Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PROSES PENGOLAHAN MINYAK GORENG DARI KELAPA

SAWIT

Disusun Oleh :

Theofilus Miquel Leasiwal (18031105031)

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kelapa sawit merupakan tumbuhan pohon. Bunga dan buahnya berupa tandan dan
bercabang banyak. Memilki buah kecil dan apabila matang, akan berwarna merah kehitaman.
Untuk daging buahnya padat serta mengandung minyak. Minyak kelapa sawit ini digunakan
sebagai minyak goreng. Kelapa sawit sendiri dipanen harus berumur 4 tahun, dalam pemanenan
yang perlu diperhatikan adalah kematangan buah. Dalam perkebunan kelapa sawit ada beberapa
kriteria buah yang layak untuk dipanen dan kemudian diolah menjadi minyak goreng.
Pengolahan Kelapa sawit merupakan suatu proses pengolahan yang menghasilkan minyak
kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan
tandan kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia
dipahami sebagai unit ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS)
kelapa sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan
mekanis, fisik, dan kimia.
Parameter penting produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen, kualitas produk sangat
penting perananya dalam menjamin daya saing industri perkebunan kelapa sawit di banding
minyak nabati lainnya. Perlu diketahui bahwa kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat
dipengaruhi oleh kondisi buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan
dalam pabrik hanya berfungsi menekan kehilangan dalam pengolahannya, sehingga kualitas CPO
yang dihasilkan tidak semata-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam pabrik.
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara
mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara
keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang berjalan secara sinambung dan
terkait satu sama lain kegagalan pada satu tahap proses akan berpengaruh langsung pada proses
berikutnya. Oleh karena itu setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan
norma-norma yang ada.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu kelapa sawit
2. Bagaimana sejarah dari kelapa sawit
3. Apa ciri‐ciri fisiologi dari kelapa sawit
4. Bagaimana standar mutu dari minyak kelapa sawit
5. Apa komposisi kimia minyak kelapa sawit
6. Bagaimana proses pengolahan minyak kelapa sawit (crude palm oil)
7. Apa manfaat dari minyak kelapa sawit

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang kelapa sawit
2. Untuk mengetahui sejarah dari kelapa sawit
3. Untuk mengetahui ciri-ciri fisiologi dari kelapa sawit
4. Untuk mengetahui standar mutu dari minyak kelapa sawit
5. Untuk mengetahui komposisi kimia minyak kelapa sawit
6. Untuk mengetahui proses pengolahan minyak kelapa sawit (crude palm oil)
7. Untuk mengetahui manfaat dari minyak kelapa sawit

BAB II
PEMBAHASAN

A. KELAPA SAWIT
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak
industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar,
sehingga banyak hutan dan perkebunan lama di konversi menjadi perkebunan kelapa
sawit.Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah malaysia. Di Indonesia
penyebarannya di daerah Aceh, Pantai Timur Sumatra, Jawa, sulawesi, dan Kalimantan.
Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan
sifat yang dimilikinya, yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia
yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya lapis yang tinggi dan tidak
menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik. Bagian yang paling populer untuk diolah
dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawitmentah yang
diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak
nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten
tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.

B. SEJARAH KELAPA SAWIT

Pohon Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang
digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon Kelapa Sawit
Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat di antara Angola dan Gambia, manakala Pohon
Kelapa Sawit Amerika, Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Kelapa
sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa
tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman.
Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandungi minyak. Minyaknya itu digunakan
sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak,
khususnya sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai
bahan bakar dan arang.
Urutan dari turunan Kelapa Sawit:
Kingdom : Tumbuhan
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Jenis : Elaeis
Spesies : E. Guineensis

C. CIRI‐CIRI FISIOLOGI KELAPA SAWIT

a. Daun
Daunnya merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah berwarna sedikit
lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak
terlalu keras dan tajam.
b. Batang
Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah
yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa.
c. Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat
beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
d. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat
jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara
bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
e. Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang
digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
a) Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
b) Mesoskarp, serabut buah
c) Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti
berkualitas tinggi.

