PENDAHULUAN
1
1.1.2. Pengertian filsafat ilmu.
Pengertian Filsafat Ilmu menurut A. Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie, 19
:58) memandang filsafat ilmu sebagai berikut. ”That philosophic discipline which is the
systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and
presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual disciplines.”Filsafat ilmu,
merurut Benjamin, merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat
dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsep-konsep, dan praanggapan-pra-anggapannya,
serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual. Dari
pendapat di atas dapat diidentifikasikarakteristik filsafat ilmu sebagai berikut.
1) Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat.
2) Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari sudut pandang ontologis,
epistemologis, dan aksiologis.
Ontologi
Ontologi adalah Ontologi berasal dari makna “menjadi” dan merupakan salah satu
studi filosofis yang paling kuno dan berasal dari Yunani, yaitu On/Ontos = ada, dan Logos =
ilmu. Jadi studi ini membahas tentang eksistensi atau keberadaan sesuatu yang ada, yang
bersifat jasmani/konkret maupun rohani/abstrakserta menjadi kategori dasar dan hubungan
mereka. Kajian yang memusatkan diri pada pemecahan esensi sesuatu, atau wujud, tentang
asas-asas dan realitas. Dapat mendefinisikan ontologi dengan dua macam sudut pandang:
1. Kuantitatif, yaitu menyangkut jumlah yang dapat terdiri dari satu atau jamak.
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut
memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya langit yang memiliki warna kebiruan
ataupun bunga bangkai yang berbau busuk.
Menurut Ensiklopedi Britannica yang juga diangkat dari konsepsi Aristoteles, Ontologi
merupakan teori atau studi tentang “being”/wujud seperti karakteristik dasar dari seluruh
realitas. Ontologi bersinonim dengan metafisika yaitu, studi filosofis untuk menentukan sifat
nyata yang asli (real nature) dari suatu benda untuk menentukan arti, struktur dan prinsip
benda tersebut. (Filosofi ini didefinisikan oleh Aristoteles abad ke-4 SM).
Menurut Suriasumantri (2007), Ontology membahas tentang apa yang ingin kita
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori
tentang “ada”. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah obyek ilmu yang akan ditelaah.
2. Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut.
2
3. Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (berpikir
menggunakan otak, merasakan, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
Sedangkan menurut Soetriono & Hanafie (2007), Ontologi merupakan azas dalam
menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek
ontologis atau obyek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita
(metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal tersebut dan dapat merupakan landasan
ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan
alam kenyataan dan keberadaan.Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat
ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Beberapa filsuf, terutama dari
sekolah Plato, berpendapat bahwa semua kata benda (termasuk kata benda abstrak) mengacu
kepada badan. Filsuf lain berpendapat bahwa kata benda tidak selalu merupakan entitas
nama, tetapi beberapa memberikan semacam singkatan untuk referensi untuk koleksi baik
benda atau peristiwa. Dalam pandangan yang terakhir, pikiran, bukannya merujuk pada suatu
entitas, mengacu pada koleksi peristiwa mental yang dialami oleh seseorang; masyarakat
yang mengacu pada kumpulan orang-orang dengan beberapa karakteristik bersama, dan
geometri mengacu pada koleksi dari jenis yang spesifik intelektual.
Aksiologi
Secara etimologis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “axios” yang berarti
nilai dan “logos” yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah ilmu tentang nilai dalam berbagai
bentuk. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit
seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup
sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian. Aksiologi merupakan
bagian dari filsafat ilmu yang memberikan fokus pada mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam 3 bagian, yaitu:
a. Moral conduct
Adalah tindakan moral dan bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu
etika.
b. Estetic expression
Adalah ekspresi keindahan dan bidang ini melahirkan estetika.
c. Socio-political life
Adalah kehidupan sosial politik dan bidang ini melahirkan filsafat
sosial politik.
3
Menurut Jujun S. Sumantri dalam Suatu Pengantar Filsafat ilmu, aksiologi
merupakan teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Sejalan dengan hal ini, Wibisono mengatakan bahwa aksiologi adalah nilai-nilai yang
merupakan tolak ukur kebenaran (ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normatif dalam
penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu. Ahmad Tafsir dalam bukunya berpendapat
bahwa aksiologi ilmu sekurang-kurangnya memiliki tiga garapan yaitu :
Ilmu sebagai alat eksplanasi
Ilmu sebagai alat eksplanasi, dapat menjelaskan tentang berbagai
peristiwa, baik hubungan antar peristiwa, sebab-sebabnya dan gejala-
gejala/tanda-tandanya, ataupun sebab akibatnya.
Ilmu sebagai alat memprediksi
Ilmu sebagai alat memprediksi, dapat memperkirakan atau melakukan
suatu cara pendekatan-pendekatan untuk mengetahui tentang akan
terjadinya suatu peristiwa/kejadian/keadaan.
