Oleh : Alimudin
Pemaparan yang disampaikan oleh McDonald dan Lee Cameron menjelaskan bagaimana
reformasi itu terjadi dan bagaimana pengaruhnya terhadap pemikiran politik. Menurutnya,
reformasi agama adalah simbol perlawanan terhadap dominasi Gereja Katholik Roma. Secara
tegas disebutkan; “The reformation symbolized a transfer of a good many of the powers and
functions of the medieval church to the secular state. But the most important shift, the shift ini
the loyalities of ordinary people,”
Reformasi agama telah menumbuhkan kesadaran individual akan pentingnya hak-hak politik dan
kebebasan individu, sehingga gerakan ini melahirkan benih-benih demokrasi politik dan
meletakan dasar perkembangan kapitalisme. Meskipun pada awalnya reformasi agama hanya
protes terhadap dominasi Gereja Katholik Roma, namun gerakan ini mampu mempengaruhi
sejarah pemikiran sosial, keagamaan dan politik di Eropa Barat. Sejumlah tokoh yang
mempelopori gerakan reformasi gereja diantaranya Martin Luther, John Calvin, Zwingli, dan
John Knox.
Kejatuhan Imperium Romawi Barat oleh bangsa Barbar menjadi awal Abad Pertengahan.
Periode sejarah ini juga disebut Abad Kegelapan (dark age) di Eropa, karena setelah keruntuhan
Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 M, Gereja Katholik Roma mendominasi kehidupan
masyarakat. Pengetahuan yang berkembang di luar penafsiran gerejawi dianggap sebuah
pelanggaran dan mendapatkan hukuman. Prinsip-prinsip moralitas menjadi dasar bangunan
sosial dan politik sehingga membuat kekuasaan kepausan menjadi begitu berpengaruh di segala
bidang, sehingga perkembangan ilmu pengetahuan menjadi terhambat. Gerakan protes terhadap
dominasi kepausan ternyata juga terjadi di sejumlah wilayah kekuasaan Gereja Katholik Roma.
Gerakan perlawanan diawali dengan sekte penentang kekuasaan Paus yang dipelopori
oleh Peter Waldo, yang pengikutnya sering disebut Waldensian. Kelompok ini melancarkan
gerakan anti sakramen gereja di lembah Pegunungan Alpine. Waldensian hanya mendasarkan
ibadah mereka pada apa yang tertulis dalam Alkitab. Mereka percaya adanya kesamaan hak
spiritual sesama manusia. Mereka menolak doktrin neraka, pembelian surat pengakuan dosa, doa
untuk santa dan semua sakramen kecuali pembaptisan dan komuni. Kemudian gerakan ini
mendapatkan reaksi keras dari Vatikan yang ketika itu dipimpin oleh Paus Innocentius III.
Selain di Pegunungan Alpine, gerakan reformasi gereja juga terjadi di Inggris pada abad
ke-14 yang dipelopori oleh John Wyclif. Sekitar tahun 1374, Wyclif menentang kesewenang-
wenangan Paus seperti penjualan surat-surat pengampunan dosa dan jabatan-jabatan gerejawi, di
saat yang sama juga terjadi penyimpangan tata cara ibadah yang tidak sesuai dengan ajaran
Alkitab yang dinilai mengarah kepada hal-hal mistik. Perlawanan Wyclif salah satunya
diwujudkan dengan menerjemahkan Alkitab dari bahasa Latin ke dalam bahasa Inggris pada
tahun 1382, tujuannya agar semua orang dapat membaca Alkitab. Khotbah-khotbah Wiyclif pada
akhirnya ditentang Paus dengan mengeluarkan Bulla, akibatnya kegiatan-kegiatan serta tulisan
Wyclif dilarang oleh gereja.
