larut mahasiswa lain, yang pada mulanya reformis, turut
terpancing menjadi radikal pula, sehingga terjadi adu fisik dengan
aparat keamanan. Maka timbullah ekses, korban berjatuhan. Ekses
korban berjatuhan ini memancing rasa solidaritas mahasiswa,
sehingga sasaran menggagalkan SI MPR berubah menjadi isu anti
Polri dan menurut pengakuannya sendiri dalam debat melawan
Sayidiman di SCTV dijadikan alasan oleh S.E.Swasono (baca
Barnas) untuk membentuk komite rakyat. Insya Allah, skenario
Barnas ini tidak akan berhasil, Allah SWT melindungi bangsa
Indonesia! WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 15 November 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

349. Karena Trauma?

Ada yang menarik dengan bincang-bincang di TVRI malam Jumat


yang lalu. Riyas Rasyid mengeluh tetapi juga menganggap lucu
mengapa banyak teman-temannya yang pakar berpikir tidak
istiqamah (konsisten). Katanya, ini menurut Riyas Rasyid, mereka itu
berpendapat bahwa presiden, gubernur dan bupati mestinya dipilih
secara langsung, harus otonomi yang luas bahkan ada yang
berpendapat lebih baik negara ini berbentuk federasi, akan tetapi
mereka itu tidak setuju dengan sistem distrik dalam Pemilu. Padahal
bukankah dengan sistem distrik itu wakil rakyat dipilih secara
langsung. Dalam sistem proporsional wakil rakyat itu dipilih secara
tidak langsung, karena yang menentukan wakil rakyat itu adalah
partai. Dengan sistem distrik begitu perhitungan suara di suatu daerah
pemilihan selesai dilakukan, maka wakil rakyat dari daerah
berangkutan langsung dapat diketahui.

Apa yang dikatakan oleh Riyas Rasyid itu ada benarnya. Para pakar
yang tidak setuju dengan sistem distrik, artinya yang setuju dengan
sistem proporsional, kalau mereka itu berpikir konsisten seharusnya
tidak pula setuju dengan sistem desentralisasi. Karena sistem
proporsional itu sinkron dengan sistem sentralisasi, yaitu wakil
rakyat ditentukan di pusat (baca: Jakarta) oleh pimpinan partai.

Riyas Rasyid kemudian menjawab sendiri keluhannya itu mengapa


para pakar itu berpikir tidak istiqamah. Rencana UU Pemilu yang
menyebutkan sistem distrik itu dibuat oleh pemerintah. Dewasa ini
berkembang pendapat umum bahwa semua yang dari pemerintah itu
salah dan patut dicurigai.

Menurut hemat saya mengapa terjadi alergi umum bahwa semua


yang dari pemerintah itu serba salah dan patut dicurigai, karena
trauma terhadap peristiwa yang dialami rakyat Indonesia selama
pemerintahan Orde Baru, utamanya kecurangan yang dilakukan oleh
Lembaga Pemilihan Umum yang anggotanya melulu terdiri atas para
birokrat yang notabene kader-kader Golkar. Para birokrat itu menjadi
wasit sekali gus pemain sehingga bebas berlaku curang. Gencarnya
tuntutan untuk menghapuskan dwifungsi ABRI adalah juga karena
trauma terhadap perlakuan ABRI terhadap rakyat di beberapa daerah
seperti DOM di Aceh, peristiwa Lampung dan Tanjung Priok selama
Orde Baru, serta banyaknya anggota ABRI yang dikaryakan menjadi
gubernur, bupati dll. (Sebenarnya ungkapan menghapuskan
dwifungsi ABRI tidak tepat, seharusnya menghapuskan peran sospol
ABRI, karena kalau kedua fungsi ABRI dihapus, berarti fungsi
pertahanan kemananpun turut dihapus).

Sehubungan dengan penghapusan peran sospol ABRI ini, menurut


hemat saya tidak perlu sikap mutlak-mutlakan, oleh karena secara
obyektif masih ada fungsi sosial ABRI yang bermanfaat, seperti
ABRI masuk desa. Jembatan-jembatan runtuh yang perlu dibangun
kembali cepat-cepat, jalan-jalan yang tertutup tanah longsor, apa
mesti semuanya itu ditanggulangi oleh PU? Aspirasi ABRI dalam
menyusun undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, tidaklah mungkin dikemukakan oleh mantan-mantan ABRI
dalam parpol yang duduk dalam DPR, oleh karena anggaran yang
dibutuhkan ABRI hanya mungkin secara rasional dapat dikemukakan
oleh anggota ABRI yang masih aktif duduk dalam struktur organisasi
ABRI. Mengenai tidak adanya dalam UUD-1945 perihal penunjukan
anggota ABRI dalam DPR, itu dapat saja dicari jalan keluarnya.
Yaitu dengan cara MPR membuat amandemen atas UUD-1945
bahwa sekian persen dari jumlah anggota DPR terdiri atas anggota
ABRI. Sekian persennya itu ditentukan oleh undang-undang.

Namun, tidaklah semua yang bersikap bahwa semua dari pemerintah


itu serba salah disebabkan oleh trauma. Tokoh-tokoh Barisan
Nasional (Barnas) dan tokoh-tokoh "kritis" lainnya, yang bersikap
menolak lembaga-lembaga formal, yang sekarang menjadi tersangka
makar, bukanlah karena trauma, melainkan ingin menjerumuskan
reformasi damai yang dipelopori anak-anak kita para mahasiswa ke
arah revolusi yang radikal dengan membentuk komite rakyat dan
presidium.

Sekarang ini sedang ramai dibicarakan tentang pro atau kontra


tentang apakah ke-17 orang yang telah dinyatakan tersangka itu
berbuat makar atau tidak. Para pakar hukum mengemukakan teori
subyektif dan obyektif. Menurut teori subyektif kalau ada niat itu
berarti sudah makar, sedangkan menurut teori obyektif baru
dikatakan makar jika memenuhi dua unsur, adanya niat yang
kemudian disusul oleh perbuatan permulaan. Yang melakukan
penyelidikan dan penyidikan adalah kepolisian, sedangkan para pakar
itu, siapapun dia, tidak menyelidik dan tidak menyidik. Lalu
bagaimana para pakar yang tidak setuju tentang adanya makar dapat
mengetahui belum ada perbuatan permulaan? Oleh sebab itu untuk
menghemat energi lebih baik kita tunggu saja proses hukum
selanjutnya, ke-17 tersangka itu diserahkan ke kejaksaan, selanjutnya
ke pengadilan untuk divonis oleh hakim. Yang penting penegak
hukum menjaring tersangka dengan KUHP, bukan UU Subversi
seperti yang dilakukan oleh rejim Orde Lama dan Baru.

Dalam Seri 344 telah dibicarakan juga tentang makar, namun titik
beratnya pada segi etimologi (asal-usul kata). Kita angkat beberapa
kalimat dari Seri 344 mengenai kata makar secara etimologis:

Makar berasal dari bahasa Al Quran, dibentuk oleh akar kata yang
terdiri atas tiga huruf Mim, Kef, Ra, MaKaRa yang berarti
merencanakan pembinasaan, kata bendanya Makr(un). Diriwayatkan
dalam Al Quran Allah mengutus Nabi Shalih AS kepada bangsa
Tsamud, yang ahli dalam bangunan. Bangsa Tsamud berbuat makar
untuk menyerang dan membunuh Nabi Shalih AS beserta
keluarganya di malam hari.

Akibat makar bangsa Tsamud itu terhadap Nabi Shalih AS beserta


umatnya, Allah merobohkan bangunan-bangunan bangsa Tsamud.

FANZHR KYF KAN 'AAQBT MKRHM ANA DMRNHM


WQWMHM AJM'AYN (S. AL NML, 27:51). Dibaca: fanzhur kayfa
ka-na 'a-qibatu makriHim anna- dammarna-hum wa qawmahum
ajma'i-n. Artinya: Maka perhatikanlah bagaimana akibat makar
mereka itu, sesungguhnya Kami binasakan mereka dan kaumnya
(Tsamud) sekalian.

Mulai seri ini penulisan ayat-ayat Al Quran ditransliterasikan secara


huruf demi huruf demi pertimbangan keotentikan, kemudian disusul
cara membacanya, terakhir baru artinya. Ini atas saran para pakar
dosen senior IAIN seperti mantan Rektor IAIN Muh.Saleh Putuhena
dan ananda Kasim Mathar. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 22 November 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

350. Tragedi Ketapang


Tragedi Ketapang mengungkapkan kejengkelan yang terpendam
selama ini terhadap kebijakan pemerintah kota mengeluarkan izin
perjudian. Betapa banyak mendatangkan kesengsaraan atas
kehidupan berumah tangga akibat kepala rumah tangga yang
ketagihan bermain judi. Tiga sekawan: tempat bermain judi, bermain
sex dan bermain mabuk-mabukan (baca: minuman keras, perangsang
dan narkotika), merupakan titik rawan meletusnya konflik semacam
di Ketapang itu. Benturan fisik yang terjadi akibat konflik itu
membawa ekses yang tidak kurang dahsyatnya, karena birokrat yang
mengeluarkan izin tempat maksiyat itu tidak memperhatikan adanya
tempat ibadah yang berdekatan dengan rumah judi seperti di
Ketapang itu. BL yang mengerahkan sekitar 200 orang preman
berwarna kulit legam untuk menyerang pemukiman yang
masyarakatnya tidak senang dengan adanya tempat perjudian itu
menyebabkan terjadinya bentrokan fisik yang merusak mushalla.
Kita dengan gampang saja mengatakan supaya masyarakat jangan
mudah timbul emosinya. Kita lupa bahwa bahu memikul lebih berat
dari sekadar mata memandang atau telinga mendengar. Dalam situasi
yang demikian itu jika ummat secara spontan bereaksi di atas batas
kewajaran akibat timbulnya ghirah untuk membela hak asasinya,
tidaklah bijakasana untuk mengutuk reaksi spontan itu. Sikap yang
wajar terhadap spontanitas itu adalah tidak membenarkan akan tetapi
dapat memahaminya.

Tragedi Ketapang menunjukkan masih aktifnya aktor intelektual


(aktel) yang terpendam sosoknya namun muncul pula menunggangi
tragedi Ketapang ini. Aktel itu mengelurkan dan menyebarkan isu
ada mesjid dibakar di Ketapang sehingga membakar kemarahan
ummat dengan bertindak di atas batas kewajaran. Aktel yang masih
tersembunyi ini terus-menerus berupaya untuk menimbulkan khaos
sebagai sasaran antara dan revolusi sosial sebagai sasaran utama.
Aktel ini tidak menginginkan Pemilu karena melalui Pemilu aktel
tersebut tidak yakin dirinya akan mampu mendapat pasaran dalam
bursa Pemilu.

Siapa tahu, hanya Allah Yang Maha Tahu, para tersangka makar dari
tokoh-tokoh Barnas, Pudi dan PDI perjuangan yang mengklaim atas
nama rakyat (entah dari mana mereka mendapatkan legitimasi untuk
mengklaim itu) untuk membubarkan MPR dan menggantinya dengan
MPRS atau komite rakyat dan mengganti Pemerintahan Habibie
dengan presidium, boleh jadi mereka sang tersangka itu hanya
sekadar pion-pion dari seorang atau sekelompok kecil aktel tersebut.
Mudah-mudahan konstatering ini tidak benar, sebab jika benar
kasihan sekali para tersangka yang pakar-pakar dan mantan-mantan
petinggi ABRI itu tidak menyadari diri mereka itu dijadikan hanya
sekadar pion-pion belaka.

Kita lihat bagaimana liciknya aktel ini mengirim pion-pionnya


mengeruhkan kemurnian gerakan moral reformasi damai anak-anak
kita mahasiswa yang berunjuk-rasa membawakan aspirasinya untuk
didengarkan oleh anggota SI MPR yang sedang bersidang. Artinya
anak-anak kita mahasiswa yang masih murni itu tidak menginginkan
untuk menggagalkan SI MPR, sebab kalau gagal lalu bagaimana
aspirasinya itu dapat tertampung. Yang sangat perlu digaris bawahi
bahwa hampir semua substansi dari Tap MPR hasil SI MPR tersebut
tidak mungkin sedemikan hasilnya tanpa unjuk-rasa anak-anak kita
mahasiswa. Sayang sekali dan sangat disesalkan terjadinya bentrokan
fisik yang disebabkan oleh pion-pion yang dikirim oleh aktel ikut
mengambil bagian pada baris terdepan, yang tatkala berhadap-
hadapan dengan petugas keamanan menggoda, menghasut,
melempari batu bahkan kotoran, sehingga memancing emosi petugas
keamanan. Pada saat petugas keamanan terpancing emosinya pion-
pion tersebut membuka barisannya, sehingga anak-anak kita
mahasiswa yang membawakan aspirasi murni itulah yang
menanggung akibat tindakan represif di atas batas kewajaran dari
petugas keamanan. Namun harapan atau keinginan aktel itu untuk
menciptakan khaos dengan sasaran menggagalkan SI MPR tidak
tercapai.

Ada satu hal yang patut dicatat tentang unjuk-rasa. Apabila


jumlahnya puluhan ribu, maka sukar sekali bagi pimpinan
pengunjuk-rasa itu untuk dapat mengetahui masuknya kelompok
kecil pendompleng. Akan tetapi jika jumlahnya relatif kecil maka
pimpinan pengujuk-rasa ataupun yang ikut memantau dari luar
barisan dapat mengetahui dengan gampang adanya pendompleng
yang menyusup. Contoh yang dekat dan baru saja terjadi ialah long
march aksi keprihatinan mahasiswa UMI pada hari Selasa, 24
November 1998 ybl. Komite Masyarakat Sulawesi (Komas)
mendompleng ikut bergabung yang membagi-bagikan selebaran
berisikan seruan aksi. Mahasiswa UMI yang yakin gerakannya itu
murni langsung mengumpulkan selebaran berwarna kuning dan
merah itu kemudian merobek-robeknya.

Dari segi masih adanya aktivitas pion-pion aktel ini yang mencoba
menimbulkan khaos dalam masyarakat, kita dapat memahami
gagasan Agum Gumelar untuk mengadakan dialog nasional. Ini
penting diselenggarakan walaupun tidak mungkin untuk dapat
menyatukan pendapat antara pendukung pemerintah dengan oposan,
namun sekurang-kurangnya dapat timbul saling pengertian (ta'arruf),
disertai dengan sikap tidak ingin saling memaksakan kehendak. Jika
saling pengertian ini telah terjalin, maka setiap kelompok dapat
menjaga diri dari hasutan kelompok kecil aktel yang selalu
menghendaki khaos sebagai suatu strategi untuk menimbulkan
revolusi sosial. Lalu terciptalah keamanan dan rasa aman yang sangat
kita butuhkan menjelang Pemilu yad.

Firman Allah:

W J'ALNKM SY'AWBA W QBA"L LT'AARFWA (S.ALHJRAT


49:13), dibaca: wa ja'alna-kum syu'u-ban wa qaba-ila lita'a-rafu- (s.
alhujura-t, 13), artinya: dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
(bermacam-macam ummat) supaya kamu berta'arruf.

LA AKRAH FY ALDYN (S. ALBQRT, 2:256) dibaca: la- ikra-ha


fiddi-n (s. albaqarah, 256), artinya: tidak ada paksaan dalam agama.

Ta'arruf ialah saling kenal pendapat dan argumentasi antara satu


dengan yang lain, serta saling tidak memaksakan kehendak dalam arti
sadar akan aturan main (baca: konstitusional). Sedangkan agama
tidak boleh dipaksakan, mengapa pula akan memaksakan kehendak!

Mulai seri 349 penulisan ayat-ayat Al Quran ditransliterasikan secara


huruf demi huruf demi pertimbangan keotentikan, kemudian disusul
cara membacanya, terakhir baru artinya. Ini atas saran para pakar
dosen senior IAIN. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 29 November 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]\

351. Ummat Islam dan Nasrani Supaya Menahan Diri, serta


Jangan Mudah Terpancing

Firman Allah dalam Al Quran:

W LW LA DF'A ALLH ALNAS B'ADHHM BB'ADH LHDMT


SHWAM'A W BY'A W SHLWAT W MSJD YDZKR FYHA ASM
ALLH KTSYRA (S. ALHJ, 22:40), Dibaca: walaw la- daf'u lla-hi
nna-sa ba'dhahum biba'dhi llahuddimat shawa-mi'u wa bi-'un wa
shala-tun wa masa-jidu yudzkaru fi-ha smu lla-hi katsi-ra-, Artinya:
sekiranya Allah tidak menahan manusia sebagian mereka terhadap
yang lain niscaya robohlah biara-biara, gereja-gereja, sinagog-
sinagog dan masjid-masjid yang di dalamnya diingat nama Allah
banyak-banyak.

Ayat (22:40) yang dikutip di atas itu menunjukkan bahwa Allah


menyuruh ummat menahan diri supaya tidak terjadi perobohan
tempat-tempat ibadah yang didalamnya manusia mengingat Allah
banyak-banyak. Ummat Islam mempunyai landasan moral dan
hukum untuk mencegah perobohan (perusakan dan pembakaran)
tempat-tempat ibadah berlandaskan ayat (22:40) tersebut.

Kita angkat sedikit beberapa kalimat dari Seri 350 ybl. yang berjudul
Tragedi Ketapang.

Tragedi Ketapang menunjukkan masih aktifnya aktor intelektual


(aktel) yang terpendam sosoknya namun muncul pula menunggangi
tragedi Ketapang ini. Aktel itu mengeluarkan dan menyebarkan isu
ada mesjid dibakar di Ketapang sehingga membakar kemarahan
ummat dengan bertindak di atas batas kewajaran.

Siapa tahu, hanya Allah Yang Maha Tahu, para tersangka makar dari
tokoh-tokoh Barnas, Pudi dan PDI perjuangan yang mengklaim atas
nama rakyat (entah dari mana mereka mendapatkan legitimasi untuk
mengklaim itu) untuk membubarkan MPR dan menggantinya dengan
MPRS atau komite rakyat dan mengganti Pemerintahan Habibie
dengan presidium, boleh jadi mereka sang tersangka itu hanya
sekadar pion-pion dari seorang atau sekelompok kecil aktel tersebut.

Kita lihat bagaimana liciknya aktel ini mengirim pion-pionnya


mengeruhkan kemurnian gerakan moral reformasi damai anak-anak
kita mahasiswa yang berunjuk-rasa membawakan aspirasinya untuk
didengarkan oleh anggota SI MPR yang sedang bersidang. Anak-
anak kita mahasiswa yang masih murni itu tidak menginginkan untuk
menggagalkan SI MPR, sebab kalau gagal lalu bagaimana
aspirasinya itu dapat tertampung. Harapan atau keinginan aktel itu
untuk menciptakan khaos dengan sasaran menggagalkan SI MPR
tidak tercapai. Sekian kutipan itu.
Baik selama Orde Lama maupun selama Orde Baru ummat Islam di
bidang politik senantiasa dipojokkan berhadapan melawan
pemerintah dan ABRI. Namun dalam Orde Reformasi ini ummat
Islam, dengan legitimasi Kongres Ummat Islam di Jakarta, berdiri di
pihak pemerintah dan ABRI.

Secara pemikiran logis yang rasional ada benang merah atau


sekurang-kurangnya resonansi antara gerakan mahasiswa radikal
yang berupaya menerobos untuk menduduki gedung MPR guna
menggagalkan SI MPR dengan komunike ke-17 tersangka makar,
benggolan-benggolan Barnas, PUDI, PDI perjuangan. Seperti
dijelaskan dalam kutipan dari Seri 350 di atas, komunike ke-17
tersangka makar tersebut mengklaim atas nama rakyat supaya SI
MPR dihentikan, supaya dibentuk komite rakyat semacam MPRS
dan supaya membentuk prsedium yang menggantikan pemerintahan
Habibie. Upaya kepolisian memeriksa Syahrir yang berorasi di depan
mahasiswa yang anti SI MPR patut diduga keras bahwa kepolisian
sedang berupaya mengungkapkan benang merah tersebut.

Biarkanlah kepolisian menyidik benang merah tersebut, namun


secara teori sangat diterima akal adanya aktel di belakang penanda
tanganan komunike dan gerakan mahasiswa radikal yang didanai
oleh Arifin Panigoro. Ini bukan trial by the press (baca: kolom
Wahyu dan Akal - Iman dan Ilmu) melainkan sekadar
mengemukakan opini dalam rangka kebebasan mengeluarkan
pendapat.

Tragedi Kupang menyusul tragedi Ketapang sangat masuk diakal


tidak berdiri sendiri. Ini merupakan rentetan upaya aktel untuk
memancing kemarahan ummat Islam di daerah-daerah lain di seluruh
Indonesia untuk mengadakan pembalasan. Ada perbedaan antara
tragedi Ketapang dengan tragedi Kupang. Masyarakat Ketapang
dibangunkan malam-malam oleh penyerbuan preman-preman
bayaran yang menyerang mereka dan merusak masjid. Jadi pada
mulanya masyarakat Ketapang melakukan serangan balik terjadi
secara spontan, tidak ada yang menggerakkan mereka. Nantilah
setelah itu keributan meluas keluar daerah Ketapang karena dipicu
oleh isu pembakaran masjid yang disebarkan oleh pion-pion aktel.
Pada tragedi Kupang secara akal sehat dapat kita lihat penyerangan
dan perusakan itu tidak terjadi secara spontan, betul-betul direkayasa.
Itulah sebabnya dikatakan di atas bahwa tragedi Kupang sangat
masuk diakal tidak berdiri sendiri, melainkan sengaja direkayasa oleh
aktel untuk memancing kemarahan ummat Islam di daerah-daerah
lain di seluruh Indonesia untuk mengadakan pembalasan.

Maka jelas aktel yang membuat skenario tragedi Ketapang dan


tragedi Kupang itu ibarat mata gergaji yang bekerja ganda. Pertama
menciptakan khaos untuk mengkondisikan timbulnya revolusi sosial,
dan kedua menyudutkan posisi ummat Islam menjadi lawan ABRI.
Sebab apabila ummat Islam secara meluas terpancing untuk merusak
gereja tentu akan berhadapan dengan petugas keamanan dari ABRI
yang menjaga gereja. Sama keadaannya dengan gerakan moral
reformasi damai anak-anak kita mahasiswa yang berunjuk-rasa
membawakan aspirasinya untuk didengarkan oleh anggota SI MPR
yang sedang bersidang. Terjadi bentrokan fisik yang disebabkan oleh
pion-pion yang dikirim oleh aktel ikut mengambil bagian pada baris
terdepan, yang tatkala berhadap-hadapan dengan petugas keamanan
menggoda, menghasut, melempari batu bahkan kotoran, sehingga
memancing emosi petugas keamanan. Pada saat petugas keamanan
terpancing emosinya pion-pion tersebut membuka barisannya,
sehingga anak-anak kita mahasiswa yang membawakan aspirasi
murni dilibatkan dalam bentrokan fisik dengan petugas keamanan.

Oleh sebab itu sangat diharapkan supaya ummat Islam utamanya di


Makassar ini dapat menahan diri untuk tidak melanjutkan perusakan
gereja. Dan kepada saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang
beragama Nasrani dapat pula menahan diri. Jangan terpancing oleh
ulah pion-pion aktel sehingga keadaan menjadi aman dan kita dapat
memfokuskan perhatian kita untuk menanggulangi krisis di tanah air
kita yang tercinta ini.

Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 6 Desember 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

352. Khutbah Jum'at Tentang Pam Swakarsa

Ajaran Islam diklasifikasikan dalam tiga unsur: yang strategis, yaitu


aqidah, yang taktis yaitu akhlaq dan yang operasional yaitu syari'ah.
Supaya efektif, Khutbah Jum'at waktunya tidak boleh terlalu lama,
paling lama sekitar 20 menit. Untuk itu seorang khatib walaupun
materi khutbahnya mengandung ketiga unsur tersebut namun harus
memilih penekanan atas salah satu di antaranya.
Generasi saya dan boleh jadi satu generasi sesudahnya tentu masih
ingat materi Khutbah Jum'at di Masjid Raya oleh KH Muh. Danyal,
adik A.M. Dg Miyala seorang pujangga di daerah ini yang tergolong
dalam angkatan Pujangga Baru. KH Muh. Danyal kalau masih belum
di atas mimbar raut mukanya masih biasa-biasa saja. Namun apabila
di atas mimbar raut mukanya menampilkan semangat yang tinggi,
sorotan mata yang tajam. Nampak sekali tak ada yang ditakutinya
selain Allah SWT. Materi khutbahnya yang diucapkan di samping
dalam bahasa Al Quran, yang dijalinnya dalam 3 bahasa, yaitu:
Indonesia, Bugis dan Makassar, bobotnya banyak-banyak mengenai
yang operasional. Misalnya menyampaikan mengapa baru sekian di
antara sekian banyak perkara yang belum diselesaikan pengadilan.
Hasilnyapun ada, pengadilan meresponsnya, proses peradilan
dipercepat.

Kalau dalam zaman tahun empat-puluhan, KH Muh.Danyal dan


beberapa khatib yang lain melakukan kontrol sosial melalui Mimbar
Jum'at, maka di zaman reformasi ini ada pula beberapa khatib bukan
saja melakukan kontrol sosial melalui Mimbar Jum'at, melainkan
mengkaunter pemberitaan mas media baik yang elektronika maupun
yang grafika. Tepatnya memberikan perimbangan terhadap informasi
yang berat sebelah. Mimbar Jum'at berfungsi sebagai mas media.
Inilah hal yang baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mas
media yang melakukan kontrol sosial, dikontrol pula melalui Mimbar
Jum'at. Seperti misalnya berita yang terlalu diekspos pada korban di
pihak mahasiswa, kurang diekspos pada korban di pihak ABRI dan
Pam Swakarsa.

Harus diakui dengan jujur bahwa pemberitaan mas media sangat


menyudutkan Pam Swakarsa, sehingga seorang tokoh semacam
Amin Rais bahkan terbius pula, dengan mengatakan supaya segenap
para Pam Swakarsa kembali saja ke rumah masing-masing. Ini
diakibatkan oleh pemberitaan yang mengekspos bambu runcing yang
dipegang oleh beberapa orang Pam Swakarsa.

Beberapa Jum'at yang lalu di Masjid Syura, seorang khatib yang


mengkhususkan diri pada materi yang operasional dalam khutbahnya
mengkaunter dalam arti memberikan perimbangan berita mas media
tentang Pam Swakarsa. Khatib ini mengatakan apa bedanya bambu
runcing dengan batu dan bom molotov. Mengapa Amin Rais tidak
pula menyuruh demonstran yang bersenjatakan batu dan bom
molotov itu pulang saja ke rumahnya masing-masing. Apabila
kelompok yang bersenjatakan batu dan bom molotov itu merasa
berhak untuk menggagalkan SI MPR, lalu mengapa kelompok Pam
Swakarsa itu tidak pernah digubris oleh mas media bahwa mereka itu
berhak pula mengambil sikap membela SI MPR, apakah kelompok
Pam Swakarsa itu warga negara kelas dua? Kelompok Pam Swakarsa
berhasil menggagalkan sidang tandingan kelompok radikal di tugu
prolkamasi, karena Pam Swakarsa lebih dahulu menduduki lokasi itu.
Bahkan korban yang tewas dari pihak Pam Swakarsa lebih banyak
jumlahnya yaitu 7 orang. Mereka perlu pula menjadi perhatian
Kontrasnya Munir dan perlu pula diekspos oleh mas media. Anggota
Pam Swakarsa yang tewas itu adalah sebagian terdiri atas para remaja
dan pemuda masjid. Mereka juga termasuk pahlawan yang gugur
dalam membela negara.

Saya pikir benar juga sang khatib ini. Kalau saya tidak salah ingat
pernah Menpen mengatakan bahwa pembentukan Pam Swakarsa ini
didukung oleh undang-undang. Kemarin malam, yaitu malam Sabtu
saya menyaksikan dalam tayangan TV dikemukakan tentang Rakyat
Terlatih menurut UU no.20, tahun 1982. Coba bayangkan, andaikata
para demonstran yang radikal yang berupaya menggagalkan SI MPR,
yang belum tentu semuanya terdiri atas mahasiswa, dapat menerobos
masuk menduduki dan menggagalkan SI MPR, maka Pemilu tahun
1999 tidak akan sampai terlaksana, demokrasi akan habis riwayatnya.
Penanda-tangan komunike ke-17 orang para benggolan dari Barnas,
PUDI dan PDI Megawati, akan berhasil membentuk komite rakyat
dan membentuk presidium yang akan mengambil alih kekuasaan dari
pemerintahan Habibie.

Tak terpikirkah ke-17 orang yang tersangka makar itu, bahwa


Indonesia bukan Jakarta saja. Mereka itu ibarat keledai yang terantuk
pada patok untuk kedua kalinya. Seruan untuk membentuk Dewan
Revolusi di daerah-daerah yang dilontarkan oleh Gerakan 30
September 1965 (baca: komunis) tidak mendapat respons sama
sekali. Mereka ke-17 orang yang ingin memebentuk komite rakyat
dan presidium itu tidak belajar dari kenyataan sejarah di Indonesia
bahwa Indonesia itu bukan Jakarta. Boleh jadi penanda-tangan
komunike itu belajar dari sejarah pemberontakan Bolsyewik (baca:
komunis) di Rusia yang berhasil dengan strategi, menguasai Moskow
berarti menguasai seluruh imperium Czar Rusia.

Jadi andaikata kelompok radikal dapat menembus barisan pagar betis


penjaga keamanan dan dapat menggagalkan SI MPR, serta-merta
kelompok 17 jadi membentuk komite rakyat dan presidium, maka
daerah-daerah di luar Jawa tidak akan merespons dan tidak akan
mengakui komite rakyat dan presidium itu. Akibatnya Indonesia di
luar Jawa akan terpecah-pecah menjadi paling tidak negara bagian,
bahkan akan terbentuk negara-negara tersendiri berdasarkan atas
wilayah pulau ataupun kesatuan etnis. Sedangkan di Jawa akan
timbul khaos yang berakhirkan revolusi sosial. AlhamduliLlah, SI
MPR tidak sampai digagalkan, komite rakyat dan presidium tidak
jadi terbentuk. Allah SWT masih melindungi bangsa Indonesia dari
musibah terpecah-belah dan dari musibah khaos dan revolusi sosial.

Kembali pada sejumlah khatib yang mengkhususkan diri pada materi


yang operasional, supaya meneruskan mengambil bagian khusus
tersebut, mengontrol para pengontrol sosial: W TWASHWA
BALHQ (S.AL'ASHR, 100:3) dibaca: watawa-saw bilhaqqi, artinya:
informasikanlah wasiat di atas kebenaran (100:3).

Mulai seri 349 penulisan ayat-ayat Al Quran ditransliterasikan secara


huruf demi huruf demi pertimbangan keotentikan, kemudian disusul
cara membacanya, terakhir baru artinya. Ini atas saran para pakar
dosen senior IAIN.

Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 13 Desember 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

353. Bulan Introspeksi

Sejak matahari terbenam tadi malam, masuklah 1 Ramadhan 1419


Hijriyah. Bulan suci Ramadhan adalah bulan untuk introspeksi,
seperti Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari: man sha-ma
ramadha-na i-ma-nan wahtisa-ban ghufira lahu- ma- taqaddama min
dzanbih, artinya: Siapa yang berpuasa ramadhan dalam keadaan
beriman dan introspeksi diampuni bagi dia dosanya yang silam.

Ihtisa-ban, dari akar kata Ha, Sin, Ba, berarti


menghisab, mengintrospeksi diri mengenai semua tindak tanduk kita
lahir dan batin selama ini tentang pahala atau dosa dalam kriteria:
benar atau salah, baik atau buruk, adil atau zalim, istiqamah
atau munafiq, menyejukkan atau meresahkan, sabar atay bringas,
sopan atau brutal, lemah lembut atau vulgar, terpuji atau
tercela, rendah diri atau arogan, membujuk atau menterror, mau
mendengar pendapat orang atau memaksakan kehendak, tasamuh
atau tidak toleran, jujur atau curang, ikhlas atau ada pamrih, cermat
atau ceroboh, menolong atau mencelakakan, bermanfaat atau
merugikan, membangun atau merusak, menghormati atau
melecehkan, beradab atau jahil.

Amin Rais mengatakan boleh saja berdemo dalam bulan


Ramadhan asal tertib, tidak anarkis. Menurut hemat saya selama
bulan Ramadhan sangatlah terpuji jika para mahasiswa berhenti
turun kejalan. Sebab kenyataan menunjukkan pimpinan
demonstran mahasiswa tidak dapat mengontrol kelompoknya dari
mahasiswa radikal yang memprovokasi petugas keamanan dengan
lemparan batu sehingga terjadi benrokan fisik yang akan menodai
bulan Ramadhan. Andaikata pun benturan fisik dapat dihindarkan
dalam berdemo, namun ingat buruh dan karyawan yang berpuasa
yang terpaksa jalan kaki ke kantor kemudian pulang ke rumah
terpaksa pula capek jalan kaki dan terlambat buka puasa, karena jalan
tersumbat oleh aksi demo. Bukankah itu sangat melanggar HAM
karena menzalimi orang yang sedang berpuasa?

Lebih baik mencoba secara kreatif memikirkan thema baru


untuk diutarakan dengan cara yang lebih beradab yang berwarna
akademis. Seperti misalnya mengundang pimpinan fraksi-fraksi dari
DPR dan tokoh-tokoh partai baru untuk datang berdiskusi di
kampus mengenai sistem distrik yang wakil rakyat dipilih secara
langsung lebih demokratis ketimbang sistem proporsional. Bukankah
thema yang selama ini dikemukakan telah direspons hampir
seluruhnya dalam wujud Tap MPR? Bukankah menyampaikan
aspirasi dengan cara turun ke jalan itu mengganggu aktivitas
kehidupan rakyat sehari-hari yang justru diperjuangkan nasibnya itu?

Bahkan ada aspirasi yang sudah tidak proporsional lagi. Melalui layar
kaca saya sempat melihat poster bertuliskan BUBARKAN ABRI,
dalam pawai hari HAM baru-baru ini. ABRI bertugas melindungi
tumpah darah Indonesia kok minta dibubarkan. Itu berarti
melecehkan Hak Asasi Bangsa Indonesia untuk merdeka. Suatu
pemikiran dan sikap yang sangat jahil, memperingati HAM dengan
melecehkan Hak Asasi Bangsa Indonesia. AlhamduliLlah, ada
kemajuan dari kepolisian, karena mulai bersikap
tegas memberlakukan UU no.9 thn 1998, yaitu menangkap 143 orang
dari Forkot, 15 Desember 1998 ybl. Juga telah berhasil
menggiring mahasiswa Forkot dll ke kampus Atmajaya, tanpa ada
korban tewas, tanggal 17 Desember 1998 ybl.
Bulan Ramadhan adalah bulan introspeksi. Ada baiknya
dalam rangka introspeksi itu kita angkat sedikit ucapan WS Rendra
alias Willy si burung merak, yang ditujukan kepada sebagian
mahasiswa dalam dialog nasional MASA DEPAN BANGSA di
Hotel Indonesia, tanggal 14 Desember 1998 sbb: Kalau anda menjadi
pemimpin akan menjadi fasis yang lebih kejam dari Soeharto. Anda
benar-benar fasis, dan saya tidak bisa menerima cara-cara anda
yang memaksakan kehendak seperti itu. Anda itu belum ada apa-
apanya sudah berlaku fasis seperti itu. Mencekal orang yang
ingin berbicara. Anda fasis sangat berbahaya kalau anda
menjadi pemimpin nanti.

Dalam mengintrospeksi diri ataupun kelompok dalam bulan


suci Ramadhan ini tidak ada salahnya merenungkan ucapan Rendra
ini, untuk dapat membersihkan jiwa dari penyakit tidak
mau mendengarkan orang lain. Secara ilmu nafsani penyakit
'ujub (arogan) dapat timbul dalam diri seseorang apabila
menganggap dirinya berjasa dalam memenangkan perjuangan.

Dalam mengintrospeksi diri ataupun kelompok dalam bulan suci ini


perlu merenungkan keberhasilan menumbangkan Orde Baru.
Dalam konteks kemenangan gerakan reformis nilai dari alinea
ketiga Pembukaan UUD dapat diterjemahkan menjadi: Atas berkat
Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan sinergi kekuatan-
kekekuatan reformis, maka rakyat Indonesia berhasil menggulingkan
Orde Baru.

Yang manakah gerangan kekuatan-kekuatan yang bersinergi


itu. Pertama, gerakan moral mahasiswa sebagai motor pendorong.
Kedua, KH Ali Yafie berkata di depan Soeharto bahwa yang
dimaksudkan dengan reformasi ialah Pak Harto harus turun. Ketiga,
14 orang menteri tidak bersedia lagi duduk dalam kabinet baru yang
akan dibentuk oleh Soeharto. Keempat, Yusril Ihza Mahendra
yang menyusun konsep pidato singkat Soeharto dengan memakai
ungkapan berhenti jadi presiden, sehingga dengan alasan itu
Soeharto bersedia turun tahta. Tak kurang pula pentingnya adalah
Rahmat Allah yang menyebabkan hati nurani (al Fuad) Soeharto
mencegah nalurinya (al Haway) untuk mempertahankan
kekuasaannya dengan pertumpahan darah. Ini betul-betul Rahmat
Allah, karena ingat ada Tap MPR yang memberikan kekuasaan
penuh kepada Soeharto untuk bertindak apa saja.

Inilah antara lain bahan-bahan yang dapat berguna untuk melakukan


introspeksi diri dalam bulan suci Ramdhan ini, sehingga mudah-
mudahan terbacalah dosa-dosa kita terhadap sesama manusia dalam
wujud: perbuatan salah, buruk, zalim, munafiq, meresahkan, bringas,
brutal, vulgar, tercela, arogan, menterror, memaksakan kehendak,
tidak toleran, curang, tidak ikhlas, ceroboh, mencelakakan,
merugikan, merusak, melecehkan, jahil.

Kaum reformis telah mencapai kemenangan menggulung Orde


Baru. Firman Allah yang berikut adalah obat supaya orang tidak
merasa hebat setelah mencapai kemenangan.

FSBH BHMD RBK W ASTGHFRH ANH KAN TWABA (S.


ALNSHR, 3), dibaca: fasabbih bihamdi rabbika wastaghfirhu innahu-
ka-na tawwa-ba-, artinya: maka sucikanlah serta panjatkanlah
puji kepada Maha Pemeliharamu dan minta ampunlah
kepadaNya, sesungguNya Dia Maha Penerima taubat (110:3).
Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 20 Desember 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

354. Dari Mana Keterangan Didapatkan

Suwarlo (nama samaran?), menanggapi dalam Surat dari Pembaca,


Harian FAJAR, edisi 23-12- 1998 atas Seri 341, yang berjudul Partai-
Partai Politik yang Berdasar Marxisme yang Pernah Hidup di
Republik Indonesia, edisi 27-09- 1998. Ia membuka suratnya dengan
S. Al Buruj, 10 yang isinya melarang memfitnah dan menanyakan
dari mana keterangan saya peroleh tentang gerombolan Merapi-
Merbabu komplex dan mengenai Tan Malaka yang marxist trotzkist.

Pertama, saya dapatkan keterangan itu dari pendidikan politik oleh


guru saya Allahu Yarham K.H. Isa Anshary, seorang tokoh Masyumi
(parpol ini sekarang muncul kembali dalam wujud Partai Bulan
Bintang) dan Ketua Front Anti Komunis. Beliau antara lain
mengajarkan untuk mengenal aliran ataupun ideologi sesungguhnya
dari organisasi-organisasi baik partai politik maupun organisasi
kemasyarakatan, apabila aliran ataupun ideologi organisasi
bersangkutan tidak dengan secara jelas tercantum dalam Anggaran
Dasarnya. Gunanya supaya pemuda Islam tidak dapat dimanfaatkan
oleh golongan lain yang merugikan ummat Islam. Karena banyak
pemuda Islam dimanfaatkan tanpa sadar oleh golongan tersebut.
Seperti halnya sekarang ini banyak pemuda (baca: mahasiswa) Islam
yang tanpa sadar dimanfaatkan oleh kepentingan politik kubu segi-
tiga TUA (Trisakti, UKI, Atmajaya) untuk shalat tarwih tidak di
masjid melainkan di kampus Katolik Atmajaya.

K.H. Isa Anshary ditangkap dan ditahan tanpa diadili bersama-sama


dengan tokoh-tokoh Masyumi lainnya dan tokoh-tokoh PSI oleh
rejim Soekarno. Saya lebih mempercayai keterangan dari guru saya
itu ketimbang dari koran mengenai gerombolan Merapi-Merbabu
komplex. Juga saya lebih meyakini keterangan guru saya bahwa Tan
Malaka itu sesungguhnya seorang marxist trotzkist ketimbang
bantahan dari Tan Malaka sendiri bahwa dia bukan marxist trotzkist
(maksudnya marxisme yang diterapkan oleh Leon Trotzky, 1877 -
1940, yang nama aslinya Lev Davidovich Brottstein). Pengakuan
bahwa Tan Malaka bukan marxist trotzkist bukanlah suatu jaminan
dari hal yang sesungguhnya. Hal ini diisyaratkan oleh ayat: W MN
ALNAS MN YQWL AMNA BALLH W BALYWM ALAKHR W
MA HM BMW"MNYN (S. ALBQRT, 2:8), dibaca: wa minanna-si
mayyaqu-lu a-manna- billa-hi wa bilyawmil a-khiri wa ma-hum
bimu'mini-n, artinya: Di antara manusia ada yang berkata kami
beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal sesungguhnya dia
itu tidak beriman (2:8).

Kedua, Tan Malaka adalah seorang marxist saya ketahui dari buku
karangan Tan Malaka sendiri: Madilog. Materialisme dan dialektika
bukanlah buah pikiran asli dari Tan Malaka, melainkan diambilnya
dari Karl Marx (1818 - 1883) yang membedah sejarah memakai pisau
filsafat hitorische materialisme dengan metode dialektika:
pertentangan kelas (these, anti-these) dan synthese. Dialektika ini
bukanlah asli buah pikiran Marx melainkan dipinjamnya dari Georg
Wilhelm Friedrich Hegel (1770 - 1831). Marx bersama Friedrich
Engels (1820 - 1895) menulis buku: Communist Manifesto (1847)
dan Das Kapital (3 jilid, 1867, 1885, 1895). Islam dalam Tinjauan
Madilog, berbentuk brosur, dicungkil dari buku Madilog tersebut,
yang disindir dengan gaya yang khas oleh Allahu Yarham Haji Abdul
Malik Karim Amrullah, (bukan Haji Abubakar Muhammad Karim
Amrullah menurut Suwarlo, dari mana pula Suwarlo ini memungut
nama yang keliru tersebut!). Demikianlah, Madilog bukanlah buah
pikiran orisinel dari Tan Malaka, melainkan diambilnya dari filsafat
historische materialisme yang dialektis. Alhasil Tan Malaka adalah
seorang penganut filsafat materialisme.

Jangan dikacaukan antara istilah materialis dengan materialisme.


Materialis adalah orang mata duitan. Materialisme dipakai dalam
filsafat, yaitu pandangan yang tidak mau tahu, tidak mengakui dan
tidak percaya existensi di luar materi. Materialisme inilah yang
menjadi paradigma ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah-
sekolah umum. Materialisme memperanakkan atheisme (tegas
menolak eksistensi Tuhan) dan agnostisisme (meragukan adanya
Tuhan). Filsafat historische materialisme yang dialektis dari Karl
Marx termasuk dalam kategori ini. Jadi penggunaan S. Al Buruj, 10
oleh Suwarlo itu asal-asalan, Seri 341 tidak memfitnah siapa-siapa.
Karena seperti ditunjukkan di atas Tan Malaka itu sungguh-sungguh
seorang marxist, penganut materialisme yang tidak percaya pada
existensi di luar materi.

***
Tanggapan Suwarlo ini mengingatkan saya akan tanggapan seorang
paramedis terhadap Seri 334 yang berjudul: HIV/AIDS dan
Reformasi Pasal 284 KUHP edisi 09-08-1998, dalam sebuah
majelis yang membicarakan HIV/AIDS, bertempat di ruang Kesra
Kantor Gubernur Sul-Sel. Berita ini saya dapatkan dari tangan
pertama, yaitu dari isteri saya sendiri yang hadir dalam majelis
itu mewakili Pengurus Wilayah 'Aisyiyah. Kemudian berita
tanggapan itu saya dengar pula dari Ir M.Ridwan Abdullah MSc. dan
Drs Ishak yang mewakili IMMIM yang juga hadir dalam majelis itu.

Saya pikir tanggapan ini perlu dipublikasikan, sebab boleh jadi ada
beberapa orang yang mempunyai persepsi seperti paramedis itu,
namun tidak sempat dikomunikasikannya kepada saya. Paramedis itu
berkata dalam majelis tersebut bahwa ada seorang ustaz entah dari
mana ia mendapatkan keterangan sehingga ia menulis tentang
penyebaran virus HIV itu oleh nyamuk. Padahal yang saya tulis
dalam Seri 334 itu berhubungan dengan penyuluhan-penyuluhan
bahwa orang berpenyakit AIDS tidak perlu dihindari seperti halnya
pengidap penyakit TBC, karena berjangkitnya HIV/AIDS hanya
melalui jalur hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik dan dari
ibu ke janin di dalam rahim. Saya mempertanyakan apa bedanya
jarum suntik dengan moncong pengisap milik nyamuk. Boleh jadi
virus itu mati atau nyamuknya yang mati jika virus itu diisap
nyamuk. Akan tetapi suatu kenyataan ada virus yang kebal terhadap
nyamuk (atau nyamuknya yang kebal virus?) seperti nyamuk yang
menularkan virus malaria, nyamuk yang menularkan virus demam
berdarah dan lalat yang dapat memindahkan virus penyakit tidur.
Sehingga menurut hemat saya ada risiko potensial serumah dan
bergaul dekat dengan pengidap AIDS oleh karena boleh jadi siapa
tahu, hanya Allah Yang Maha Tahu, dengan berkembangnya
penelitian belakangan akan dapat pula terungkap bahwa ada sejenis
serangga yang dapat memindahkan HIV. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 27 Desember 1998 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

355. Bulan NuzululQuran

Bulan Ramadhan adalah bulan NuzululQuran, bulan turunnya


Al Quran, seperti Firman Allah SWT:

SYHR RMDHAN ALDZY ANZL FYH ALQRAN HDY LLNAS W


BYNT MN ALHDY W ALFRQAN (S. ALBQRT, 2:185), dibaca:
Syahru ramadhanal ladzi- unzila fi-hil Qur.a-nu hudal linna-si wa
bayyina-tim minal huda-wal Furqa-n, artinya: Bulan ramadhan yaitu
di dalamnya diturunkan Al Quran, petunjuk bagi manusia dan
penjelasan dari petunjuk itu dan pembeda (S. Al Baqarah, 2:185).

Dalam Seri 353 telah dibicarakan tentang keistimewaan bulan suci


Ramadhan, yaitu bulan introspeksi dengan mengharapkan dosa kita
yang silam diampuni oleh Allah SWT. Sebenarnya Seri ini pada
mulanya direncanakan bernomor 354, yaitu lanjutan langsung dari
Seri 353, akan tetapi ditunda satu nomor untuk menyambut gayung
Suwarlo (dari parpol Murba?) mengenai Tan Malaka yang berdogma
historishe materialisme yang dialektis dari Marx dan gerombolan
Merapi Merbabu Komplex yang dipimpin oleh Chairul Saleh.

Bulan suci Ramadhan mengandung keistimewaan pula


dengan diturunkannya Al Quran. Dalam ayat (2:185) dijelaskan
bahwa Al Quran itu petunjuk bagi manusia. Sedangkan dalam ayat
yang lain yaitu ayat (2:1) disebutkan bahwa Al Kitab (nama lain dari
Al Quran) itu adalah HDY LLMTQYN, dibaca: hudal lilmuttaqi-
n, artinya petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Ayat
(2:185) dalam kontex kodrat manusia pada umumnya, sedangkan
ayat (2:1) dalam kontex sikap orang-orang bertaqwa khususnya, yaitu
sikap yang sama sekali tidak ragu terhadap kebenaran isi Al
Quran. Jelasnya ayat (2:185) berhubungan dengan sifat manusia,
sedangkan ayat (2:1) berhubungan dengan sikap para muttaqin.

Al Quran petunjuk bagi manusia bermakna bahwa manusia itu baik


sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk
sosial membutuhkan petunjuk dari Al Quran, jika menginginkan
kehidupan yang selamat di dunia menuju akhirat. Sebagai makhluk
individu dibutuhkan petunjuk yang strategis yaitu aqidah dan
petunjuk yang taktis yaitu ajaran akhlaq. Sebagai makhluk sosial
dibutuhkan petunjuk yang bersifat operasional yaitu syari'ah.

