Anda di halaman 1dari 19

Pengertian BPUPKI

BPUPKI atau badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan


Indonesia adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pihak jepang pada
tanggal 29 april 1945. Badan ini dibentuk dengan alasan mendapatkan
dukungan dari bangsa Indonesia supaya mau membantu bangsa jepang
dengan menjanjikan kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia.
Badan ini diketuai oleh Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T) Radjiman
Wedyodiningrat serta wakilnya yaitu Ichibangase Yoshio (orang
jepang) dan Raden Pandji Soeroso. Badan ini beranggotakan 67 orang.
BPUPKI mempunyai tugas yakni mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang
bersifat dengan aspek-aspek politik ekonomi, tata pemerintahan serta hal
lain yang dibutuhkan untuk persiapan kemerdekaan Indonesia.

Tak lama kemudian BPUPKI pun dibubarkan dibentuk sebuah badan baru
untuk menggantikan BPUPKI. Badan tersebut yakni PPKI atau Panitia
persiapan kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Inkai) dengan jumlah
anggota 21 orang dengan ketuanya yaitu Ir. Soekarno , wakilnya Drs. M.
Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo sebagai penasehat PPKI.
Anggota dari PPKI tersebut dipilih dengan mewakili berbagai etnis yang
mewakili Indonesia diantaranya yakni : 12 orang asal jawa, 3 orang asal
sumatera, 2 orang asal Sulawesi, 1 orang asal Kalimantan, 1 orang asal
Sunda Kecil (Nusa Tenggara), 1 orang asal Maluku dan terakhir 1 orang
etnis Tionghoa.
Sejarah Pembentukan BPUPKI
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau (Jepang:
Dokuritsu Junbi Cosakaiatau dilafalkan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai)
adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan
balatentara Jepangpada tanggal 29 April 1945bertepatan dengan hari
ulang tahun KaisarHirohito.
Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan bangsa
Indonesia dengan menjanjikan bahwa Jepangakan membantu proses
kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 63 orang yang diketuai
oleh Radjiman Wedyodiningratdengan wakil ketua Hibangase Yosio (orang
Jepang) dan R.P. Soeroso.
Adapun Sejarah Pembentukan BPUPKI secara formil, termuat dalam
Maklumat Gunseikan nomor 23 tanggal 29 Mei 1945, dilihat dari latar
belakang dikeluarnya Maklumat No. 23 itu adalah karena kedudukan
Facisme (kekuasaan) Jepang yang sudah sangat terancam.

Maka sebenarnya, kebijaksanaan Pemerintah Jepang dengan membentuk


BPUPKI bukan merupakan kebaikan hati yang murni tetapi Jepang hanya
ingin mementingkan dirinya sendiri, yaitu pertama; Jepang ingin
mempertahankan sisa-sisa kekuatannya dengan cara memikat hati rakyat
Indonesia,dan yang kedua; untuk melaksanakan politik kolonialnya.
Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha (semacam
sekretariat) yang beranggotakan 60 orang. Badan Tata Usaha ini dipimpin
oleh R.P.Soeroso, dengan wakil Abdoel Gafar Pringgodigdo dan Masuda
(orang Jepang).
Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan
membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau (Jepang:
Dokuritsu Junbi Inkai) dengan anggota berjumlah 21 orang sebagai upaya
pencerminan perwakilan etnis [1]terdiri berasal dari 12 orang dari Jawa, 3
orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1
orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari maluku, 1 orang dari Tionghoa.
Pada tahun 1944 saipan jatuh ke tangan sekutu.dengan pasukan jepang di
Papua Nugini Kepulauan Solomon,dan Kepulauan Marshall yang berhasil
di pukul mundur oleh pasukan sekutu.Dalam situasi kritis tersebut,pada
tanggal 1 maret 1945 Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan
pemerintah pendudukan jepang di jawa, mengumumkan pembentukan
badan penyelidik Usaha-usaha persiapan kemerdekan INDONESIA
(Dokuritsu Junbi Cosakai) . pengangkatan pengurus ini di umumkan pada
tanggal 29 april 1945 .
Dr.Radjiman Wediodiningrat diangkat sebagai (Kaico), sedangkan yang
duduk sebagai ketua muda (fuku kico) pertama di jabat oleh seorang
jepang , Shucokai cirebon yang bernama Icibangase . R .P .Suroso
diangkat sebagai kepala sekertariat dengan di bantu oleh Toyohiti Masuda
dan Mr. A. G .
Pringodigdo pada tanggal 28 mei 1945 dilangsungkan upacara peresmian
badan penyelidik Usaha-Usaha persiapan kemerdekaan bertempat di
gedung Cuo sangi in, jalan pejambon (Sekarang GedungDepartemen Luar
negri) ,jakarta

Upacara peresmian itu dihadiri pula oleh dua pejabat jepang yaitu jendral
Itagaki (panglima tentara ke tujuh yang bermarkas di singapura) dan letnan
jendral nagano (panglima tentara Keenam belas yang baru ). Pada
kesempatan itu di kibarkan bendera jepang ,Hinomaru oleh Mr.A.G.
pringgodigdo yang disusul dengan pengibaran bendera merah putih oleh
toyohiko Masuda.
Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia maka
sebagai realisasi atas janji tersebut maka dibentuklah suatu Badan yang
bertugas menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atau Dekoritsu Zyunbi Tioosakaiyang tugasnya menyelidiki
segala sesuatu hal untuk persiapan kemerdekaan Indonesia.
Pada hari itu juga di umumkan nama-nama ketua, wakil ketua serta
sebagian para anggota
Ketua (kaicoo) : Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat
Ketua Muda (Fuku Kaicoo Tokubetsu Iin) : Hibangse Yosio (Orang Jepang)
Ketua Muda ( Fuku kaico): R.P. Soeroso ( Merangkap Kepala atau
Zimokyoku Kucoo) Anggota 60 orang :
Disamping itu, pada tanggal 29 april 1945 jepang memperbolehkan
berkibarnya bendera merah putih berdampingan dengan bendera Jepang

Sidang BPUPKI Pertama


Rapat pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6
Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman
Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad, lembaga DPR
pada jaman kolonial Belanda.