Ilmu sebagai alat pengontrol
Ilmu sebagai alat pengontrol, dapat menghindari atau mengurangi
akibat-akibat atau akan datangnya suatu peristiwa/kejadian yang
berbahaya atau tidak menyenangkan.
Epistemologi
Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan
dengan hakikat dan linkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta
pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Secara
etimologi,istilah epistemologi berasal dari kata Yunani yaitu “episteme”yang berarti
pengetahuan, dan “logos” yang berarti teori. Dengan demikian epistemologi dapat diartikan
sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Epistemologi atau teori pengetahuan
ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakekat dan lingkungan pengetahuan,
pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan
mengenai pengetahuan yang dimiliki.
MenurutWilliam S.Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, 1965, dalam Jujun
S.Suriasumantri, 2005,epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita
mendapatkan pengetahuan, apakah sumber-sumber pengetahuan? Apakah hakikat, jangkauan
4
dan ruang lingkup pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk
ditangkap manusia. Beberapa metode untuk memperoleh ilmu pengetahuan antara lain:
- Empirisme
- Rasionalisme
- Fenomenalisme
- Intusionisme
- Dialektis
- Metode ilmiah
5
1.1.4. Filsafat ilmu dan pendidikan
Mahasiswa sebagai seorang ilmuwan tidak boleh merasa cepat puas dengan menemukan
konsep saja, melainkan perlu diteruskan sampai terbetuk teori. Pada saat ini pendidikan
sebagai ilmu mulai banyak bermunculan. Ilmu pendidikan telah memisahkan diri secara
sempurna dari induknya yaitu filsafat.Banyak teori menerangkan bahwa filsafat menjadi
semua sumber ilmu pengetahuan sehingga terdapat hubungan antara filsafat yang satu dengan
yang lain,seperti filsafat pendidikan, ilmu pendidikan dan teori pendidikan.
Tujuan filsafat pendidikan, yaitu menginspirasikan adalah memberi inspirasi kepada
para pendidik untuk melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan, menganalisis secara teliti
bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas validitasnya, dan menginvestigasi yaitu
denganmeneliti kebenaran suatu teori pendidikan. Pendidik seharusnya mencari sendiri
konsep-konsep pendidikan di lapangan atau penelitian-penelitian. Pendidikan Indonesia
belum memiliki konsep atau teori sendiri yang sempurna dan sesuai dengan kondisi,
kebiasaan atau budaya Indonesia tentang pengertian pendidikan.Ditinjau dari segi pendidikan
di Indonesia masih terjadi perpecahan. Sebagaian terpecah pada pendidikan di Eropa dan
sebagian lagi berorientasi di Amerika serikat. Sebenarnya di negara Indonesia harusnya
mempunyai cita-cita yang pasti dalam pendidikan yang harus diwujudkan yaitu menjadi
manusia seutuhnya yang dijiwai oleh nilai yang terkandung dalam Pancasila. Saat ini banyak
informasi di sosial media yang sering bertentangan dengan nilai luhur Pancasila sehingga
sebagai pendidik dan mahasiswa harus diberikan pemahaman yang lengkap dan konsisten
mengenai nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut.
Untuk mengembangkan ilmu pendidikan yang bercorak Indonesia maka terlebih
dahulu dibutuhkan pemikiran dan perenungan yang mendalam tentang ilmu itu sendiri dan
budaya serta geografis Indonesia. Kunci kedua yang membuat sulitnya mengembangkan
filsafat dan teori pendidikan yaitu sulitnya menjabarkan sila-sila pancasila agar mudah
diterapkan dilapangan.Ilmu pendidikan haruslah mempunyai nilai yang dapat dipercaya dan
mempunyai nilai yang tepat sehingga dapat dipercaya dan dapat digunakan sebagai tuntunan
dalam melakukan kegiatan sehari – hari. Berpikir secara kritis terhadap informasi yang
diterima harus dilakukan secara konsisten.
6
BAB 2
HAKIKAT FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU
10
BAB 3
FILSAFAT ILMU DAN IMPLEMENTASINYA
11
mekanis, atau spesialistis untuk memperoleh dan menangani data dalam penelitian. Pola
prosedural, antara lain terdiri dari pengamatan, percobaan, pengukuran, survai, deduksi,
induksi, dan analisis. Teknik, antara lain terdiri dari : wawancara, angket, tes, dan
perhitungan. Aneka instrumen yang dipakai dalam metoda ilmiah antara lain : pedoman
wawancara, kuesioner, timbangan, meteran, komputer.
Johson (2005) dalam arkelnya yang berjudul ”Educational Research : Quantitative
and Qualitative”membedakan metoda ilmiah menjadi dua metoda deduktif dan metoda
induktif.
Metoda deduktif merupakan metoda ilmiah yang diterapkan dalam penelitian kuantitatif.
