Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Filsafat ilmu haruslah ditanamkan sejak dini bagi seseorang, sehingga yang
bersangkutan memerlukan perkembangan ilmu dalam melakukan aktifitasnya sebagai
seorang mahasiswa. Kajian kritis sangat diperlukan bagi mahasiswa terhadap sebuah makalah
ilmiah untuk mengkaji sesuai artikel penelitian guna menetapkan apakah artikel penelitian
tersebut layak rujuk / layak dijadikan sebagai landasan dalam pengambilan keputusan klinis
atau tidak. Filsafat ilmu merupakan induk dari berbagai filsafat pendidikan dan kemudian
berkembang menjadi ilmu pendidikan, termasuk pendidikan kedokteran. Evidence based
medicine merupakan pendekatan pengambilan keputusan klinik, dimana klinisi menggunakan
bukti ilmiah terbaik bagi pasien dan dapat memahami metode dan hasil sebuah penelitian.
Kuatnya dasar filsafat seseorang akan meningkatkan penilaian obyektif tentang kegunaan
sebuah informasi ilmiah. Ada empat teori kebenaran yang harus ditanamkan sabagai filsafat,
yaitu koheren sesuatu benar bila konsisten menurut kebenaran umum, koresponden sesuatu
benar bila tepat dengan fakta, pragmatis sesuatu benar bila konsekuensinya memberi manfaat
dan spektivisme sesuatu benar dengan cara ilmiah.
1.1.1 Sejarah filsafat ilmu
Filsafat sudah dimulai sejak adanya kehidupan manusia, tetapi keberadaannya tidak
berkembang secara formal seperti filsafat sekarang. Filsafat ilmu sudah ada sejak zaman
Socrates sekitar tahun 469-399 SM. Socrates mengajarkan manusia untuk mencari kebenaran
dengan jalan dialektika. Kemudian Plato sekitar tahun 427-347 SM yang mengajarkan
manusia cara berfikir dengan akal dan yang terakhir adalah Aristoteles pada tahun 384-322
SM yang mengajarkan tentang kebenaran dicari dengan panca indra. Sesuai dengan
harfiahnya, filsafat berasal dari kata philos dan sophos, yang artinya adalah cinta akan
kebijaksanaan, berarti filsafat selalu menghantarkan kita untuk memahami realitas kehidupan
dan bagaimana bertindak manusiawi ( actus hominis) dalam berhubungan dengan lingkungan
sekitar. Cinta kebijaksanaan ini membuat kita senantiasa untuk terus mencari kebenaran.
Dengan berfilsafat akan terbentuk suatu sistem berpikir atau cara berpikir yang terbuka ,
bukan seperti ilmu yang terfokus pada suatu objek studi.

1
1.1.2. Pengertian filsafat ilmu.
Pengertian Filsafat Ilmu menurut A. Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie, 19
:58) memandang filsafat ilmu sebagai berikut. ”That philosophic discipline which is the
systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and
presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual disciplines.”Filsafat ilmu,
merurut Benjamin, merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat
dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsep-konsep, dan praanggapan-pra-anggapannya,
serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual. Dari
pendapat di atas dapat diidentifikasikarakteristik filsafat ilmu sebagai berikut.
1) Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat.
2) Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari sudut pandang ontologis,
epistemologis, dan aksiologis.
Ontologi
Ontologi adalah Ontologi berasal dari makna “menjadi” dan merupakan salah satu
studi filosofis yang paling kuno dan berasal dari Yunani, yaitu On/Ontos = ada, dan Logos =
ilmu. Jadi studi ini membahas tentang eksistensi atau keberadaan sesuatu yang ada, yang
bersifat jasmani/konkret maupun rohani/abstrakserta menjadi kategori dasar dan hubungan
mereka. Kajian yang memusatkan diri pada pemecahan esensi sesuatu, atau wujud, tentang
asas-asas dan realitas. Dapat mendefinisikan ontologi dengan dua macam sudut pandang:
1. Kuantitatif, yaitu menyangkut jumlah yang dapat terdiri dari satu atau jamak.
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut
memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya langit yang memiliki warna kebiruan
ataupun bunga bangkai yang berbau busuk.
Menurut Ensiklopedi Britannica yang juga diangkat dari konsepsi Aristoteles, Ontologi
merupakan teori atau studi tentang “being”/wujud seperti karakteristik dasar dari seluruh
realitas. Ontologi bersinonim dengan metafisika yaitu, studi filosofis untuk menentukan sifat
nyata yang asli (real nature) dari suatu benda untuk menentukan arti, struktur dan prinsip
benda tersebut. (Filosofi ini didefinisikan oleh Aristoteles abad ke-4 SM).
Menurut Suriasumantri (2007), Ontology membahas tentang apa yang ingin kita
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori
tentang “ada”. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah obyek ilmu yang akan ditelaah.
2. Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut.

