Karya Ilmiah
Karya Ilmiah
PENDAHULUAN
Masalah yang banyak di derita oleh sebagian besar masyarakat di dunia ini
adalah penyakit gigi dan mulut, secara umum penyakit yang banyak di keluhkan
oleh masyarakat adalah karies dan kerusakan jaringan periodontal, karies banyak
dijumpai pada kehidupan manusia modern karena dikaitkan dengan pola hidupnya
sehari-hari seperti pola makan dengan makanan olahan yang lebih mudah melekat
pada permukaan gigi.
Untuk menghindari karies gigi beberapa upaya dilakukan baik dengan cara
internal Maupin eksternal. Dengan cara internal seperti memperhatikan makanan
yang baik dengan banyak mengonsumsi sayur dan buah-buahan serta air minum
secukupnya. Sedangkan secara eksternal lebih kepemeliharaan individual itu
sendiri serta kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan, contohnya menggosok gigi
dilakukan sebanyak 2-3 kali sehari terutama setelah makan. Menggosok gigi
sangat penting dilakukan terutama dalam pasta gigi mengandung zat-zat yang
dapat menghindari gigi dari karies. Zat yang sangat penting untuk kesehatan gigi
yang dipercaya ada hubungannya dengan penunda karies gigi adalah fluoride.
Senyawa Fluoride dalam pasta gigi antara lain: stannous Fluoride, Sodium
Fluoride, dan Sodium Monophosphate Fluoride. Fungsi utama senyawa Fluoride
1
agar jaringan keras gigi lebih tahan terhadap lingkungan asam dan bersifat
kariogenik, serta bersifat bakterisida dan memiliki efek antiplak tambahan.
2
Manfaat untuk pendidikan : sebagai referensi untuk mahasiswa terutama
untuk makasiswa kesehatan.
Manfaat buat pembaca : agar pembaca mampu memahami dan mengetahui
cara penggunaan fluorite dalam pencegahan karies gigi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Karies gigi merupakan penyakit yang terdapat pada jaringan keras gigi
yaitu email, dentin dan sementum yang mengalami proses kronis regresif. Karies
gigi terjadi karena adanya interaksi antara bakteri di permukaan gigi, plak atau
biofilm dan diet, terutama komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh
bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat. Yang ditandai dengan
adanya demineralisasi jaringan keras gigi dan rusaknya bahan organik akibat
terganggunya keseimbangan email dan sekelilingnya, menyebabkan terjadinya
invasi bakteri serta kematian pulpa bakteri dapat berkembang ke jaringan
periapeks sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri pada gigi.
Karies gigi dimulai dengan kerusakan pada email yang dapat berlanjut ke
dentin. Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak beserta
bakteri penyusunnya. Dalam proses terjadinya karies, mikroorganisme
lactobacillus dan Streptococcus mempunyai peranan yang sangan besar. Proses
4
karies dimulai oleh Streptococcus dengan membentuk asam sehingga
menghasilkan pH yang lebih rendah. Penurunan pH tersebut mendorong
laktobacillus untuk memproduksi asam dan menyebabkan terjadinya proses
karies.
5
sempurna dan gigi harus direstorasi. Jika lesi awal karies mengalami
demineralisasi terus-menerus, maka lesi akan berlanjut ke dentin membentuk
kavitas yang tidak dapat kembali normal (irreversibel), tetapi mungkin juga tidak
berkembang (arrested).
a) Pengalaman karies
b) Umur
6
o Periode pubertas (remaja) umur antara 14- 20 tahun. Pada masa ini
terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan
pembengkakan gusi, sehingga kurang terjaganya kebersihan mulut
dan dapat meningkatkan presentase karies.
o Umur antara 40-50 tahun.
Pada umur ini sudah terjadi retraksi atau menurunnya gusi dan papila
sehingga, sisa-sisa makanan sering lebih sukar dibersihkan.
c) Jenis Kelamin
Nilai DMFT wanita masa anak-anak dan remaja lebih tinggi dibandingkan
pria. Walaupun demikian, komponen gigi yang hilang (M,missing) lebih sedikit
daripada pria umumnya karena oral higiene wanita lebih baik. Sebaliknya, pria
mempunyai komponen tumpatan pada gigi (F, filling) yang lebih banyak dalam
indeks DMFT.