Al Quran di samping berisikan petunjuk yang umum


juga mengandung petunjuk yang teperinci, teknis administratif,
(wa bayyina-tim minal huda-, penjelasan dari petunjuk itu),
terkhusus dalam hubungannya dengan petunjuk yang operasional
yaitu syari'ah, dan petunjuk untuk membedakan antara yang baik
dengan yang buruk, yang benar dan yang salah (al Furqa-n,
pembeda), terkhusus dalam hubungannya dengan yang taktis yaitu
pembinaan akhlaq.

Al Furqan berasal dari akar kata yang dibentuk oleh Fa, Ra, Qaf,
artinya membelah, memisahkan, ibarat pisau yang membelah sebuah
bungkah menjadi dua bagian yaitu bagian positif dengan bagian
negatif. Dengan Al Furqan (juga nama lain dari Al Quran) kita dapat
membedakan antara yang positif (baik, benar) dengan yang negatif
(buruk, salah). Dari uraian ini kita telah mengenal tiga di antara
sejumlah nama dari Kitab Suci ummat Islam, yaitu Al Quran, artinya
yang dibaca, Al Kitab artinya yang ditulis dan Al Furqan artinya
yang membedakan.

Akan diberikan contoh ayat-ayat yang menjelaskan petunjuk umum


yang operasional tentang bagaimana caranya menjaga
hubungan yang sehat di antara sesama manusia dalam dunia dagang
dan bisnis.

KY LA YKWN DWLT BYN ALAGHNYA" MNKM (S. ALHSYR,


59:5), dibaca: Kay la- yaku-na du-latan baynal aghniya-i minhum,
artinya: supaya modal itu tidak hanya beredar dalam kalangan orang-
orang kaya saja di antara mereka (S. Al Hasyri, 59:5).

Ayat ini sudah pernah dibahas dalam hubungannya dengan penyebab


krisis ekonomi khusus di tanah air kita ini. Bahwa selama Orde Baru
strategi pembangunan yang arsitek intelektualnya dari para pakar
yang bermahdzab Berkely dalam CSIS ialah asekelarsi modernisasi,
pertumbuhan yang eksponensial, perbersar kue (baca: GNP), pelaku
ekonomi berat ke atas oleh para taipan yang konglomerat, yang
membuahkan KKN, keropos ke bawah, sehingga struktur ekonomi
gampang ambruk.
YAYHA ALDZYN AMANWA ADZA TDAYNTM BDYN ALY
AJL MSMY FAKTBWH WA LYKTB BYNKM KATB BAL'ADL
..... WASTSYHDWA SYHYDYN MN ALRJALKM FAN LM
YKWNA RJLYN FRJL W AMRATN MMN TRDHWN MN
ALSYHDA", (S. ALBQRT, 2:282), dibaca: Ya-ayyuhal ladzi-na a-
manu- idza- tada-yantum bidaynin ila- ajalim musamman faktubu-hu
falyaktub baynakum ka-tibum bil'adli ..... wastasyhidu- syahi-dayni
mir rija-likum fail lam yaku-na- rajulayni farajulun wamraata-
ni mimman tardhu-na minasy syahada-i, artinya: Hai orang-
orang beriman, jika kamu mengadakan perjanjian perikatan dalam
hal utang-piutang hingga masa yang ditetapkan, maka
wajiblah dituliskan, dan haruslah dituliskan oleh seorang katib
(notaris) dengan adil ..... dan wajiblah disaksikan oleh dua orang
saksi laki-laki, dan jika tidak ada dua orang laki-laki, maka
cukuplah seorang laki-laki dengan dua orang perempuan di antara
orang-orang yang kamu sukai untuk menjadi saksi (S. Al Baqarah,
2:282).

Ayat ini panjang dan teperinci, sehingga kita hanya


mengutip sebahagiannya, namun cukup jelas bagi pembaca. Dalam
dunia bisnis dalam masyarakat modern yang madani (baca: madinah)
dewasa ini hal menuliskan perjanjian perikatan utang-piutang
menjadi kalaziman dituliskan oleh notaris. Dalam bahasa Al Quran
notaris adalah katib berasal dari akar kata Kef, Ta, Ba, artinya
menulis.

Al Quran dalam fungsinya sebagai Al Furqan berhubungan


dengan petunjuk yang taktis, yaitu pembinaan akhlaq. Seorang
muslim harus tahu betul mana yang positif, mana yang negatif,
terutama sekali dalam menghisab diri, mengadakan introspeksi dalam
bulan suci Ramadhan ini. Perinciannya telah dipaparkan dalam Seri
353, yaitu antara benar dengan salah, baik dengan buruk, adil
dengan zalim, istiqamah dengan munafiq, menyejukkan dengan
meresahkan, dst., silakan baca Seri 353 kembali.

Dalam parpol Islam pengurus membina para anggotanya


sesuai dengan Al Quran petunjuk bagi manusia sebagai makhluk
individu (petunjuk yang strategis dan taktis). Parpol Islam membina
sistem serta memecahkan masalah masyarakat dengan menimba dari
Al Quran petunjuk bagi manusia sebagai makhluk sosial (petunjuk
yang operasional). Maka tidaklah mungkin parpol Islam menjadikan
Islam sebagai kendaraan politik. Juga tidaklah benar jika parpol
Islam dikatakan partai yang sektarian, oleh karena petunjuk dari
Al Quran bersifat sangat universal. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 3 Januari 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

356. Makassar, La Nina, Lae-Lae

Biasanya kota-kota pelabuhan dahulu kala didirikan di kuala sungai,


seperti misalnya Jayakarta (sekarang Jakarta, sebelumnya disebut
Betawi) di kuala Ciliwung, Rotterdam di kuala sungai Rijn, Rio de
Janeiro (diucapkan khaneiro) di kuala sungai Amazone. Berbeda
dengan Jayakarta, Rotterdam, dan Rio de Janeiro, kota Makassar ini
tidak didirikan di kuala sungai, melainkan didirikan di tempat yang
terlindung oleh pulau kecil Lae-Lae.

Namun tatkala kota Makassar meluas, ia dibelah dua oleh S. Tallo'.


Akibatnya, dengan mengganasnya La Nina ia mengalami
pula penyakit yang serupa dengan kota-kota pelabuhan lain di
Indonesia yang berada di kuala sungai, yaitu penyakit banjir
kiriman interlokal, melalui luapan S. Tallo' tersebut. Sebenarnya
banjir kiriman itu telah berlangsung dari tahun ke tahun sebelum La
Nina mengganas, hanya saja masih bersifat lokal. Ini dialami
antara lain oleh komplex pemukiman Ujung Pandang Baru yang
menerima banjir kiriman melalui luapan selokan besar yang sekarang
ini bermuara di bentangan jalan tol. Sebelum ada jalan tol
tersebut walaupun air selokan meluap, genangan air tidak dalam serta
tidak berlama-lama, karena air itu bebas merambat pada permukaan
tanah tanpa dihadang oleh bentangan jalan tol. Lain halnya setelah
ada jalan tol yang dalam kenyataan sangat jarang difungsikan
untuk kendaraan itu. Genangan air dari kiriman lokal itu mulai
berlama-lama dan cukup dalam untuk memogokkan pete-pete
terutama di sekitar Rumah Sakit Ujung Pandang Baru. Jalan tol itu
berubah fungsinya menjadi tanggul. Sebab apalah artinya terowongan
yang menembus jalan tol (baca: tanggul) tempat air lalu yang
keluar dari mulut selokan. Terowongan yang menembus tanggul itu
tidak sanggup membiarkan lalu debit air sebanyak itu dalam
waktu singkat. Membersihkan selokan besar itu dari sampah
memang penting, akan tetapi walaupun selokan bersih dari sampah,
dilihat dari segi penghalang air selokan, maka tanggul itu
ibarat tumpukan sampah yang melintang menghadang air.
Dosa menyengsarakan rakyat yang bermukim pada bagian dalam
bentangan tumpukan sampah itu tentu dipikul oleh para insinyur
yang bertanggung jawab atas rancangan jalan tol (baca: tanggul
dan bentangan tumpukan sampah) tersebut, karena
menyepelekan pertimbangan lingkungan utamanya tata-air. Dengan
mengganasnya La Nina, maka genangan air di Komplex Unjung
Pandang Baru lebih intensif, dalam arti lebih dalam, lebih cepat naik,
lebih lambat susut dari sedia-kala.

Kembali ke pulau kecil Lae-Lae di depan pelabuhan


Makassar. Mengapa dinamakan Lae-Lae, ada ceritanya. Niya'-niya'
bedeng. Rupamayyaji angkana. Teya' nakke balle-balle. Riyolo-
mariyolona. Niya' biseang reppe'. A'lurang rassi Cina. Ta'rampe ri
gusunga. Assitenta iba'leanna. Ujung napattimboiya. Romang-
romang pandang bauka. Nasangga ricumo Cinayya. Akkiyo'-kiyo'
lae, lae. Batuanna maeko, maeko. Apaji' naniyaremmo. Anjo gusunga
Lae-Lae. Kammatodong niarentommo. Anjo ujunga ujung pandang.
(Tersebutlah konon. Kata sahibul hikayat. Terdahulu dari yang
dahulu. Ada perahu pecah. Penuh penumpang Cina. Terdampar di
karang berpasir. Bertentang berseberangan. Tanjung tempat
bertumbuhnya. Semak-semak pohon pandan. Maka ributlah
penumpang Cina. Memanggil-manggil lae, lae. Artinya ke mari, ke
mari. Maka dinamakanlah. Karang berpasir itu Lae-Lae. Begitu pula
dinamakan. Tanjung itu Ujung Pandang).

Pulau Lae-Lae ikut terekam dalam sastra bahasa Makassar. Orang-


orang Makassar yang pelaut (dahulu, sekarang tidak lagi) yang biasa
malang melintang melayari samudra Nusantara, bahkan sampai di
pesisir timur Madagaskar (juga dahulu kala), jika ingin mencemooh
orang yang belum pernah meninggalkan tanah Mangkasara' diejek
dengan ucapan: "Pu're' kau, Lae-Lae tannurapi'" (kau ini apa, Lae-
Laepun engkau tidak capai). Ada sebuah kelong (syair) Makassar
yang menyangkut 4 buah pulau kecil yang tersebar di depan
pelabuhan Makassar, bunyinya demikian:

Barrang Lompo, Barrang Ca'di,


Gusung Tallang, Lae-Lae,
Kupammoliki,
Simpung sikamma sallona.

Barrang Lompo, Barrang Ca'di,


Gusung Tallang, Lae-Lae,
Di sana kupendam,
Nostalgia selama ini.
Seperti diketahui pengembangan kawasan pantai Makassar dalam era
Orde Baru dilakukan oleh perusahaan milik konglomerat yang nota
bene pemilik tersebut adalah orang kuat yaitu Abd Latif, Menteri
Tenaga Kerja yang kemudian digeser menjadi Menteri Pariwisata dan
Kesenian. Pergesaran Abd. Latif ke Menteri Pariwisata dan Kesenian
betul-betul sangat memojokkan rakyat kecil para nelayan pemukim
pulau Lae-Lae yang akan dijadikan kawasan obyek pariwisata.
AlhamduliLlah, strategi pembangunan sekarang ini memihak kepada
rakyat lapisan bawah. U'rangitongi belata kasi-asiya (ingatlah pula
rekan kita yang miskin), demikian bunyi penggalan dalam syair
nyanyian daerah Makassar yang berjudul Dongang-Dongang.

Pulau Lae-Lae akan menjadi pekerjaan rumah bagi Walikota


yang akan datang. Sebab pemukim pulau Lae-Lae ada yang
bersedia pindah ke perkampungan nelayan yang baru yang telah
disediakan, tetapi ada pula yang ngotot tidak mau pindah, yaitu
mereka yang masih kental terikat dalam budaya Punggawa-Sawi.
Sebaiknya penduduk Lae-Lae dibiarkan bebas memilih yang
disenanginya. Yang mau pindah, biarkan pindah, yang mau tinggal,
biarkan tinggal.

Budaya Punggawa-Sawi kalau memang masih ingin


dipertahankan oleh masyarakat yang tidak mau pindah, supaya
dibiarkan tetap terpelihara. Kalau Mexico masih memelihara sejenis
budaya Punggawa-Sawi, yaitu budaya Patron, suatu budaya Mexico
yang peninggalan budaya Spanyol, mengapa kita tidak. Di
Galesongpun budaya Punggawa-Sawi ini masih eksis. Pulau Lae-Lae
dapat diprogramkan menjadi obyek wisata budaya. Dengan
demikian penduduk pulau Lae-Lae dapat menjadi subyek
pembangunan sebagai pelaku dalam masyarakat berbudaya
Punggawa-Sawi. Maka pulau Lae-Lae dapat tetap menjadi bagian
dari obyek pariwisata kawasan pantai Makassar. Untuk mewujudkan
program itu Pemda perlu memakai petunjuk yang operasional dari Al
Quran, yaitu petunjuk bagi manusia sebagai makhluk sosial: W
SYAWRHMM FY ALAMR (S. AL 'AMRAN, 3:159), dibaca: Wa
sya-wirhum fil amri (S. Ali 'Imra-n, 3:159), artinya:
Bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan (yang menyangkut
dengan) mereka. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 10 Januari 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]
357. Menunggu Turunnya LaylatulQadr dan NuzululQuran
pada 17 Ramadhan?

Pada sepuluh malam terakhir dalam bulan Ramadhan kita


sering mendengarkan orang menyebutkan umgkapan: Menunggu
Turunnya LaylatulQadri. Sebuah Hadits dari St 'Aisyah RA yang
diriwayatkan oleh Bukhari demikian matannya: THRWA LYLT
ALQDR FY AL'ASYR ALAWAKHR MN RMDHAN, dibaca:
Taharraw laylatal qadri fil 'asyril awa-khiri mir ramadha-na., artinya:
Cari LaylatulQadri dalam sepuluh terakhir dari Ramadhan.
Dijelaskan dalam sebuah Shahih Bukhari yang lain khususnya malam
ke-25, 27 dan 29.

Menurut Hadits tersebut RasuluLlah SAW menyuruh kita


mencari LaylatulQadri pada sepuluh malam terkahir dari Ramadhan.
Jadi kita tidak disuruh menunggu, melainkan mencari, yaitu tidak
pasif melainkan proaktif. RasuluLlah SAW proaktif mencari
LaylatulQadri dengan cara I'tikaf dalam masjid, seperti diriwayatkan
pula oleh Bukhari, juga dari St 'Aisyah RA, yang matannya seperti
berikut: KAN LA YDKHL ALBYT ILA LHAJT IDZA KAN
M'ATKFA,dibaca: Ka-na la- yadkhulul bayta illa- liha-jatin idza- ka-
na mu'takifan, artinya: (RasuluLlah SAW) tidak masuk ke dalam
rumah kecuali suatu keperluan (penting), apabila (beliau) sedang
beri'tikaf.

Menghadapkan qalbu kita kepada Allah SWT dalam masjid


pada sepuluh malam terakhir untuk mencari LaylatulQadr, itulah
yang disebut i'tikaf. Sementara i'tikaf boleh pulang ke rumah
untuk suatu keperluan penting, misalnya ke belakang, tetapi
diingatkan dalam Al Quran, tidak boleh bercampur dengan isteri.
WLA TBASYRW HN WANTM 'AAKFWN FY ALMSJD (S. Al
BQRT, 2:187), dibaca: Wala- tuba-syiru- hunna wa antum 'a-kifu-na
fil masa-jidi, artinya: Janganlah kamu bercampur dengan isterimu
apabila kamu beri'tikaf dalam masjid (S. Al Baqarah, 2:187). Pada
malam bulan puasa kita diperbolehkan bercampur dengan isteri,
kecuali sedang i'tikaf. AHL LKM LYLT ALSHIYAM ALRFTS
ALY NSA"KM (S. Al BQRT, 2:187), dibaca: Uhilla lakum laylatsh
shiya-mir rafatsu ila- nisa-ikum, artinya: Dihalalkan bagimu pada
malam (bulan) puasa bercampur dengan isterimu (S. Al Baqarah,
2:187).

Dalam Hadits di atas itu tidak disebutkan bahwa LaylatulQadri itu


turun. Jadi ungkapan turunnya LaylatulQadri perlu kita
tinjau kembali. Sebenarnya apa yang turun pada sepuluh malam
terkahir dalam bulan Ramadhan? Firman Allah SWT: ANA
ANZLNH FY LYLT ALQDR (S. AL QDR, 97:1), dibaca: Inna-
anzalna-hu fi- laylatil qadri, artinya: Sesungguhnya Kami
menurunkannya pada LaylatulQadri (S. Al Qadri, 97:1). Dhamir
(kata ganti) hu (nya) dalam anzalna-hu dimaksudkan adalah Al
Quran. Jadi yang diturunkan Allah SWT pada LaylatulQadri adalah
Al Quran, sehingga ungkapan turunnya LaylatulQadri salah sekali,
LaylatulQadri sama sekali tidak turun, melainkan malam yang
didalamnya Al Quran diturunkan Allah SWT, seperti yang biasa kita
dengar NuzululQuran.

Pengucapan yang populer ungkapan turunnya


LaylatulQadri mempunyai implikasi, yaitu orang tidak merasa
janggal jika disebutkan bahwa NuzulQuran itu pada 17 Ramadhan.
Bukankah pada sepuluh malam terakhir itu LaylatulQadri yang
turun? Jadi sepintas lalu orang berfaham bahwa tidak ada yang
janggal: Sepuluh malam terakhir LaylatulQadri turun, sedangkan
pada 17
Ramadhan Al Quran yang turun!

Dari mana pula asalnya NuzululQuran pada 17 Ramadhan?


Firman Allah SWT: ANKNTM AMNTM BALLH WMA ANZLNA
'ALY 'ABDNA YWM ALFRQAN YWM ALTQY ALJM'AN (S. AL
ANFAL, 8:41), dibaca: Inkuntum a-mantum billa-hi wama- anzalna-
'ala- 'abdina- yawmal furqa-ni yawmal taqal jam.'a-ni, artinya: Jika
kamu beriman kepada Allah dan (beriman kepada) apa yang Kami
turunkan kepada hamba Kami pada hari Al Furqan, hari
bertempurnya dua pasukan (S. Al Anfa-l, 8:41).

Ditafsirkan bahwa yang diturunkan kepada hamba


Kami (Muhammad) adalah Al Quran dan hari bertempurnya dua
pasukan adalah perang Badar yang menurut catatan sejarah terjadi
pada 17 Ramadhan. Sehingga kesimpulannya NuzululQuran pada 17
Ramadhan. Jadi dalam penafsiran ini ada dua pemikiran manusia
(yang diturunkan adalah Alquran, hari bertempurnya dua pasukan
adalah perang Badar), dan satu perbuatan manusia (pencatatan
peristiwa perang Badar). Pemikiran (baca: penafsiran) dan perbuatan
manusia dapat saja keliru, karena ternyata 17 Ramadhan tidak
termasuk dalam sepuluh malam terakhir dari Ramadhan.
NuzululQuran tidak berlangsung pada 17 Ramadhan. Di mana letak
kesalahan pemikiran sang penafsir dan kekeliruan perbuatan
mencatat peristiwa?
Kemungkinan pertama, dengan asumsi yang diturunkan adalah
Al Quran. Kesalahan terletak pada salah satunya, atau
dalam penafsiran bertempurnya dua pasukan bukanlah Perang
Badar, melainkan perang yang lain, atau dalam pencatatan sejarah
bukan pada 17 Ramadhan.

Kemungkinan kedua, kesalahan terletak dalam penafsiran,


yaitu bukanlah Al Quran yang diturunkan pada waktu pertempuran
itu. Dalam ayat (8:41) disebutkan urutan pertama jika kamu
beriman kepada Allah dan urutan berikutnya (baca: kedua) ialah
beriman kepada apa yang diturunkan Allah. Dalam urutan Rukun
Iman, yang pertama adalah beriman kepada Allah dan kedua beriman
kepada malaikat. Menilik urutan Rukun Iman ini maka yang
diturunkan Allah pada hari pertempuran itu adalah malaikat yang
membantu pasukan Islam dari Madinah melawan pasukan kafir
Quraisy dari Makkah. Dalam hal ini penafsiran bertempurnya dua
pasukan dapat saja perang Badar, dan pencatatan sejarah bahwa
perang Badar pada 17 Ramadhan dapat saja benar adanya.

Ada pula yang memaksakan kehendak akalnya, yaitu


mengakali bahwa pada LaylatulQadri Al Quran diturunkan Allah
pada langit pertama, yaitu pada sepuluh malam terkahir dari
Ramadhan, dan dari langit pertama dibawa turun berdikit-dikit oleh
malaikat Jibril atau secara langsung. Pada 17 Ramadhan, S. Al 'Alaq
ayat 1 s/d 5 dibawa turun untuk pertama kalinya oleh Jibril ke gua
Hira dan Jibril menyuruh RasuluLlah SAW untuk membacanya.

Pada LaylatulQadri Al Quran diturunkan Allah pada langit pertama,


kemudian secara berdikit-dikit dibawa turun oleh Jibril atau secara
langsung kepada Nabi Muhammad SAW, adalah peristiwa yang
ghaib, harus ada keterangan dari Nash yang mendukungnya. Kalau
tidak ada Nash yang mendukung, kemudian memaksakan
kehendak akal, itu berarti akal itu diangkat kedudukannya sama
dengan Ilmu Allah yang mengetahui yang ghaib. Oleh sebab itu
berfaham atau pemahaman NuzululQuran pada 17 Ramadhan harus
ditolak!. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 17 Januari 1999 [H.Muh.Nur Abdurahman]

[BACK] [HOME]

358. Fitnah itu Lebih Kejam(?) dari Pembunuhan


Kalimat seperti judul di atas itu sering kita dengar. Walaupun selama
ini kalimat itu sering diucapkan namun saya kurang tertarik untuk
membahasnya dalam kolom ini. Barulah terbetik dalam hati untuk
membahasnya, setelah dalam salah satu dari acara da'wah menjelang
buka puasa tayangan TVRI dalam bulan Ramadhan yang lalu kita
sempat pula mendengar kalimat seperti tersebut diucapkan oleh
seorang da'i. Substansi ini merupakan antara lain yang termasuk
dalam renungan Ramadhan yang saya amalkan. Kalimat itu
sesungguhnya adalah terjemahan dari Al Quran:

ALFTNT ASYD MN ALQTL (S. ALBQRT, 2:191), dibaca:


Alfitnatu asyaddu minal qatli (S. AlBaqarah, 2:191).

Tanda tanya pada judul di atas itu bukanlah pernyataan meragukan


ayat, karena itu merusak aqidah, melainkan pernyataan keraguan itu
ditujukan pada terjemahan dari asyaddu dalam ayat (2:191) tersebut.
Kita ulangi sekali lagi, terjemahan asyaddu dengan kejam inilah yang
diragukan, apakah itu sudah benar?

Kata ASYD, dibaca asyaddu yang diterjemahkan dengan


kejam berasal dari akar kata yang dibentuk oleh huruf syin, dal,
dal. Untuk mengetahui apa arti yang sesungguhnya dari kata
yang akarnya dari syin, dal, dal ini perlu kita melihat kamus
yang paling otentik yaitu Al Quran sendiri. Dalam Al Quran kata
ini dijumpai berupa bentuk-bentuk: 1.SYDDNA, 2.SNSYD,
3.ASYDD, 4.SYDWA, 5.ASYTDT, 6.SYDYD, 7.SYDAD,
8.ASYDA", 9.SYDADA, 10.ASYD. Kata-kata dalam ke-10 bentuk
itu dapat kita lihat dalam ayat-ayat yang berikut:

1. NHN KHLQNHM W SYDDNA ASRHM (S. ALDHR, 76:28),


dibaca: Nahnu khalaqna-hum wa syadadna- asrahum, artinya: Kami
ciptakan mereka dan Kami kuatkan anggota-anggota mereka.

2. QAL SNSYD 'ADHDK BAKHYK (S. ALQSHSH, 28:35), dibaca:


Qa-la sanasyuddu 'adhudaka biakhi-ka, artinya: Berkata (Allah
kepada Musa) akan Kami kuatkan lengan engkau dengan saudara
laki-lakimu (Harun).

3. W ASYDD 'ALY QLWBHM (S. YWNS, 10:88), dibaca:


Wasydud 'ala- qulubihim, artinya: dan keraskan hati mereka.

4. FSYDWA ALWTSAQ (S. MHMD, 47:4), dibaca: Fasyuddul


watsa-qa, artinya: maka kencangkan ikatan.
5. A'AMALHM KRMAD ASYTDT BH ALRYH 'AASHF (S.
IBRHM, 14:18), dibaca: A'ma-luhum karama-di nisytaddat bihir ri-
hu fi- yawmin 'a-shifin, artinya: amalan mereka bagai debu yang
ditiup kencang oleh angin pada hari badai.

6. W ITQWA FTNT LA TSHYBN ALZDYN ZHLMWA KHASHT


W A'ALMWA AN ALLH SYDYD AL'AQAB (S. ALANFAL,
8:25), dibaca: Wattaqu- fitnatal la- tushi-bannal ladzi-na zhalamu-
minkum kha-shshatan wa'lamu- anna Lla-ha syadi-dul 'iqa-bi,
artinya: hindarkanlah fitnah yang tidak hanya menimpa atas orang-
orang zalim di antara kamu secara khusus dan ketahuilah bahwa
Allah keras siksaannya.

7. 'ALYHA ML"KT GHLAZH SYDAD (S. ALTHRYM, 66:6),


dibaca: 'Alaiha- mala-ikatun ghila-zhun syida-dun, artinya:
penjaganya (neraka) malaikat-malaikat kasar, keras.

8. MHMD RSWL ALLAH W ALDZYN M'AH ASYDA" ALY


ALKFAR RHMA" BYNHM (S. ALFTH, 48:29), dibaca:
Muhammadur rasu-lu Lla-hi alladzi-na ma'ahu- asyidda-u 'alal kuffa-
ri ruhama-u bainahum, artinya: Muhammad pesuruh Allah dan yang
bersamanya tegas atas orang-orang kafir berkasih sayang di antara
mereka.

9. W BNYNA FWQKM SB'AA SYDADA (S. ALNBA, 78:12),


dibaca: Wa banaina- faukakum sab'an syida-dan, artinya: dan Kami
bina di atas kamu tujuh yang kokoh.

10. Ayat (2:191) yang dibahas. Fitnah itu lebih kejam(?)


dari pembunuhan.

Dengan menjadikan Al Quran sebagai kamus seperti yang baru kita


lakukan ini, maka kata dengan akar syin, dal, dal, berarti kuat,
kencang, keras, tegas, kokoh, sama sekali tidak berarti kejam. Secara
umum kata itu berarti suatu penekanan yang intensif. Tanda baca
untuk menggandakan bunyi dalam Al Quran disebut dengan tasydid.
Bahkan kalau kita terjemahkan syin, dal, dal dengan kejam berarti
kita sangat durhaka kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW,
karena dengan demikian berarti Allah itu kejam(?) siksaannya, lihat
ayat (8:25) urutan no.6 yang dikutip di atas, dan Nabi Muhammad
SAW juga kejam(?) terhadap orang kafir, juga lihat ayat (48:29)
urutan no.8 yang dikutip di atas.
Kesimpulannya terjemahan asyaddu dengan kejam, sama sekali tidak
benar, bahkan menyebabkan kita sangat durhaka kepada Allah SWT
dan Nabi Muhammad SAW. Seharusnya terjemahan ayat
(2:191): Fitnah itu itu lebih keras dari pembunuhan. Terjemahan
ini dikuatkan pula oleh ayat yang lain, seperti FirmanNya:

ALFTNT AKBR MN ALQTL (S. AL BQRT, 2:217), dibaca: Al


fitnatu akbaru minal qatli, artinya: Fitnah itu itu lebih besar
dari pembunuhan.

Ayat (2:191) dalam konteks intensifnya bencana secara kualitas,


sedangkan ayat (2:217) dalam konteks ekstensifnya bencana yang
meluas secara kuantitas. Agar lebih jelas tentang pengertian intensif
dengan ekstensif akan diberikan sebuah contoh. Sebab memberikan
contoh biasanya lebih mudah dan lebih komunikatif hasilnya bagi
pembaca mengenai penjelasan suatu substansi. Sebuah lahan digarap
sebaik-baiknya, diberi pupuk yang cukup, ditanami dengan bibit
unggul, maka produksi lahan itu meningkat dari seratus ton menjadi
misalnya tiga ratus ton. Ini yang disebut dengan intensifikasi lahan
pertaian. Lahan-lahan yang selama ini berupa lahan tidur digarap dan
ditanami, sehingga lahan produktif bertambah luas. Ini yang disebut
dengan ekstensifikasi lahan. Jadi fitnah itu lebih keras
intensitasnya dan lebih besar ekstensitasnya dari pembunuhan.

Dalam hubungannya fitnah yang menyebar secara ekstensif dewasa


ini, fitnah sudah melebar ke luar p. Jawa, ke Nusa Tenggara Timur
(Kupang), Sulawesi Tengah (Poso) Indonesia bagian Timur (Ambon)
dan menurut Harian FAJAR, edisi 23-1-'99 halaman tiga ditengarai
300 provokator (penghasut, penyebar fitnah) menyusup ke Sulut.
Ummat beragama harus waspada jangan sampai termakan hasutan.
Kepada aparat keamanan diminta dengan sangat bereaksi cepat
mencari aktor intelektualnya, menangkapnya bersama dengan kaki
tangannya para provokator penyebar fitnah tersebut. Walla-hu a'lamu
bishshawa-b.

*** Makassar, 24 Januari 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

359. Tiga Paket UU Politik dan Soal-Jawab


Syukur alhamduliLlah DPR dan Pemerintah dengan
menempuh proses musyawarah yang cukup sengit, akhirnya
berhasil memproduksi tiga paket UU Politik, yang segera akan
ditanda-tangani oleh Presiden. Sebuah tonggak agenda reformasi
telah berhasil dilampaui lagi. Sebelumnya tonggak agenda nasional
yaitu SI MPR telah berhasil dilampaui dengan selamat berkat
Rahmat Allah SWT, Yang telah melindungi bangsa Indonesia dari
upaya yang ingin menggagalkan SI tersebut. Juga dengan
RahmatNya sidang tandingan yang akan digelar di Tugu Proklamasi
Kemerdekaan oleh kelompok mahasiswa radikal, telah digagalkan
Allah SWT melalui Pam Swakasa yang umumnya terdiri dari
pemuda dan remaja masjid yang dengan gesit telah lebih dahulu
menduduki lokasi sekitar tugu tersebut.

Kini jalan menuju ke tonggak selanjutnya yaitu Pemilu


perlu dibenahi. Aparat keamanan dituntut berupaya semaksimal
mungkin
lebih gesit menciptakan keamanan dan rasa aman, dan pada
pihak yang lain masyarakat perlu proaktif membantu, sekurang-
kurangnya menahan diri tidak mudah terpancing oleh hasutan
provokator, serta waspada jangan sampai tanpa sadar terikut pula
menyebarkan isu-isu bahwa akan terjadi kerusuhan.

Sungguhpun fraksi-fraksi dalam DPR dan organisasi-


oganisasi: kemasyarakatan, mahasiswa, parpol di luar DPR
menyatakan belum dan tidak puas sepenuhnya, namun itulah hasil
optimum yang dapat dicapai. Itulah realitas yang hendaknya diterima
secara rasional. Patut disadari bahwa dalam kancah politik tidak
pernah ada kepuasan 100%, karena demikianlah watak politik itu
yang berasaskan: to take and to give. Hasrat berunjuk-rasa
yang menyuarakan aspirasi yang monoton dari itu ke itu saja
perlu ditinjau kembali, jangan sampai menjadi pemicu kerusuhan,
ibarat kerikil tajam yang akan menjadi penghambat di atas jalan
menuju Pemilu, tonggak agenda reformasi selanjutnya.

Keputusan telah diambil, tiga UU Politik telah ditetapkan, itu usaha


manusia. Selanjutnya diserahkan kepada Allah SWT.
W SYAWRHM FY ALAMR FADZA 'AZMT FTWKL ALY ALLH
(S. AL'AMRAN, 3:159), dibaca: Wa sya-wirhum fil amri faidza-
'azamta fatawakkal 'alaLla-h (S. Ali 'Imra-n, 159), artinya: Dan
bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan dan jika telah
berketetapan, maka tawakkallah kepada Allah.
***

Dalam Surat dari Pembaca, Harian FAJAR, edisi Kamis, 28-


1999, sdr Suwarto (dari partai Murba?) untuk kedua kalinya
mengemukakan tanggapannya. Sebenarnya sebermula saya tidak
berminat lagi melayani sdr. Suwarto, berhubung saya meragukan
cakrawala pembacaannya, karena kepanjangan nama Allahu yarham
Buya HAMKA, seorang tokoh kaliber internasional, tidak
diketahuinya. Namun setelah pikir punya pikir, kiranya lebih
bermanfat jika saya layani juga dalam kolom ini, dengan
pertimbangan untuk dapat dibaca pula oleh para remaja anak-anak
kita, terutama para remaja masjid, supaya tidak mudah terbius oleh
gerakan marxisme baru yang sedang mulai merasuk dalam kalangan
para anak-anak remaja kita yang cenderung bertindak radikal dalam
berunjuk-rasa.

Akan saya jawab dengan gaya soal-jawab, kiranya dapat


lebih komunikatif.

Suwarto: Partai Murba sesuai dengan pesan Tan Malaka


justru menolak keras semua dogma, termasuk dogma Marxis. Tan
Malaka mengajak dan menganjurkan kita berpikir ilmiah seperti
yang diuraikan dalam karyanya Madilog. (Fajar, Rabu 23-12-1998)

Jawab: Dalam Seri 354, 27 Desember 1998, telah saya


tegaskan bahwa Tan Malaka sendiri dogmatis dan ia seorang
marxist. Bukankah dari Madilog, karya Tan Malaka itu sendiri
yang menunjukkan bahwa Tan Malaka seorang marxist yang
berdogma kepada Karl Marx dalam hal filsafat materialisme (baca:
materialisme dan dialektika)?

Namun rupanya sdr Suwarto tidak merasa tanggapannya itu


telah berjawab. Buktinya, dalam suratnya yang kedua ia menulis
bahwa Tan Malaka diangkat menjadi Pahlawan Kemerdekaan
Nasional oleh Presiden Soekarno pada 28-3-1963. SK Presiden itu
bukanlah jaminan bahwa Tan Malaka bukan seorang marxist. Itu
tidak relevan untuk dijadikan alasan. Sebab dalam tahun 1963 itu
belum ada Tap MPR(S) mengenai dilarangnya marxisme di
Indonesia, dan bahwa pada waktu itu Presiden Soekarno mulai
banting stir ke kiri.

Pernyataan: Suwarto, nama saya bukan samaran tetapi nama


asli dengan profesi wartawan penterjemah kantor berita nasional -
KNI- Jakarta.

Jawab: Memang dalam Seri 354 saya menduga itu nama


samaran. Ternyata dugaan saya salah. Habis sih, sdr Suwarto tidak
mau transparan, tidak pakai alamat, artinya alamat
dirahasiakan redaksi, artinya patut diduga itu nama samaran.

Pernyataan: Maaf dan terima kasih atas koreksinya mengenai nama


lengkap Buya Hamka, ialah Haji Abdul Malik Karim
Amrullah; "Abubakar" adalah salah ketik saja. Selanjutnya: Jika sdr
HM Nur Abdurrahman tidak mempercayai seluruh pers Jawa
Tengah, dst.

Jawab: Sdr Suwarto bersikap tidak sportif, karena pernyataanya itu


disertai embel-embel apologi: salah ketik. Bagaimana mungkin
Abdul Malik disalah-ketikkan menjadi Abubakar Muhammad?
Mengapa hanya "Abubakar" yang disebut salah ketik, sedangkan
Muhammad tidak disebutkan? Tentu disengaja! Karena kalau
dituliskan Abubakar Muhammad bukankah terlalu panjang
untuk alasan salah ketik? Oleh sebab itu berdasarkan atas
cakrawala pembacaannya yang sempit dan tidak sportifnya itu saya
meragukan pengakuan sdr Suwarto yang menulis telah membaca
seluruh koran Jateng yang memberitakan bahwa pemberontak Merapi
Merbabu komplex (MMK) itu adalah orang-orang PKI.

Dalam kajian pendidikan politik yang saya dapatkan


gerombolan Merapi-Merbabu komplex bukan orang-orang PKI,
melainkan penganut marxisme trotzkisme. Sejarah menunjukkan
pemberontakan Madiun PKI telah dihabisi oleh Divisi Siliwangi
sampai keakar-akarnya, tidak tersisa lagi. Mana mungkin pengacau
MMK di tahun lima puluhan itu gerombolan PKI! Saya lebih yakin
atas hasil kajian itu ketimbang pemberitaan sebagian pers Jateng
bahwa MMK itu PKI. Ingat onde-onde itu bundar, tetapi tidak semua
yang bundar itu onde-onde. PKI itu marxist, tetapi tidak semua yang
marxist itu PKI.

Lagi pula setiap orang berhak bersikap terhadap pemberitaan pers,


menerima atau meragukan. Seperti misalnya bagaimana
umumnya pers dewasa ini yang sangat menyudutkan Pam Swakrsa
dalam pemberitaan, sangat tidak berimbang, tidak adil. Walla-hu
a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 31 Januari 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]


[BACK] [HOME]

360. Buat Apa Referendum dan Hentikan Kampanye Kondom

AM Fatwa dari DPP PAN dalam Rakerwil PAN salut


kepada Presiden Habibie dalam tiga hal. Yang pertama
kebijakannya bersedia melepaskan Timtim sebagai alternatif akhir,
kedua dikeluarkannya PP tentang netralisasi PNS dan ketiga
rencananya untuk tidak lagi menempatkan hakim di dalam struktur
lembaga eksekutif melainkan akan dipindahkan ke lembaga
yudikatif. Sesuai dengan watak orang Bugis yang tidak cengeng,
Fatwa dalam ucapannya itu tidak pakai embel-embel, tidak seperti
kedua petinggi top PAN yang lain. Amin Rais memakai embel-embel
berikan waktu tiga tahun untuk persiapan referendum, dan Faisal
Basri memakai embel-embel dengan merajuk mengapa mesti ada
tenggang waktu tiga bulan bagi PNS.

Sesungguhnya buat apa itu waktu tiga tahun, buat apa referendum,
menghabiskan daya dan dana. Sudah terlalu banyak daya dan dana
yang diserap anak manja itu selama ini. Lebih baik perhatian
sekarang difokuskan pada pelaksanaan Pemilu supaya aman, luber,
jurdil, bersih, transparan.

Ditegaskan oleh Presiden Habibie bahwa Timtim adalah


wilayah Republik Indonesia, rakyat di sana ikut Pemilu. Jadi
menurut hemat saya tidak perlu referendum. Setelah DPRD hasil
Pemilu itu terbentuk, maka wakil rakyat itu disuruh memilih:
otonomi khusus atau merdeka. Alhasil menghemat man-year,
menghemat dana sekian dikali tiga, menghemat dana referendum.

Ada hal yang tidak kurang pentingnya yang perlu dibahas, yaitu
penanggulangan HIV/AIDS dengan kampanye kondom.
Menurut penelitian di Amerika Serikat ada pengaruh pemakaian
kondom terhadap jumlah pengidap AIDS. Dalam gambaran statistik
sudut tanjak (slope) dari kurva membesar dalam tahun
dimulainya kampanye kondom. Maka jumlah pengidap AIDS yang
mulanya diperkirakan akan tercapai dalam tahun 2000, ternyata
telah tercapai dalam tahun 1995. Lalu apa gerangan hubungan
kausal antara kampanye kondom dengan meningkatya pertumbuhan
pengidap AIDS tersebut?

Setelah dikaji, orang melihat bahwa hubungan kausal itu terletak


dalam tiga hal, pertama jumlah orang yang melakukan perbuatan
berisiko tinggi (baca: berzina) bertambah, kedua perangai orang yang
melakukan hubungan sex pada umumnya, dan ketiga material dari
kondom itu sendiri.

Yang pertama, orang-orang pada berani dan berlomba-lomba berzina


oleh karena merasa aman memakai jas pelindung. Jadi kondom
merangsang pertumbuhan populasi pezina. Ini efek sampingan yang
kualitasnya bukan sampingan lagi melainkan menjadi utama, karena
telah menyangkut akhlaq anak-anak bangsa utamanya bagi para anak
baru gede (ABG).

Yang kedua, pada umumnya sebelum orang melakukan hubungan


sex bercumbu dahulu. Maka virus mematikan itu berpindahlah
melalui air liur dalam aktivitas oral, lips against lips, bahkan
mond tegen mond. Itu dengan asumsi kondom efektif 100%.
Karena populasi pezina pemakai kondom meningkat, maka
meningkat pulalah jumlah pengidap AIDS.

Yang ketiga, dari segi pengendalian kualitas (quality control) dan


proses pembuatan material kondom, menyebabkan kondom tidak
efektif 100%. Dari segi quality control, menurut penelitian di
Amerika Serikat di antara kondom yang diperjual-belikan ada sekitar
30% yang bocor. Dan dari segi pembuatannya, material kondom
berupa serat oleh proses polymerisasi. Artinya kondom itu berpori-
pori. Ukuran pori itu sekitar 0.0167 mikron (1 mikron = 0.001 milli-
meter). Pada hal ukuran virus HIV 4 kali lebih kecil, yaitu 0.004
mikron. Maka para konsumen tidak menyadari bahwa ia terkecoh
oleh provokator yang berpromosi "hasil teknologi canggih". Para
konsumen kondom terbius oleh label teknologi canggih. Tidak
menyadari virus menembus kondom melalui pori-porinya.

Kita menghimbau kepada organisasi-organisasi LSM dan


para aktivisnya dalam kancah penanggulangan HIV/AIDS supaya
berhenti mengkapanyekan kondom. Hentikan itu iklan kampanye
kondom di media grafika dan elektronika dan keluarkan dari materi
penataran silabi mengenai kondom. Sangat tidak simpatik,
memuakkan dan menyakitkan telinga gaya norak di televisi: Jengen
lupeeeee, jengen lupeeeee.

Musibah menyebarnya HIV/AIDS itu menurut istilah Al


Quran termasuk kategori fitnah. Firman Allah:

W ATQWA FTNT LA TSHYBN ALZDYN ZHLMWA MNKM


KHASHT (S. ALANFAL, 8:25), dibaca: Wattaqu- fitnatal la- tushi-
bannal ladzi-na zhalamu- minkum kha-shshatan (S. Al Anfa-l, 25),
artinya: hindarkanlah fitnah yang tidak hanya menimpa atas orang-
orang zalim di antara kamu secara khusus.

Cara untuk menghindarkan itu yang paling efektif adalah dengan


pemaksaan hukum (law enforcement). Maka sebaiknya LSM-
LSM yang berkecimpung dalam kancah penanggulangan HIV/AIDS
menambah wawasan perjuangannya menjadi pressure-group agar
Pemerintah dan DPR membuat UU anti HIV/AIDS. Sebuah ayat
yang populer yang telah dibahas dalam seri ybl sangat relevan
dengan upaya membuat UU anti HIV/AIDS tersebut, yakni:

ALFTNT ASYD MN ALQTL (S. ALBQRT, 2:191), dibaca:


Alfitnatu asyaddu minal qatli (S. AlBaqarah, 2:191), artinya: Fitnah
itu itu lebih keras dari pembunuhan.

Oleh sebab itu dalam UU anti HIV/AIDS itu kelak terdapat substansi
pidana penyebaran HIV. Bahwa menjangkitkan HIV dengan sengaja
adalah perbuatan pidana yang sanksinya lebih berat dari pidana
pembunuhan. Dengan demikian orang harus hati-hati dalam bermain
jarum suntik, para suami menjadi hati-hati jangan sampai membawa
virus berbahaya itu bersarang dalam tubuh isterinya yang tidak
berdosa. Inilah makna menghindarkan fitnah yang tidak
hanya menimpa orang yang berbuat zalim (baca: menulari isterinya)
saja.

Di samping itu juga harus mereformasi psl 284 KUHP


mengenai zina. Harus diganti dengan undang-undang yang lebih
efektif untuk mencegah perzinaan. Yaitu melarang perzinaan, baik
atas dasar suka sama suka bagi yang belum kawin, ataupun lebih-
lebih lagi bagi yang sudah kawin, bukan delik aduan, siapa saja
yang mengadukan kepada yang berwajib harus dilakukan
penyelidikan- penyidikan-penuntutan, pengaduan tidak boleh ditarik
kembali. Bukan berzina saja yang termasuk perbuatan pidana, akan
tetapi berbisnis seks juga adalah tindak pidana, sehingga harus
pula mendapat sanksi hukum yang sama dengan pidana zina. Sanksi
pidana zina harus berat, untuk penggentar bagi yang akan coba-
coba berani melakukannya. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 7 Februari 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]
361. Berguru Teknologi kepada Binatang

Kita tinggalkan dahulu Timtim dan Pemilu. Pemerintah telah tegas


sikapnya mengenai Timtim, dan akan akan disampaikan kepada SU
MPR yad. Itu memang sudah sepatutnya, karena MPR-lah dahulu
yang menerima Timtim menjadi bagian dari Indonesia. Juga jangan
lupa bahwa tidaklah adil jika perhatian hanya difokuskan kepada
pendapat rakyat Timtim saja. Rakyat Indonesia yang jauh lebih
banyak di luar Timtim perlu pula didengar pendapatnya melalui
wakil-wakilnya di MPR. Mengenai Pemilu sebagian besar sudah
sepakat (kecuali segelintir yang radikal yang tidak rasional) bahwa
Pemilu itulah jalan terbaik untuk mendapatkan wakil rakyat dan
pemerintah yang mempunyai legitimasi baik formal maupun riel.

Judul di atas itu mengetuk kesadaran kita sebagai manusia. Bahwa


manusia itu secara kenyataan telah berguru teknologi kepada
binatang. Misalnya manusia berguru kepada kelelawar mengenai
prinsip melacak dengan gema, yaitu (ra)dio (d)etection (a)nd
(r)anging, melacak dan menjarak posisi benda dengan (gelombang)
radio. Mengapa manusia berguru kepada kelelawar mengenai
teknologi melacak dengan gema ini ini? Karena makhluq Allah SWT
yang pertama-tama mempergunakan teknologi ini adalah kelelawar.
Teknologi ini telah dimiliki oleh kelelawar sejak Allah SWT
menciptakan makhluq kelelawar yang pertama. Jadi teknologi sistem
radar ini diperoleh langsung oleh kelelawar dari Allah SWT melalui
wahyu, yang dipateri dalam DNA kelelawar. Jangan kaget,
binatangpun mendapatkan wahyu pula dari Allah SWT, seperti
firmanNya:

W AWHY RBK ALY ALNHL AN ATKHDZY MN ALJBAL


BYWTA W MN ALSYJR W MMA Y'ARSYWN (S. AL NHL,
16:68), dibaca: Wa awha- rabbuka ilan nahli anit takhidzi- minal
jiba-li buyu-tan wa minasy syajari wa mimma- ya'risyu-na, artinya:
Maha Pengaturmu mewahyukan kepada lebah: buatlah sarang di atas
bukit dan di pohon kayu dan pada apa-apa yang mereka (manusia)
buatkan atap (S. Lebah, 68).
Jadi menurut Al Quran pengetahuan binatang tentang teknologi
diperolehnya langsung dari Allah SWT melalui wahyu. Sedangkan
kepada manusia Allah SWT hanya menurunkan wahyu kepada para
Nabi dan Rasul, dan sesudah Nabi Muhammad SAW wahyu sudah
tidak lagi diturunkan kepada manusia.

Ilmu yang berhubungan dengan berguru teknologi kepada binatang


disebut ilmu bionika. Tahun 1793 Prof. Spallanzani (S.) dari Padua
(Italia) disusul oleh Jurin (J.) seorang pakar dari Geneva (Swis)
memperkenalkan teori melihat dengan bunyi. Sementara terbang
kelelawar mencicit mengeluarkan bunyi. Jika bunyi itu terpantul
(gema) maka tahulah binatang itu ada benda atau mangsa di
depannya. Sayang sekali Cuvier (C.) dari Musee d'Histoire Natrelle
di Paris (Prancis) mengaggap sangat naif teori S. dan J. tersebut.
Karena wibawa ilmiyah C. yang berpengaruh kepada para pakar yang
lain, maka penelitian melihat dengan bunyi ini tertunda lebih seabad
lamanya. Barulah dalam tahun 1920 seorang fisiolog Inggeris
bernama Hartridge memperkirakan kelelawar mengeluarkan cicit
yang ultra-sonik. Secara eksperimen hal ini dapat ditunjukkan oleh
zoolog Griffin dari Amerika Serikat dalam 1938.

Andaikata C. tidak membuat gara-gara dengan wibawa ilmunya,


penemuan sistem radar akan didapatkan lebih awal. Kelelawar
mempunyai sistem radar melacak dengan pantulan gelombang udara
yang ultra-sonik. Dengan bionika manusia meniru sistem radar
kelelawar dengan analogi gelombang elektro-maganet. Namun sistem
radar yang ditiru manusia ini masih kalah ketimbang sistem radar
kelelawar. Binatang ini dapat mendeteksi ikan di bawah muka laut
dengan sistem radarnya. Sedangkan sistem radar buatan manusia
sampai saat ini tidak (atau belum?) mampu berbuat demikian.
Mengapa?

