Anda di halaman 1dari 21

Kelas

TPS 2
PROJECT 2

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH DENGAN


ADSORBEN ASP

Disusun oleh:

ADLU ADIL SALEH

201611003

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGOLAHAN SAWIT

POLITEKNIK KAMPAR

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif pengganti bahan


bakar fosil yang dibuat dari sumber yang dapat diperbaharui seperti minyak nabati
dan lemak hewan. Dibandingkan dengan bahan bakar fosil, bahan bakar biodiesel
mempunyai kelebihan diantaranya bersifat biodegradable, non-toxic, mempunyai
angka emisi CO2 dan gas sulfur yang rendah dan sangat ramah terhadap

lingkungan. (Marchetti dan Errazu, 2008). Penggunaan biodiesel juga dapat


mengurangi polusi tanah serta melindungi kelestarian perairan dan sumber air
minum (Prihandana, 2007).
Minyak jelantah adalah minyak goreng yang telah digunakan untuk
menggoreng. Dengan meningkatkan produksi dan konsumsi minyak goreng,
ketersediaan minyak jelantah kian hari kian melimpah, (Erliza, dkk, 2007: 25).
Bila tak digunakan kembali, minyak jelantah biasanya dibuang begitu saja ke
saluran pembuangan. Limbah yang terbuang ke pipa pembuangan dapat
menyumbat pipa pembuangan karena pada suhu rendah minyak maupun lemak
akan membeku dan mengganggu jalannya air pada saluran pembuangan. Minyak
ataupun lemak yang mencemari perairan juga dapat mengganggu ekosistem
perairan karena dapat menghalangi masuknya sinar matahari yang sangat
dibutuhkan oleh biota perairan. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk
memanfaatkan limbah minyak goreng bekas, salah satunya dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
Pembuatan biodiesel dari minyak tanaman memiliki kasus yang berbeda -
beda sesuai dengan kandungan FFA. Pada kasus minyak tanaman dengan
kandungan asam lemak bebas tinggi dilakukan dua jenis proses, yaitu esterifikasi
dan transesterifikasi.
1. Reaksi Esterifikasi
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi etil
ester.

2. Reaksi transesterifikasi
Pembuatan biodiesel dari minyak nabati dilakukan dengan
mengkonversi trigliserida menjadi metil ester dengan suatu proses yang
disebut dengan transesterifikasi.
Proses ini berjalan lambat, sehingga disini kita menggunakan arang aktif
yaitu ampas tebu jadi tidak perlu melakukan proses esterifikasi untuk mengurangi
energi aktivasi, dan untuk selanjutnya mempercepat laju reaksi, karena arang aktif
dari ampas tebu mampu menyerap FFA pada minyak jelantah secara skala besar.
Arang akif dapat dibuat dari bahn organik maupun anorganik salah satunya
yaitu dapat dibuat dari ampas tebu. Ampas tebu yang berasal dari perasan tebu
yang telah dibuang dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif karena memiliki daya
serap yang tingi terhadap iodium. Tingginya daya serap dapat dimanfaatkan untuk
menyerap kadar FFA pada minyak jelantah

1.2 Tujuan
1.2.1 mengetahui proses pembuatan biodiesel.
1.2.2 untuk mengetahui pengaruh arang ampas sekam padi sebagai
adsorben terhadap FFA.
1.2.3 untuk mengetahui apakah ampas sekam padi efektif dalam produksi
biodiesel dari minyak jelantah tanpa reaksi esterifikasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak Jelantah


Minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis
minyak goreng seperti halnya minyak sawit, minyak jagung, minyak sayur,
minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian
kebutuhan rumah tangga umumnya. Minyak yang telah dipakai untuk
menggoreng menjadi lebih kental, mempunyai asam lemak bebas yang tinggi dan
berwarna kecokelatan. Selama menggoreng makanan, terjadi perubahan fisik-
kimia, baik pada makanan yang digoreng maupun minyak yang dipakai sebagai
media untuk menggoreng, dapat digunakan kembali untuk keperluaran kuliner
akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung
senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses
penggorengan..

Minyak jelantah juga dapat digunakan kembali sebagai minyak goreng


yang bersih tanpa kotoran, dengan cara minyak jelantah tersebut direndam
bersama dengan ampas sekam padi, maka nantinya warna coklat dan kotoran pada
minyak jelantah akan terserap oleh ampas sekam padi tersebut, sehingga minyak
jelantah tersebut akan kembali bersih dan dapat dipakai kembali.