d) Sosial Ekonomi
Ada hubungan antara keadan ekonomi dan prevalensi karies. Faktor yang
mempengaruhi perbedaan ini ialah pendidikan dan penghasilan yang berhubungan
dengan diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-lain. Hubungan antara status sosial
ekonomi berbanding terbalik, peningkatan status sosial ekonomi merupakan
faktor risiko terjadinya karies gigi dan secara umum diukur dari indikator seperti
pendapatan, tingkat pendidikan, pola hidup dan prilaku kesehatan gigi. Karies
lebih sering terjadi pada kelas sosial ekonomi rendah dibandingkan dengan kelas
sosial ekonomi tinggi. Sebenarnya hal ini terjadi bukan karena mahalnya biaya
perawatan gigi, tetapi lebih karena besarnya rasa kebutuhan terhadap kesehatan
gigi.
e) Oral Higiene
Salah satu komponen dalam terjadinya karies adalah plak bakteri pada
gigi. Karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis
dari permukaan gigi. Pembersihan dengan menggunakan pasta gigi mengandung
7
fluoride secara rutin dapat mencegah karies. Pemeriksaan gigi yang teratur dapat
mendeteksi gigi yang berpotensi menjadi karies. Kontrol plak yang teratur dan
pembersihan gigi dapat membantu mengurangi insidens karies gigi. Bila plaknya
perawatan gigi, tetapi lebih karena besarnya rasa kebutuhan terhadap kesehatan
gigi.
f) Pola Makan
Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal
daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Kadar
kariogenik dalam makanan tergantung pada komponen-kompnennya dan
dipengaruhi berbagai macam faktor. Karbohidrat akan di metabolisme oleh
bakteri plak menjadi asam dengan kadar yang berbeda. Seseorang dengan
kebiasaan diet gula terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada
giginya dibandingkan kebiasaan diet lemak dan protein. Setiap kali seseorang
mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat yang dapat
diragikan, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan memulai
memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-
30 menit setelah makan. Diantara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir
asam dan membantu proses remineralisasi. Tetapi apabila makanan dan minuman
berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi
karies.
Gula bukan hanya terdapat pada makanan, tetapi juga terdapat pada
minuman. Minuman yang mengandung gula seperti jus, minuman soda berpotensi
8
menyebabkan demineralisasi enamel karena nilai pH yang rendah mempengaruhi
perkembangan bakteri di rongga mulut. Beberapa jenis diet yang dapat
mempengaruhi naik dan turunnya pH rongga mulut yaitu:
Ketiga diet ini dipengaruhi oleh jenis makanan, frekuensi konsumsi gula,
lamanya retensi makanan, komposisi dan kemampuan makanan merangsang
sekresi saliva. Diet yang seimbang akan menurunkan risiko karies dan
meningkatkan kesehatan umum.
Fluor adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang F dan nomor atom 9. Namanya berasal dari bahasa Latin fluere, berarti
"mengalir”. Dalam bentuk murninya dia sangat berbahaya, dapat menyebabkan
pembakaran kimia parah begitu berhubungan dengan kulit. Flour merupakan
unsur nonlogam yang paling elektronegatif, oleh sebab itu juga merupakan unsur
9
yang paling reaktif. Jika didekatkan dengan bahan-bahan yang terbuat dari
minyak dan gas maka akan dapat menimbulkan api. Fluor sangat reaktif sehingga
jarang ditemukan dalam keadaan bebas, fluor biasa dijumpai berikatan dengan
unsur atau senyawa lain, sehingga biasanya berbentuk dalam senyawa seperti
fluorit , kriolit, dan apatit. Fluor yang berikatan dengan oksigen akan membentuk
senyawa fluorida, yang terdapat dalam mineral yang terlarut dalam air sungai dan
air laut.
Fluor merupakan unsur yang penting dalam pembentukan gigi dan tulang.
Kekerasan gigi dan tulang ditentukan oleh kadar senyawa-senyawa kalsium yang
tinggi di dalam tulang. Fluor adalah mineral yang secara alamiah terdapat di
semua sumber air termasuk laut. Fluor tidak pernah ditemukan dalam bentuk
bebas di alam. Ia bergabung dengan unsur lain membentuk senyawa fluoride.