D. STANDAR MUTU MNYAK KELAPA SAWIT

Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama, benar‐benar murni
dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut dapat
ditentukan dengan menilai sifat‐sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka
penyabunan dan bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal
ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar
ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Kebutuhan mutu
minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan masing‐
masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus
lebih Diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.
Faktor‐faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan pascapanen, atau
kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan.
Dari beberapa faktor yang berkaitan dengan standar mutu minyak sawit tersebut,
didapat hasil dari pengolahan kelapa sawit, seperti di bawah ini :
a) Crude Palm Oil
b) Crude Palm Stearin
c) RBD Palm Oil
d) RBD Olein
e) RBD Stearin
f) Palm Kernel Oil
g) Palm Kernel Fatty Acid
h) Palm Kernel
i) Palm Kernel Expeller (PKE)
j) Palm Cooking Oil
k) Refined Palm Oil (RPO)
l) Refined Bleached Deodorised Olein (ROL)
m) Refined Bleached Deodorised Stearin (RPS)
n) Palm Kernel Pellet
o) Palm Kernel Shell Charcoal

Syarat mutu inti kelapa sawit adalah sebagai berikut:


a) Kadar minyak minimum (%): 48; cara pengujian SP‐SMP‐13‐1975
b) Kadar air maksimum (%):8,5 ; cara pengujian SP‐SMP‐7‐1975
c) Kontaminasi maksimum (%):4,0; cara pengujian SP‐SMP‐31‐19975
d) Kadar inti pecah maksimum (%):15; cara pengujian SP‐SMP‐31‐1975

E. KOMPOSISI KIMIA MINYAK KELAPA SAWIT

Minyak kelapa sawit dan inti minyak kelapa sawit merupakan susunan dari fatty acids,
esterified, serta glycerol yang masih banyak lemaknya. Didalam keduanya tinggi serta penuh akan
fatty acids, antara 50% dan 80% dari masing‐masingnya. Minyak kelapa sawit mempunyai 16
nama carbon yang penuh asam lemak palmitic acid berdasarkan dalam minyak kelapa minyak
kelapa sawit sebagian besar berisikan lauric acid. Minyak kelapa sawit sebagian besarnya tumbuh
berasal alamiah untuk tocotrienol, bagian dari vitamin E. Minyak kelapa sawit didalamnya banyak
mengandung vitamin K dan magnesium. Napalm namanya berasal dari naphthenic acid, palmitic
acid dan pyrotechnics atau hanya dari cara pemakaian nafta dan minyak kelapa sawit. Ukuran dari
asam lemak (Fas) dalam minyak kelapa sawit sebagai acuan:
Tabel II.1 Kadar Asam Lemak Dalam Minyak Sawit :

Tabel II.2 Kadar Asam Lemak Dalam Minyak Inti Sawit :

F. PROSES PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT (CRUDE PALM OIL)


Pengolahan Kelapa sawit merupakan suatu proses pengolahan yang menghasilkan minyak kelapa
sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan
kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit
ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS tersusun atas
unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan kimia. Parameter penting
produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen, kualitas produk sangat penting perananya dalam
menjamin daya saing industri perkebunan kelapa sawit di banding minyak nabati lainnya.

1. LOADING RAMP

Setelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan kedalam ramp cage yang berada diatas rel
lori. Ramp cage mempunyai 30 pintu yang dibuka tutup dengan sistem hidrolik, terdiri dari 2 line sebelah
kiri dan kanan. Pada saat pintu dibuka lori yang berada dibawah cage akan terisi dengan TBS. Setelah
terisi, lori ditarik dengan capstand ke transfer carriage, dimana transfer carriage dapat memuat 3 lori yang
masing – masing mempunyai berat rata-rata 3,3 – 3,5 ton. Dengan transfer carriage lori diarahkan ke rel
sterilizer yang diinginkan. Kemudian diserikan sebanyak 12 lori untuk dimasukan kedalam sterilizer.
Pemasukan lori ke dalam sterilizer menggunakan loader.

2. STERILIZER

Sterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut dengan sterilizer. Adapun
fungsi dari perebusan adalah sebagai berikut:

1. Mematikan enzyme.

2. Memudahkan lepasnya brondolan dari tandan.

3. Mengurangi kadar air dalam buah.

4. Melunakkan mesocarp sehingga memudahkan proses pelumatan dan pengepressan.

5. Memudahkan lepasnya kernel dari cangkangnya.

Proses perebusan dilakukan selama 85 -95 menit. Untuk media pemanas dipakai steam dari BVP (Back
Pressure Vessel) yang bertekanan 2,8-3 bar.