Gema gelombang udara ataupun gema gelombang elektro-magnet


sebagian besar dikembalikan oleh permukaan air, hanya sekitar
seperseribu yang terus menembus lapisan air dan dari fraksi itu hanya
seperseribu yang dipantulkan oleh benda sasaran ke atas permukaan
air. Artinya kelelawar mampu menerima gema yang sepersejuta itu
oleh sistem radarnya, sedangkan sistem radar buatan manusia tidak
mampu mendeteksi pantulan gelombang elektro-magnet sepersejuta
tersebut.

Al Quran memberikan isyarat untuk mengkaji gerak binatang. Secara


eksplisit teknik terbang dari burung. Firman Allah:
AW LM YRWA ILY ALTHYR FWQHM SHFT W YQBDHN, (S.
Al Mlk, 67:19), dibaca: Awa lam yaraw ilath thayri fawqahum sha-
ffa-tin wa yaqbidhna, artinya: Tidakkah mereka melihat kepada
burung di atas mereka berbaris-baris dan menguncupkan kedua
(sayapnya) (S. Kerajaan, 19). Ayat ini menyuruh kita memperhatikan
burung yang bersaf-saf, artinya sedang terbang melaju, yang
menguncupkan sayapnya. Adapun burung yang sedang bertengger
yang menguncupkan sayapnya tidak dapat bersaf-saf.

Hingga kini pesawat terbang masih kalah ketimbang burung yang


sedang terbang. Dilihat dari segi aerodinamika kemenangan burung
terletak dalam hal efisiensi terbang. Burung dapat mengubah posisi
sayapnya sementara terbang, membuka jika memerlukan daya angkat
dan daya dorong, menguncup jika sedang terbang melaju dan
menukik. Demikian pula pesawat terbang memerlukan sayap untuk
daya angkat supaya dapat take off, namun sayap yang lebar hilang
peranannya bahkan menyusahkan jika sedang terbang di atas laju
suara. Pesawat terbang yang ideal yaitu yang dapat terbang seperti
burung, yaitu sayapnya dilipat ke dalam sementara terbang
melaju.(*)

Isyarat Al Quran tersebut dapat pula dikembangkan pada teknik


berenang dan menyelam melaju pada ikan lumba-lumba. Sebuah
kapal yang bergerak melaju menimbulkan pusaran-pusaran air yang
menghalangi gerak laju kapal. Pusaran-pusaran air menurunkan
efisiensi pergerakan kapal. Ikan lumba-lumba sangat efisien dalam
hal berenang dan menyelam melaju, karena Allah SWT mendisain
bentuk ikan lumba-lumba yang stream-line, sehingga tidak
menimbulkan pusaran air. Lagi pula kulit lumba-lumba terdiri atas
dua lapis. Yang sebelah luar tipis dan elastis, yang sebelah dalam
tebal terdiri atas pipa-pipa halus yang berisi substansi seperti karet
busa. Kombinasi kedua lapisan kulit ini berfungsi sebagai shock-
breaker sehingga gerakannya yang melaju menjadi mulus dalam air
yang bergelora. Bionika yang mempelajari kulit lumba-lumba ini
menghasilkan teknologi kulit buatan untuk membungkus torpedo
bawah air. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 14 Februari 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

(*) Sudah dibicarakan teperinci dalam Seri 156

[BACK] [HOME]
362. TBC

Dalam ilmu kesehatan TBC adalah singkatan dari tuberculose, yaitu


penyakit batukdarah kering. Dahulu (sekarang tidak lagi) penyakit itu
sangat ditakuti orang, karena merupakan penyakit menjangkit yang
tak tersembuhkan, seperti AIDS sekarang ini. Perbedaannya terletak
dalam hal perlakuan ataupun sikap terhadap pengidap kedua jenis
penyakit menjangkit yang mematikan tersebut. Terhadap para
pengidap TBC masyarakat dilarang bergaul dekat dengan orang-
orang malang tersebut, sehingga mereka itu diisolasi dari pergaulan
sehari-hari. Dari segi perlakuan ini para pengidap AIDS tidaklah
semalang dengan para pengidap TBC oleh karena terhadap para
pengidap AIDS dikampanyekan agar masyarakat jangan mengisolasi
mereka itu dari pergaulan.

Dalam kolom ini sudah dua kali dikemukakan mengenai sikap


praduga tak bersalah terhadap nyamuk, sebagai binatang serangga
yang mempunyai moncong penusuk kulit manusia untuk mengisap
darah, ibarat jarum suntik. Nyamuk ini tidak boleh dipandang enteng
oleh karena telah dikenal dua jenis yang dapat menularkan virus.
Yaitu jenis jamuk yang berdiri lurus dan jenis nyamuk yang
berbelang-belang. Yang pertama dapat memindahkan virus penyakit
malaria dan jenis yang kedua memindahkan virus penyakit demam
berdarah. Nyamuk ini tidak boleh dianggap enteng, oleh karena Allah
SWT tidak malu untuk menyodorkan contoh binatang nyamuk ini.
Firman Allah SWT:

AN ALLH LA YSTHY AN YDHRB MTSL MA B'AWDHT FMA


FWQHA (S. AL BQRT, 2:26), dibaca: InnaLla-ha la- yastahyi-
ayyadhdriba matsalamma- ba'u-dhatan fama- fawqaha- (S.
Albaqarah, 26), artinya: Allah tidak malu menyodorkan contoh
nyamuk bahkan yang lebih (kecil) dari itu (S. Sapi Betina, 26).

Oleh karena Allah SWT tidak malu untuk menyodorkan contoh kasus
binatang nyamuk ini, maka perlu sekali orang mengubah sikap
terhadap nyamuk ini. Yaitu dari sikap praduga tak bersalah menjadi
sikap praduga bersalah. Artinya perlu betul diteliti dengan seteliti-
teliti dan seintensif-intensifnya apakah tidak ada sejenis nyamuk
yang khusus dapat memindahkan HIV dalam arti virus HI (tentu
tidak tepat jika dikatakan virus HIV, oleh karena huruf V itu sudah
singkatan dari virus) itu tidak mati dalam moncong penusuk nyamuk
jenis khusus itu, ataukah sebaliknya, nyamuk khusus itu tidak mati
oleh virus HI tersebut. Jadi nyamuk itu seperti koruptor yang
semestinya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
diubah dari asas praduga tak bersalah menjadi praduga bersalah,
artinya bukan jaksa yang harus membuktikan kesalahan yang
bersangkutan, melainkan yang bersangkutan yang harus
membuktikan kebersihan dirinya, yaitu pembuktian terbalik.

Sebenarnya TBC itu dijadikan judul bukan semata-mata karena


penyakit yang sekarang sudah dapat diobati itu, melainkan ada surat
khusus yang secara langsung dialamatkan kepada pengasuh kolom ini
dalam hubungannya dengan dongeng terjadinya nama pulau Lae-Lae
seperti yang telah dikemukakan dalam Seri 356 yang berjudul:
Makassar, La Nina, Lae-Lae, edisi 10 Januari 1999. Apa pula
hubungan dongeng p. Lae-Lae dengan penyakit TBC ini. Penulis
surat tersebut mengatakan bahwa menurut apa yang telah
didengarnya, pemberian nama itu bukan semata-mata karena orang
Cina yang memanggil-manggil: lae, lae, melainkan setelah peristiwa
perahu Cina yang karam itu, maka di pulau itu apabila datang angin
topan disertai laut yang menggelegak, maka para nelayan yang
kebetulan ada di atas pulau itu akan mendengar suara "lae, lae" di
antara deru angin dan ombak yang memecah di pulau karang
tersebut. Para nelayan itulah yang memberikan nama tersebut.

Dongeng itu bermacam-macam versinya. Namun walaupun ada


bermacam versi, dongeng itu hanya dapat dikategorikan dalam dua
versi, yaitu yang mengandung TBC dengan yang bersih dari TBC.
Dalam Seri 356 tersebut pengasuh kolom ini memilih versi yang
bersih dari TBC. Lalu apa itu TBC yang bukan penyakit paru-paru
itu? TBC adalah semacam penyakit ruhani yang masih banyak diidap
oleh ummat Islam, yaitu Tahyul, Bid'ah dan Churafat. Tahyul adalah
sub-rasional. Mengenai rasional ini ada tiga tingkat, sub-rasional,
rasional dan supra-rasional. Sub-rasional berada di bawah rasional
yaitu bertentangan dengan akal sehat, seperti misalnya manusia
beranak buaya. Ini bertentangan dengan akal sehat oleh karena dari
segi genetika khromosom manusia tidak sama dengan khromosom
buaya. Sedangkan supra-rasional berada pada level di atas rasional,
yaitu yang tidak dapat dijangkau oleh otak manusia. Bid'ah adalah
mengada-adakan atau menambah-nambah tata-cara ritual yang tidak
dicontohkan oleh sunnah Nabi Muhammad SAW. Dalam tata-cara
yang ritual berlaku qaidah: semua tidak boleh di luar yang
dicontohkan oleh RasuluLlah SAW, seperti misalnya shalat dalam
bahasa Indonesia. Shalat harus dalam bahasa Al Quran seperti yang
dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Hikmahnya ialah apabila
mislnya ada kelompok orang Islam yang terdiri dari orang Indonesia,
Nigeria, Jerman, maka tentu saja sukar sekali akan shalat berjama'ah
yang sangat dianjurkan itu, oleh karena ketiga orang itu tentu akan
ngotot mempertahankan bahasanya masing-masing. Churafat (ini
ejaan dahulu C dalam EYD menjadi K jadi menurut EYD harus
dituliskan Khurafat) adalah suatu penyakit yang menyebabkan orang
musyrik, seperti minta-minta barakah kepada kuburan atau apa saja
dianggap keramat (yang dalam bahasa Makassarnya: saukang) seperti
dalam dongeng p. Lae-Lae yang bernuansa khurafat.

Berikut ini dikemukakan versi dongeng yang bernuansa khurafat dari


p. Lale-lae: HOW LAE-LAE GOT ITS NAME

Very, very long ago a Chinese nobleman was discovered by a


fisherman on a small group of atolls near the shore of Jung Pandang.
His ship had been destroyed by a heavy storm on his way to the
Gowa Kingdom. When the Chinese man saw the fisherman, he called
loudly: "Lae-Lae" which meant "come here".

After the Chineseman died something strange happened. The waves


that touched the coral atolls has the same sound as the Chinese words
'Lae-Lae'. The people thaught it was a miracle.

After the group of coral atolls gradually formed into a small island,
the people decided to call it Lae-Lae. They built a kramat grave there
in memory of the Chinese nobleman.

Inilah versi dongeng Lae-Lae yang bernuansa TBC itu. Supaya


pembaca terjemahkan sendiri, karena ruangan untuk terjemahan itu
tidak tersedia lagi. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 21 Februari 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

363. Rekaman Kaset Sebagai Kendaraan Politik

Ada penelitian mengenai IQ di Amerika Serikat yang dikhususkan


kepada ras kulit putih dan ras negro (sumbernya: RVB Delft
Nederland). Hasil penelitian tersebut yang diplot dalam sumbu
horisontal IQ dan sumbu tegak lurus N (jumlah orang)
menggambarkan kurva untuk ras kulit putih puncaknya di sebelah
kanan, sedangkan kurva untuk ras negro di sebelah kiri dari puncak
kurva normal. Puncak kurva kedua jenis ras itu sama tingginya. Hasil
penelitian ini menunjukkan fakta bahwa orang kulit putih IQnya
lebih tinggi dari orang negro. Terhadap fakta itu ada dua penafsiran
tergantung dari sikap penafsir. Orang-orang Khu Klux Klan modern
mengatakan bahwa memang dari sononya ras kulit putih
kecerdasannya lebih unggul dari ras negro. Sebaliknya orang-orang
negro yang tidak mendapatkan fasilitas yang adil dari pemerintah
Amerika mengatakan, itulah bukti bahwa pemerintah tidak
memberikan kesempatan yang sama dan adil bagi orang-orang negro
dalam segala fasilitas termasuk bidang pendidikan.

Demikian pula terhadap kaset rekaman yang ramai dibicarakan orang


itu. Sejak presiden Habibie memegang tampuk pemerintahan sudah
tampak polarisasi, yaitu kelompok yang mendukung (KN = kanan)
dengan yang menolak (KR = kiri), baik secara hukum maupun secara
riel di lapangan khususnya di pekarangan gedung MPR/DPR. Yang
menonjol di bidang hukum dari pihak KR adalah Dimyati Hartono,
yang ditantang oleh Yusril Mahendra berdebat secara terbuka, namun
Dimyati tidak (berani?) menyambut tantangan Yusril itu. Setelah
presiden Soeharto lengser menjadi mantan, maka mahasiswa secara
berangsur meninggalkan halaman gedung MPR/DPR. Yang bertahan
kemudian dievakuasi ke kampus Atma Jaya adalah KR. Sedangkan
yang datang setelah selesai shalat Jum'at memasuki halaman
MPR/DPR adalah KN, yang berhasil masuk ke halaman dengan
didahului insiden kecil, karena KR yang ada di dalam bersikap
otoriter tidak mengizinkan. Ujung tombak KN dalam upayanya
menerobos masuk terpaksa memakai ketupat bangkahulu. Melalui
media elektronika saya lihat sendiri bendera HMI berkibar memasuki
halaman MPR/DPR di tengah-tengah arus kelompok KN itu.

Terhadap kaset rekaman itu golongan yang sudah memilih sikap KR


itu telah banyak diekspos oleh mas media. Golongan KR ini
memanfaatkan kaset rekaman itu sebagai kendaraan politik. Inilah
bagian rekaman itu: Kalau bapaknya baru berapa jam? Tiga jam
lebih. Ya, udah cukup? Iya kan kalau dua jam juga nanti orang, wah
sandiwara apa lagi nih.

Kata sandiwara itulah yang enak sekali dijadikan kendaraan politik


dengan isu politik bahwa pemeriksaan mantan presiden Soeharto
hanya sekadar dagelan politik. Akan tetapi bagi golongan yang sudah
mengambil sikap KN menampik isu politik golongan KR itu (ini
kurang diekspos oleh mas media). Golongan KN mengatakan tidak
ada sama sekali perintah untuk menghentikan penyelidikan, itu bukan
sandiwara. Tentang adanya kata sandiwara itu hanya sekadar
disinggung sebagai reaksi atas adanya isu sandiwara yang telah
beredar dalam kalangan sebagian orang sebelum lahirnya kaset
rekaman itu.

Pembicaraan-pembicaraan dalam masyarakat dan di mas media yang


grafika dan elektronika tentang kaset rekaman dalam konteks proses
perekamannya hanya mengemukakan kalau bukan penyadapan maka
pasti pemalsuan suara, singkatnya: menyadap ATAU memalsu.
Tidak ada yang mengemukakan kemungkinan proses itu adalah
kombinasi penyadapan sekaligus pemalsuan, singkatnya: menyadap
DAN memalsu.

Itang Kurnaedi (saya tidak tahu di mana ia sekarang) adalah seorang


anggota HMI cabang Bandung di tahun 50-han. Ia dapat meniru
suara pidato Bung Karno. Ada juga seorang anggota HMI cabang
Solo, juga tahun 50-han (sayang saya sudah lupa namanya, yang saya
ingat ia berasal dari Riau), kalau memakai peci mirip dengan Bung
Hatta, juga dapat meniru suara Bung Hatta. Muballigh muda Cecep
Maulana kalau hanya mendengar suaranya berda'wah dikira KH
Zainuddin MZ.

Ada saja kemungkinan orang yang mau mendapatkan kendaraan


politik mengitangkan atau mencecepkan suara AM Ghalib
menyisipkan masuk ke dalam rekaman yang telah disadap
sebelumnya. Boleh jadi ucapan: Iya kan kalau dua jam juga nanti
orang, wah sandiwara apa lagi nih, adalah kalimat sisipan. Kalau
kemungkinan yang tidak mustahil ini yang terjadi, itulah yang saya
katakan: menyadap DAN memalsu.

Patut difahami walaupun suara tiruan itu kedengarannya sama betul


dengan suara asli, itu hanya menurut sensor gendang telinga. Kalau
diperiksa dengan instrumen penganalisis-suara, maka spektrum suara
palsu dengan yang asli tidak sama polanya. Akan tetapi sebaliknya,
dua suara yang spektrumnya sama polanya belum tentu keduanya
asli, oleh karena suara itu dapat direkayasa dengan teknologi
canggih. Tegasnya spektrum suara polanya akan berbeda jika yang
menirukan itu getaran tali suara manusia, akan tetapi tiruan suara
dengan rekayasa teknologis tidak dapat dibedakan mana yang asli
mana yang tiruan. Itulah sebabnya dalam dunia hukum rekaman
suara tidak dapat dijadikan alat bukti.

Oleh sebab itu ada baiknya dalam suasana kemerdekaan pers (suatu
kebijakan pemerintahan Habibie yang bukan perpanjangan Orde
Baru), eloklah dimasukkan nilai ke dalam kode etik jurnalistik
substansi yang ditimba dari dalam Al Quran, seperti Firman Allah
SWT:

YAYHA ALDZYN AMANWA AN JAAKM FASQ BNBA


FTBYNWA AN TSHYBWA QWMA BJHALT FTSHBHWA 'ALY
MA F'ALTM NDMYN (S. AL HJRAT, 49:6), dibaca: Ya-ayyuhal
ladzi-na a-manu- in ja-akum fa-siqun binabain fatabayyanu- an tushi-
bu- qawman bijaha-latin fatushbihu- 'ala- ma- fa'altum na-dimi-na (S.
Alhujura-t), artinya: Hai orang-orang beriman jika datang kepadamu
orang fasiq dengan berita, mestilah kamu klarifikasikan jangan
sampai kamu menimpakan musibah atas suatu kaum tanpa
menyadarinya, lalu kemudian kamu menyesali akan perbuatanmu (S.
Bilik-bilik, 49:6).

Fasiq dibentuk oleh akar Fa, Sin, Qaf, artinya menyusahkan,


sehingga fasiq dalam kontex NBA (dibaca: nabaun, artinya berita)
adalah sumber berita seperti kaset rekaman yang disimpan dahulu
sekitar satu setengah bulan sebagai kartu truf untuk dipergunakan
dalam situasi yang tepat: isu capres. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 28 Februari 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

364. Rekaman Kaset Atau Kaset Rekaman, 3 Paket UU Politik


Atau Paket 3 UU Politik?

Hari Kamis yang lalu saya menerima surat non-pos yang diletakkan
di atas tanggul di depan pintu. Sejak ada jalan tol setiap musim hujan
rumah saya digenangi air. Untuk itu saya buat tanggul yang cukup
tinggi pada setiap pintu. Isi surat dan jawabannya saya publikasikan
dengan pertimbangan mungkin ada beberapa di antara pembaca yang
mempunyai tanggapan seperti penulis surat itu.

A.A.Wr.Wb. (dalam huruf Arab). Kami menyurat ini tanpa menulis


dari pada nama dan alamat kami dan diam-diam kami taruh surat ini
di depan pintu Bapak, karena segan bertemu muka langsung dengan
Bapak. Kami telah membaca kolom Bapak hari Minggu lalu.
Mengenai isinya cukup menarik didiskusikan dengan teman-teman.
Cuman maaf, ada yang kurang sreg yaitu dalam judul Bapak
menuliskan kata majemuk rekaman kaset, bukankah yang benar
mestinya rekaman percakapan antara Pak Habibie dengan Pak Galib?
Kami sedikit bingung karena pada kalimat terakhir Bapak
menuliskan sebaliknya, yaitu kaset rekaman, dan menurut kami inilah
yang benar. Apakah Bapak sengaja menulis dengan berbeda itu,
ataukah khilaf, atau bagaimana? Lagi pula kami sekali lagi minta
maaf, beberapa minggu yang lalu Bapak menuliskan dalam judul tiga
paket undang-undang politik, yang menurut Prof A. Muis itu salah,
mestinya paket tiga undang-undang politik. Kalau itu memang salah
seharusnya Bapak meralatnya, tetapi kalau Bapak merasa tidak salah
mengapa diam saja. Wassalam (dlm huruf Arab).

Terima kasih atas perhatian anda. Sebenarnya anda walaupun segan


tidak perlu takut bertemu langsung dengan saya, karena saya
alhamduliLlah orangnya tidak galak. Sebelum saya menjawab lebih
lanjut, saya ingin mengoreksi bahasa Indonesia anda. Bukan menulis
dari pada nama, melainkan menulis nama. Dari pada tidak boleh
ditempatkan di antara predikat dengan obyek. Bukan cuman,
melainkan cuma, tanpa vitamin N.

Mana yang benar pisang goreng atau goreng pisang? Kedua-duanya


benar tergantung yang mana ditekankan. Sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia kata yang dipentingkan diletakkan di depan. Kata
pisang goreng, bendanya yang dipentingkan. Ada pisang goreng, ada
pisang rebus, ada pisang epe'. Kata goreng pisang, perlakuan
terhadap benda itu yang dipentingkan. Ada goreng pisang, ada
goreng singkong, ada goreng bakara'.

Rekaman kaset jangan difahamkan seperti rekaman percakapan yang


berarti percakapan yang direkam. Kalau memakai logika demikian,
maka rekaman kaset berarti kaset yang direkam dan tentu saja ini
salah. Dalam kontex substansi yang dibahas, rekaman kaset berarti
rekaman yang disimpan dalam kaset. Ada rekaman disket, yaitu
rekaman yang disimpan dalam disket. Ada rekaman foto yaitu
rekaman berupa foto-foto. Ada rekaman kulit otak, yaitu rekaman
yang disimpan dalam kulit otak alias menghafal. Dalam judul
Rekaman Kaset Sebagai Kendaraan Politik, kata rekaman diletakkan
sebelum kata kaset oleh karena kata itu lebih dipentingkan.
Mengapa? Rekaman dapat menjadi kendaraan politik.

Dalam paragraf terakhir ditulis: AN JAAKM FASQ BNBA


FTBYNWA (S. AL HJRAT, 49:6), dibaca: In ja-akum fa-siqun
binabain fatabayyanu- (S. Alhujura-t), artinya: Jika datang kepadamu
orang fasiq dengan berita, mestilah kamu klarifikasikan (S. Bilik-
bilik, 49:6). Fasiq dibentuk oleh akar Fa, Sin, Qaf, artinya
menyusahkan, sehingga fasiq dalam kontex NBA (dibaca: nabaun,
artinya berita) adalah sumber berita seperti kaset rekaman yang
disimpan dahulu sekitar satu setengah bulan sebagai kartu truf untuk
dipergunakan dalam situasi yang tepat: isu capres.

Dalam kalimat terakhir kaset diletakkan sebelum rekaman oleh


karena yang dipentingkan dalam hal ini adalah kaset yaitu
personifikasi dari badan yang menjadi sumber berita yang
memendam dahulu kartu truf itu selama sekitar satu setengah bulan.
Isu capres yang mulai memanas sekarang mempergunakan apa saja
untuk kendaraan politik. Bahkan tragedi Ambon yang begitu
memilukan, mengenaskan, memprihatinkan, tak urung dijadikan
kendaraan politik. Gagasan yang dilemparkan meminta Megawati ke
Ambon tidak terlepas dari kampanye terselubung (disguised) dalam
kontex isu capres. Ini menjadi bumerang sendiri untuk Megawati
dengan terjadinya insiden Lampung. Bagaimana mungkin Megawati
dapat diandalkan mendamaikan kedua pihak yang bertikai di Ambon,
anggota PDI Perjuangan sendiri membuat rusuh memukul Budi
Harjono ketua PDI.

Alhasil, kata majemuk rekaman kaset dipakai dalam kontex


kendaraan poltik, sedangkan kaset rekaman dipakai dalam kontex
sumber berita, begitu.

Mana yang benar 3 paket UU politik atau paket 3 UU politik? Untuk


menjelaskannya saya memakai metode qiyas dan substitusi seperti
berikut:

3 industri: Logam, Mesin dan Elektronika (ILME), Kapal (IK) dan


Pesawat Terbang (IPT).

Sesungguhnya ILME merupakan satu paket yang terdiri atas pabrik


pengecoran baja, pabrik kawat listrik, pabrik suku cadang mobil,
pabrik accu dan batery, pabrik alat rumah tangga elektronika dll.
Demikian pula halnya dengan IK dan IPT. Jadi masing-masing
industri itu merupakan paket, jenis ILME berupa satu paket, jenis IK
berupa satu paket dan jenis IPT juga berupa satu paket, jadi ada 3
paket industri. Ini tinjauan mikro.

ILME, IK, IPT diikat dalam paket, menjadilah paket 3 industri. Ini
tinjauan makro.

Kesimpulannya, 3 paket industri ataupun paket 3 industri kedua-


duanya benar.

Coba kita substitusi industri dengan UU politik, logam, mesin dan


elektronika dengan Pemilu (Pm), kapal dengan Susunan dan
Kedudukan Anggota MPR, DPR, DPRD, (SKA) dan pesawat terbang
dengan Parpol (Pr), maka kita akan dapatkan:

3 UU politik: (Pm), (SKA) dan (Pr).

Masing-masing UU politik itu merupakan paket dari sejumlah


substansi dan pasal-pasal, UU politik jenis (Pm) berupa satu paket
substansi dan pasal-pasal, UU politik jenis (SKA) berupa satu paket
substansi dan pasal-pasal, dan UU politik jenis (Pr) juga berupa satu
paket substansi dan pasal-pasal, jadi ada 3 paket UU politik. Ini
tinjauan mikro.

UU politik jenis (Pm), UU politik jenis (SKA) dan UU politik jenis


(Pr) diikat dalam paket, menjadilah paket 3 UU politik. Ini tinjauan
makro.

Alhasil kesimpulan setelah substitusi: 3 paket UU politik ataupun


paket 3 UU politik kedua-duanya benar. Walla-hu a'lamu bishshawa-
b.

*** Makassar, 7 Maret 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

365. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar, Inti Norma Agama Menurut


Islam

Walaupun manusia itu makhluk individu, namun ia tidak dapat hidup


tanpa manusia lainnya. Itulah keterbatasan manusia, ia tak mungkin
mampu memenuhi segala kebutuhannya. Ia perlu pertolongan orang
lain, dan di samping itu ia perlu pula menolong sesamanya, sehingga
ia juga makhluk sosial. Fabel (cerita perumpamaan) tentang orang
buta dengan orang lumpuh menggambarkan perlunya tolong
menolong. Sang buta memikul sang lumpuh di atas kedua bahunya.
Integrasi itu menghasilkan sinergi melihat dengan mata sang lumpuh
dan berjalan dengan mempergunakan kaki sang buta. Kemampuan
sang buta yang dapat berjalan mengisi kelemahan sang lumpuh yang
tidak dapat berjalan. Kemampuan sang lumpuh yang dapat melihat
mengisi kelemahan sang buta yang tidak dapat melihat. Yang mampu
mengisi yang lemah, yang lemah diisi oleh yang mampu. Di sinilah
pentingnya inter-aksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya,
manusia harus bekerjasama, bantu-membantu untuk memenuhi
masing-masing hajat kehidupannya. Manusia harus hidup berjama'ah.

Dalam konteks hidup berjama'ah ini dapatlah difahami hikmah shalat


berjama'ah, yang nilainya 27 kali dari shalat sendirian. Kebiasaan
shalat berjama'ah akan menciptakan inter-aksi dan integrasi di antara
anggota jama'ah. Yang paling penting ialah bagaimana sedapat
mungkin filosofi shalat berjama'ah itu diaktualisasikan ke dalam
kehidupan bermasyarakat, utamanya kekompakan anggota jama'ah
dalam satu komando dari pimpinan, tetapi dengan tegas anggota
jama'ah menegur ataupun meluruskan komando yang salah dari
pimpinan, serta kesadaran dari pimpinan untuk segera memperbaiki
kesalahan dalam arti pimpinan itu meluruskan kembali arah
komadonya kepada jalan yang benar.

Dalam melakukan inter-aksi, tidak jarang terjadi konflik antara satu


dengan yang lainnya. Konflik ini dapat saja disebabkan oleh yang
bersangkutan saling memperebutkan suatu obyek kehidupan,
mungkin pula adanya kepentingan yang berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya, dapat pula adanya sikap yang berbeda dalam
memandang sesuatu, atau tak jarang pula bersumber dari dalam diri
manusia yaitu sifat serakah, hasad, dengki, mau menang sendiri,
angkuh dan dorongan naluri mempertahankan diri di atas ambang
batas yang wajar. Konflik yang terjadi di antara dua kubu yang
bertikai akar permasalahannya niscaya terletak dalam salah satu
ataupun kombinasi dari beberapa sebab-sebab yang dikemukakan di
atas itu.

Demikiankah dalam berinter-aksi itu dibutuhkanlah suatu norma atau


tata-kehidupan yang dapat mengatur dan mengarahkan manusia,
sehingga manusia dapat hidup aman dan tenteram, tertib dan damai.
Tanpa norma dan kaidah kehidupan maka jelas pertikaian,
pertentangan dan berjenis konflik lainnya niscaya akan terus
berkepanjangan. Dengan norma dan kaidah itu manusia dapat diatur
sehingga dapat hidup berdampingan, berinter-aksi, dalam melakukan
aktivitas kehidupan.

Karena itulah Allah SWT Yang Maha Tahu di samping menciptakan


manusia sebagai khalifah di atas bumi ini, juga menuntun manusia
dengan norma agama yang diwahyukan kepada RasulNya. Dengan
norma agama tersebut yang harus dipatuhi oleh manusia, dapatlah
manusia itu diharapkan akan melakukan aktivitas kehidupannya
dengan terarah dan teratur. Norma agama tersebut dimaksudkan
untuk membimbing, mengatur dan mengarahkan hidup dan
kehidupan manusia demi keselamatan, kebahagian dan kesejahteraan
ummat manusia. Norma itu diatur dalam Kitab-Kitab Suci yang
berasal dari wahyu yang diturunkan kepada para Rasul yang
disampaikan kepada ummat manusia dari zaman ke zaman. Rasul
yang terakhir adalah Nabi Muhammad SAW dan Kitab Suci yang
terakhir adalah Al Quran. Firman Allah SWT:

ALQRAN HDY LLNAS W BYNT MN ALHDY W ALFRQAN (S.


ALBQRT, 2:185), dibaca: Alqur.a-nu hudal linna-si wa bayyina-tim
minal huda- wal furqa-ni (S. Al Baqarah), artinya: Al Quran,
petunjuk bagi manusia, dan penjelasan tentang petunjuk itu dan Al
Furqan (2:185).

Al Furqan berasal dari akar: Fa, Ra, Qaf, artinya mengerat,


memisahkan dua substansi, bermakna pembeda antara yang positif
dengan negatif. Al Furqan adalah norma mutlak, norma agama yang
secara tegas memberikan petunjuk mana yang ma'ruf, mana yang
mungkar. Norma agama ini mengatur dimensi kehidupan duniawi
menuju kehidupan ukhrawi. Dengan perkataan lain, norma agama
mengatur hubungan antara manusia dengan Allah dan sekaligus
mengatur hubungan antar-manusia bahkan antara manusia dengan
alam sekitarnya.

Hubungan antara manusia dengan Allah menyangkut akhlaq


beraqidah dan akhlaq menjalankan syari'ah yang ubudiyah. Aqidah
khusus menyangkut pokok-pokok keimanan yang berintikan tawhid
(mengesakan Allah). Sedangkan syari'ah yang ubudiyah menyangkut
sopan-santun dalam berkomunikasi dengan Allah SWT, yang secara
populer dikenal dengan ibadah dalam pengertian yang sempit.

Hubungan antar-manusia dan hubungan antara manusia dengan alam


sekitar menyangkut akhlaq melaksanakan syari'ah yang muamalah.
Di sini diatur tentang cara-cara melakukan hubungan atau inter-aksi
dengan sesama manusia dan tentang pengelolaan alam sekitar,
sumberdaya alam serta lingkungan hidup dalam fungsi manusia
sebagai khalifah di atas bumi. Syari'ah yang muamalah bertujuan
untuk mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan serta kemaslahatan
umum. Norma agama dalam konteks syari'ah yang muamalah di
samping tidak menghendaki kerawanan sosial dan segala bentuk
kemungkaran, juga memberikan motivasi kepada penganutnya untuk
bekerja keras dan bersungguh-sungguh memerangi kemiskinan dan
kebodohan sebagai sumber kerawanan sosial. Syari'ah yang
mualamah itu intinya berhubungan dengan norma tentang sikap dan
perilaku yang seharusnya dilakukan, ataupun yang seharusnya
dihindarkan. Inilah yang dikenal dengan Amar Ma'ruf Nahi Mungkar,
berbuat kebajikan dan mencegah kemungkaran.

Paket norma yang seharusnya dilakukan, ataupun yang seharusnya


dihindarkan haruslah diwujudkan ke dalam norma hukum oleh
lembaga pembuat undang-undang yang menurut UUD-1945
dilakukan oleh DPR bersama-sama dengan Pemerintah. Untuk dapat
duduk dalam kedua lembaga itu guna mewujudkan norma agama ke
dalam norma hukum haruslah membina kekuatan politik melalui
partai politik yang mempunyai missi: Amar Ma'ruf Nahi Mungkar.
Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 14 Maret 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

366. Teknolgi Bayi Tabung dan Teknologi yang Bermuatan Nilai

Hari Rabu, tgl 17 Maret 1999, usai shalat subuh saya mendapat
giliran dalam siaran langsung TVRI stasiun Ujungpandang untuk
membawakan tema Teknologi Bagi Kemaslahatan Ummat Manusia
yang dipandu oleh DR Hamka Haq yang sekaligus sebagai fasilitator
pemirsa yang menanggapi melalui telpon. Di antara tanggapan
pemirsa melalui telpon itu, ada yang membutuhkan uraian lebih
panjang yang tak mungkin dapat dikemukakan dalam kesempatan
yang begitu terbatas, yaitu tentang teknologi bayi tabung dan
teknologi yang bermuatan nilai.

1. Teknologi Bayi Tabung

Sidang Komisi A dalam Muktamar ke-29 NU, Desember 1994,


memfatwakan haram hukumnya rahim sewaan. Ini sesungguhnya
merupakan rangkaian dari fatwa yang telah dikeluarkan NU tidak
lama sebelum Muktamar tentang dibolehkannya bayi tabung dengan
syarat bibit harus berasal dari suami isteri.

Menurut hemat saya fatwa mengenai haramnya rahim sewaan tidak


tegas. Mengapa? Bagaimana jika ada yang sedia dengan ikhlas
menyediakan rahimnya tanpa disewa, misalnya saudara atau ibu sang
isteri? Pada hal dalam sel telur yang telah dibuahi itu sudah ada
khromosom dari bibit sang suami? Yang tidak boleh masuk ke dalam
rahim selain dari rahim isterinya? Akan lebih tegas jika difatwakan:
Apabila telah berhasil terjadi pembuahan di dalam tabung, maka
haram hukumnya sel telur sang isteri yang telah dibuahi oleh sperma
sang suami itu dimasukkan ke dalam rahim perempuan siapapun juga
selain ke dalam rahim isterinya.

Fatwa yang demikian bunyinya itu mencakuplah haramnya rahim


sewaan dan haramnya bank mani. Fatwa ini memberikan pula jalan
keluar bagi seorang isteri yang walaupun indung telurnya produktif
tetapi tidak dapat mengandung bayi karena penyakitan ataupun lemah
rahimnya, sehingga selalu keguguran. Pasangan suami isteri dapat
berupaya mencari seorang perempuan yang ikhlas untuk
mengandung sel yang telah dibuahi dalam tabung itu, lalu sang suami
menikahi perempuan itu sebagai isteri kedua.

2. Teknologi Tidak Bebas Nilai

Teknologi tidak dapat dipisahkan dari sains, sehingga biasanya


dipakai ungkapan kata-kata sains dan teknologi. Ungkapan Iptek
yang biasa dipakai orang tidak begitu kena, oleh karena Ip sebagai
singkatan dari ilmu pengetahuan tidak tegas, mestinya ilmu
pengetahuan alam. Itulah sebabnya saya tidak habis pikir ada fakultas
yang bernama MIPA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, mengapa tidak dipakai singkatan Ipatek untuk sains dan
teknologi?

Sains adalah proses penafsiran alam semesta yang dapat dideteksi


oleh pancaindera, biasanya dengan bantuan instrumen, yang
kemudian penafsiran itu harus diujicoba juga dengan bantuan
instrumen.

Dengan pernyataan seperti di atas itu kelihatannya menurut apa yang


difahami sebagian orang sains itu adalah polos, tanpa nilai. Atau
dengan ungkapan yang lebih canggih: sains itu otonom. Pada
hakekatnya sains itu sesungguhnya memihak, jadi tidak otonom,
seperti yang akan dibahas berikut ini:

Manusia berdasarkan sikapnya terhadap Allah, dapat diklasifikasikan


dalam empat golongan, yaitu:

a) Golongan yang percaya akan adanya Allah sebagai Pencipta dan


Pengatur alam semesta. Allah memberikan petunjuk kepada manusia
dengan menurunkan wahyu kepada nabi-nabi yang meneruskan
petunjuk itu kepada ummat manusia. Golongan ini disebut dengan
theist.

b) Golongan yang percaya akan adanya Allah hanya sebagai Pencipta


saja. Wahyu tidak ada. Manusia cukup mengatur dirinya dengan
akalnya saja. Sikap berpikir yang demikian itu disebut sekuler.
Golongan ini disebut dengan deist.

c) Golongan yang tidak mau tahu tentang adanya Allah. Bagi


golongan ini adanya Allah atau tidak adanya Allah, tidak dapat
dibuktikan. Golongan ini disebut dengan agnostik. Filosof Betrand
Russel termasuk dalam golongan ini.

d) Golongan yang tidak percaya akan adanya Allah. Golongan ini


disebut dengan athesist.

Menurut apa yang dididikkan dalam sekolah umum, menyebut nama


Allah dalam sains berarti hilanglah otonomi sains itu. Polos atau
otonom artinya tidak memihak. Padahal dengan tidak mau tahu
tentang Allah di dalam sains, berarti sudah memihak kepada
golongan agnostik itu. Artinya pemahaman bahwa sains itu otonom
sebenarnya adalah pernyataan yang palsu.

Walhasil, orang yang berpikiran sehat akan memilih golongan


pertama tempat sains itu memihak. Firman Allah:

AN FY KHLQ ALSMWT W ALARDH W AKHTLAF ALYL W


ALNHAR LAYT LAWLY ALALBAB. ALDZYN YDZKRWN
ALLH QYAMA W Q'AWDA W 'ALY JNWBHM W YTFKRWN
FY KHLQ ALSMWT W ALARDH RBNA MA KHLQT HDZA
BATHLA SBHNK FQNA 'ADZAB ALNAR (S. 'AL 'AMRAN,
3:190-191), dibaca: Inna fi- khalqis sama-wa-ti wal ardhi wakhtila-fil
layli wannaha-ri la.a-ya-til liulil akba-b. Alladzi-na yadzkuru-na Lla-
ha qiya-maw waqu'udaw wa 'ala- junu-bihim wa yatafakkaru-na fi-
khalqis sama-wa-ti wal ardhi rabbana- ma- khalaqta ha-dza- ba-thilan
subha-naka faqina- 'adza-ban na-r (S. Ali 'Imra-n), artinya:
Sesungguhnya dalam (proses) penciptaan benda-benda langit dan
bumi, dan pergantian malam dengan siang menjadi keterangan bagi
mereka yang mempergunakan hati nurani dan pikirannya. Yaitu
mereka yang ingat kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk
ataupun berbaring, dan memikirkan penciptaan benda-benda langit
dan bumi, lalu mereka berkata; Wahai Maha Pengatur dan
Pemelihara Kami, tidaklah Engkau ciptakan semuanya ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, peliharalah kami dari azab neraka (S.
Keluarga 'Imran, 190-191).

Sains yang memihak kepada golongan theist itu wajib didefinisikan


seperti berikut: Sains meliputi pengungkapan sunnatuLlah (hukum-
hukum Allah) tentang alam syahadah ciptaan Allah sebagai Maha
Pencipta (Al Khaliq) dan Maha Pengatur (Ar Rabb), dan perumusan
hipotesa-hipotesa sepanjang belum dapat diujicoba dengan
eksperimen, yang memungkinkan orang dapat mentakwilkan
peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala alamiyah dalam kondisi-kondisi
tertentu.

Teknologi mengaplikasikan sunnatuLlah yang telah diungkapkan


oleh sains. Karena sains itu tidak bebas nilai, maka teknologi juga
tidak bebas nilai. Lagi pula teknologi itu bertolak dari niat manusia
yang merancangnya, untuk apa teknologi itu dirancang (designed).
Dari segi inipun teknologi tidak bebas nilai. Walla-hu a'lamu
bishshawa-b.

*** Makassar, 28 Maret 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

367. Makkah di Sebelah Barat, Mengapa di Sana Orang Shalat


'Iyd Lebih Dahulu?

Tanggal 9 Dzulhijjah 1419 H jatuh pada hari Ju'mat di Makkah,


sehingga ummat Islam wuquf di Arafah pada hari itu. Keesokan
harinya Sabtu 10 Dzulhijjah 1419 H ummat Islam shalat Iydul'Adhha
di Al Masjid Al Haram di Makkah. Kita di sini baru shalat 'Iyd pada
hari Ahad. Beberapa orang baik secara tatap muka seusai shalat
Iydul'Adhha maupun melalui deringan telepon bertanyakan kepada
saya pertanyaan seperti judul di atas.

Sebenarnya hal tersebut telah dibahas dalam Seri 270, edisi 20 April
1997. Namun tak ada salahnya dibahas kembali dengan gaya yang
berbeda. Ini menyangkut kimematika (ilmu gerak). Dalam
kinematika, dan dinamika pada umumnya, yang penting mula-mula
orang harus menentukan kerangka rujukan (frame of reference) untuk
menjadi landasan gerak, yang disebut pusat sistem kordinat. Yakni
semua titik benda bergerak relatif terhadap pusat sistem koordinat.
Dikatakan relatif bergerak oleh karena di alam syahadah ini tidak ada
yang diam secara mutlak. KL FY FLK YSBHWN (S. YS, 40),
dibaca: Kullun fi- falakin yasbahu-n (S. Ya-sin), artinya: Tiap-tiap
sesuatu berenang dalam falaknya (36:40).

Apabila matahari yang menjadi pusat sistem koordinat, maka lintasan


bumi yang bergerak mengelilingi matahari berbentuk elips. Lintasan
bulan yang sementara mengelilingi bumi bergerak pula bersama-
sama bumi mengelilingi matahari, sehingga geraknya mengikuti jalur
yang berbentuk pegas yang dilingkarkan. Ternyata dengan memilih
matahari sebagai pusat sistem koordinat gerak bulan itu sangat
ruwet.

Sistem Penanggalan Hijriyah adalah sistem kombinasi syamsiyah


(solar) dengan qamariyah (lunar). Landasannya adalah Ayat
Qawliyah:

FALQ ALASHBAH WJ'AL ALYL SKNA WALSYMS WALQMR


HSBANA (S. AL AN'AAM, 96) dibaca: Fa-liqul ishba-hi waja'alal
layla sakanan wasysyamsa walqamara husba-nan (S. Al An'a-m),,
artinya: (Yang) membuka subuh dan menjadikan malam untuk
istirahat, dan menjadikan matahari dan bulan untuk perhitungan
(6:96). AN 'ADT ALSYHUR 'AND ALLH ATSNA 'ASYR SYHRA
FY KTB ALLH (S. ALTWBT, 36), dibaca: Inna 'iddatasy syuhu-ri
'indaLla-hits na 'asyara syahran fi- kita-biLla-hi (S. At Tawbah), 36),
artinya: Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan
(9:36).

Pergantian hari ditentukan oleh terbenamnya matahari. Misalnya hari


ini hari Ahad, begitu matahari terbenam hari berganti menjadi Senin,
yaitu malam Senin disusul dengan Senin siang. Hitungan bulan
berdasarkan atas posisi matahari dan bulan pada bola langit. Menurut
ayat di atas itu bilangan bulan adalah 12 bulan, itulah yang disebut 1
tahun. Itulah beda antara sistem penanggalan Hijriyah dengan
Miladiyah (Masehi). Pada sistem Hijriyah 1 tahun dinyatakan oleh
jumlah bulan (bilangan bulat = 12), sedangkan pada sistem Miladiyah
1 tahun ditentukan oleh jumlah hari yaitu bilangan pecahan = 365,25
lebih sedikit, sehingga dikoreksi setiap empat tahun bulan Februari
29 hari, setiap 100 tahun, dikoreksi lagi bulan Februari tetap 28 hari,
walaupun 100 habis dibagi empat. Dalam tahun 2000 nanti bulan
Februari tetap 28 hari.

Maka dalam hal matahari dan bulan yang dijadikan sebagai


perhitungan waktu, akan lebih mudah jika dipilih pusat sistem
koordinat di titik tempat orang mengamati matahari dan bulan pada
permukaan bumi, seperti misalnya di Makkah, Makassar, dll. Ini
yang disebut dengan sistem koordinat yang ikut bergerak dalam
kinematika. Karena bumi berpusing pada sumbunya, kita ikut juga
berpusing, maka kita lihat matahari dan bulan bergerak melingkar
pada bola langit, terbit di sebelah timur, terbenam di sebelah barat.
Kita saksikan pada bola langit matahari dan bulan ibarat dua orang
atlet berlomba lari.

Dalam perlombaan itu matahari lebih cepat sedikit dari bulan. Atlet
matahari menyusul atlet bulan dalam jangka waktu sekali sebulan.
Pada waktu matahari sedang berpapasan dengan bulan dalam ilmu
falak disebut dalam keadaan ijtima' (conjuction). Jika ijtima' terjadi
jauh di atas ufuk pada siang hari, tatkala matahari terbenam pada
petang harinya bulan masih di atas ufuk (horizon). Itulah yang
disebut dengan bulan baru, artinya terjadi pergantian hitungan bulan,
seperti baru-baru ini bergantinya akhir bulan Dzulqa'dah menjadi
awal Dzulhijjah.

Apabila ijtima' terlalu dekat ufuk, maka secara teori (baca:


ilmulyaqin, atau legitimasi faktual) sudah terjadi pergantian hitungan
bulan, akan tetapi secara praktis (baca: ainulyaqin, atau legitimasi
formal), belum terjadi pergantian hitungan bulan, berhubung bulan
tidak dapat disaksikan baik oleh mata ataupun instrumen, karena
silau oleh sinar matahari. Penganut legitimasi formal disebut ahlu
hisab, sedangkan penganut legitimasi riel disebut ahlu ru'yah.
Demikianlah, jika bulan sabit kurang dari 4 derajat di atas ufuk
tatkala matahari terbenam, ahlu hisab lebih dahulu satu hari shalat
'Iyd dari ahlu ru'yah. Jadi tidak perlu dipermasalahkan, harus saling
menghormati antara yang bersikap legitimasi formal dengan
legitimasi riel.

Karena yang dijadikan pusat sistem koordinat adalah titik tempat kita
berdiri pada permukaan bumi, maka pusat sistem koordinat di
Makassar berbeda dengan pusat sistem koordinat di Makkah. Pada
hari Rabu (= malam Kamis), tatkala matahari terbenam di Makassar
bulan masih di bawah ufuk. Itu berarti tatkala Rabu berganti dengan
Kamis, maka di Makassar masih akhir bulan DzulQa'dah. Akan tetapi
karena jarak antara Makassar dengan Makkah cukup jauh untuk
matahari dapat mengejar bulan, maka tatkala matahari terbenam
malam Kamis di Makkah bulan sudah di atas ufuk, artinya di Makkah
pada waktu malam Kamis sudah terjadi pergantian bulan dari
DzulQa'dah menjadi DzulHijjah, dengan perkataan lain malam
Kamis dan Kamis siang di Makkah sudah 1 DzulHijjah, Jum'at 9
DzulHijjah wuquf di 'Arafah, Sabtu 10 DzulHijjah shalat 'Iyd di Al
Masjid Al Haram. Sedangkan kita di Makassar dan seluruh
Indonesia, juga di Malaysia dan Brunai hari Kamis masih akhir
DzulQa'dah, maka 1 DzulHijjah baru jatuh keesokan harinya yaitu
pada hari Jum'at, 10 DzulHijjah jatuh pada hari Ahad, kita shalat 'Iyd
pada hari Ahad, begitu. WaLla-hu a'lamu bish shawa-b.

*** Makassar, 4 April 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

368. Kenangan-Kenangan Bagi Almarhum H.M. Dg Patompo'

ANA LLH WANA ALYH RAJ'UWN (), dibaca: Inna- liLlah-hi wa


inna- ilayhi ra-ji'u-n (), artinya: Sesungguhnya kita semua (berasal)
dari (ciptaan) Allah, dan sesungguhnya kita semua kembali kepada-
(keadilan)Nya.

Pada waktu autobiografi almarhum H.M. Dg Patompo' sementara


dalam persiapannya yang diketuai oleh Drs A. Razak Mattaliu', saya
diminta oleh panitia penyusun untuk menggoreskan sepatah dua
patah kata sebagai salah seorang sahabat almarhum. Berikut adalah
goresan yang diminta oleh panitia penyusun autobiografi tersebut.