2
3. Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (berpikir
menggunakan otak, merasakan, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
Sedangkan menurut Soetriono & Hanafie (2007), Ontologi merupakan azas dalam
menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek
ontologis atau obyek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita
(metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal tersebut dan dapat merupakan landasan
ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan
alam kenyataan dan keberadaan.Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat
ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Beberapa filsuf, terutama dari
sekolah Plato, berpendapat bahwa semua kata benda (termasuk kata benda abstrak) mengacu
kepada badan. Filsuf lain berpendapat bahwa kata benda tidak selalu merupakan entitas
nama, tetapi beberapa memberikan semacam singkatan untuk referensi untuk koleksi baik
benda atau peristiwa. Dalam pandangan yang terakhir, pikiran, bukannya merujuk pada suatu
entitas, mengacu pada koleksi peristiwa mental yang dialami oleh seseorang; masyarakat
yang mengacu pada kumpulan orang-orang dengan beberapa karakteristik bersama, dan
geometri mengacu pada koleksi dari jenis yang spesifik intelektual.

Aksiologi
Secara etimologis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “axios” yang berarti
nilai dan “logos” yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah ilmu tentang nilai dalam berbagai
bentuk. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit
seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup
sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian. Aksiologi merupakan
bagian dari filsafat ilmu yang memberikan fokus pada mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam 3 bagian, yaitu:
a. Moral conduct
Adalah tindakan moral dan bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu
etika.
b. Estetic expression
Adalah ekspresi keindahan dan bidang ini melahirkan estetika.
c. Socio-political life
Adalah kehidupan sosial politik dan bidang ini melahirkan filsafat
sosial politik.

3
Menurut Jujun S. Sumantri dalam Suatu Pengantar Filsafat ilmu, aksiologi
merupakan teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Sejalan dengan hal ini, Wibisono mengatakan bahwa aksiologi adalah nilai-nilai yang
merupakan tolak ukur kebenaran (ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normatif dalam
penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu. Ahmad Tafsir dalam bukunya berpendapat
bahwa aksiologi ilmu sekurang-kurangnya memiliki tiga garapan yaitu :
 Ilmu sebagai alat eksplanasi
Ilmu sebagai alat eksplanasi, dapat menjelaskan tentang berbagai
peristiwa, baik hubungan antar peristiwa, sebab-sebabnya dan gejala-
gejala/tanda-tandanya, ataupun sebab akibatnya.
 Ilmu sebagai alat memprediksi
Ilmu sebagai alat memprediksi, dapat memperkirakan atau melakukan
suatu cara pendekatan-pendekatan untuk mengetahui tentang akan
terjadinya suatu peristiwa/kejadian/keadaan.
 Ilmu sebagai alat pengontrol
Ilmu sebagai alat pengontrol, dapat menghindari atau mengurangi
akibat-akibat atau akan datangnya suatu peristiwa/kejadian yang
berbahaya atau tidak menyenangkan.
Epistemologi
Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan
dengan hakikat dan linkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta
pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Secara
etimologi,istilah epistemologi berasal dari kata Yunani yaitu “episteme”yang berarti
pengetahuan, dan “logos” yang berarti teori. Dengan demikian epistemologi dapat diartikan
sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Epistemologi atau teori pengetahuan
ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakekat dan lingkungan pengetahuan,
pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan
mengenai pengetahuan yang dimiliki.
MenurutWilliam S.Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, 1965, dalam Jujun
S.Suriasumantri, 2005,epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita
mendapatkan pengetahuan, apakah sumber-sumber pengetahuan? Apakah hakikat, jangkauan

4
dan ruang lingkup pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk
ditangkap manusia. Beberapa metode untuk memperoleh ilmu pengetahuan antara lain:
- Empirisme
- Rasionalisme
- Fenomenalisme
- Intusionisme
- Dialektis
- Metode ilmiah

1.1.3.Klasifikasi filsafat ilmu.