Perebusan dilakukan dengan sistem 3 peak ( tiga puncak tekanan). Puncak pertama tekanan sampai 1,5
Kg/cm2, puncak kedua tekanan sampai 2,0 Kg/cm2 dan puncak ketiga tekanan sampai 2,8 – 3,0 Kg/cm2.

Berikut proses perebusan sistem tiga peak :

1. Deaeration dilakukan 2 menit, dimana posisi condensate terbuka.

2. Memasukkan uap untuk peak pertama yang dicapai dalam waktu 10 menit. Biasanya tekanan mencapai
1,2 bar.

3. Uap dan kondensat dibuang sampai tekanan menjadi 0 bar dalam waktu 5 menit.

4. Uap dimasukkan selama 15 menit untuk mencapai tekanan 2 bar.

5. Uap kondensat dibuang lagi selama 3 menit.

6. Kemudian steam dimasukkan lagi untuk mencapai peak ke-3 dalam waktu 15 – 20 menit.

7. Setalah peak ketiga tercapai maka dilakukan penahanan selama 40 – 50 menit.

8. Uap kondensat dibuang selama 5 – 7 menit sampai tekanan 0


3. THRESSER

Setelah perebusan TBS yang telah masak diangkut ke thresser dengan mengggunakan hoisting
crane yang mempunyai daya angkat 5 ton. Lori diangkat dan dibalikkan diatas hopper thresser (auto
feeder).

Pada stasiun ini tandan buah segar yang telah direbus siap untuk dipisahkan antara berondolan
dan tandannya. Sebelum masuk kedalam thresser TBS yang telah direbus diatur pemasukannya dengan
menggunakan auto feeder. Dengan menggunakan putaran TBS dibanting sehingga berondolan lepas dari
tandannya dan jatuh ke conveyor dan elevator untuk didistribusikan ke rethresser untuk pembantingan
kedua kalinya. Thresser mempunyai kecepatan putaran 22 – 25 rpm. Pada bagian dalam thresser,
dipasang batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan berondolan
keluar dari thresser. Untuk tandan kosong sendiri didistribusikan dengan empty bunch conveyor untuk
didistribusikan ke penampungan empty bunch.

4. STASIUN PRESS

Berondolan yang keluar dari thresser jatuh ke conveyor, kemudian diangkut dengan fruit elevator
ke top cross conveyor yang mendistribusikan berondolan ke distributing conveyor untuk dimasukkan
dalam tiap-tiap digester. Digester adalah tangki silinder tegak yang dilengkapi pisau-pisau pengaduk
dengan kecepatan putaran 25-26 rpm, sehingga brondolan dapat dicacah di dalam tangki ini. Bila tiap-tiap
digester telah terisi penuh maka brondolan menuju ke conveyor recycling, diteruskan ke elevator untuk
dikembalikan ke digester. Tujuan pelumatan adalah agar daging buah terlepas dari biji sehingga mudah
di-press. Untuk memudahkan pelumatan buah, pada digester di-inject steam bersuhu sekitar 90 – 95 °C.

Berondolan yang telah lumat masuk ke dalam screw press untuk diperas sehingga dihasilkan
minyak (crude oil). Pada proses ini dilakukan penyemprotan air panas agar minyak yang keluar tidak
terlalu kental (penurunan viscositas) supaya pori-pori silinder tidak tersumbat, sehingga kerja screw press
tidak terlalu berat. Penyemprotan air dilakukan melalui nozzle-nozzle pada pipa berlubang yang dipasang
pada screw press. Kapasitas mesin press adalah 15 ton per jam.

Tekanan mesin press harus diatur, karena bila tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan inti pecah dan
screw press mudah aus. Sebaliknya, jika tekanan mesin press terlalu rendah maka oil losses di ampas
tinggi.

Minyak hasil mesin press kemudian menuju ke sand trap tank untuk pengendapan. Hasil lain
adalah ampas (terdiri dari biji dan fiber), yang akan dipisahkan dengan menggunakan cake breaker
conveyor (CBC).