Sidang dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai


keesokan harinya 29 Mei 1945 dengan tema Dasar Negara. Sidang ini
membahas dan merancang calon dasar Negara R.I. yang akan merdeka.
Pada rapat pertama ini terdapat 3 orang yang mengajukan pendapatnya
tentang dasar negara.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya
mengemukakan lima asas yaitu :

 1. Peri Kebangsaan
 2. Peri Kemanusiaan
 3. Peri Ketuhanan
 4. Peri Kerakyatan
 5. Kesejahteraan Rakyat (keadilan sosial)

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo dalam pidato singkatnya
mengusulkan lima asas :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan lima asas pula yang
disebut Pancasila, yaitu :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa
Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau dapat
diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu :
1. Sosionasionalisme
2. Sosiodemokrasi
3. Ketuhanan dan Kebudayaan
Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas bila diperas
kembali disebutnya sebagai Ekasila yaitu merupakan sila gotong royong
merupakan upaya Soekarno dalam menjelaskan bahwa konsep tersebut
adalah dalam satu-kesatuan.
Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan istilahPancasila, namun
konsep bersikaf kesatuan tersebut pada akhirnya disetujui dengan urutan
serta redaksi yang sedikit berbeda. Sementara itu, perdebatan terus
berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan aturan
Islam dalam Indonesia yang baru.
Masa antara Rapat Pertama dan Kedua
Setelah berakhir masa sidang BPUPKI yang pertama, belum nampak hasil
kesepakatan Dasar Negara Indonesia. Maka dibentuk panitia delapan
(panitia kecil) yang tugasnya untuk memeriksa usul-usul yang masuk untuk
ditampung dan dilaporkan pada sidang BPUPKI yang kedua.
Beranggotakan 8 orang :
1. Ir. Soekarno (ketua merangkap anggota)
2. Ki Bagoes Hadikoesoemo
3. Kyai haji wachid hasyim
4. Mr. Muhammad yamin
5. M. soetardjo kartohadikoesoemo
6. Mr. A.A. maramis
7. R. Oto iskandar dinata
8. Drs. Mohammad hatta
Hasil rapat panitia kecil (panitia Delapan) :
1. Supaya selekas-lekasnya Indonesia Merdeka.
2. Supaya hukum dasar yang akan dirancangkan itu diberi semacam
preambule (Mukaddimah).
3. Menerima anjuran Ir. Soekarno supaya BPUPKI terus bekerja
sampai terwujudnya suatu hukum dasar.
4. Membentuk satu panitia kecil penyelidik usu-usul/perumusan dasar
negara yang dituangkan dalam mukaddimah hukum dasar.
Segera selesai sidang Panitia Kecil, dibentuk Panitia Sembilan sebagai
penyidik usul-usul/perumus Dasar Negara yang dituangkan dalam
Mukaddimah Hukum Dasar yang beranggotakan 9 orang yang besidang di
kediaman Ir. Soekarno,di Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta.
Panitia Sembilan
1. Ir. Soekarno (ketua merangkap anggota)
2. Drs. Mohammad hatta
3. Mr. A.A. maramis
4. Kyai haji wachid hasyim
5. Abdul kahar muzakir
6. Abikusno tjokrosujoso
7. H. Agus salim
8. Mr. Achmad soebardjo
9. Mr. Muhammad yamin
Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan
(nasionalis) dan 4 orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia
Sembilan kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar negara yang
dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan:
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kendati sudah diumumkan sebelumnya, pembentukan Dokuritsu Junbi


Cosakai alias BPUPKI baru diresmikan pada 29 April 1945, sedangkan
pelantikan para anggotanya dilakukan hampir sebulan kemudian, 28 Mei
1945.
Secara garis besar, BPUPKI dibentuk untuk “menyelidiki hal-hal yang
penting sekaligus menyusun rencana mengenai persiapan kemerdekaan
Indonesia,” demikian seperti yang termaktub dalam Maklumat Gunseikan
(Kepala Pemerintahan Militer merangkap Kepala Staf) Nomor 23.
Maklumat yang sama memaparkan tugas BPUPKI: mempelajari semua hal
penting terkait politik, ekonomi, tata usaha pemerintahan, kehakiman,
pembelaan negara, lalu lintas, dan bidang-bidang lain yang dibutuhkan
dalam usaha pembentukan negara Indonesia (Asia Raya, 29 April 1945).
Pengaruh Jepang dalam mengiringi kinerja BPUKI masih cukup kuat,
termasuk pada komposisi keanggotaannya yang terdiri dari
seorang kaico(ketua), 2 orang fuku kaico (ketua muda), dan 59
orang iin atau anggota (R.M. A.B. Kusuma, Lahirnya Undang-Undang
Dasar 1945, 2004:10).
Radjiman Wediodiningrat ditunjuk sebagai kaico. Ia adalah tokoh yang
dituakan, priyayi Jawa berpengaruh sekaligus sosok penting yang turut
menggagas Boedi Oetomo pada 1908. Sedangkan sebagai ketua muda
adalah Raden Pandji Soeroso dan Ichibangase Yoshio (wakil Jepang).
Ke-59 anggota BPUPKI didominasi orang Indonesia, termasuk 4 orang dari
golongan Cina, 1 orang golongan Arab, dan 1 peranakan Belanda. Selain
itu, ada pula tokubetu iin (anggota kehormatan), terdiri 8 orang Jepang.
Mereka berhak menghadiri sidang tapi tidak punya hak suara (Marwati
Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional
Indonesia VI, 1984:67).
Anggota BPUPKI
Dalam suatu perkumpulan, organisasi, badan atau LSM membutuhkan
anggota supaya suatu badan tersebut bisa berjalan dengan baik. BPUPKI
mempunyai jumlah anggota sebanyak 67 orang. Beberapa diantarnya yaitu
sebagai berikut :