Seseorang tidak akan menjadi berkembang tanpa adanya filsafat, sehingga didalam
masyarakat Indonesia dikenal berbagai macam filsafat ilmu dan turunannya. Sampai saat ini
dikenal ada empat cabang filsafat yaitu :
1. Metafisika yaitu filsafat yang meninjau tentang segala yang terdapat di alam dan
manusia. Ada dua pandangan tentang manusia yaitu : manusia sebagai makhluk
spiritual dan manusia sebagai makhluk materi.
2. Epitemologi ialah filsafat yang membahas tentang pengetahuan dan kebenaran.
Terdapat lima sumber pengetahuan yaitu : otoritas, common sense, intuisi, pikiran dan
pengalaman.Filsafat ilmu juga mempunyai makna kebenaran yang meliputi :koheren
dan korespondens. Koheren yaitu sesuatu yang benar dan konsisten menurut
kebenaran umum.Koresponden adalah sesuatu yang benar dan tepat dengan fakta.
Selain hal diatas filsafat ilmu juga meliputi pragmatis yaitu sesuatu benar bila
konsekuensinya memberi manfaat dan spektivisme sesuatu benar dengan cara ilmiah.
Hal inilah yang sangat penting bagi seorang ilmuwan agar dapat menelaah semua
informasi yang didapat sehingga dapat digunakan dalam kegiatannya.
3. Logika ialah filsafat yang membahas tentang cara manusia berfikir dengan benar.
4. Etika ialah filsafat yang menguraikan tentang prilaku.
Pada zaman dahulu belum ditemukan diferensiasi pengetahuan sehingga satu-satunya
pengetahuan adalah filsafat. Suatu ilmu baru muncul setelah terjadi pengkajian dalam filsafat.
Filsafat merupakan tempat berpijak bagi pembentukan ilmu. Perkembangan ilmu dibagi
menjadi dua bagian yaitu tingkat empiris yang merupakan ilmu yang baru ditemukan
dilapangan dan tingkat teoritis yang berupa ilmu yang sudah mengembangkan suatu struktur
teoritis.

5
1.1.4. Filsafat ilmu dan pendidikan
Mahasiswa sebagai seorang ilmuwan tidak boleh merasa cepat puas dengan menemukan
konsep saja, melainkan perlu diteruskan sampai terbetuk teori. Pada saat ini pendidikan
sebagai ilmu mulai banyak bermunculan. Ilmu pendidikan telah memisahkan diri secara
sempurna dari induknya yaitu filsafat.Banyak teori menerangkan bahwa filsafat menjadi
semua sumber ilmu pengetahuan sehingga terdapat hubungan antara filsafat yang satu dengan
yang lain,seperti filsafat pendidikan, ilmu pendidikan dan teori pendidikan.
Tujuan filsafat pendidikan, yaitu menginspirasikan adalah memberi inspirasi kepada
para pendidik untuk melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan, menganalisis secara teliti
bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas validitasnya, dan menginvestigasi yaitu
denganmeneliti kebenaran suatu teori pendidikan. Pendidik seharusnya mencari sendiri
konsep-konsep pendidikan di lapangan atau penelitian-penelitian. Pendidikan Indonesia
belum memiliki konsep atau teori sendiri yang sempurna dan sesuai dengan kondisi,
kebiasaan atau budaya Indonesia tentang pengertian pendidikan.Ditinjau dari segi pendidikan
di Indonesia masih terjadi perpecahan. Sebagaian terpecah pada pendidikan di Eropa dan
sebagian lagi berorientasi di Amerika serikat. Sebenarnya di negara Indonesia harusnya
mempunyai cita-cita yang pasti dalam pendidikan yang harus diwujudkan yaitu menjadi
manusia seutuhnya yang dijiwai oleh nilai yang terkandung dalam Pancasila. Saat ini banyak
informasi di sosial media yang sering bertentangan dengan nilai luhur Pancasila sehingga
sebagai pendidik dan mahasiswa harus diberikan pemahaman yang lengkap dan konsisten
mengenai nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut.
Untuk mengembangkan ilmu pendidikan yang bercorak Indonesia maka terlebih
dahulu dibutuhkan pemikiran dan perenungan yang mendalam tentang ilmu itu sendiri dan
budaya serta geografis Indonesia. Kunci kedua yang membuat sulitnya mengembangkan
filsafat dan teori pendidikan yaitu sulitnya menjabarkan sila-sila pancasila agar mudah
diterapkan dilapangan.Ilmu pendidikan haruslah mempunyai nilai yang dapat dipercaya dan
mempunyai nilai yang tepat sehingga dapat dipercaya dan dapat digunakan sebagai tuntunan
dalam melakukan kegiatan sehari – hari. Berpikir secara kritis terhadap informasi yang
diterima harus dilakukan secara konsisten.