5. STASIUN PEMURNIAN

Minyak yang berasal dari stasiun press masih banyak mengandung kotoran-kotoran yang berasal
dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain. Untuk mendapatkan minyak yang memenuhi standar,
maka perlu dilakukan pemurnian terhadap minyak tersebut. Pada stasiun ini terdiri dari beberapa unit
alat pengolah untuk memurnikan minyak produksi, yang meliputi : Sand Trap Tank, Vibrating Screen,
Crude Oil Tank, Continous Settling Tank (CST), Oil Tank, Purifier, Vacum Dryer, Sludge Oil Tank, Sludge
Vibrating Screen, Sludge Centrifuge, Fat Pit, dan Storage Tank.

a. Sand Trap Tank


Minyak hasil mesin press merupakan minyak mentah yang masih banyak mengandung kotoran-kotoran.
Minyak tersebut masuk ke sand trap tank untuk mengendapkan partikel-partikel yang mempunyai
densitas tinggi. Sand trap tank adalah sebuah bejana yang berbentuk silinder tegak.

b. Vibrating Screen

Minyak bagian atas dari sand trap tank yang masih mengandung serat dan sedikit kotoran dialirkan ke
ayakan getar (vibrating screen). Proses penyaringan memakai vibrating screen bertujuan untuk
memisahkan padatan, seperti : serabut, pasir, tanah dan kotoran-kotoran lain yang masih terbawa dari
sand trap tank. Vibrating yang digunakan adalah double deck vibrating screen, dimana screen pertama
berukuran 30 mesh dan screen kedua 40 mesh. Padatan yang tertahan pada ayakan akan dikembalikan
ke digester melalui conveyor, sedangkan minyak dipompakan ke crude oil tank.

c. Crude Oil Tank (COT)

Minyak yang keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank untuk ditampung sementara. Pada
crude oil tank ini minyak dipanaskan dengan steam melalui sistem pipa pemanas, dan suhu dipertahankan
90-95°C. Dari sini minyak dipompakan ke CST (Continuous Settling Tank).

d. Continous Settling Tank (CST)

Minyak dari COT dipompakan ke CST dimana sebelumnya dilewatkan ke buffer tank agar aliran minyak
masuk ke CST tidak terlalu kencang. CST bertujuan untuk mengendapkan lumpur (sudge) berdasarkan
perbedaan berat jenisnya. Di CST suhu dipertahankan 86-90 oC. Minyak pada bagian atas CST dikutip
dengan bantuan skimmer menuju oil tank, sedangkan sludge (yang masih mengandung minyak) pada
bagian bawah dialirkan secara underflow ke sludge vibrating screen sebelum ke sludge oil tank. Sludge
dan pasir yang mengendap didasar CST di-blowdown untuk dibawa ke sludge drain tank .

e. Oil Tank

Minyak dari CST menuju ke oil tank untuk ditampung sementara waktu, sebelum dialirkan ke oil purifier.
Dalam oil tank juga terjadi pemanasan (75-80°C) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.

f. Purifier

Di dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang terdapat pada
minyak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan
perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar akan berada pada bagian
yang luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke arah poros
dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke vacuum drier. Kotoran dan air yang melekat pada dinding
di-blowdown ke saluran pembuangan untuk dibawa ke Fat Pit.

g. Vacuum Drier

Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi kadar air tersebut,
minyak dipompakan ke vacuum drier. Di sini minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga
campuran minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan air dalam minyak,
dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air akan turun ke bawah dan kemudian
dipompakan ke storage tank.
h. Sludge Tank

Untuk overflow dari tangki ini di alirkan ke drain tank sedangkan under flownya dialirkan ke vibrating
screen dan brush strainer atau langsung ke bak transit untuk dipompakan ke sand cyclone. Untuk
mempercepat pengendapan lumpur, sludge dipanaskan (80-90oC) dengan menggunakan uap yang
dialirkan melalui coil pemanas. Sehingga densitas minyak menjadi lebih rendah dan lumpur halus yang
melekat pada minyak akan terlepas dan mengendap pada dasar tangki.