Gerakan reformasi Wyclif ternyata menginpirasi John Huss dari Bohemia atau
Cekoslowakia. Buku karangan Wyclif berjudul Trialogus diterjemahkan oleh Huss ke dalam
bahasa Cekoslowakia. Huss sangat geram dengan sifat keduniawian para rohaniwan gereja saat
itu, termasuk Paus. Dalam bukunya yang berjudul On the Church, Huss mencela otoritas kaum
rohaniwan, menurutnya hanya Tuhan yang dapat mengampuni dosa. Ajaran-ajaran Huss
dianggap sesat oleh Paus kemudian memerintahkan Uskup Agung Bohemia untuk mengambil
tindakan perlawanan terhadap ajaran Wyclif, bahkan sampai Paus John XXIII menggunakan
kekuasaannya untuk mengucilkan Hus dan para pendukungnya dari gereja. Huss kemudian
diadili saat mengahadiri Konsili Konstanz di Jerman, ia dipenjara lalu dieksekusi dengan cara
dibakar di tiang salib pada tanggal 6 Juli 1415.
Tokoh reformasi lainnya adalah Thomas More dari Inggris. Pada tahun 1516, Thomas
More menerbitkan karya yang terkenal yakni Utopia. More menggambarkan sebuah masyarakat
pulau yang serba tertib dan teratur baik dalam kehidupan sosial, politik maupun agama.
Gambaran ini menjadi kritik tajam terhadap feodalisme masyarakat pada saat itu. Meski
melakukan kritik, More tetap mempertahankan tradisi agama yang kuat, bahkan ia melakukan
pembelaan terhadap iman Kristen yang dikritik oleh Luther. Tapi sayang, Thomas More harus
menerima hukuman gantung pada tanggal 6 Juli 1535 di Menara London karena menolak
membatalkan pernikahannya dengan Catherine dari Aragon, sikapnya ini dianggap menghianati
Raja Henry VIII.
Meski ada terjadi gerakan perlawan di berbagai wilayah atas dominasi gereja, namun
sebagian besar sejarawan menitikberatkan reformasi gereja Abad Pertengahan terjadi tahun 1517
yakni saat Marthin Luther melakukan aksi protes dengan menyatakan 95 tesis yang ditempelkan
di pintu gerbang gereja Wittenberg. Menurut McDonald dan Lee Cameron, Luther merupakan
pelopor reformasi gereja di Jerman yang paling berpengaruh, sehingga gerakan ini berdampak
luas di belahan Eropa Barat. Aksi protes didasari oleh keprihatinan Luther atas penjualan surat
pengampunan dosa (indulgencies) dan hasilnya untuk membangun Gereja Basilika St Petrus di
Roma. Padahal kondisi masyarakat Jerman, yang sebagian besar adalah petani, telah diberatkan
dengan tagihan pajak-pajak. Menurutnya, masyarakat lebih baik diajarkan untuk menyisihkan
uang bagi orang miskin daripada untuk membeli surat pengakuan dosa. Sebab, gereja tidak
memiliki hak menjadi wakil Tuhan untuk mengampuni dosa manusia. Menurut Luther, semua
orang di hadapan Tuhan adalah sama, pertobatan merupakan ajaran keselamatan yang bisa
dilakukan semua orang tanpa melalui perantara gereja (justification by faith).
Kaum bangsawan pada saat itu juga mendukung gerakan reformasi gereja karena
bangsawan juga merasa marah kepada gereja karena kepemilikan tanah mereka sering diambil
alih oleh gereja dengan alasan yang tidak jelas. Sehingga terjadi keberpihakan kaum bangsawan
kepada gerakan Luther untuk menentang dominasi Gereja Katholik Roma. Hal tersebut dapat
dilihat dari dukungan bangsawan Federick yang menyembunyikan Luther di Menara Watburg
untuk menghindari serangan kelompok fanatik pada 1521. Sebab, berdasarkan hasil sidang
Dewan Gereja Katholik di Roma, Luther dianggap menghina lembaga kepausan kemudian
dikucilkan. Dengan adanya dukungan bangsawan tersebut, maka Luther tidak mengalami nasib
seperti Giordano Bruno yang dibakar hidup-hidup maupun Girolamo Sarvanarolla yang
digantung lalu dibakar. Gerakan reformasi Luther telah mengubah keyakinan lama yang
mendasari dasar-dasar keimanan Kristen. Diantaranya, mengizinkan perkawinan pemimpin
gereja dan menterjemahkan Alkitab dari bahasa Latin ke Bahasa Jerman.