6
BAB 2
HAKIKAT FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU

2.1. Hakikat filsafat ilmu.


Istilah filsafat yang merupakan terjemahan dari philolophy (bahasa Inggris) berasal dari
bahasa Yunani philo(love of ) dan Sophia (wisdom). Jadi secara etimologis filsafat artinya
cinta atau gemar akan kebajikan (love of wisdom). Cinta artinya hasrat yang besar atau yang
berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau
kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh
akan kebenaran sejati. Berdasarkan arti secara etimologis sebagaimana dijelaskan di atas
kemudian para ahli berusaha merumuskan definisi filsafat.Kattsoffet al., menyatakan bahwa
filsafat mempunyai karakteristik seperti berpikir secara kritis, berpikir dalam bentuk
sistematis, menghasilkan sesuatu yang runtut, berpikir secara rasional dan komprehensif.
Sebagaimana pengetahuan yang lain, filsafat telah mengalami perkembangan yang pesat yang
ditandai dengan bermacam-macam aliran dan cabang. Ada beberapa aliran filsafat
diantaranya adalah : realisme, rasionalisme, empirisme, idealisme, materialisme, dan
eksistensialisme.
Salah satu cabang filsafat adalah epistemologi ( teori pengetahuan), yang berasal dari
bahasa yunani, episteme dan logos yang berarti ilmu atau studi tentang pengetahuan.
Epistemologi ini beranjak dari pertanyaan dasar yaitu apa yang saya ketahui. Dari pertanyaan
tersebut membuat manusia selalu berpikir dan mencari tahu kebenaran. Berpikir sebagai
actus humanus yang membuat kita memiliki banyak pengetahuan tentang realitas kehidupan.
Sesuai dengan hakikat manusia yang selalu ingin mengetahui, ini dapat dilihat dari
pengalaman hidup kita, dimana kita punya dua alasan untuk mengetahui yaitu hanya untuk
sekedar tahu sebagai kepuasan pribadi dan mengetahui untuk diterapkan di kehidupan sehari-
hari. Sehingga dari pengalaman mencari tahu tersebut munculah pengetahuan. Untuk
memperoleh pengetahuan itulah manusia berpikir terus menerus dan tidak pernah puas
mencari kebenaran. Oleh karena itu segala hasil pengetahuan selalu bersifat sementara dan
terbuka.
Suatu peristiwa pada dasarnya tidak pernah lepas dari peristiwa lain yang
mendahuluinya. Demikian juga dengan timbul dan berkembangnya filsafat dan ilmu. Filsafat
dan ilmu timbul dan berkembang karena akal budi, thauma dan aporia. Manusia merupakan
makhluk berakal budi dan dengan akal budinya, kemampuan manusia dalam bersuara bisa
berkembang menjadi kemampuan berbahasa dan berkomunikasi, sehingga manusia disebut
7
sebagai homo loquens dan animal symbolicum. Dengan akal budinya, manusia dapat berpikir
abstrak dan konseptual sehingga dirinya disebut sebagai homo sapiens (makhluk pemikir).
Pada diri manusia melekat kehausan intelektual (intellectual curiosity), yang menjelma dalam
wujud aneka ragam pertanyaan.Bertanya adalah berpikir dan berpikir dimanifestasikan
dalambentuk pertanyaan. Manusia juga memiliki rasa kagum (thauma) pada alam semesta
dan isinya. Manusia merupakan
makhluk yang memiliki rasa kagum pada apa yang diciptakan oleh Sang Pencipta,
misalnyasaja kekaguman pada alam semesta dan lain sebagainya.Faktor lain yang juga
mendorong timbulnya filsafat dan ilmu adalah adalah masalah yang dihadapi manusia
(aporia). Kehidupan manusia selalu diwarnai dengan masalah, baik masalah yang bersifat
teoritis maupun praktis. Masalah mendorong manusia untuk berbuat dan mencari jalan keluar
yang tidak jarang menghasilkantemuan yang sangat berharga.
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu
objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya seperti
seni dan agama. Ilmu, menurut pendapat di atas, menunjuk pada terminologi yang bersifat
khusus, yang merupakan bagian dari pengetahuan. Ilmu merupakan keseluruhan pengetahuan
yang tersusun secara sistematis dan logis dan bukanlah sekadar kumpulan fakta, tetapi
pengetahuan yang mempersyaratkan objek, metoda, teori dan hukum.