Dari sand cyclone atau brush strainer sludge dialirkan ke balance tank sebagai umpan untuk decanter atau
sludge centrifuge.

i. Sludge centrifuge

Sludge centrifuge untuk mengolah sludge. Sludge Centrifuge adalah alat yang digunakan untuk
memisahkan minyak yang masih terkandung di dalam sludge, dengan cara pemisahan berdasarkan gaya
sentrifugal. Didalam sludge centrifuge ini terdapat bowl yang berputar 1450 rpm, bowl ini berbentuk
bintang yang diujungnya terdapat nozzle dengan diameter lubang tertentu dan nozzle ini dapat diganti
sesuai keinginan.

Prinsip kerjanya adalah nozzle separator berputar dengan gaya centifugal dimana pemisahannya, fraksi
berat ( lumpur, kotoran ) terlempar ke dinding bowl dan fraksi ringan (air dan minyak) akan ketengah.
Minyak yang mempunyai densitas lebih kecil akan menuju poros dan terdorong keluar melalui sudu-sudu
(paring disk), dan ditampung di reclaimed tank sebelum dipompakan oleh reclaimed oil pump untuk
alirkan kembali ke CST. Sedangkan sludge (mengandung air) yang mempuyai densitas lebih besar akan
terdorong ke bagian dinding bowl dan keluar melalui nozzle, kemudian sludge keluar melalui saluran
pembuangan menuju fat pit.

j. Sludge drain tank

Lapisan bawah dari CST, dan sludge tank pada selang waktu tertentu didrain menuju sludge drain tank. Di
sludge drain tank minyak mengalir tenang dan dibiarkan overflow untuk mengalir dan ditampung pada
reclaimed tank, dan kemudian dipompakan kembali ke CST untuk kemudian dimurnikan lagi. Sedangkan
kotoran dan air dialirkan menuju fat pit.

k. Fat Pit

Sebelum sludge di buang ke kolam pengolahan limbah, terlebih dahulu ditampung di fat pit dengan
maksud agar minyak yang masih terbawa dapat terpisah kembali. Di Fat Pit diinjeksikan uap sebagai
pemanas untuk mempermudah proses pemisahan minyak dengan kotoran. Minyak yang ada pada
permukaan dibiarkan melimpah (overflow). Selanjutnya minyak ditampung pada sebuah bak pada
pinggiran kolam fat pit, dan kemudian dipompakan kembali ke sludge drain tank.

l. Storage Tank

Minyak dari vacuum dryer, kemudian dipompakan ke storage tank (tangki timbun), pada suhu simpan 45-
55°C. Setiap hari dilakukan pengujian mutu. Minyak yang dihasilkan dari daging buah berupa minyak yang
disebut Crude Palm Oil (CPO).

6. STASIUN KERNEL
Pada stasiun ini dilakukan aktifitas pemisahan serabut dari nut, pemisahan inti dari cangkangnya
dan juga pengeringan inti. Peralatan yang digunakan di stasiun ini , diantaranya : Cake Breaker Conveyor
(CBC), Depericarper, Nut Silo, Ripple Mill, Claybath, dan Kernel Silo.

a. Cake Breaker Conveyor (CBC)

Ampas dari screw press yang terdiri dari fiber dan nut yang masih menggumpal masuk ke CBC. CBC
merupakan suatu screw conveyor namun screwnya dipasang palt persegi sebagai pelempar fiber dan nut.
CBC berfungsi untuk mengurai gumpalan fiber dengan nut dan membawanya ke depericarper.

b. Depericarper

Depericarper adalah alat untuk memisahkan fiber dengan nut. Fiber dan nut dari CBC masuk ke separating
column. Disini fraksi ringan yang berupa fiber dihisap dengan fibre cyclone dan di tampung dalam hopper
sebagai bahan bakar pada boiler. Sedangkan fraksi berat berupa nut turun ke bawah masuk ke polishing
drum.

c. Nut Polishing Drum

Nut polishing drum berupa drum berlubang-lubang yang berrputar. Akibat dari perputaran ini terjadi
gesekan yang mengakibatkan serabut yang masih menempel pada nut terkikis dan terpisah dari nut. Nut
jatuh, selanjutnya nut diangkut oleh nut conveyor dan destoner (second depericarper) untuk memisahkan
batu dan benda – benda yang lebih berat dari nut seperti besi. Nut yang terbawa ke atas jatuh kembali di
dalam air lock dan di tampung oleh nut elevator untuk dibawa ke dalam nut silo.