 K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat (ketua)


 R.P. Soeroso (Wakil Ketua)
 Ichibangse Yoshio (Wakil Ketua), orang jepang
 Ir. Soekarno
 Drs. Moh. Hatta
 Mr. Muhammad Yamin
 Prof. Dr. Mr. Soepomo
 KH. Wachid Hasyim
 Abdoel Kahar Muzakir
 Mr. A.A. Maramis
 Abikoesno Tjokrosoejo
 H. Agoes Salim
 Mr. Achmad Soebardjo
 Prof. Dr. P.A.A. Hoesein Djajadiningrat
 Ki Bagoes Hadikusumo
 A.R. Baswedan
 Soekiman
 Abdoel Kaffar
 R.A.A. Poerbonegoro Soemitro Kolopaking
 K.H. Ahmad Sanusi
 K.H. Abdul Salim
 Liem Koen Hian
 Tang Eng Hoa
 Oey Tiang Tjoe
 Oey Tjong Hauw
 Yap Tjwan Bing.
Tugas BPUPKI
Tugas Utama BPUPKI
Tugas utama BPUPKI yaitu untuk mempelajari serta menyelidiki hal hal
penting yang berhubungan dengan berbagai hal yang menyangkut
pembentukan Negara Indonesia.
Tugas BPUPKI Berdasarkan Sidang

 Bertugas membahas mengenai Dasar Negara


 Sesudah sidang pertama, BPUPKI membentuk reses selama satu
bulan
 Bertugas membentuk Panitia Kecil (panitia delapan) Yang bertugas
menampung saran-saran dan konsepsi dari para anggota
 Bertugas untuk membantu panita sembilan bersama panita kecil
 Panita sembilan menghasilkan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta
Tujuan BPUPKI
 Bertujuan untuk menarik simpati rakyat indonesia supaya membantu
jepang dalam perang melawan sekutu dengan cara memberikan janji
kemerdekaan kepada indonesia, melaksanakan politik kolonialnya
didirikan pada tanggal 1 maret 1945

 Bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki hal penting


berhubungan dengan pembentukan negara Indonesia merdeka atau
mempersiapkan hal-hal penting mengenai tata pemerintahan
Indonesia merdeka.
Sidang BPUPKI
Sidang Pertama
Sidang pertama BPUPKI diadakan di sebuah gedung yakni gedung Chuo
Sang In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang sekarang dikenal dengan
gedung Pancasila. Rapat pertama dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan
dimulai pada keesokan harinya yakni pada tanggal 29 Mei 1945 yang
bertemakan Dasar Negara. Lalu pada sidang pertama ini ada 3 orang yang
memberikan pendapat mengenai Dasar Negara, Mereka yaitu Mr.
Muhammad Yamin, Prof. Dr. Mr. Soepomo dan Ir. Soekarno.
Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin mengemukakan lima
asas dari dasar Negara, yaitu sebagai berikut :

 Peri Kebangsaan
 Peri Kemanusiaan
 Peri Ketuhanan
 Peri Kerakyatan
 Kesejahteraan Rakyat
Dua hari kemudian, Prof. Dr.Mr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945
mengajukan Dasar Negara Indonesia yaitu sebagai berikut:

 Persatuan
 Mufakat dan Demokrasi
 Keadilan Sosial
 Kekeluargaan
 Musyawarah
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno pun mengajukan lima asas Negara
yang sekarang kita kenal dengan nama Pancasila.

 Kebangsaan Indonesia
 Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan
 Mufakat atau Demokrasi
 Kesejahteraan Sosial
 Ketuhanan Yang Maha Esa
Menurut Ir. Soekarno, kelima asas tersebut masih bisa diperas menjadi
Ekasila atau Trisila. Selanjutnya Lima Asas tersebut disebut dengan
Pancasila dengan urutan yang berbeda. Lalu, pada pembentukan sila
tersebut menjadi perdebatan diantara peserta yang menghadiri siding
BPUPKI. Perdebatan ini membahas penetapan aturan Islam dalam
Indonesia yang baru.
Sidang pertama BPUPKI berakhir pada tanggal 1 Juni 1945 dan belum
menghasilkan suatu keputusan apapun akhir dari Dasar Negara Indonesia
Merdeka hingga diadakan masa reses selama 1 bulan.
Pada tanggal 22 Juni 1945, BPUPKI membentuk panitia kecil yang
beranggotakan 9 orang dan disebut dengan panitia Sembilan. Anggota dari
panitia Sembilan yaitu:

1. Ir. Soekarno
2. Drs. Moch. Hatta
3. Mr. Achmad Soebardjo
4. Mr. Muhammad Yamin
5. KH. Wachid Hasyim
6. Abdul Kahar Muzakir
7. Abikoesno Tjokrosoejoso
8. H. Agus Salim
9. Mr. A.A. Maramis
Seudah dilakukannya musyawarah dengan Panitia Sembilan,
menghasilkan suatu rumusan yang mendeskripsikan maksud dan tujuan
dari pembentukan Negara Indonesia Merdeka. Oleh Mr. Muhammad
Yamin, rumusan tersebut dinamakan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta.
Rumusan tersebut yaitu sebagai berikut :

 Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi


pemeluk-pemeluknya
 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan Indonesia
 Kerakyatan yang dipimpim oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyarawatan perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sidang Kedua BPUPKI
Pada rapat kedua dari BPUPKI berlangsung pada tanggal 10-17 Juli 1945
dengan topic bahasan yakni bentuk Negara, wilayah Negara,
kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan
keuangan, pembelaan Negara, pendidikan serta pengajaran.
Pada rapat kedua ini dibentuk panitia yang berjumlah 19 orang yang
membahas rancangan undang-undang dasar yang diketuai oleh Ir.
Soekarno sendiri sobat. Tak lupa pula dibentuk Panitia Pembelaan Tanah
Air yang diketuai oleh Abikoesno Tjokrosoejoso dan Panitia Ekonomi dan
Keuangan yang diketuai oleh Drs. Moch. Hatta.
Berdasarkan hasil pemungutan suara, wilayah Indonesia Merdeka
sudah ditentukan. Wilayah tersbut mencakup wilayah Hindia Belanda dulu,
ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor-Portugis serta
pulau-pulau disekitarnya.
Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia
kecil yang beranggota 7 orang, yaitu:

1. Prf. Dr. Mr. Soepomo


2. Mr. Wongsonegoro
3. Mr. Achmad Soebardjo
4. Mr. A.A. Maramis
5. Mr. R.P. Singgih
6. H. Agus Salim
7. Dr. Soekiman
Persidangan Kedua BPUPKI pada tanggal 14 Juli 1945, dalam rangka
menerima laporan Panitia Perancang UUD , Ir. Soekarno melaporkan tiga
hasil, yaitu sebagai berikut :

 Pernyataan Indonesia Merdeka


 Pembukaan UUD
 Batang Tubuh dari UUD
Itulah ulasan tentang BPUPKI : Pengertian, Anggota, Tugas, Sidang, Dan
Tujuan Beserta Sejarahnya Lengkap. Semoga apa yang diulas diatas
bermanfaat bagi pembaca setia GuruPendidikan. Sekian dan Terima
kasih.

By

BPUPKI merupakan kependekan dari Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan


Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbii Chosakai). Badan tersebut termasuk sebuah
badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara bangsa Jepang 1 Meret
1945 (terdapat pula yang menyebutkan tanggal 29 April 1945).
Sejarah BPUPKI, Pengertian, Tujuan, Anggota, Tugas
dan Sidang BPUPKI
Selanjutnya tujuan dari pembentukan BPUPKI pihak Jepang ialah sebagai usaha untuk
memperoleh dukungan rakyat Indonesia dengan cara menjanjikan pihak Jepang akan
membantu memperoleh kemerdekaan bangsa Indonesia.
Ketua BPUPKI ialah Kanjeng Raden Tumenggung Radjiman Wedyodiningrat dan
wakilnya ialah Ichibangase Yoshio (masyarakat jepang) dengan Raden Pandji Soeroso.
Anggota BPUPKI sebanyak 67 orang yang terdiri atas 60 orang yang termasuk tokoh
dari Indonesia sementara 7 diantara anggotanya adalah bangsa Jepang. BPUPKI
bertugas mempelajari & menyelidiki hal-hal yang berbau politik ekonomi, maupun tata
pemerintahan hingga hal lainnya yang dibperlukan untuk proses persiapan
Kemerdekaan bangsa Indonesia.
Berikutnya pada 7 bulan Agustus 1945, jepang akhirnya membubarkan BPUPKI. Tak
lama kemudian, dibentuk lagi badan baru bernama PPKI (Panitia persiapan
kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Inkai. Anggota PPKI terdiri atas 21 orang
diantaranya ketua (Ir. Soekarno), wakil (Drs. Moh. Hatta), dan penasehat (Mr. Ahmad
Soebardjo). Terdiri atas anggota anggota yang mewakiliki berbagai etnis yakni 12
anggota dari jawa, 3 anggota dari Sumatera, 2 anggota dari Sulawesi, 1 anggota dari
Kalimantan, 1 anggota dari Sunda Kecil atau Nusa Tenggara, dan 1 anggota dari
Maluku kemudian terakhir 1 anggota dari etnis Tionghoa.
Tujuan BPUPKI
Tujuan ataupun latar belakang dari pembentukan BPUPKI ialah:
Menarik simpati bangsa Indonesia supaya membantu jepang pada peperangan
melawan sekutu dengan jalan memberi janji kemerdekaan pada bangsa Indonesia,
menjalankan politik kolonialnya yang didirikan tanggal 1 maret tahun 1945 (Bagi bangsa
Jepang).
Guna mempelajari serta menyelidiki hal penting yang berkaitan dengan proses
pembentukan Republik Indonesia merdeka ataupun mempersiapkan hal-hal penting
terkait tata pemerintahan Indonesia yang merdeka (untuk Indonesia).
Anggota BPUPKI

Anggota BPUPKI sebanyak 67 orang, yang diantaranya sebagai berikut ini:

 K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat (sebagai ketua)


 R.P. Soeroso (wakil ketua orang Indonesia)
 Ichibangse Yoshio (wakil ketua orang jepang)
Anggota lainnya ialah:

 Insinyur Soekarno
 Drs. Mohamad Hatta
 Mr. Muhammad Yamin
 Profesor Dr. Mr. Soepomo
 Kyai Haji Wachid Hasyim
 Abdoel Kahar Muzakir
 Abikoesno Tjokrosoejo
 Mr. A.A. Maramis
 Haji Agoes Salim
 Mr. Achmad Soebardjo
 Profesor Dr. P.A.A. Hoesein Djajadiningrat
 A.R. Baswedan
 Ki Bagoes Hadikusumo
 Soekiman
 Kyai Haji Ahmad Sanusi
 Abdoel Kaffar
 Kyai Haji Abdul Salim
 R.A.A. Poerbonegoro Soemitro Kolopaking
 Liem Koen Hian
 Oey Tiang Tjoe
 Tang Eng Hoa
 Oey Tjong Hauw
 Dan Yap Tjwan Bing
Tugas BPUPKI
BPUPKI memiliki tugas utama untuk mempelajari serta menyelidiki berbagai persoalan
penting yang berhubungan pada pembentukan Negara Indonesia dari mulai aspek
politik ekonomi, kemudian pemerintahan serta hal penting yang lain. Sesuai sidang,
tugas BPUPKI diantaranya:

 Membahas tentang hal yang berkaitan dngan Dasar Negara.