2.2 Ilmu pendidikan dan filsafat pendidikan


Ilmu yang dalam bahasa Inggris dinyatkan dengan science,bukan sekadar kumpulan fakta,
meskipun di dalamnya juga terdapat berbagai fakta. Selain fakta, di dalam ilmu juga terdapat
teori, hukum, prinsip, dst., yang diperoleh melalui prosedur tertentu yaitu metoda ilmiah. Jadi
ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metoda ilmiah. Sedangkan pengetahuan
dapat diperoleh melalui beberapa cara, yaitu pengalaman, intuisi, pendapatotoritas,penemuan
secara kebetulan dan coba-coba (trial and error) maupun penalaran. Ada paradigma baru
yang memandang ilmu bukan hanya sebagai produk.Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas
tertentu, yaitu penelitian ilmiah. Aktivitas tersebut harus dilaksanakan dengan metoda ilmiah
yang diharapkanmenghasilkan pengetahuan ilmiah. Kesatuan dan interaksi antara aktivitas,
metoda, dan pengetahuan ilmiah tersebut digambarkansebagai segitiga. Ilmu sebagai metoda
ilmiah memiliki unsur-unsur pola prosedural, tata langkah, teknik-teknik dan instrumen-
instrumen tertentu. Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif
dengan berbagai metoda berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan
8
kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan,
atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan
penjelasan, ataupun melakukan penerapan.
Ilmu merupakan pengetahuan yang memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat
dibedakan dengan pengetahuan-pengetahuan yang lain. Adapun ciri-ciri pokok ilmu adalah
sistematisasi,keumuman (generality), rasionalitas, objektivitas,verifiabilitas dan komunalitas
Sistematisasi memiliki arti bahwa pengetahuan ilmiah tersusun sebagai suatu sistem yang di
dalamnya terdapat pernyataan- pernyataan yang berhubungan secara fungsional. Ciri
keumuman menunjuk pada kualitas pengetahuan ilmiah untuk merangkum berbagai
fenomena yang senantiasa makin luas dengan penentuan konsep-konsep yang paling umum
dalam pembahasannya. Ciri rasionalitas berarti bahwa ilmu sebagai pengetahuan ilmiah
bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah logika. Ciri objektivitas
ilmu menunjuk pada keharusan untuk bersikap objektif dalam mengkaji suatu kebenaran
ilmiah tanpa melibatkan unsur emosi dan kesukaan atau kepentingan pribadi. Verifiabilitas
berarti bahwa pengetahuan ilmiah harus dapat diperiksa kebenarannya, diteliti kembali, atau
diuji ulang oleh masyarakat ilmuwan. Ciri komunalitas ilmu mengandung arti bahwa ilmu
merupakan pengetahuan yang menjadi milik umum (public knowledge). Itu berarti hasil
penelitian yang kemudian menjadi khasanah dunia keilmuan tidak akan disimpan atau
disembunyikan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu. Setiap ilmu pengetahuan
akan menghasilkan berbagai teori ilmiah.
Teori ilmiah adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis
berkenaan dengan penjelasan terhadap sejumlah fenomena. Teori ilmiah merupakan unsur
yang sangat penting dalam ilmu. Bobot kualitas suatu ilmu terutama ditentukan oleh teori
ilmiah yang dimilikinya. Pentingnya teori ilmiah dalam ilmu dapat dijelaskan dari fungsi atau
kegunaannya. Fungsi teori ilmiah adalah : Sebagai kerangka pedoman, bagan sistematisasi,
atau sistem acuan dalam menyusun data maupun pemikiran tentang data sehingga tercapai
hubungan yang logis diantara data dan memberikan suatu skema sementara mengenai medan
yang semula belum dipetakan sehingga terdapat suatu orientasi.
Objek setiap ilmu dibedakan menjadi dua : objek material dan objek formal. Objek