d. Nut Silo

Fungsi dari alat ini sebagai tempat penampungan nut, hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar air
sehingga lebih mudah dipecah dan inti lekang dari cangkangnya.

e. Ripple Mill

Biji dari nut silo masuk ke ripple mill untuk dipecah sehingga inti terpisah dari cangkang. Biji yang masuk
melalui rotor akan mengalami gaya sentrifugal sehingga biji keluar dari rotor dan terbanting dengan kuat
yang menyebabkan cangkang pecah. Setelah dipecahkan inti yang masih bercampur dengan kotoran-
kotoran di bawa ke kernel grading drum.

f. Kernel Grading Drum

Pada kernel grading drum ini di saring antara nut,shell dan kotoran dengan nut yang belum terpecahkan.
Untuk nut shell dan kotoran lolos dari saringan dibawa ke LTDS. Sementara untuk nut atau yang tertahan
dikembalikan ke nut conveyor.

g. Light Tenera Dry Separator (LTDS)

Pada bagian ini akan terjadi pemisahan dimana fraksi-fraksi yang lebih ringan akan dihisap oleh LTDS
cyclone. Fraksi-fraksi yang ringan di hisap yang terdiri dari cangkang dan serabut akan di bawa ke shell
hopper melalui fibre and shell conveyor. Inti dan sebagian cangkang yang belum terpisahkan, dipisahkan
lagi pada clay bath.

h. Clay Bath

Clay bath adalah alat pemisahan Inti dengan cangkang. Proses pemisahan ini secara basah yang
menggunakan larutan CaCO3 dan air dengan ukuran partikel CaCO3 lolos mesh 400. Clay bath berfungsi
sebagai larutan pemisah antara kernel dan cangkang berdasarkan berat jenis. Berat jenis Kernel basah =
1,07 dan berat jenis cangkang = 1,15 – 1,20, maka untuk memisah kernel dan cangkang tersebut dibuat
larutan dengan berat jenis = 1,12. Bagian yang ringan akan mengapung dan bagian yang berat akan
tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan dibawa ke kernel silo untuk disimpan dengan suhu
tertentu.

i. Kernel Silo

Inti yang masih mengandung air, perlu dikeringkan sampai kadar air 7%. Inti yang berasal dari pemisahan
di clay bath melalui top wet kernel conveyor didistribusikan ke dalam unit kernel silo untuk dilakukan
proses pengeringan. Pada kernel silo ini inti akan dikeringkan dengan menggunakan udara panas dari
steam heater yang dihembuskan oleh Fan kernel silo ke dalam kernel silo. Pengeringan dilakukan pada
temperatur 60-80°C selama 4-8 jam. Kernel yang telah dikeringkan ini dibawa ke kernel bulk silo melalui
dry kernel transport fan.

a. Proses Degumming

Proses degumming bertujuan untuk menghilangkan zat-zat yang terlarut atau zat-zat yang
bersifat koloidal, seperti resin, gum, protein dan fosfatida dalam minyak mentah. Pada prinsipnya
proses degumming ini adalah proses pembentukan dan pengikatan flok-flok dari zat-zat terlarut
dan zat-zat yang bersifat koloidal dalam minyak mentah, sehingga flok-flok yang terbentuk cukup
besar untuk bisa dipisahkan dari minyak. Proses degumming yang paling banyak digunakan
adalah proses degumming dengan menggunakan asam. Pengaruh yang ditimbulkan oleh asam
tersebut adalah menggumpalkan dan mengendapkan zat-zat seperti protein, fosfatida, gum dan
resin yang terdapat dalam minyak mentah.

b. Proses Netralisasi
Proses netralisasi atau deasidifikasi pada pemurnian minyak mentah bertujuan untuk
menghilangkan asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak mentah. Asam lemak bebas (FFA)
dapat menimbulkan bau yang tengik. Proses netralisasi yang paling sering digunakan dalam
industri kimia adalah proses netralisasi dengan soda kostik, dengan prinsip reaksi penyabunan
antara asam lemak bebas dengan larutan soda kostik, yang reaksi penyabunannya sebagai berikut
:
R----COOH + NaOH R-COONa + H2O