Gerakan reformasi ternyata juga terjadi di sejumlah wilayah di luar Jerman. Tokoh
penting lainnya dalam reformasi gereja adalah John Calvin. Ia lahir di Noyon, Picardy, Prancis,
tahun 1509. Calvin adalah anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Gerard Cauvin dan
Jeanne Le Franc Cauvin. Calvin belajar di Universitas Paris untuk menempuh pendidikan
keimaman (priesthood) yang kemudian meraih gelar Master of Arts. Namun setalah sang ayah
diekskomunikasikan dari gereja karena konflik dengan atasanya, Calvin mendalami kajian
hukum di Orlens, tempat dimana ia dipengaruhi oleh para pengikut Luther. Kemudian Calvin
melanjutkan ke Universitas Bourges di bawah seorang pengacara humanis yang bernama Andrea
Alciati. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan di sana dengan meraih gelar doktor hukum tahun
1531.
Pemikiran Calvin yang cukup terkenal yakni tentang takdir. Menurutnya nasib manusia
telah ditentukan oleh takdir (predestination) dan satu-satunya sumber keselamatan manusia
adalah Tuhan (grace of God). Oleh karena itu, manusia perlu berbuat baik untuk memuliakan
nama Tuhan. Gagasan ini telah menjadi basis teologi kekristenan. Namun adanya banyak
keberatan dari berbagai pihak tentang doktrin predesetinasi yang dirumuskan Calvin ini. Calvin
juga mengajarkan tentang ajaran tentang hidup aksetis atau aksetif duniawi. Menurut Calvin
kehidupan sehari-hari adalah sarana yang paling tepat dalam mengontrol dan menahan nafsu
binatang yang melekat pada diri manusia. Sehingga menjadi seorang biarawan atau biarawati
bukanlah hal yang tepat. Asketisme yang diusung oleh John Calvin inilah yang menjadi
rasionalitas dan juga efisiensi kekristenan. Calvin memiliki peran penting dalam sejarah
perkembangan Eropa karena telah meletakkan dasar-dasar teologis, filosofis, dan intelektual
yang kokoh bagi keberhasilan gerakan reformasi Protestan dan memiliki sumbangan terhadap
kemajuan kapitalis Eropa pada abad modern.
Gerakan reformasi gereja menjadi penting karena menjadi titik awal lahirnya negara
bangsa dan liberalisme. Banyak kaisar dan raja-raja yang melepaskan diri dari pengaruh Gereja
Katholik Roma. Meskipun secara organisasi kepausan akhirnya juga melakukan reformasi
internal. Tulisan-tulisan Luther yang tersebar luas, khususnya di Eropa Barat dan Eropa Utara
(Skandinavia), telah mempengaruhi pemikiran secara luas untuk membebaskan diri dari
dominasi gereja. Secara perlahan orang-orang Eropa Barat yang merasa ditindas oleh bangsawan
yang memiliki kaitan erat dengan gereja melakukan pemberontakan dengan semangat
reformisnya. Pada tahun 1525 terjadi pemberontakan petani akibat ketidakadilan para
bangsawan. Meskipun demikain, pada akhirnya Luther sendiri mengkoreksi radikalisme tersebut
dan meminta jemaatnya untuk mengutamakan kasih, toleransi dan kesabaran.
Pada abad pertengahan konteks hubungan kepausan dengan raja-raja (penguasa wilayah)
memang saling mempengaruhi dan sulit dibedakan batasan-batasannya. Misalnya, dalam
pengangkatan jabatan keuskupan. Paus merasa berwenang menentukan seorang uskup karena hal
itu adalah jabatan gereja, namun raja juga melihat hal tersebut perlu karena berada di wilayah
kekuasannya, sehingga sering terjadi uskup adalah seorang tuan tanah yang memiliki hubungan
dekat dengan raja. Namun demikian, kebijakan Gereja Katholik Roma tetap menjadi tetap yang
dominan, sebab Paus adalah sumber yurisdiksi gereja yang memiliki otoritas untuk campur
tangan secara langsung dalam setiap persoalan.
