Tak lama kemudian BPUPKI pun dibubarkan dibentuk sebuah badan baru
untuk menggantikan BPUPKI. Badan tersebut yakni PPKI atau Panitia
persiapan kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Inkai) dengan jumlah
anggota 21 orang dengan ketuanya yaitu Ir. Soekarno , wakilnya Drs. M.
Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo sebagai penasehat PPKI.
Anggota dari PPKI tersebut dipilih dengan mewakili berbagai etnis yang
mewakili Indonesia diantaranya yakni : 12 orang asal jawa, 3 orang asal
sumatera, 2 orang asal Sulawesi, 1 orang asal Kalimantan, 1 orang asal
Sunda Kecil (Nusa Tenggara), 1 orang asal Maluku dan terakhir 1 orang
etnis Tionghoa.
Sejarah Pembentukan BPUPKI
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau (Jepang:
Dokuritsu Junbi Cosakaiatau dilafalkan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai)
adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan
balatentara Jepangpada tanggal 29 April 1945bertepatan dengan hari
ulang tahun KaisarHirohito.
Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan bangsa
Indonesia dengan menjanjikan bahwa Jepangakan membantu proses
kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 63 orang yang diketuai
oleh Radjiman Wedyodiningratdengan wakil ketua Hibangase Yosio (orang
Jepang) dan R.P. Soeroso.
Adapun Sejarah Pembentukan BPUPKI secara formil, termuat dalam
Maklumat Gunseikan nomor 23 tanggal 29 Mei 1945, dilihat dari latar
belakang dikeluarnya Maklumat No. 23 itu adalah karena kedudukan
Facisme (kekuasaan) Jepang yang sudah sangat terancam.
Upacara peresmian itu dihadiri pula oleh dua pejabat jepang yaitu jendral
Itagaki (panglima tentara ke tujuh yang bermarkas di singapura) dan letnan
jendral nagano (panglima tentara Keenam belas yang baru ). Pada
kesempatan itu di kibarkan bendera jepang ,Hinomaru oleh Mr.A.G.
pringgodigdo yang disusul dengan pengibaran bendera merah putih oleh
toyohiko Masuda.
Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia maka
sebagai realisasi atas janji tersebut maka dibentuklah suatu Badan yang
bertugas menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atau Dekoritsu Zyunbi Tioosakaiyang tugasnya menyelidiki
segala sesuatu hal untuk persiapan kemerdekaan Indonesia.
Pada hari itu juga di umumkan nama-nama ketua, wakil ketua serta
sebagian para anggota
Ketua (kaicoo) : Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat
Ketua Muda (Fuku Kaicoo Tokubetsu Iin) : Hibangse Yosio (Orang Jepang)
Ketua Muda ( Fuku kaico): R.P. Soeroso ( Merangkap Kepala atau
Zimokyoku Kucoo) Anggota 60 orang :
Disamping itu, pada tanggal 29 april 1945 jepang memperbolehkan
berkibarnya bendera merah putih berdampingan dengan bendera Jepang
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat (keadilan sosial)
Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo dalam pidato singkatnya
mengusulkan lima asas :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan lima asas pula yang
disebut Pancasila, yaitu :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa
Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau dapat
diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu :
1. Sosionasionalisme
2. Sosiodemokrasi
3. Ketuhanan dan Kebudayaan
Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas bila diperas
kembali disebutnya sebagai Ekasila yaitu merupakan sila gotong royong
merupakan upaya Soekarno dalam menjelaskan bahwa konsep tersebut
adalah dalam satu-kesatuan.
Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan istilahPancasila, namun
konsep bersikaf kesatuan tersebut pada akhirnya disetujui dengan urutan
serta redaksi yang sedikit berbeda. Sementara itu, perdebatan terus
berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan aturan
Islam dalam Indonesia yang baru.
Masa antara Rapat Pertama dan Kedua
Setelah berakhir masa sidang BPUPKI yang pertama, belum nampak hasil
kesepakatan Dasar Negara Indonesia. Maka dibentuk panitia delapan
(panitia kecil) yang tugasnya untuk memeriksa usul-usul yang masuk untuk
ditampung dan dilaporkan pada sidang BPUPKI yang kedua.