Kondisi reaksi yang optimum pada tekanan atmosfir adalah pada suhu 70 oC, dimana reaksinya
merupakan reaksi kesetimbangan yang akan bergeser ke sebelah kanan. Soda kostik yang
direaksikan biasanya berlebihan, sekitar 5 % dari kebutuhan stokiometris. Sabun yang terbentuk
dipisahkan dengan cara pengendapan. Soda kostik disamping berfungsi sebagai penetralisir asam
lemak bebas, juga memiliki sifat penghilang warna (decoulorization).
c. Proses Bleaching
Proses bleaching (pemucatan) dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan zat-zat
warna (pigmen) dalam minyak mentah, baik yang terlarut ataupun yang terdispersi. Warna minyak
mentah dapat berasal dari warna bawaan minyak ataupun warna yang timbul pada proses
pengolahan CPO menjadi minyak goreng. Pigmen yang biasa terdapat di dalam suatu minyak
mentah ialah carotenoid yang berwarna merah atau kuning, chlorophillida dan phaephytin
yang berwarna hijau.
Proses bleaching yang digunakan adalah proses bleaching dengan absorbsi. Proses ini
menggunakan zat penyerap (absorben) yang memiliki aktivitas permukaan yang tinggi untuk
menyerap zat warna yang terdapat dalam minyak mentah. Disamping menyerap zat warna,
absorben juga dapat menyerap zat yang memiliki sifat koloidal lainnya seperti gum dan resin.
Absorben yang paling banyak digunakan dalam proses bleaching minyak dan lemak adalah tanah
pemucat (bleaching erath) dan arang (carbon). Arang sangat efektif dalam penghilangan pigmen
warna merah, hijau dan biru, tetapi karena harganya terlalu mahal maka dalam pemakaiannya
biasanya dicampur dengan tanah pemucat dengan jumlah yang disesuaikan terhadap jenis minyak
mentah yang akan dipucatkan.
d. Proses Deodorisasi
Proses deodorisasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa dan bau yang
tidak dikehendaki dalam minyak untuk makanan. Senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan
bau yang tidak enak tersebut biasanya berupa senyawa karbohidrat tak jenuh, asam lemak bebas
dengan berat molekul rendah, senyawa-senyawa aldehid dan keton serta senyawa-senyawa yang
mempunyai volatilitas tinggi lainnya. Kadar senyawa-senyawa tersebut di atas, walaupun cukup
kecil telah cukup untuk memberikan rasa dan bau yang tidak enak, kadarnya antara 0,001 – 0,1 %.
Proses deodorisasi yang banyak dilakukan adalah cara distilasi uap yang didasarkan pada
perbedaan harga volatilitas gliserida dengan senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan bau
tersebut, dimana senyawa-senyawa tersebut lebih mudah menguap dari pada gliserida. Uap yang
digunakan adalah superheated steam (uap kering), yang mudah dipisahkan secara kondensasi.
Proses deodorisasi sangat dipengaruhi oleh faktor tekanan, temperatur dan waktu, yang
kesemuanya harus disesuaikan dengan jenis minyak mentah yang diolah dan sistim proses yang
digunakan. Temperatur operasi dijaga agar tidak sampai menyebabkan turut terdistilasinya
gliserida. Tekanan diusahakan serendah mungkin agar minyak terlindung dari oksidasi oleh udara
dan mengurangi jumlah pemakaian uap. Pada sistem batch ini, tekanan operasi sekitar 3 torr dan
temperatur 240 oC.
e. Proses Fraksionasi
Proses fraksionasi terdiri atas kristalisasi suatu fraksi yang menjadi padat pada temperatur
tertentu dan disusul dengan pemisahan kedua fraksi itu. Fraksi yang menjadi kristal adalah stearin
dan yang tetap cair adalah olein.Beberapa proses fraksionasi yang sering digunakan yaitu :
· Fraksionasi kering (fraksionasi tanpa pelarut).
· Fraksionasi basah (fraksionasi dengan pelarut).
· Fraksionasi dengan menggunakan larutan deterjen sodium lauryl sulphat.
Proses fraksionasi kering didasarkan pada pendinginan minyak dengan kondisi yang
terkendali tanpa penambahan bahan kimia apapun. Ada tiga operasi yang terlibat yaitu seeding,
kristalisasi, dan filtrasi. Mula-mula minyak dipanasi sampai 70 oC untuk memperoleh cairan
homogen dan kemudian didinginkan dengan air pendingin sampai temperatur 40 oC, selanjutnya
didinginkan samapi temperatur 20 oC dan dipertahankan sampai proses kristalisasi dianggap
selesai.
Fungsi pengadukan ini adalah agar pendinginan di dalam tangki lebih homogen sehingga
pemisahan olein dan stearin lebih mudah.Temperatur pengkristalan ini tergantung pada kualitas
minyak: Kualitas consumer kristal lemak terbentuk pada temperatur 28°C.
Pada proses filtrasi RBDPO kristal yang sudah terbentuk dalam tangki kristalisasi
ditransfer ke filter press untuk pemisahan olein dan stearin. Olein hasil dari filtrasi ditransfer ke
SS tank dan MS tank. SS tank untuk kualitas olein dianalisa jika sesuai dengan spesifikasi langsung
masuk ke storage tank olein (kualitas bottling), sedangkan MS tank digunakan untuk kualitas olein
yang RBD oleinnya difilter spray dan hasilnya langsung dialirkan ke storage tank olein (kualitas
drumming, tinning dan industri). Sebelum ditansfer ke intermediate tank, untuk kualitas bottling
dan tinning ditambahkan antioksidan hal ini untuk mempertahankan kualitas minyak. Sedangkan
untuk kualitas drumming dan ndustri tidak ditambahkan antioksidan. Hal ini disebabkan minyak
dengan kualitas drumming dan industri segera digunakan/dikonsumsi.