material adalah fenomena di dunia iniyang ditelaah ilmu. Sedangkan objek formal adalah
pusat perhatian ilmuwan dalam penelaahan objek material. Atau dengan kata lain, objek
formal merupakan kajian terhadap objek material atas dasartinjauan atau sudut pandang
tertentu. Ilmu sebagai produk merupakan suatu sistem pengetahuan yang di dalamnya berisi
penjelasan-penjelasan tentang berbagai fenomena yang menjadi objek kajiannya. Objek
9
material adalah fenomena di dunia ini yang menjadi bahan kajian ilmu, sedangkan objek
formal adalah pusat perhatian ilmuwan dalam mengkaji objek material. Objek material suatu
ilmu dapat dan boleh sama dengan objek material ilmu yang lain. Tetapi objek formalnya
tidak akan sama. Bila objek formalnya sama maka sebenarnya mereka merupakan ilmu yang
sama tetapi diberi sebutan berbeda. Ada bermacam-macam fenomena yang ditelaah ilmu. The
Liang Gie telah mengidentifikasi beberapa macam fenomena yang menjadi objek material
ilmu, yaitu: ide abstrak, benda fisik, jasad hidup, gejala rohani, peristiwa sosial dan proses.

10
BAB 3
FILSAFAT ILMU DAN IMPLEMENTASINYA

3.1. implementasi filsafat ilmu dibidang kedokteran


Perkembangan ilmu selalu berlanjut sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini disebabkan
rasa ingin tahu manusia yang besar dan juga karena alam yang dinamis dan selalu berubah.
Semua perkembangan ini juga mempengaruhi perkembangan teknologi dan berbagai aspek
dalam kehidupan manusia dan mendatangkan efek-efek baru, contohnya pada era globalisasi
saat ini. Jika manusia tidak berpikir dinamis kemungkinan dia akan tertinggal, tetapi jika dia
berpikir untuk terus maju dan komprehensi maka akan terciptalah actus hominis.Oleh karena
itu filsafat selalu diajarkan dalam setiap jenjang perguruan tinggi, agar merangsang
mahasiswa untuk berpikir kritis dan dinamis dalam membentuk pengetahuannya.
Pengetahuan yang didapat seharusnya tidak tertutup pada satu obyek saja, tetapi terbuka
dan menyeluruh dengan ilmu lainnya, sehingga dalam pembelajaran Problem Based Learning
ini dilakukan secara terintegrasi. Disiplin ilmu yang ada diintegrasikan dengan disiplin ilmu
yang ada dan diimbangi dengan soft skill sehingga di dapat seorang dokter yang yang
berorientasi komunitas. Bukan hanya menjadi dokter yang paham ilmu kedokteran saja tetapi
juga dokter yang memiliki moral dan etika.
Pada pendidikan kedokteran, hakikat filsafat harus mendasar disetiap civitas
akademis, sesuai dengan semboyan bahwa seorang dokter harus belajar sepanjang hayat.
Melalui tutorial, mahasiswa dirangsang dan dimotivasi untuk terus mencari jawaban dari
masalah yang didiskusikan dengan mengkajinya dari beberapa sumber atau referensi yang
sahih untuk mendapatkan kebenaran dari jawaban itu melalui metode ilmiah yang benar.
Metoda Ilmiah adalah cara atau jalan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.
Metodailmiah adalah prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, tata
langkah, dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan
pengetahuan yang telah ada Pendekatan dalam menelaah suatu masalah dapat
dilakukandengan memakai sudut tinjauan dariilmu-ilmu tertentu, misalnya psikologi,
sosiologi, politik dan sebagainya. Pengertian metoda juga tidak sama dengan teknik. Metoda
ilmiah adalah prosedur dalam pelaksanaan penelitian ilmiah. Prosedur tersebut dilaksanakan
dengan cara-cara operasional dan teknis yang lebih rinci. Cara-cara itulah yang mewujudkan
teknik. Jadi, teknik adalah suatu cara operasional teknis yang seringkali bercorak rutin,