Beranggotakan 8 orang :
1. Ir. Soekarno (ketua merangkap anggota)
2. Ki Bagoes Hadikoesoemo
3. Kyai haji wachid hasyim
4. Mr. Muhammad yamin
5. M. soetardjo kartohadikoesoemo
6. Mr. A.A. maramis
7. R. Oto iskandar dinata
8. Drs. Mohammad hatta
Hasil rapat panitia kecil (panitia Delapan) :
1. Supaya selekas-lekasnya Indonesia Merdeka.
2. Supaya hukum dasar yang akan dirancangkan itu diberi semacam
preambule (Mukaddimah).
3. Menerima anjuran Ir. Soekarno supaya BPUPKI terus bekerja
sampai terwujudnya suatu hukum dasar.
4. Membentuk satu panitia kecil penyelidik usu-usul/perumusan dasar
negara yang dituangkan dalam mukaddimah hukum dasar.
Segera selesai sidang Panitia Kecil, dibentuk Panitia Sembilan sebagai
penyidik usul-usul/perumus Dasar Negara yang dituangkan dalam
Mukaddimah Hukum Dasar yang beranggotakan 9 orang yang besidang di
kediaman Ir. Soekarno,di Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta.
Panitia Sembilan
1. Ir. Soekarno (ketua merangkap anggota)
2. Drs. Mohammad hatta
3. Mr. A.A. maramis
4. Kyai haji wachid hasyim
5. Abdul kahar muzakir
6. Abikusno tjokrosujoso
7. H. Agus salim
8. Mr. Achmad soebardjo
9. Mr. Muhammad yamin
Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan
(nasionalis) dan 4 orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia
Sembilan kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar negara yang
dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan:
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Peri Kebangsaan
Peri Kemanusiaan
Peri Ketuhanan
Peri Kerakyatan
Kesejahteraan Rakyat
Dua hari kemudian, Prof. Dr.Mr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945
mengajukan Dasar Negara Indonesia yaitu sebagai berikut:
Persatuan
Mufakat dan Demokrasi
Keadilan Sosial
Kekeluargaan
Musyawarah
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno pun mengajukan lima asas Negara
yang sekarang kita kenal dengan nama Pancasila.
Kebangsaan Indonesia
Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan
Mufakat atau Demokrasi
Kesejahteraan Sosial
Ketuhanan Yang Maha Esa
Menurut Ir. Soekarno, kelima asas tersebut masih bisa diperas menjadi
Ekasila atau Trisila. Selanjutnya Lima Asas tersebut disebut dengan
Pancasila dengan urutan yang berbeda. Lalu, pada pembentukan sila
tersebut menjadi perdebatan diantara peserta yang menghadiri siding
BPUPKI. Perdebatan ini membahas penetapan aturan Islam dalam
Indonesia yang baru.
Sidang pertama BPUPKI berakhir pada tanggal 1 Juni 1945 dan belum
menghasilkan suatu keputusan apapun akhir dari Dasar Negara Indonesia
Merdeka hingga diadakan masa reses selama 1 bulan.
Pada tanggal 22 Juni 1945, BPUPKI membentuk panitia kecil yang
beranggotakan 9 orang dan disebut dengan panitia Sembilan. Anggota dari
panitia Sembilan yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Moch. Hatta
3. Mr. Achmad Soebardjo
4. Mr. Muhammad Yamin
5. KH. Wachid Hasyim
6. Abdul Kahar Muzakir
7. Abikoesno Tjokrosoejoso
8. H. Agus Salim
9. Mr. A.A. Maramis
Seudah dilakukannya musyawarah dengan Panitia Sembilan,
menghasilkan suatu rumusan yang mendeskripsikan maksud dan tujuan
dari pembentukan Negara Indonesia Merdeka. Oleh Mr. Muhammad
Yamin, rumusan tersebut dinamakan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta.