 Pembentukan reses dalam waktu satu bulan.
 Pembentukan Panitia Kecil atau panitia delapan dengan tugas menampung
saran serta konsepsi para anggotanya.
 Membantu panita sembilan dan juga panita kecil.
 Hasil dari panitia sembilan ialah Piagam Jakarta(Jakarta Charter).
Sidang BPUPKI
Berikutnya adalah sidang BPUPKI yang pertama dilaksanakan pada tanggal 29 Mei
1945 sampai 1Juni 1945.
Tanggal 28 bulan Mei tahun 1945, BPUPKI telah mengadakan acara pelantikan
bersamaan dengan acara pembukaan sidang yang pertama berlokasi di gedung
bernama Chuo Sangi In (di masa belanda bernama gedung Volksraad, namun sekarang
bernama Gedung Pancasila). Sementara sidang resminya baru akan dilaksanakan
keesokan harinya tanggal 29 bulan Mei tahun 1945 membahasa tentang Dasar Negara.
Di sidang pertama, ini terdapat 3 orang penyumbang pendapat tentang Dasar Negara,
diantaranya Mr. Muhammad Yamin, Profesor Dr. Mr. Soepomo yang ketiga Ir. Soekarno.

Tanggal 29 Mei tahun 1945 ini juga Mr. Muhammad Yamin telah mengemukakan 5 asas
dari Dasar Negara Indonesia, diantara asas tersebut ialah:

 Asas Peri Kebangsaan


 Asas Peri Kemanusiaan
 Asas Peri Ketuhanan
 Asas Peri Kerakyatan
 Asas Kesejahteraan Rakyat
Berikutnya tanggal 31 bulan Mei tahun 1945, Profesor Dr. Mr. Soepomo juga
mengemukakan 5 prinsip dari dasar Negara Indonesia atau Dasar Negara Indonesia
Merdeka,yang bunyinya:

 Asas Persatuan
 Asas Mufakat dan Demokrasi
 Asas Keadilan Sosial
 Asas Kekeluargaan
 Asas Musyawarah
Tanggal 1 Juni tahun 1945, Ir. Soekarno juga mengemukakan rumusan 5 sila Dasar
untuk Negara Republik Indonesia hingga saat ini kita kenal sebagai Pancasila.

1. Sila Kebangsaan Indonesia


2. Sila Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan
3. Sila Mufakat atau Demokrasi
4. Sila Kesejahteraan Sosial
5. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Ide Soekarno tentang rumusan 5 dasar negara Indonesia atau Pancasila tersebut, bisa
diperas lebih ringkas lagi menjadi Trisula atau tiga sila yakni (1)sosionasionalisme,
(2)sosiodemokrasi berikutnya (3) Ketuhanan yang berkebudayaan. Ir. Soekarno juga
mengatakan lagi jika mau diperas lagi, sehingga bisa dibuat lagi menjadi Ekasila atau
satu sila dan menjadi gotong royong. Ide Soekarno tersebut sesungguhnya
menunjukkan jika rumusan dasar negara ada pada satu kesatuan yang utuh.
Pidato Ir. Soekarno itu sekaligus telah mengakhiri masa sidang pertama BPUPKI.
Berikutnya BPUPKI juga mengumumkan masa reses ataupun masa istirahat dalam
waktu satu bulan lebih.
Masa Reses BPUPKI (Antara Persidangan Pertama dan Persidangan Kedua)
Sampai masa sidang yang pertama berakhir, masih belum ditemukan adanya
kesepakatan perumusan dasar negara Indonesia secara tepat. Jadi, dibentuklah Panitia
Sembilan dengan tugas untuk menggodok berbagai sumbangan konsep dasar negara
Republik Indonesia yang sebelumnya sudah dikemukakan anggota BPUPKI.
Dibawah ini susunan anggota dari panitia sembilan:

 Ir. Soekarno sebagai ketua.


 Drs. Mohammad Hatta sebagai wakil ketua.
Anggotanya:

 Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H.o


 Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo
 KH. Abdul Wahid Hasjimo
 H. Agus Salim
 Abdoel Kahar Moezakiro
 Mr. Alexander Andries Maramis
 Raden Abikusno Tjokrosoejoso
Sesudah perundingan antara 4 anggota dari kebangsaan (nasionalis), 4 orang lagi dari
pihak keagamaan (islam). Maka tanggal 22 Juni tahun 1945, Panitia Sembilan bertemu
lagi hingga akhirnya rumusan dasar negara Indonesia atau dikenal sebagai Piagam
Jakarta (Jakarta Charter), ketika itu disebut dengan Gentlement Agreement. Piagaam
Jakarta, menyatakan dasar negara Indonesia ialah:

 Ketuhanan disertai kewajiban menjalankan Syariat Islam untuk pemeluk-


pemeluknya, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
 Persatuan Indonesia,
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan,
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Disamping 2 sidang resmi diatas, BPUPKI juga mengadakan persidangan tidak resmi
dengan dihadiri oleh 38 anggota BPUPKI. Pemimpin siding tak resmi itu adalah Bung
Karno dengan pembahasan tentang rancangan “Pembukaan “(Preambule) pada
Undang-Undang Dasar 1945.