Fluor biasa ditemukan pada ikan, daging, sayuran, buah-buahan, susu,
ikan teri serta air minum yang telah terfluoridasi. Fungsi fluor untuk tubuh
sangatlah banyak sekali, terutama fungsi yang berkaitan dengan pembentukan gigi
dan tulang. Fungsi fluor untuk tulang adalah membantu mineralisasi tulang dan
mencegah osteoporosis. Sedangkan fungsi fluor pada gigi adalah untuk
mengurangi insiden terjadinya karies dengan menghambat metabolism bakteri
karies, menghambat demineralisasi enamel dengan meningkatkan
remineralisasinya.
Pemakaian fluor pada gigi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan
cara sistemik maupun topical. Cara sistemik ini berpengaruh pada waktu
pertumbuhan dan perkembangan gigi. Sedangkan cara topical pengaruhnya ialah
pada saat gigi tersebut telah tumbuh untuk melindungi gigi.
Fluor ini memiliki dampak yang sangat banyak bagi tubuh. Selain dampak
positif yang telah dijelaskan diatas, dampak negative kekurangan serta kelebihan
fluor sangatlah banyak. Seperti dampak kekurangan fluor yaitu gigi akan mudah
rapuh dan rentan terserang karies. Sedangkan jika konsumsi fluor secara berlebih
juga menimbulkan keadaan negative yang disebut fluorosis, keadaan ini ditandai
dengan adanya mottled enamel pada gigi serta dapat menimbulkan kerusakan
ginjal jika dikonsumsi dalam dosis yang tinggi.
10
a. Penggunaan Fluor Secara Topikal
1. Topikal Aplikasi
11
Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF2, APF yang
memakainya diulaskan pada permukaan gigi dan pemberian varnish fluor. NaF
digunakan pertama kali sebagai bahan pencegah karies. NaF merupakan salah satu
yg sering digunakan karena dapat disimpan untuk waktu yang agak lama,
memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai gigi serta tidak mengiritasi
gingiva. Senyawa ini dianjurkan penggunaannnya dengan konsentrasi 2%,
dilarutkan dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml (Yanti, 2002).
Sekarang SnF2 jarang digunakan karena menimbulkan banyak kesukaran,
misalnya rasa tidak enak sebagai suatu zat astringent dan kecenderungannya
mengubah warna gigi karena beraksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan,
serta mengiritasi gingiva. SnF2 juga akan segera dihidrolisa sehingga harus selalu
memakai sediaan yang masih baru (Kidd dan Bechal, 1991). Konsentrasi senyawa
ini yang dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi ini diperoleh dengan
melarutkan bubuk SnF2 0,8 gramdengan air destilasi 10 ml. Larutan ini sedikit
asam dengan pH 2,4-2,8.
APF lebih sering digunakan karena memiliki sifat yang stabil, tersedia
dalam bermacam-macam rasa, tidak menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak
mengiritasi gingiva. Bahan ini tersedia dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai,
merupakan bahan topikal aplikasi yang banyak di pasaran dan dijual bebas. APF
dalam bentuk gel sering mempunyai tambahan rasaseperti rasa jeruk, anggur dan
jeruk nipis (Yanti, 2002).
Pemberian varnish fluor dianjurkan bila penggunaan pasta gigi
mengandung fluor, tablet fluor dan obat kumur tidak cukup untuk mencegah atau
menghambat perkembangan karies. Pemberian varnish fluor diberikan setiap
empat atau enam bulan sekali pada anak yang mempunyai risiko karies tinggi.
Salah satu varnish fluor adalah duraphat (colgate oral care) merupakan larutan
alkohol varnis alami yang berisi 50 mg NaF/ml (2,5 % sampai kira-kira 25.000
ppm fluor). Varnish dilakukan pada anak-anak umur 6 tahun ke atas karena anak
dibawah umur 6 tahun belum dapat menelan ludah dengan baik sehingga
dikhawatirkan varnish dapat tertelan dan dapat menyebabkan fluorosis enamel
(Angela, 2005).
12
2. Pasta gigi fluor
Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang
mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies (Angela, 2005). Akan tetapi
pemakaiannya pada anak pra-sekolah harus diawasi karena pada umunya mereka
masih belum mampu berkumur dengan baik sehingga sebagian pasta giginya bisa
tertelan. Kebanyakan pasta gigi yang kini terdapat di pasaran mengandung kira-
kira 1 mg F/g ( 1 gram setara dengan 12 mm pasta gigi pada sikat gigi) (Kidd dan
Bechal, 1991).