Rumusan tersebut yaitu sebagai berikut :
By
Insinyur Soekarno
Drs. Mohamad Hatta
Mr. Muhammad Yamin
Profesor Dr. Mr. Soepomo
Kyai Haji Wachid Hasyim
Abdoel Kahar Muzakir
Abikoesno Tjokrosoejo
Mr. A.A. Maramis
Haji Agoes Salim
Mr. Achmad Soebardjo
Profesor Dr. P.A.A. Hoesein Djajadiningrat
A.R. Baswedan
Ki Bagoes Hadikusumo
Soekiman
Kyai Haji Ahmad Sanusi
Abdoel Kaffar
Kyai Haji Abdul Salim
R.A.A. Poerbonegoro Soemitro Kolopaking
Liem Koen Hian
Oey Tiang Tjoe
Tang Eng Hoa
Oey Tjong Hauw
Dan Yap Tjwan Bing
Tugas BPUPKI
BPUPKI memiliki tugas utama untuk mempelajari serta menyelidiki berbagai persoalan
penting yang berhubungan pada pembentukan Negara Indonesia dari mulai aspek
politik ekonomi, kemudian pemerintahan serta hal penting yang lain. Sesuai sidang,
tugas BPUPKI diantaranya:
Tanggal 29 Mei tahun 1945 ini juga Mr. Muhammad Yamin telah mengemukakan 5 asas
dari Dasar Negara Indonesia, diantara asas tersebut ialah:
Asas Persatuan
Asas Mufakat dan Demokrasi
Asas Keadilan Sosial
Asas Kekeluargaan
Asas Musyawarah
Tanggal 1 Juni tahun 1945, Ir. Soekarno juga mengemukakan rumusan 5 sila Dasar
untuk Negara Republik Indonesia hingga saat ini kita kenal sebagai Pancasila.
Pengertian BPUPKI
Tujuan pembentukan BPUPKI oleh pihak Jepang adalah sebagai upaya untuk mendapatkan
dukungan dari bangsa Indonesia dengan menjanjikan bahwa Jepang akan membantu proses
kemerdekaan Indonesia.
BPUPKI diketuai oleh Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T) Radjiman Wedyodiningrat
dengan wakil Ichibangase Yoshio (orang jepang) dan Raden Pandji Soeroso. BPUPKI
beranggotakan 67 orang dengan terdiri dari 60 orang yang dianggap tokoh dari Indonesia dan
7 orang anggota Jepang . Tugas BPUPKI yaitu mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang
bersifat politik ekonomi, tata pemerintahan dan hal lain yang dibutuhkan untuk persiapan
Kemerdekaan Indonesia.
Pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, tepatnya pada Juni 1944, Angkatan Perang
Amerika Serikat dapat menaklukkan seluruh pertahanan Jepang di Pasifik di Saipan, Papua
Nugini, Kepulauan Soloman, dan Kepulauan Marshall. Peristiwa tersebut diikuti peletakkan
jabatan perdana menteri Jepang, PM Tojo yang digantikan oleh Jenderal Kuniaki Koiso,
pengangkatan Jenderal Kuniaki Koiso menjadi perdana menteri Jepang dilakukan pada
tanggal 17 Juli 1944.
Kekalahan Jepang dalam perang Pasifik semakin jelas, di depan sidang parlemen Jepang
(Teikoku Ginkai) Pada tanggal 7 September 1944, PM Koiso memberikan janji pada Hindia
Timur (sebutan bagi Indonesia saat itu) kelak diperkenankan untuk merdeka, sesudah tercapai
kemenangan akhir dalam perang Asia Timur Raya. Latar belakang PM Koiso memberikan
janji kemerdekaan kepada Indonesia yaitu agar rakyat Indonesia tidak melakukan perlawanan
terhadap Jepang dan mau membantu Jepang melawan sekutu.
Agar rakyat Indonesia yakin dengan janji kemerdekaan yang diberikan Jepang, PM Koiso
memperbolehkan rakyat Indonesia mengibarkan bendera merah putih berdampingan dengan
bendera Jepang (Hinomaru).
Pemerintahan pendudukan Jepang di Jawa melalui balatentara militer jepang yang diwakili
Komando AD ke 16 (XVI) dan ke 25 (XXV) yang berwenang atas daerah Jawa (termasuk
Madura) dan Sumatra menyetujui pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia di kedua wilayah tersebut. Pendirian Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu
Junbi Cosakai diumumkan oleh Jenderal Kumakici Harada pada tanggal 1 Maret 1945,
namun BPUPKI ini baru benar-benar diresmikan pada tanggal 29 Mei 1945 bertepatan
dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito.
Latar belakang BPUPKI dibentuk jepang yaitu sebagai upaya jepang untuk mendapatkan
dukungan dari bangsa Indonesia melawan sekutu dengan menjanjikan bahwa Jepang akan
membantu proses kemerdekaan Indonesia.
Secara formil, termuat dalam Maklumat Gunseikan nomor 23 tanggal 29 Mei 1945, dilihat
dari latar belakang dikeluarnya Maklumat No. 23 yaitu karena kedudukan Facisme
(kekuasaan) Jepang yang sudah sangat terancam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kebijakan pemerintah jepang membentuk BPUPKI bukan karena kebaikan murni tapi hanya
untuk kepentingan jepang sendiri yang masih ingin mempertahankan sisa-sisa kekuatan yang
dimilikinya dengan mengambil hari rakyat Indonesia serta untuk menjalankan politik
kolonialnya.
