UNIVERSITAS UDAYANA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak asasi manusia adalah suatu hak yang dimiliki oleh seseorang yang
tidak boleh dilanggar oleh siapapun juga. Di dalam kalangan masyarakat dan
negara-negara tertentu tidak terkecuali Indonesia kadang menimbulkan
kecurigaan, ketidak mengertian bahkan menimbulkan antipati terhadap
penerimaan Hak Asasi Manusia. Perbedaan persepsi yang masih tersisa ini yang
membuat masyarakat tersebut seolah apriori difunsif di dalam beberapa hal
berkaitan penerimaannya terhadap Hak Asasi Manusia. Sikap ini cukup wajar dan
merupakan masalah-masalah yang cukup serius dan bahkan menjadi penghambat
perjalanan hak asasi manusia yang kini berkembang dan menjadi masalah yang
sangat penting. Karena, konsep Hak Asasi Manusia menempatkan manusia pada
posisi multi dimensional seperti yang disepakati dalam Deklarasi Wina (1993)
bahwa manusia adalah sebagai sentral dalam pembangunan (the human person is
the central subject of development).
Istilah hak asasi merupakan terjemahan dari droit de
l’homme (Prancis), human rights (Inggris), dan menselijke rechten (Belanda). Di
Indonesia istilah hak asasi lebih dikenal dengan istilah “hak-hak asasi” sebagai
terjemahan dari Basic Right (Inggris) dangrondrechten (Belanda), atau bisa juga
disebut hak-hak fundamental (civil rights). Istilah hak asasi secara monomental
lahir sejak keberhasilan Revolusi Prancis tahun 1789 dalam “Declaration des
Droits de L’homme et du Citoyen” (hak-hak asasi manusia dan warga prancis),
dengan semboyan Liberte, Egalite, dan Fraternite. Namun demikian, sebenarnya
masalah hak-hak asasi manusia telah lama diperjuangkan manusia di permukaan
bumi.
Jika berbicara mengenai hak asasi manusia dewasa ini tentu tak terlepas
dari hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya terutama hak-hak politik. Politik
merupakan bagian dari demokrasi yang mana sekarang ini sedang digalakkan
untuk menciptakan negara yang benar-benar berdasarkan demokrasi. Hak
seseorang untuk ikut dalam suatu kegiatan politik telah diatur dalam beberapa
pasal dalam konstitusi yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Dalam pasal tersebut menjelaskan bahwa seseorang berhak untuk
dipilih dan memilih sebagai salah satu esensi dari negara demokrasi. Dengan
demikian, pengakuan terhadap aspek-aspek demokrasi terutama dalam hal politik
merupakan hal yang diterima dalam aturan-aturan baik nasional maupun
internasional mengenai hak-hak asasi manusia. Namun jika dilihat kenyataannya,
tidak semua orang mendapatkan kesempatan dalam hal politik. banyak orang yang
berusaha untuk membuat negara ini maju malah terhalangi oleh mekanisme yang
berbelit-belit dan sangat sulit sehingga tidak mampu lagi untuk melanjutkannya.
Salah satu hal yang menjadi permasalahan saat ini adalah adanya proses kolusi
dalam pelaksanaan politik yang katanya berdasarkan asas demokrasi tersebut.
Penegakan hukum terhadap pelanggaran hak asasi manusia juga
mengalami hal yang sama. Dengan banyaknya kasus-kasus pelanggaran HAM
yang tersebar ke seluruh penjuru negeri, kurang dari 20 persen yang
ditindaklanjuti oleh aparatur penegak hukum. Beberapa lembaga yang menjadi
pelindung terhadap pelanggaran semacam itu tampaknya hanya bersikap pasif
dalam hal upaya penegakan hak asasi manusia.
Banyak cara untuk menegakkan hak asasi manusia. Salah satunya adalah
dengan mengaktifkan kembali lembaga-lembaga pelindung terhadap HAM yang
tertidur beberapa tahun belakangan ini. Dengan adanya lembaga tersebut maka
diharapkan mampu menanggulangi banyaknya kasus pelanggaran hak asasi
manusia yang ada di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) ?
2. Bagaimana Pengadilan HAM di Indonesia?
3. Apa Hambatan Dan Tantangan Pengadilan Dalam Menengakkan HAM?
4. Bagaimana upaya penengakan kasus HAM di pengadilan?
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengadilan HAM
Pengadilan hak asasi manusia di Indonesia dibentuk berdasarkan UU RI
No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan hak asasi manusia. Pengadilan hak asasi
manusia merupakan pengadilan khusus yang berada dilingkungan pengadilan
umum dan berkedudukan di daerah kabupaten atau kota. Untuk daerah khusus ibu
kota Jakarta, pengadilan HAM berkedudukan di setiap wilayah pengadilan negeri
yang bersangkutan. Adapun tugas dan wewenag pengadilan HAM adalah sebagai
berikut:
1. Memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang berat
2. Memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM yang berat yang
dilakukan di luar batas territorial wilayah Negara RI oleh WNI
3. Pengadilan HAM tidak berwenang mengadili seseorang yang berumur di
bawah 18 tahun
A. Kesimpulan
HAM dapat diartikan sebagai hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir,
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak dapat diganggu gugat atau
dicabut oleh siapapun juga dan tanpa hak dasar itu manusia akan kehilangan
harkat dan martabat kemanusiaannya sebagai manusia.
Mekanisme penyelesaian terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM
mengacu kepada prinsip exhaustion of local remedies, yaitu melalui mekanisme
pengadilan nasional (Pengadilan HAM), ada yang bersifat permanen dan ada yang
bersifat ad hoc sesuai perundang-undangan negara yang bersangkutan. Namun
jika negara yang bersangkutan tidak mampu untuk mengadili pelanggaran HAM
dengan hukum nasionalnya, maka dunia internasional melalui Mahkamah Pidana
Internasional (Internasional Criminal Court/ICC) pelaku pelanggaran HAM dapat
diadili