Ada beberapa pendapat mengenai efek aplikasi fluor secara topikal dalam
menghambat karies gigi yaitu enamel menjadi lebih tahan terhadap demineralisasi
asam, dapat memacu proses remineralisasi pada permukaan enamel, menghambat
sistem enzim mikrobiologi yang merubahkarbohidrat menjadi asam dalam plak
gigi dan adanya efek bakteriostatik yang menghambat kolonisasi bakteri pada
permukaan gigi (Lubis, 2001).
13
penggunaan kolektif yaitu fluoridasi air minum (biasa kita peroleh dari air
kemasan) dan fluoridasi garam dapur (Ars creation, 2010).
Fluor yang terionisasi (F-) tidak dapat menembus dinding dan membran
bakteri , tetapi dapat masuk ke sel bakteri kariogenik dalam bentuk HF.
Ketika pH plak turun akibat bakteri yang menghasilkan asam, ion
hydrogen akan berikatan dengan fluor dalam plak membentuk HF yang
dapat berdifusi secara cepat ke dalam sel bakteri.
Di dalam sel bakteri, HF akan terurai menjadi H+ dan F-. H+ akan
membuat sel menjadi asam dan F- akan mengganggu aktivitas enzim
bakteri.
Contohnya fluor menghambat enolase (enzim yang dibutuhkan bakteri
untuk metabolisme karbohidrat).
Terperangkapnya fluor di dalam sel merupakan proses yang kumulatif.
2. Menghambat demineralisasi
14
Mineral di dalam gigi (email, sementum, dentin) dan tulang adalah
karbonat hidroksiapatit, dengan formula Ca10-x(Na)x(PO4)6-y(CO3)z(OH)2-
u(F)u.
15
3. Meningkatkan remineralisasi
16
2. Kekurangan fluor ini akan mengakibatkan gigi menjadi rapuh.
3. Selain gigi menjadi rapuh, bila kekurangan flour ini dapat menyebabkan gigi
mudah terserang karies atau gigi gigis (caries dentis).
Fluorosis sendiri adalah perubahan yang tampak pada gigi akibat konsumsi
fluor yang berlebihan pada awal masa anak-anak ketika giginya sedang
tumbuh. Dampak fluorosis ini bisa ringan dan bisa pula fatal, flourosis gigi
ditandai dengan :
a) Noda coklat atau bintik-bintik kuning yang menyebar di permukaan gigi
akibat pembentukan email gigi yang tidak sempurna.
17
b) Email gigi yang tidak sempurna menyebabkan gigi menjadi mudah
berlubang.
c) Timbul bercak putih dan cokelat di gigi.
Kasus ini banyak ditemukan di Indonesia. Walau berdampak ringan dan tidak
menimbulkan rasa nyeri pada gigi, namun bisa mengurangi penampilan akibat
gigi yang tidak sedap dipandang mata.
Gigi bisa berlubang yang akhirnya hancur atau tanggal.
Kerusakan hati. Gejala-gejala penyakit/kerusakan hati akibat fluorosis
biasanya sama dengan gejala penyakit lever yang disebabkan faktor lain.
Walau kasus fluorosis yang menyebabkan penyakit lever ini belum
ditemukan, orang tua harus tetap memantau pemakaian pasta gigi pada anak.
Kerusakan ginjal. Hingga saat ini kasus semacam ini amat jarang ditemukan.
Namun kelebihan fluor juga bisa mengakibatkan kerusakan ginjal yang bila
tidak segera ditangani akan mengarah pada gagal ginjal.
Kerapuhan tulang (osteoporosis). Tidak hanya gigi yang dibuat rapuh/rusak,
tapi juga seluruh tulang akan terancam rapuh. Akibat lebih lanjut, tumbuh-
kembang si kecil jadi terhambat sementara pengobatannya pun amat sulit.
Kerusakan pada gigi berupa perubahan warna gigi menjadi tidak putih lagi
seperti gigi yang sehat tetapi menjadi pucat dan buram dan yang paling parah
adalah warna gigi menjadi gelap dan gigi menjadi rapuh. Proses tersebut
disebut fluorosis. Fluorosis tidak dapat diobati, tetapi kalau tanda tersebut
diketahui lebih awal dapat dicegah agar tidak lebih berlanjut.