Anggota BPUPKI terdiri dari 67 orang, yang terdiri dari 60 orang anggota aktif adalah tokoh
utama pergerakan nasional Indonesia dari semua daerah dan aliran, serta 7 orang anggota
istimewa adalah perwakilan pemerintah pendudukan militer Jepang, tetapi wakil dari bangsa
Jepang ini tidak mempunyai hak suara (keanggotaan mereka adalah pasif, yang artinya
mereka hanya hadir dalam sidang BPUPKI sebagai pengamat saja). BPUPKI diketuai oleh
Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat sebagai ketua (Kaico)
BPUPKI dengan Ichibangase Yosio (orang Jepang) dan Raden Pandji Soeroso sebagai ketua
muda (fuku kico). Tugas BPUPKI adalah mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang
berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, tata pemerintahan dan hal-hal yang
diperlukan dalam usaha pembentukan negara Indonesia merdeka.
Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha BPUPKI (semacam sekretariat)
yang beranggotakan 60 orang dengan Raden Pandji Soeroso sebagai ketua dan Mr. Abdoel
Gafar Pringgodigdo dan Masuda Toyohiko (orang Jepang) sebagai wakil.
Selama masa tugasnya, BPUPKI mengadakan sidang sebanyak 2 kali yaitu sidang pertama
pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 dan sidang kedua pada tanggal 10-17 Juli 1945. Kemudian
pada 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan oleh Jepang. Tak lama setelah pembubaran
BPUPKI, dibentuk kembali badan baru yaitu PPKI atau Panitia persiapan kemerdekaan
Indonesia (Dokuritsu Junbi Inkai) yang beranggotakan 21 orang dengan Ir. Soekarno sebagi
ketua, Drs. Moh. Hatta sebagi wakil dan Mr. Ahmad Soebardjo sebagai penasehat PPKI.
Dengan anggota mewakiliki berbagai etnis yaitu 12 orang asal jawa, 3 orang asal sumatera, 2
orang asal Sulawesi, 1 orang asal Kalimantan, 1 orang asal Sunda Kecil (Nusa Tenggara), 1
orang asal Maluku dan terakhir 1 orang etnis Tionghoa.
Tujuan BPUPKI
Untuk menarik simpati rakyat indonesia agar membantu jepang dalam perang melawan
sekutu dengan cara memberikan janji kemerdekaan kepada indonesia, melaksanakan politik
kolonialnya didirikan pada 1 maret 1945 (Bagi Jepang)
Untuk mempelajari dan menyelidiki hal penting berhubungan dengan pembentukan negara
Indonesia merdeka atau mempersiapkan hal-hal penting tentang tata pemerintahan Indonesia
merdeka. (Bagi Indonesia)
Anggota BPUPKI
BPUPKI ini beranggotakan 67 orang, diantaranya yaitu:
Ketua BPUPKI: K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat
Wakil Ketua BPUPKI :
R.P. Soeroso
Ichibangse Yoshio (orang jepang)
Anggota BPUPKI Orang Indonesia :
Abdul Kaffar
Abdul Kahar Muzakir
Agus Muhsin Dasaad
AR Baswedan
*) Bandoro Pangeran Hairo Purobujo
*)#) Bendoro Kanjeng Pangeran Ario Suryohamijoyo
Bendoro Pangeran Hairo Bintoro
Dr. Raden Buntaran Martoatmojo
Dr. Raden Suleiman Effendi Kusumaatmaja
Dr. Samsi Sastrawidagda
Dr. Sukiman Wiryosanjoyo
Drs. Kanjeng Raden Mas Hario Sosrodiningrat
Drs. Muhammad Hatta
K. H. A. Ahmad Sanusi
Haji Abdul Wahid Hasyim
Haji Agus Salim
#) Ir. Pangeran Muhammad Nur
Ir. Raden Ashar Sutejo Munandar
Ir. Raden Mas Panji Surahman Cokroadisuryo
Ir. Raden Ruseno Suryohadikusumo
*) Ir. Soekarno
K.H. Abdul Halim Majalengka
Kanjeng Raden Mas Tumenggung Ario Wuryaningrat
*) Ki Bagus Hadikusumo
*) Ki Hajar Dewantara
#) Kiai Haji Abdul Fatah Hasan
Kiai Haji Mas Mansoer
Kiai Haji Masjkur
Liem Koen Hian
Mas Aris
Mas Sutarjo Kartohadikusumo
Mr. A. A. Maramis
Mr. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Wongsonagoro
#) Mr. Mas Besar Martokusumo
Mr. Mas Susanto Tirtoprojo
Mr. Muhammad Yamin
*) Mr. Raden Ahmad Subarjo
Mr. Raden Hindromartono
Mr. Raden Mas Sartono
Mr. Raden Panji Singgih
Mr. Raden Syamsudin
Mr. Raden Suwandi
Mr. Raden Sastromulyono
*) Mr. Yohanes Latuharhary
Ny. Mr. Raden Ayu Maria Ulfah Santoso
Ny. Raden Nganten Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito
Oey Tiang Tjoei
Oey Tjong Hauw
P.F. Dahler
Parada Harahap
*) Prof. Dr. Mr. Raden Supomo
Prof. Dr. Pangeran Ario Husein Jayadiningrat
Prof. Dr Raden Jenal Asikin Wijaya Kusuma
*) Raden Abdul Kadir
Raden Abdulrahim Pratalykrama
Raden Abikusno Cokrosuyoso
Raden Adipati Ario Purbonegoro Sumitro Kolopaking
*) Raden Adipati Wiranatakoesoema V.