Almarhum adalah salah seorang dari trio pendiri IMMIM dan


pengambil inisiatif MTQ. Seperti diketahui tahun 1963 PKI sedang
sengit-sengitnya meluaskan pengaruhnya di seluruh Indonesia
dengan membonceng, memanfaatkan Presiden Soekarno yang
mempunyai visi membanting stir ke kiri, yang berakhir dengan
perebutan kekuasaan oleh PKI pada 30 September 1965. Tahun 1963
itu mas-media mengalami sensor, berda'awah di mana-mana selalu
diikuti oleh kaki-tangan Subandrio yang telah menahan tokoh-tokoh
Islam di Jakarta seperti antara lain: H.A.Malik Karim Amrullah,
Muhammad Natsir, Syafruddin Prawira Negara, Yusuf Wibisono,
Moh. Rum, Burhanuddin Harahap serta banyak yang lain. Suasana
mencekam ini terasa di seluruh Indonesia, tidak terkecuali di
Makassar. Tokoh-tokoh Islam di Makassar tidak tinggal diam untuk
berupaya melawan tekanan yang kian memojokkan dari PKI itu,
dengan mengambil strategi Mina lMasjid Ilay lMasjid, dari masjid ke
masjid, back to masjid, berbenteng masjid.
Atas prakarsa trio H.M. Dg.Patompo', H.Fadeli Luran dan Andi Baso'
Amir dalam bulan Ramdhan 1383 H. berkumpullah sekitar 50 tokoh
Islam, utusan dari sejumlah masjid dan Mushalla di Makassar di
rumah almarhum Andi Baso' Amir. Maksud pertemuan itu ialah
merembukkan kemungkinan terwujudnya masjid sebagai benteng
pertahanan ummat Islam di Makassar, sebagai upaya strategis
melancarkan serangan balik (counter attact) melawan PKI.
Perembukan Ramadhan itu membuahkan hasil dengan terbentuknya
lembaga Perjuangan Ummat Islam di Makassar yang berbenteng
masjid pada 16 Syawal 1383, 1 Januari 1964, yaitu sebuah organisasi
yang beranggotakan masjid diberi bernama IKATAN MASDJID
MUSHALLA INDONESIA MAKASSAR, disingkat IMMIM. Oleh
karena organisasi yang beranggotakan masjid ini dalam kurun waktu
selanjutnya melebarkan sayap ke luar daerah Kotapradja Makassar,
yaitu ke Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku dan
Irian Jaya, maka dalam Musyker I yang bertempat di Markas KAMI
tgl 25 s/d 29 Juli 1966 disepakati mengubah nama IMMIM menjadi
IKATAN MASJID MUSHALLA INDONESIA MUTTAHIDAH.
IMMIM dalam nama yang lama dan nama yang baru diketuai oleh
almarhum H.Fadeli Luran selama hayat beliau.

Almarhum sebagai walikota Makassar peride I, adalah pengambil


inisiatif melembagakan perlombaan membaca Kitab Suci Al Quran,
yaitu lembaga Musabaqah TilawatilQuran (MTQ), yang kemudian
hari lembaga MTQ ini terangkat menjadi lembaga yang bertaraf
Nasional. Adapun MTQ yang pertama terhitung mulai dari MTQ
yang diprakarsai oleh almarhum.

Almarhum sebagai walikota adalah pendiri komplex pemukiman


Ujungpandang Baru (PKUB). Almarhum sebagai walikota
mempunyai cara yang khas untuk mempromosikan KPUB yang
dibanguni rumah-rumah permanen dan rumah tumbuh. Kalau Datoka
Ripa'gentungan menyulut rokoknya pada kilat (ri kila' tabebea),
memanfaatkan kesempatan yang lowong walaupun hanya sesaat,
maka almarhum juga melihat dan mempergunakan lowongan sesaat
untuk mempromosikan KPUB. Kesempatan sesaat itu dilihat beliau
tatkala kami bertiga, Drs A.Rahman Rahim (sekarang Prof DR
H.A.Rahman Rahim), Drs Husen Abas (sekarang Prof DR Husen
Abas) dan saya sendiri menandatangani kontrak jual-beli secara
menyicil masing-masing sebuah rumah permanen di KPUB.
Almarhum sebagai walikota Makassar mengontak rektor Unhas, yang
pada waktu itu Let.Kol. DR Mr Muh.Nazir Said (yang juga sudah
almarhum), untuk membarter mobil ROBUR Unhas dengan sejumlah
(saya sudah lupa jumlahnya yang tepat) rumah guna dihuni oleh para
dosen Unhas. Dalam hubungannya dengan itu Drs A. Rahman Rahim
dan saya sendiri ditunjuk oleh rektor Unhas menjadi Panitia Inti.
Barter ROBUR dengan RUMAH itu menjadi pemicu bagi
masyarakat selain wartawan dan dosen untuk datang bermukim di
komplex yang baru itu. Sebelum para dosen bermukim di komplex
tersebut, telah dihuni pula secara nyata dan teoritis oleh sejumlah
kecil wartawan. Yang dimaksudkan secara nyata yaitu betul-betul
pindah, seingat saya Ramiz Parenrengi (diangkat sebagai ketua suku
oleh para pemukim wartawan dan dosen), A.Rahman Arge (sebagai
komandan upacara dengan aba-aba yang diikuti komentar seenaknya,
seperti setelah mengucapkan aba-aba (ber)siap ditambah dengan
komentar suara kecil, jari angngapaminjo siap ngasemmi taua),
Masyhudul Haq R.Sanggu, kepala keamanan yang cukup berani,
(waktu itu KUP masih daerah pinggiran yang rawan), almarhum
Arsal Al Habsyi dan almarhum Djamaluddin Latif. Yang saya
maksud dengan pemukim teoritis, yaitu hanya nama saja, orangnya
tidak. Saya tidak usah dan tidak perlu menyebutkan namanya. Untuk
sampai ke KPUB harus melalui jalur utara, yaitu Pannampu' ke
Timur menempuh jalan berlumpur. Ada satu hal yang saya lihat
bagaimana H.M. Dg.Patompo' berpikiran praktis, yaitu dengan
anggaran hanya untuk 50% dapat ditingkatkan hasilnya menjadi
100%. Jalan Pongtiku, jalur selatan untuk ke KPUB yang
kemampuan anggrannya hanya separuh jarak, dapat mencapai jarak
sepenuhnya ke KPUB dengan hanya mengaspal setengah lebar jalan.

Terkadang antara pemukim KPUB mengadakan kongkow dengan


almarhum. Walaupun pertemuan itu bersifat tidak resmi, kalau kita
menagih janji-janji beliau, mengapa air belum masuk, listrik belum
ada. Lalu apa jawab almarhum? "Janji itu sudah acting, kalau
menepati janji over acting, saya segan over acting". Maka
meledaklah gelak ketawa yang segar. Sewaktu ada yang mengatakan
(saya sudah lupa siapa penanya tsb): "Pak Patompo' itu Ali
Sadikinnya Makassar", maka almarhum membantah: Oh, itu tidak
betul, Ali Sadikin Patompo'nya Jakarta". Walla-hu a'lamu bishshawa-
b.

*** Makassar, 11 April 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

369. Antara Kalender Hijriyah dengan Miladiyah


Kemarin tahun baru Hijriyah, 1 Muharram 1420 H. Kalender
Hijriyah terkait dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dan
kalender Miladiyah (Masehi) terkait dengan kelahiran (milad) Nabi
'Isa Al Masih AS.

Bangsa Arab di zaman pra-Islam memakai patokan tahun bukan


berupa bilangan, melainkan topic of the year. Hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW disebut tahun gajah, karena yang menjadi topic of
the year pada waktu itu adalah peristiwa hancurnya tentara
bergajah Abraha. Sistem ini berlaku juga di zaman Islam, hingga
Khalifah Umar ibn Khattab mengubahnya dengan sistem bilangan.
Ada tiga konsep yang diusulkan pada waktu itu, yaitu kelahiran Nabi
Muhammad SAW, Nuzulu lQuran dan hijrah. Pilihan jatuh pada
peristiwa hijrah, sehingga kalender ini disebut dengan kalender
Hijriyah.

Satu bulan menurut kalender pra-Islam dari bulan sabit baru ke bulan
sabit baru, ini berganti-ganti 29 dengan 30 hari. Satu tahun adalah
satu kali matahari menempuh lintasan garis ekliptika di bola langit
dalam pandangan geosentrik. Lamanya sekitar 365,25 hari. Satu
tahun terdiri atas 365,25/29,5 = 12,38 bulan, jadi bukan bilangan
bulat. Kalau dinyatakan dalam hari, pecahan 0,38 bulan itu menjadi
0.38 x 29,5 = 11,2 hari, dibulatkan menjadi 11 hari.

Cara bangsa Arab pra-Islam menanggulangi kelebihan 11 hari itu


ialah dengan mengumpulkan kelebihan itu setiap tiga tahun, sehingga
terkumpullah sekitar 33 hari. Ini dijadikan 1 bulan. Dengan demikian
setiap tiga tahun, jumlah bulan dalam tahun tersebut sebanyak 13.
Itulah sebabnya dalam zaman pra-Islam bulan Ramadhan tetap dalam
musim panas, sehingga bulan itu diberi bernama Ramadhan, dari akar
kata Ra, Mim, Dhad, membakar. Sistem kalender pra-Islam ini masih
berlaku di kalangan ummat Islam, hingga turun ayat: AN 'ADT
ALSYHWR 'AND ALLH ATSN 'ASYR SYHRA (S. AL TWBT,
36), dibaca: Inna 'iddatasy syuhu-ri 'indaLla-hitsna 'asyara syahran
(S. Attaubah), artinya: Sesungguhnya perhitungan bulan disisi Allah
adalah 12 bulan (9:36).

Sejak turunnya ayat itu tidak ada lagi tahun yang yang jumlah
bulannya 13 dalam kalangan ummat Islam. Dengan penggarisan ayat
tersebut, maka dalam sistem kalender ini hitungan bulan terkait
dengan posisi bulan di langit, sedangkan bilangan tahun terlepas
sama sekali dari posisi matahari di langit. Kalender Hijriyah adalah
sistem qamariyah (lunar system). Dalam sistem ini bulan Ramadhan
maupun bulan Haji bergeser setiap tahun, sehingga pelaksanaan
ibadah puasa maupun ibadah haji tidaklah dalam musim yang tetap.
Dengan penggarisan ayat tersebut sistem kalender Hijriyah tidak
dipusingi oleh bilangan pecahan, sehingga terbebas dari pelaksanaan
koreksi dari waktu ke waktu, seperti yang akan kita lihat nanti tatkala
membicarakan kalender Romawi, Julius dan Masehi.

Kalender Masehi berasal dari kalender Julius yang berasal pula dari
kalender Romawi. Dalam kalender Romawi patokan tahun diambil
sebagai tahun pertama, yaitu 12 tahun sesudah matinya Iskandar
(Alexander), raja Makedonia. (Bukan Iskandar Zulkarnain, sebab
DzulQarnain dalam Al Quran berdialog dengan Allah, sedangkan
Alexander penyembah berhala).

Dalam kalender Romawi permasalahan kelebihan 11 hari itu


ditanggulangi seperti berikut: setiap bulan dianggap 30 hari, kecuali
bulan kelima (Syubat), jumlahnya cuma 28 hari, sehingga semuanya
berjumlah 11 x 30 + 28 = 358 hari. Masih tersisa (365,25 - 358) =
7,25 hari. Yang 7 hari disisipkan satu hari berselang seling, kecuali
bulan 10 dan 11 (Tamoz dan Ab) berturut-turut 31 hari. Sedangkan
yang 0,25 hari dikumpul setelah 4 tahun menjadi 1 hari, yang setiap 4
tahun yang 1 hari itu diselipkan pada bulan kelima, sehingga 28
menjadi 29. Demikianlah dalam kalender Romawi hitungan bulan
sama sekali terlepas dari posisi bulan di langit, sedangkan bilangan
tahun terkait dengan posisi matahari di langit. Kalender Romawi
adalah sistem syamsiyah (solar system).

Kalender Romawi ini kemudian diubah sedikit oleh Julius Caesar,


yaitu dengan mengubah susunan dan nama bulan. Bulan keempat
(Kanun II) diubah posisinya menjadi bulan pertama, dan diubah
namanya menjadi Januari. Bulan kelima (Syubat) menjadi bulan
kedua dan diubah menjadi Februari, demikian seterusnya. Bulan
September, yaitu bulan ketujuh (sept, sapta artinya 7) digeser
menjadi bulan ke-8, karena sesudah bulan Juni disisipkan bulan
dengan nama kaisar tersebut, bulan Juli. Yang kemudian setelah
Agustus menjadi kaisar Romawi, bergeser pula bulan September itu
menjadi bulan ke-9, karena sesudah bulan Juli disisipkan bulan
Agustus. Demikianlah nasib bulan ke-7 September, bulan ke-8 (okta)
Oktober, bulan ke-9 (nova, nawa) November dan bulan ke-10 (desi,
dasa) Desember masing-masing bergeser 2 bulan menjadi bulan ke-9,
ke-10, ke-11 dan ke-12. Kalender yang diubah oleh Yulius Caesar ini
disebut dengan kalender Julius (Julian Calendar).
Kalender Masehi mengambil patokan kelahiran Nabi 'Isa AS. Pada
mulanya kalender Masehi juga menganggap 1 tahun = 365,25 hari.
Kemudian pecahan dikembangkan menjadi 4 digit, yaitu 365,2422
hari. Jadi berbeda 0,0078 setiap tahun dan dalam 4 abad, selisih itu
menjadi 3,12 hari, dibulatkan menjadi 4 hari. Setiap abad selisih itu
menjadi 1 hari, sehingga setiap kelipatan 100 (misalnya tahun 2000)
bulan Februari tetap 28 hari.

Berhubung pembulatan 3,12 menjadi 4 itu, maka dalam tahun 1582


M. atas inisiatif Paus Gregorius XIII dilakukan pula koreksi.
Hasilnya ialah tanggal 5 Oktober 1582 M. harus dianggap 15
Oktober 1582 M. Artinya tanggal 6,7,8,9,10,11,12,13 dan 14 Oktober
1582 M. dianggap tidak pernah ada. Kalender Masehi yang sudah
direvisi ini disebut kalender Gregorius (Gregorian Calendar), yang
dipakai hingga dewasa ini secara internasional, terkecuali dalam
kalangan ummat Russian Orthodox Church (Katholik Yunani).
Ummat Katholik Yunani tidak mengakui penghapusan tanggal 6 s/d
14 Oktober 1582 tersebut. Itulah sebabnya hingga dewasa ini ummat
Katholik Yunani merayakan Natal dan tahun baru terlambat 9 hari.

Baik dalam kalender Hijriyah, maupun Masehi hitungan hari


tergantung pada posisi matahari di langit. Namun ada bedanya yaitu
dalam kalender Hijriyah pergantian hari dimulai waktu terbenamnya
matahari, sedangkan dalam kalender Masehi, pergantian hari dimulai
tengah malam. WaLla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 18 April 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

370. Kurosyiwo dan Thermos

Air bah berhubungan dengan bagian daur hidrologik, yaitu bagian


daur yang menyangkut perjalanan air di atas permukaan bumi.
Pembagian kwantitas air yang masuk ke dalam tanah dengan air yang
di atas pemukaan tanah, tergantung dari keadaan permukaan bumi.
Jika lapisan tanah tebal dan banyak akar-akar pepohonan serta
bunga-tanah di dalamnya, lebih banyak air yang masuk meresap
ketimbang air yang tertinggal di atas permukaan tanah. Apabila air di
atas tanah sedikit yang tertinggal, air yang mengumpul di sungai-
sungai mengalir dengan jinak. Tetapi sebaliknya apabila lapisan
tanah tipis, lagi pula di dalamnya tidak terdapat akar pepohonan serta
bunga-tanah yang mampu meresapkan dan menahan air, maka air
yang tertinggal di atas permukaan bumi menjadi banyak. Jika terjadi
hal yang demikian itu, air tidak hanya menempati lekuk dan alur
sungai, melainkan melimpah dan menyapu secara menyeluruh. Itulah
yang disebut banjir. Pada dataran rendah di hilir, banjir itu berwujud
genangan air dan di udik di tempat yang miring utamanya di lereng-
lereng gunung, air itu mengalir menjadi menjadi ganas, dan itulah
yang disebut air bah.

Gunung-gunung hampir gundul, karena hutannya ditebas para


pemilik HPH yang main kayu. Bunga-tanah berkurang, akar-akar
berkurang, akibatnya lereng gunung dikikis secara terus-menerus
dengan ganas oleh air. Pengikisan tanah oleh air yang mengalir
dengan ganas itu disebut erosi.

Di dalam Al Quran pengikisan air yang menggundulkan permukaan


bumi dan yang tertinggal hanyalah batu karang yang licin,
dinformasikan sebagai bahan kiasan. Firman Allah SWT menyangkut
erosi pada permukaan bumi itu berupa penjelasan bandingan dari
erosi amal sedekah seseorang. Berfirman Allah SWT:

YAYHA ALDZYN AMNWA LA TBTHLWA SHDQTKM


BALMN W ALDZY KALDZYN YNFQ MALHH R"A" ALNAS W
LA YW"MN BALLH W ALYWM ALAKHR FMTSLH KMTSL
SHFWAN 'ALYH TRAB FASHABH WABL FTRKH SHLDA LA
YQDRWN 'ALY
SYY" MMA KSBWA W ALLH LA YHDY ALQWM ALKAFRYN
(S. ALBQRT, 2:264), dibaca: Ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- la-
tubthilu- shadaqa-tikum bil manni wal adza- kalladzi- yumfiqu ma-
lahu ria-an na-si wa la- yu'minu biLla-hi wal yauwmil a-khiri,
famatsaluhu kamatsali shafwa-nin 'alayhi tura-bun fa asha-bahu wa-
bilun fa tarakahu- shaldan la- yuqdiru-na 'ala- syay.in mimma-
kasabu- waLla-hu la- yahdil qaumal ka-firi-n (S. Albaqarah) , atinya:
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu batalkan amal sedekahmu,
dengan cara menyiarkan (kepada umum) dan melukai perasaan (yang
diberi sedekah), seperti cara menyumbang dengan penampilan (riya)
dari orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhirat.
Adapun cara yang demikian itu ibarat batu karang licin yang di
atasnya terdapat lapisan tanah diguyur oleh curahan hujan yang lebat
yang memberikan bekas tanah hanyut dan tinggallah batu karang
licin yang gundul, maka demikian pulalah keadaan amal sedekahnya
hilang tidak ada yang tinggal, dan Allah tidak menunjuki orang-orang
kafir (2:264).
Metode Al Quran dengan mengambil peristiwa di alam ini sebagai
bahan kiasan untuk penjelasan bandingan, akan dipakai untuk
membahas pemboman masjid Istiqlal baik pelaksana maupun otak
pelaku intelektual yang ada di belakangnya.

Kurosyiwo adalah suatu tempat pertemuan arus laut panas dengan


arus dingin di Pasific dekat Jepang. Oleh karena itu di Kurosyiwo
banyak ikan. Nelayan-nelayan Jepang banyak menangkap ikan di
tempat itu. Apabila Kurosyiwo tempat berkumpulnya ikan-ikan
dijadikan bahan bandingan, maka tempat mencari ikan (baca: teroris
pelaku dan otak pembom) itu dapatlah dilokaliser,
dikurosyiwokan. Ikan-ikan itu harus dicari kursyiwonya di antara
penganut pertentangan kelas dan yang bersikap menolak Pemilu.

Terhadap para teroris yang sangat membahayakan masyarakat dan


negara harus diperlakukan bahkan melebihi para koruptor. Yaitu
terhadap mereka itu harus diperlakukan asas praduga bersalah. Atas
meraka itu sama sekali tidak boleh siperlakukan asas praduga tak
bersalah, karena mereka itu sama sekali tidak mengindahkan hak
asasi manusia. Hanya terhadap mereka yang menghormati hak asasi
manusia yang wajar diperlakukan asas praduga tak bersalah atasnya.

Siapakah mereka para penganut pertentangan kelas itu? Mereka itu


adalah kaum marxis. Historishe materialisme yang atheis dengan
metode dialektika atau pertentangan kelas adalah doktrin dari Karl
Marx. Memang PKI telah hancur, akan tetapi penganut marxis masih
tetap eksis di Indonesia, yaitu dengan munculnya marxis gaya baru
dalam kalangan pemuda, yang radikal, yang tidak mau menerima
reformasi. Jadi ada sinkronisasi di antara penganut pertentangan
kelas dengan yang menolak Pemilu, bahkan keduanya merupakan
satu sistem, yaitu tidak menerima reformasi, karena mereka itu
menginginkan revolusi sosial. Mereka itulah ikan-ikan Kurosyiwo.

Metode Al Quran dengan mengambil peristiwa di alam ini sebagai


bahan kiasan untuk penjelasan bandingan tersebut, akan dipakai pula
untuk membahas situasi ummat Islam dalam kaitannya dengan
peristiwa Bayuwangi, Ketapang, Kupang, Ambon dan terakhir
pemboman masjid Istiqlal. Thermofles (thermo = panas, fles = botol)
disingkat thermos kita kenal semua. Yaitu sejenis botol untuk
menyimpan air panas. Dilihat dari segi ilmu pengantar kalor (heat
transer), thermos dilapisi oleh zat yang sukar meneruskan panas.
Kaum elit, alim ulama, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi-
organisasi Islam dalam kalangan ummat Islam adalah ibarat thermos.
Sedangkan kaum awam, golongan bawah (grass roots) yang "fanatik"
emosional adalah ibarat air panas di dalam thermos. Yang sangat
diharapkan, mudah-mudahan Allah SWT mengabulkan harapan kita,
botol thermos itu dapat menahan geram air panas di dalamnya, yang
kemudian secara berangsur, secara berdikit-dikit air panas itu turun
suhunya, menembus perlahan-lahan keluar sekat penahan panas dari
botol thermos, kemudian kegeraman itu padam dan menyadari bahwa
luapan kegeraman itu akan merugikan kita semua sebagai suatu
bangsa yang beradab.

Semoga aparat keamanan, polisi dan TNI dengan bantuan masyarakat


seluruhnya yang pro reformasi dapat dengan cepat menjaring ikan-
ikan teroris itu di Kurosyiwo. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 25 April 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

371. Mobil yang Bebas Pencemaran, Cara Pandang Parsial

Syahdan, kolom Wahyu dan Akal - Iman dan Ilmu ini berpaling
dahulu dari percaturan politik di tanah air. Kolom ini bertempat pada
halaman Iptek dan Kesehatan, oleh sebab itu kolom ini tidak boleh
sunyi dari substansi tersebut yang aktual.

Pemerintah California bersama-sama dua buah perusahaan otomotif


Daimler Chrysler AG dan Ford Motor CO memaklumkan pemakain
fuel-cell untuk alat propulsi kendaraan beroda empat. Fuel-cell
menghasilkan energi listrik arus searah dengan cara hidrogen (H)
yang dialirkan ke anoda dan oksigen (O) yang dilairkan ke katoda.
Kedua unsur tersebut diperoleh dengan cara pemisahan H dengan O
dari H2O (air), sedangkan air mudah didapat.

Masalahnya, memisahkan unsur H dengan O dari air bukan pekerjaan


yang mudah dalam kontex biaya. Sebagai perbandingan, biaya
produksi massal sistem fuel-cell sekitar $30.000, sedangkan untuk
bahan bakar minyak hanya $3000, jadi lipat 10 kali. Namun Michael
Brown yang chief executive officer dari perusahaan minyak Atlantic
Richfield Co optimis dengan mengatakan bahwa ia tidak bicara soal
revolusi melainkan evolusi. Suatu saat katanya di masa depan fuel-
cell juga akan didukung oleh perusahaan-perusahaan minyak, oleh
karena unsur H dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk
minyak. John White dari Sierra Club meramalkan, fuel-cell akan
menggantikan minyak, karena teknologi ini memungkinkan kita
merespons pemanasan global.

Benarkah sistem fuel-cell ini tidak akan turut berperan khusnya


dalam pemanasan global (baca: pencemaran termal, thermal
pollution) ataupun pencemaran pada umumnya? Al Quran
mengajarkan kepada kita untuk berkecimpung secara kaffah, secara
totalitas, secara sistem, artinya kita jangan hanya melihat,
memandang, berkecimpung secara parsial, secara berkotak-kotak.
YAYHA ALDZYN AMANWA ADKHLWA FY ALSLM KAFT (S.
ALBQRT, 2:208), dibaca: Ya-ayyhal ladzi-na a-manud khulu- fis
silmi ka-ffah (S. Albaqarah), artinya: Hai orang-orang beriman
masuklah ke dalam Islam secara totalitas (2:208).

Kalau kita melihat hanya secara parsial, maka kendaraan dengan


sistem fuel-cell yang mempergunakan unsur H dan O tersebut hanya
akan memberikan emisi uap air ke lingkungan sekitarnya, sehingga
fuel-cell bebas pencemaran. Sekali lagi kalau hanya melihat secara
parsial, fuel-cell tidak akan terlibat dalam pemanasan global, karena
tidak mengemisi gas penyebab efek rumah kaca, disingkat dengan
gas rumah kaca.

Seperti telah berulang kali dibahas dalam kolom ini gas rumah kaca
yang paling (tidak) bertanggung-jawab atas pemanasan global adalah
emisi gas karbon-dioksida, hasil pembakaran bahan bakar fosil (kayu,
batu-bara, minyak bumi dan gas alam) dengan oksigen. Karbon-
dioksida ini mengurung permukaan bumi membentuk ruang ibarat
rumah kaca yang besar. Sinar matahari menembus lapisan karbon-
dioksida, analog dengan atap dan dinding gelas dari rumah kaca.
Setelah masuk ke dalam ruang tersebut energi radiasi matahari itu
beralih menjadi energi panas. Gas dan gelas adalah penghantar panas
yang jelek, sehingga ruang rumah kaca itu berfungsi menjadi
perangkap panas. Rumah kaca yang dibuat oleh manusia memang
tujuannya untuk menangkap panas bagi pohon buah-buahan dan
sayur-sayuran ditanam di daerah dingin. Namun perangkap panas
yang terbentuk oleh lapisan karbon-dioksida itu menyebabkan
terjadinya panas global, yang menaikkan permukaan laut, akibat
mencairnya es di kedua kutub, yang juga menjadi penyebab ganasnya
el Nino dan la Nina.
Untuk memisahkan unsur H dengan O dari air dibutuhkan energi.
Dari mana energi itu didapatkan? Energi untuk pengolahan itu tidak
jatuh dari langit, melainkan diperoleh dari industri daya (power
industry). Apa yang menjalankan industri daya itu? Itu dapat diambil
dari sumber-sumber tenaga alam: Pertama, sinar matahari dengan
anak-anaknya, yaitu tenaga angin, tenaga potensial air (batu-bara
putih), dan tenaga potensial kimiawi hasil kerja zat hijau pohon
(bahan bakar fosil); kemudian cucu sinar matahari yaitu tenaga arus
laut dan ombak (anak tenaga angin), tenaga biogas (anak tenaga
potensial kimiawi). Kedua, tenaga panas dari dalam bumi (ini
bersaudara dengan panas letupan gunung berapi). Ketiga, energi dari
gravitasi bulan yang menyebabkan terjadinya aliran laut pasang
surut. Keempat, energi dari dalam inti (nuklir) atom melalui
pemecahan inti, biasa dijuluki bahan bakar inti. (Energi inti melalui
proses penyusunan inti atom, yaitu reaksi thermo-nuklir, sampai
sekarang belum dapat dikontrol, jadi hanya dipakai sebagai bom
saja).

Dari semua sumber tenaga yang diperinci di atas itu hanya bahan
bakar fosil dan bahan bakar nuklir yang dapat memenuhi kebutuhan
energi peradaban ummat manusia. Dalam industri daya tenaga yang
tersimpan dalam bahan bakar dimunculkan menjadi tenaga panas
dalam dapur (untuk bahan bakar fosil) atau dalam reaktor (bagi bahan
bakar nuklir). Kemudian tenaga panas itu dialihkan menjadi tenaga
mekanis dalam wujud putaran poros oleh alat penggerak mula orde
pertama yang umumnya turbin uap. Tenaga mekanis berupa putaran
poros itu tidak dapat dikirim jauh-jauh, karena putaran poros itu
hanya dapat dipindahkan melalui roda-gigi, rantai dan sabuk. Untuk
itu tenaga mekanis itu dialihkan pula menjadi tenaga listrik oleh alat
penggerak mula orde kedua, yaitu generator listrik. Kombinasi alat
penggerak mula orde pertama dengan orde kedua berwujud turbo-
generator. Energi listrik dapat dengan mudah dikirim jauh-jauh
dengan rentangan kabel. Energi listrik adalah komoditas yang dapat
diperjual-belikan.

Bahan bakar fosil memuntahkan karbon-dioksida penyebab


pemanasan global, sedangkan bahan bakar inti memuntahkan sampah
nuklir yang tidak kurang bahanya pula. Di samping itu industri daya
yang memakai bahan bakar nuklir membutuhkan air pendingin yang
banyak, sehingga mengakibatkan pula terjadinya pencemaran termal
yang menaikkan suhu air sungai dan pesisir laut. Ini menyebabkan
ikan-ikan mati lemas, karena pertambahan suhu air sungai atau
pesisir laut dapat mengurangi larutan oksigen di dalamnya, sehingga
ikan-ikan sesak nafas.

Alhasil, mobil dengan fuel-cell yang dipromosikan bebas


pencemaran seperti juga trem lisrik (dahulu ada di Jakarta dan
Surabaya) secara tidak langsung berperan pula dalam pemanasan
global. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 2 Mei 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

372. C-Dot

C-Dot, atau C-Titik (C.), terjadi jika lemak menitik ke bara-api. Asap
lemak hasil pembakaran yang mengandung unsur C. tersebut diserap
oleh daging yang dipanggang di atasnya. Juga C. ini terdapat banyak
dalam sisa minyak goreng yang telah dipakai. Carbon ini sangat
ganas, lebih ganas dari virus, sehingga disebut pula Carbon-radikal.
Kerjanya menyerang DNA, yaitu bagian tubuh yang paling dalam.
DNA (deoxyribonucleicacid) suatu kelas inti asam (nucleic acids)
yang mengandung deoxyribose, terdapat utamanya dalam inti sel.
Allah SWT mentaqdirkan (qadha dan qadar) makhluqNya khusus
dari jenis yang dapat bertumbuh dan berkembang biak dalam wujud
rantai DNA. Masing-masing individu memiliki rantai DNA
tersendiri. DNA meneruskan sifat-asli (heredity) makhluk kepada
turunannya. Juga DNA ini membentuk dan membangun protein.

Jika C. ini menempel pada DNA, maka DNA itu menjadi ganas pula,
menjadi DNA.(DNA-dot). Selanjutnya dapat terjadi rambatan
(propagasi), yaitu DNA. menempel DNA normal dan menjadikannya
DNA. pula. Jika propagasi ini berlangsung terus, maka sel-sel yang
intinya terjadi propagasi DNA. yang ganas itu, akan menjadi ganas
pula, dan itulah sel-sel kanker. Syukur-syukur kalau Allah SWT
melindungi kita, yaitu DNA. bertemu DNA., maka DNA itu kembali
normal, tidak ganas lagi. Itulah gunanya selalu berdoa kepada Allah
SWT supaya diberi kesehatan, karena tak seorang juapun yang tidak
pernah makan ikan atau daging bakar. Dewasa ini bagian teknologi
makanan LIPI sudah membuat alat panggang yang bara-apinya di
atas, sehingga lemak yang menitik ke bawah itu tidak mengena bara-
api. Artinya ikan atau daging panggang itu bebas polusi C.. Informasi
mengenai terbentuknya dan tindak-tanduk C. ini saya dapatkan dari
seorang dosen senior Unhas, pakar ilmu-obat-obatan, yaitu DR
Tjiptasurasa setelah shalat Jum'at di masjid Syura kemarin dulu.
Metode Al Quran dengan mengambil peristiwa di alam ini sebagai
bahan kiasan untuk penjelasan bandingan. Dalam Seri 370
dikemukakan sebuah ayat tentang pergolakan batin Al Walid ibn Al
Mughirah yang dikiaskan ibarat orang mendaki: SARQH SH'UWDA
(S. ALMDTSR, 17), dibaca: Sa.urhiquhu- sa'u-dan (S.
Almuddatstsir), artinya: Aku membebaninya (seperti beban orang)
mendaki (74:17). Pada suatu waktu Al Walid ibn Al Mughirah
datang kepada Nabi Muhammad SAW, maka Nabipun membaca
beberapa ayat Al Quran. Rupanya bunyi dan isi ayat itu dapat
menggugah batin Al Walid. Ketika Abu Jahil mendapat kabar bahwa
Al Walid mulai terpengaruh, segera ia menemui Al Walid. Abu Jahil
memprovokasi Al Mughirah sehingga menjadi bimbang. Ayat
(74:17) mengungkapkan potret batin Al Mughirah, ibarat orang
mendaki. Jika orang mendaki makin tipis oksigen yang dihirupnya,
lalu menjadi sesak nafas.

Metode Al Quran dengan mengambil peristiwa di alam ini sebagai


bahan kiasan untuk penjelasan bandingan, dalam seri ini dipakai
pula. Yaitu C. diibaratkan golongan marxist di dalam tubuh Republik
Indonesia yang kita cintai ini. Bukan penyusupan komunis saja yang
patut diwaspadai, melainkan seluruh penganut marxisme. Komunis
hanya salah satu di antaranya. Seperti misalnya negara mantan
Yugoslavia, yang dijagokan oleh golongan sosialis di Indonesia
dahulu. Yugoslavia bukan negara komunis, melainkan negara sosialis
yang berideologi marxisme. Bagi golongan sosialis di Indonesia
negara Yugoslavia merupakan idola mereka sebagai suatu negara
sosialis. Menurut Tap No.XXV/MPRS/1966 dan Tap
No.V/MPR/1973 yang masih berlaku hingga sekarang, yang dilarang
di Indonesia bukan hanya komunisme saja, melainkan marxisme
pada umumnya.

Dewasa ini muncul marxisme dengan bulu baru dan gaya baru. Bulu
baru, yaitu neo-marxisme, musang berbulu ayam. Dengan berbulu
ayam mengagitasikan pemahaman baru yang diadopsi dari apa yang
terjadi di Amerika Selatan. Berupaya membangkitkan semangat
perlawanan kelas tertindas dengan apa yang dikenal sebagai "teologi
pembebasan". Gaya baru, yaitu melakukan trik-trik penyusupan,
ibarat C. yang menyusup ke dalam inti sel dan menempel DNA.
Dimulai dengan menyusup ke dalam para mahasiswa pengunjuk rasa
yang masih murni menyampaikan aspirasi secara damai kepada SI
MPR. Mereka menyusup proaktif pada bagian depan. Setelah
berdekatan dengan petugas keamanan, mereka memprovokasi
petugas keamanan untuk menaikkan emosinya, ibarat C. menempel
pada DNA. Setelah petugas menjadi DNA. (baca: emosi petugas
naik), mereka membuka jalan, sehingga mahasiswa yang murni
hendak menyampaikan aspirasi secara damai pada lapisan di
belakangnya yang menjadi korban emosi petugas keamanan. Teknik
gaya baru C. (baca: penyusupan orang-orang marxis) ini patut
diwaspadai oleh Orsospol, khususnya partai-partai politik para
kontestan Pemilu.

Doktrin marxisme adalah historishe materialisme yang atheis dengan


metode dialektika atau pertentangan kelas. Memang PKI telah
hancur, akan tetapi penganut marxisme masih tetap eksis di
Indonesia. Itulah dia para provokator yang mempraktekkan doktrin
pertentangan kelas Karl Marx dengan mengadu domba antar agama,
antar etnis, menteror, radikal, kejam. Kekejaman mereka itu dapat
kita lihat tatkala mereka merusak mayat-mayat pemuda dan remaja
masjid anggota Pam Swakarsa yang mereka bantai pada waktu SI
MPR yang baru lalu. Kekejaman mereka itu serupa dengan
kekejaman PKI Madiun dan PKI Getapu, serta kekejaman tentera
mantan Yugoslavia (Serbia). Mereka itulah C. yang merusak DNA
tubuh Republik Indonesia. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 9 Mei 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

373. KPU Tidak Adil Dalam Menimbang

Barangkali masih ingat dalam Seri 370 yang lalu perangkat halus
(baca: keadaan yang abstrak) yaitu tentang hal amal sedekah atas
dasar penampilan akan hilang pupus, diibaratkan dalam perangkat
kasar (baca: keadaan alam) hujan yang mengguyur lereng bukit,
mengikis lapisan tanah hingga timbul batu karang licin, yaitu erosi.
Dalam Seri 372 tentang keadaan kejiwaan Al Walid ibn Al Mughirah
yang dalam keadaan stress oleh kebimbangan akibat dipropakasi oleh
provokator terkenal (berucht, bukan bekend) Abu Jahil, digambarkan
oleh Al Quran ibarat orang mendaki gunung tersengal-sengal
keletihan. Seperti diketahui menurut ilmu pengetahuan sekarang ini,
tersengal-sengal karena mendaki gunung itu disebabkan oleh karena
banyaknya energi yang keluar dan makin tinggi di atas permukaan
bumi oksigen kian menipis. Sedikit keterangan dalam kurung, bahasa
Belanda membedakan antara orang terkenal kejinya dengan yang
terkenal baiknya. Yang pertama disebut berucht dan yang kedua
disebut bekend.

Maka demikianlah kali ini akan dikemukakan tentang keseimbangan,


yaitu mengenai apa saja yang imbang, baik perangkat halus maupun
perangkat kasar. Dapat bermakna keseimbangan alam, dapat pula
bermakna keseimbangan kejiwaan, dapat juga bermakna
keseimbangan penilaian, bahkan dapat bermakna suatu alat dalam
keadaan keseimbangan yang disebut dengan timbangan. Kesemuanya
ini ada dalam S. ALRHMN (dibaca Arrahma-n).

Allah SWT mulai menunjuk kepada keseimbangan makrokosmos. W


ALSMA" RF'AHA W WDH'A ALMYZAN (S. ALRHMN, 7),
dibaca: Wassama-a rafa'aha- wa wadha'al mi-za-n (S. Arrahma-n),
artinya: makrokosmos itu ditinggikan dan dijadikan dalam keadaan
seimbang (55:7). Allah SWT menciptakan mizan, keseimbangan di
makrokosmos. Adapun keseimbangan di makrokosmos itu sifatnya
adalah keseimbangan yang dinamik. Allah sebagai Ar Rabb, Maha
Pengatur, mengatur makrokosmos melalui gravitasi. Apapun
penafsiran para pakar tentang gravitasi, apakah itu suatu medan gaya,
menurut penafsiran Newton, atau apakah itu suatu garis geodesik
menurut penafsiran Einstein, maka melalui gravitasilah Allah SWT
mengatur gerak makrokosmos yang dalam keseimbangan dinamik.
Matahari bersama-sama dengan jutaan bintang, atau najm menurut
bahasa Al Quran, dan gas interstellair, yang dalam istilah Al Quran
disebut dukhan mengedari pusat Milky Way dalam keseimbangan
dinamik. Atau dalam ruang lingkup yang lebih kecil, tata-surya,
planet-planet, yang dalam bahasa Al Quran disebut dengan kaukab
mengelilingi pusat tata-surya yaitu matahari, juga dalam keadaan
mizan, keseimbangan yang dinamik itu.

Itu semua adalah ilustrasi, yang tujuannya adalah sebuah ibarat


tentang keseimbangan kejiwaan, keseimbangan perihal kehidupan
manusia, keseimbangan dalam penilaian yang disebut keadilan,
termasuk di dalamnya membuat keadaan seimbang dalam melakukan
pekerjaan menimbang. ALA TATHGHA FY ALMYZAN (S.
ALRHMN, 8), dibaca: Alla- tathghaw fil mi-z-an (S. Arrahma-n),
artinya: Supaya tidak terjadi ketidak tertiban dalam menimbang.

Khusus mengenai keseimbangan dalam penilaian yang disebut


keadilan Komite Pemilihan Umum (KPU) telah menimbang dengan
tidak adil alias menilai ganda. Dua orang anggota KPU, yaitu
A.Alfian Mallarangeng dan Affan Gaffar walk out dari dalam
gelanggang sidang. Dalam sidang yang dipimpin Ketua KPU Rudini
akhirnya diputuskan bahwa anggota KPU dibolehkan untuk
berkampanye. Keputusan itu sebenarnya sudah final sekitar sebulan
yang lalu. Tetapi A.Alfian Mallarangeng, Affan Gaffar dan Adnan
Buyung Nasution minta agar ditinjau kembali. Alasan mereka, karena
KPU melarang menteri berkampanye, karena itu para anggota KPU
juga tidak boleh berkampanye. Dalam tiga hari KPU kembali
meninjau dan membahas kembali putusan itu, namun setiap
pembicaraan selalu mengalami kunci-mati (deadlock). Akhirnya hari
Jum'at kemarin dulu diputuskan ulang bahwa anggota KPU tetap
boleh kampanye. "Ini adalah merupakan keputusan KPU, titik," seru
Rudini dengan nada berang, demikian saya lihat dalam layar monitor
TV, tatkala diwawancarai oleh para wartawan.

Hasballah M. Saad anggota KPU dari Partai Amanat Nasional


mengatakan bahwa keputusan anggota KPU berkampanye sudah
final. Karena menurut Saad orang membuat partai bukan untuk
menjadi anggota KPU belaka. Lalu bagaimana kalau tidak diizinkan
untuk berkampanye, demikian ujar Saad selanjutnya. Untuk itu
kepada Saad saya cuma ingin menitipkan pesan kata-kata mutiara
bahasa Makassar: Ka'biliki kalennu. Napunna parisiki nusa'ring, e
kammatongintu na'sa'ring parannu tau. (Cubitlah dirimu.
Kalau nyeri kau rasakan, niscaya demikian pula dirasakan oleh
sesamamu manusia). Kalau anda yang bukan ketua partai merasa
nyeri dilarang berkampanye, lebih-lebih lagi demikian pula dirasakan
oleh Ketum Partai Persatuan Pembangunan dan Ketum Partai Golkar
yang dilarang berkampanye. Dan oleh karena dengan melihat nama
anda patut saya menduga bahwa anda itu orang Islam. Maka saya
titipkan pula pesan dari ayat yang berikutnya dari yang telah dikutip
di atas: W AQYMWA ALWZN BALQSTH W LA TKHSRWA
ALMYZAN (S. ALRHMN, 9), dibaca: Wa aqi-mul wazna bil qisthi
wa la- tukhsarul mi-za-na (S. Arrahma-n), artinya: Tegakkanlah
timbangan dengan adil (yang terbit dari nurani kamu) dan janganlah
kurangi timbangan (waktu membuat penilaian) (55:9).

Hamzah Haz yang Ketum Partai Persatuan Pembangunan dan Akbar


Tanjung yang Ketum Partai Golkar telah mengundurkan diri,
melepaskan jabatan menteri, karena ingin berkampanye. Maka
seyogianya anggota KPU yang ingin berkampanye kalau punya siri'
(ini bahasa Makassar yang artinya lebih tinggi kualitasnya dari malu)
berhentilah menjadi anggota KPU, supaya kredibilitas partai anda
tidak meluncur turun. Nanti rakyat berkata: Baru anggota KPU saja
sudah tidak berlaku adil, bukankah lawannya adil itu zalim? Apapula
kalau partainya telah memegang kekuasaan, apakah dapat dijamin
tidak akan zalim? Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 16 Mei 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

374. Status Quo

Menurut John T. Zadrozny, Professor of Sociology, University of


Wisconsin dalam bukunya Dictionary of Social Science, dengan
imprint Public Affairs Press Washington DC., 1959, tercatat da!am
Library of Congress Catalog Card No.58-13401, status quo berarti
conditions as they are, Lalu menurut Laurence Urdang, editor in chief
dalam buku The Random House Dictionary of the English Language,
dengan imprint Random House Inc., New York, 1968, tercatat dalam
Library of Congress Catalog Card No. 68-19699, status quo, juga
biasa disehut status in quo, berarti the existing state or condition.
Istilah status quo menurut kedua orang pakar penulis kamus di atas
itu kurang lebih sama pengertiannya dengan istilah old established
forces yang diperkenalkan tokoh Orde Lama Bung Karno, sebagai
lawan dari kubu new emerging forces. Dalam dunia perpolitikan di
Indonesia dewasa ini status quo dikaitkan dengan Orde Baru. Dan
nenurut kelompok yang menepuk dada sebagai reformis sejati
predikat status quo itu ditujukan kepada partai Golkar. Adapun
kriterianya ialah: tidak menolak dwifungsi ABRI, terlibat KKN, tidak
menegakkan supremasi hukum, memposisikan diri sebagai mesin
politik Orde Baru, tidak menggunakan budaya demokrasi yang
egaliter, tidak setuju terhadap otonoMi daerah yang seluas-luasnya,
tidak mendukung amandemen 1945. Saya tidak mengerti apa latar
belakang pembuat kriteria ini mengapa kriteria yang sangat penting
tidak dimasukkan, yaitu tidak setuju kepada kebebasan pers, dan
tidak setuju dengan menjamurnya partai-partai politik. Tak tahulah
kita apakah cap status quo itu ditujukan pula atau tidak kepada
mantan-mantan tokoh Golkar yang loncat bajing ke IPKI atau mantan
tokoh Golkar yang kalah bertarung dengan Akbar Tanjung lalu
membentuk partai baru, PKP. Yang menarik pernyataan Sambuaga
dalam debat dengan Hikam dilayar kaca, bahwa partai Golkar tidak
tergolong dalam kekuatan status quo. Bahkan dalam iklan di Harian
FAJAR, edisi Sabtu, 22 Mei 1999, halaman 4, terpampang
pernyataan tentang visi, missi, platform dan paradigma baru partai
Golkar sebagai pelopor reformasi dan anti status quo. Lehih rancu
lagi selagi maraknya demonstrasi mahasiswa dunia pers selalu
memberikan gelar atas Arifin Panigoro sehagai pengusaha pro-
reformasi. Ternyata Arifin Panigoro ini diproses Kejaksaan Agung
karena masalah korupsi, jadi sama keadaannya dengan HM Soeharto
yang juga sementara diproses oleh Kejaksaan Agung. Artinya Arifin
Panigoro ini termasuk ke dalam golongan penganut status quo,
karena kena oleh salah satu kriteria status quo yang telah dibéberkan
di atas itu.

Karena demikian rancunya penggunaan istilah status quo dalam


dunia poltik tersebut, maka lebih balk kita coba mengaitkan istilah
status quo kepada orde sehelum Orde Baru, yaitu Orde Lama. Saya
masih ingat tahun lima puluhan di Bandung. Aksi coret-coretan di
dinding-dinding, di pagar-pagar yang temanya tentang konsep Bung
Karno, yaitu Nasakom dan Marxisme yang diterapkan di indonesia.
Pada mulanya ada coretan: dukung konsep Bung Karno. Besoknya
coretan itu ditambah dengan kata jangan di depannya, mnenjadilah ia
jangan dukung konsep Bung Karno. Besoknya ada terselip kata ragu-
ragn sehingga coretan itu menjadi jangan ragu-ragu dukung konsep
BungKarno. Besoknya coretan ditambah lagi dengan tanda tanya
disertai kata no, nienjadilah jangan ragu-ragu dukung konsep Bung
Karno? No.

Firman Allah SWT:


-- YAYHA ALDZYN AMNWA ATQWAALLH WALTNZHR NFS
MA QDMT LGHD (S.ALHSYR,18), dibaca: ya-ayyuhal ladzi-na a-
manu- ittaqutLla-ha waltandzur nafsum ma- qaddamat lighadin,
artinya: Hai orang-orang bermnian, taqwalah kepada Allah dan
mestilah setiap diri manusia itu mengkaji masa lalu untuk orientasi
masa depan (59:18).

Dalam konteks status quo Orde Lama perlu dikaji konsep ideologis
Bung Karno tentang Nasakom, nasionalisme, agama, komunisme dan
marxisme yang diterapkan di Indonesia. Dalam Seri 37O dan 372
lalu telah dikemukakan Tap No.XXV/MPRS/1966 dan Tap No.
MPR/1973 yang masih berlaku hingga sekarang, yang melarang
faham marxisme di Indonesia. Historishe materialisme yang atheis
dengan metode dialektika atau pertentangan kelas adalah doktrin dari
Karl Marx yang menganggap bahwa agama itu adalah candu bagi
rakyat. Penganut marxisme masih tetap eksis di Indonesia, yaitu
dengan munculnya marxis gaya baru dalam kalangan pemuda, yang
radikal, yang menyusup di tengah-tengah masyarakat, di tengah-
tengah organisasi sosial politik, ibarat Carbon-radikal (C.) yang
ganas yang menyusup ke dalam inti sel menularkan keganasan itu
pada DNA yang ditempelinya, sehingga DNA menjadi ganas pula.
Bahkan Abd Latif nara pidana Gerakan 30 September yang baru
dibebaskan mulai mempengaruhi generasi muda yang kurang
memahami liku-liku pemherontakan PKI tahun 1965, dengan
mencoba menegakkan benang basah, membangun opini menyalahkan
pak Harto yang menindas pemberontakan itu. Memang harus diakui
bahwa Pak Harto telab melakukan kesalahan yang menterapkan
strategi pembangunan konsep orang-orang sosialis dalam CSIS yang
dikenal dengan strategi akselerasi modernisasi yang membuahkan
KKN. Akan tetapi kesalahan Pak Harto tidak boleh membutakan
mata kita akan jasa beliau secara ideologis yang telah
menghancurkan pemberontakan PKI pada 30 September 1965. Itu
adalah MA QDMT, dibaca ma- qaddamt, mengkaji masa lalu dalam
konteks status quo Orde Lama yang bersifat ideologis.

Kemudian LGHD, dibaca lighadin, untuk orientasi masa depan,


terutama sekali masa pasca Pemilu. Rakyat Indonesia yang akan
menggunakan hak pilihnya perlu berhati-hati, jangan sampai memilih
partai-partai politik yang telah disusupi oleh para penganut status quo
Orde Lama. Sebaiknya dalam kampanye, jurkam parpol di samping
mengemukakan program-program partainya, tidak pula kurang
pentingnya untuk menunjukkan bahwa partainya itu bersih dari status
quo Orde Lama. Ada lagi sebuah ciri khas sikap para penganut status
quo Orde Lama, yaitu kultus individu, sangat membesarkan bahkan
memuja orang yang ditokohkannya, seperti urang-orang komunis
memuja Lenin, Stalin dan anggota Partai Ba’ats yang mengkultuskan
Saddam Husein. Salah satu ekspresi pengkultusan itu dengan
memajang potret tokoh pujaannya itu dalam ukuran besar secara
menyolok. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 23 Mei 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

375. Islam Phobia, Suatu Sikap Mental Status Quo

Pekan yang lalu saya menerima deringan telepon menanggapi Seri


374 tentang status quo. Karena ia tidak menyebutkan namanya saya
sebut saja ia si Fulan. Ia mengeritik bahwa kriteria yang saya
tambahkan tidak menyebutkan sebuah kriteria yang sangat penting.
Seperti di ketahui mahasiswa UI telah menyodorkan kriteria status
quo, yaitu: Tidak menolak dwi fungsi ABRI, terlibat KKN, tidak
menegakkan supremasi hukum, memposisikan diri sebagai mesin
politik Orde Baru, tidak menggunakan budaya demokrasi yang
egaliter, tidak setuju terhadap otonomi daerah yang seluas-luasnya,
tidak mendukung amandemen 1945. Dalam Seri 374 saya
bertanyakan mengapa kedua kriteria berikut yang sangat penting
tidak disebutkan, yaitu: tidak setuju kebebasan pers, dan tidak setuju
dengan kebebasan mendirikan partai politik.

Sebenarnya makhluq status quo ini sudah dijadikan kendaraan


politik, sehingga yang telah memposisikan diri tidak senang kepada
Presiden Habibie dengan sadar sengaja tidak menyebutkan kedua
kriteria tersebut. Bukankah Presiden Habibie yang telah memberikan
kebebasan berbicara dan berserikat? Sebenarnya, sekali lagi
sebenarnya, jika makhluq statusquo ini tidak dijadikan komoditas
politik, ada status quo yang terpuji, yaitu anti marxisme yang atheis
yang berfilosofi pertentangan kelas, yang menganggap agama itu
sebagai candu bagi rakyat.

Kembali kepada si Fulan yang bertelepon, ia meminta dengan sangat


supaya saya menulis mengenai kriteria yang sangat penting yang
saya lupakan yaitu kriteria lslam Phobia. Fulan ini berpendapat orang
yang Islam Phobia adalah anti reformis, pro status quo. Saya setuju
dengan pendapat Fulan ini, bahkan saya pernah merasakan betapa
besar kecurigaan orang berpenyakit Islam Phobia ini. Menjelang
Pemilu pertama Orde Baru saya merasakan betapa sulitnya mengurus
dokumen-dokumen yang diperlukan guna keperluan administratif
Caleg dari Parmusi yang berasaskan Islam untuk DPR pusat. Maka
permintaannya saya penuhi, sehingga lahirlah judul seperti di atas itu.
Phobia berarti kekhawatiran yang irasional yang tak terkendalikan
(irrational uncontrollable fear).

***

Tata-komunikasi barat ibarat santet yang tukang sirap berita,


menyebabkan para konsumen berita terpukau olehnya, lalu melahap
bulat-bulat isi beritanya. Arus informasi yang didominasi oleh tata-
komunikasi barat yang memiliki sarana, peralatan dan jaringan
organisasi yang unggul hampir berhasil membentuk opini sebagian
besar konsumen berita. Hanya sedikit konsumen berita yang
mengunyah dan mencerna berita itu secara selektif dan cermat. Prof
Dr Samuel Huntington atas dasar prasangka penyakit Islam Phobia
melalui jalur tata-komunikasi barat menyalurkan sangkaan yang
dibungkus dengan teori ilmiyah. Dalam majallah Time (kalau tidak
salah ingat terbitan pertengahan tahun 1993) dapat kita lihat
bagaimana kacamata guru besar ilmu politik dari Harvard University
ini melihat Islam. Bahwa barat harus mewaspadai gerakan-gerakan
kaum fundamentalis Islam yang membahayakan demokrasi. Konon
kabarnya di lndonesia ini guru besar tersebut ditokohkan sebagai
salah seorang nara sumber yang buku-bukunya menjadi rujukan para
mahasiswa dan dosen dalam ilmu sosial dan pulitik.

ltulah Islam Phobia yang dibungkus kemasan teori ilmiyah disalurkan


melalui jalur tata-komunikasi barat. Benarkah misalnya seperti Iran,
Afghanistan ataupun kelompok-kelompok pejuang Islam
membahayakan demokrasi? Selama ini saya menyangka bahwa
sistem pemerintahan negara yang berbentuk republik hanya dua jenis:
Kabinet presidensial dan kabinet parlementer. ltulah demokrasi barat.
Lalu bagaimana dengan sistem pemerintahan Republik Islam Iran?

Dalam konstitusi Iran proses pembentukan pemerintahan dilakukan


presiden (yang dipilih langsung oleh rakyat) bersama-sama dengan
majelis (yang juga dipilih melalui Pemilu). Terus terang belum
pernah saya dengar sebelumnya proses pembentukan pemerintahan
seperti ini dalam ilmu tata-negara.

-- WAMRUM SYWRY BYNHM (S. ALSYWRY, 38), di baca: wa


amruhum syu-ra- bainahum (asysyu-ra-), artinya: Dan urusan mereka
dimusyawarakan di antara mereka (42:38), dijabarkan ke dalam ilmu
Fiqh dalam ruang lingkup ketata-negaraan oleh ummat Islam
madzhab Syi’ah. Sebelum membaca konstitusi Republik Islam Iran
itu saya belum tahu tentang penjabaran Syariat ke dalam Fiqh dalam
kalangan Syi’ah itu, karena saya bukan Syi’ah, namun saya sangat
berterima kasih kepada Syi’ah oleh karena ilmu saya bertambah.
Huntington perlu belajar dari Republik Islam Iran tentang proses
yang sangat demokratis dalam pembentukan kabinet. *)

Sikap Islam phobia ini juga subur bertumbuh dalam politik tingkat
tinggi, seperti misalnya rezim militer Aljazair. Golongan Islam yan
membentuk kekuatan politik, yang menempuh cara demokratis,
berhasil memperoleh kemenangan dalam pemilihan umum tingkat
pertama tahun 1992. Pemilu lanjutan dibatalkan, dan partai itu
akhirnya dibubarkan oleh rezim militer Aljazair.

***

Islam phobia ini mengalami metamorfosis dalam kalangan orang


Islam sendiri yang berwujud menempatkan Islam sebagai sub-ordinat
dari kebangsaan. Ini dapat dilihat dalam polemik secara tidak
langsung sebelum Indonesia merdeka antara Bung Karno sebagai
tokoh nasionalis dengan Muchlis (nama samaran Muh. Natsir)
sebagai tokoh Islam dari Persis. Juga dapat dilihat dewasa ini Islam
Phobia bermetamorfosis yang berwujud perobekan spanduk yang
bermuat Hadits Nabi Muhammad SAW oleh peserta kampanye pawai
(baca: show of force) PDI Perjuangan di Kampus UMI baru-baru ini.
Bahkan Islam Phobia bermetamorfosis yang berwujud kegusaran
Abd. Rahman Wahid karena MUl menyerukan agar ummat Islam
memilih wakilnya yang beragama Isiam. Bahkan Abd. Rahman
Wahid berjanji akan merombak MUI jika PKB menang dalam
Pemilu yang akan datang. Bukankah sikap Abd. Rahman Wahid
seperti ini berarti mempertahankan status quo watak Orde Baru yang
usil mencampuri, mengopsus organisasi sosial politik? WaLlahu
a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 6 Juni 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

*) Perlu kembali diingatkan di sini, bahwa Syi'ah bukanlah salah satu


madzhab diantara madzhab-madzhab fiqih yang diterima dalam
Islam. Syi'ah merupakan sebuah sekte atau aliran agama yang
menyempal dan keluar dari agama Islam yang benar. Hal ini
dikarenakan aqidah dan prinsip Syi'ah dibangun di atas sejumlah
kepercayaan (tepatnya: anggapan dan prasangka) yang keliru dan
sesat diantaranya tuduhan keji terhadap para sahabat besar Nabi.
Mereka menuduh Abubakar, 'Umar, 'Utsman dan sejumlah sahabat-
sahabat besar lainnya telah berkhianat terhadap Rasulullah saw dalam
hal penunjukan khalifah (pemimpin kaum muslimin sepeninggal
Nabi). Dan justru anggapan ini adalah suatu kekufuran karena dengan
sendirinya telah menyalahi dan mengingkari banyak ayat-ayat al-
Quran dan hadits-hadits Nabi yang justru memuji para sahabat
tersebut dan menjanjikan mereka dengan masuk surga. Dari tuduhan
sesat ini berkembang lagi banyak kesesatan dan keingkaran lain
sehingga ajaran Syi'ah telah keluar dari ajaran Islam. [Webmaster]

[BACK] [HOME]

376. Menanti

Ada sebuah kelong Mângkasara’ (syair Makassar) tentang menanti


ini, demikian bunyinya:

Bosi minne bara’minne,


bungaminne campagayya,
Inakke minne,
lama'lonjo’ pa’risikku

Turunlah hujan, musim barat telab tiba,


pohon cempaka berbunga pula.
Nasibku memang,
selalu dirundung malang.

Kelong tersebut menggambarkan pergolakan jiwa seorang gadis


pingitan. Si gadis. yang jiwanya selalu meratap, mendambakan orang
datang meminang. Namun tetap dihinggapi optinisme dalam kadar
harap-harap cemas dari tahun ke tahun. Pergantian tahun ditandai
dengan datangnya musim barat, bahkan pohon cempaka sudah
berbunga pula. Tetapi selalu dirundung malang, belum ada yang
datang meminang.

Memang hidup ini akan menjemukan jika tidak ada yang dinanti-
nantikan. Dalam sebuah kelong digambarkan seorang anak yang
menanti bilakah ia akan bertumbuh besar sehingga dapat memakai
pakaian daerah. Ada pula iklan yang menggambarkan seorang bocah
melingkarkan tangannya meliwati kepalanya untuk dapat menjewer
telinganya sendiri, pertanda sudah dapat masuk sekolah. Bocah ini
selalu menantikan bilakah ia sudah boleh masuk sekolah. Cara
melingkarkan tangan ke kepala ini sudah jarang sekali, bahkan
mungkin tidak pernah lagi dipakai sebagai metode praktis untuk
mengukur usia seorang bocah sudah berumur sekitar enam tahun.
Pada waktu saya masih bocah saya ingat betul metode melingkarkan
tangan melewati kepala menjewer telinga sendiri tersebut.

Setelah menduduki bangku sekolah mendekati musim libur besar


Ramadhan kita anak-anak sekolah sudah bergairah menanti
masuknya libur Ramadhan, Akankah libur Ramadhan bagi anak anak
sekolah akan berulang dilarang lagi seperti zaman Orde Baru tatkala
Daud Yusuf menjadi menteri P dan K, andaikata, sekali lagi andai
kata, PDlP mencapai angka signifikan hingga perhitungan akhir?

Dalam bulan Ramadhan menjelang akhir Ramadhan, yaitu sepuluh


malam ganjil terakhir, ummat Islam yang berpuasa menanti
LaylatulQadr. Ada yang salah kaprah dengan menanti turunnya
LaylatulQadr. Menurut Al Quran LaylatulQadr tidak turun. Yang
turun pada malam yang dinanti-nantikan itu ialah Al Quran, malaikat
dan ruh (Jibril). Coba baca ayat ini:
-- ANA ANZLNHU FY LYLt ALQDR . TNZL ALMLaKt
WALRWH FYHA BADZN RBHM MN kl AMR (S. ALQDR, 1,4),
dibaca: inna- anzalna-hu fi- lailatil qadri . tanazzalul mala-ikatu war
ru-hu fi-ha- biidzni rabbihim ming kullli amrin (s. alqadri), artinya:
Sesungguhnya Kami telah turunkan dia (maksudnya Al Quran) pada
malam qadar (LaylatulQadr) . Turun para malaikat dan ruh (Jibril)
dengan izin Maha Pengatur mereka untuk mengatur tiap-tiap urusan
(97: 1-4). Jadi jelas LaylatulQadr tidak turun. Yang turun pada
LaylatulQadr yang dinanti-nantikan itu adalah Al Quran (ayat 1), dan
juga turun pada malam itu ada!ah para malaikat dan Jibril (ayat 4).

Menjelang akhir tahun pelajaran, murid-murid sekolah menanti saat


naik kelas, yang akan tammat menanti hasil ujian apakah berhasil
atau tidak, kemudian menanti lagi apa dapat menyambung ke sekolah
lebih lanjut setelah menjalani ujian masuk. Demikian seterusnya
menanti hingga lulus bangku perguruan tinggi, lalu menanti lagi
apakah diterima bekerja setelah test.

Yang perjaka dan gadis menanti dan menanti bila ia mendapat


pasangan hidup, menanti seperti yang digambarkan potret jiwa
seorang gadis pingitan dalam syair di atas itu.

Sekarang ini masyarakat pada risau (yang mau risau) bahkan


penasaran (yang mau penasaran) tentang lambannya perhitungan
suara. Bahkan dalam acara pro dan kontra di TPI antara Jefry
Winters, si tukang curiga, dengan A. Mallarangeng beberapa malam
lalu, Jefry ini mencurigai kelambanan perhitungan suara itu disengaja
supaya dapat berbuat curang, (Saya ragu apakah nama sang idola
Rizal Ramli dari Ecorit ini ditulis dengan double "f"s atau tidak,
Winter pakai s atau tidak; karena saya tulis dengan mengandalkan
ingatan saja). Jefry kelabakan juga waktu A. Mallarangeng
mengatakan bahwa Jefry ini mencurigai Parpol berbuat curang, sebab
Panitia Pemilihan itu bukan dari pernerintah, melainkan dari Parpol.

Secara obyektif kelambanan perhitungan terjadi karena pada tingkat


bawah dilakukan dengan manual, yang biasanya kalau dengan cara
manual ini sering-sering jumlahnya tidak cocok antara jalur baris
dengan jalur kolom. Lagi pula menurut Rudini perhitungan suara
masih sesuai dengan jadwal KPU. Tanggal 10 Juni dijadwalkan akan
selesai di tingkat kecamatan, kemudian tanggal 14 Juni akan selesai
di tingkat kabupaten, tanggal 17 Juni akan selesai di tingkat provinsi
dan terakhir tanggal 21 akan selesai di KPU. (Semestinya kata "akan"
didahului oleh "lnsyaAllah").

Ada juga baiknya Jefry Winters si tukang curiga ini dan anak
pengagumnya di Econit mendengarkan ucapan lembaga pemantau
Pemilu - yang cukup punya nama di Filipina, yaitu National
Movement for Free Elections, disingkat Namfrel yang juga ikut serta
mengirim anggotanya sebagai pemantau Pemilu ke TPS-TPS.
Namfrel menyerukan supaya semua pihak agar tidak mencurigai
lambannya penghitungan suara hasil Pemilu, dan supaya kelambanan
itu tidak dijadikan dasar keprihatinan bermuatan kecurigaan.

Namun ada sedikit Saran buat KPU. Bagaimana kalau da!am


memberikan informasi angka-angka sementara itu, yang masuk
nominasi 6 besar disajikan dalam matrix (baris dan kolom). Pada
baris dituliskan ke-6 parpol dan pada kolom dituliskan angka-angka
sementara di atas 100.000 dari provinsi mana angka-angka itu
berasal. Contoh misalnya PDIP dari provinsi A sekian (di atas
seribu), dari provinsi B sekian (di atas 100.000) dan sisanya dari
provinsi-provinsi lain. Dengan demikian kita mendapatkan gambaran
taburan angka itu, sehingga masyarakat tidak akan kaget kok
angkanya tinggi cuma mendapat kursi yang kurang. Nomor satu
dalam jumlah secara nasional tetapi cuma mendapat nomor 4 dalam
jumlah kursi. WaLlahu a'lamu bsshawab.

*** Makassar, 13 Juni 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

377. Habibie Atau Megawati?

Dengan melesatnya PDIP menjadi nomor satu pengumpul suara


secara nasional, saya sering menjumpai komentar yang sinis ataupun
pesimis terhadap Majelis Ulama Indonesia. Komentar dengan sikap
berwarna sisnis dilontarkan oleh orang-orang yang sudah mengambil
posisi tidak mernyukai MUI. Sedangkan yang berkomentar dengan
sikap pesimis menujukan perhatiannya kepada ummat Islam yang
telah tidak mau mendengarkan suara ulama.

Apa sesungguhnya hubungan antara fatwa MUl dengan kemenangan


PDIP mengumpul suara secara nasional? Mengapa ada yang
berkomentar secara sinis ataupun pesimis itu? Ini sehubungan dengan
fatwa MUI dan juga seruan muballigh kondang KH Zainuddin MZ
supaya ummat Islam Indonesia memilih wakilnya yang beragama
Islam, sedangkan para Caleg PDIP didominasi oleh yang non-
Muslim. Seperti diketahui PDl yang kemudian pecah menjadi PDI
dan PDIP adalah fusi dari PNI dengan partai-partai berasaskan agama
non-Islam, yaitu Parkindo dan Partai Katolik. Dan rupanya dalam
Pemilu sekarang ini faksi yang berasal dari partai-pantai non-lslam
yang mendominasi dalam penentuan Caleg.

Dalam Seri 346 yang berjudul: Bhinneka Tunggal Ika edisi 1


November 1998 telah dituliskan antara lain, seperti dikutip di bawah
ini:
-- “Maka dalam kolom ini akan dikemukakan keyakinan ummat
Islam dalam hal kepemimpinan, untuk diketahui oleh saudara-
saudara sebangsa dan setanah air yang tidak beragama Islam dan juga
untuk para remaja dan pemuda Islam yang kurang mengenal ajaran
agamanya sendiri. Firman Allah da!ann A! Quran:
-- Falaa Tattakhidzuw Minhum Awliya-a Hatta- Yuhaajiruw fiy
Sabiyli LLa-hi (S. An Nisaai, 4:89), arinya: Maka janganlah kamu
angkat mereka mennjadi wali (pemimpin), kecuali jika mereka telah
berhijrah ke jalan Allah.
-- Ar Rijaalu Qawaamuwna 'ala nNisaai (S. An Nisaai, 4:34), arinya:
Laki-laki itu tulang-punggung (pemimpin) atas perempuan.

Jadi menurut keyakinan ummat Islam berdasarkan agamanya,


dilarang mengangkat kepala negara yang tidak beragma Islam (4:89)
dan tidak boleh pula menjadikan perempuan sebagai pemimpin
(4:34). Mengenai (4:34) ini ada dua penafsiran, yang jumhur (main
stream) menafsirkannya secara tekstua!, perempuan tidak boleh
diangkat jadi kepala negara. Hanya sedikit yang menafsirkannya
secara kontekstual, yaitu laki-laki itu pemimpin perempuan dalam
konteks kehidupan berumah tangga.” Sekian kutipan itu.

Saya tidak sependapat dengan sikap pesimis itu. (Tentu saja saya
juga tidak sependapat, bahkan menentang sikap sinis terhadap MUI
tersebut!). Dalam Pemilu yang Jurdil tahu 1955, Partai Islam
Masyumi yang dalam urutan pertama berbasis massa di Jawa Barat
dan luar Jawa, PNI dalam urutan kedua berbasis massa di di Jawa
Tengah, Partai Islam NU dalam urutan ketiga berbasis massa di Jawa
Timur dan partai komunis PKI dalam urutan keempat berbasis massa
di Jawa Tengah. Peta basis massa itu sesungguhnya tidak berubah
hingga sekarang yang juga Jurdil, alias status quo. Lihat saja
sekarang. PDIP unggul di Jawa Tengah, PKB unggul di Jawa Timur
dan Golkar unggul di Jawa Barat dan luar Jawa, utamanya Sulawesi
Selatan. Walaupun Golkar bukan partai berasaskan Islam, akan tetapi
Golkar dengan tegas-tegas menyodorkan Habibie sebagai calon
tunggal. Dan siapakah itu Habibie, dia itu Ketua Umum ICMI
(sebelum menjadi Wakil Presiden) dan pendiri ICMI, jadi memenuhi
kriteria ayat (4:89) dan (4:34). Bahwa di Sulawesi Selatan ini Golkar
menang mutlak bukan karena kecurangan, melainkan karena mentaati
seruan MUI. Memang harus diakui babwa ada di sana-sini kesalahan
pe!aksanaan Pemilu karena kecurangan dan juga belum fahamnya
beberapa pelaksana, akan tetapi itu adalah ibarat riak-riak kecil dalam
lautan, tidak signifikan.

Kita tahu hahwa Jawa Tengah penduduknya yang beragama Islam


adalah Islam abangan, tentu gaung MUI dikalahkan oleh rasa
solidaritas Islam abangan. Mereka melihat Megawati sehagai orang
yang teraniaya oleh Orde Baru. Bahkan rasa solidaritas (pacce)
timbul pula dalam kalangan remaja di luar basis massa PDIP. Para
remaja yang rasa paccenya terhadap Megawati yang teraniaya oleh
Orde Baru itu melebihi ketimbang gaung seruan MUI tentu saja akan
menusuk tanda gambar banteng bermulut putih tersebut.

Antara Habibie dengan Megawati? Sebelum Pemilu sekurang-


kurangnya ada empat Capres. BJ Habibie, Amin Rais, Yusril I.
Mahendra dan Megawati Sukarnoputri. Sedangkan PPP belum ada
calonnya. Dan dari PKB agak sulit diraba, karena Gus Dur keadaan
fisiknya tidak memungkinkan untuk memikul beban tugas yang berat
sebagai kepala negara. Mathori Abdul Jalil? Tidak meyakinkan!
Dengan hasil Pemilu Walaupun masih sementara, maka tinggal dua
orang, Habibie dan Megawati.

Apakah PDIP dapat berkoalisi dengan PKB dan PAN? Tunggu


dahulu. Sistem pemerintahan kita yang presidensial tidak relevan itu
koalisi, sebab presiden yang membentuk kabinet tanpa berembuk
dengan DPR. Tidak seperti di Republik Islam Iran yang dalam
pembentukan kabinet menurut UUD-nya dikerjakan oleh presiden
(yang dipilih langsung oleh rakyat) bersama-sama dengan Majelis
(yang juga dipilih melalui Pemilu). Jadi jangan pakai istilah koalisi,
lebih tepat memakai ungkapan bersuara sama dalam memilih
presiden dalam SU MPR. Dapatkah anggota MPR dari PKB satu
suara untuk memberikan suara kepada Megawati? Tidak
meyakinkan, sebab para ulama NU termasuk dalam jumhur (main
stream) yang menolak perempuan sebagai kepala negara. Bagaimana
dengan PAN? lsya-Allah akan pecah menjadi Muhammadiyah dan
non-Muhammadiyah (ada pengurus teras PAN yang secara ideologis
adalah dari Murba). Orang-orang Muhammadiyah masuk PAN,
karena Amin Rais sebelum mendirikan PAN adalah Ketua Umum
Muhammadiyah. Yang Muhammadiyah juga masih menganut
jumhur ulama menolak perempuan sebagai kepala negara, jadi dalam
hal ini tidak ada perbedaan antara NU dengan Muhammadiyah Dan
PPP? Semua anggotanya Islam penganut jumhur ulama juga. Maka
jumlahkanlah kursi PDIP, PAN yang non-Muhammadiyah. PDIP
ngotot tidak mau mengubah UUD, ini status quo, dan Megawati
adalah anak proklamator, ini nepotisme. ltu adalah dua kriteria status
quo yang melekat pada Megawati. Habibie atau Megawati? Bisa
dijawab sendiri. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 20 Juni 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

378. Risalah Sebagai Rahmat Bagi Alam

Kemarin adalah mawlud atau mawlid Nabi Muhammad SAW, yang


setiap tahun diperingati oleh ummat Islam. Tidak ada dalam Syari’at
)ang menyuruh kita memperingati mawlud beliau. Akan tetapi
sebaliknya tidak ada pula larangan untuk itu. Oleh karena tidak ada
larangan itu ummat Islam setiap tahun memperingatinya atas dasar
kecintaan kepada beliau. Cinta kepada Allah dan RasulNya ada
didalam Syari’at. Jadi secara tidak langsung memperingati mawlid
beliau ada dalam Syariat, asal saja niatnya atas dasar cinta kepada
beliau. Menurut Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi
Muhammad SAW bersabda:
-- Innama lA'maalu bi nNiyaatu, sesungguhnya amal itu dengan niat.
*)

Salah satu wujud kecintaan kita ialah menerima sepenuh hati hahwa
Risalah yang dibawa beliau adalah untuk rahmat bagi alam manusia,
alam binatang, alam tumbuh-tumbuhan, alam mineral, alam
lingkungan:
-- WMA ARSLNK ALA RHMt LL’ALMYN (S. ALANBYAa, 107)
dibaca: wama- arsalna-ka illa- rahmatal lil 'a-lami-n (s. alanbiya-i),
artmnya: Tidaklah Kami mengutusmu (hai Muhammad) melainkan
untuk rahmat semesta alam. Ayat ini merupakan salah satu thema
dalam setiap upacara peringatan mawlud Nabi Muhammad SAW.

Risalah yang dibawakan Nabi Muhammad SAW adalah Kebenaran


yang Mutlak karena bersumber dari Allab SWT, Sumber Informasi
Yang Maha Mutlak. Kebenaran itu ada dua macam, yaitu kebenaran
mutlak dan kebenaran relatif. Adapun kebenaran relatif ini bersumber
dari otak manusia. Salah satu kebenaran relatif adalah kebenaran
kelompok, yaitu kebenaran atas dasar kesepakatan bersama seperti
misalnya UUD-1945. Maka amatlah menggelikan jika ada seorang
yang beragama Islam mencoha mencuekkan kebenaran mutlak
dengan mengatakan bahwa yang menolak presiden perempuan adalah
inkonstitusional, karena dalam UUD tidak disebutkan adanya
larangan presiden perempuan. Komentar ini pernah saya baca
sepintas dalam FAJAR. (Karena membaca sepintas itu saya tidak
memperhatikan betul namanya, namun yang masih terpateri dalam
ingatan saya dia itu menyandang nama Is dan sarjana hukum).
Dengan metode substitusi akan nampak bagaimana menggelikannya
ucapan sarjana hukum kita itu. Cobalah kita substitusi UUD-1945
dengan undang-undang, inkonstitusional dengan melawan hukurn
dan kita substitusi pula menolak presiden perempuan dengan
menolak makan babi, maka akan menjadi: menolak makan babi
adalah melawan hukum karena tidak ada dalam undang-undang.
Bukankah itu sangat lucu?

Dalam Seri 377 hari Ahad yang lalu yang telah dikemukakan pula
dalam Seri 346 tanggal 1 November 1998 seperti kutipan berikut:
Mengenai ayat (4:34) ini ada dua penafsiran, yang jumhur (main
stream) menafsirkannya secara tekstual, perempuan tidak boleh
diangkat jadi kepala negara. Hanya sedikit yang menafsirkannya
secara kontekstual, yaitu laki-laki itu pemimpin perempuan dalam
konteks kehidupan berumah tangga.

Bahwa dalam mentafsirkan ayat tidaklah selalu mesti tekstual


alaupun mesti kontekstual. Hendaknya janganlah kita set back,
kembali ke zaman Yunani Kuno pengkajian berhenti pada titik qa-la
waqiyla, menurut kata Plato demikian, menurut kata Aristoteles
demikian, tidak ada lagi upaya selanjutnya. Saya masih ingat tulisan
bersambung KH Ibrahim Husain (Ketua Majelis Fatwa MUI) dalam
Panji Masyarakat dengan berlandaskan qala waqiyla menurut kitab
kuning sampai kepada kesimpulan bahwa Porkas itu bukan judi
karena salah satu kriteria judi tidak dipenuhi yaitu berhadap-hadapan.
Maka buntulah masalah Porkas sampai di titik itu: Ada dua pendapat,
yaitu sebagian ulama mengatakan Porkas itu judi jadi haram
hukumnya, dan Ketua Majelis Fatwa MUI mengatakan porkas itu
bukan judi jadi tidak haram hukumnya.

Maka sernestinya kalau ada masaiah khilafiyah yang menyangkut


masyarakat banyak janganlah berhenti pada titik qala waqiyla. Ujilah
hasil penafsiran itu ke dalam realitas. Seperti Porkas di atas itu.
Pakailah kriteria Al Quran tentang judi: mudharatnya lebih besar
ketimbang manfaatnya. Adakanlah penelitian dampak Porkas dari
segala segi. Seperti misalnya dari segi ekonomi, Porkas ibarat pompa
yang mengisap uang dari daerah ke pusat. Maka demikian pula
pendekatan tekstual atau kontekstual tentang kepemimpinan
perempuan sebagai kepala negara. Cobalab kaji alam realitas, apa
kemajuan Filipina diperintah oleh Corry yang telah dipilih menjadi
presiden karena reputasi suaminya (baca: nepotisme), tak ubahnya
ketokohan Megawati karena reputasi ayahnya. Bagaimana dengan
Bangladesh, Srilangka, India, Pakistan yang perdana menterinya
perempuan (hanya sebagai perdana menteri bukan kepala negara),
apa reputasi mereka. Dengan mengkaji itu akan didapatkanlah
kesimpulan pendekatan mana yang tepat dalam mentafsirkan khusus
ayat (4:34), pendekatan tekstualkah atau pendekatan kontekstualkah.

Kemarin malam (malam Sabtu) saya nonton Perfect Target di layar


SCTV. Rupanya bukan hanya sebagian besar ulama yang tidak setuju
dengan kepala negara perempuan. Pengarang Perfect Target tersebut
sangat tidak setuju dengan pemimpin top yang perempuan. Dalam
ceritanya itu pemimpin genilyawan yang perempuan mati ditembak
oleh seniora El Presidente Isabella kepala negara perempuan yang
menjadi boneka para penasihatnya. Ia menembak mati wakil presiden
yang difitnahnya sebagai otak pembunuh suaminya, ia membubarkan
senat hasil Pemilu. Itu semua atas nasihat para penasihatnya,
temannya bersekongkol dalam membunuh suaminya. Klimaks terjadi
tatkala Isabella yang menyangka dininya dielu-elukan oleh rakyat
sekeliling istana, keluar menemui mereka, yang ternyata Isabella
tenggelam dalam lautan manusia yang menghajarnya.

Dalam rangka memperingati mawlud Nabi Muhammad SAW di


bawah ini dikemukakan silsilah beliau sampai kepada Nabi Ibrahim
AS.

Nabi Muhammad SAW adalah anak dari 'Abdullah, anak dari


'Abd.Muththalib, dan seterusnya - Hasyim - 'Abd.Manaf - Qushay —
Kilab - Murrah - Ka’ab - Luaiy - Gha!ib - Fihir - Malik - Nadhar -
Kinanah - Khuzaimah - Mudrikah - Ilyas - Mudhar - Nizar - Ma’ad -
Adnan - Addi - ‘Adad - Hamyasa - Salaman - Binta - Sahail - Jamal -
Haidar - Nabi Isma'il AS - Nabi Ibrahim AS. WaLlahu a'lamu
bisshawab.

*** Makassar, 27 Juni 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

*) Kita tidak menyangkal kenyataan bahwa peringatan (bahkan


kadang menjadi "perayaan") mawlid Nabi itu boleh jadi didorong
oleh kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. Namun kita harus
mengingat bahwa niat atau motivasi yang baik hendaknya melahirkan
aktivitas atau amaliyah yang baik pula dalam arti tidak melanggar
syariat Islam. Misalnya, menggambar wajah Nabi adalah haram dan
terlarang meskipun dengan dalih dan alasan karena kecintaan kepada
Nabi. Membaca shalawat adalah perbuatan baik dan sunnah namun
membaca shalawat ketika ruku' dalam shalat adalah terlarang karena
tidak pada tempatnya (tidak dicontohkan oleh Nabi) meskipun
dilakukan dengan alasan kecintaan kepada beliau. Demikian pula
peringatan Mawlid Nabi dari segi bentuknya adalah ceramah agama
yang tentu saja merupakan perbuatan baik. Namun menempatkannya
dalam kerangka hari kelahiran Nabi yang dilakukan secara berulang
setiap tahun merupakan perbuatan bid'ah (tata cara baru dalam
agama) atau paling tidak bisa membawa kepada bid'ah yang tidak
pernah dicontohkan oleh Nabi maupun para sahabat beliau dan
orang-orang yang mengikutinya (as-salaf as-shalih). Maraknya
bentuk-bentuk seremonial hingga ritual yang dilakukan ketika
mawlid (mulai dari telur mawlid hingga sesajen dan lain-lain)
cukuplah sebagai bukti kebenaran analisa dan fatwa para ulama' salaf
bahwa peringatan mawlid akan mengarah ke perayaan mawlid yang
merupakan perbuatan bid'ah yang sesat. [webmaster]

[BACK] [HOME]

379. Nabi Muhammad SAW Sebagai Diplomat dan Negarawan

Ada dua thema yang biasa dikemukakan dalam memperingati mawlid


ataupun mawlud Nabi Muhammad RasuluLlah SAW, pertama:
-- W MA ARSLNK ALA RhMt LL’ALMYN (S.ALANBYAa, 107)
dibaca: wama- arsa1na-ka illa- rahmatal lil'a-lami-n (s. alanbiyai),
artinya: tidaklah Kami mengutusmu (hai Muhammad) melainkan
untuk rahmat semesta alam. Kedua:
-- LQD KAN LKM FY RSWL ALLH ASWthSNt (S. ALAHZAB,
21), dibaca: laqad ka-na lakum fi- rasu-luLla-hi uswatun hasanah (S.
al ahza-b), artinya: Sesungguhnya pada rasul Allah ada panutan yang
baik bagimu.

Seri 378 yang baru lalu mengambil thema ayat (21:107) kutipan
pertama di atas, sedangkan Seri 379 mengambil thema ayat (33:21)
kutipan kedua di atas. Panutan yang baik tersebut dibatasi dalam hal
Nabi Muhammad SAW sehagai diplomat dan negarawan yang
mempunyai visi yang mendalam dan jangkauan ke depan. Saya pikir
para anggota MPR yang baru secara obyektif sangatlah patut
mengadakan penilaian di antara Habibie dengan Megawati dengan
memakai kriteria diplomat dan neagarawan yang mempunyai visi
tersebut sebagai tolok ukur evaluasi. Yang jelas Megawati tidak
mempunyai visi yang stabil dalam konteks amandemen UUD-1945,
pada mulanya ngotot tidak mau mengubah, lalu belakangan ini sudah
mau mengubah. Jadi visinya dipengaruhi oleh situasi politik, bukan
visi yang menjadi pedoman dalam mengambil keputusan politik.

RasuluLlah SAW mempunyai visi bahwa kelak negara-kota Madinah


akan melebar mencakup negara-kota Makkah yang masih dikuasai
oleh qaum kafir Quraisy. Visi Nabi Muhammad SAW akhirnya
mendapatkan pembenaran dari Allah SWT, dengan turunnya ayat:
-- LQD SHDQ ALLH RSWLH ALRaYA BALhQ LTDKHLN
ALMSJD ALhRAM ANSYAa ALLH AMNYN (S. ALFTH, 27),
dibaca: laqad shadaqaLla-hu rasu-lahur ru'ya- bil haqqi
latadkhulannal masjidal hara-ma insya-Alla-hu a-mini-n (s. alfath),
artinya: Sesungguhnya Allah telah menyatakan pembenaran ru’yah
(visi) rasulNya yang benar, yaitu demi sesungguhnya engkau akan
masuk ke Al Masjid Al Haram insya Allah dengan aman (48:27).

Karena ayat (48:27) tersebut tidak menyebutkan waktu bilakah visi


itu akan menjadi kenyataan, maka Nabi Muhammad SAW dengan
beberapa sahabat berangkat ke Makkah dalam musim haji untuk
mengadakan penjajakan. (Upacara haji ini yang dilakukan oleb
orang-orang Arab penyembah berhala, menunjukkan bahwa masih
ada Syari’at Nabi Isma'il AS yang membekas dalam kalangan orang-
orang Arab penyembah berhala tersebut. Upaya penjajakan itu
merupakan langkah kemenangan diplomatik Nabi Muhammad SAW
dengan disepakatinya Perjanjian Hudaibiyah antara negara-kota
Madinah dengan negara-kota Makkah. Kemenangan diplomatik
dalam wujud Perjanjian Hudaibiyah (disebut demikian karena
permusyawaratan diplomatik itu mengambil tempat di Hudaibiyah)
bukan hanya sekadar karena adanya diktum dalam perjanjian itu
bahwa tahun berikutnya ummat Islam dari Madinah diperbolehkan
masuk ke Al Masjid Al Haram dengan aman, melainkan yang tidak
kurang pula pentingnya ialah adanya pengakuan negara-kota Makkah
atas eksistensi negara-kota Madinah.

Ada hal yang menarik dalam musyawarah diplomatik tersebut baik


dalam hal substansi maupun dalam hal proses, yang memperlihatkan
visi yang mendalam dan jangkauan ke depan dari Nabi Muhammad
SAW sebagai seorang diplomat dan negarawan yang sepintas lalu
kelihataannya hasil perjanjian itu memenangkan pihak negara-kota
Makkah, bahkan dalam pandangan para sahabat, termasuk ‘Umar ibn
Khattab, berpandangan demikian pula, yaitu pihak negara-kota
Madinah terletak di bawah angin.

Tatkala Nabi Muhammad SAW menginstruksikan kepada salah


seorang juru—tulis beliau, yaltu ‘Ali bin Abi Thalib RA: ‘Tuliskan,
BSM ALLH AL RhMN AL RhYM, dibaca: bismiLlahir rahma-nir
rahi-m. Suhail utusan dari negara-kota Makkah menyela menyatakan
ketidak setujuannya, ia berkata: Allah kita kenal, tetapi apa itu
arrhma-n dan arrahi-m, saya tidak kenal (Orang ‘Arab pra-Islam
sudah mengenal Allah, ajaran tawhid yang masih terpelihara dari
Nabi Isma'il AS. buktinya ayahanda Nabi Muhammad SAW bernama
Abdullah, artinya abdi Allah). Maka RasuluLlah SAW menanyakan
apa maunya Suhail. Lalu Suhail mengusulkan: "Tuliskan saja seperti
menurut yang biasa dipakai oleh nenek moyang kita, Bismika
Allahumma" (artinya atas namamu, ya Allah). Usul Suhail diterima.
Kemudian Nabi Muhammad SAW melanjutkan: “Tuliskan lebih
lanjut, inilah perjanjian antara Muhammad RasuluLlah,” baru saja
sampai di situ ucapan RasuluLlah SAW, Suhail memotong: “Hai
Muhammad. justru engkau menyatakan dirimu utusan Allah, maka
kita perang. Tuliskan saja Muhammad bin Abdullah". RasuluLlah
SAW menerima lagi usul amandemen Suhail tersebut. Yang
dianggap paling merugikan pihak negara-kota Madinah, baik dalam
pandangan para sahabat, maupun dalam pandangan utusan negara-
kota Makkah ialah diktum dari Perjanjian Hudaibiyah yang berikut:
Apabila ada warga Makkah yang melarikan diri ke Madinah, maka
pihak Makkah berhak mengambil kembali pelarian itu. Jika ada
warga Madinah yang ke Makkah, maka pihak Madinah tidak
mempunyai hak untuk mengambilnya kembali ke Madinah.

Setelah utusan Makkah Suhail meninggalkan tempat, maka


RasuluLlah SAW menjelaskan: BSMALLHALRHMNALRHYM,
dibaca: bismiLlahir rahma-nir rahi-m, diganti dengan Bismika
Allahumma, secara substantif tidak ada perbedaannya, keduanya
mengandung makna atas nama Allah. Demikian pula Muhammad
RasuluLlah diganti dengan Muhammad bin Abdullah, secara
substantif tidak ada perbedaanya juga, keduanya mengandung Allah
dan Muhammad. Tentang diktum yang dinilai merugikan pihak
negara-kota Madinah, bahwa di dalam diktum itu tersirat
kemenangan diplomatik Nabi Muhammad SAW. Apa yang
sesungguhnya yang tersirat ialah para da’i dari Madinah dengan
bebas pindah ke Makkah, menyebarkan Islam dalam negara kota
tersebut. Warga Makkah yang masuk Islam (hasil dari penyusup
resmi para da’i dari Madinah tadi itu), tidak melarikan diri ke
Madinah, melainkan membentuk komunitas pemukiman di luar kota
Madinah, sehingga mereka itu tidak terikat oleh Perjanjian
Perdamaian Hudaibiyah. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 4 Juli 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

380. Menjual Aurat dan Berbisnis Pornografi

Yang menjual aurat adalah para foto-model yang seronok, dan yang
berbisnis pornografi adalah para foto-grafer wartawan foto yang
memotret foto-model yang seronok, penanggung-jawab majallah dan
tabloid seronok, (seperti kelima pemimpin redaksi: Matra, Popular,
Liberty, POP dan Obyektif yang sementara disidik oleh yang
berwajb), para agen dan pengecer majallah dan tabloid seronok
tersebut. Apakali foto-foto seronok itu tergolong pornografi? Inilah
yang akan dibahas.

Pornografi berarti tulisan ataupun gambar yang merangsang hasrat


seksual (cabul = obscene), yang sama sekaji tidak mempunyai
kualitas seni (no artistic merit). (Pornography is obscene lierature or
photography especial that having no artistic merit). Untuk membahas
pornograli ini lebib lanjut akan dikemukakan dahulu anekdot di
bawah ini.

Konon di suatu negeri barat yang permissif sebuah organisasi


kelompok nudis (telanjang) mengundang walikota dalam upacara
peringatan ulang tahun organisasinya. Sang walikota melangkah
masuk ruangan upacara dalam keadaan telanjang bulat demi
menghormati kelompok nudis yang mengundangnya itu. Sang
walikota disambut oleh hadirin segenap anggota organisasi nudis itu
dalam pakaian lengkap, juga demi untuk menghormati sang walikota.

Anekdot di atas itu sesungguhnya membawakan missi secara


terselubung. Missi pertama membawa pesan bahwa moral itu relatif
sifatnya. Untuk selanjutnya kata moral diganti dengan bahasa KUHP
yaitu kesusilaan, artinya sila yang baik (=su). Missi kedua membawa
pesan bagaimana seharusnya rnenghargai pendapat orang lain, yaitu
salah satu wujud penghargaan pada hak asasi manusia. Tentu saja
penghargaan kepada hak asasi manusia model walikota yang
demikian itu termasuk penghargaan yang sangat kebablasan.
Begitulah pula para penjual dan para pebisnis pornografi,
pembenaran yang kebablasan atas porofesinya menjual aurat dan
berbisnis pomografi, bahwa apa yang dibuatnya itu sesungguhnya
adalah sebuah seni keindahan dan mengikuti kemauan pasar dan
tidaklah melanggar kesusilaan.

Kiranya perlu dijelaskan istilah akhlaq dengan kesusilaan, untuk


enghindarkan kerancuan peristilahan. Aktualisasi nilai Syari’at yang
berlandaskan nilai aqidah berwujudkan ibadah dan ibadah
membuahkan akhiaq. Nilai-nilai Al Furqan (aqidah dan syari'at)
adalah kebenaran mutlak, karena bersumberkan wahyu dari Yang
Maha Mutlak:
-- ALHQ MN RBK (S. ALBQRt, 2:147), dibaca: alhaqqu mir rabbik,
artinya: Kebenaran itu dari Maha Pemeliharamu. Sedangkan nilai
budaya dianggap benar berdasar atas kesepakatan komunitas.
Aktualisasi nilai budaya membuahkan kesusilaan. Demikianlah
akhlaq mutlak sifatnya sedangkan kesusilaan relatif sifatnya.

Di negara-negara barat kebebasan seks sudah membudaya, oleh


karena kebebasan seks itu sudah disepakati oleh hampir semua
anggota kornunitas. Huhungan seks tidak lain adalah masalah
perdata. Kekuasaan lembaga peradilan berdasar atas visi bahwa
rentang kekuasaan lembaga peradilan hanya menjangkau pintu kamar
tidur. Barulah menjadi urusan aparat penegak hukum jika si pemilik
barang yaitu suami dari isteri, ataupun isteri dari suami yang
herhubungan seks itu berkeberatan. Sayangnya visi ini dianut oleh
perundang-undangan di Indonesia, karena tertera dalam pasal 284
KUHP, bahwa bermukah (overspel = keliwat main) itu hanya sekadar
delik aduan. Dalam konteks ini hukurn positif kita bertentangan
dengan kultur masyarakat.

Dalani Syari’at dikenal istilah ALhKAM, ini adalah bahasa Al Quran


(2:188), dibaca: al hukka-m, yang untuk seterusnya dituliskan
hukkam. Hukkam ini terdiri atas ketentuan-ketentuan sebagai
peringatan bagi warga masyarakat untuk tidak nelakukan perbuatan-
perbuatan yang dilarang, dan wewenang bagi penguasa untuk
memberikan sanksi kepada siapapun yang ketentuan-ketentuan
tersehut. Imam Muhammad ibn Idris asSyafi'i (767-820) pendiri
Madzhab Syafi’i menambah satu komponen dalam hukkam yaitu
kultur masyarakat. Terkenallah fatwanya qawlu lqadiym (fatwa
terdahulu) dan qawlu ljadiyd (fatwa terkemudian). Qawlu lqadiym
mengambil masukan dari kultur masyarakat Baghdad sedangkan
qawlu ljadiyd mengambil masukan dari kultur masyarakat Mesir.
Dengan demikian hukkam itu terdiri atas tiga komponen: Pertama,
ketentuan-ketentuan sebagai peringatan bagi warga masyarakat untuk
tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang, yang sekarang
ini dikenal sebagai hukum-hukum positif, seperti misalnya di
Indonesia KUHP. Komponen kedua dari hukkam adalah penguasa
yang berwenang untuk memberikan sanksi kepada siapapun yang
melanggar ketentuan-ketentuan tersebut, tercakup pula di dalamnya
struktur organisasinya misalnya apakah hakim itu secara strukural di
bawah lembaga eksekutif dan secara fungsional di bawah lembaga
judikatif seperti di Indonesia ini, yang oleh Pemerintah Habibie
dijanjikan akan diubah menjadi ba struktural maupun fungsional
hakim-hakim dimasukkan ke dalam lembaga yudikatif seluruhnya.
Apakah lembaga kejaksaan di bawah eksekutif seperti di Indonesia,
atau setaraf dengan eksekutif seperti diusulkan beberapa pakar,
ataukah barangkali lembaga kejaksaan mempunyai pasukan khusus
sendiri untuk menangkap orang seperti dalam film Justice Bao.
Komponen ketiga dari hukkam adalah kultur masyanakat, yang
menjadi sumber tempat menimba komponen pertama yang tidak
bertentangan dengan Nash.

Maka kata kesusilaan yang relatif sifatnya itu yang tercantum dalam
fasal 282 KUHP haruslah ditafsirkan dengan mengacu kepada kultur
masyarakat Indonesia. Sebab apabila penafsiran penegak hukum
(komponen kedua) terhadap hukum positif (komponen pertama) tidak
sama dengan penafsiran masyarakat (komponen ketiga), maka
masyarakat akan ikut pula menjatuhkan sanksi, menjadi hakim
beramai-ramai yang tidak mengenal asas praduga tak bersalah.