Gerakan reformasi gereja juga di dukung dengan kemajuan percetakan saat itu, sehingga
gagasan-gagasan dan pemikiran dapat cepat tersebar ke berbagai wilayah. Alat percetakan juga
turut menyumbang reformasi gereja. Meskipun menurut catatan sejarah alat cetak telah
dikembangkan berabad-abad sebelumnya oleh orang Cina, namu alat cetak pertama di Eropa
yang dapat diindentifikasi adalah percetakan Johann Gutenberg di Mainz, yakni sekitar tahun
1454. Pada tahun 1456, percetakan ini menghasilkan Alkitab berbahasa Latin. Kemudian juga
dapat mencetak buku-buku yang disebarluaskan. Seperti Alkitab Perjanjian Baru yang berbahasa
Yunani karya Erasmus yang dipergunakan oleh Marthin Luther. Lalu ada karya-karya Luther
yang tersebar di Inggris dikritik oleh Thomas More.
Tak dapat dipungkiri gerakan reformasi gereja yang dipelopori oleh Luther dan kawan-
kawan telah mengubah paradigma baru terhadap dominasi gereja. Selain melahirkan aliran-aliran
dalam agama kristen seperti Lutherisme, Calvinisme, Anglican dan Katholik, reformasi juga
memiliki dampak sosial dan politik, yakni munculnya negara-negara nasional yang tidak terikat
dengan lembaga kepausan Gereja Katholik Roma.
Selain itu, Islam juga memberikan kontribusi pada periode Khalifah Turki Usmani yang
mencapai massa keemasan di bawah pimpinan Sultan Muhammad II Al-Fatih. Hal ini terlihat
dari sektor perdagangan yang maju dan hasil pajak yang melimpah. Selain itum, pada masa Al-
Fatih kejayaan kesultanan juga ditopang dengan kesadaran masyarakat yang rela mengeluarkan
tanah wakaf bagi kepentingan agama dan umum, sehingga pertumbuhan ekonomi melajut
dengan pesat. Pada masa Al-Fatih juga dilakukan penerjemahan khazanah-khazanah lama dari
bahasa yunani, latin, Persia dan Arab ke dalam bahasa Turki, salah satu buku yang
diterjemahkan adalah Masyahir Al-Rijal karya Poltark, kemudian buku karangan Abu Al-Qasim
Al-Zaharowi Al-Andalusi, seorang ahli kedokteran yang berjudul Al-Tashrif Fi Al-Thibbi. Buku
ini kemudian diberi tambahan pembahasan alat-alat untuk bedah dan posisi pasien tatkala terjadi
operasi bedah. Oleh karena itu, kekhalifahan Usmani dinilai telah turut membangun peradaban
umat manusia.
Analisis
Reformasi gereja telah membawa perubahan tatanan kehidupan ke arah yang lebih baik
yang dapat dirasakan umat manusia sampai saat ini, baik itu dari sisi kehidupan sosial politik
maupun penyempurnaan ajaran agama pada pihak gereja. Tumbuhnya negara-negara nasional
yang melepaskan dari pengaruh gereja merupakan perubahan yang penting dalam politik modern
karena kemakmuran bangsa menjadi tujuan nasional setiap negara. Untuk mencapai
kemakmuran tersebut, maka setiap bangsa harus tercipta tatanan politik yang demokratis.
Selain reformasi gereja, peradaban Islam juga diyakini memiliki andil dalam
perkembangan keilmuan yang meletakkan dasar pemikiran-pemikiran modern, baik dalam
bidang ilmu filsafat, sejarah, maupun ekonomi. Kehadiran Islam di dunia Barat dinilai turut
menyelamatkan warisan literatur keilmuan dan beberapa peninggalan Konstantinopel dari
kepunahan. Sehingga kehadiran Islam juga perlu mendapat perhatian dalam perkembangan
keilmuan modern.
Daftar Pustaka:
BUKU:
1) McDonald dan Lee Cameron, Western Political Theory: From its Origin to the Present, New
York: Hartcout, Brace and World Inc. 1968.
2) Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.
4) Gerald F. Gaus dan Chandran Kukathas, Handbook Teori Politik, Nusamedia, Bandung,
2016.
5) McGrath E. Alister, Sejarah Pemikiran Reformasi, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2006.
6) Didin Saefuddin Buchori, Sejarah Politik Islam, Pustaka Intermasa, Jakarta, 2009.
7) Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam, Kencana, Jakarta,
2017.