#) Raden Asikin Natanegara
Raden Mas Margono Joyohadikusumo
Raden Mas Tumenggung Ario Suryo
*) Raden Oto Iskandardinata
Raden Rusian Wongsokusumo
Raden Sudirman
Raden Sukarjo Wiryopranoto
Tan Eng Hoa
Catatan:
Tanda *) menunjukkan anggota tersebut juga menjadi anggota PPKI.
Tanda #) menunjukkan anggota tersebut adalah tambahan yang mulai bersidang pada 10 Juli
1945.
Matuura Mitukiyo
Miyano Syoozoo
Tanaka Minoru
Tokonami Tokuzi
Itagaki Masumitu
Masuda Toyohiko
Ide Teitiroo
Tugas BPUPKI
Tugas utama BPUPKI yaitu untuk mempelajari dan menyelidiki berbagai hal penting yang
berkaitan dengan pembentukan Negara Indonesia mulai dari aspek politik ekonomi,
pemerintahan dan hal penting lainnya. Sedangkan berdasarkan sidang, BPUPKI memiliki
tugas sebagai berikut:
Membahas mengenai Dasar Negara
Membentuk reses selama satu bulan
Membentuk Panitia Kecil (panitia delapan) yang bertugas menampung saran dan konsepsi
dari para anggota.
Membantu panitia sembilan bersama panitia kecil
Panitia sembilan menghasilkan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.
Sidang Pertama BPUPKI
Sidang BPUPKI pertama terjadi pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945. Pada tanggal 28
Mei 1945, BPUPKI mengadakan acara pelantikan sekaligus pembukaan masa sidang yang
pertama di gedung Chuo Sangi In (gedung Volksraad saat masa Belanda, kini bernama
Gedung Pancasila). Sidang resmi baru dilakukan keesokan harinya pada tanggal 29 Mei 1945
dengan pembahasan mengenai Dasar Negara. Ada 3 orang yang memberikan pendapat
mengenai Dasar Negara pada sidang pertama BPUPKI ini, 3 tokoh perumus dasar negara
diantaranya Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr. Mr. Soepomo dan Ir. Soekarno.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin mengemukakan lima asas Dasar Negara
Indonesia, diantaranya yaitu:
Peri Kebangsaan
Peri Kemanusiaan
Peri Ketuhanan
Peri Kerakyatan
Kesejahteraan Rakyat
Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo mengemukakan lima prinsip dasar Negara
Indonesia yang dinamakan Dasar Negara Indonesia Merdeka, diantaranya yaitu:
Persatuan
Mufakat dan Demokrasi
Keadilan Sosial
Kekeluargaan
Musyawarah
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengemukakan rumusan lima sila Dasar Negara
Republik Indonesia yang hingga kini dikenal dengan nama Pancasila.
Kebangsaan Indonesia
Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan
Mufakat atau Demokrasi
Kesejahteraan Sosial
Ketuhanan Yang Maha Esa
Gagasan Soekarno mengenai rumusan lima dasar negara Indonesia yang dikenal dengan
Pancasila tersebut, menurutnya bisa diperas lagi menjadi Trisula (tiga sila) yaitu (1)
sosionasionalisme, (2) sosiodemokrasi (3) Ketuhanan yang berkebudayaan. Soekarno
mengatakan lagi bahwa jika ingin diperas lagi, maka bisa dibuat menjadi Ekasila (satu sila)
yaitu gotong royong. Gagasan Soekarno ini sebenarnya menunjukkan bahwasanya rumusan
dasar negara yang dikemukakannya berada dalam satu kesatuan.
Pidato dari Soekarno tersebut sekaligus mengakhiri masa persidangan pertama BPUPKI.
Setelah itu, BPUPKI mengumumkan masa reses atau masa istirahat selama sebulan lebih.
Masa reses BPUPKI atau masa antara sidang pertama dan sidang kedua BPUPKI sangatlah
diperlukan karena hingga masa sidang pertama BPUPKI berakhir, belum ada titik temu
kesepakatan mengenai perumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar tepat.
Sehingga dibentuklah Panitia Sembilan yang bertugas menggodok berbagai masukan konsep
dasar negara yang sebelumnya telah dikemukakan oleh anggota BPUPKI.
Panitia Sembilan
Berikut susunan keanggotaan panitia sembilan:
Ketua: Ir. Soekarno
Wakil ketua: Drs. Mohammad Hatta
Anggota:
Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo
Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H.o
Kiai Haji Abdul Wahid Hasjimo
Abdoel Kahar Moezakiro
Raden Abikusno Tjokrosoejoso
Haji Agus Salim
Mr. Alexander Andries Maramis
Setelah perundingan yang cukup sulit antara 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalis) dan 4
orang dari kaum keagamaan (pihak islam). Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan
kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang dikenal
dengan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter, yang saat itu disebut sebagai Gentlement
Agreement. Menurut Piagam Jakarta, dasar negara Republik Indonesia berbunyi:
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya,
Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selain dua sidang resmi BPUPKI, berlangsung pula persidangan tak resmi yang dihadiri 38
anggota BPUPKI. Persidangan tak resmi tersebut dipimpin oleh Bung Karno dan membahas
mengenai rancangan “Pembukaan “(Preambule) Undang-Undang Dasar 1945.
Sidang BPUPKI Kedua terjadi pada tanggal 10 Juli-17 Juli 1945, Pada sidang resmi kedua
BPUPKI ini membahas tentang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
kewarganegaraan Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan,
pembelaan negara dan pendidengajaran. Pada sidang ini juga, anggota BPUPKI dibagi
menjadi panitia-panitia kecil diantaranya Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai
oleh Ir. Soekarno), Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai oleh Raden Abikusno
Tjokrosoejoso) dan Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta).
Pada 11 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir.
Soekarno, membahas lagi tentang pembentukan panitia kecil di bawahnya yang memiliki
tugas khusus merancang isi dari Undang-Undang Dasar, panitia kecil tersebut beranggotakan
7 orang, diantaranya yaitu:
Ketua: Prof. Mr. Dr. Soepomo
Anggota:
Mr. KRMT Wongsonegoro
Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo
Mr. Alexander Andries Maramis
Mr. Raden Panji Singgih
Haji Agus Salim
Dr. Soekiman Wirjosandjojo
Pada 13 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar membahas hasil kerja
panitia kecil di bawahnya yang bertugas merancang isi Undang-Undang Dasar.
Pada 14 Juli 1945, sidang pleno BPUPKI menerima laporan panitia Perancang Undang-
Undang Dasar, yang dibacakan oleh Ir. Soekarno sebagai ketuanya. Dalam laporan tersebut
membahas mengenai rancangan Undang-Undang Dasar yang di dalamnya tercantum tiga
masalah pokok yaitu :
1. Pernyataan tentang Indonesia Merdeka
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar
3. Batang tubuh Undang-Undang Dasar yang kemudian dinamakan “Undang-Undang Dasar
1945”, yang isinya meliputi :
Wilayah negara Indonesia sama dengan bekas wilayah Hindia Belanda dahulu, ditambah
dengan Malaya, Borneo Utara (sekarang wilayah Sabah dan wilayah Serawak negara
Malaysia, serta wilayah Brunei Darussalam), Papua, Timor-Portugis (sekarang wilayah
negara Timor Leste) dan pulau-pulau di sekitarnya,
Bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan,
Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik,
Bendera nasional Indonesia adalah Sang Saka Merah Putih,
Bahasa nasional Indonesia adalah Bahasa Indonesia.