Kelebihan fluor tersebut juga akan merusak tulang, mengakibatkan rasa sakit
yang hebat pada tulang dan akibat yang paling fatal dapat mengakibatkan
kelumpuhan. Hal ini juga dapat menyebabkan anemia, email gigi kita terlihat
ada bercak-bercak putih yang dinamakan mottled enamel. Mottled enamel
(spot putih) akibat kelebihan flour karena pengaruh air minumnya. Terkadang
dapat menimbulkan noda yang berwarna coklat sampai hitam. kerusakan gigi
yang pada stadium lanjut gigi menjadi bergaris-garis gelap dan terlihat seperti
lubang dan gigi yang tanggal.
18
Kepadatan gigi meningkat, mengganggu impuls syaraf serta pertumbuhan
tulang diluar tulang belakang.
Kelebihan fluor juga dapat menimbulkan gangguan kelenjar thyroid
b. Sangat ringan (Very Mild) : dalam jenis ini ada daerah putih sangat kecil yang
kadang-kadang terlihat pada permukaan gigi, tapi tidak melibatkan lebih dari 25%
dari permukaan gigi.
c. Ringan (Mild) : dalam jenis ini ada keterlibatan gigi lebih luas dan melibatkan
50% dari permukaan gigi.
d. Sedang (Moderate) : gigi memiliki keterlibatan permukaan yang lebih banyak,
mengalami atrisi, dan menunjukkan pigmentasi kuning atau coklat.
e. Berat (Severe) : semua permukaan enamel terlibat, terdapat noda coklat yang
luas, dan permukaan gigi mengalami korosi.
(Walton dan Torabinejab, 1996)
19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1) Karies gigi merupakan penyakit yang terdapat pada jaringan keras gigi
yaitu email, dentin dan sementum yang mengalami proses kronis regresif.
2) Karies gigi dimulai dengan kerusakan pada email yang dapat berlanjut ke
dentin. Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak
beserta bakteri penyusunnya. Dalam proses terjadinya karies,
mikroorganisme lactobacillus dan Streptococcus mempunyai peranan
yang sangan besar. Proses karies dimulai oleh Streptococcus dengan
membentuk asam sehingga menghasilkan pH yang lebih rendah.
Penurunan pH tersebut mendorong laktobacillus untuk memproduksi asam
dan menyebabkan terjadinya proses karies.
3) Fluor adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang F dan nomor atom 9. Namanya berasal dari bahasa Latin fluere,
berarti "mengalir”.
4) Pemberian fluor dapat diberikan secara system topical dan sistemik.
5) Dampak dari kekurangan fluor dapat menyebabkan : Kerusakan gigi yang
berlebihan, kekurangan fluor ini akan mengakibatkan gigi menjadi rapuh.
Selain gigi menjadi rapuh, bila kekurangan flour ini dapat menyebabkan
gigi mudah terserang karies atau gigi gigis (caries dentis). Terjadi
perubahan warna pada gigi anak. Serta dapat terjadi penipisan tulang.
20
6) Dampak dari kelebihan fluor dapat menyebabkan : Fluorosis, gigi bisa
berlubang yang akhirnya hancur atau tanggal, kerusakan hati, kerusakan
ginjal, kerapuhan tulang (osteoporosis), kerusakan pada gigi, kelebihan
fluor tersebut juga akan merusak tulang, mengakibatkan rasa sakit yang
hebat pada tulang dan akibat yang paling fatal dapat mengakibatkan
kelumpuhan. Kepadatan gigi meningkat, mengganggu impuls syaraf serta
pertumbuhan tulang diluar tulang belakang. Kelebihan fluor juga dapat
menimbulkan gangguan kelenjar thyroid.
3.2 Saran
Tiada gading yang tak retak, begitupun dengan karya ilmiah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif guna perbaikan karya ilmiah ini di masa mendatang.
21
DAFTAR PUSTAKA
Angela A. 2005. Pencegahan primer pada anak yang beresiko karies tinggi. Maj.
Ked. Gigi (Dent. J.). 38 (3):130-34.
C. Marya & V. Dahiya : Fluoride Varnish: A Useful Dental Public Health Tool .
The Internet Journal of Dental Science. 2007 Volume 4 Number 2
Herdiyati, Yetty, dkk. 2010. Penggunaan Fluor dalam Kedokteran Gigi. Bandung:
FKG UNPAD
Houwink, Prof. Dr. B., dkk. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. 1993. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
http://healthmantra.com/ypb/apr01/fluorosis.shtml
22