Umumnya, minyak goreng digunakan untuk menggoreng dengan suhu


minyak mencapai 200-300 °C. Pada suhu ini, ikatan rangkap pada asam lemak
tidak jenuh rusak, sehingga tinggal asam lemak jenuh saja. Risiko terhadap
meningkatnya kolesterol darah tentu menjadi semakin tinggi. Selain itu, vitamin
yang larut di dalamnya, seperti vitamin A, D, E, dan K ikut rusak. Kerusakan
minyak goreng terjadi atau berlangsung selama proses penggorengan, dan itu
mengakibatkan penurunan nilai gizi terhadap makanan yang digoreng. Minyak
goreng yang rusak akan menyebabkan tekstur, penampilan, cita rasa dan bau yang
kurang enak pada makanan. Dengan pemanasan minyak yang tinggi dan berulang-
ulang, juga dapat terbentuk akrolein, di mana akrolein adalah sejenis aldehida
yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan, membuat batuk konsumen
dan yang tak kalah bahaya adalah dapat mengakibatkan pertumbuhan kanker
dalam hati dan pembengkakan organ, khususnya hati dan ginjal.

2.2 Biodiesel

Biodiesel adalah bahan bakar mesin/motor diesel yang terdiri atas ester alkil
dari asam-asam lemak” (Soerawidjaja,2006). Biodiesel dapat dibuat dari minyak
nabati maupun lemak hewan, namun yang paling umum digunakan sebagai bahan
baku pembuatan biodiesel adalah minyak nabati. Minyak nabati dan biodiesel
tergolong ke dalam kelas besar senyawa-senyawa organik yang sama, yaitu kelas
ester asam-asam lemak. Akan tetapi, minyak nabati adalah triester asam-asam
lemak dengan gliserol, atau trigliserida, sedangkan biodiesel adalah monoester
asam-asam lemak dengan metanol.

Pada kenyataannya, proses transesterifikasi minyak nabati menjadi ester


metil asam-asam lemak, memang bertujuan memodifikasi minyak nabati menjadi
produk (yaitu biodiesel) yang berkekentalan mirip solar, berangka setana lebih
tinggi, dan relatif lebih stabil terhadap perengkahan.

Karakteristik dari Biodiesel

No Parameter SNI Biodiesel


1 Komposisi Metil ester
2 Densitass 400C 0,86-0,89 gr/ml
3 Viskositas kinematic 2,3-6,0 mm/d(cst)
4 Titik nyala Minimal 1000C
5 Titik kabut Maksimal 180C
6 Gliserol bebas Maksimal 0,02%
7 Angka setana Minimal 51
Sumber : (SNI 04-7182-2006)

2.3 Ampas Sekam padi

Ampas sekam padi, merupakan bahan baku pembakaran pembuatan batu


bata adalah suatu bahan yang mengandung karbon cukup tinggi. Hal tersebut yang
mendasari bahwa ampas sekam padi dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan arang aktif untuk pemurnian minyak goreng bekas. Pemurnian minyak
goreng bekas menggunakan arang aktif merupakan salah satu metode yang dapat
dikembangkan karena bahan bakunya mudah didapatkan dan tidak membutuhkan
biaya yang besar. Kesetimbangan adsorpsi asam lemak bebas dipelajari
menggunakan isoterm Freundlich dan Langmuir pada kondisi yang sama.
Hasilnya menunjukkan bahwa isoterm Freundlich memiliki linearitas yang lebih
tinggi dibandingkan isoterm Langmuir. Hasil pemurnian menunjukkan bahwa
arang aktif yang digunakan dapat menurunkan kadar asam lemak bebas dalam
minyak goreng bekas.

Komposisi kimia sekam padi sebagai berikut:

Komposisi persentase (%)


Selulosa 32,12
Hemi selulosa 22,48
Lignin 22,34
Abu mineral 13,87
Air 7,86
Bahan lain 2,33
(Sumber :Kumar,P.S., 2010)
2.4 PROSES PEMBUATAN BIODIESEL

2.4.1 Transesterifikasi

Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi


dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan
alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Di antara alkohol-
alkohol monohidrik yang menjadi kandidat sumber/pemasok gugus alkil, metanol
adalah yang paling umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya
paling tinggi (sehingga reaksi disebut metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia
ini, biodiesel praktis identik dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids
Metil Ester, FAME). Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester.
Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa adanya
katalis, konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat
(Mittlebatch,2004). Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi
adalah katalis basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi. Produk yang
diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester metil asam-asam lemak.
Terdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke arah produk, yaitu:

a. Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi

b. Memisahkan gliserol

c. Menurunkan temperatur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi


eksoterm)
BAB III

METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu

Tempat : Lab Uji Politeknik Kampar

Waktu : 02 mei s/d selesai

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan :
1. Erlemeyer
2. Penangas air
3. Beaker glass
4. Gelas ukur
5. Buret
6. Labu didih leher 2
7. Thermometer
8. Magnetik stirer
9. Kondensor refluks
10. Corong pisah
11. Pikno meter
12. Visko meter
13. Kertas saring
14. Corong goch
15. Pompa Vacum
16. Statip & klem
17. Neraca Analitik
A. Bahan

Bahan yang kami perlukan dalam percobaan ini yaitu :

1. Indikator PP 5. NaOH
2. Aquades 6. ASP
3. Minyak jelantah
4. Etanol

3.3 Cara Kerja


3.3.1 analisa kadar asam lemak bebas(alb) pada minyak atau lemak yang
akan di proses menjadi biodiesel.
1. 3 gr contoh dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 50
ml etanol netral 96% kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam
penangas air
2. Indikator pp ditambahkan 3-5 tetes dan digoyang sampai homogen
3. Titrasi dilakukan dengan larutan NaOH 0.1 N hingga terbentuk warna
merah muda permanen kira-kira selama 30 detik
3.3.2 Pemurnian minyak jelantah
1. Minyak jelantah diambil sebanyak 100ml, lalu dicatat
2. Kemudian ambil 5gr arang aktif ampas sekam padi dan campurkan dengan
minyak jelantah sampai homogen
3. lakukan vakum dengan menggunakan corong buchner. Penyaringan
dilakukan untuk mengurangi kadar kotoran dalam minyak
4. Minyak hasil pemurnian ditimbang dan lakukan analisa ALB
5. Pemurnian minyak dilakukan hingga ALB dibawah 2%

3.3.3 Produksi Biodiesel


Analisa kadar alb massa bahan baku trasnesterifikasi(MT), jika kadar alb <
2%, maka dapat dilanjutkan ke tahapan transesterifikasi.
1. Tentukan jumlah metanol yang digunakan pada tahapan transesterifikasi
2. Jika bahan baku pada tahapan transesterifikasi Olein, maka kebutuhan
massa etanol = [(6x32)/885,45] x massa MT
3. Tentukan jumlah NaOH yang diperlukan yaitu (1/100) x massa MT
4. NaOH dilarutkan dalam metanol sampai terlarut sempurna
5. Bahan baku dipanasakan pada rangkaian reaktor transesterifikasi
kemudian setelah mencapai suhu 650C masukkan larutan NaOH dalam
etanol. Lakukan pengadukan 800 rpm secara refluk selama 60 menit
6. Proses transesterifikasi dihentikan, hasil reaksi dimasukkan dalam
separator tunggu selama satu jam, maka akan terbentuk dua lapisan yaitu
gliserol dan biodiesel kasar.
7. Crude biodeisel dan crude gliserol yang terbentuk dipisahkan.
8. Crude gliserol yang terbentuk akan dimurnikan pada pelaksanaan
percobaan berikutnya.
3.3.4 tahapan pemurnian biodiesel
pemurnian cude biodiesel dengna cara basah sebagai berikut :
1. 1/2 liter air dipanaskan
2. Biodiesel kotor dicuci yang dihasilkan dengan air hangat suhu 65-700C
Lakukan pencucian sampai air cucian bersih dan netral
3. Biodiesel dikeringkan diatas hot plate pada suhu 1050C sampai air dalam
biodiesel sempurna teruapkan.
4. Lanjutkan dengan analisa karakteristik biodiesel
3.3.5 Pengujian Densitas
1. Piknometer dicuci dengan aquades kemudian dengan etanol kemudian
dikeringkan dalam oven.
3 Piknometer ditimbang kemudian diisi dengan aquades bersuhu 25 oC.
Hindari adanya gelembung udara dan permukaan air diatur sampai penuh
atau samapai tanda tera.
4 Kemudian piknometer dimasukkan ke penangas air (water Bath) pada
suhu 40oC selama 10 menit. Suhu penangas air diperiksa dengan
termometer.
5 Bagian luar piknometer dikeringkan baru ditimbang.
6 Dengan cara yang sama lakukan pengukuran berat sampel etil ester
dengan menggunakan piknometer.

3.3.6 Pengujian Viscositas


1 Viskometer yang digunakan bersih.
2 Pipet sejumlah tertentu cairan kedalam reservoir A sehingga kalau cairan
ini dibawa ke reservoir badan permukaanya garis m, reservoir A kira-kira
masih terisi setengahnya.
3 Dengan menghisap bawa cairan ke B sampai sedikit diatas garis m.
4 Etil ester dibiarkan mengalir secara bebas, timer dinyalakan tepat sewaktu
cairan melewati garis m. Waktu yang diperlukan cairan mengalir dari m ke
n dicatat.
3.3.7 Pengujian Asam Lemak Bebas
1. 3 gr contoh dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 50
ml etanol netral 96% kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam
penangas air
2. Indikator pp ditambahkan 3-5 tetes dan digoyang sampai homogen
3. Titrasi dilakukan dengan larutan NaOH 0.1 N hingga terbentuk warna
merah muda permanen kira-kira selama 30 detik
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan judul proposal Project 2 ini yaitu “Pembuatan Biodiesel


menggunakan minyak jelantah dengan adsorben ASP” yang bertujuan untuk
mengetahui proses pembuatan biodiesel, mengetahui pengaruh arang ampas
sekam padi sebagai absorben terhadap FFA, untuk mengetahui penurunan FFA
tanpa esterifikasi dengan menggunakan arang aktif ampas sekam padi. Berikut ini
adalah hasil analisa dari praktikum yang kami lakukan :

4.1 Analisa kadar asam lemak bebas (ALB) pada bahan baku Biodiesel

Analisa ini bertujuan untuk mengetahui kadar asam lemak bebas yang
terkandung pada senyawa minyak jelantah sebagai bahan baku pembuatan
biodiesel. Untuk mengetahui kadar asam lemak bebas yang terdapat pada minyak
jelantah dapat dilakukan dengan cara menimbang sampel sebanyak 3 gram
kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan etanol 96%
sebanyak 50 ml, dan diaduk diatas penangas air selama 10 menit. Kemudian
ditambahkan indikator-pp sebanyak 3 tetes dan digoyang hingga homogen,
selanjutnya di Titrasi menggunakan NaOH 0,1 N hingga terbentuk warna merah
muda permanen kira-kira selama 30 detik.

Setelah dilakukan pengujian kadar asam lemak bebas di dapatkan kadar


asam lemak bebas pada minyak jelantah sebesar 1,87%.

4.2 Pemurnian minyak jelantah

Pemurnian minyak jelantah dilakukan dengan penambahan ASP sebagai


adsorben. Dilakukan dengan cara menimbang minyak jelantah sebanyak 100 ml,
kemudian ditambahkan 5 gram ampas sekam padi dan dicampurkan kedalam
minyak jelantah dan diaduk hingga homogen. Selanjutnya dilakukan proses
pemvakuman dengan menggunakan corong buchner,agar kotoran pada minyak
jelantah berkurang. Minyak hasil dari pemurnian ditimbang dan dilakukan analisa
kadar asam lemak bebas. Proses ini dilakukan hingga kadar ALB < 2%.

Dari hasil pemurnian minyak jelantah, maka didapatlah hasil dengan berat
minyak jelantah 69,18 gram, dengan kadar asam lemak bebas sebanyak 1,70 %.

4.3 Produksi Biodiesel

Pada produksi biodiesel ini dilakukan menggunakan minyak jelantah


dengan kadar ALB sebanyak 1,70% dan berat sebanyak 69,18 gram dengan cara
menentukan jumlah etanol yang digunakan pada proses tersebut dengan rumus
massa metanol = [(6x32)/885,45] x massa MT, setelah itu tentukan jumlah NaOH
yang dibutuhkan dengan rumus (1/100) x massa MT. NaOH dilarutkan dalam
metanol sampai terlarut sempurna.

Selanjutnya bahan baku dipanaskan pada rangkaian reaktor transesterifikasi


hingga mencapai suhu 650C, kemudian campuran etanol dengan NaOH
dimasukkan kedalam rangkaian transesterifikasi dan diaduk dengan kecepatan 800
rpm secara refluks selama 60 menit. Setelah proses selesai, hasil dari proses ini
dimasukkan kedalam corong pisah untuk memisahkan hasil antara gliserol dengan
Biodiesel kasar atau etil ester.

Setelah di pisahkan didapatlah hasil dari proses ini dengan berat gliserol
sebanyak 22,60 gram, dan biodiesel sebanyak 32,25 gram.

4.4 Tahapan pemurnian biodiesel

Proses selanjutnya adalah tahapan pemurnian crude biodiesel yang


dilakukan dengan cara basah, dengan cara memanaskan air pada penangas air
hingga suhu 65-700C, kemudian biodiesel dicuci sampai dengan bersih dan netral,
selanjutnya biodiesel dikeringkan diatas hot plate pada suhu 1050C sampai air
didalam biodiesel teruap sempurna. Selanjutnya uji karakteristik biodiesel yang
dihasil dari proses diatas.
4.5 Pengujian densitas Biodiesel

Pengujian karakteristik biodiesel yang pertama adalah densitas dari


biodiesel dengan cara piknometer dicuci dengan aquades kemudian dengan etanol
dan dikeringkan dalam oven, piknometer yang telah dikeringkan lalu ditimbang
sebagai berat awal, selanjutnya diisi dengan aquadest bersuhu 250C. Pada saat
pengisian aquadest hindari jangan sampai ada gelembung udara dan permukaan
air diatur sampai penh hingga tanda tera, kemudian piknometer dimasukkan
kedalam penangas air yang bersuhu 400C selama 10 menit, dengan dilakukan
pemeriksaan suhu pada penangans air dengan termometer, selanjutnya bagian luar
termometer dikeringkan lalu ditimbang, dengan cara yang sama lakukan
pengukuran berat sampel etil ester atau biodesel dengan piknometer.

Setelah dilakukan uji densitas pada produk biodiesel yang dihasilkan maka
diperoleh biodiesel dengan densitas 0,82 gr/cm3

4.6 Pengujian viscositas Biodiesel

Selanjutnya adalah pengujian viscositas dari biodiesel dengan cara


viscositas yang di gunakan dibersihkan terlebih dahulu, selanjutnya sampel
diisikan ke dalam reservoir A hingga ¾ bagian, kemudian sampel diisap dengan
filler untuk menuju reservoir B hingga mencapai posisi diatas tanda tera/m,
kemudian sampel dibiarkan mengalir secara bebas dan diukur waktu mulai sampel
melewati tanda tera hingga selesai.

Dari hasil perhitungan padda pengujian viscositas maka diperoleh viscositas


dari etil ester sebesar 2,12 Cst.

4.7 Pengujian ALB Biodiesel


Proses pengujian selanjutnya adalah uji asam lemak bebas pada biodiesel dengan
cara menimbang 3 gram etil ester, kemudian ditambahkan larutan etanol 96%
sebanyak 50 ml, dan diaduk diatas penangas air selama 10 menit. Kemudian
ditambahkan indikator-pp sebanyak 3 tetes dan digoyang hingga homogen,
selanjutnya di Titrasi menggunakan NaOH 0,1 N hingga terbentuk warna merah
muda permanen kira-kira selama 30 detik.

Dari uji asam lemak bebas yang dilakukan, maka didapat kan biodiesel
dengan asam lemak bebas sebesar 1,28%.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut:

1. Pembuatan biodiesel dari bahan baku Minyak Jelantah dilakukan dengan


tahapan transesterifikasi, dan pemurnian.
2. Tahap pemurnian dari Crude biodiesel dilakukan dengan cara basah,
dengan menggunakan air besuhu 65-700C.
3. Arang ampas sekam padi digunakan sebagai adsorben pada pemurnian
minyak jelantah dan sekaligus penurunan FFA.
4. ASP cukup efektif dalam menurunkan FFA, dari 1,87% hingga menjadi
1,70%.

5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, saran yang dapat kami berikan
adalah sebagai berikut:
1. Pada saat melakukan praktikum sebaikya sampel minyak jelantah yang di
gunakan adalah sampel minyak jelantah yang masih baru dan tidak
bewarna terlalu hitam pekat agar kadar asam lemak bebas dan kadar airnya
tidak terlalu tinggi.
2. Pada saat proses pemanasan sampel Biodiesel diatas hotplate pastikan
suhu hotplate di kontrol dengan suhu yang sudah ditentukan supaya hasil
proses tersebut tidak mempengaruhi hasil akhir yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Fatmayati, ST, Msi. 2014. Modul Pratikum Teknologi Pengolahan sawit 2.


Bangkinang, Politeknik Kampar.

Agroindustriindonesia.blogspot.com/2010/09/proses-pemurnian-minyak-
sawit.html?M=1
(BSN ) Badan Standardisasi Nasional. 2002. Standar Nasional Indonesia No. 01-
3741-2002. Tentang Minyak Goreng Sawit. Jakarta. BSN
Natureindonesion.blogspot.co.id/2013/03/minyak-kelapa-sawit-merah-red-palm-
oil.html
Desmafianti, Gita, 2013. Artikel Pengertian Biodiesel.

Alliansusmay. 2011. Densitas.


LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Hasil Pengamatan Praktikum
NO Uraian Hasil
Persentase asam lemak bebas minyak 1,87%
1
jelantah sebelum pemurnian
Persentase asam lemak bebas minyak 1,70%
2
jelantah sesudahpemurnian
NaOH yang digunakan pada proses 0,7 gram
3
transesterifikasi
Etanol yang digunakan pada proses 15,00 gr
4
transesterifikasi
5 Densitas biodiesel 0,82 gr/cm3
6 Viscositas Biodiesel 2,12 Cst
7 FFA Biodiesel 1,28 %

Lampiran 2. Perhitungan
Pada pratikum Project ini, dilakukan perhitungan untuk menentukan massa
ALB minyak jelantah sebelum dan sesudah pemurnian, massa etanol, massa
NaOH, Densitas, Viscositas, dan %ALB Biodiesel :

a) Menghitung % ALB minyak jelantah sebelum pemurnian


Diketahui : Normalitas Penitar = 0,1 N
Volume Titrasi = 2,20 ml
Berat sampel = 3 gram
Ditanya : % ALB =?
25,6 𝑥 𝑁 𝑥 𝑉
Jawab :% ALB = x
𝑤
25,6 𝑥 0,1 𝑥 2,20
=
3
=1,87%.

b) Menghitung % ALB minyak jelantah sesudah pemurnian


Diketahui : Normalitas Penitar = 0,1 N
Volume Titrasi = 2,0 ml
Berat sampel = 3 gram
Ditanya : % ALB =?
25,6 𝑥 𝑁 𝑥 𝑉
Jawab :% ALB = x
𝑤
25,6 𝑥 0,1 𝑥 2,0
=
3
=1,70%.
c) Menghitung Massa NaOH untuk proses transesterifikasi
Diketahui : % berat NaOH =1%
Massa MT = 69,18 gr
Ditanya : Massa NaOH 1% dari massa MT = ?
1
Jawab : Massa NaOH = x 69,18 gr
100
= 0,7 gram.
d) Menghitung Massa Etanol untuk proses transesterifikasi
Diketahui : Massa MT = 69,18 gr
Ditanya : Massa metanol =?
6 𝑥 32
Jawab : Massa Metanol = x massa MT
885,45
6 𝑥 32
= x 69,18 gr
885,45

=15,00 gr.
e) Menghitung Densitas biodiesel
Diketahui : Berat sampel = 21,7098
Berat aquadest = 24,8376
Densitas air = 0,98 gr/cm3
Ditanya : Densitas sampel =?
𝑊1
Jawab : Densitas = 𝑥 𝜌 air
𝑊2

21,7098
= 24,8376 𝑥 0,98

= 0,82 gr/cm 3 .
f) Menghitung Viskositas biodiesel
Diketahui : K = 0.035
t = 61 sekon
µ = 0,19
Ditanya : Viskositas sampel = ?
Jawab : Viskositas = K ( t - µ)

= 0,035 (61– 0,19)

= 2,12 Cst.
g) Menghitung % ALB biodiesel
Diketahui : Normalitas Penitar = 0,1 N
Volume Titrasi = 1,5ml
Berat sampel = 3 gram
Ditanya : % ALB =?
25,6 𝑥 𝑁 𝑥 𝑉
Jawab :% ALB = x
𝑤
25,6 𝑥 0,1 𝑥 1,5
=
3
=1,28%.

Lampiran 3. Daftar Gambar


Proses pencucian biodiesel Proses pengujian densitas

Hasil produksi, gliserol dan biodiesel kasar

Anda mungkin juga menyukai