11
mekanis, atau spesialistis untuk memperoleh dan menangani data dalam penelitian. Pola
prosedural, antara lain terdiri dari pengamatan, percobaan, pengukuran, survai, deduksi,
induksi, dan analisis. Teknik, antara lain terdiri dari : wawancara, angket, tes, dan
perhitungan. Aneka instrumen yang dipakai dalam metoda ilmiah antara lain : pedoman
wawancara, kuesioner, timbangan, meteran, komputer.
Johson (2005) dalam arkelnya yang berjudul ”Educational Research : Quantitative
and Qualitative”membedakan metoda ilmiah menjadi dua metoda deduktif dan metoda
induktif.
Metoda deduktif merupakan metoda ilmiah yang diterapkan dalam penelitian kuantitatif.
Dalam metoda ini teori ilmiah yang telah diterima kebenarannya dijadikan acuan dalam
mencarikebenaran selanjutnya. Sedangkan metoda induktif merupakan metoda yang
diterapkan dalam penelitian kualitatif. Penelitian ini dimulai dengan pengamatan dan diakhiri
dengan penemuan teori. Penerapan filsafat ilmu dalam perguruan tinggi meliputi Perumusan
masalah, Penyusunan kerangka berpikir, Perumusan hipotesis.Pengujian hipotesis dan
Penarikan kesimpulan.

3.2. Kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan


Critical appraisal merupakan kajian kritis terhadap makalah / artikel/ ilmiah/untuk mengkaji
/mengevaluasi artikel penelitian guna menetapkan apakah artikel penelitian tersebut layak
rujuk / layak dijadikan sebagai landasan dlam pengambilan keputusan klinis atau tidak.
Evidence based medicine merupakan pendekatan pengambilan keputusan klinik, dimana
klinisi menggunakan bukti ilmiah terbaik bagi pasien dan dapat memahami metode dan hasil
sebuah penelitian. Critical appraisal menilai beberapa nilai seperti deskripsi umum suatu
penelitian, validitas interna hubungan non kausal dan kausal serta validitas
eksterna.Gambaran umum critical appraisal menekankan pada desain penelitian, populasi
target dan populasi terjangkau, cara pemilihan sampel, variabel bebas, variabel tergantung
dan bias. Aspek khusus critical appraisalyang harus dipahami pada beberapa desain
penelitian seperti Randomized controlled trial (RCT), cohort study, case-control study dan
diagnostic test.

12
BAB 4
KESIMPULAN
Filsafat adalah induk dari segala ilmu dan terus berkembang menjadi filsafat
pendidikan kemudian ilmu pendidikan dan teori pendidikan. Filsafat haruslah ditanam
disetiap warga negara khususnya mahasiswa yang merupakan insan terpelajar. Filsafat
haruslah yang mempunnyai nilainegara yaitu pancasila. Meliputi nilai – nilai budaya dan
sosiologi serta geografis wilayah Indonesia. Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara
filosofis dari sudut pandang ontologis membahas tentang eksistensi atau keberadaan sesuatu
yang ada, yang bersifat jasmani/konkret maupun rohani/abstrakserta menjadi kategori dasar
dan hubungan mereka., Dapat mendefinisikan ontologi dengan dua macam sudut pandang:
1. Kuantitatif, yaitu menyangkut jumlah yang dapat terdiri dari satu atau jamak.
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut
memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya langit yang memiliki warna kebiruan
ataupun bunga bangkai yang berbau busuk.
epistemologis epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai
pengetahuan., dan aksiologis adalah ilmu tentang nilai dalam berbagai bentuk. Nilai
digunakan sebagai kata benda abstrak
 Moral conduct
Adalah tindakan moral dan bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu
etika.
 Estetic expression
Adalah ekspresi keindahan dan bidang ini melahirkan estetika.
 Socio-political life
Adalah kehidupan sosial politik dan bidang ini melahirkan filsafat
sosial politik.
Setiap ilmu pengetahuan mempunyai obyek tersendiri dan metode pendekatan khusus
sesuai dengan ciri ilmu dan tujuan yang mau dicapai ilmu bersangkutan. Filsafat yang
tertanam di setiap mahasiswa harus bersifat totalitas atau menggali secara radikal dan
menyeluruh terhadap suatu obyek, sehingga hakikatnya akan bertanya terus menerus dan
senantiasa untuk memperdalam ketidaktahuan sehingga dapat meningkatkan kualitas
tindakan yang akan dilakukan.
Pengetahuan selalu mengandung kebenaran, dimana suatu kebenaran tersebut harus
dicari kepastian atau kesahihan kebenarannya baik berupa kebenaran empiris dan kebenaran

13
logis.Terdapat sifat dasar kebenaran ilmiah yang harus dipahami mahasiswa yaitu struktur
kebenaran ilmiah bersifat rasional dan logis, harus berisi empiris artinya harus diuji dengan
kenyataan yang ada, dan mempunnyai sifat pragmatis yang menggabungkan dua sifat
kebenaran. Dari semua diatas diharapkan bahwa setiap mahasiswa akan memahami filsafat
ilmu dengan baik dan implementasinya dalam ilmu yang akan digunakan sehari - hari
sehingga dapat berguna dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.

14
DAFTAR PUSTAKA
1. Webmaster Professional. (2001) “Terminologi Filsafat” Internet
:http://www.filsafatkita.f2g.net (accesed ; February 3, 2006)
2. Beerling at al. (1998) Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Tiara Wacana.Huitt, W.
(1998) ”Ways of Knowing”. Internet : http://www.chiron.
valdosta.edu/whuitt/col/intro/wayknow.html. (accesed February 20, 2006).
3. Jujun S. Suriasumantri. (1996) Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, danPolitik :
Sebuah Dialog tentang Dunia Keilmuan Dewasa ini. Jakarta :Gramedia.
4. Jujun S. Suriasumantri. (2005) Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer.Jakarta :
Sinar Harapan.
5. Lasiyo dan Yuwono. (1994) Pengantar Ilmu Filsafat. Yogyakarta : Liberty Moleong,
Lexy, J. (2005) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PTRemaja
Rosdakarya.Principia Cybernetica Web. (2006) ”Axiology”. Internet :
http://pespmc1.vub.ac. be/ASCA/AZXIOLOGY.html (accesed : March 3, 2006).
6. Rinjin, Ketut. (1997) Pengantar Filsafat Ilmu dan Ilmu Sosial Dasar.Bandung : CV
Kayumas.Semiawan, Conny et al. (1998) Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu
.Bandung : CV Remaja Karya.
7. Soerjono Soemargono.(1993) Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : NurCahaya.
8. The Liang Gie. (1991) Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty.Verhak, V dan
Haryono Imam, R. (1999) Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT Gramedia.
9. Salam, Burhanuddin. 2003. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

15

Anda mungkin juga menyukai