Dalam metoda ini teori ilmiah yang telah diterima kebenarannya dijadikan acuan dalam
mencarikebenaran selanjutnya. Sedangkan metoda induktif merupakan metoda yang
diterapkan dalam penelitian kualitatif. Penelitian ini dimulai dengan pengamatan dan diakhiri
dengan penemuan teori. Penerapan filsafat ilmu dalam perguruan tinggi meliputi Perumusan
masalah, Penyusunan kerangka berpikir, Perumusan hipotesis.Pengujian hipotesis dan
Penarikan kesimpulan.
12
BAB 4
KESIMPULAN
Filsafat adalah induk dari segala ilmu dan terus berkembang menjadi filsafat
pendidikan kemudian ilmu pendidikan dan teori pendidikan. Filsafat haruslah ditanam
disetiap warga negara khususnya mahasiswa yang merupakan insan terpelajar. Filsafat
haruslah yang mempunnyai nilainegara yaitu pancasila. Meliputi nilai – nilai budaya dan
sosiologi serta geografis wilayah Indonesia. Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara
filosofis dari sudut pandang ontologis membahas tentang eksistensi atau keberadaan sesuatu
yang ada, yang bersifat jasmani/konkret maupun rohani/abstrakserta menjadi kategori dasar
dan hubungan mereka., Dapat mendefinisikan ontologi dengan dua macam sudut pandang:
1. Kuantitatif, yaitu menyangkut jumlah yang dapat terdiri dari satu atau jamak.
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut
memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya langit yang memiliki warna kebiruan
ataupun bunga bangkai yang berbau busuk.
epistemologis epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai
pengetahuan., dan aksiologis adalah ilmu tentang nilai dalam berbagai bentuk. Nilai
digunakan sebagai kata benda abstrak
Moral conduct
Adalah tindakan moral dan bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu
etika.
Estetic expression
Adalah ekspresi keindahan dan bidang ini melahirkan estetika.
Socio-political life
Adalah kehidupan sosial politik dan bidang ini melahirkan filsafat
sosial politik.
Setiap ilmu pengetahuan mempunyai obyek tersendiri dan metode pendekatan khusus
sesuai dengan ciri ilmu dan tujuan yang mau dicapai ilmu bersangkutan. Filsafat yang
tertanam di setiap mahasiswa harus bersifat totalitas atau menggali secara radikal dan
menyeluruh terhadap suatu obyek, sehingga hakikatnya akan bertanya terus menerus dan
senantiasa untuk memperdalam ketidaktahuan sehingga dapat meningkatkan kualitas
tindakan yang akan dilakukan.
Pengetahuan selalu mengandung kebenaran, dimana suatu kebenaran tersebut harus
dicari kepastian atau kesahihan kebenarannya baik berupa kebenaran empiris dan kebenaran
13
logis.Terdapat sifat dasar kebenaran ilmiah yang harus dipahami mahasiswa yaitu struktur
kebenaran ilmiah bersifat rasional dan logis, harus berisi empiris artinya harus diuji dengan
kenyataan yang ada, dan mempunnyai sifat pragmatis yang menggabungkan dua sifat
kebenaran. Dari semua diatas diharapkan bahwa setiap mahasiswa akan memahami filsafat
ilmu dengan baik dan implementasinya dalam ilmu yang akan digunakan sehari - hari
sehingga dapat berguna dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Webmaster Professional. (2001) “Terminologi Filsafat” Internet
:http://www.filsafatkita.f2g.net (accesed ; February 3, 2006)
2. Beerling at al. (1998) Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Tiara Wacana.Huitt, W.
(1998) ”Ways of Knowing”. Internet : http://www.chiron.
valdosta.edu/whuitt/col/intro/wayknow.html. (accesed February 20, 2006).
3. Jujun S. Suriasumantri. (1996) Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, danPolitik :
Sebuah Dialog tentang Dunia Keilmuan Dewasa ini. Jakarta :Gramedia.
4. Jujun S. Suriasumantri. (2005) Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer.Jakarta :
Sinar Harapan.
5. Lasiyo dan Yuwono. (1994) Pengantar Ilmu Filsafat. Yogyakarta : Liberty Moleong,
Lexy, J. (2005) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PTRemaja
Rosdakarya.Principia Cybernetica Web. (2006) ”Axiology”. Internet :
http://pespmc1.vub.ac. be/ASCA/AZXIOLOGY.html (accesed : March 3, 2006).
6. Rinjin, Ketut. (1997) Pengantar Filsafat Ilmu dan Ilmu Sosial Dasar.Bandung : CV
Kayumas.Semiawan, Conny et al. (1998) Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu
.Bandung : CV Remaja Karya.
7. Soerjono Soemargono.(1993) Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : NurCahaya.
8. The Liang Gie. (1991) Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty.Verhak, V dan
Haryono Imam, R. (1999) Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT Gramedia.
9. Salam, Burhanuddin. 2003. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
15