Pengertian BPUPKI

Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbii


Chosakai) atau disingkat dengan BPUPKI merupakan suatu badan yang dibentuk pemerintah
pendudukan balatentara Jepang pada 1 Maret 1945 (adapula yang menyebutkan pada 29 April
1945).

Tujuan pembentukan BPUPKI oleh pihak Jepang adalah sebagai upaya untuk mendapatkan
dukungan dari bangsa Indonesia dengan menjanjikan bahwa Jepang akan membantu proses
kemerdekaan Indonesia.
BPUPKI diketuai oleh Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T) Radjiman Wedyodiningrat
dengan wakil Ichibangase Yoshio (orang jepang) dan Raden Pandji Soeroso. BPUPKI
beranggotakan 67 orang dengan terdiri dari 60 orang yang dianggap tokoh dari Indonesia dan
7 orang anggota Jepang . Tugas BPUPKI yaitu mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang
bersifat politik ekonomi, tata pemerintahan dan hal lain yang dibutuhkan untuk persiapan
Kemerdekaan Indonesia.

Latar Belakang dan Sejarah Pembentukan BPUPKI

Pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, tepatnya pada Juni 1944, Angkatan Perang
Amerika Serikat dapat menaklukkan seluruh pertahanan Jepang di Pasifik di Saipan, Papua
Nugini, Kepulauan Soloman, dan Kepulauan Marshall. Peristiwa tersebut diikuti peletakkan
jabatan perdana menteri Jepang, PM Tojo yang digantikan oleh Jenderal Kuniaki Koiso,
pengangkatan Jenderal Kuniaki Koiso menjadi perdana menteri Jepang dilakukan pada
tanggal 17 Juli 1944.

Kekalahan Jepang dalam perang Pasifik semakin jelas, di depan sidang parlemen Jepang
(Teikoku Ginkai) Pada tanggal 7 September 1944, PM Koiso memberikan janji pada Hindia
Timur (sebutan bagi Indonesia saat itu) kelak diperkenankan untuk merdeka, sesudah tercapai
kemenangan akhir dalam perang Asia Timur Raya. Latar belakang PM Koiso memberikan
janji kemerdekaan kepada Indonesia yaitu agar rakyat Indonesia tidak melakukan perlawanan
terhadap Jepang dan mau membantu Jepang melawan sekutu.

Agar rakyat Indonesia yakin dengan janji kemerdekaan yang diberikan Jepang, PM Koiso
memperbolehkan rakyat Indonesia mengibarkan bendera merah putih berdampingan dengan
bendera Jepang (Hinomaru).
Pemerintahan pendudukan Jepang di Jawa melalui balatentara militer jepang yang diwakili
Komando AD ke 16 (XVI) dan ke 25 (XXV) yang berwenang atas daerah Jawa (termasuk
Madura) dan Sumatra menyetujui pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia di kedua wilayah tersebut. Pendirian Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu
Junbi Cosakai diumumkan oleh Jenderal Kumakici Harada pada tanggal 1 Maret 1945,
namun BPUPKI ini baru benar-benar diresmikan pada tanggal 29 Mei 1945 bertepatan
dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito.

Latar belakang BPUPKI dibentuk jepang yaitu sebagai upaya jepang untuk mendapatkan
dukungan dari bangsa Indonesia melawan sekutu dengan menjanjikan bahwa Jepang akan
membantu proses kemerdekaan Indonesia.

Secara formil, termuat dalam Maklumat Gunseikan nomor 23 tanggal 29 Mei 1945, dilihat
dari latar belakang dikeluarnya Maklumat No. 23 yaitu karena kedudukan Facisme
(kekuasaan) Jepang yang sudah sangat terancam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kebijakan pemerintah jepang membentuk BPUPKI bukan karena kebaikan murni tapi hanya
untuk kepentingan jepang sendiri yang masih ingin mempertahankan sisa-sisa kekuatan yang
dimilikinya dengan mengambil hari rakyat Indonesia serta untuk menjalankan politik
kolonialnya.

Anggota BPUPKI terdiri dari 67 orang, yang terdiri dari 60 orang anggota aktif adalah tokoh
utama pergerakan nasional Indonesia dari semua daerah dan aliran, serta 7 orang anggota
istimewa adalah perwakilan pemerintah pendudukan militer Jepang, tetapi wakil dari bangsa
Jepang ini tidak mempunyai hak suara (keanggotaan mereka adalah pasif, yang artinya
mereka hanya hadir dalam sidang BPUPKI sebagai pengamat saja). BPUPKI diketuai oleh
Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat sebagai ketua (Kaico)
BPUPKI dengan Ichibangase Yosio (orang Jepang) dan Raden Pandji Soeroso sebagai ketua
muda (fuku kico). Tugas BPUPKI adalah mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang
berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, tata pemerintahan dan hal-hal yang
diperlukan dalam usaha pembentukan negara Indonesia merdeka.

Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha BPUPKI (semacam sekretariat)
yang beranggotakan 60 orang dengan Raden Pandji Soeroso sebagai ketua dan Mr. Abdoel
Gafar Pringgodigdo dan Masuda Toyohiko (orang Jepang) sebagai wakil.