Alhasil, penafsiran mengenai kesusilaan dalam fasal 282 KUHP itu


adalah pornografi dalam wujud tulisan-tulisan, dan foto-foto yang
seronok yang dipublikasikan oleh antara lain kelima majallah dan
tabloid yang Pemrednya sementara disidik oleh kepolisian. Bravo
Polri RI. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 11 Juli 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

381 Bangsa-Bangsa Dahulu-Kala yang Dihukum Allah


Allah SWT berfirman:
-- KDZBT QBLHM QWM NWH WASHhB ALRS WTSMWD .
W'AAD WFR'AWN WAKHWAN LWTH (S. Q, 50:12-13), dibaca:
KAdzdzabat qabluhum nu-hin wa ashha-bur rassi wa tsam-d . wa 'a-
dun wa fir'aunu wa ikhwa-nu lu-th (s. qaf), artinya: Telah
mendustakan sebelum mereka kaum Nuh dan yang mempunyai
telaga dan Tsamud. Dan 'Ad, dan Fir'aun dan ikhwan Luth.

Kaum Nuh, Luth dan Fir'aun sudah dikenal orang secara luas. Juga
telah difilmkan. Sedangkan kaum yang mempunyai telaga belum
jelas siapa mereka itu. Sebab itu yang akan dibahas hanyalah kaum
Tsamud dan 'Ad. Namun demikian akan dihahas sedikit Fir’aun yang
dimaksud oleh ayat (50:13). Juga catatan tentang pemakaian istilah
ikhwanu Luth, mengapa bukan qawmu Luth, padahal dalam ayat-ayat
yang lain mereka yang ingkar terhadap Nabi Luth AS juga disebut
qawmu Luth, sedangkan yang beriman kepada Nabi Luth AS disebut
Ali Luth. Ini disebabkan oleh qaidah matematis angka 19 dalam Al
Quran. Surah Qaf dimulai dengan huruf Qaf, maka jumlah huruf Qaf
dalam Surah ini harus kelipatan 19. Pemakaian istilah qawmu Luth
mengganggu qaidah matematis tersebut. Jumlah huruf Qaf dalam
surah Qaf sebanyak 57 = 3 x 19. Andaikata dalam surah Qaf ini juga
dipergunakan istilah Qawmu Luwth, bukan ikhwanu Luth, maka
akan kelebihan satu huruf Qaf dalam surah Qaf ini, dan akan menjadi
58, sehingga tidak habis dibagi 19.

Sekitar 1800-600 sebelum Miladiyah, kaum Tsamud menguasai


Arabia Barat Laut, termasuk semenanjung Sinai, yang kemudian
kuwasan itu dikenal sebagai WadiulQurra, karena di lembah itu
terdapat sejumlah desa yang tersebar berjauhan. Ibu kota kaum
Tsamud bernama Hijr, juga disebut Mada'in Shalih, kota Shalih.
Allah SWT mengutus Nabi Shalih AS kepada bangsa Tsamud. Para
pemimpin kaum Tsamud menolak Nabi Shalih AS dengan
menyombongkan diri. Bahkan mereka berbuat makar menyerang
Nabi Shalih AS beserta keluarganya di malam hari. Akibat makar
bangsa Tsamud itu, maka Allah menghukum semua yang berbuat
makar itu.
-- FANZHRWA KYF KAN 'AAQBT MKRHM ANA DMRNHM
WQWMHM AJM’AYN (S. ALNML, 27:51). dibaca: fanzhuru-
kayfa ka-na 'a-kibatu makrihim anna- dammarna-hum wa qawmahum
ajma'-ni {s. annamal), artinya: Maka perhatikanlah bagaimana akibat
makar mereka itu, sesungguhnya Kami binasakan mereka dan
kaumnya sekalian.
Kaum Tsamud ahli dalam membuat bangunan dan makam dengan
memahat gunung-gunung batu. Puing-puing bangunan batu yang
telah dihancurkan Allah SWT dengan gempa masih dapat disaksikan
dewasa ini lengkap dengan batu-hersurat dalam aksara Aram. Namun
kaum Tsamud sendiri sudah tidak ada bekasnya, karena telah
dihancurkan Allah dengan bunyi (shayhah) sehingga tersungkur mati
semuanya (11:67). Tatkala Musa (belum menjadi nabi) dalam
pelariannya (karena membunuh seorang pegawai Mesir) tiba di
semenanjung Sinai, ia tidak lagi mendapati kaum Tsamud, melainkan
yang ada adalah kaum Midian. Kepada kaum ini Allah SWT
mengutus Nabi Syu'ib AS yang mengangkat Musa menjadi
menantunya.

Kaum 'Ad adalah kaum yang terkuat bangsa Semit, penghuni asli
Arabia, menguasai padang pasir luas Arabia Tenggara dan pantai
teluk Parsi sampai perbatasan Iraq. Al Quran menyebutkan daerah
yang dikuasai kaum 'Ad itu dengan al Ahqaf (46:21). Al Ahqaf juga
menjadi nama Surah. yaitu Surah yang ke-46. Karena merasa dirinya
kuat, kaum 'Ad menyombongkan diri dengan mengatakan: Siapakah
yang lebih unggul dari kami dalam kekuatan? ltulah yang dikatakan
mereka tatkala Allah SWT mengutus Nnbi Hud AS kepada mereka.
Mereka dihancurkan Allah dengan angin kencang dan dingin selama
tujuh malam delapan hari terus-menerus, lalu mereka mati terguling
seakan-akan tunggul-tunggul pohon kurma yang keropos (69:6-7).
Kaum 'Ad itu menyangka awan yang menggantung di lembah-
lembah yang membawa azab angin itu adalah awan yang akan
menurunkan hujan (46:24).
-- WANH AHLK 'AADN ALAWLY (S. ALNJM, 53:50), dibaca: wa
annahu— ahlaka 'a—danil u—la— (s. annajmu), artinya: Dan
sesungguhnya Dia telah membinasakan (kaum) 'Ad yang terdahulu.

Nabi Hud AS beserta semua pengikutnya pindah ke Hijaz sebelum


bencana angin itu datang. Mereka itu disebut kaum 'Ad yang
kemudian. Jadi kaum ‘Ad yang pertama semua dibinasakan Allah
SWT, sedangkan kaum Ad yang kedua pindah ke Hijaz yang
kemudian menurunkan seorang yang terkenal bijaksana yaitu
Luqman. Kaum 'Ad kedua ini kemudian ada yang beremigrasi dan
mendirikan kerajaan-kerajaan di Babilonia, di Kan'an kemudian di
Mesir dan di Syria. Di Mesir mereka menaklukkan Dinasti Fir'aun.

Orang-orang Mesir Kuno menamakan kaum 'Ad kedua yang


menaklukkan Mesir itu dengan sebutan Hyksos (Hyk = gembala, Sos
= raja). Raja Gembala yang menaklukkan Mesir dan menumbangkan
Dinasti Fir'aun itu menguasai Mesir selama kurang lebih 150 tahun
(1700 - 1150 sebelum Miladiyah). Dalam kurun waktu Dinasti Raja
Gembala ini hidup Nabi Yusuf AS yang diangkat sehagai Khaza-inu
lArdhi (Menteri Urusan Logistik) oleh Raja yang bermimpi melihat
sapi dan gandum.
-- W QAL ALMLK ANY ARY SB'A BQRt SMAN YaKLHN SB'A
'AJAF (S. YWSF, 12:43), dlibaca: wa qa-lal maliku inni— ara—
saba baqara—tin ya'kuluhunna sab'un ija-f (s. yu-suf), artinya: Dan
berkata Raja sesungguhnya aku lihat (dalam mimpi) tujuh ekor sapi
gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus. Ini adalah sebuah isyarat
dari Al Quran, bahwa pernah penguasa Mesir tidak bergelar Fir'aun
(Per-Ah, Phar-Aoh).

Dinasti Raja-raja Hyksos. sebagai Dinasti XV dan XVI mendapatkan


legitimasi dalam dokumen hieroglyph yang tertera dalam Daftar
Penguasa Mesir di Turin. Disebutkannya pernah penguasa Mesir
tidak bergelar Fir'aun melainkan Raja dalam dokumen hieroglyph di
situs Turin itu menunjukkan mu'jizat Al Quran, oleh karena
hiegrolyph baru dapat dibaca dalam tahun 1824 atas jasa Jean
Francois Champollion (1780 - 1832).

Demikianlah, Al Quran yang telah mengisyaratkan hahwa ada


ketidak-sinambungan Dinasti Fir’aun yang memerintah Mesir, yang
baru terkuak secara historis setelah hieroglyph Mesir kuno telah
mampu dibaca orang. Maka terhindarlah dikhotomi antara scriptural
approach dengan historical approach.

Siapakah Fir’aun yang dimaksud dalam ayat (50:13) di atas itu yang
ditenggelamkun Allah SWT di Laut Merah talkala mengejar Bani
lsrail? Nabi Musa AS berhadapan dengan kedua Fir'aun yang terakhir
dari Dinasti XIX, yaitu Ra-Mose II (1298 - 1232) Seb.M. dan Mern-
Ptah (1232- 1224) Seb.M. Fir'aun Mern-Ptah inilah yang
ditenggelamkan Allah SWT di Laut Merah. Sepeninggal Mern-Ptah
terjadi anarki selama 24 tahun (1224- 1220) Seb.M. WaLlahu a'lamu
bisshawab.

*** Makassar, 18 Juli 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

382. Lupa Sumpah dan Ingkar Sumpah


Dalam halaman opini harian FAJAR, edisi 23 Juli 1999, Ahkam
Jayadi, yang mengaku dirinya pemerhati masalah ketatanegaraan,
antara lain menulis: "Bahwasanya isu-isu agama Islam yang
digulirkan oleh partai-partai Islam selama ini ternyata tidak didengar
atau tidak diperdulikan oleh um(m)at Islam itu sendiri, sebuah ironi
memang."

Pernyataan yang berwarna sindiran yang senada dengan Ahkam


Jayadi tersebut sering saya jumpai. Maka sayapun merasa terpanggil
untuk menyambut gayung sindiran itu.

Ummat Islam yang tidak pemah meninggalkan shalat wajib


(termasuk Ahakam Jayadi?) dalam 24 jam sekurang-kuranguya 5 kali
bersumpah:
-- AN SHLATY WNSKY WMhYAY WMMTY LLH RB
AL’ALMYN, dihaca: inna shala-ti- wanusuki- wamahya-ya
wamamati- lilla-hi rabbil 'a-lami-n, artinya: Sesungguhnya shalatku,
persembahan pengorbananku, hidupku dan matiku adalah untuk
Allah Pemelihara semesta alam.

La]u mengapa tidak kurang jumlahnya ummat Islam yang shalat


melanggar sumpahnya, seperti mencuri, korupsi, merampok dan
seribu satu jenis kekejian, yaitu lawan dari persembahan,
pengorbanan hidup dan mati untuk Allah?!
Bukankah:
-- AN ALSHLWT TNHY 'AN FHSYAa WALMNKR (S.
AL'ANKBWT, 29:45), dihaca: Innash shah-ta tanha- 'anil fahsya-i
wal ungkari (s. al'ankabu-t), artinya: Sesungguhnya shalat itu
mencegah berbuat keji dan mungkar.

Orang melanggar sumpah yang diucapkannya dalam shalat karena


pekerjaan iblis dan bala-tenteranya yang disebut syaithan. Orang
melanggar sumpah lalu berbuat keji karena setan membuat ia lupa
akan sumpahnya. Adapun pcngaruh yang lebih hebat lagi jika orang
melanggar sumpah karena ingkar. Ia bersumpah dalam shalatnya
semua karena Allah, Allah yang diprioritaskan, akan tetapi ia ingkar,
yaitu menempatkan nilai-nilai wahyu dan Allah di bawah nilai
kebangsaan.

Apakah ada yang menempatkan nilai-nilai wahyu dibawah nilai


kebangsaan? Bung Karno pada mulanya demikian. Pancasila menurut
konsep Bung Karno pada 1 Juni 1945 menempatkan substansi beban
pada nomor satu, sedangkan substansi ketuhanan pada nomor lima.
Boleh jadi Bung Karno menyadari akan sumpahnya di dalam shalat,
sehingga pada waktu dirumuskan Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945,
ia menerima perubahan menempatkan substansi ketuhanan dalam
nomor satu, kemudian substansi kemanusiaan, barulah substansi
kebangsaan. Sayangnya dalam batang-tubuh UUD-1945, substansi
kebangsaan masih dalam urutan nomor satu, mengikuti konsep
Pancasila dari Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 tersebut. Dari aspek
asasi (baca: tidak memprioritaskan Allah) di samping aspek teknis
dalam batang tubuh UUD-1945, maka perlu sekali mengadakan
amandemen UUD-1945 baik dari segi substansi maupun urutan Bab-
Bab dan Pasal-Pasalnya.

Apakab masih ada sekarang yang ingkar akan sumpahnya di dalam


shalat dalam wujud menempatkan kebangsaan di atas nilai-nilai
agama (baca: wahyu)? Saya pikir masih banyak, di antaranya ialah
Ahkam Jayadi sendiri. Bacalah penutup artikelnya: "Bagi saya
apapun yang kita lakukan harus senantiasa bersandar pada Pancasila
dan UUD-1945 barulah kemudian kita beralih kepada tatanan nilai-
nilai agama yang kita anut sebagai um(m)at beragama, bulkan
sebaliknya yaitu bersandar kepada tatanan mlai-nilai agama yang kita
anut dalam mengkaji permasalahan yang dihadapi oleh bangsa dan
negara ini”.

Sudah berulang kali dikemukakan dalam kolom ini bahwa ada dua
jenis nilai, yaitu yang mutlak dan relatif. Tatanan nilai agama yang
bersumberkan wahyu kebenarannya adalab mutlak karena bersumber
dari Maha Sumber Yang Maha Mutlak. Tatanan nilai budaya (antara
lain Pancasila) adalah suatu kebenaran relatif. Ia diterima sebagai
kebenaran budaya oleh bangsa Indonesia berdasar atas kesepakatan
bersama. Demokrasi sebagai kebenaran budaya tidak mempunyai
batasan yang tegas secara universal. Demokrasi di zaman Yunani
Kuno hanya sebatas untuk yang bukan budak. Demokrasi barat
adalah demokrasi sekuler (secula artinya dunia, bermakna pemisahan
antara negara dengan agama, scheiding lussen kerk en staat).
Demokrasi di Indonesia adalah tentu saja adalah: Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Ummat Islam di Indonesia dapat menerima demokrasi
yang deniikian itu. Bukan hanya sekadar karena berdasar atas
kesepakatan, namun lebih dari itu, kata kunci dalam "Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan", yakni musyawarah berasal dari bahasa Al Quran, yang
dibentuk oleh akar: syin-waw-ra, artinya mengeluarkan madu dari
sarang lebah. Makanan lebah sari bunga yang bersih, madunyapun
bersih dan bergizi. Demokrasi itu menurut tatanan nilai wahyu harus
menghasilkan sesuatu yang seperti madu.

Kembali pada apa yang dikatakan Ahkam Jayadi bahwa ternyata isu-
isu agama Islam yang digulirkan oleh partai-partai Islam selama ini
ternyata tidak didengar atau tidak diperdulikan oleb um(m)at Islam
itu sendiri, sebaiknya kita berkaca sejarah peta politik Pemilu yang
jurdil tahun 1955. Parpol Islam Masyumi yang menempati posisi
pertama berbasis massa di luar Jawa, Parpol kebangsaan PNI yang
nomor dua herbasis massa di Jateng, Parpol Islam NU yang nomor
tiga berbasis massa di Jatim dan Parpol kafir-marxisme PKI yang
nomor empat berbasis massa di Jateng. (Jika kedua Parpol yang
berbasis massa di Jateng ini digabungkan suaranya, maka akan
herposisi nomor 1). Peta politik hasil Pemilu tahun 1955 itu tidak
berbeda dengan peta politik hasil Pemilu tahun l999 kini. Walaupun
Pak Habibie dihujat oleh lawan-lawan politlknya sebagai
perpanjangan tangan Orde Baru, namun Partai Golkar dapat berposisi
nomor 2 (22,4%), karena Pak Habibie, yang dijadikan calon tunggal
oleh Partai Golkar, adalah mantan Ketua ICMI. Sedangkan Ibu
Megawati, walaupun ia perpanjangan tangan ayah dan gurunya
(baca: Soekano-Orde Lama), PDlP yang berbasis massa di Jateng
berposisi nomor l(33,7%). Tidak berbeda dengan peta polilik 1955
kedua Parpol (PNI dan PKI) yang berbasis massa di Jateng berposisi
nomor 1 jika digabungkan suaranya. Demikianlah kenyataan palu
godam sejarah peta politik 1955 dengan l999 yang tidak berubah,
alias status quo. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 25 Juli 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

383. Jangan Lekas Berbangga, Pemilu Bukan Permainan Sepak


Bola

Sejak keadaan fisik saya tidak memungkinkan menyetir jauh-jauh,


sedangkan saya tidak mampu menggaji sopir pribadi, lagi pula anak-
anak yang dapat menyetir sudah mempunyai kesibukan sendiri-
sendiri, ditambah pula sewa taksi yang mahal, maka kalau bepergian
di dalam kota saya naik kendaran umum pete'-pete' (bagi orang yang
masih asing dari suasana Sulawesi Selatan itu istilah untuk oplet).
Saya dapat belajar dan merasakan hidup berdemokrasi dengan naik
pete'-pete' ini. Dari berpete'-pete' ini saya belajar dan merasakan
bahwa berdemokrasi itu tidaklah identik dengan suara
lebih/terbanyak. Apabila orang naik pete'-pete' bergaris kuning, yaitu
jalur Sentral - Ujung Pandang Baru, tatkala tiba di simpang tiga di
depan Masjid Syura Ujung Pandang Baru, sang supir pete'-pete'
selalu bertanya: "Ada yang mau terus?". Apabila ada satu orang saja,
tidak perduli siapa orangnya, laki-laki atau perempuan, anak-anak,
remaja atau orang tua mengatakan: "terus", maka biarpun semua
penumpang lain yang memenuhi pete'-pete' itu, ingin memintas
dengan belok kanan di sisi Kantor Kecamatan Tallo', namun sang
supir pete'-pete' akan jalan terus, tidak berbelok ke kanan. Terkadang
ada pula penumpang yang merasa malu kalau hanya dirinya seorang,
pete'-pete' akan jalan terus, lalu ia minta diturunkan di simpang tiga
itu, untuk kemudian berjalan kaki sepemanah atau sepelempar
lembing jauhnya. Inilah demokrasi, kedaulatan rakyat di atas pete'-
pete'. Rakyat yang banyak tidak bersikap tirani mayoritas, mengalah
kepada satu orang warga. Rakyat yang sedikit "tahu diri" merasa
malu untuk menjadi tirani minoritas.

Itulah yang saya katakan di atas itu belajar dan merasakan kedaulatan
rakyat di atas pete'-pete'. Rakyat yang lebih banyak jumlahnya yang
ingin belok kanan mengalah secara ikhlas, tidak menggerutu,
menuruti keinginan rakyat yang jumlahnya lebih kecil. Mengapa
yang mayoritas itu secara ikhlas mengalah kepada minoritas? Karena
memang jalur Sentral - Ujung Pandang Baru itu mesti terus. Jalur
itulah yang merupakan konstitusi bagi rakyat dalam "negara" kecil
yang berwilayah pete'-pete' itu. Sebaliknya yang minoritas yang
jumlahnya tidak signifikan (hanya seorang-dua) "tahu diri", merasa
malu untuk menjadi tirani minoritas.

***

Para elit partai-partai gurem perlu belajar bersikap "tahu diri" dari
penumpang pete'-pete' yang minoritas yang tidak signifikan yang
merasa malu itu menjadi tirani minoritas. Dengan adanya 27 orang
anggota KPU dari partai-partai gurem itu yang tidak mau bertanda-
tangan itu, berarti mereka yang hanya sekitar 6 % suaranya itu
memaksakan kehendak, alias tidak malu menjadi tirani minoritas.
Dalam acara pro-kontra di TPI alasan yang dikemukakan oleh
seorang peserta dari partai gurem untuk menjustifikasi mengapa tidak
mau bertanda-tangan, dengan mengulur-ulurkan kitab UU, ia merepet
bahwa Pemilu ini tidak Jurdil karena banyak terjadi kecurangan.
Namun ia tidak menjelaskan banyaknya berapa, jenis kecurangannya
bagaimana. Apakah orang dapat mengatakan bahwa ras negro itu
berkulit putih karena Michael Jackson berkulit putih dan boleh juga
ditambah lagi dengan semua orang negro berkulit putih karena
karena kuku dan gigi mereka itu putih?

***

Sejak perhitungan suara masih berlangsung dan tatkala terlihat


kecenderungan PDIP mendapatkan suara yang menempatkannya
pada kedudukan nomor satu, maka masyarakat dibentuk opininya
oleh kebanyakan pers bahwa secara de facto Megawati telah menjadi
presiden, tinggal hanya diformalkan melalui Sidang Umum Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Pernyataan kuantitatif gradual "nomor
satu" itu diterjemahkan ke dalam pernyataan kualitatif "menang".
Bahkan Megawati sendiri dalam pidato politiknya mempunyai
pandangan yang demikian itu pula. Seharusnya sebagai calon
presiden mesti faham bahwa kemenangan dalam Pemilu tidaklah
selamanya identik dengan de fakto menjadi presiden, seniora el
presidente. Kesengajaan mempergunakan pernyataan kualitatif
"kemenangan" sesungguhnya adalah sebuah rekayasa yang
menghasilkan sebuah kepalsuan (fallacy, misleading). Betapa tidak!
Cobalah pakai pernyataan kuantitatif yang dapat menunjukkan
obyektivitas, yaitu PDIP menempati posisi nomor satu dengan
mengumpul suara 33,7%. Dengan angka 33,7% itu untuk lembaga
DPR saja, apatah pula MPR, Megawati belum boleh berbangga diri
seperti yang diekspresikannya dalam pidato politiknya. Megawati
haruslah "tahu diri", PDIP menempati posisi nomor satu itu
disebabkan oleh simpati yang didapatkannya karena "dianiaya" oleh
rejim Orde Baru. Megawati, seperti para elit partai-partai gurem itu,
perlu belajar kepada penumpang pete'-pete' dalam konteks sikap
"tahu diri".

Pernyataan kualitatif "menang" tidak mempunyai arti sama sekali


jika diterjemahkan dalam pernyataan kuantitatif 33,7% < 50% dalam
forum DPR, apatah pula dalam forum MPR. Lain halnya dengan
permainan sepak bola, kemenangan dalam pernyataan kualitatif,
apakah itu skor 1 - 0, atau 7 - 0, atau secara umum m - n (m > n).
Pemilu tidak sama dengan permainan sepak bola.

Megawati selayaknya jangan lekas berbangga sebagai pemenang


dengan angka 33,7%. Nabi Muhammad RasuluLlah SAW sewaktu
berhasil memenangkan penduduk Makkah dalam nuansa kedamaian
lahir dan bathin, diperintahkan Allah untuk tidak berbangga diri,
seperti FirmnanNya:
-- FSBh BhMD RBK WASTGHFH (S. ALNSHR, 3), dibaca:
fasabbih bihamdi rabbika wastaghfirhu, artinya maka bertasbihlah,
bertahmidlah dan istighfarlah. Sedangkan kepada seorang Nabi yang
mulia disuruh demikian, apatah pula hanya seorang biasa seperti
Megawati. Tidaklah pantas Megawati berbangga diri seperti
dinyatakannya dalam pidato politiknya itu. Masih sangat jauh untuk
dapat meraih kedudukan sebagai seniora el presidente. WaLlahu
a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 1 Agustus 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

384. Skenario Adam, Hawa dan Iblis dalam Jannah, Apa itu
Makan Buah Larangan?

Firman Allah: WQLNA YAADM ASKN ANT WZWJK ALJNt


WKLA MNHA RGHDA hYTS SY^TMA WLA TQRBA HDZH
ALSYJRt FTKWNA MN ALZHLMYN * FAZLHMA ALSYYTHN
'ANHA FAKHRJHMA MMA KANA FYH WQLNA AHBTHWA
B'ADHKM LB'ADH MSTQR WMTA'A ALY hYN (S.ALBQRt,
2:35-36), dibaca: waqulna- ya-a-damus kun anta wazawjukal jannata
wakula- minha- raghdan haytsu syi^tuma- wala- taqraba- ha-dzihisy
syajarata fataku-na- minazh zha-limi-na * faazallahumasy syaytha-nu
'anha- faakhrajahuma- mimma- ka-na- fi-hi waqulnah bithu-
ba'dhukum liba'dhin 'aduwwun walakum fil ardhi mustaqarruw
wamata-'un ila- hi-nin (s.albaqarah), artinya: Bersabda Kami, hai
Adam tinggallah engkau bersama isteri engkau dalam jannah, dan
makanlah buah-buahannya dengan senang menurut kehendakmu
berdua, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon itu, nanti kamu
berdua termasuk golongan yang aniaya * Kemudian keduanya
diperdayakan oleh syaythan, sampai keduanya dikeluarkan dari
(kesenangan) yang telah diperoleh keduanya. Bersabda Kami,
Turunlah kamu (Adam, Hawa, Iblis) sebagian kamu dengan yang lain
bermusuh-musuhan; dan untukmu tempat kediaman di bumi dan
kesenangan buat seketika (2:35-36).

Menjadi pemahaman umum yang ditimba dari Israiliyat, bahwa


Hawa merengek Adam supaya makan buah khuldi, karena hasutan
provokator ulung, yaitu iblis. Patut diingatkan bahwa istilah buah
khuldi adalah istilahnya iblis untuk mengelabui. Buah khuldi (Kha,
Lam, Dal = kekal), artinya menurut tipuan iblis, kalau makan buah
itu Adam dan Hawa akan kekal. Itulah sebabnya dalam judul di atas
dipakai ungkapan "buah larangan". Cerita Israiliyat bahwa Hawa
merengek Adam mengandung masalah gender. karena rengekan
perempuan, laki-laki jadi terlibat. Padahal dari ayat [2:35-36] jelas
kita dapat baca: Takrabaa, FaAzzalahumaa, FaKhrajahumaa,
semuanya bentuk mutsanna (dual). Dalam bahasa Arab ada tiga
tingkatan: mufrad (singular), mutsanna (dual), jama' (plural), tidak
seperti misalnya dalam bahasa Indo-Jerman, hanya mengenal dua
tingkatan: enkelvoud (Belanda), singular (Inggris) dan meervoud
(Bld), plural (Ing). Huwa - Humaa - Hum, hij - zij, he, they. Dengan
pemakaian bentuk mutsanna itu artinya Adam dan Hawa paralel,
tidak ada masalah gender.

Kalau kata perintah (al amr, imperative) Ihbithuw, itu bentuknya


jama', artinya lebih dari dua, lalu siapakah itu selain dari Adam dan
Hawa diperintahkan turun dari jannah? Itulah dia provokator iblis,
artinya iblis ada di dalam jannah mengasut Adam dan Hawa.
Bagaimana Iblis bisa ada di dalam jannah?, padahal iblis sudah diusir
keluar dari jannah? Ini telah dibahas dalam Seri 240, yang berjudul:
"Adam dan Hawa di Taman".

***

Apa makna makan buah larangan? Untuk itu elok kiranya melihat
apa kata Injil. Bukan dari Injil yang empat dalam Perjanjian Baru,
melainkan dari Injil Barnabas. Barnabas adalah salah seorang di
antara 12 Hawariyyuwn (murid-murid setia pengikut Nabi Isa AS).
Kutipan di bawah ini tidak ada dalam Perjanjian Lama, tidak ada
dalam Perjanjian Baru, juga tidak ada dalam Al Quran. Dapatkah
riwayat itu dijadikan maraji' (reference), padahal tidak ada dalam Al
Quran? Sepanjang yang diriwayatkan oleh Injil Barnabas itu tidak
bertentangan dengan Al Quran (bukan khurafat) dan tidak
bertentangan dengan logika, maka mengapa tidak boleh dijadikan
maraji'. Inilah dia kutipan itu:

"Adam the first man having eaten, by fraud of satan, the food
forbidden of God in paradise, his flesh rebelled against his spirit;
whereupon he sweared, saying: 'by God I will cut thee!' And having
broken a piece of rock, he seized his flesh to cut it with the sharp
edge of the stone; whereupon he was rebuked by the angle Gabriel.
And he answered: 'I have sworn by God to cut it; I will never be a
liar!' The angle showed him superfluity of his flesh and that he cut
off. (The gospel of Barnabas: 23)."
(Adam orang pertama makan buah, karena ditipu setan, buah
larangan Tuhan dalam taman Firdaus, dagingnya berontak melawan
ruhnya: olehnya itu ia bersumpah dan berkata: 'Demi Tuhan, saya
akan potong engkau!' Dan setelah memecahkan sebungkah batu
karang, ia memegang dagingnya untuk memotongnya dengan sisi
tajam dari pecahan batu itu; olehnya itu ia dilarang oleh malaikat
Jibril. Dan dia menjawab: 'Saya telah bersumpah atas nama Tuhan
untuk memotongnya; saya tidak ingin untuk menjadi pendusta.'
Malaikat itu menunjukkan kepadanya daging kulupnya dan dia
memotongnya). Dapatlah diambil kesimpulan bahwa ungkapan
"makan buah larangan" adalah ungkapan penghalusan/pelembut
(euphemism) untuk pengertian hubungan seksual. Dan dari kutipan
tersebut terungkaplah pula bahwa "bersunat" memotong daging kulup
sesungguhnya berasal dari nenek kita Nabi Adam AS. WaLlahu
a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 8 Agustus 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

385. Masalah Aceh

Aceh di zaman kolonial Belanda merupakan basis pertahanan


terakhir. Bahkan sampai perang dunia kedua masih ada bagian yang
belum pernah dijamah Belanda dan juga Jepang. Setelah proklamasi
kemerdekaan kabarnya ditemukan komunitas sisa-sisa pejuang yang
bermukim di tengah rimba yang belum tahu bahwa Indonesia sudah
merdeka, mereka tidak tahu Belanda telah dikalahkan Jepang, dan
juga mereka itu tidak tahu bahwa Jepang pernah menduduki
Indonesia. Pada zaman revolusi, pedalaman Aceh merupakan satu-
satunya daerah yang tidak diduduki Belanda. Rakyat Aceh pernah
menyumbangkan kapal terbang kepada Republik Indonesia. Kapal
terbang itu diberi nama oleh Bung Karno menurut nama sebuah
gunung di Aceh, yaitu Seulawah.

Nilai sub-kultur Aceh sangat menghargai apa yang telah diberikan


kepadanya, walaupun hanya sekadar sirih sekapur, sebagai
dinyatakan oleh pantun Aceh:

Taek ugle tajakko kaye.


Tinggai peureudeu tempat leuk kutru.
Mebek ta beh-beh rakan teh dile
Tempat ta lake ranup sigapu.
(Bunyi t diucapkan seperti bunyi t-nya orang Bali. Bunyi eu seperti
eu-nya orang Sunda dan bunyi S seperti abjad ke-4 huruf Arab, atau
bunyi th dalam bahasa Inggeris think).

Pergi ke gunung memotong kayu,


Tinggal perdu tempat balam menekur.
Jangan membuang sahabat yang dulu,
Tempat memperoleh sirih sekapur.

***

Panglima Syamaun Gaharu berhasil mempersuasi Teungku Daud


Beureueh turun gunung melalui tawaran (baca: iming-iming) Aceh
dijadikan daerah istimewa. (Di Aceh gelar Teungku adalah untuk
ulama, sedangkan di Sumatera Timur, yaitu Deli dan Langkat gelar
Tengku adalah untuk bangsawan, yang di Aceh disebut Teuku).
Kalau Jakarta adalah Daerah Istimewa (DI) dengan ciri-khas ibu kota
Republik lndonesia, Yogyakarta adalah daerah istimewa dengan ciri-
khas kesultanan, maka Aceh diiming-iming menjadi daerah istimewa
dengan ciri-khas Syari’at Islam. Tengku Daud Beureuch pernah
menjadi Gubemur Militer Aceh pada zaman Revolusi, kemudian
menjadi pimpinan DI-TII (seperti Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo di Jawa Barat, Abdul Qahhar Mudzakkar di Sulawesi
Selatan dan Ibnu Hadjar di Kalimantan Selatan). Dikatakan di atas
Aceh diiming-iming dengan Syari’at Islam, oleh karena tawaran itu
tidak pernah dikukuhkan dengan Undang-Undang. ltulah utang
lembaga eksekutif dan legislatif terhadap Aceh dan yang paling
bertanggung-jawab adalah tentu saja lembaga eksekutif yang
memberikan iming-iming itu, yang dalam hal ini adalah Presiden
yang pertama, Bung Karno. Jadi isak dan linangan air mata Megawati
waktu menyinggung Aceh dalam pidato politiknya mudah-mudahan
terbit dari dalam lubuk hati yang dalam, bukan hanya sekadar
permainan watak, alias isak dan tangis politik. Sesungguhnya
penyebab kemalangan rakyat Aceh, berakar dari tawaran ayahnya
sendiri yang hanya dalam kualitas iming-iming.

Seterusnya Presiden yang kedua bahkan melupakan tawaran itu pula.


Selanjutnya Presiden yang ketiga, yang menurut Megawati adalah
pemerintahan transisi (sebagai Capres sangatlah naif berkata
demikian, karena semestinya Megawati harus tahu bahwa itu transisi
tidak ada dalam konstitusi), sekarang sedang diusahakan rencana
Undang-Undang yang dapat menampung aspirasi rakyat Aceh dalam
hal Daerah Istimewa yang berciri-khas Syari’at Islam. Alangkah
eloknya usaha yang sedang ditempuh sekarang ini dengan
pendekatan politik yang dikukuhkan dengan hukum (baca: Undang-
Undang tentang otonomi yang khas bagi DI Aceh) dapat diselesaikan
sebelum SU MPR yang akan datang, walaupun, sekali lagi walaupun,
banyak kritikan yang dilancarkan bahwa pemerintahan Habibie
bersama dengan DPR mengobral pembuatan Undang-Undang.

Undang-Undang mengenai pengukuhan ciri khas provinsi Aceh,


sangat perlu dipercepat keluarnya, karena disitulah akar
permasalahan kemalangan rakyat Aceh. Perimbangan keuangan pusat
dan daerah yang wajar itu perlu, tetapi belum cukup. Itu hanya
sekadar upaya taktis, bukan strategis. Kalau Timor Timur, apabila
kelompok pro-integrasi yang menang, statusnya adalah provinsi
dengan otonomi yang luas, yang secara tersirat mempunyai ciri-khas
Katolik Roma, mengapa provinsi Aceh tidak dapat mengatur dirinya
dengan ciri-khas Syari'at Islam. Inilah upaya penyelesaian yang
strategis.

Bahkan dengan ciri-khas Syari’at Islam itu, dapat menjadi bahan


kajian dalam hal sistem perbankan. 0leh karena dengan ciri-khas
Syari’at Islam itu di provinsi Aceh kelak hanya diperbolehkan
mendirikan bank dengan ciri-khas bank syariah yang bukan dengan
sistem bunga melainkan dengan sistem bagi hasil, bank dengan
nasabahnya sama-sama menikmati keuntungan dan sama-sama didera
oleh kerugian. Dengan kualitas manajerial yang sama dapatlah
dibandingkan antara provinsi Aceh dengan provinsi yang lainnya,
yang mana lebih sehat antara bank sistem bagi hasil dengan sistem
bunga. Yang jelas bank syari'ah tidak memungkinkan dikembangkan
perusahaan-perusahaan maksiyat seperti night club, panti pijat,
pabrik minuman keras dan lain lain yang berbau maksiyat.

Sekali lagi lembaga eksekutif dan legislatif hendaknya dengan segera


mengeluarkan Undang-Undang tentang otonomi yang khas bagi DI
Aceh, dan tidak perlu risih dengan kritikan mengobral Undang-
Undang. Biarkan ombak kritikan menerpa batu-karang, biarkan
anjing menggonggong kafilah lalu, buat Undang-Undang sebelum
SU MPR, oleh karena semakin berlarut, situasi semakin bertambah
kusut, penyelesaian akan semakin musykil, rakyat Aceh semakin
menderita. Insya Allah pemberian status daerah istimewa yang
berciri-khas Syari’at Islam dapatlah mengetuk hati petinggi Gerakan
Aceh Merdeka (GAM) untuk surut langkah kembali ke pangkuan
Republik Indonesia dalam iklim Bhinneka Tunggal lka, yang
ditekankan pada substansi Bhinnekanya. Sekali lagi secepatnya,
sebelum nasi menjadi bubur, sebelum pintu hati petinggi GAM
tertutup sama sekali untuk surut langkah.
Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk segera mendamaikan
dua kelompok yang sedang bertikai, seperti FirmanNya:
-- ANMA ALMWaMNWN AKHWT FASHLhWA BYN
AKHWYKM WATQWA ALLH L'ALKM TRhMWN (S. AL
hJRAT, 10), dibaca: innamal mu‘minu-na ikhwatun faslihu- baina
akhawaikum wattaquLla-ha la'allakum turhamu-n (s. alhujura-t),
artinya: Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka
damaikanlah kedua (kelompok) saudaramu (yang bertikai). WaLlahu
a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 15 Agustus 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

386. Injil Barnabas dan The Dead Sea Scrolls

Dalam Seri 384, edisi 15 Agustus 1999 saya membahas apa


sesungguhnya makna Adam dan Hawa makan buah larangan (bukan
buah khuldi, buah kekekalan, karena itu istilah Iblis untuk menipu)
dengan merujuk pada Injil Barnabas. Sehubungan dengan itu maka
pada hari Ahad itu juga sepenggal matahari naik, saya mendapat
telepon dari seseorang yang tidak mau diketahui identitasnya.
Dengan singkat ia berkata: "You jangan pakai reference Injil
Barnabas, itu termasuk apocryph." "Ini dari siapa?", tanya saya lalu
dijawab dengan gagang telepon yang ditutup. Sikap pengecut yang
dimuntahkan secara vulgar ini, tentu saja saya tidak terima, lagi pula
saya tidak mau dilarang-larang menuliskan apa yang saya yakini
kebenarannya. Untuk itulah Seri 386 ini ditulis sebagai respons.

Adapun yang dimaksud dengan apocryph secara umum berarti


beragam kitab-kitab keagamaan yang sumbernya tidak jelas, dan
secara khusus sekelompok dari 14 kitab yang ditolak (not considered
canonical). Dalam pandangan Nasrani Injil Barnabas dianggap
apocryph oleh karena isinya bertentangan dengan keempat Injil
dalam Perjanjian Baru. Barnabas adalah salah seorang di antara ke-12
hawariyyun yang mendapat tugas khusus dari Nabi 'Isa AS untuk
menulis Injil.

-- "And Jesus turned himself to him who writeth, and said: 'See
Barnabas, that by all means thou write my gospel concerning all that
happened through my dwelling in the world'. " (B-221). "Dan 'Isa
berpaling kepada dia yang menulis (maksudnya diri Barnabas) sambil
berkata: 'Hai Barnabas betapapun juga kamu tuliskan Injil saya
mengenai semua kejadian yang telah berlangsung dalam perteduhan
saya di dunia ini'."

Dalam Injil Barnabas disebutkan bahwa yang ditangkap oleh tentara


Romawi, kemudian disalib bukanlah Nabi 'Isa AS, melainkan Yudas
Iscariot. Mari kita baca:
-- "When the soldiers with Yudas drew near to the place where Jesus
was, Jesus heared the approach of many people. He withdrew into the
house. And the eleven were sleeping. The holy angels came and take
Jesus out by the window that looketh toward the South (B-215)."
"Tatkala serdadu-serdadu itu bersama dengan Yudas mendekati
tempat 'Isa berada, 'Isa mendengar banyak orang datang mendekat, ia
menarik diri ke dalam rumah. Dan kesebelas orang (hawariyyun)
sedang tidur. Malaikat-malaikat suci datang dan membawa 'Isa keluar
melalui jendela yang menghadap ke Selatan."

Untuk menghemat ruangan selanjutnya hanya terjemahannya saja.


-- "Di depan semua (serdadu-serdadu) Yudas melesat masuk ke
dalam ruang tempat 'Isa baru saja dibawa (malaikat-malaikat). Dan
para hawariyyun sedang tidur. Dalam pada itu Tuhan bertindak
secara mentakjubkan sedemikian rupa sehingga Yudas diserupakan
seperti 'Isa dalam berbicara dan wajah. Serdadu-serdadu itu masuk
lalu menangkap Yudas, sebab dalam segalanya ia serupa dengan 'Isa
(B-216)."
-- "Demikianlah mereka membawanya ke bukit Calvary, dan di situ
mereka menyalibnya dalam keadaan telanjang. Yudas sama sekali
tidak dapat berbuat apa-apa kecuali berteriak: 'Tuhan, mengapa
Dikau menelantarkan saya' (B-217)."
'Isa menyahut sambil memeluk ibunya: 'Percayalah kepadaku ibu,
sesungguhnya saya katakan kepadamu saya sama sekali tidak mati
(B-218).

-- "Sesungguhnya saya katakan kepadamu, saya tidak mati melainkan


Yudas si pengkhianat (B-221)."

***

Pada tepi barat Laut Mati, sekitar 12 km sebelah selatan Jericho


terletak lembah Qamran. Dewasa ini tempat itu sunyi, hampa, hanya
geletakan reruntuhan biara kaum Essene yang membisu. Namun
dalam sejumlah gua yang tidak jauh dari reruntuhan itu didapatkan
naskah-naskah kuno, yang disembunyikan secara cermat oleh kaum
Essene. Di situlah naskah-naskah kuno itu tak tersentuh tangan-
tangan manusia selama 2000 tahun. Karena terdiri atas gulungan-
gulungan perkamen dan tembaga, naskah-naskah itu diberi bernama
Dead Sea Scrolls (gulungan-gulungan Laut Mati, selanjutnya
disingkat DSS). DSS di dapatkan dalam 11 buah gua, berturut-turut
dalam tahun 1947, 1949, 1951, 1956.

Banyak yang menarik dari DSS tersebut, di antaranya kita kutip


tulisan DR Charles Francis Potter dalam "The Lost Years of Jesus
Revealed", dituliskan artinya saja: "Selama berabad-abad para
terpelajar Kristen yang mengkaji Bijbel merasa heran di mana dan
apa yang diperbuat 'Isa selama 18 tahun yang sunyi (18 silent years),
di antara umur 12 dengan 30 tahun. Gulungan-gulungan yang
mentakjubkan dan dramatis dari perpustakaan besar kaum Essene
yang didapatkan dalam gua dekat Laut Mati pada akhirnya
memberikan kepada kita jawabannya. Bahwa selama tahun-tahun
yang hilang tersebut 'Isa adalah murid dari pendidikan kaum Essene
ini."

Hal yang menarik adanya seorang tokoh dalam DSS yang bernama
Teacher of Rightousness (Guru Kebenaran). Para sarjana (di
antaranya Potter) mengaku adanya persamaan yang menyolok antara
ajaran-ajaran Yesus dengan Guru Kebenaran. Namun para sarjana itu
kebingungan, tidak mau mengatakan bahwa Guru Kebenaran itu
adalah Yesus, karena Yesus mati disalib, sedangkan menururt Hymn
dari DSS, Guru Kebenaran ini luput dari bahaya maut. Dituliskan
terjemahannya saja: "Wahai Tuhanku, aku bersyukur kepada Engkau
karena kasih Engkau selalu tertuju kepadaku. Engkau selamatkan
jiwa si miskin ini dari bahaya maut. Mereka menghendaki supaya
kumati terkutuk, untuk memenuhi permintaan orang-orang yang suka
kepada kejahatan (DSS: Hymn 4). Penjelasan: yang dimaksud
dengan mati terkutuk adalah mati di palang salib, karena bagi orang
Yahudi, mati di palang salib itu adalah mati terkutuk.

Maka terjadi dilemma, mengatakan Yesus adalah Guru Kebenaran,


berarti DSS termasuk dalam golongan apocryph, karena DSS tidak
sesuai dengan keempat Injil dari Perjanjian Baru tentang kematian
Yesus. Padahal DSS tak pernah dijamah manusia selama 2000 tahun,
yang sumbernya lebih tua dari keempat penulis Injil dalam Perjanjian
Baru. Jadi dalam hal ini keempat Injil dalam Perjanjian Baru itulah
yang apocryph. Akan tetapi jika dikatakan DSS tidak apocryph,
melainkan keempat Injil dalam Perjanjian Baru yang apocryph,
berarti Yesus tidak mati disalib. Padahal peristiwa salib merupakan
dasar theologi Nasrani: Yesus disalib untuk menebus dosa manusia,
dosa warisan dari Adam dan tentang kebangkitan.

Apa kata Al Quran dalam hal ini?


-- WQWLHM ANA QTLNA ALMSHh 'ASY ABN MRYM RSWL
ALLH WMA QTLWH WMA SHLBWH WLKN SYBH LHM (S.
ALNSAa, 157), dibaca: Wa qawlihim inna- qatalnal masi-ha 'i-sabna
maryama wa ma- qatalu-hu wa ma- shalabu-hu wala-kin syubbiha
lahum (s. annisa-), artinya: Dan dikatakan mereka sesungguhnya
kami telah membunuh al Masih 'Isa anak Maryam rasul Allah,
mereka tidak membuhnya, tidak menyalibnya, melainkan disamarkan
bagi mereka (4:157). WaLlahu a'lamu bishshsawa-b.

*** Makassar, 27 Agustus 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

387. Bukan Marxisnya Yang Rusak, Melainkan Leninisme dan


Stalinisme?

Mardiadi Amin dalam tulisannya di Fajar, edisi Kamis 19 Agustus


1999, dalam meluruskan tulisan Hamka Haq mengenai Marxisme,
menulis seperti yang dikutip berikut: "Marxisme secara sederhana
dapat dikatakan sebagai paradigma teori yang menghantam pertama
kali pemikiran kapitalisme dengan segala macam efek negatifnya,
yaitu penindasan dan dominasi ekonomi oleh kelas atas terhadap
kelas bawah. Oleh karena itu Maxisme bersifat emansipatif bagi
kaum lemah, khususnya kaum buruh yang terampas haknya (untuk)
keuntungan kalangan borjuis. Hanya saja belakangan ini isme itu
dirusak oleh Leninisme dan Stalinisme yang semakin otoriter tanpa
kritik, dan menimbulkan bencana di Rusia dan Korea sehingga
dibenci orang. Jadi, bukan Marxis-nya yang rusak, melainkan
Stalinisme dan Leninisme yang mengadopsi penafsiran Engels dari
gagasan Marx", sekian kutipan dengan catatan sisipan (untuk) dari
saya, supaya kalimat itu tidak rancu.

Awwalan, saya akan meluruskan secara langsung pelurusan Mardiadi


Amin tersebut mengenai "Penafsiran Engels dari Gagasan Marx".
Engels bukanlah penafsir ajaran Marx, melainkan mitra
(collaborator) Marx. Das Kapital (3 jilid, 1867, 1885, 1895) tak
mungkin terselesaikan tampa mitranya, Friedrich Engels. Communist
Manifesto (1874) ditulis bersama oleh Karl Marx dan Friedrich
Engels.
Tsanian, proses perkembangan ilmu menempuh dua jalan; pertama
penumpukan pengetahuan berdikit-dikit yang bertumpu pada
paradigma (kerangka) yang sudah ada, kedua ilmu itu berkembang
melalui perubahan paradigma. Inti paradigma tersebut ialah
pandangan filsafat yang diakui ataupun yang diterima oleh
masyarakat ilmuwan untuk kelanjutan aktivitas keilmuan mereka.

Mengenai ilmu ekonomi ada dua pendapat; yaitu perkembangan ilmu


ekonomi terutama berlangsung dalam paradigma yang sudah ada, ini
menutut George Stigier, sedangkan menurul Wesley Mitchell
perkembangan limu ekonomi terutama melalui rentetan perubahan
paradigma. Kalau kita kaji Marxisme kelihatannya pendapat Wesley
Mitchell lebih benar.

Dalam Das Kapital Marx menghantam sistem kapitalisme dengan


teori nilal surplus (surplus value), yang bagi kaum penganut
wetenschappeiijke socialisme merupakan sumbangan ilmiyah dari
Marx dalam bidang ilmu pengetahuan sosial. Pekerja karena tidak
mempunyai apa-apa untuk mempertahankan hidup, menjual dirinya
(baca: tenaganya) sebagai komoditas kepada pengusaha. Dalam
sistem kapitalisme pengusaha dengan leluasa membeli komoditas itu
dengan harga yang serendah-rendahnya. Pekerja dibeli tenaganya
seharga misalnya empat sen untuk enam jam, namun pengusaha
mempekerjakan buruhnya selama sepuluh jam untuk upah empat sen.
Extra yang empat jam dicuri oleh kaum kapitalis dari buruhnya.
Inilah nilai surplus itu. Demikianlah menuntut teori nilai surplusnya
itu Marx mengatakan bahwa sistem kapitalis itu sangat jahat
mengexploitasi ataupun merampok kelas pekerja. Teori ini hanya
cocok untuk dipakai dalam bidang propaganda dan agitasi. Namun
dari segi ilmiyah, teori itu tidak memperhitungkan teknologi. Para
pakar kimia yang membuat pupuk untuk menyuburkan tanah dan
para insinyur pertanian yang mengolah tanah, itulah yang dapat
melipat-gandakan produksi bahan makanan, ketimbang nilai surplus.
Artinya nilai surplus Marx ketinggalan oleh perkembangan teknologi.

Marx membangun paradigma dengan menyontek dari filosof Hegel


metode dialektika: these, anti-these, synthese, walaupun Marx
penganut filsafat materialisme, sedangkan Hegel penganut aliran
idealisme. Metode dialektika ini diaplikasikan Marx dalam
mentafsirkan sejarah. Inilah yang disebut dengan materialisme
historis (historische materiausme), yaitu tafsiran sejarah dari segi
ekonomi.
Sejarah dari semua masyarakat yang eksis menurut Marx dan Engels
adalah sejarah pertikaian kelas. Kelas merdeka dengan kelas budak,
kelas patrisi melawan kelas plebeyer, bangsawan melawan pelayan,
kapitalis melawan proletar, singkat kata antara kelas penekan dengan
kelas petekan. Dalam taraf akhir pertikaian itu akan dimenangkan
oleb kaum proletar dengan hancurnya negara sebagai lembaga yang
diperalat oleh kaum kapitalis untuk menindas kaum proletar. Setelah
itu akan terbentuklah masyarakat yang tidak berkelas, merdeka dan
sederajat, tanpa adanya negara, semua bekerja menurut
kemampuannya dan semua mendapatkan sesuai dengan
kebutuhannya, suatu masyarakat utopia (khayal) yang hanya ada
dalam angan-angan Marx. Masa antara dari hancurnya negara dengan
masyarakat tak berkelas merupakan masa transisi yang dikendalikan
oleh diktator proletar yang otoriter.

Memang dalam sejarah ada terjadi proses dialektis seperti misalnya


kolonialisme Inggris di benua baru sebagai these, revolusi
kemerdekaan Amerika sebagai anti-these dan berdirinya USA
sebagai synthese, namun sesudahnya itu USA sebagai negara
kapitalis sebagai these, lalu mana anti-thesenya yaitu kaum proletar
yang akan menghasilkan synthese terakhir berupa masyarakat tak
berkelas? Tidak sampai dalam benak Marx dan Engels tentang
beragamnya orang-orang dalam tahap perkembangan ekonomi yang
sama, sepenti ras, agama dan kebangsaan. Marx dan Engels tidak
memperhitungkan personalitas manusia. Adalah suatu fakta bahwa
sejarah tidak pernah dapat ditafsirkan seluruhnya dengan teori
wetenshappelijke socialisme Marx dan Engels yang bertumpu pada
paradigma filsafat historische materialisme.

Alhasil kegagalan komunisme di Uni Sovyet bukanlah karena


Leninisme dan Stalinisme melulu, karena keduanya adalah sub-
sistem dari Marxisme dalam hal diktator proletar. Kegagalan
komunisme di Uni Sovyet, adalah kegagalan Marxisme. Paradigma
historische materialisme invalid dalam mentafsirkan sejarah. Karena
paradigma itu invalid, seluruh bangunan teori yang bertumpu pada
paradigma tersebut menjadi ambruk, antara lain masyarakat tak
berkelas, diktator proletar dan nilai surplus. Pelurusan Mardiadi
Amin menjadikan persepsi Marxisme dari Hamka Haq yang telah
lurus, malahan menjadi bengkok. Paradigma historische materialisme
tempat wetenshappelijke sosialisme bertumpu, sesungguhnya bathil.

-- AN ALBATHL KAN ZHWK (S. BNY ASRAaYl, 17:81), dibaca:


innal ba-thila ka-na
zahu-ka (s. bani- isra-i-l), artinya: Sesungguhnya yang bathil itu
niscaya lenyap. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 29 Agustus 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

388 Menghadapi Tantangan Krisis Energi dalam Milenium


Ketiga

Amin Rais pernah berkata dalam layar kaca kurang lebih demikian:
"Kasus Bank Bali dipolitiser boleh-boleh saja, tetapi jangan
kebablasan, sebab nanti akan balik kena sendiri." Ucapan Amin Rais
itu ada benarnya. Kubu Megawati menjadikan kasus Bank Bali
sebagai kendaraan politik untuk membidik Habibie, Bahkan
Megawati di layar kaca meniru gaya ayahnya (lengan lurus sambil
menunjuk) sambil menghujat: "Lihatlah betapa bobroknya
pemerintah sekarang ini.” Demikian pula kebijakan dua opsi di
Timtim tidak luput dijadikan kendaraan politik untuk membidik
Habibie.

Menurut TaqdiruLlah (aturan Allah di universum), dalam bidang


fisika (yaitu mekanika), dan SunnatuLlah (aturan Allah bagi manusia
dan kemanusiaan) dalam bidang sosial berlaku ketentuan aksi
menimbulkan reaksi. Apa yang terjadi dalam bidang sosial dalam hal
kasus Bank Bali, timbullah reaksi (dalam istilah politik: counter
attack) berupa kasus Bank Lippo dipolitiser dengan bidikan ke arah
partainya wong cilik yang melimpah dananya untuk mengerahkan
massa secara besar-besaran dengan naik helikopter pergi
berkampanye. Reaksi dari Presiden Habibie terhadap tudingan yang
memperpolitiser kasus Bank Bali itu sangat sederhana namun tegas:
"Saya tidak mau jadi presiden dengan cara yang haram, dan jabatan
presiden itu bukan segala-galanya bagi saya.”

Lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang sangat getol berteriak-


teriak menyoraki kasus Bank Bali sangatlah tidak berlaku adil,
karena lemhaga-lembaga itu diam seribu bahasa tidak menyoraki
Bank Lippo. Karena tidak adilnya itu, secara logika hal ini
menimbulkan kecurigaan bahwa lembaga-lembaga itu disuruh
berteriak menyoraki Bank Bali dan disuruh diam untuk tidak
menyoraki Bank Lippo. Mengapa mau disuruh? Maka logika
berikutnya ialah dibayar untuk bersorak-sorak dan dibayar untuk
tidak bersorak, alias money politics. Namun insya Allah suhu politik
yang berkendaraan kasus Bank Bali dan Bank Lippo akan mereda
setelah pemilihan presiden dalam SU MPR yang akan datang.
Olehnyaitu kita tinggalkan pembicaraan politik tèrsebut dan
selanjutnya akan dibicarakan hal yang tetap aktual, seperti
dinyatakan oleh judul di atas.

***

Menurut TaqdiruLlah matahari adalah sumber energi bagi makhluk


Allah yang membutuhkan energi, yaitu tumbuh-tumbuhan, binatang
dan manusia. Orang-orang Mesir kuno menyembah matahari sebagai
penjelmaan dewa Ra. Bangsa itu menyembah dewa tri-tunggal,
Amun-Ra-Osiris. Amun pencipta, Ra pemelihara yang menitis secara
terus-menerus dalam diri para Fir’aun (Per-ah, Phar-aoh) untuk
memerintah rakyat Mesir, dan Osinis yang mendera manusia dalam
neraka. Sezaman dengan orang Mesir Kuno, bangsa-bangsa di pesisir
Laut Tengah dan Asia Kecil dahulu menyembah pula dewa matahari
yang namanya mengambil Ra sebagai akar, yaitu Mitras. Dewa ini
diyakini lahir pada 25 Desember oleh bangsa-bangsa tersebut di atas.
Dewa Amiterusu adalah dewa matahari yang disembah oleh orang
Jepang yang beragama Shinto, bahkan menjadi lambang negara Dai
Nippong (Jepang), Hinomaru, yaitu bendera Jepang berwarna putih
dengan gambar bulatan merah matahari di tengah-tengahnya.

Matahari merupakan sumber tenaga yang tak terhabiskan oleh


peradaban manusia. Menurut TaqdiruLlah di matahari terjadi proses
penyusunan inti atom, 4 butir atom Hidrogen tersusun menjadi 1
butir Helium. Menurut hukum kekekalan massa adalah logis jika 4
butir Hidrogen sama beratnya dengan 1 butir Helium. Ternyata tidak
demikian, karena 4 butir Hidrogen lebih berat dari 1 butir Helium.
Jadi menurut TaqdiruLlah tidak ada kekekalan massa.

Di matahari setiap detik sekitar 650-juta ton Hidrogen tersusun


menjadi 646-juta ton Helium. Selisih yang 4 juta ton itu oleh
TaqdiruLlah berubah wujud menjadi energi yang dipancarkan
matahari ke ruang sekelilingnya, antara lain menyinari bumi.
Matahari mengalami penyusutan materi oleh proses reaksi fusi inti
atom ini dalam 1,5 miliyar tahun hanya sekitar 1% dari massa
matahari yang ada sekarang ini. Pakar astro-fisika memperhitungkan
umur matahari sekitar 10 miliyar tahun. Dengan demikian selama itu
matahari telah susut massanya sekitar 6%. Bumi hanya menerima
seper-2000 miliyar dari energi yang dipancarkan matahari itu. Bumi
menerima sinar berupa energi photon dari matahari. Photon itu
berasal dari sinar gamma dalam inti matahari, yaitu hasil perubahan
massa menjadi energi oleh reaksi inti dalam inti matahari itu. Sinar
gamma itu mengalami penyusutan energi tatkala menembus keluar,
dan itulah photon setelah energi itu tiba pada bagian luar matahari.
Bumi menerima energi photon sebanyak 175 milyar mega-wat-jam.
Energi sehanyak itu terpakai untuk menjalankan motor-iklim seperti:
pemanasan udara, penguapan air yang menjadi hujan, angin, arus
laut, dan ombak serta berjenis kejadian lainnya dalam atmosfer bumi.

Photon menyebabkan tumbuh-tumbuhan membangun ikatan kimia


organik hidrokarbon (baca: bahan bakar dan makanan) dari bahan
baku air dan karbon-dioksida, dan memberikan oksigen kepada
binatang dan manusia. Bahan bakar berupa minyak, gas alam dan
batu bara yang ada dalam perut bumi disusun oleh tumbuh-tumbuhan
selama berjuta-juta tahun dengan bantuan photon tersebut.

Pada waktu langit bersih permukaan bumi menerima setiap meter


persegi dalam ketinggian serata dengan permukaan laut dalam setiap
hari sekitan 870 watt dari photon itu. Pada ketinggian sekitar 4400
meter dari muka laut hasil pengukuran menunjukkan banyaknya
photon yang diterima pada luas permukaan satu meter persegi sekitar
1,16 kilowatt, jadi sehanyak 35% lebih dari permukaan bumi pada
muka laut. Satelit Palapa yang terletak lebih tinggi menerima lebih
intensif pula, yaitu l,36 kilowatt.

Dari data yang di atas itu, menyebabkan orang menoleh kepada


energi matahari sebagai energi alternatif dalam millnium ketiga (abad
ke-30). Hal ini disebabkan makin menipisnya sumber energi pada
bahan bakar hidro-karbon, sedangkan sumber energi baik dari
pemecahan maupun penyusunan inti atom membawa dampak buruk
yakni pencemaran radio-aktif. Padahal energi matahari sangat ramah
lingkungan dalam makna tanpa pencemaran gas buang, tanpa
pencemaran thermal, tanpa pencemaran bising, dan tanpa
pencemaran radio aktif. Dengan uraian ini dapatlah disimak dan
dinikmati kata DHYAaN (dibaca: dhiya-un) dalam ayat yang
berikut:
-- HW ALDZY J’AL ALSYMS DHYAaN WALQMR NWRA (S.
YWNS, 10:5), dibaca: Huwal ladzi- ja'alasy syamsa dhiya-an wal
qamara nu-ran, (s. yu-nus), anrinya: Dia Yang menjadikan matahani
bersinar dan bulan bercahaya. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 5 September 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]


[BACK] [HOME]

389 Gebrakan Presiden Habibie Menghantam Status Quo


dengan Lontaran Dua Opsi

Gagasan dua opsi Presiden Habibie itu merupakan kebijakan politik


yang berani jika dikaitkan dengan statusnya sebagai Capres.
Kekalahan opsi otonomi dalam jajak pendapat seperti ternyata
sekarang dapat dimanfaatkan dan memang sudah dimanfaatkan oleb
kubu Megawati sebagai kendaruan politik untuk tambah sengit
membidik Presiden Habibie.

Dalam pada itu para alumni GMNI mengeluarkan pernyataan tidak


rasional yang bebal, karena menyuruh Presiden Habibie mundur
sebagai presiden. Mengapa saya katakan bebal, oleh karena jika
Presiden Habibie mundur sebelum SU MPR, lalu siapa yang akan
jadi presiden? Bukankah akan terjadi kevakuman pemerintahan,
walaupun Tap MPR No.Vll/MPR/1973 menggariskan pemerintahan
diteruskan oleh Mendagri, Menhankam dan Menlu? Pada waktu
Soeharto menyatakan berhenti menjadi presiden, lalu Habibie berani
menerima tugas jabatan presiden itu tentu saja dengan pertimbangan
agar tidak ada kevakuman pemerintahan. Sebab hal itu akan
menimbulkan khaos. Atau apakah memang para alumni GMNI itu
menghendaki khaos?

Berhubung adanya manuver politik dalam wujud isu bohong: mundur


dan kudeta, maka kepada Pak Habibie kita serukan syare gasy. (Syare
gasy, adalah ujar-ujar yang populer dalam kalangan pear group
Imaam Bonjol l9 Bandung, yang artinya hampir sama dengan howgh
dalam bahasa Indian suku Apache).

Bahwa opsi itu dapat pula menjadi senjata kubu Megawati itu untuk
menghantam dirinya, Presiden Habibie tentu telah mempunyai
kalkulasi yang demikian. Presiden Habibie berani mengambil
keputusan calculated risk itu oleh karena ia berpijak di atas
pendirian: Jabatan presiden bukan segala-galanya. Dengan pendirian
itu ia merasakan tidak ada monyet di punggung. Itulah pula mengapa
ia berani tahun lalu memasukkan SI MPR dalam agenda reformasi,
tidak takut jika dalam SI itu ia dapat dijatuhkan dari jabatan presiden.

Emil Salim yang selama ini kelihatannya diam, mungkin tahu diri,
kini boleh jadi karena melihat situasi Presiden Habibie dapat
dipurukkan dengan hasil jajak pendapat itu, mulai pula angkat bicara,
bahwa keadaan perekonomian baru akan dapat diperbaiki jika rejim
sekarang ini telah berganti. Saya katakan di atas mungkin tahu diri,
oleh karena banyak yang tahu bahwa Emil Salim merupakan arsitek
utama strategi pembangunan Orde Barn, kebijakan akselerasi
modernisasi yang menyebabkan timbulnya segelintir taipan,
konglomerat yang bermuara pada timbulnya mekanisme yang
melahirkan KKN. Alangkah eloknya jika Emil Salim tidak perlu
bicara, sebab buat dia lebih baik memakai amulet: zwijgen is goud,
diam itu emas. Saya ingat sebuah kejadian di zamannya Nabi 'Isa AS,
seperti tertera dalam Injil:
3.En de schrjftgeleerden en die Farizeers brachten tot hem eene vrow
in overspel gegrepen;.... 7.En als zij hem vragen, richte hij zich op en
zeide tot hen: Wie van ulieden zonder zonde is, werpe het eerst den
steen opt haar... 8.En Jezus zich oprichtende, en niemand ziende dan
die vrow zeide tot hoar: Vrouw, waar zijn deze uwe beschuldiger?
Heeft niemand veroordeeld? 11.En ziy zeide: Niemand Heere
(Johannes 8:3,7,10,11). Artinya: 3.Para ahli kitab dan orang Parisi
membawa kepadanya seorang perempuan yang tertangkap basah
berzina,... 7.Karena mereka terus bertanya kepadanya, ia mengangkat
kepalanya dan berkata kepada mereka: Siapa diantara tuan-tuan yang
tidak berdosa dialah yang pertama-tama merajamnya... 1O.Jesus
mengangkat muka dan tak seorangpun yang dilihatnya selain
perempuan itu, lain lalu berkata kepadanya: Hai perempuan
dimanakah mereka yang menyalahkanmu? Tidak adakah orang yang
menghukummu? Ia berkata: Tidak ada Tuan.

Kembali kita kepada kebijakan politik dua opsi. Presiden Habibie


membuat gebrakan menghantam keadaan status quo Timtim yang
berlangsung selama dua puluh tahun lebih. Status quo itu berupa
dekolonisasi Portugis yang terbengkalai atas Timtim, yang ibarat duri
dalam daging. Keluar, dekolonisasi yang terbengkalai itu ibarat duri
dalam daging, karena selalu diusik Portugis dalam arena diplomasi,
dikuatirkan jangan-jangan akan menjadi agenda pembicaraan di PBB.
Duri dalam daging di dunia diplornatik itulah yang menjadikan
pemerintah Orde Baru mengadakan pembangunan fisik di sana
sebagai counter attack terhadap upaya Portugis dan diplomasi Ramos
Horta. Kebijakan pembangunan fisik yang melahap banyak dana itu
menyebabkan timbulnya duri pula ke dalam tubuh bangsa Indonesia
sendiri, karena setiap menyusun APBN merupakan duri tentang
banyaknya dana yang dialokasikan ke daerah yang dimanjakan itu,
padahal di daerah-daerah lain di Indonesia terdapat pula daerah
miskin yang harus mendapat perhatian.
Walaupun pemerintahan Orde Baru, memanjakan Timtim dari segi
pembangunan fisik, namun perlakuan terhadap penduduk setempat
seakan dianak-tirikan. Jadi suatu ironi yang kontradiktif, yaitu
dimanjakan tetapi dianak-tirikan. Keadaan status quo yang demikian
itu dipertahankan Orde Baru selama dua puluh tahun lehih. Keadaan
status quo inilah yang digebrak Presiden Habibie dengan kebijakan
dua opsi. Lalu siapa bilang Presiden Habibie adalah perpanjangan
tangan Orde Baru? Buat apa dia membuat kebijakan politik yang
tidak populer andaikata ia mesin politik Orde Baru?

Kini tahap kedua agenda kehijakan politik itu sedang berproses


dengan mekanisme darurat militer. Sementara ulasan ini ditulis,
diberitakan situasi keamanan sudah mengarah kepada perkembangan
yang positif. Mudah-mudahan TNI dapat melakukan tugasnya
dengan haik dalam arti mencegah perang saudara di Timitim sebelum
SU MPR, sehingga tidak ada alasan untuk masuknya pasukan PBB
ke Timtim. Dengan demikian Republik Indonesia menjadi terhormat
di mata dunia, dapat berpisah secara baik-baik dengan Timtim. Bagi
bebenapa anggota DPR, yang barn sekarang mau minta penjelasan
dari Presiden Habibie (mengapa bukan dari semula apa mau dikata
pahlawan?), yang tidak senang dengan kemenangan opsi pemisahan
Timtim, dengarlah ayat ini:
-- W'ASY AN TKRHWA SYYA WHW KHYR LKM (S. AL BQRt,
2:216), dibaca: wa'asa- an takrahu- syaian wahuwa khairul lakum (s.
albaqarah}, artinya: Boleh jadi kamu jengkel akan sesuatu padahal ia
haik bagimu. Lalu apa baiknya opsi pemisahan itu? Ya duri dalam
daging telah tercabut seperti dikemukakan di atas. WaLla-hu a'lamu
bishshawab.

*** Makassar, 12 September 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

390. Berita Tentang Tahyul, Khurafat dan Sodomi

Menjelang akhir 10 abad (millenium) kedua yaitu abad ke11-20 di


Indonesia terangkat tiga berita yang dapat merusak aqidah dan akhlaq
ummat terutama remaja dan pemudanya, yailu berita tahyul, khurafat
dan sodomi.

Pertama, berita tahyul ialah tentang hari kiamat pada 9-9-1999, jam
9, yang bersumber dari paranormal, kemudian diekspos oleh mas
media. Tidak usah secara naqliyah, secara aqliyahpun berita tahyul
itu gampang dinafikan. Jam 9 waktu apa? Di globa ini banyak
terdapat yang berbeda jam 9-nya. Juga tanggal 9 di mana? Di globa
ini ada dua tanggal 9, satu di sebelah timur international date line
(IDL) dan satu lagi di sebelah barat IDL.

Kedua, berita tentang khurafat yaitu catatan harian Rudy Ramli


diperlakukan seperti suhuf (lembaran kitab suci), suci dari kesalahan.
Dalam pandangan beberapa penganut khurafat itu, tidak terkecuali
beherapa anggota DPR, semua bantahan terhadap lembaran khurafat
itu dinyatakan salah dan kecewa terhadap pembantah itu. Tokoh
Iramasuka (Irian, Maluku, Sulawesi, Kalimantan) Baramuli mencoba
menghapus khurafat itu dengan menantang Pansus Komisi VIII DPR
supaya pertemuan tabayyun (klarifikasi) antara Pansus dengan
dirinya secara terbuka, tetapi Pansus menolak, mengapa takut?
Artinya dilihat dari segi mencerdaskan kehidupan bangsa, Pansus itu
memelihara khurafat. Padahal demi rakyat Indonesia yang 200 juta
(ini meminjam gaya beberapa anggota DPR, boleh bukan?) aqidah
rakyat perlu dipelihara dari khurafat melalui tabayyun dengan
Baramuli secara terbuka.

Ketiga, berita yang terjadi di Yogyakarta, mengenai Jeifry Winters


yang homosexual, idola dan teman akrab Direktur Econit Advisory
Group Rizal Ramli. Dalam konteks yang menimpa Winters substansi
berita itu termasuk ringan, karena hanya mengenai penganiayaan
ringan dan pengejaran. Akan tetapi dalam konteks yang menimpa Tri
Apri Untoro mahasiswa sehuah PTN di Yogyakarta, korban
percobaan perbuatan cabul sodomi, substansi berita itu serius, karena
sodomi itu menyangkut hal yang dilaknat Allah. Qaum Luth dilaknat
Allah, karena homosexual dan lesbian. Malaikat diutus Allah ke
Sodom dan Gomorrah (Qamran) untuk menghukum negeri itu
dengan shayhah, bunyi yang frekwensi getarannya tinggi, seperti
disebutkan dalam Al Quran:
-- AN KANT ALA SHYhT WAhDT FADZAHM KHAMDWN (S.
YS, 36:29), dihaca: in ka-nat illa- shayhatan wa-hidatan faidzahun
kha-midu-n (s. ya-sin), artinya: bukan kejadian biasa melainkan
bunyi yang keras, maka dengan itu mereka mati terkapar (36:29).

Sebenarnya Winters pernah disorot dalam kolom ini, yaitu Seri 347,
karena Winters menghujat sistem hukum kita yang dikatakannya
hukum kolonial warisan Belanda. Kita kutip sebagian kecil:
"Mencerca sistem hukum negara Republik lndonesia yang
dikatakannya hukum kolonial, berarti Winters menghina bangsa
Indonesia. Tidak percaya? Bacalah hasil wawancara yang berikut ini:
Kalau memang pemerintah Habibie menjadikan saya tersangka, maka
itu berarti bahwa sebenarnya pemerintah Habibie ingin tetap
menggunakan suatu instrumen hukum yang sebenarnya punya
sejarah kolonial, yaitu dari zaman Belanda. Negara demokrasi tidak
punya hukum kolonial seperti itu. Jadi itu hukum yang dipakai,
kemudian dipakai Soeharto dan sekarang dipakai oleh Habibie.

Winters boleh saja tidak mengakui legitimasi sistem perundang-


undangan kita, karena ia warga-negara Amerika. Akan tetapi rakyat
Indonesia harus melaknat Winters sekeras kerasnya, karena ia
menghujat sistem hukum kita yang dikatakannya hukum kolonial
warisan Belanda," Sekian kutipan itu.

Karena sekarang terjadi boom rekayasa politik, ada kemungkinan


penganiayaan Winters itu diisukan sebagai suatu usaha pemerintah
untuk meredam Winters supaya ia tidak berani lagi mengoceh
sebagai pengamnat potitik. (Sekarang menjamur pengamat politik
yang ditokohkan oleh mas media elektronik seperti misalnya
Kristiadi dari CSIS yang suka berbohong. Dalam kesempatan
mengoceh dalam diskusi Partai aliran orang ini menyangkal
keterlibatan CSIS dalam kebijakan strategi pembangunan Orde Baru.
Padahal semua orang tahu CSIS semula adalah peletak dasar strategi
pembangunan Orde Baru.

Berani karena benar, takut karena salah, Winters merasa takut,


sehingga Senin dini hari 13-9-1999 di tempatnya menginap yaitu
Hotel Garuda di depan polisi yang dipanggil oleh petugas Ho tel
Garuda, Winters meminta supaya penganiayaan itu tidak
diperpanjang. Pada jam 06:30 pagi hari Senin itu juga Winters check-
out lalu terbang ke Jakarta menggunakan flight yang pertama. Untuk
memperoleh informasi tentang pengakuan Untoro korhan dari
predator Jeffry Winters, pembaca dapat membaca pengakuan Untoro
di depan polisi seperti diberitakan oleh Harian Fajar, edisi Rabu, 15-
9-1999, halaman 3.

Beruntung sekall, Jeffry Winters belum saatnya dicabut nyawanya


oleh malakulmaut. Sebab andai kata Jeffry Winters sempat dianiaya
sampai mati terkapar, sedangkan yang menganiayanya tidak
terungkap, maka peristiwa itu dapat menjadi kuda tunggangan politik
untuk membidik Presiden Habibie. Bahwa Winters dibunuh secara
gelap oleh pembunuh bayaran dari kubu Habibie untuk
membungkam mulut Jeffry Winters.
Ala kulli hal ada yang sangat penting pula dikemukakan. Bahwa
peristiwa percobaan sodomi ini merupakan gunung es dari prilaku
Winters dalam dunia sodomi di Indonesia. Sangat beralasan untuk
ditengarai bahwa setiap ia datang di Indonesia untuk mengoceh
sebagai peninjau politik, ia selalu menjadi predator yang memangsa
remaja ataupun pemuda kita, bahkan dapat diyakini kebenarannya
bahwa Winters berperan pula menjerumuskan pemuda sebagai
pemula terjun masuk ke dunia sodomi dan ia sebagai penyebar
HIV/AIDS. Seperti diketahui HIV/AIDS ini mula pertama
didapatkan pada homoseksual. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 19 September 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

391. Kesenjangan Komunikasi dan Kebudayaan Menulis

Seri 390 hari Ahad yang lalu kurang komunikatif bagi pembaca,
sebab ada bagian paragraf yang senjang berhubung dimakan virus,
maka bagian yang senjang itu disisip kembali seperti berikut:

Karena sekarang terjadi boom rekayasa politik, ada kemungkinan


penganiayaan Winters itu itu diisukan sebagai usaha pemerintah
untuk meredam Winters supaya ia tidak berani lagi mengoceh
sebagai pengamat politik. (Sekarang menjamur pengamat politik
yang ditokohkan oleh mas media elektronik seperti misalnya
Kristiadi dari CSIS yang suka berbohong. Dalam kesempatan
mengoceh dalam diskusi Partai aliran orang ini menyangkal
keterlibatan CSIS dalam kebijakan strategi pembangunan Orde Baru.
Padahal telah umum diketahui orang bahwa CSIS semula adalah
peletak dasar strategi pembangunan Orde Baru dengan tokohnya
antara lain mendiang Ali Murtopo dan Emil Salim). Dapat saja
diisukan bahwa dengan senjata money politics Tri Apri Untoro
bersama dua orang kawannya diberi uang untuk menganiaya Winters,
dan jika ditangkap polisi supaya anak muda itu mengaku akan
dicabuli Winters untuk disodomi. Untunglah rekayasa yang demikian
itu tidak mudah akan dipercaya orang, karena bertentangan dengan
peribahasa yang bersifat universal: "Berani karena benar, takut
karena salah." Winters merasa takut, sehingga Senin dinihari itu juga
13-9-1999 ditempatnya menginap, yaitu Hotel Garuda, Winters minta
supaya penganiayaan itu tidak diperpanjang. Pada jam 06:30 hari
Senin itu juga Winters chek-out lalu terbang ke Jakarta menggunakan
flight yang pertama.

***

Konon ada seorang Australia yang ibarat kodok yang baru lepas
keluar tempurung. Katakanlah ia bernama Howard. Ia pergi
bertamasya di Amerika Serikat. Pada hari pertama tiba di sana
Howard telah mendapat kecelakaan, karena ia menjalankan mobil
pada sisi sebelah kiri seperti kebiasaannya di Australia, padahal di
AS orang berjalan pada sisi sebelah kanan. Dalam rumah sakit
tempat Howard dirawat itu seorang perawat, katakanlah bernama
Clinton bersungut kepadanya: I think you visit this country just to
die." (Hemat saya anda mengunjungi negeri ini hanya untuk mati).
Howard menggelengkan kepalanya: "Not yesterday but today."
(Bukan kemarin melainkan hari ini). Kelihatannya jawaban Howard
tidak nyambung, sebab Clinton sama sekali tidak mempersoalkan
hari kedatangan Howard samada tiba kemarin atau hari ini, sehingga
Clinton mengerutkan alis. "Say, my friend, just to die and to die have
the same meaning". (Hei sobat, hanya untuk mati dan mati maknanya
sama saja). Maka giliran Howard yang mengerutkan alis, kemudian
menggelengkan kepalanya pula, kemudian menjawab: "Yesterday is
yesterday and today is today." (Kemarin adalah kemarin dan hari ini
adalah hari ini). Percakapan terhenti, soal-jawab tidak nyambung.
Percakapan antara Howard dengan Clinton betul-betul merupakan
komunikasi yang senjang, bukan karena virus seperti dalam paragraf
dalam Seri 390 yang lalu.

Mengapa komunikasi antara Howard dengan Clinton itu tidak


nyambung? Itu disebabkan oleh komunikasi lisan. "Hari ini" dalam
bahasa lisan Inggris gaya Australia diucapkan "tudai", padahal dalam
British and American English diucapkan tudei. Sedangkan "kemarin"
orang Australia mengucapkan jestudai, dan ini kedengarannya bagi
orang Inggris dan Amerika ucapan jestudai dikiranya "just to die".
Hal ini tentu tidak akan terjadi jika komunikasi itu dalam wujud
tulisan.

***

Tatkala Howard yang John mengancam akan mengadakan invasi ke


Timtim katanya mempersiapkan 7000 pasukannya (kemudian
katanya naik menjadi 10.000, lalu katanya turun 4500, terakhir hanya
2000) untuk masuk Indonesia, Clinton yang betul-betul Clinton
memberikan isyarat "berdiri di belakang" John Howard. Namun
tatkala John Howard bersambut, yaitu Presiden Habibie mengadakan
serangan balik (baca: balik mengancam), bahwa sebagai Presiden
Republik Indonesia masih bertanggung-jawab atas wilayah Timtim.
Jika Australia mengadakan invasi ke Timtin maka itu dinilai oleh
Indonesia sebaga pernyataan perang dari Australia. Jika demikian,
maka Indonesia akan melayani Australia sampai batas terakhir
kemampuan sumberdaya ekonomi dan pertahanannya.

Ancaman balik dari Jakarta menyebabkan nyali John Howard


menjadi ciut. Ia segera menelpon Gedung Putih meminta bantuan
sejumlah pasukan AS. Namun Clinton hanya menjanjikan jika
Australia akan mengirim pasukannya ke Timtim tanpa seizin Jakarta,
maka AS hanya akan membantunya sebatas keperluan logistik. Di
sini terjadi pula kesenjangan disebabkan komunikasi lisan "berdiri di
belakang". John Howard salah tafsir atas isyarat lisan Clinton untuk
"berdiri di belakang" Australia.

Terlihat berapa pentingnya kebudayaan menulis itu. Bukan hanya


dalam konteks mencegah kesenjangan komunikasi belaka, bahkan
mulai dari yang penting seperti perjanjian perikatan sampai kepada
yang kecil-kecil seperti kejadian hal yang lucu-lucu. Dalam dunia
anak-anak "een, twee, drie" menjadi terucapkan "enten dris". Atau
dalam dunia perpeloncoan (atau apapun istilahnya) kata "kikkeren",
artinya berlaku seperti kikker (= kodok), yaitu loncat kodok. Karena
kelebihan vitamin "G" di daerah ini terucap "kengkreng", yang tidak
pernah terdengar di tempat lain di Indonesia.

Dalam Al Quran ada sebuah surah yang dinamakan Surah Pena.


-- N WALQLM WMA YSTHRWN (S. ALQLM, 68:1), dibaca: nun
walqalami wama- yasthuru-n (s. alqalam), artinya: Nun (sebuah kode
matematis), perhatikanlah pena dan apa-apa yang mereka tuliskan. Al
Quran memerintahkan untuk menuliskan perikatan perjanjian oleh
Katib (notaris).
-- ADZA TDAYNTM BDYN ALY AJL MSMY FAKTBWH
WLYKTB BYNKUM KATB BAL'ADL (S. ALBQRt, 2:282),
dibaca: idza- tada-yantum bidaynin ila- ajalin musamman faktubu-hu
walyaktub baynakum ka-tibun bil'adli (s. albaqarah), artinya: Jika
kamu mengadakan perikatan perjanjian utang-piutang sampai waktu
tertentu maka tuliskanlah dan mestilah dituliskan di antara kamu oleh
seorang katib dengan adil. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 26 September 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]


[BACK] [HOME]

392. The Singer not the Song

Para demonstran yang menolak RUU PKB produk DPR yang belum
disahkan oleh Presiden sesungguhnya tidaklah solid, melainkan
terdiri dari beberapa golongan yang mempunyai kepentingan masing-
masing.

Golongan pertama, terdiri atas sebagian (bukan semuanya)


mahasiswa yang alergi terhadap apa saja yang dianggapnya berasal
dari militer. Walaupun RUU PKB (baca: the song) adalah produk
DPR, akan tetapi RUU PKB itu dianggap metamorfose
(transformasi) dari RUU KKN, sedangkan RUU KKN itu sendiri
walaupun secara formal berasal dari pemerintah, namun dianggap
dapurnya dari militer (baca: the singer). Jadi dalam hal ini seperti
dinyatakan oleh judul di atas the singer not the song. Bukti yang lain
bahwa substansi yang diaspirasikan (the song) tidak dperhatikan ialah
tuntutan untuk mencabut dwifungsi ABRI. Tuntutan ini sangat
menggelikan dan pandir, sebab jika dwifungsi ABRI dicabut, artinya
ABRI tidak berfungsi lagi, artinya fungsi ABRI untuk membela
negara ikut dicabut pula.

Golongan kedua, terdiri atas kubu Megawati yang menjadikan RUU


PKB yang belum disahkan itu sebagai kuda tunggangan politik untuk
membidik Habibie. Buktinya, Arifin Panigoro yang dedengkot PDIP
terlibat dalam aksi demonstrasi ini, yaitu rumahnya dipakai sebagai
markas logistik (termasuk pula batu-batu dan botol-botol berminyak
tanah alias bom molotov). Maka dalam hal ini bukan RUU PKB (the
song) yang penting, melainkan siapa yang dibidik (the singer).
Apapun dan bagaimanapun pidato pertanggung-jawaban (the song)
Presiden Habibie, kelak nanti akan ditolak oleh PDIP, karena yang
penting bagi mereka ialah menolak Habibie (the singer). Buktinya,
ucapan "huuu" yang diucapkan oleh sebagian yang tidak beradab,
yang diprotes AM Fatwa menjelang penutupan Sidang Pleno MPR,
adalah dari PDIP walaupun mereka secara pengecut menyangkal. Itu
menunjukkan benarnya ungkapan the singer not the song. Boleh jadi
ada benarnya ucapan Bailusi yang mengatakan bahwa adanya aliran
kekuatan komunisme yang kini sedang mencari posisi penguatan
dalam tubuh PDIP tanpa mereka sadari memunculkan dirinya dengan
gaya preman kampungan yang berteriak huuu itu.

Golongan ketiga, terdiri atas LSM-LSM yang dari dulu


memposisikan diri anti pemerintah, berdasar atas pesanan his
master's voice yang mendanai mereka. Misalnya seperti Kontrasnya
Munir mengapa gerangan hanya berkoar tentang korban-korban
orang hilang oleh Prabowo saja? Mengapa menjadi diam seribu
bahasa mengenai korban-korban dan orang-orang hilang pada
peristiwa Tanjung Priok yang berdarah dan tragis itu yang dilakukan
oleh anak buah Trisutrisno sebagai Pangdam Jaya waktu itu?
Mengapa memakai nilai ganda? Jawabannya gampang, yaitu berdasar
atas pesanan his master's voice yang mendanai (baca: money politics)
mereka. Jadi turut sertanya golongan ketiga ini dalam aksi
demonstrasi menentang RUU PKB yang sekarang belum disahkan itu
juga termasuk dalam hal the singer not the song.

Golongan keempat, terdiri atas golongan radikal kaum kiri (baca:


Marxis gaya baru) yang sejak SI MPR yang lalu meneriakkan komite
rakyat yang akan membentuk presidium (baca: diktator proletar).
Dengan demikian golongan radikal ini tidak menghendaki reformasi
melainkan revolusi, sesuai dengan manifesto komunisnya Karl Marx.
Golongan radikal inilah yang menjadi biang kerok terjadinya
bentrokan dengan petugas keamanan. Dalam hal ini yang patut dipuji
Front Pembela Islam yang turun ke lapangan membantu petugas
keamanan. Mereka dengan berani terjun di antara demonstran dengan
membentuk saf
-- KANHM BNYAN MRSHWSH (S. ALSHF, 61:4), dibaca:
kaannahum bunya-num marshu-sh (s. ashshaf), artinya: laksana
mereka itu bangunan tembok yang kokoh. Golongan radikal inilah
yang mengubah wajah demontran menjadi bringas, sehingga
menyebabkan terjadinya bentrokan fisik dengan petugas keamanan,
sehingga terjadi korban baik dari pihak demonstran maupun dari
pihak petugas keamanan. Bahkan dari semula golongan radikal ini
telah mempersiapkan bentrokan fisik yang menimbulkan korban mati
dan luka dari kedua pihak. Buktinya, kaum radikal ini telah
mempersiapkan ransel di punggung berisi batu-batu dan bom
molotov. Kaum radikal ini berhasil menciptakan pertentangan kelas
(baca: ajaran Marx) antara mahasiswa dengan militer. Mengenai
golongan radikal ini berlaku pula hal the singer not the song. Akan
tetapi the singer di sini berbeda. Yang menjadi the singer itu adalah
kaum radikal itu sendiri, karena mereka menolak reformasi,
menghendaki revolusi sesuai dengan manifesto komunisnya Karl
Marx.

Kaum komunis pandai main susup-susupan. Tahun dua puluhan


dengan menggunakan saluran "Gerakan Sosialis" dari negeri Belanda
pemimpin komunis antara lain Semaun dan Tan Malaka menyusup
masuk Syarikat Islam. Setelah pemberontakan tahun 1926 dan 1927
yang persiapannya asal-asalan (tidak matang), banyak pemimpin
Islam dan ulama yang ditangkap, sedangkan Semaun dan Tan Malaka
secara pengecut melarikan diri keluar negeri. Siapa saja dari ummat
Islam yang melawan penjajah Belanda waktu itu dituduh komunis
dan dibuang ke Boven Digul.

Kaum komunis pintar memanfaatkan keadaan kritis untuk bergerak.


Tatkala Negara Republik Indonesia terdesak dan dalam keadaan
sukar, maka pada 18 September kaum komunis menikam rakyat
Indonesia dari belakang, seperti Yahudi Bani Quraizhah menikam
Negara Kota Madinah dari belakang dalam Perang Parit (Khandaq).
Kaum komunis Front Demokrasi Rakyat menikam dari belakang
dalam wujud pemberontakan Madiun yang dipimpin oleh Muso dan
Amir Syarifuddin. Inilah pemberontakan komunis yang pertama.

Kaum komunis pintar membonceng kekuasaan, yaitu membonceng


pada Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno oleh DN Aidit cs dengan
PKI-nya yang berujung dengan pemberontakan Gestapu pada 30
September 1965. Inilah pemberontakan komunis yang kedua.

Ada dua golongan dari demonstran anti RUU PKB yang bukan
penganut "filsafat" the singer not the song, yaitu golongan preman
yang dibayar dan golongan yang ikut-ikutan, seperti contoh yang
dikemukakan Amin Rais. Waktu demonstran itu ditanya:
"apa mengerti isi RUU yang didemo itu," mereka menjawab:
"tidak". Serta ditanya lagi:
"mengapa ikut berdemo?," maka mereka menjawab seenaknya:
"ya, sekarang musimnya demo-demoan, ikut ramai saja."

Oleh sebab itu apapun isi RUU PKB yang belum disahkan itu, yang
menurut Yusril Ihza Mahendra lebih lunak dari UU No.23, tahun
1959, menurut saya akan tetap didemo, oleh karena para pendemo itu
menganut aluran "filsafat" the singer not the song. WaLlahu a'lamu
bisshawab.

*** Makassar, 3 Okrober 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

393. Selamat Atas Pak Amin Rais dan Pak Akbar Tanjung
Sebelum mulai masuk ke dalam perbincangan tentang hal substansi
seperti judul di atas, akan dikemukakan dahulu sedikit yang tersisa
dari Seri 392 sepekan yang lalu, yaitu the Singer not the Song. Ada
seorang yang menurut pengakuannya bernama Abdul Hakim
menelepon saya sehubungan dengan penyanyi dan bukan nyanyian
tersebut. Katanya ia pimpinan sebuah kelompok diskusi. Ia
menyatakan diri dan kelompok diskusinya adalah penganut "filsafat"
the Singer not the Song. Katanya ia dan kelompok diskusinya selama
ini, sejak mempunyai hak pilih, tidak pernah menusuk Golkar dalam
Pemilu. Akan tetapi barulah, demikian katanya, ia dan kelompoknya
menusuk Golkar dalam Pemilu 1999. Itu disebabkan karena Pak
Habibie. Ia menyebutkan pula empat orang tambun, demikian ia
memberikan predikat kepada mereka, penganut "filsafat" the Singer
not the Song, yaitu Rizal Ramli, Syahrir, Wimar Witular dan AS
Hikam. Saya bertanya kepadanya buat apa ia mengemukakan
perawakan tambun itu, ia menjawab bahwa itu menandakan mereka
hidup makmur selama Orde Baru, selama Golkar berkuasa, artinya
keempat orang itu mendapat percikan kemakmuran dari Golkar.
(Beberapa hari yang lalu saya menyaksikan adegan Pro dan Kontra di
TPI. Di situ saya perhatikan baik-baik perawakan AS Hikam
tersebut. Memang betul-betul tambun, lehernya terbenam masuk ke
dalam tubuhnya).

Ada hal yang menarik mengapa saya tulis komentar Abdul Hakim
ini. Saya perhatikan betul kalimatnya dalam ucapannya di telepon.
"Semua anggota kelompok diskusi kami belum ada yang sarjana, jadi
wajar-wajar saja kalau kami melihat the singer bukan the song, akan
tetapi keempat orang itu semuanya doktor, mengapa bermental a
priori terhadap Pak Habibie, ada apa gerangan? Apakah mereka iri
karena Pak Habibie seorang pakar kapal terbang dapat menjadi
negarawan?" Saya perlu koreksi bahwa hanya ada tiga orang yang
doktor, Witular tidak.

***

Selamat atas Pak Amin Rais dan pak Akbar Tanjung. Ada hal yang
menarik mengenai melesatnya Pak Amin menjadi orang nomor satu
di Republik Indonesia ini. Orang-orang yang a priori terhadap Golkar
beranggapan bahwa Pak Amin sudah tercemar oleh virus status quo,
berhubung naiknya Pak Amin menjadi Ketua MPR, karena dukungan
Golkar. Mengenai hal ini saya teringat akan dialog antara Muammar
Qaddafi dengan seorang wartawan orang barat. Wartawan itu
bertanya kepada Qaddafi: "Negara tuan adalah negara Islam,
mengapa hanyut dalam arus Uni Sovyet yang komunis?" Lalu apa
jawab Qaddafi? "Saya akan mengoreksi pertanyaan tuan. Mestinya
tuan bertanya: 'Uni Sovyet adalah negara komunis, mengapa tuan
dapat menyeretnya ke dalam arus pengaruh Libia yang negara Islam?'

Alangkah eloknya kalau kita itu bersikap husnuzzhan (prasangka


baik). Dengan sikap yang demikian itu kita dapat berpersepsi yang
positif terhadap kenyataan Pak Amin mendapat dukungan dari
Golkar, dengan mengacu kepada dialog Qaddafi di atas itu. Pak
Amin adalah tokoh reformasi. Ia mendapat dukungan dari Golkar,
artinya para anggota Golkar yang memberikan suaranya kepada Pak
Amin sudah menjadi reformis juga.

Masih ada satu ganjalan terhadap Pak Amin. Ada yang menganggap
Pak Amin itu rupanya berambisi juga untuk berkuasa. Allah SWT
berfirman: WLTKN MNKM AMT YD'AWN ALY ALKHYR
WYAMRWN BALM'ARWF WYNHWN 'AN ALMNKR (S.
AL'AMRAN, 104), dibaca: Waltakum minkum ummatun yad'u-na
ilal khayri waya'muru-na bil ma'ru-fi wayanhawna 'anil mungkar (S.
Ali 'Imra-n), artinya: Mestilah ada di antara kamu golongan yang
menghimbau kepada nilai-nilai kebajikan dan memerintahkan
berbuat baik serta mencegah kemungkaran (S. Keluarga 'Imra-n,
3:104).

Menghimbau di satu pihak dengan memerintahkan serta mencegah di


lain pihak mempunyai perbedaan yang menyolok. Kalau yang
dihadapi di luar kekuasaan kita, maka kita tidak dapat
memerintahkan ataupun mencegah. Kita hanya dapat memerintahkan
ataupun mencegah seseorang apabila kita berkuasa atas mereka.
Menghimbau dikerjakan oleh organisasi sosial, sedangkan
memerintahkan ataupun mencegah dilakukan oleh organisasi politik
yang berkuasa melalui lembaga eksekutif. Politik adalah macht
vorming (membina kekuasaan) dan macht aanwending
(mempergunakan kekuasaan). WLTKN dalam ayat di atas
mengandung lam yang menyatakan perintah. Allah memerintahkan
supaya ada golongan yang mempunyai kekuasaan untuk memerintah.
Jadi Pak Amin tidak salah jika mempunyai keinginan berkuasa, asal
saja kekuasaan itu hanya sasaran antara. Sasaran akhirnya, iya itu,
amar ma'ruf nahi mungkar.

Tentang terpilihnya Pak Akbar menjadi ketua DPR ada pula yang
menarik. Musyawarah untuk mufakat, metode Orde Lama dicoba
dipaksakan oleh Ketua sementara MPR Abdul Majid (baca:PDIP).
Abdul Majid merujuk kepada Sila keempat. Apa yang dilaksanakan
dengan menghimpun ketua-ketua fraksi untuk musyawarah mufakat,
sesungguhnya melampaui batas Sila keempat. Permusyawaratan
perwakilan (baca para anggota MPR) diubah menjadi permusyawatan
wakil-wakil dari perwakilan (baca: ketua-ketua fraksi). Untunglah
fraksi PBB dengan gigih menentang cara Orde Lama tersebut,
sehingga akhirnya Abdul Majid menyerah, voting dilaksankan
walaupun sudah menjelang dini hari. Dikatakan musyawarah mufakat
itu cara Orde Lama, karena itu lahir dalam arena politik pada zaman
Demokrasi Terpimpin. Waktu itu dalam proses pengambilan
keputusan jika tidak terjadi mufakat, maka keputusannya diserahkan
kepada Pemipin Besar Revolusi Bung Karno. Itulah makna
Demokrasi Terpimpin. Mengapa Abdul Majid (baca PDIP)
menjalankan trik musyawarah perwakilan dari perwakilan,
sebenarnya orang sudah tahu, PDIP takut kalah lagi dalam voting.
Namun perasaan takut ini dibantah oleh Dimyati Hartono. Katanya
PDIP tidak pernah takut, terhadap peluru Orde Barupun PDIP tidak
takut. Rupanya Hartono ini tidak faham rasa bahasa. Ada yang tidak
takut pada badik, tetapi ia takut kepada ketombe, sebab rasa takut
kepada badik atau peluru tidak sama dengan rasa takut kepada
ketombe, panau, atapun kalah dalam voting. Jujur saja hai Dimyati
Hartono! Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 10 Oktober 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

394 Pengamat Politik dan Pemain Politik

Fakhri Ali dalam diskusi yang ditayangkan RCTI mengenai Pidato


Pertanggung-jawaban Presiden Habibie mengatakan bahwa banyak
orang sekarang asal yang datang dari Pak Habibie ditolak dahulu,
kemudian baru dicari-cari alasannya. Sri Mulyani tersinggung,
walaupun ucapan Fakhri itu benar, tetapi pahit dirasa oleh Sri
Mulyani yang disindir oleh Umar Juaro sebagai bakal Menteri
Keuangan jika andaikata Megawati menang. Apa yang dikatakan
oleh Fakhri Ali itu secara substansial sama dengan judul Seri 392:
The Singer Not the Song. Kalau pemain politik menganut prinsip
tolak dahulu kemudian cari alasan masih dapat difahami, walaupun
secara etika tidak terpuji. Namun apabila yang menganut prinsip
tolak dahulu baru mencari-cari alasan bukan pemain politik
melainkan pemain ilmu seperti Sri Mulyani, Rizal Ramli, Syahrir, AS
Hikam dan orang-orang LIPI yang dijuru-bicarai oleh Pabottingi
yang menyerukan menolak pertanggung-jawaban Presiden Habibie
sebelum pertanggung-jawaban itu dikemukakan, maka mereka itu
telah melanggar nilai yang esensial dalam dunia ilmu. Lebih baik
orang-orang yang disebut namanya tersebut mengikuti jejak Faisal
Basri, Pak Amin Rais dll meninggalkan dunia ilmu pengetahuan,
berhenti menjadi pengamat politik, lalu terjun ke dalam kacah politik
sebagai pemain poltik.

Ada pepatah yang mengatakan untuk melempar orang mudah


didapatkan batu. Hal ini tidak berlaku bagi yang berdemonstrasi
secara damai, oleh karena di jalan-jalan raya di kota-kota sukar
didapatkan batu. Jadi kalau para demonstran yang melempar petugas
keamanan dengan batu, berarti batu itu dicari dan dikumpul terlebih
dahulu. Itu berarti maksudnya yang semula memang bukan untuk
berdemonstrasi secara damai, apa pula jika telah menyediakan botol
berminyak tanah. Bagi Sri Mulyani batu yang dipakai melempar itu
berwujud ucapan yang mengatakan utang yang ditumpuk sebagai
harga menurunkan inflasi dan menaikkan rupiah baru akan terbayar
dalam waktu lebih seratus tahun, yang katanya menurut matematika
Habibie. Itu bukan matematika Habibie, melainkan matematika khas
Sri Mulyani, yaitu matematika kuda bendi. Mata kuda bendi hanya
dapat melihat satu arah, yang dalam konteks matematika khas Sri
Mulyani, hanya melihat ke arah privatisasi BUMN. Sangatlah naif,
ibarat pandangan kuda bendi, jika untuk membayar utang itu hanya
mengandalkan privatisasi BUMN. Masih banyak sumber lain yang
dapat dipakai untuk membayar hutang, lebih-lebih jika industri sudah
marak kembali. Di zaman Orde Lama utang itu sukar dibayar, karena
dana itu dipakai untuk keperluan yang konsumtif, bukan yang
produktif. Batu pelempar Abimanyu berupa koreksi data dalam
pidato pertanggung-jawaban Presiden Habibie mengenai dana
rekapitalisasi perbankan sejumlah tiga ratus sekian triliyun. Menurut
Abimanyu seharusnya lima ratus sekian triliyun. Batu pelempar
Abimanyu itu dijadikan bola besi oleh Sri Mulyani dengan menuduh
ada apa gerangan dibalik upaya menyembunyikan jumlah uang dua
ratus triliyun tesebut. Batu pelempar Abimanyu yang dijadikan bola
besi oleh Sri Mulyani tersebut luluh lantak menjadi abu setelah
Menteri Keuangan mengatakan bahwa yang mengatakan lima ratus
sekian triliyun itu tidak tahu membaca. Jumlah yang tiga ratus sekian
triliyun dalam pidato pertanggung-jawaban tersebut, benar tidak
salah, yaitu dana rekapitalisasi tok. Sedangkan yang lima ratus sekian
triliyun itu adalah dana rekapitalisasi ditambah dengan uang jaminan.
Ini adalah cerita tentang pengamat politik, pengamat ekonomi yang
telah meninggalkan nilai esensial dalam ilmu pengetahuan, yaitu
bersih dari sikap prejudice.

Sekarang kita beralih kepada pembicaraan tentang para pemain


politik. Kita mulai dahulu dengan juru bicara fraksi PDIP dalam
memberi sanggahan terhadap pidato pertanggung-jawaban Presiden
Habibie. Prinsip tolak dahulu baru mencari alasan dipakai di sini,
buktinya jauh-jauh sebelumnya sudah dilontarkan akan menolak
pidato pertanggung-jawaban tersebut. Prinsip ini dipakai pula oleh
dua fraksi lain yang menolak yaitu fraksi PKB dan KKI. Namun yang
sangat disesalkan ialah bentuk kalimat yang penuh gaya sarkasme,
semangat kebencian dan penampilan juru-bicara PDIP yang vulgar
menunjukkan akhlaq yang rendah dari penyusun sanggahan itu.
Berbeda dengan gaya kedua fraksi yang lain yang menolak itu. Sikap
keduanya tidak menunjukkan rasa kebencian, tidak bernuansa
sarkasme, tidak vulgar. Yang lebih disesalkan lagi juru bicara fraksi
PDIP tersebut membuka dengan salam ditambah dengan hamdalah
serta salawat segala, yang sangat bertentangan dengan sarkasme,
semangat kebencian, vulgar dan tidak berakhlaq itu. Inilah yang
memancing haa, huu, haa itu, sedangkan Presiden Habibie
kelihatannya senyum-senyum saja, tetap sabar. AN ALLH M'A
ALSHBRYN, dibaca: InnaLla-ha ma'ash sha-biri-n, artinya:
Sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang sabar. Yang paling
simpatik ialah juru bicara dari fraksi PBB. Walla-hu a'lamu
bishshawa-b.

*** Makassar 17 Oktober 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

395 Selamat Berlalu dan Selamat Datang

Selamat berlalu kepada Kabinet Reformasi Pembangunan yang hanya


seumur jagung. Kepada sahabat saya Rudy Habibie yang telah
menakodai bahtera Republik Indonesia selama hanya 518 hari, saya
ucapkan selamat menunaikan tugas mulia, telah mencegah karamnya
bahtera ini. Pertanggung-jawaban anda telah ditolak oleh MPR hanya
permainan lawan-lawan politik anda dengan selisih suara yang tidak
signifikan. Insya-Allah, palu godam sejarah akan menilai bakti anda
itu dengan adil. Karena sesungguhnya susbstansi yang paling esensial
yang anda telah berhasil tunaikan ialah telah mencegah karamnya
bahtera ini, bukanlah berupa pidato yang ditolak itu. Dan di atas
segalanya Allah SWT Yang Maha Adil niscaya menilai dengan
sangat adil di Hari Pengadilan.
Saya teringat akan goresan disket yang pernah ditulis beberapa tahun
lalu oleh Ishak Ngelyaratan, yang rupanya seorang pengamat bunga
yang teliti, tentang bunga mawar dan bunga melati. Berhubung
karena hanya bertumpu pada ingatan, maka matannya
(redaksionalnya) tentu berbeda dengan tulisan Ishak, namun isinya
tidak menyimpang. Bunga mawar lama bertahan di pohon. Baunya
telah lama hilang, namun bunganya tetap segar, lambat layu. Setelah
layu bunganya gugur dihadang dan ditusuk oleh duri-duri pohon
mawar. Bunga melati tidak lama bertahan di pohon. Namun baunya
tetap semerbak walaupun telah gugur. Bunganya dirangkai untuk
menghias dan mengharumkan yang memberikan inspirasi
tergubahnya sebuah lagu: Rangkaian Melati.

H.M.Soeharto ibarat bunga mawar lama bertahan di pohon


kekuasaan. Baunya yang harum berwujud jasa menghancurkan
komunisme. Bau itu telah lama hilang ketimbang usianya di atas
pohon kekuasaan. Setelah layu dilengserkan, ia ditusuk duri pohon
(baca: hujatan rakyat). Sahabat saya Rudy Habibie ibarat bunga
melati. Ia dipetik rakyat dalam wujud penolakan Pidato Pertanggung-
jawaban oleh MPR, namun baunya tetap semerbak dalam wujud
kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta kebebasan
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan (UUD-45, Bab X, psl
28) dan Pemilihan Umum 1999 yang diukir oleh sejarah.

Bagi mereka yang tidak senang kepada B.J. Habibie dewasa ini,
karena menganggap Habbie tidak berhasil memberantas KKN,
lamban mengusut KKN Soeharto, kelak insya-Allah dikemudian hari
hati nuraninya akan berkata seperti ungkapan kelong (syair
Makassar) di bawah ini:

Niyattonja antu sallang,


nanuboya' ri pa'mai'
Nanu paccei,
rewasa le'ba' laloa

Kelak waktunya akan datang,


engkau cari aku dalam hatimu
Engkau kenang,
hari-hari yang telah berlalu

Kepada sahabat saya Rudy Habibie saya sampaikan pesan dari langit:
FADZA FRGHT FANSHAB. W ALY RBK FARGHB (S. AL
ANSYRAH, 7-8), dibaca: Faidza faraghta fanshab. Wa ila- rabbika
farghab (S. Al Insyira-h), artinya: Apabila engkau telah selesai
mengerjakan suatu pekerjaan, berupayalah mengerjakan yang lain.
Dan kepada Maha Pemeliharamu engkau berharaplah (94:7-8)

***

Kemudian dari pada itu saya ucapkan selamat kepada pendatang


baru, Presiden Abdurrahman Wahid dan Wapres Megawati Soekarno
Puteri. Sementara saya menulis kolom ini di monumen Mandala
Jalan Jenderal Sudirman sekitar antara dua belas sampai enam belas
ribu mahasiswa memproklamasikan sebuah negara merdeka.
Sesungguhnya ini adalah ekses, puncak kekecewaan mahasiswa di
negeri Makasaar ini terhadap sikap ataupun cara pandang
kebanyakan anggota MPR dan pengerahan massa PDIP dari luar kota
ke Jakarta. Mahasiswa di tanah Makassar ini kecewa karena
kebanyakan anggota MPR yang berembuk di dalam ruang hanya
memperhatikan pula masyarakat di luar ruang sidang yang
dianggapnya itulah suara rakyat di lapangan, yang artinya
menganggap Jakarta itu identik dengan Indonesia. Mereka yang
bersidang itu lupa bahwa di samping di luar gedung, ada pula yang
disebut di seberang laut. Mahasiswa di tanah Makssar ini jengkel
kepada demonstran mahasiswa seperti Forkot dan kamerad-
kameradnya yang mencaplok mempertas-namakan mahasiswa
Indonesia. Mahasiswa di tanah Makassar ini jengkel kepada
demonstran PDIP yang dikerahkan dari luar kota menjadi pressure
group bagi peserta sidang MPR.

Nasi belum menjadi bubur, pemerintah boleh jadi masih dapat


mengadakan upaya persuasif untuk secara meredam emosi yang
meluap di tanah Makassar ini. Sayangnya kabinet belum terbentuk
untuk mengadakan upaya persuasif itu. Ini merupakan pekerjaan
rumah yang pertama yang cukup berat bagi kabinet yang akan
dibentuk itu.

Boleh jadi Ketua MPR Prof Amin Rais elok berkunjung ke tanah
Makassar ini berdialog dengan mahasiswa di sini untuk mencari
penyelesaian, yang berupa win-win solution. Ibarat menarik ramput
dalam tepung, rambut tidak putus tepung tidak beserak. Boleh jadi
gagasan Marwah Daud Ibrahim waktu menginterupsi merupakan
solution yang terbaik, yaitu dua orang Wapres, Megawati dan
Hamzah Haz. Supaya konstitional, maka ketentuan MPR sekali
setahun bersidang gagasan Marwah Daud dapat dikonstitusionalkan
berupa Tap MPR. Pada pihak lain mahasiswa dapat menahan diri
kembali ke kampus, dan sekali-sekali keluar berunjuk rasa untuk
mengingatkan petinggi-petinggi, elit-elit politik. Adalah tugas Pak
Amin Rais untuk melakukan persuasi terhadap anak-anak kita
mahasiswa yang tercinta. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 24 Oktober 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

396 Kinerja

Kata kinerja dahulu disebut prestasi yang berasal dari bahasa Belanda
prestatie. Sebelum kata kinerja ini dipopulerkan, pengertian ini
disebut unjuk kerja, dari bahasa Inggris performance. Kata unjuk
kerja ini sampai sekarang masih disukai dipergunakan dalam laporan
percobaan mesin-mesin.

Kabinet Habibie dibentuk dan dilantik dalam waktu kurang dari 2


kali 24 jam. Abdurahman Wahid sejak terpilih menjadi Presiden
Republik Indonesia baru melantik menteri-menterinya hari Jum'at tgl
29/10'99, sehingga sudah masuk 9 kali 24 jam. Jadi kinerja Habibie
dalam hal membentuk kabinet secara kuantitatif 4 setengah kali lebih
tinggi dari kinerja Abdurrahman Wahid. Tentang perbandingan
kinerja kedua kabinet ini dalam menjalankan roda pemerintahan mari
kita lihat nanti setelah 517 atau 518 hari. Yang jelas kabinet
Abdurrahman Wahid lebih sukar dikoordinasikan ataupun
dikendalikan ketimbang kabinet Habibie. Sebab walaupun kabinet
Habibie tidak solid, hanyalah ibarat kereta yang ditarik dua ekor
kuda, sedangkan kabinet Abdurrahman Wahid tampaknya lebih tidak
solid lagi ibarat kereta yang ditarik oleh enam ekor kuda.

AlhamdulliLlah Presiden Abdurrahman Wahid mengatakan akan


meneruskan kebijakan ekonomi yang telah diletakkan dasarnya dan
dimulai oleh kabinet Habibie, yaitu ekonomi kerakyatan, yang berat
ke bawah, yang sesuai dengan sunnatuLlah, yaitu suatu struktur akan
stabil apabila struktur itu berat ke bawah. Tidak seperti kebijakan
ekonomi kabinet Soeharto yang menentang sunnatuLlah yang berat
ke atas, hasil olahan dapur CSIS dari mafia Berkely. Gus Dur sangat
jauh lebih faham akan ayat: KY LA YKWN DWLT BYN
ALAGHNYA" MNKM (S. ALHSYR, 59:7), dibaca: Kay la- yaku-na
du-latan baynal aghniya-i minkum (S. Alhasyr), artinya: supaya
kedaulatan (ekonomi) jangan beredar di antara orang-orang kaya di
antara kamu (59:7).

Presiden Abdurrahman Wahid tentu saja sangat arif dalam hal


menanggapi gerakan moral anak-anak kita yang tercinta, para
mahasiswa di tanah Makassar ini. Artinya tidak dihadapi dengan
sikap normatif dengan merujuk kepada KUHP dengan sanksi
hukumnya. Oleh karena di samping tidak arif untuk
memperhadapkan anak-anak kita itu dengan KUHP, juga secara
teknis makan waktu bertahun-tahun untuk menyelidik, menyidik
kemudian mengajukannya ke dalam sidang pengadilan untuk divonis
oleh hakim terhadap puluhan ribu orang. Anak-anak kita itu
walaupun emosinya tinggi, tidak bertindak anarkis, kecuali insiden
pembakaran bus Damri kemarin dulu sebagai reaksi keras atas
ucapan Riyas Rasyid bahwa mahasiswa di sini cuma main-main saja.
Itulah susahnya orang-orang daerah yang ada di Jakarta kurang arif
mengangkat bicara. Anak-anak yang berunjuk rasa dengan tertib dan
hanya membakar ban dianggap main-main, ujung-ujungnya terjadilah
insiden itu untuk menunjukkan mereka tidak main-main.

Emosi yang tinggi yang menyebabkan angkatan 45 tersinggung


karena menurunkan bendera merah putih, walaupun tidak dapat
dibenarkan, akan tetapi dapat difahami. Emosi anak-anak kita yang
tinggi itu banyak-banyak disebabkan oleh ulah massa PDIP yang
menyerbu dari luar kota ke Jakarta yang memberikan tekanan ke
dalam SU MPR ditambah pula perusakan yang di Solo terhadap
rumah keluarga Pak Amin Rais. Anak-anak kita yang masih melekat
padanya sikap siri' na pacce merasa ditantang bahwa bukan hanya
massa di Jakarta itu yang laki-laki, kita ditanah Makassar ini "buru'-
buru'ne tonjaki". Lagi pula gerakan moral anak-anak kita itu juga
merupakan shock therapy bagi mereka yang berpenyakit mental
sentralistik, yang dikiranya Jakarta itulah Indonesia, tidak terkecuali
dua orang Wakil Ketua MPR yaitu Mathori Abd.Jalil dan Kwik Kian
Gie yang ikut terjun di lapangan di Jakarta menjadi partisan unjuk
rasa menekan SU MPR. Artinya keduanya tidak sadar bahwa di luar
gedung MPR ada pula yang disebut di seberang laut. Secara
substansial gerakan moral itu menuntut kemandirian daerah. Pak
Amin Rais sebagai Ketua MPR dapat merespons gerakan moral
anak-anak kita itu untuk menyidangkan dalam SU MPR setahun
mendatang guna melakukan amandemen UUD-1945 dari kesatuan
menjadi federasi. Tentu lebih elok lagi jika dalam waktu 6 bulan
mengadakan SI MPR untuk mengengamandemir bentuk kesatuan
menjadi bentuk federasi, atau sekurang-kurangnya mengubah sifat
lembaga eksekutif sekarang ini menjadi bersifat kabinet transisional
menuju tercapainya negara federasi. Secara substansial penghapusan
Departemen Penerangan dan Sosial yang dinilai orang kontroversial
itu, menurut hemat saya sesungguhnya itu adalah persiapan untuk
menuju negara federasi. Bagi Angkatan 45 sudah tiba saatnya bentuk
negara kesatuan diikhlaskan untuk dihentikan sebagai mitos.

Sekali lagi marilah kita memberi kesempatan kepada kabinet


Abdurrahman Wahid ini untuk berkinerja, dengan kelebihan dan
kekurangannya. Kelebihannya berupa menteri-menteri yang terdiri
dari politisi yang profesional dan kekurangannya berupa menteri
yang bukan politisi dan tidak pula profesional. Yang politisi sekali-
gus profesional ialah kedua pimpinan partai Islam, yaitu Partai Bulan
Bintang dan Partai Keadilan. Yang bukan politisi lagi pula sekali-gus
tidak profesional adalah AS Hikam. Bagaimana dapat diharapkan
seorang pengamat politik yang bersikap suuzzhan (a priori,
prejudice) yang melecehkan nilai esensial ilmu pengetahuan, lagi
pula dalam bidang politik akan dapat berkinerja dalam lapangan
Ristek? Kinerja Ristek ini sangat dibutuhkan dalam abad pertama
dalam sepuluh abad (millenium) ketiga! Tentang hal Menteri
Pertahanan dijabat orang sipil belum tentu merupakan kelebihan
namun belum tentu pula merupakan kekurangan. Itu banyak-banyak
ditentukan oleh Prof. Yuwono Sudarsono sendiri. Mc Namara
seorang sipil tetapi sukses dalam menjalankan jabatan Menteri
Pertahanan Amerika Serikat. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar, 31 Oktober 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

397. Pendekatan Terhadap Isra-Mi'raj dan Penyisipan Kata-


Kata serta Anak Kalimat

Malam Sabtu 27 Rajab, kemarin malam, adalah tanggal kejadian


yang maha mentakjubkan, yaitu peristiwa Isra-Mi'raj RasuluLlah
SAW, yang kita peringati setiap tahun. Peristiwa Isra-Mi'raj tidak
dapat dicerna dengan pendekatan rasional, juga tidak dapat didekati
secara ilmiyah-sekuler (yang hanya bersumber dari informasi ayat
Kawniyah), melainkan hanya dapat diterima dengan pendekatan
iman, yaitu beriman kepada Al Quran, salah satu di antara keenam
rukun iman. WALDZYN YWaMNWN BMA UNZL ALYK WMA
UNZL MN QBLK (S. AL BQRT, 4), dibaca: Alladzi-na yu'minu-na
bima- unzila ilayka wama- unzila min qablika (S. Albaqarah),
artinya: Dan orang-orang yang beriman dengan (Al Quran) yang
diturunkan kepada engkau (hai Muhammad) dan (beriman) dengan
(Kitab-Kitab) yang diturunkan sebelum engkau (2:4).

Mengulangi yang telah saya kemukakan dalam Seri 015, terkadang


sering saya mendengarkan uraian yang berupaya merasionalkan
persitiwa Isra-Mi'raj dengan metode qiyas (analogi). Seekor lalat
berkata kepada temannya bahwa ia telah terbang ke Jakarta pulang
balik dalam wakutu tidak cukup semalam. Lalat temannya itu
mendustakannya, mana mungkin jarak sejauh itu dapat ditempuh
pulang balik dalam waktu singkat itu. Setelah lalat pertama
menjelaskan bahwa ia menumpang pesawat terbang pulang balik,
maka lalat temannya baru dapat menerima kebenaran ceritanya itu.
Ini adalah rasionalisasi yang naif, bahkan merendahkan derajat
RasuluLlah yang diumpamakan sebagai lalat yang naik kapal
terbang.

Demikian pula pendekatan ilmiyah-sekuler sangat tidak mungkin.


Ada dua unsur dalam pendekatan ilmiyah-sekuler yang tidak
mungkin dilakukan pada peristiwa Isra-Mi'raj, yaitu intizhar
(observasi) dan eksperimen. Proses yang dapat diobservasi dan
dilakukan eksperimen terhadapnya, ialah proses yang terbuka dan
berlangsung secara sinambung. Terbuka maksudnya dapat dilakukan
oleh siapa saja, dimana saja dan bilamana saja. Kalau tidak terbuka,
dan proses itu tidak sinambung, mana mungkin orang dapat
mengobservasinya dan melakukan eksperimen atasnya. Peristiwa
Isra-Mi'raj tidak terbuka dan hanya terjadi satu kali, sehingga tidak
mungkin dapat mengobservasinya apatah pula melakukan
eksperimen atasnya. Jadi mustahil orang dapat melakukan
pendekatan ilmiyah-sekuler terhadap Isra-Mi'raj.

Mencerna peristiwa Isra-Mi'raj dengan pendekatan iman sangatlah


sederhana. Peristiwa itu ada dalam Al Quran, yaitu di S. Bani Israil
ayat 1, sehingga sebagai konsekwensi salah satu rukun iman, yaitu
beriman kepada Kitab-KitabNya yang dalam hal ini adalah Al Quran,
maka peristiwa itu benar adanya.

***
Dalam terjemahan ayat (2:4) di atas disisipkan kata-kata di antara
kurung. Maksud sisipan itu ialah untuk lebih memperjelas terjemahan
itu. Namun dalam memberikan sisipan baik itu terjemahan maupun
salinan harus kita berhati-hati, sebab nanti dapat menyimpang dari
makna aslinya. Akan diberikan tiga contoh sisipan yang
menyebabkan penyimpangan dari makna yang asli, pertama dari
Taurat, kedua dari terjemahan Al Quran dan ketiga dari terjemahan
azan di TPI.

Salah satu Kitab yang harus diimani ialah Kitab Taurat yang
diturunkan Allah melalui wahyu kepada Nabi Musa AS. Namun
perlu dicamkan bahwa Kitab Taurat baru dituliskan setelah Nabi
Musa AS sudah wafat. Ini dapat dilihat dalam kalimat berikut: And
he buried him in a valley in the land of Moab, over against Beth-
peor; but no men knoweth of his sepulchre unto this day. And Moses
was an hundred and twenty years old when he died (Deuteronomy
34:6-7), artinya: Dan dikuburkanlah ia dalam suatu lembah di tanah
Moab bertentangan dengan Beth-Peor; tetapi tak seorangpun tahu
kuburnya hingga hari ini. Dan Musa berumur seratus dua puluh tahun
tatkala wafat. Dari kata-kata dikuburkanlah ia, hingga hari ini, tatkala
wafat, menunjukkan bahwa Taurat dituliskan oleh seseorang (boleh
jadi lebih seorang) setelah wafatnya Nabi Musa AS, jadi seperti
menuliskan Hadits RasuluLlah SAW. Bedanya ialah dalam hal
Hadits jelas orangnya terutama wataknya dari orang yang pertama
yang mendengar dan melihat langsung ucapan dan perbuatan Nabi
Muhammad SAW dan secara sinambung diteruskan kepada orang
kedua, ketiga dan seterusnya hingga sampai kepada perawi Hadits
yang menuliskannya. Sedangkan pada penulisan Taurat tidak jelas
siapa penulisnya setelah Nabi Musa AS wafat. Juga tidak jelas jangka
waktu antara wafatnya Nabi Musa AS dengan yang dimaksud oleh
penulis Taurat dengan ungkapan kata: hingga hari ini, hari mulai dia
atau mereka menuliskan Taurat.

Contoh pertama, yaitu sisipan kata dalam sebuah ayat dalam Kitab
Taurat. Walaupun yang otentik dari Nabi Musa AS tidak ada lagi
(karena dituliskan setelah Nabi Musa AS wafat), ada yang dapat
dikaji bahwa itu adalah sisipan, seperti contoh yang akan
dikemukakan berikut ini: And he said, Take now thy son, thine only
son Isaac, whom thou lovest and get thee into the land of Moriah; and
offer him there (Genesis 22:2), artinya: Dan Dia berfirman, ambillah
sekarang puteramu, putera milikmu satu-satunya Ishak yang kau
kasihi, dan bawalah ke tanah Moria; dan korbankanlah ia di sana.

Kata yang disisipkan dalam (Genesis 22:2) adalah Isaac. Hal


penyisipan kata Isaac ini dapat ditunjukkan oleh kedua ayat yang
berikut: And Abram was fourscore and six years old, when Hagar
bare Ishmael to Abram (Genesis 16:16), artinya: Ibrahim berumur
delapan puluh enam tahun tatkala Hajar memperanakkan Ismail bagi
Ibrahim. And Abraham was an hundred years old, when his son Isaac
was born unto him (Genesis 21:5), artinya: Dan Ibrahim berumur
seratus tahun tatkala Ishak dilahirkan untuknya. Kedua ayat (Genesis
16:16) dan (Genesis 21:5) itu menunjukkan bahwa Ismail lebih tua
dari Ishak, yaitu 100 - 86 = 14 tahun. Jadi putera satu-satunya yang
akan dikorbankan mestilah Ismail yaitu sebelum Ishak lahir.
Demikianlah, sebelum penyisipan Ishak, semestinya ayat itu
berbunyi: thine only son, whom thou lovest.

Contoh yang kedua yaitu penyisipan kata-kata dari terjemahan Al


Quran dan contoh ketiga yaitu penyisipan anak kalimat dari
terjemahan kalimah tahlil dalam azan di TPI, akan dibahas nanti
insya-Allah dalam Seri 398 yang akan datang. Walla-hu a'lamu
bishshawa-b.

*** Makassar, 7 November 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

398. Penyisipan Dalam Terjemahan Al Quran dan Tahlil Dalam


Azan di TPI

Pergolakan politik di tanah air kita tinggalkan dahulu untuk dibahas.


Presiden sendiri juga kelihatannya buat sementara tidak mau repot
kok (baca: keliling Asean, USA dan Jepang). Tampaknya pemerintah
menempuh politik ranca' di labuah, politik luar negeri lebih
diprioritaskan ketimbang di dalam negeri, yaitu masalah Aceh yang
sangat mendesak dan resistensi yang mulai marak tentang rencana
hubungan dagang dengan Israel. Politik ranca' di labuah ini
mengandung risiko: Yang dikandung berceceran, yang dikejar tidak
dapat. Seperti yang telah dijanjikan dalam Seri 397, maka dalam seri
ini dibahas kedua contoh terakhir tentang penyisipan, yaitu seperti
dinyatakan dalam judul di atas.

Firman Allah SWT: WHW ALDZY KHLQ ALYL WALNHAR


WALSYMS WALQMR KL FY FLK YSBHWN (S.ALANBYA",
33), dibaca: Wahuwal ladzi- khalaqal layla wannaha-ra wasysyamsa
walqamara kullun fi- falakin yasbahu-n (S. al ambiya-',21:33),
diterjemahkan: Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang,
matahari dan bulan masing-masing dari keduanya itu beredar dalam
garis edarnya. Terjemahan tersebut dapat dibaca dalam halaman 499
dari Buku Terjemahan Al Quran oleh Departemen Agama Republik
Indonesia, Jakarta, berdasar atas SK Menteri Agama RI no.144,
tahun 1989. Eloknya dalam menterjemahkan itu kata-kata sisipan
ditaruh di antara dua kurung, jadi cantiknya demikian: Dan Dialah
yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan
masing-masing (dari keduanya itu) beredar dalam garis edarnya.

Rupanya terjemahan itu berlatar belakang pada pemikiran


pendekatan kontekstual. Yakni yang beredar itu dalam konteks
matahari dan bulan, sehingga perlu disisipkan kata-kata dari
keduanya itu, untuk lebih mempertajam makna terjemahan itu.
Namun perlu dicamkan bahwa tidaklah selamanya terjemahan
ataupun penafsiran itu harus memakai pendekatan kontekstual.
Dalam kasus terjemahan di atas penyisipan itu mengakibatkan dua
kesalahan, yaitu kesalahan gramatikal dan kesalahan substansial.

Dalam bahasa Arab ada tiga tingkat dalam menyatakan jumlah, yaitu:
mufrad (tunggal), mutsanna (dua) dan jama' (banyak, tiga ke atas).
Berbeda misalnya dengan bahasa Belanda, yang hanya dua tingkat:
enkelvoud (tunggal) dan meervoud (banyak, dua ke atas). Kata
terakhir dari ayat (21:33) yang diterjemahkan di atas ialah YSBHWN
(dibaca: yasbahu-n), bentuknya jama', lebih dari dua yang beredar.
Dengan penyisipan itu, maka terjadilah kesalahan gramatikal.
Penyisipan kata keduanya hanya boleh dilakukan jika seandainya
kata terakhir ayat (21:33) bukan dalam bentuk YSBHWN, melainkan
YSBHAN (dibaca: yasbaha-n), artinya dua yang beredar. Jadi
terjemahan itu seharusnya demikian: Matahari dan bulan masing-
masing berenang dalam falaknya.

Kesalahan substansial ialah terjemahan Dept Agama mematok bahwa


yang beredar hanya matahari dan bulan saja. Padahal ayat (21:33)
mengisyaratkan ada yang tersirat. Yaitu setelah menyebutkan
matahari dan bulan lalu ditutup dengan kata dalam bentuk jama',
lebih dari dua yang beredar, artinya yang beredar itu bukan matahari
dan bulan saja. Tiap-tiap sesuatu ciptaan Allah di alam syahadah ini
beredar ataupun berenang dalam falaknya, termasuk bumi. Ayat
(21:33) mengisyaratkan yang tersirat yaitu bumipun beredar dalam
orbitnya.

Bayangkan apabila di zaman Nabi Muhammad SAW Al Quran


dengan terang-terangan menyatakan bahwa bumi bergerak, maka
masyarakat akan menolak untuk percaya. Itulah gaya Al Quran,
informasi yang belum dapat dicerna oleh masyrakat berhubung
karena lingkungan budayanya masih belum mampu untuk mencerna
informasi itu, Al Quran menyampaikannya secara isyarat yang
tersirat. Karena Al Quran diperuntukkan bagi seluruh ummat
manusia dari seluruh tingkat budayanya masing-masing sampai akhir
zaman.

Kalimah Tahlil adalah kalimah mengEsakan Allah: LA ALH ALA


ALLH dibaca: La- ila-ha illaLla-h, yang artinya: Tiada tuhan kecuali
Allah. Ke dalam terjemahan kalimah Tahlil ini dalam azan di TPI
disisipkan anak kalimat: yang patut disembah, sehingga menjadi:
Tiada tuhan (yang patut disembah) kecuali Allah. Terjemahan
tersebut dicemari oleh polytheisme: Selain Allah yang patut
disembah terdapat tuhan-tuhan lain yang tidak patut disembah. Ini
disebut faham monolatry, yaitu hanya menyembah satu Tuhan,
sementara mengakui eksistensi tuhan-tuhan yang lain yang tidak
patut disembah (the worship of but one God, when other gods are
recognized as existing).

Dalam kurun waktu (1700-1550) sebelum Miladiyah (SM) Dinasti


Hyksos (Raja Gembala) bangsa al 'Ibriyah al Qadimah dari Kan'an
memerintah Mesir setelah menundukkan Dinasti Fir'aun. Salah
seorang raja Hyksos mengawinkan puterinya Sitti Hajar dengan Nabi
Ibrahim AS dari bangsa al 'Ibriyah al Jadidah (Ibrani, Habiru). Tiga
generasi sesudahnya bangsa Ibrani diizinkan menetap di delta s.Nil
(Goschen) atas prakarsa Raja Muda Mesir Nabi Yusuf AS. Ajaran
Tawhid, mengEsakan Tuhan, yang diajarkan Nabi Yusuf AS,
beberapa generasi kemudian memberikan inspirasi kepada Fir'aun
Akhenaton. Dinasti Fir'aun kembali berkuasa setelah mendesak
Dinasti Hyksos keluar Mesir tahun 1550 SM. Sejak itu bangsa Ibrani
mulai ditekan dan diperbudak. Akhenaton adalah Fir'aun ke-9 dari 11
Fir'aun dari Dinasti XVIII yang memerintah selama (1377-1360) SM.
Pada mulanya ia bernama Amun Hotep IV (Amenophis) artinya
dewa Amun puas, kemudian setelah mengumumkan kepercayaan
baru hanya boleh menyembah satu tuhan yaitu Aton ia mengubah
namanya menjadi Akhenaton artinya bersama dalam Aton. Menurut
Akhenaton, Ra (matahari yang dianggap tuhan) adalah manifestasi
dari Aton. Sungguhpun demikian ia tidak menolak eksistensi tuhan-
tuhan Mesir yang lain seperti dewa Amun, dewa Osiris, dewi Nil dll.
Jadi kepercayaan baru bentukan Akhenaton itu termasuk monolatry.

Yang patut diwaspadai oleh para orang tua agar putera-puterinya


yang kecanduan menonton tayangan Misteri Gunung Merapi dan
Kaca Benggala tidak terseret kepada monolatry: bahwa memang ada
dewi Durga yang memberikan kesaktian kepada Mak Lampir dan
memang ada dewi Laut Selatan yang menjadi isteri raja-raja
Mataram. Walla-hu a'lamu bishshawa-b.
*** Makassar, 14 November 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

399. Wasilah dan Paradigma Ilmu

Wasilah berarti perantara. Orang-orang Arab pada zaman jahiliyah


ada yang menyembah berhala, namun ada pula yang tidak
menyembah berhala melainkan menjadikan berhala itu sebagai
wasilah dalam menyembah Allah. Masyarakat Arab pra-Islam sudah
mengenal Allah, buktinya ayahanda Nabi Muhammad SAW bernama
Abdullah yang berarti hamba Allah. Pengenalan kepada Allah ini
bersumber dari Nabi Isma'il AS, nenek moyang bangsa Arab. Hal
berhala yang dijadikan wasilah ini disindir dalam Al Quran:
-- AWLaK ALDZYN YD'AWN YBTGHWN ALY RBHM
ALWSYLT (S. BNY ASRAaYL, 57), dibaca: Ula-ikal ladzi-na
yad'u-na yabtaghu-na ila- rabbihim wasilah (S. Bani- Isra-i-l),
artinya: Mereka yang berdoa mencari wasilah kepada Tuhan mereka
(17:57). Biasanya pula ada yang menjadikan alim-ulama yang telah
wafat sebagai wasilah untuk berkomunikasi dengan Allah, tidak
terkecuali di Indonesia, khususnya di tanah Makassar ini. Masyarakat
Sulawesi Selatan dan dari daerah-daerah lain banyak yang datang
menziarahi makam Allahu yarham Syaikh Yusuf Tuanta Salamaka,
seorang ulama besar, menulis banyak buku, mujahid (pejuang)
kemerdekaan berkaliber internasional, yang berjihad bergerilya
melawan Belanda di Banten dan Ceribon, tetap berjuang di Ceylon
dan di Tanjung Pengharapan, yang diangkat menjadi Pahlawan
Nasional Afrika Selatan kemudian secara terlambat sekali disusul
oleh Pemerintah Republik Indonesia yang mengangkatnya pula
menjadi Pahlawan Nasional Indonesia. Diantara para peziarah ke
makam itu tidak kurang yang menjadikan Syaikh Yusuf sebagai
wasilah kepada Allah.

Di Indonesia ini dalam bidang politik ekonomi wasilah inipun


dipraktekkan juga. Sepatu yang diproduksi di tanah Pasundan dikirim
dahulu ke Sungapura, lalu dicap di sana: made in Singapore,
kemudian dimasukkan lagi di Indonesia barulah konsumen di
Indonesia tergiur membelinya. Dalam hal ini Singapura dijadikan
wasilah. Rencana pemerintah membuka hubungan dagang dengan
Israel, karena ingin menjadikan Israel sebagai wasilah untuk menarik
minat inverstor asing. Dengan menjadikan bangsa asing (baca:
Singapura dan Israel) sebagai wasilah dalam bidang politik ekonomi
menunjukkan kebanyakan dari masyarakat kita masih bermental
jajahan yang disebut kompleks rendah diri (inferiority complex).
Apakah dengan menyewa lembaga asing PwC yang upahnya cukup
tinggi (ini juga dari uang rakyat) disebabkan pula oleh mental jajahan
tersebut, ini perlu direnungkan baik-baik!

***

Fuad Rumi menanggapi tulisan saya dalam kolom ini Seri 397
tentang Isra-Mi'raj, tatkala bertemu di Ruang Tunggu Rektor UMI
beberapa hari yang lalu. Ia tidak dapat menerima seluruhnya bahwa
peristiwa Isra-Mi'raj tidak dapat didekati secara ilmiyah. Dalam Seri
397 itu saya mengemukakan bahwa orang tidak dapat melakukan
pendekatan ilmiyah terhadap Isra-Mi'raj.

Ilmu berasal dari akar kata yang dibentuk oleh 'ain, lam, mim artinya
tahu. Dalam bahasa Indonesia dibedakan antara ilmu dengan
pengetahuan. Ilmu adalah hasil olahan dari sumber informasi,
sedangkan pengetahuan hanya sekadar endapan dari sumber
informasi tanpa olahan. Olahan adalah sebuah proses dalam qalbu
manusia. Ada tiga sektor dalam qalbu yaitu shudr, fuad dan hawa.
Sumber informasi yang diolah oleh shudr hasilnya disebut ilmu
tasawuf, sumber informasi yang diolah oleh fuad disebut ilmu
pengetahuan (science) dan ilmu filsafat, sedangkan sumber informasi
yang diolah oleh hawa disebut naluri (instinct). Yang terakhir ini
dimiliki juga oleh binatang.

Ketiga komponen dalam qalbu manusia itu untuk setiap orang


berbeda-beda kecerdasannya. Kecerdasan emosi dari shudr diukur
dalam emotional quotient (EQ), dan kecerdasan berpikir dari fuad
diukur dalam intelligence quotient (IQ). Sedangkan kecerdasan naluri
(instinct) sepanjang pengetahuan saya belum pernah diukur sehingga
belum ada yang disebut instinct quotient.

Dalam diskusi kecil-kecilan itu saya katakan kepada Fuad Rumi


bahwa memang ada kekurangan dalam uraian saya itu mengenai
peristilahan ilmiyah. Sesungguhnya semua istilah ilmiyah yang saya
tuliskan dalam bahasan itu seharusnya dibaca ilmiyah sekuler. Bahwa
makhluk yang bernama sekuler itu bukan hanya terdapat dalam
lapangan politik praktis belaka, melainkan terdapat dalam segala
bidang yang memisahkan antara wahyu dengan akal serta iman
dengan ilmu, alias dikhotomi antara dunia dengan akhirat. Ilmu
sekuler (dari secula artinya dunia) bertumpu di atas paradigma
filsafat positivisme, yaitu filsafat yang tanpa sadar diakui ataupun
diterima oleh masyarakat ilmuan muslim untuk kelanjutan aktivitas
keilmuan mereka. Positivisme adalah sistem filsafat yang hanya
mengakui fakta-fakta dan fenomena yang positif, yaitu yang dapat
dideteksi oleh pancaindera baik secara langsung maupun tak
langsung melalui pertolongan instrumen dalam laboratorium. Dengan
demikian ilmu sekuler hanya menerima sumber informasi dari dunia
atau alam syahadah.

Saya katakan kepada Fuad Rumi bahwa peristiwa Isra-Mi'raj dapat


saja didekati secara ilmiyah apabila paradigma ilmu itu diubah,
bukan lagi bertumpu di atas filsafat positivisme yang hanya
mengenal satu jenis sumber informasi. Paket ayat yang mula-mula
diturunkan dimulai dengan:
-- AQRA BASM RBK (S. AL'ALQ, 1), dibaca: Iqra' bismi rabbik (S.
al'alaq), artinya: Bacalah atas nama Maha Pengaturmu (S. Segumpal
darah, 96:1).

Yang dibaca itu adalah sumber informasi berupa ayat, yang terdiri
atas ayat qawliyah (verbal), yaitu Kitab Suci Al Quran dan ayat
kawniyah (kosmologis), yaitu alam syahadah (physical world).
Alhasil dengan mengubah tumpuan ilmu dari paradigma filsafat
positivisme menjadi paradigma S. Al 'Alaq, ayat 1, maka peristiwa
Isra-Mi'raj dapatlah didekati secara ilmiyah. Walla-hu a'lamu
bishshawa-b.

*** Makassar, 21 November 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

400. Dari Sabang Sampai Merauke, Masalah Aceh

Wilayah Republik Indonesia dari Sabang sampai Merauke (DSSM)


tidak disebutkan dalam UUD-1945. Ungkapan DSSM hanya ada
dalam sebuah lagu, lengkapnya seperti berikut:

Dari Sabang sampai Merauke,


berjajar pulau-pulau
Sambung menyambung menjadi satu,
itulah Indonesia
Indonesia tanah airku,
aku berjanji padamu
Menjunjung tanah airku,
tanah airku Indonesia

Karena wilayah Republik Indonesia tidak ditegaskan dalam UUD-


1945 itulah, maka salah seorang mahasiswa dalam acara diskusi
Partai-Partai di TPI mengemukakan jika Aceh memisahkan diri dari
Republik Indonesia tidaklah melanggar konstitusi.

Sebenarnya kalau dikaji tenang-tenang, maka akar permasalahan


Aceh terletak dalam hal pencoretan 7 kata tatkala Piagam Jakarta
dijadikan Pembukaan UUD-1945 pada 18 Agustus 1945. Yaitu:
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syari'at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya diganti dengan: Ketuhanan Yang Maha Esa.
Padahal adanya 7 kata itu adalah hasil kompromi. Sebab menurut
konsep semula berbunyi: Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
Syari'at Islam.

Pencoretan 7 kata itu diusulkan oleh Bung Hatta, karena adanya


informasi yang masuk bahwa dari bagian timur Indonesia tidak akan
mau bergabung dalam negara yang diproklamasikan sehari
sebelumnya oleh Soekarno-Hatta atas nama Bangsa Indonesia jika
ke-7 kata itu tidak dicoret. Tepatlah apa yang dikatakan oleh
almarhum Alamsyah Ratu Prawiranegara bahwa sesungguhnya
Pancasila (baca: Sila I) itu adalah hadiah yang diberikan oleh ummat
Islam kepada bangsa Indonesia. Namun ternyata kemudian dari
daerah bahagian timur yang tidak mau bergabung itu jika ke-7 kata
itu tidak dicoret, muncullah Republik Maluku Selatan (RMS) dan
Twapro, yaitu kependekan dari Twaalfde Provintie (provinsi ke-12).
Nederland (negeri Belanda) terdiri atas 11 provinsi, maka provinsi
ke-12 terletak di seberang laut yaitu di Minahasa. Ya, seperti negara
bahagian ke-50 Hawai yang terletak di seberang laut dari USA
daratan.

Atas hasil rekayasa van Mook, berdirilah Negara Indonesia Timur


(NIT), dengan Presiden Tjokorde Gede Rake Soekawati dan Perdana
Menteri Ide Anak Agung Gede Agung. Bukan saja NIT yang
terbentuk, melainkan van Mook berhasil pula memicu berdirinya
negara-negara seperti Negara Kalimantan Barat, Negara Pasundan,
Negara Sumatera Selatan, Negara Sumatera Timur dll, pokoknya di
mana-mana bertebaran timbulnya negara-negara. Negara Republik
Indonesia dengan UUD-1945 menciut menjadi hanya dalam wilayah
Kesultanan Yogyakarta dan Aceh. Negara RI dan negara-negara
rekayasa van Mook itu kemudian bersatu dalam negara federasi
Republik Indonesia Serikat (RIS), DSSM. Sekali lagi DSSM ini tetap
hanya ada dalam nyanyian tidak ada dalam Konstitusi RIS.

Karena proses historis inilah, maka konon ahli Indonesia dari Prancis
Francois R. mengatakan bahwa federasi secara historis berkonotasi
kurang baik. Rekayasa van Mook ini ditentang oleh rakyat dalam
semua negara bagian itu yang bergolak menuntut kembali menjadi
negara kesatuan. Hasilnya RIS kembali menjadi negara kesatuan,
namun tidak memakai UUD-1945. Mengapa? Karena prosesnya
bukan negara-negara rekayasa van Mook itu yang melebur masuk
Negara RI Yogyakarta + Aceh, melainkan semua negara dalam
federasi itu melebur diri bersama-sama menjadi satu dengan UUD
Sementara. Melalui Pemilu 1955 dibentuk Konstituante untuk
membuat UUD yang tetap. Pekerjaan Konstituante sudah hampir
rampung, namun secara tergesa-gesa Bung Karno mengeluarkan
dekrit kembali ke UUD-1945.

Pencoretan Syari'at Islam setelah Piagam Jakarta menjadi Pembukaan


UUD-1945 harganya mahal sekali, yaitu timbulnya kemudian
pemberontakan Darul Islam dengan pasukan bersenjatanya Tentara
Islam Indonesia, yang biasanya disingkat DI/TII, di Aceh (Teungku
Daud Bereueh), Jawa Barat (Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo),
Kalimantan Selatan (Ibnu Hadjar) dan Sulawesi Selatan (Abdul
Qahhar Mudzakkar). Kecuali Teungku Daud Bereueh, satu demi satu
pimpinan DII/TII Jabar, Kalsel dan Sulsel ditangkap kemudian
dihukum mati atau syahid dalam pertempuran. Di Sulawesi Selatan
anak buah Abdul Qahhar Mudzakkar yang tersisa aktif menumpas
pemberontak komunis Gestapu dengan berbasis masjid, dan itulah
cikal-bakal lahirnya Ikatan Masjid Mushalla Indonesia Muttahidah
(IMMIM)

Teungku Daud Bereueh berhasil dibujuk oleh Soekarno dengan


tawaran Daerah Istimewa Aceh. Keistimewaan itu terletak dalam hal
Syari'at Islam. Inilah janji pertama Pemerintah Pusat untuk Aceh.
Janji ini tidak pernah ditindak lanjuti dalam wujud undang-undang.
Maka DI/TII yang mulanya dipimpin Tengku Daud Bereueh
kemudian meneruskan mengangkat senjata di bawah pimpinan
Teungku Hasan di Tiro, turunan langsung Pahlawan Nasional
Tengku Cik di Tiro. Bahkan pada zaman Orde Baru janji itu
bukannnya ditindak lanjuti dengan membuat undang-undang
melainkan dengan Daerah Operasi Militer (DOM) yang tragis itu.

Perlawanan yang dipimpin Teungku Hasan di Tiro secara remote


control dari luar negeri (terakhir dari Swedia) kemudian mengubah
organisasi perlawanan dari DII/TII menjadi Gerakan Aceh Merdeka
(GAM). Kalau TII masih ada Indonesianya, maka GAM sudah hilang
sama sekali Indonesianya.

Firman Allah:
-- WALTNZHR NFS MA QDMT LGHD (S. ALHSYR, 18), dibaca:
Waltnzhur nafsun ma- qaddamat lighadin (al hasyr), artinya:
Mestilah orang mengkaji masa lampau untuk masa depan (S.
Mengumpul, 59:18). Melihat apa yang lalu dalam konteks masalah
Aceh, maka yang terbaik dikemukakan dalam referendum ialah: opsi
pertama: otonomi khusus + Syari'at Islam + kesatuan GAM menjadi
Polri di Aceh dan opsi kedua: federasi. GAM harus ada dalam opsi,
sebab suka atau tidak suka eksistensi GAM adalah suatu de facto,
berhubung DOM tidak berhasil menghapus eksistensi GAM, bahkan
menimbulkan pelanggaran HAM.

Tentang hal federasi yang menurut Francois R. secara historis


berkonotasi kurang baik, tidak berlaku di sini, oleh karena
konteksnya lain. Opini Francois R. dalam konteks skenario van
Mook, sedangkan federasi dalam opsi referendum di Aceh dalam
konteks janji-janji kosong dan penyakit sentralistik Pemerintah Pusat
Orde Lama dan Orde Baru yang menimbulkan ketidak-adilan di
bidang politik, ekonomi sosial, kebudayaan, ditambah pula dengan
akibat DOM yaitu pelanggaran HAM. Dalam kedua opsi tersebut
Indonesia masih tetap dari Sabang sampai Merauke. Walla-hu a'lamu
bishshawa-b.

*** Makassar, 28 November 1999 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

[BACK] [HOME]

Anda mungkin juga menyukai