Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

PT Solusi Bangun Indonesia Tbk adalah perusahan yang bergerak pada sektor
industri semen. PT Solusi Bangun Indonesia merupakan bagian dari Semen
Indonesia Group. PT Solusi Bangun Indonesia mempunyai 4 pabrik yaitu pabrik
Tuban, pabrik Cilacap, pabrik Narogong dan pabrik Lhoknga[1].
Proses dalam industri semen terdiri dari beberapa tahapan, antara lain
penghancuran bahan baku (crushing), penyimpanan dan pengumpanan
(stockpiling), penggilingan (grinding) dan pengeringan (drying), homogenisasi
(homogenizing), pemanasan awal (pre-heating), pembakaran (firing), pendingin
(cooling), penghalusan akhir (finishing grinding), pengemasan (packing)[2, 3].
Semua proses tersebut saling berhubungan dan berkelanjutan, oleh karena itu
diperlukan alat transport untuk membantu perpindahan material dari tahap pertama
hingga tahap akhir material menjadi semen. Dalam industri semen ada berbagai alat
transport yang digunakan sesuai jenis dan jumlah material yang di angkutnya. Alat
transport yang digunakan antara lain adalah belt conveyor, apron conveyor, air
slide, chain conveyor, pneumatic conveyor, bucket elevator dan screw conveyor[4].
Selain itu terdapat alat transport yang memiliki fungsi khusus seperti Grate Cooler.
Grate Cooler selain berfungsi sebagai alat transport juga berfungsi sebagai alat
pendingin material clinker secara cepat (quenching process)[5].

1.1 Latar Belakang


Di dalam suatu pabrik semen terdapat cooler. Alat ini digunakan untuk
mentransport material clinker dari discharge kiln menuju alat transport selanjutnya
berupa apron conveyor, cooler selain berfungsi sebagai alat transport juga
berfungsi sebagai alat pendingin material clinker secara cepat (quenching
process)[5]. Berbeda dengan cooler di pabrik lain, cooler di pabrik Tuban
dilengkapi Roller Crusher yang berfungsi sebagai penghancuran material clinker
menjadi lebih kecil (size reduction) yang menggunakan hydraulic motor untuk
menggerakkan Roller Crusher tersebut[6, 7]. Fluida di dalam hydraulic motor
secara tidak langsung akan mengalami kenaikan suhu dikarenakan paparan panas
yang diterima selama proses penghancuran. Sehingga di dalam sistem hidrolik
penggerak hydraulic motor dilengkapi dengan alat penukar panas (Heat Exchanger)
[7, 8].
Pada dasarnya Heat Exchanger membutuhkan proses pembersihan secara
periodic, hal ini terjadi karena timbulnya lapisan kerak (fouling) pada permukaan
Heat Exchanger[8]. Ketika lapisan kerak pada permukaan Heat Exchanger
menumpuk maka akan menyebabkan proses pertukaran panas antar fluida menjadi
kurang optimal. Sehingga Δt antara fluida panas dan dingin akan menurun dan
menyebabkan temperatur fluida di dalam tangki meningkat.
Selama tahun 2018 temperatur tangki oli 472 – HS1 menunjukkan kenaikan
temperatur yang relatif berada di atas batas alarm atas 1 (55 ⁰C) seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1.1.

grafik temperatur pada tangki oli 472 - HS1 (⁰C)


2018
65.0

60.0

55.0
temperature (⁰c)

50.0

45.0

40.0

35.0

30.0

Bulan

Gambar 1. 1 Grafik temperature pada tangki oli 2018

Merupakan indikasi dibutuhkan proses pemeliharaan Heat Exchanger.


Bahkan beberapa kali hampir menyentuh batas alarm atas 2 (65⁰ C) yang sangat
dihindari. Hal ini karena ketika temperatur oli dalam tangka oli 472 – HS1
menyentuh batas alarm atas 2 akan menyebabkan kiln dan cooler berhenti,
disebabkan trip pada area cooler karena sensor temperatur mengindikasikan
overheat pada 472 – HS1.

Tabel 1. 1 Parameter Temperatur Operasi


Parameter Operating Temp Oil Tank (⁰C)
HH (Trip) 65
HL (Alarm) 55
PH 53
PL 30

Parameter tersebut ditetapkan sedemikian rupa untuk menjaga viskositas


fluida pada sistem yang selain digunakan untuk menggerakkan Polytrack Grate
Cooler, juga menggerakkan hydromotor yang menggerakkan planetary gear pada
roller crusher grate cooler. Viskositas fluida dapat turun dikarenakan perubahan
temperatur dapat menyebabkan kebocoran - kebocoran pada sistem disebabkan oleh
viskositas yang rendah.
Sedangkan jadwal proses pemeliharaan Heat Exchanger 472 – HS1 hanya
mengacu pada trend temperatur saat berada diatas batas alarm atas 1 (55 ⁰C)
merupakan indikasi dibutuhkan proses pemeliharaan. Sedangkan proses
pemeliharaan Heat Exchanger hanya menggunakan cara manual seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1.2 yang membutuhkan waktu lebih lama.

Gambar 1. 2 Proses Pemeliharaan Heat Exchanger


Saat ini untuk mengatasi masalah tersebut karyawan Hydraulic, Pneumatic,
Lubrication (HPL) melakukan penggantian Heat Exchanger. Namun proses yang
digunakan untuk melakukan penggantian Heat Exchanger membutuhkan kiln dan
cooler untuk berhenti seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.3 yang memakan
waktu kurang lebih 5 jam kerja dan dapat menyebabkan kerugian produksi untuk
kebutuhan start up kiln setelah proses penggantian Heat Exchanger.

Gambar 1. 3 Proses replace Heat Exchanger

Pengembangan yang akan dilakukan adalah membuat desain instalasi pipa


dan Heat Exchanger menjadi paralel (duplex) dengan harapan proses penggantian
menjadi lebih singkat dan tanpa memerlukan kiln dan cooler untuk berhenti,
sehingga dapat mengurangi kerugian produksi yang disebabkan oleh penggantian
Heat Exchanger.
1.2 Rumusan Masalah
Pada sistem saat ini proses penggantian Heat Exchanger pada 472 – HS1
masih membutuhkan kiln & cooler untuk berhenti yang dinilai kurang efisien
sehingga menimbulkan kerugian dalam pengoperasiannya. Berdasarkan uraian dari
latar belakang tersebut, menghasilkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah metode yang dilakukan sejauh ini untuk melakukan pemeliharaan Heat
Exchanger ?
2. Bagaimana perancangan saluran pipa Heat Exchanger dapat menutupi
kekurangan dari metode yang digunakan saat ini ?
3. Apa sajakah keuntungan yang didapat dari modifikasi saluran pipa Heat
Exchanger yang diterapkan pada 472 – HS1 ?
1.3 Batasan Masalah
Pada pembahasan dalam tugas akhir ini agar tidak melebar, maka penelitian
dalam tugas akhir ini dibatasi dalam ruang lingkup:
1. Perancangan jalur pipa
2. Penentuan Jenis valve
3. Bagaimana prinsip kerja dari modifikasi saluran pipa yang
digunakan
4. Dampak yang terjadi setelah sistem diganti (improvement)
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III Jurusan
Teknik Mesin Politeknik Negeri Jakarta.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Dapat memberikan solusi melakukan pemeliharaan Heat Exchager pada 472 –
HS1 sebelum temperatur oli dalam tangki mencapai batas alarm atas 1 tanpa
memerlukan kiln dan cooler untuk berhenti.
2. Mencegah terjadinya kerugian produksi karena kebutuhan penggantian Heat
Exchanger yang disebabkan oleh kiln dan cooler yang berhenti.
3. Penentuan komponen desain dengan beberapa pertimbangan.

1.5 Luaran yang Diharapkan


Luaran dari tugas akhir ini adalah berupa jurnal dan ilmu yang nyata bagi
PT.Solusi Bangun Indonesia Tbk.
1.6 Kegunaan Program
1.6.1 Bagi Mahasiswa
Dengan adanya tugas akhir ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan sistem perancangan jalur pipa yang
baik.
1.6.2 Bagi PT. Solusi Bangun Indonesia Tbk Pabrik Tuban
Dengan adanya tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan konsep yang
matang tentang perancangan jalur pipa untuk modifikasi saluran Heat Exchanger,
sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemeliharaan dan mengurangi kerugian
produksi karena kebutuhan penggantian Heat Exchanger.
1.6.3 Bagi Politeknik Negeri Jakarta
Dengan adanya tugas akhir ini diharapkan dapat menambah kepustakaan yang
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan proses
belajar dan mengajar bagi Politeknik Negeri Jakarta tentang alat penukar panas,
gate valve, ball valve, perancangan jalur pipa.
DAFTAR PUSTAKA

[1] L. Group, "Holcim Indonesia Annual Report 2017," Jakarta, 2018.


[2] W. H. Duda, Cement Data Book 1, 3 ed. Berlin: French & European
Pubns, 1985.
[3] A. Firdaus, "Proses pembuatan semen pada PT. Holcim Indonesia tbk,"
Jurnal Umum, 2007.
[4] F. L. Smidth, The Cement Factory Transport Equipment. United Stated of
America: Fuller Company.
[5] F. L. smidth, Instruction Manual for Fuller Reciprocacting Grate Cooler.
United State of America: Fuller Company.
[6] B. Rexroth, "General Operating Instruction for Hydraulic Units And
Assemblies," Rexroth Bosch Group, maintenance and instruction manuals
of Hydraulic Power Unit and Assemblies, 2012.
[7] B. Rexroth, "POLYTRACK® clinker cooler with intermediate crusher,"
Polysius, Manual Book, 2013.
[8] B. Rexroth, Maintenance and instruction manuals. Germany: Bosch
Rexroth, 2012.
[9] Maulana. (15 januari 2013, 12 April 2019). Cooler System [Online].
Available: https://maulhidayat.wordpress.com/2013/01/15/cooler-system/.
[10] A. Parr, Hydraulic and Pneumatics a Technician's and Engineer's Guide,
2 ed. Butterworth Heinemann: Elsevier Ltd, 1998.
[11] R. A. e. a. Lang, Basic Principles and Component of Fluid Technology.
Germany: Schleunungdruck Gmbh, 1991.
[12] K. Indonesia. (2018, 23 April). Definisi valve, Jenis dan fungsinya
[Online]. Available: http://www.kitomaindonesia.com/article/21/valve-
solenoid-valve-jenis-valve.
[13] R. K. Shah, . Dusan P. Sekulić, Fundamentals of Heat Exchanger Design.
Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc, 2003.
[14] T. K. Hou, Salimnewaz Kazi., Abu Bakar Mahat., et al, "Industrial Heat
Exchanger: Operation and Maintenance to minimize Fouling and
Corrosion," 2015.
[15] T. H. O. Bruce R Munson, Wade W Huebsch, Alric P Rothmayer,
Fundamentals of Fluid Mechanics. United States of America, 2013.
[16] e. a. Sunarto, Diktat Mekanika Fluida. Jakarta: Politeknik Negeri Jakarta,
2015.
[17] j. Zhang, Xiaowei Zhu., Maria E., et al.,, "A review of heat transfer
enhancement techniques in plate heat exchanger " 2019.
[18] Y. A. M. Legay., N. Gondrexon., et al., "Experimental Investigation of
fouling reduction in an ultrasonically-assisted heat exchanger," 2013.
[19] P. O. Shell. Safety Data Sheet Tellus S2 M 46, 2018.

Anda mungkin juga menyukai