Selama masa tugasnya, BPUPKI mengadakan sidang sebanyak 2 kali yaitu sidang pertama
pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 dan sidang kedua pada tanggal 10-17 Juli 1945. Kemudian
pada 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan oleh Jepang. Tak lama setelah pembubaran
BPUPKI, dibentuk kembali badan baru yaitu PPKI atau Panitia persiapan kemerdekaan
Indonesia (Dokuritsu Junbi Inkai) yang beranggotakan 21 orang dengan Ir. Soekarno sebagi
ketua, Drs. Moh. Hatta sebagi wakil dan Mr. Ahmad Soebardjo sebagai penasehat PPKI.
Dengan anggota mewakiliki berbagai etnis yaitu 12 orang asal jawa, 3 orang asal sumatera, 2
orang asal Sulawesi, 1 orang asal Kalimantan, 1 orang asal Sunda Kecil (Nusa Tenggara), 1
orang asal Maluku dan terakhir 1 orang etnis Tionghoa.
Tujuan BPUPKI

Tujuan atau latar belakang pembentukan BPUPKI oleh Jepang yaitu:

Untuk menarik simpati rakyat indonesia agar membantu jepang dalam perang melawan
sekutu dengan cara memberikan janji kemerdekaan kepada indonesia, melaksanakan politik
kolonialnya didirikan pada 1 maret 1945 (Bagi Jepang)

Untuk mempelajari dan menyelidiki hal penting berhubungan dengan pembentukan negara
Indonesia merdeka atau mempersiapkan hal-hal penting tentang tata pemerintahan Indonesia
merdeka. (Bagi Indonesia)
Anggota BPUPKI
BPUPKI ini beranggotakan 67 orang, diantaranya yaitu:
Ketua BPUPKI: K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat
Wakil Ketua BPUPKI :
R.P. Soeroso
Ichibangse Yoshio (orang jepang)
Anggota BPUPKI Orang Indonesia :
Abdul Kaffar
Abdul Kahar Muzakir
Agus Muhsin Dasaad
AR Baswedan
*) Bandoro Pangeran Hairo Purobujo
*)#) Bendoro Kanjeng Pangeran Ario Suryohamijoyo
Bendoro Pangeran Hairo Bintoro
Dr. Raden Buntaran Martoatmojo
Dr. Raden Suleiman Effendi Kusumaatmaja
Dr. Samsi Sastrawidagda
Dr. Sukiman Wiryosanjoyo
Drs. Kanjeng Raden Mas Hario Sosrodiningrat
Drs. Muhammad Hatta
K. H. A. Ahmad Sanusi
Haji Abdul Wahid Hasyim
Haji Agus Salim
#) Ir. Pangeran Muhammad Nur
Ir. Raden Ashar Sutejo Munandar
Ir. Raden Mas Panji Surahman Cokroadisuryo
Ir. Raden Ruseno Suryohadikusumo
*) Ir. Soekarno
K.H. Abdul Halim Majalengka
Kanjeng Raden Mas Tumenggung Ario Wuryaningrat
*) Ki Bagus Hadikusumo
*) Ki Hajar Dewantara
#) Kiai Haji Abdul Fatah Hasan
Kiai Haji Mas Mansoer
Kiai Haji Masjkur
Liem Koen Hian
Mas Aris
Mas Sutarjo Kartohadikusumo
Mr. A. A. Maramis
Mr. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Wongsonagoro
#) Mr. Mas Besar Martokusumo
Mr. Mas Susanto Tirtoprojo
Mr. Muhammad Yamin
*) Mr. Raden Ahmad Subarjo
Mr. Raden Hindromartono
Mr. Raden Mas Sartono
Mr. Raden Panji Singgih
Mr. Raden Syamsudin
Mr. Raden Suwandi
Mr. Raden Sastromulyono
*) Mr. Yohanes Latuharhary
Ny. Mr. Raden Ayu Maria Ulfah Santoso
Ny. Raden Nganten Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito
Oey Tiang Tjoei
Oey Tjong Hauw
P.F. Dahler
Parada Harahap
*) Prof. Dr. Mr. Raden Supomo
Prof. Dr. Pangeran Ario Husein Jayadiningrat
Prof. Dr Raden Jenal Asikin Wijaya Kusuma
*) Raden Abdul Kadir
Raden Abdulrahim Pratalykrama
Raden Abikusno Cokrosuyoso
Raden Adipati Ario Purbonegoro Sumitro Kolopaking
*) Raden Adipati Wiranatakoesoema V.
#) Raden Asikin Natanegara
Raden Mas Margono Joyohadikusumo
Raden Mas Tumenggung Ario Suryo
*) Raden Oto Iskandardinata
Raden Rusian Wongsokusumo
Raden Sudirman
Raden Sukarjo Wiryopranoto
Tan Eng Hoa
Catatan:
Tanda *) menunjukkan anggota tersebut juga menjadi anggota PPKI.
Tanda #) menunjukkan anggota tersebut adalah tambahan yang mulai bersidang pada 10 Juli
1945.

Anggota BPUPKI Orang Jepang :

Matuura Mitukiyo

Miyano Syoozoo

Tanaka Minoru

Tokonami Tokuzi

Itagaki Masumitu
Masuda Toyohiko

Ide Teitiroo

Tugas BPUPKI

Tugas utama BPUPKI yaitu untuk mempelajari dan menyelidiki berbagai hal penting yang
berkaitan dengan pembentukan Negara Indonesia mulai dari aspek politik ekonomi,
pemerintahan dan hal penting lainnya. Sedangkan berdasarkan sidang, BPUPKI memiliki
tugas sebagai berikut:
Membahas mengenai Dasar Negara
Membentuk reses selama satu bulan
Membentuk Panitia Kecil (panitia delapan) yang bertugas menampung saran dan konsepsi
dari para anggota.
Membantu panitia sembilan bersama panitia kecil
Panitia sembilan menghasilkan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.
Sidang Pertama BPUPKI