G. MANFAAT MINYAK KELAPA SAWIT

Manfaat lain dari proses industri minyak kelapa sawit antara lain:
1. Sebagai bahan bakar alternatif Biodisel
2. Sebagai nutrisi pakanan ternak (cangkang hasil pengolahan)
3. Sebagai bahan pupuk kompos (cangkang hasil pengolahan)
4. Sebagai bahan dasar industri lainnya (industri sabun, industri kosmetik, industri makanan)
5. Sebagai obat karena kandungan minyak nabati berprospek tinggi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

a. Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak
industri, maupun bahan bakar (biodiesel).
b. Pohon Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili palm.
c. Faktor‐faktor rendahnya mutu minyak kelapa sawit dapat langsung dari sifat induk pohonnya,
penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan.
d. Dalam pembuatan minyak goreng dari kelapa sawit diperoleh beberapa tahap dan proses sebagai
berikut:
1. Tahap pembuatan minyak goreng dari kelapa sawit ( buah menjadi CPO )
- Loding Ramp
- Sterilizer
- Stasiun Pres
- Stasiun Pemurnian

2. Proses pembuatan minyak goreng dari kelapa sawit ( CPO menjadi minyak
Produksi )
- Proses Degumming
- Proses Netralisasi
- Proses Bleaching
- Proses Deodorisasi
- Proses Fraksionasi

B. SARAN
Penulis berharap dengan adanya makalah ini, kita dapat mengetahui bagaiamana cara pengolahan
kelapa sawit menjadi minyak goring

C. DAFTAR PUSTAKA
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia : Jakarta.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya : Jakarta.

Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka : Jakarta.

Afifa Nurjanah. 2014. Cara Pengolahan Minyak Kelapa Sawit.


http://nurjannahafifah03.blogspot.com/2014/04/cara-pengolahan-minyak-kelapa-sawit-cpo.html

Anonim. 2007. Daftar Perusahaan Kelapa Sawit.


http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_perusahaan_kelapa_sawit_Indonesia

Aziz ,F. 2014. Proses Pembuatan Minyak goreng. http://farisjaisyulaziz.blogspot.com/2014/03/proses-


pembuatan-minyak-goreng.html
Febri Hartiyana. 2012. Proses pembuatan minyak goreng. http://biecantik.blogspot.com/2012/09/proses-
pembuatan-minyak-goreng-dari.html

Anda mungkin juga menyukai