Sidang BPUPKI pertama terjadi pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945. Pada tanggal 28
Mei 1945, BPUPKI mengadakan acara pelantikan sekaligus pembukaan masa sidang yang
pertama di gedung Chuo Sangi In (gedung Volksraad saat masa Belanda, kini bernama
Gedung Pancasila). Sidang resmi baru dilakukan keesokan harinya pada tanggal 29 Mei 1945
dengan pembahasan mengenai Dasar Negara. Ada 3 orang yang memberikan pendapat
mengenai Dasar Negara pada sidang pertama BPUPKI ini, 3 tokoh perumus dasar negara
diantaranya Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr. Mr. Soepomo dan Ir. Soekarno.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin mengemukakan lima asas Dasar Negara
Indonesia, diantaranya yaitu:
Peri Kebangsaan
Peri Kemanusiaan
Peri Ketuhanan
Peri Kerakyatan
Kesejahteraan Rakyat
Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo mengemukakan lima prinsip dasar Negara
Indonesia yang dinamakan Dasar Negara Indonesia Merdeka, diantaranya yaitu:
Persatuan
Mufakat dan Demokrasi
Keadilan Sosial
Kekeluargaan
Musyawarah
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengemukakan rumusan lima sila Dasar Negara
Republik Indonesia yang hingga kini dikenal dengan nama Pancasila.

Kebangsaan Indonesia
Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan
Mufakat atau Demokrasi
Kesejahteraan Sosial
Ketuhanan Yang Maha Esa

Gagasan Soekarno mengenai rumusan lima dasar negara Indonesia yang dikenal dengan
Pancasila tersebut, menurutnya bisa diperas lagi menjadi Trisula (tiga sila) yaitu (1)
sosionasionalisme, (2) sosiodemokrasi (3) Ketuhanan yang berkebudayaan. Soekarno
mengatakan lagi bahwa jika ingin diperas lagi, maka bisa dibuat menjadi Ekasila (satu sila)
yaitu gotong royong. Gagasan Soekarno ini sebenarnya menunjukkan bahwasanya rumusan
dasar negara yang dikemukakannya berada dalam satu kesatuan.

Pidato dari Soekarno tersebut sekaligus mengakhiri masa persidangan pertama BPUPKI.
Setelah itu, BPUPKI mengumumkan masa reses atau masa istirahat selama sebulan lebih.

Masa Reses BPUPKI

Masa reses BPUPKI atau masa antara sidang pertama dan sidang kedua BPUPKI sangatlah
diperlukan karena hingga masa sidang pertama BPUPKI berakhir, belum ada titik temu
kesepakatan mengenai perumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar tepat.
Sehingga dibentuklah Panitia Sembilan yang bertugas menggodok berbagai masukan konsep
dasar negara yang sebelumnya telah dikemukakan oleh anggota BPUPKI.
Panitia Sembilan
Berikut susunan keanggotaan panitia sembilan:
Ketua: Ir. Soekarno
Wakil ketua: Drs. Mohammad Hatta
Anggota:
Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo
Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H.o
Kiai Haji Abdul Wahid Hasjimo
Abdoel Kahar Moezakiro
Raden Abikusno Tjokrosoejoso
Haji Agus Salim
Mr. Alexander Andries Maramis

Setelah perundingan yang cukup sulit antara 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalis) dan 4
orang dari kaum keagamaan (pihak islam). Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan
kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang dikenal
dengan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter, yang saat itu disebut sebagai Gentlement
Agreement. Menurut Piagam Jakarta, dasar negara Republik Indonesia berbunyi:
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya,
Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Selain dua sidang resmi BPUPKI, berlangsung pula persidangan tak resmi yang dihadiri 38
anggota BPUPKI. Persidangan tak resmi tersebut dipimpin oleh Bung Karno dan membahas
mengenai rancangan “Pembukaan “(Preambule) Undang-Undang Dasar 1945.

Sidang Kedua BPUPKI

Sidang BPUPKI Kedua terjadi pada tanggal 10 Juli-17 Juli 1945, Pada sidang resmi kedua
BPUPKI ini membahas tentang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
kewarganegaraan Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan,
pembelaan negara dan pendidengajaran. Pada sidang ini juga, anggota BPUPKI dibagi
menjadi panitia-panitia kecil diantaranya Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai
oleh Ir. Soekarno), Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai oleh Raden Abikusno
Tjokrosoejoso) dan Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta).

Pada 11 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir.
Soekarno, membahas lagi tentang pembentukan panitia kecil di bawahnya yang memiliki
tugas khusus merancang isi dari Undang-Undang Dasar, panitia kecil tersebut beranggotakan
7 orang, diantaranya yaitu:
Ketua: Prof. Mr. Dr. Soepomo
Anggota:
Mr. KRMT Wongsonegoro
Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo
Mr. Alexander Andries Maramis
Mr. Raden Panji Singgih
Haji Agus Salim
Dr. Soekiman Wirjosandjojo

Pada 13 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar membahas hasil kerja
panitia kecil di bawahnya yang bertugas merancang isi Undang-Undang Dasar.

Pada 14 Juli 1945, sidang pleno BPUPKI menerima laporan panitia Perancang Undang-
Undang Dasar, yang dibacakan oleh Ir. Soekarno sebagai ketuanya. Dalam laporan tersebut
membahas mengenai rancangan Undang-Undang Dasar yang di dalamnya tercantum tiga
masalah pokok yaitu :
1. Pernyataan tentang Indonesia Merdeka
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar
3. Batang tubuh Undang-Undang Dasar yang kemudian dinamakan “Undang-Undang Dasar
1945”, yang isinya meliputi :
Wilayah negara Indonesia sama dengan bekas wilayah Hindia Belanda dahulu, ditambah
dengan Malaya, Borneo Utara (sekarang wilayah Sabah dan wilayah Serawak negara
Malaysia, serta wilayah Brunei Darussalam), Papua, Timor-Portugis (sekarang wilayah
negara Timor Leste) dan pulau-pulau di sekitarnya,
Bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan,
Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik,
Bendera nasional Indonesia adalah Sang Saka Merah Putih,
Bahasa nasional Indonesia adalah Bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai